bab v tugas umum pemerintahan -...
TRANSCRIPT
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
403
BAB V
TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah, pelaksanaan tugas umum
pemerintahan menggunakan asas tertib penyelenggaraan negara, kepentingan
umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi,
efektivitas dan asas kepastian hukum. Sebagai implementasi pelaksanaan tugas
umum pemerintahan di Kabupaten Sleman dilaksanakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
A. Kerjasama Antar Daerah
Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Sleman dengan daerah lain
dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik. Kerjasama
di wilayah perbatasan diselenggarakan untuk memecahkan berbagai
permasalahan lintas wilayah administratif guna mewujudkan kepentingan
bersama. Demikian juga kerjasama antar daerah dimaksudkan agar kekuatan
masing-masing daerah yang bekerjasama dapat disinergikan untuk
menghadapi ancaman lingkungan dan permasalahan, sehingga upaya
penyelesaiannya menjadi lebih efektif dan optimal. Dengan kerjasama tersebut
pihak-pihak yang bekerjasama memiliki posisi tawar yang lebih baik atau lebih
mampu memperjuangkan kepentingan bersama kepada struktur
pemerinatahan yang lebih tinggi.
Wilayah perbatasan d isatu sisi memiliki potensi untuk dikembangkan, di sisi
lain memiliki permasalahan yang memerlukan keterpaduan antar daerah dalam
penyelesaiannya. Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan optimalisasi
kerjasama di bidang ekonomi, sosial, budaya dan fisik prasarana dalam
pengelolaan wilayah perbatasan. Pengelolaan bersama wilayah perbatasan
antar daerah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan daya saing wilayah
dalam hal meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan sumber daya,
termasuk dalam tataran kebijakan yang terkait investasi, pemasaran maupun
promosi daerah.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
404
Kerjasama antar daerah dilaksanakan tidak hanya untuk mengatasi
permasalahan khususnya di daerah perbatasan secara efektif dan efisien,
tetapi juga untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam maupun sumber
daya manusia. Selain itu kerjasama tersebut juga untuk mensinkronkan
program pembangunan serta mengurangi pengangguran dan tingkat
kemiskinan di Kabupaten Sleman.
1. Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Sleman dengan kabupaten
berbatasan
a. Daerah yang diajak kerjasama
Dalam upaya peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan keterpaduan
program untuk menentukan kebijakan bersama antar kabupaten
berbatasan, Pemerintah Kabupaten Sleman melakukan kerjasama
dengan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul,
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Magelang
b. Dasar Hukum
1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 khususnya Pasal 195
sampai dengan Pasal 198.
2) Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama
Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Insfrastruktur
3) Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Daerah.
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah
5) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 120/1730/SJ/2005
Perihal Kerjasama Daerah.
6) Perjanjian Kerjasama bidang teknis antara Pemerintah Kabupaten
Sleman dengan Kabupaten Gunungkidul merupakan tindaklanjut
Keputusan Bersama antara Bupati Sleman dengan Bupati
Gunungkidul Nomor 04/SKB.KDH/A./2004 dan Nomor 125/1023
tentang Kerjasama di Bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan
Kemasyarakatan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
405
7) Perjanjian Kerjasama bidang teknis antara Pemerintah Kabupaten
Sleman dengan Kabupaten Magelang merupakan tindaklanjut
Keputusan Bersama antara Bupati Sleman dengan Bupati Magelang
Nomor: 06/Kep.KDH/2000 dan Nomor: 188.4/88/Kep./01/2000
tentang Kerjasama di Bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan
Kemasyarakatan.
8) Keputusan Bersama Bupati Sleman dan Bupati Gunungkidul Nomor
04/SKB.KDH/A./2004 dan Nomor 125/1023 tentang Kerjasama
antara Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul.
