2014-11-01-83-penerapan metode kooperatif .pdf
TRANSCRIPT
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
53
PENERAPAN METODE KOOPERATIF MENGGUNAKAN KARTU KALINO
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL PERKALIAN
PADA SISWA KELAS III SD TERPADU
MUHAMMADIYAH 1 BESUKI SITUBONDO
Oleh
Herlin Nur Hasanah(1)
, Vidya Pratiwi(2)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mendeskripsikan metode
kooperatif dengan menggunakan kartu kalino untuk meningkatkan kemampuan
menghafal perkalian siswa (2) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghafal
perkalian melalui metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino pada siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, disusun dalam
siklus berrdaur terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang
dilaksanakan 2 (dua) siklus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah : 1)
metode observasi untuk mengamati aktifitas siswa; 2) metode tes untuk mengetahui
hasil belajar siswa; 3) metode wawancara untuk mengetahui pendapat siswa tentang
kepuasan belajar. Data yamg terkumpul dianalisis secara deskriptif
kualitatif.Penelitian ini dilaksanakan di SD Terpadu Muhammadiyah I Besuki
Situbondo kelas III yang terdiri dari 30 siswa,14 siswa laki-laki dan 16 siswa
perempuan. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang heterogen, untuk pembagian
kelompoknya berdasarkan hasil pre-test sebelum siklus dilaksanakan. Data yang
dikumpulkan merupakan hasil dari penelitian hasil tes individu pada saat penerapan
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan Kartu kalino. Pada siklus I pertemuan
I, hasil analisis tes individu 77%. Pada siklus II pertemuan II yang merupakan
kegiatan pemantapan analisis tes individu mencapai 87%. Ketuntasan hasil belajar
pada siklus I mencapai 83% dan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal di
kelas III, sedangkan di siklus II sebagai kegiatan pemantapan persentase ketuntasan
belajar mencapai 90%.
Kata-kata Kunci : metode kooperatif, kartu kalino, perkalian, matematika SD.
1. PENDAHULUAN
Perbaikan mutu pendidikan di Indonesia selalu dilaksanakan dengan berbagai
cara. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah
melalui peningkatan proses pembelajaran yang inofatif. Sekolah adalah bagian dari
masyarakat yang merupakan tempat bagi pembinaan sumber daya manusia yang
sesuai dengan perkembangan jaman. Pendidikan di sekolah tak bisa lepas dari proses
kegiatan belajar mengajar yang meliputi seluruh aktivitas yang menyangkut
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan pemberian materi pelajaran agar siswa
memperoleh kecakapan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Proses
pelaksanaan pemberian materi yang baik akan memudahkan siswa untuk memahami
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
54
materi yang sedang diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran akan mudah dicapai.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan
daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pembelajaran
matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan
situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik
secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan
keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
Menurut Muhsetyo (2011:1.2), matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara
lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis dan logis.Keabstarakan matematika karena
obyek dasarnya abstrak yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan
matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan tidak mudah
untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik. Hal ini berarti
perlu ada ‖ jembatan‖ yang dapat menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga
dan matematika dapat lebih mudah dipahami. ―Jembatan‖ inilah yang merupakan
tantangan pendidikan matematika untuk mencari dan memilih model matematika
yang menarik, mudah dipahami siswa, menggugah semangat, menentang terlibat, dan
pada akhirnya menjadikan siswa cerdas matematika.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di SD.
Dalam pelajaran matematika dibutuhkan inovasi agar siswa SD mendapat pengalaman
yang bermakna sehingga lebih memahami konsep-konsep matematika. Menurut
Dienes (dalam Karso, 2008:1.17), ― Konsep matematika akan dapat dipahami dengan
baik oleh siswa apabila disajikan dalam konkret dan beragam‖.
Keterampilan prasyarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal
tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Nasuprawoto:2012) bahwa
setiap mata pelajaran mempunyai prasyarat belajar (learning prerequisites). Dalam
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
55
hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasyarat yang
harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sebaik apapun konsep matematika yang
disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak
menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasyaratnya maka hasil pembelajaran
kurang memuaskan khususnya hafal perkalian sampai 100.
Berdasarkan hasil dari tes secara lisan maupun tulis tentang perkalian,
menunjukkan bahwa siswa kelas III SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
Situbondo dalam menghafal perkalian menunjukkan bahwa 40% tidak hafal, 33%
kurang hafal perkalian 1-5, 17% hafal perkalian, dan 10% sangat hafal perkalian 1-10.
