bab v-vi

22
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gmbaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Maradekaya terletak di Kecamatan Makassar, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah utara : Kelurahan Lariang Bangngi 2. Sebelah barat : Kelurahan Ujung Pandang 3. Sebelah Timur : Kelurahan Tamalate 4. Sebelah Selatan : Kelurahan Rappocini Puskesmas Maradekaya ini mempunyai wilayah kerja yang terdiri dari 5 (lima) Kelurahan yaitu: 1. Kelurahan Maradekaya 2. Kelurahan Maradekaya Utara 3. Kelurahan Maradekaya Selatan 4. Kelurahan Maricaya 5. Kelurahan Maricaya Baru Adapun visi dan misi Puskesmas Maradekaya menjadi puskesmas kota yang terunggul serta memberikan pelayanan prima, peningkatan SDM disiplin kerja dan perubahan prilaku. 40

Upload: andi-asmitha-abrar

Post on 13-Sep-2015

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

BAB V-VI

TRANSCRIPT

BAB VHASIL PENELITIANA. Gmbaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Maradekaya terletak di Kecamatan Makassar, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:1. Sebelah utara : Kelurahan Lariang Bangngi2. Sebelah barat : Kelurahan Ujung Pandang3. Sebelah Timur : Kelurahan Tamalate4. Sebelah Selatan : Kelurahan Rappocini Puskesmas Maradekaya ini mempunyai wilayah kerja yang terdiri dari 5 (lima) Kelurahan yaitu:1. Kelurahan Maradekaya2. Kelurahan Maradekaya Utara3. Kelurahan Maradekaya Selatan4. Kelurahan Maricaya5. Kelurahan Maricaya Baru Adapun visi dan misi Puskesmas Maradekaya menjadi puskesmas kota yang terunggul serta memberikan pelayanan prima, peningkatan SDM disiplin kerja dan perubahan prilaku. Di Puskesmas Maradekaya terdapat dua orang dokter umum, dua orang dokter gigi, dan banyak petugas kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan tugas Puskesmas Maradekaya menyelenggarakan fungsi yaitu melakukan pelayanan kuratif, rehabilatatif, preventif, dan kuratif.

B. Tabel Analisis UnivariatTabel V.1 Distribusi Frekuensi(N) dan Persentase(%) Responden Menurut Karakteristik Bayi Di Puskesmas Maradekaya Tahun 2013

Karakteristik bayin=82Persentase (%)

UMUR

0-6 bulan5668.3

6-12 bulan2631.7

JENIS KELAMIN

Laki-laki4352.4

Perempuan 3947.6

Total69100

Sumber: Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Dari tabel V.1 tampak bahwa responden terbanyak adalah dari kelompok bayi umur 0-6 bulan yaitu 68,3% (56 bayi) sedangkan kelompok bayi umur 6-12 bulan yaitu 31,7% (26 bayi),dimana jumlah bayi laki-laki 52,4% (43 bayi) dan jumlah bayi perempuan 47,6% (39 bayi)Tabel V.2 Distribusi Frekuensi(N) dan Persentase(%) Responden Menurut Karakteristik Ibu Di Puskesmas Maradekaya Tahun 2013

Karakteristik Ibun=69Persentase (%)

PENDIDIKAN

Rendah2530,5

Tinggi5769,5

PENGHASILAN

Rendah 6376.8

SedangTinggi 1923.2

PEKERJAAN

Tidak bekerja6680.5

Bekerja 1619.5

Total82100

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Dari tabel V.2 yaitu karakteristik ibu pada kolom pendidikan dapat dilihat bahwa semua responden pernah mendapatkan pendidikan formal, lebih dari setengah dari jumlah responden memiliki pendidikan yang tinggi (SMA dan perguruan tinggi) yaitu sekitar 69,5% sedangkan yang pendidikan yang rendah (SD dan SMP) yaitu 30,5%. Pada kolom penghasilan dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat penghasilan yang rendah yaitu 76,8%, sedangkan yang memiliki penghasilan yang sedang yaitu 23,2%, dan responden yang berpenghasilan tinggi tidak ada. Pada kolom pekerjaan dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu 80,5% sedangkan yang bekerja hanya 19,5%. Tabel V.3 Distribusi Frekuensi(N) dan Persentase(%) Bayi Berdasarkan Pola Pemberian ASI di puskesmas Maradekaya Tahun 2013Pola Pemberian ASIn=82Persentase