9) Perjanjian Kerjasama antara Dinas Pengairan Pertambangan dan
Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Sleman, Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Gunungkidul, dan Balai Besar Wilayah
Sungai Serayu-Opak, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Nomor
23/PK.KDH/D/2007, Nomor 600/913 dan Nomor
147/KPTS/SBBWS.SO/2007 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air,
10) Perjanjian kerjasama antara Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab
Sleman dengan Dinas Pertanian dan Kelautan Kabupaten Kulon
Progo Nomor: 24/PK.KDH/D/2008 dan Nomor 147 Th 2008 tanggal
20 Desember 2008 tentang Peningkatan Kualitas Ternak, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Perikanan Budidaya
11) Perjanjian Kerjasama antara Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Sleman dengan Dinas Kelautan, Perikanan dan
Peternakan Kabupaten Bantul Nomor: 26/PK.KDH/D/2008 dan
Nomor 62/Perj/Bt/2008 tanggal 20 Desember 2008 tentang
Peningkatan KualitasTernak, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Perikanan
c. Bidang yang dikerjasamakan
1) Peningkatan kualitas ternak, kesehatan masyarakat veteriner dan
perikanan budidaya
2) Sumber Daya Air
3) Kesehatan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
406
d. Nama Kegiatan
Kerjasama antar daerah dilaksanakan melalui kegiatan Koordinasi
Kerjasama Antar Daerah Berbatasan.
e. SKPD Penyelenggara
Penyelenggara pembinaan batas wilayah dilaksanakan oleh Bagian
Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah sesuai dengan Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang tentang Organisasi Perangkat
Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Sleman
Nomor 40 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman. Berdasarkan Peraturan Bupati
tersebut Bagian Tata Pemerintahan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan kebijakan, pengkoordinasian
pelaksanaan tugas perangkat daerah, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan, dan pembinaan administrasi dan aparatur
bidang administrasi pemerintahan daerah, pengembangan otonomi
daerah, administrasi wilayah perbatasan, dan kerjasama.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Bagian Tata Pemerintahan
mempunyai fungsi:
1) Penyusunan rencana kerja Bagian Tata Pemerintahan
2) Perumusan kebijakan bidang administrasi pemerintahan daerah,
pengembangan otonomi daerah, administrasi wilayah perbatasan
dan kerjasama;
3) Penyelenggaraan, pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang administrasi
pemerintahan daerah
4) Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang pengembangan
otonomi daerah;
5) Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang administrasi wilayah
perbatasan dan kerjasama; dan
6) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja
Bagian Tata Pemerintahan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
407
f. Sumber Daya Manusia
Sumber daya penyelenggara pembinaan batas-batas wilayah adalah
sebagai berikut: Tabel 5.1. SDM Penyelenggara Kerjasama Antar Daerah
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I -
2 SMP 1 2. II 2
3 SMA 2 3. III 12
4 Sarmud/D3 - 4. IV 1
5 Strata 1 7
6 Strata 2 5
Jumlah 15 Jumlah 15
Sumber: Sekretariat Daerah
SDM berdasarkan Jabatan Struktural dan unsur staf yaitu terdiri dari 1
orang pejabat eselon III, dan 3 orang pejabat eselon IV.
g. Sumber dan Jumlah Anggaran
Anggaran untuk mendukung kegiatan kerjasama dan koordinasi antar
kabupaten sebesar Rp60.000.000,00 realisasi Rp25.740.275,00 atau
42,90%.
h. Jangka Waktu Kerjasama
Jangka waktu kerja sama antara Kabupaten Sleman dengan Kabupaten
Kota, Magelang, Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul adalah 5 tahun.
i. Hasil dari Kerjasama
1) Pelaksanaan kegiatan kerjasama dan koordinasi antar kabupaten
direalisasikan dengan penindaklanjutan perjanjian Kerjasama
pengelolaan Sumber Daya Air dalam bentuk pembangunan Embung
yang berlokasi di Dusun Kalinongko Lor, Desa Gayamharjo,
Kecamatan Prambanan dan Dusun Kayoman, Desa Serut,
Kecamatan Gedangsari Kab. Gunungkidul. Tujuan pembangunan
embung tersebut adalah untuk meningkatkan pelayanan penyediaan
air baku bagi masyarakat wilayah perbatasan Kabupaten Sleman
dan Kabupaten Gunungkidul, karena selama ini masyarakat
diwilayah tersebut mengalami kekurang air bersih.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
408
Sesuai dengan tahapan pembangunan Embung Serut yang
tercantum dalam Perjanjian Kerjasama, bahwa :
a) Tahun 2008 merupakan tahapan penyusunan Detail Enginering
Design (DED), UKL-UPL, oleh Balai Besar Wilayah Sungai
serayu Opak, pembentukan organisasi pengelola Embung Serut.