Padahal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara
lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan
tentang perkalian, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru
mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru
kembali bertanya hanya beberapa siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru
dengan benar, itupun karena siswa tersebut memang pandai di kelasnya. Bila diberi
tes perkalian rata-rata hasilnya rendah. Hafal perkalian merupakan modal dasar atau
prasyarat dalam memecahkan soal matematika pada materi perkalian.
Rendahnya kemampuan menghafal perkalian kemungkinan besar dikarenakan
guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaran matematika.
Siswa kelas III cara berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak
memperhatikan hal tersebut sehingga siswa mengalami kesulitan dan bosan terhadap
konsep yang diberikan oleh guru. Dan juga siswa lebih sering menggunakan jari
dalam menghitung. Akibatnya siswa kesulitan dan membutuhkan waktu lama saat
menyelesaikan soal matematika.
Di sisi lain kondisi siswa kelas III SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
sering kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi. Guru dalam
melaksanakan pembelajaran menggunakan metode bersifat tradisional yaitu
menggunakan metode yang berpusat pada guru (ceramah) dan media maupun alat
peraga yang digunakan kurang menarik minat belajar siswa, contohnya yang bersifat
permainan sehingga anak lebih senang dan menikmati pembelajaran seperti media
kartu.
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
56
Berdasarkan masalah di atas peneliti akan berupaya meningkatkan
kemampuan menghafal perkalian dengan media kartu kalino yang dimodifikasi kartu
permainan perkalian yang digunakan secara bersama sekelompok teman siswa
(kooperatif). Dengan menggunakan media tersebut diharapkan siswa dapat
meningkatkan kemampuan menghafal hitung perkalian, lebih aktif, kreatif sehingga
lebih banyak siswa yang mencapai ketuntasan dalan hafalan perkalian sampai
bilangan 100.
Menurut Anitah (2008:3.7), belajar kooperatif adalah pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja sama untuk memaksimalkan
kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota lainnya. Idenya sangat sederhana,
anggota kelas diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil setelah menerima
pelajaran dari guru. Kemudian para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua
anggota kelompok berhasil memahaminya.
Usaha-usaha kooperatif menghasilkan participant yang berusaha saling
menguntungkan. Jadi, semua anggota kelompok tambahan dari usaha-usaha satu sama
lain (Anda berhasil menguntungkan saya dan keberhasilan saya menguntungkan
Anda), pengakuan bahwa semua anggota kelompok berbagi nasib bersama,
pengenalan bahwa kinerja seseorang selain disebabkan oleh dirinya sendiri, juga
saling membantu dengan temannya.
Metode kooperatif melibatkan banyak siswa untuk berinteraksi dan
berkomunikasi. Pada kooperatif ini keterlibatan guru dalam belajar mengajar semakin
berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai
fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta
menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Pelaksanaan metode koopoeratif yang bersifat kelompok, guru juga
memberikan alat evaluasi berupa soal-soal yang harus dikerjakan secara bersama-
sama. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru melakukan pengamatan
terhadap siswa dalam kelompoknya. Siswa dibiarkan secara bebas melakukan
permainan kartu kalino yang mereka gunakan, mereka dipersilakan bertanya pada
guru apabila ada soal atau permasalahan yang tidak jelas mengenai perkalian.
Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan metode kooperatif dengan
menggunakan kartu kalino dapat dilihat pada pada tabel 1.1.
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Matematika dengan Metode kooperatif
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
57
dengan menggunakan kartu kalino
Langkah Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Pendahu-
luan
a. Guru menyampaikan apresepsi
dan motivasi tentang materi
pelajaran,
b. Guru merumuskan tujuan yang
akan dicapai siswa tentang
materi perkalian
c. Guru merumuskan masalah yang
akan didiskusikan tentang
menghafal perkalian
a. Siswa mendengarkan
penjelasan guru
b. Siswa mendengarkan
penjelasan guru
c. Siswa melakukan tanya
jawab dengan guru
Kegiatan
Inti
a. Guru menuliskan tujuan
pembelajaran di papan tulis
yaitu perkalian sampai 100
kemudian menjelaskan materi
pelajaran
b. Guru membagi kelompok
menjadi 8 kelompok yang
heterogen dengan jumlah 3-4
siswa pada setiap kelompok
c. Guru memberikan contoh
permaiana kartu kalino melalui
media yang disediakan
d. Guru membagikan LKS yang
berisi tentang perkalian 100
yang sesuai permaianan yang
dilakukan
e. Guru berkeliling untuk menjaga
ketertiban atau mendorong
pelajar menjawab pertanyaan
f. Guru menyuruh kelompok -
kelompok diskusi melaporkan
hasil yang telah dicapainya
g. Guru memberikan tanggapan
terhadap hasil diskusi
h. Guru memberikan kesempatan
untuk bertanya
a. Siswa menulis penjelasan
guru
b. Siswa bergabung sesuai
dengan kelompoknya.