Eksklusif3643.9

Non eksklusif4656.1

Total82100

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Dari tabel V.3 dapat dilihat sebagian besar bayi mendapat ASI non eksklusif yaitu 46 orang (56,1%) sedangkan bayi yang mendapat ASI eksklusif yaitu 36 orang (43,9%)

Tabel V.4 Distribusi Frekuensi(N) dan Persentase(%) bayi yang Mengalami Diare dan tidak Diare di Puskesmas Maradekaya Tahun 2013 n=82Persentase (%)

Diare 4858,5

Tidak Diare3441,5

Total82100

Sumber: Data primer di puskesmas Maradekaya tahun2013 Dari tabel V.4 didapatkan persentase bayi yang mengalami diare lebih banyak yaitu 58,5% (48 bayi) sedangkan yang tidak diare yaitu 41,5% (34 bayi).Tabel V.5 Distribusi Frekuensi(N) dan Persentase(%) bayi yang Mengalami Diare ( frekuensi diare dari bayi) di Puskesmas Maradekaya Tahun 2013FrekuensiDiaren=82Persentase (%)

Jarang4959,8

Sering3340,2

Total82100

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Dari tabel V.5 dapat dilihat bahwa persentase bayi yang mengalami frekuensi diare yang jarang yaitu 59,8% (49 bayi) sedangkan persentase bayi dengan frekuensi diare yang sering yaitu 40,2% (33 bayi).

C. Tabel Analisis BivariatTabel V.7 Crosstabulation Distribusi Umur Bayi dengan Kejadian DiareUmur bayi KEJADIAN DIARE

DiareTidak Diare TOTALPORCI

N%N%N%

0-6 bln3441,52226,85668,3

6-12 bln1417,11214,62631,70,5590,7750,295-1,931

TOTAL4858,63441,482100,0

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Dari tabel di atas tampak bahwa persentase angka kejadian diare paling tinggi berada pada bayi umur 0-6 bulan yaitu 41,5% (34 bayi) dan yang tidak diare yaitu 26,8% (22 bayi). Sedangkan persentase kejadian diare pada bayi umur 6-12 bulan yaitu 17,1% (14 bayi) dan yang tidak diare yaitu 14,6% (12 bayi). Berdasarkan uji chisquare spss 16.0 diperoleh nilai P > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur bayi dengan kejadian diare.Tabel V.8 Crosstabulation Distribusi Jenis Kelamin dengan Kejadian DiareJenis kelamin KEJADIAN DIARE

DiareTidak Diare TOTALPORCI

N%N%N%

Laki-laki2429,31923,24352,4

Perepuan2429,31518,33947,60,6011,2670,524-3,061

TOTAL4858,63441,582100,0

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Dari tabel di atas persentase kejadian diare pada bayi laki-laki dan perempuan hampir sama yaitu 29,3% (24 bayi) sedangkan persentase kejadian tidak diare pada bayi laki-laki lebih banyak dari bayi perempuan yaitu 23,2% (19 bayi) dan bayi perempuan hanya 18,3% (15 bayi). Berdasarkan uji chisquare spss 16.0 diperoleh nilai P > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pola pemberian ASI.Tabel V.9 Crosstabulation Distribusi Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare Pada BayiPendidikan KEJADIAN DIARE

DiareTidak Diare TOTALPORCI

N%N%N%

Rendah 1315,91214,62530,5

Tinggi 3542,72226,85769,50,4291,4690,569-3,792

TOTAL2858,63441,482100,0

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Dari tabel di atas tampak bahwa ibu dengan pendidikan yang tinggi persentase kejadian diare pada bayinya lebih besar yaitu 42,7% (35 bayi) dibanding ibu yang pendidikan rendah hanya 15,9% (13 bayi). Kemudian pada ibu yang pendidikan tinggi persentase kejadian tidak diare pada bayinya yaitu 26,8% (22 bayi) lebih tinggi dibanding ibu dengan pendidikan rendah angka kejadian tidak diare pada bayinya yaitu 14,6% (12 bayi). Berdasarkan uji chisquare spss 16.0 diperoleh nilai P > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan angka kejadian diare pada bayi.