c. Siswa melakukan
permaianan kartu kalino
yang sesuai instruksi guru
dengan alat peraga yang
disediakan guru
d. Siswa mengerjakan tugas
sesuai petunjuk LKS
yang disediakan guru
e. Siswa mengerjakan tugas
kelompok bersama
kelompoknya.
f. Siswa mengumpulkan
hasil diskusinya
g. Siswa menanggapi
pertanyaan dari guru dan
mencatat hasil diskusi.
h. Siswa melakukan tanya
jawab dengan guru
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
58
Penutup a. Guru menarik kesimpulan
b. Guru menyuruh setiap siswa
untuk mempresentasikan hasil
hafalan perkalian didepan kelas
dengan cara mencongak dari
guru
c. Guru mengakhiri pelajaran.
a. Siswa dengan bimbingan
guru menarik kesimpulan
b. Setiap siswa presentasi
hafalan perkalian
c. Siswa berdoa
Menurut pandangan psikologi kuno, belajar ditafsirkan sebagai menghafal
(Subori:2012). Oleh karena itu, belajar dilakukan semata-mata dengan menghafal.
Hasil belajar ditandai dengan hafalnya seseorang tentang materi yang dipelajarinya.
Bahwa antara belajar dan menghafal terdapat hubungan timbal balik adalah
benar. Menghafal merupakan sebagian dari kegiatan belajar secara keseluruhan.
Persamaan belajar dan menghafal adalah menyebabkan perubahan dalam diri
individu.
Menghafal erat hubungannya dengan proses mengingat, yaitu proses
menerima, menyimpan dan memproduksikan tanggapan-tanggapan yang telah
diperolehnya melalui pengamatan (antara lain melalui belajar). Menghafal adalah
kemampuan untuk memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara
cepat dan tepat, sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterimanya.
Dalam menghafal, aspek perubahan terbatas dalam kemampuan menyimpan
dan memproduksi tanggapan. Adapun dalam belajar, perubahan itu tidak saja dalam
hal kemampuan tersebut, namun juga meliputi perubahan tingkah laku lainnya, seperti
sikap, pengertian, skills dan sebagainya. Dengan demikian, belajar akan berhasil
dengan baik jika disertai kemampuan menghafal.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : 1) Bagaimana penerapan metode kooperatif dengan menggunakan kartu
kalino dapat meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa kelas III Semester
I SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013 ?; 2)
Apakah penerapan metode kooperatif dengan menggunaan kartu kalino dapat
meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa kelas III Semester I SD
Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013?.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan metode kooperatif
dengan menggunakan kartu kalino untuk meningkatkan kemampuan menghafal
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
59
perkalian siswa kelas III semester I SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo
Tahun Pelajaran 2012/2013; 2) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan
menghafal perkalian melalui metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino
pada siswa kelas III semester I SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki Situbondo
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan
pemikiran kepada berbagai pihak terutama: 1) Bagi siswa, meningkatkan kemampuan
menghafal perkalian, meningkatkan interaksi dan sosialisasi siswa dalam sebuah
pembelajaran, meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika;
2) Bagi Guru, memperbaiki proses belajar mengajar sebagai tugas dan tanggungjawab
guru, memunculkan inovasi baru dalam pembelajaran yang selama ini masih
menggunakan model pembelajaran tradisional, meningkatkan produktivitas dalam
karya tulis ilmiah untuk meningkatkan profesionalisme guru; 3) Bagi Sekolah,
meningkatkan pelayanan kepada peserta didik, meningkatkan sumber daya manusia
(SDM ) guru, secara umum prestasi sekolah menjadi meningkat; 4) Bagi peneliti lain,
dapat mengetahui apakah metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino dapat
meningkatkan kemampuan menghafal perkalian pada siswa kelas III di SD Terpadu
Muhammadiyah I Besuki Situbondo.
2. METODE PENELITIAN
Subjek penelitian adalah peserta didik kelas III SD Terpadu Muhammadiyah 1
Besuki Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013 Satu rombongan belajar kelas III tahun
ini yang berjumlah 30 anak yang terdira atas 14: laki-laki dan 16 perempuan.
Desain penelitian ini direncanakan menggunakan adaptasi model Hopkins
(dalam Permana, 2011:22) yaitu model skema yang menggunakan prosedur yang
dipandang sebagai suatu siklus spiral. Siklus ini terdiri dari empat fase yaitu
perencanaan (planning), penerapan tindakan (action), observasi (observation), dan
refleksi (reflection).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi,
tes, observasi, dan wawancara.
Data hasil tes dianalisa dengan menentukan target ketuntasan minimal.
Ketuntasan minimal dalam menghafal perkalian yaitu 75% hafal perkalian sampai 100
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
60
dari semua siswa kelas III. Untuk ketuntasan hasil belajar menghafal perkalian dapat
dicari dengan rumus berikut :
H
P = —— x 100 %
N
Keterangan: P : persentase menghafal perkalian
H : jumlah siswa hafal
N : jumlah siswa keseluruhan
Tabel 2.1 Kriteria standar hafal siswa
Persentase kemampuan
hafal Kriteria
Target yang diinginkan
75% ≤ P ≤ 100% Sangat hafal Sangat Hafal
50% ≤ P < 75% hafal
25% ≤ P < 50% Sedang
P < 25% kurang hafal
Tabel 2.2 Kriteria standar berdasarkan nilai hafal siswa
Nlai Kriteria
P > 85 Sangat hafal
75 ≤ P < 85 hafal
65 ≤ P <75 sedang
P < 65 Kurang hafal
Kriteria ketuntasan belajar minimal siswa:
a. Ketuntasan belajar secara individu pada menghafal perkalian sampai 100 kelas III
SD Terpadu Muhammadiyah I Besuki Situbondo ≥ 65 dari skor maksimum 100.
b. Ketuntasan belajar secara klasikal pada menghafal perkalian sampai 100 kelas III
SD Terpadu Muhammadiyah I Besuki Situbondo adalah ≥ 75% dari jumlah
keseluruhan siswa .
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
61
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian, langkah pertama adalah
melakukan observasi dan tes pendahuluan.. Hasil observasi menunjukkan bahwa
metode yang digunakan adalah ceramah, tidak digunakan media pembelajaran dalam
menjelaskan materi, pertanyaan yang diajukan oleh guru hanya dijawab oleh beberapa
siswa saja yang hafal perkalian sampai 100. Tes pendahuluan (pre-test) secara lisan
satu persatu menghadap kepada peneliti tanya jawab perkalian sampai 100.
Berdasarkan hasil pre-tes, diketahui persentase ketuntasan 27 % dari 30 jumlah siswa
di kelas III yang hafal perkalian.
Tabel 3.1 Rekapitulasi hasil pre-test
Kriteria Jumlah siswa Persentase
Sangat hafal 3 10
Hafal 5 17
Sedang 10 33
Kurang hafal 12 40
Penelitian ini menggunakan dua siklus yaitu, siklus I (satu) dan sklus II (dua).
Adapun data dari siklus I (satu) dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rekapitulasi hasil post test siswa pada siklus I
Nlai Kriteria Jumlah siswa Persentase
P > 85 Sangat hafal 6 20
75 ≤ P < 85 Hafal 6 20
65 ≤ P < 75 Sedang 11 37
P < 65 Kurang hafal 7 23
Gambar 3.1 Rekapitulasi hasil post test siswa pada siklus I
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
62
San
gat
Haf
Haf
alSed
angKur
ang
Haf
0%20%40%
Hasil Post Test Pada Siklus I
Pembelajaran I telah dilaksanakan maka diadakan tes siklus untuk mengetahui
peningkatan kemampuan siswa dalam mengahafal perkalian yang dilakukan melalui
penerapan metode kooperatif menggunakan kartu kalino. Pada pertemuan ini tidak
ada permainan kartu kalino, siswa hanya mengerjakan tes yang diberikan sebanyak 5
soal dalam bentuk isian dengan waktu 20 menit. Materi soal sesuai dengan materi
pada pertemuan I dengan soal pre-test.