Tabel V.10 Crosstabulation Distribusi Penghasilan Ibu dengan Kejadian Diare Pada BayiPenghasilan KEJADIAN DIARE

DiareTidak Diare TOTALPORCI

N%N%N%

Rendah 4048,82328,06376,8

Menengah 89,81113,41923,20,0990,4180,147-1,189

TOTAL4858,63441,482100,0

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Dari tabel di atas tampak bahwa ibu dengan penghasilan yang rendah persentase kejadian diare pada bayinya lebih tinggi yaitu 48,8% (40 bayi) dan yang tidak diare yaitu 28,0% (23 bayi) sedangkan ibu dengan penghasilan yang tinggi persentase kejadian diare pada bayinya yaitu hanya 9,8% (8 bayi) dan yang tidak diare yaitu 13,4% (11 bayi). Berdasarkan uji chisquare spss 16.0 diperoleh nilai P > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penghasilan ibu dengan kejadian diare pada bayi.Tabel V.10 Crosstabulation Distribusi Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare Pada BayiPekerjaan KEJADIAN DIARE

DiareTidak Diare TOTALPORCI

N%N%N%

Tdk bekerja4150,02530,56680,5

Bekerja 78,5911,01619,50,1840,4740,157-1,433

TOTAL4858,53441,582100,0

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Dari tabel di atas tampak bahwa ibu yang tidak bekerja persentase kejadian diare pada bayinya lebih tinggi yaitu 50,0% (41 bayi) dan yang tidak diare 30,5% (25 bayi), dibandingkan dengan ibu yang bekerja persentase kejadian diare pada bayinya hanya 8,5% (7 bayi) dan yang tidak diare yaitu 11,0% (9 bayi). Berdasarkan uji chisquare spss 16.0 diperoleh nilai P > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare.Tabel V.10 Crosstabulation Distribusi Pola Pemberian ASI dengan Diare

Pola pemberian ASI KEJADIAN DIARE

DiareTidak Diare TOTALPORCI

N%N%N%

ASI non eksklusif4150,056,14656,1

ASI eksklusif 78,52935,43643,90,00033,9719,809-117,659

TOTAL4858,53441,582100,0

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa angka kejadian diare pada bayi yang diberi ASI non eksklusif lebih tinggi yaitu 50,0% dibanding pada bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu 8,5%, sedangkan yang tidak diare pada bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu 35,4% dan bayi yang diberi ASI non eksklusif terdapat 6,1% bayi yang tidak diare. Berdasarkan uji chisquare spss 16.0 diperoleh nilai P < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara pola pemberian ASI dengan kejadian diare.Tabel V.12 Crosstabulation Distribusi Pola Pemberian ASI dengan Frekuensi DiarePola pemberian ASI Frekuensi Diare

Jarang Sering TOTALPORCI

N%N%N%

ASI non eksklusif1315,93340,24659,8

ASI eksklusif 3643,90 03640,20,0003,5382,233-5,608

TOTAL4958,53340,282100,0

Sumber : Data primer di puskesmas Maradekaya tahun 2013Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase bayi dengan frekuensi diare sering pada bayi yang ASI non eksklusif sangat tinggi yaitu 40,2% (33 bayi) dibandingkan dengan bayi yang ASI eksklusif tidak terdapat sama sekali yang pernah mengalami frekuensi diare yang sering. Kemudian persentase bayi dengan frekuensi diare yang jarang lebih tinggi dialami pada bayi yang mendapat ASI eksklusif yaitu 43,9% (36 bayi) dibanding yang ASI non eksklusif hanya 15,9% (13 bayi) saja yang mengalami frekuensi diare yang jarang.Berdasarkan uji chisquare SPSS 16.0 diperoleh nilai P 0,05 (p: 0,559) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur bayi dengan kejadian diare. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan tidak ada hubungan antara umur bayi dengan kejadian diare dimana diperoleh nilai p = 0,371. 16B. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Kejadian Diare Berdasarkan uji statistik chi square yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows didapatkan nilai p > 0,05 (p: 0,601) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian diare.C. Hubungan Antara Pendidikan dengan Kejadian Diare Berdasarkan uji statistic chi square yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows didapatkan nilai p > 0,05 (p: 0,429) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare pada bayinya dimana diperoleh nilai p= 0,134. 16 Ismirayanti (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rendahnya pendidikan dan kurangnya informasi menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif yang menyebabkan terjadinya diare pada bayi. Menurut Apriadji foster, seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi tidak mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. 17

D. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Kejadian Diare Berdasarkan uji statistik chi square yang diolah dengan dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows didapatkan nilai p > 0,05 (p: 0,184) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mendapatkan sebagian besar responden adalah sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 38 orang (76%) dan hanya sebagian kecil ibu bekerja yaitu sebanyak 12 orang (24%) dan diperoleh nilai p = 0,955 yang menyimpulkan tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada bayinya. 16Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rannu Marianus (2009) bahwa sebagian besar responden yang menyusui setelah melahirkan adalah ibu rumah tangga yaitu 90% dan ibu yang bekerja hanya 10% (Maharani,Rannu 2009).18E. Hubungan Antara Penghasilan dengan Kejadian Diare Berdasarkan uji statistic chi square yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows didapatkan nilai p > 0,05 (p: 0,099) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan ibu dengan kejadian diare. Hal ini berbeda dari pernyataan bahwa ada perbedaan bermakna dalam pemberian ASI dan penyapihan dengan penghasilan atau pendapat keluarga, jadi semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin cepat penyapih. Disini orang yang berpenghasilan tinggi akan lebih mudah untuk menggantikan ASI dengan susu formula ( Maharani,fathimah 2008).18F. Hubungan Antara Pola Pemberian ASI dengan Angka Kejadian Diare Berdasarkan uji statistic chi square yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows didapatkan nilai p < 0,05 (p: 0,000) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian diare dengan pola pemberian ASI. Berdasarkan data diatas didapatkan hasil bahwa angka kejadian diare pada bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih besar apabila dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian tumbelaka pada tahun 2008 yang menyebutkan bahwa angka kejadian infeksi pada bayi lebuh sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI. 3 Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga memacu perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen antiinflamasi, yang fungsinya belum banyak yang diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya. 19 Selain itu, menurut penelitian Matondang,dkk (2008) ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain. Karena alasan-alasan itulah angka kejadian diare dan ISPA pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih rendah apabila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. 20 Menurut Masri (2004), diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Purwanti (2004) menambahkan, pembentukan kekebalan tubuh pada bayi umur 0-6 bulan belum sempurna. Markum (2002) juga menyatakan bahwa peran ASI belum mampu digantikan oleh susu formula seperti peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial. Pemberian ASI pada bayi tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. ASI mengandung sIgA, Limfosit T, Limfosit B, dan Laktoferin yang dapat merangsang peningkatan status imun pada bayi. 21G. Perbedaan frekuensi diare pada bayi yang ASI eksklusif dan bayi yang ASI non eksklusif Berdasarkan uji statistic chi square yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows didapatkan nilai p < 0,05 (p: 0,000) yang berarti terdapat perbedaan frekuensi diare antara bayi yang mendapat ASI eksklusif dan bayi yang mendapat ASI non eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang mendapatkan sebagian besar bayi yang diberi susu formula mengalami diare dengan frekuensi sering yaitu sebanyak 19 bayi (52,8%), frekuensi jarang hanya 2 bayi (5,6%) sedangkan pada bayi yang diberi ASI eksklusif hanya 2 bayi (5,6%) yang mengalami diare dengan frekuensi sering dan bayi dengan frekuensi diare jarang terdapat 13 bayi (36,1%). Dan diperoleh nilai p=0.000 probabilitasnya dibawah 0.05 yang menyimpulkan terdapat perbedaan frekuensi diare pada bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula.22 Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menyatakan terdapat perbedaan frekuensi diare pada bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula dimana diperoleh nilai p=0,000.2354