Selama diadakan tes siswa terlihat tenang dalam mengerjakan soal yang
dikerjakan secara individu. Persentase ketuntasan hasil belajar pada tes siklus I dapat
dilihat pada Lampiran O.5 mencapai 83%. Hasil tes siklus I dapat dilihat dari tabel
dan grafik sebagai berikut :
Tabel 3.3 Perolehan hasil belajar pada tes siklus I
Nlai Kriteria Jumlah siswa Persentase
P > 85 Sangat hafal 8 27
75 ≤ P < 85 Hafal 17 56
65 ≤ P < 75 Sedang 0 0
P < 65 Kurang hafal 5 17
Gambar 3.2 Rekapitulasi hasil Tes siklus I
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
63
0%10%20%30%40%
50%
60%
Sangat Hafal HafalSedang
Kurang Hafal
Hasil Tes Siklus I
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi yang telah dilakukan serta
dijelaskan di atas, maka melakukan refleksi bahwa aktivitas siswa mengalami
peningkatan, pada pembelajaran I mencapai. Hasil dari tes siklus I sudah mencapai
standar ketuntasan yang telah ditetapkan. Ketuntasan klasikal yang diperoleh dari post
test pada siklus I mencapai 77 % (23 siswa) dan tes siklus I ini mencapai 83% (25
siswa) atau terdapat 5 siswa yang belum tuntas.
Dari hasil persentase ketuntasan secara klasikal pada siklus I sehingga sudah
memenuhi standar ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu ≥75%, maka metode
kooperatif menggunakan kartu kalino pada siklus I telah berhasil, akan tetapi masih
banyak kelemahan yang terjadi pada siklus I.
Adapun kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki pada pembelajaran
siklus 1 antara lain :
1) peneliti masih mengalami sedikit hambatan, masih ada sebagian perencanaan
yang terlewati yaitu kurang memberi arahan dan sanksi bagi siswa kurang
disiplin, akibatnya ada beberapa siswa yang bergurau pada saat permainan
kartu kalino sehingga dampak untuk aktivitas dan hasil belajarnya dalam
hafalan perkalian masih kurang dari kriteria yang ditentukan.
2) siswa kurang memanfaatkan kartu kalino sebagai latihan hafalan perkalian
akibatnya siswa masih sembarangan dalam menyusun kartu kalino dengan
benar.
3) siswa kurang memanfaatkan waktu yang diberikan oleh guru, sehingga masih
ada soal yang diberikan oleh guru yang belum terselesaikan.
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
64
4) observer dan peneliti masih kurang dalam mengamati aktivitas siswa yang
terdiri 8 kelompok, untuk memastikan hasil belajar siswa pada saat siswa
mengerjakan soal individu.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan pada siklus I tersebut, maka peneliti
melakukan perbaikan sebagai berikut:
1) membuat kesepakatan dengan siswa, memberi arahan dan sanksi bagi siswa
yang tidak disiplin.
2) membimbing siswa dalam memanfaatkan kartu kalino agar selalu latihan di
sekolah maupun di rumah bersama kelompoknya dalam permainan kartu
kalino sehingga siswa lebih hafal perkalian dan permainan lebih lancar.
3) membimbing siswa dalam memanfaatkan waktu yang diberikan oleh guru
sehingga permainan dalam kelompok berjalan maksimal dan soal dapat
terselesaikan.
4) observer dan peneliti lebih serius dalam mengamati aktivitas siswa, serta
memberikan arahan dan motivasi kepada siswa agar dalam mengerjakan soal
sesuai kemampuan masing-masing siswa dengan jujur.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, hasil aktivitas siswa pada
siklus II secara klasikal aktivitas siswa mencapai 81%, sedangkan ketuntasan klasikal
hasil belajar pada post-test II mencapai 87% dengan 4 siswa yang tidak mencapai
ketuntasan.
Hasil dari pembelajaran pada siklus II dapat dilihat dari tabel dan grafik
sebagai berikut :
Tabel 3.4 Rekapitulasi hasil post test siswa pada siklus II
Nlai Kriteria Jumlah siswa Persentase
P > 85 Sangat hafal 11 37
75 ≤ P < 85 Hafal 12 40
65 ≤ P <75 Sedang 3 10
P < 65 Kurang hafal 4 13
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
65
Gambar 3.3 Rekapitulasi hasil post test siswa pada siklus II
0%
10%
20%
30%
40%
Sangat Hafal HafalSedang
Kurang Hafal
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
Pertemuan II diadakan tes siklus untuk mengetahui apakah penerapan metode
kooperatif menggunakan kartu kalino untuk meningkatkan kemampuan menghafal
perkalian siswa. Siswa saat tes lisan merasa senang dan tenang dengan adanya tes
lisan ini, karena merasa sangat hafal dengan sering kalinya berlatih menghafal
perkalian dengan menggunakan kartu kalino. Soal pada tes siklus ini berjumlah 5 soal
dalam bentuk lisan menghadap guru. Persentase ketuntasan hasil belajar pada tes
siklus II mencapai 90% (27 siswa) dan siswa yang belum tuntas 10% (3 siswa).
Hasil tes siklus II dapat dilihat dari tabel dan grafik sebagai berikut.
Tabel 3.5. Perolehan hasil belajar pada tes siklus II
Nlai Kriteria Jumlah siswa Persentase
P > 85 Sangat hafal 13 43
75 ≤ P < 85 Hafal 14 47
65 ≤ P < 75 Sedang 0 0
P < 65 Kurang hafal 3 10
Gambar 3.4 Hasil Tes siklus II
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
66
0%
20%
40%
60%
Sangat Hafal
HafalSedang
Kurang Hafal
Hasil Tes Siklus II
Peningkatan kemampuan menghafal perkalian berdasarkan hasil pembelajaran
dimulai pretest, siklus I dan siklus II. Tabel dan Grafik peningkatan menghafal
perkalian peneliti paparkan sebagai berikut di bawah ini :
Tabel 3.6 Hasil Pembelajaran pada siklus I dan siklus II
Nlai Kriteria
Persentase ketuntasan
Siklus I
Persentase ketuntasan
Siklus II
Post test Tes siklus I Post test Tes siklus II
P > 85 Sangat hafal 20 27 37 43
75 ≤ P < 85 Hafal 20 56 40 47
65 ≤ P < 75 Sedang 37 0 10 0
P < 65 Kurang
hafal 23 17 13 10
Gambar 3.5 Hasil Pembelajaran pada siklus I dan siklus II
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
67
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Post Test Siklus
I
Tes Siklus I Post Test Siklus
II
Tes Siklus II
Sangat Hafal
Hafal
Sedang
Kurang Hafal
Gambar 3.6 Ketuntasan secara klasikal pada siklus I dan siklus II
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Ketuntasan
Pre-Tes
Siklus I
Siklus II
Wawancara dilaksanakan untuk mendapatkan informasi data tentang
tanggapan guru dan siswa mengenai kegiatan penerapan metode kooperatif
menggunakan kartu kalino. Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran
dilakukan. Sedangkan pada siswa dilakukan setelah pembelajaran pada siklus II.
Berdasarkan pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan dalam dua siklus
maka diperoleh beberapa temuan penelitian sebagai berikut:
a Tahap penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi yang dilakukan guru sangat
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa. Hal ini
terlihat di pembelajaran berikutnya yang menunjukkan ketuntasan dalam
pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif terlibat dalam pembelajaran melalui
permainan kartu kalino;
b Tahap pembentukan kelompok belajar ditentukan berdasarkan kemampuan siswa
dengan pre-test, untuk permainan berikutnya pembagian kelompok diacak dari
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
68
kelompok yang sudah terbentuk sebelumnya, pembagian kelompok dilakukan
terlebih dahulu, sebelum menjelaskan permaianan kartu kalino agar siswa tidak
ramai dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran;
c Tahap membimbing kelompok belajar, guru dibantu 1 Observer bagi siswa yang
masih bingung dalam permainan kartu kalino. Siswa diberi dorongan dalam
menghadapi kesulitan bermain dengan menjelaskan kembali prosedur permainan;
d Tahap evaluasi, dilakukan secara bersama-sama oleh guru dan siswa. Guru
mengevaluasi hasil post-test yang telah dikerjakan, sehingga diketahui kesulitan
belajar baik secara individu maupun kelompok.
e Tahap pemberian penghargaan yang dilakukan baik secara individu maupun
kelompok disetiap akhir pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa agar
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya;
f Selama kegiatan belajar siswa merasa senang dalam bermain permainan kartu
kalino, siswa menjadi ramai tetapi dalam kondisi belajar, siswa saling memberikan
masukan maupun pendapat apabila terjadi kesalahpahaman dan kesalahan baik
dalam permainan kartu kalino maupun menjawab soal kelompok.
g Lembar skor kelompok sangat bermanfaat untuk mengetahui pemenang dalam
permainan dengan jumlah skor tertinggi dan waktu tercepat, selain itu sebagai
pedoman guru untuk mengetahui kesulitan individu dan kelompok.
Media pendidikan mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi sosial, fungsi
edukafif, fungsi ekonomi, fungsi politik, dan fungsi budaya, Hamalik (dalam
Nasuprawoto:2012). Dalam hubungannya dengan fungsi edukatif pada media
pendidikan mempunyai beberapa ciri yaitu: 1) Media pendidikan identik artinya
dengan alat peraga yang berarti alat yang bisa diraba, dilihat, didengar, dan diamati
oleh panca indra; 2) Tekanan utama terdapat pada benda atau hal yang dapat didengar
atau di lihat; 3) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi)
dalam pengajaran antara guru dan murid; 4) Media pendidikan adalah semacam alat
bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas; 5) Media pendidikan
mengandung aspek–aspek sebagai alat dan teknik yang sangat erat hubungannya
dengan metode mengajar.
Media merupakan alat bantu belajar dan mengajar. Alat ini hendaknya ada
ketika dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru yang menggunakannya.
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
69
Agar kebutuhan yang beragam dari kurikulum dan siswa secara individu dapat
terpenuhi, maka suatu variasi yang luas dan berjumlah besar memang diperlukan. Jika
guru mengajar tanpa menggunakan atau dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan
(media) untuk melaksanakan tugasnya maka hasilnya akan kurang memuaskan dan
tak dapat dipertanggungjawabkan.
Media pendidikan mempunyai dampak yang berarti bagi siswa dan citra diri
mereka, jika media tersebut dipilih secara tepat dan ceramat dengan
mempertimbangkan ciri-ciri media dan karakteristik siswa. Media pendidikan akan
lebih efektif dan efisien penggunaannya jika guru sudah terlatih dan terbiasa
menggunakannya.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan yaitu penerapan metode kooperatif menggunakan kartu kalino telah
meningkatkan kemampuan menghafal perkalian siswa pada kegiatan. Setelah
diterapkan penerapan metode kooperatif dengan menggunakan kartu kalino persentase
ketuntasan menjadi 83% pada siklus 1, dari siklus 2 pada kegiatan pemantapan
persentase menghafal perkalian menjadi 90%. Kemampuan menghafal siswa
mengalami peningkatan kerena siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam
aktivitas kelompok dan sering latihan di sekolah maupun di rumah siswa dengan
menggunakan kartu kalino sehingga mampu mengerjakan soal dan hafal perkalian
serta memperoleh pengetahuan dari kegiatan kelompok yang telah dilakukan selama
proses belajar mengajar.
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa
saran yaitu: a) Bagi siswa, melalui penerapan metode kooperatif menggunakan kartu
kalino dalam pembelajaran Matematika khususnya perkalian diharapkan bisa
dijadikan semangat dan motivasi dalam belajar; b) Bagi guru, dalam penerapan
metode kooperatif menggunakan kartu kalino, guru harus benar-benar menguasai
metode dan dapat menjelaskan materi perkalian kepada siswa secara jelas sehingga
siswa dapat memahami materi dengan mudah; c) Bagi Sekolah, penelitian penerapan
metode kooperatif menggunakan kartu kalino dapat dijadikan alternatif dalam
peningkatan kemampuan mengahafal perkalian siswa; d) Bagi peneliti lain, penelitian
1) Guru SD Terpadu Muhammadiyah 1 Besuki
2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
70
ini dapat dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian yang sejenis menggunakan
permainan kartu kalino dengan permasalahan yang sama yaitu dalam menghafal
perkalian.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, S.W. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Karso. 2008. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muhsetyo, G. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Nasuprawoto. 2012. Laporan Penelitian Tindakan kelas. files.wordpress.com/
2010/10/a-a-laporan-sampul-dep.doc [17 November 2012]
Permana, R. D, A, A. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game
Tournament (TGT) dengan Media Permainan untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas IV B SD Negeri Mumbulsari 01
Jember Tahun Pelajaran 2010/2011. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Jember :
Universitas Jember