b) Tahun 2009 penyediaan lahan oleh Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Gunungkidul
c) Tahun 2010 – 2011 tahap pembangunan konstruksi embung dan
pendanaan menjadi kewajiban Balai Besar Wilayah Sungai
Serayu Opak.
Pemerintah Kabupaten Sleman besama Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul telah melaksanakan pembebasan lahan untuk lokasi
pembangunan embung tersebut. Lahan diwilayah Kabupaten
Sleman yang dibebaskan seluas 4.196,48 m² (25% dari total luas
tanah yang direncanakan untuk pembangunan embung 16.609 m2).
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menyediakan lahan lokasi
pembangunan embung seluas 8.004,68 m².
Pembanguan konstruksi bangunan Embung Serut direncanakan
dimulai pada tahun 2010 selesai sesuai jadwal pada tahun 2011. Akan
tetapi pembangunan tersebut belum bisa dilaksanakan karena alokasi
anggaran pembangunan konstruksi Embung Serut di Balai Besar
Wilayah Sungai Serayu Opak baru akan turun pada tahun 2011.
2) Pemerintah Kabupaten Sleman telah menindaklanjuti perjanjian
kerjasama antara Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Sleman dengan Dinas Pertanian dan Kelautan Kabupaten Kulon
Progo Nomor: 24/PK.KDH/D/2008 dan Nomor 147 Th 2008 tanggal
20 Desember 2008 tentang Peningkatan Kualitas Ternak, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Perikanan Budidaya serta Perjanjian
Kerjasama antara Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Sleman dengan Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Bantul Nomor: 26/PK.KDH/D/2008 dan Nomor
62/Perj/Bt/2008 tanggal 20 Desember 2008 tentang Peningkatan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
409
KualitasTernak, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Perikanan
Budidaya. Hasil tindaklanjut kerjasama tersebut antara lain :
a) Pengawasan kesehatan hewan di pasar, bahan asal hewan dan
produk asal hewan yang dilaksanakan oleh Puskeswan di
wilayah Perbatasan.
b) penerbitan surat keterangan kesehatan hewan terhadap hewan
yang akan keluar dari wilayah daerah
c) pembinaan kesehatan ternak kepada petani ternak dilaksanakan
oleh puskeswan
d) pelaksanaan inseminasi buatan dan pemeriksaan kebuntingan
ternak serta gangguan reproduksi ternak di wilayah perbatasan
e) pencegahan, pengawasan dan pengendalian ternak di perbatasan
f) sosialisasi kepada peternak, pedagang ternak dan pedagang
produk peternakan tentang Surak Keterangan Kesehatan Hewan
(SKKH) dan Surat Keterangan Kesehatan Produk Asal Hewan
g) penyediaan benih dan induk ikan yang tepat jumlah, tepat waktu,
dan berkualitas baik
h) pemberian data dan informasi kebutuhan ikan (konsumsi dan
benih ikan)
i) pengelolaan kualitas air di perairan umum pada daerah perbatasan
j) sosialisasi peduli ASUH (Aman Sehat Utuh dan Halal) kepada
masyarakat
3) Penyusunan draft perjanjian kerjasama tentang pelayanan
kesehatan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang. Secara
substansi draft tersebut memuat pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di wilayah perbatasan, terutama masyarakat miskin yang
memerlukan jaminan kesehatan.
4) Penyusunan evaluasi kerjasama antar wilayah perbatasan meliputi
evaluasi seluruh kerjasama antar daerah yang masih berlaku dan
yang telah habis masa berlakunya, sebagai bahan penyusunan
prioritas kegiatan kerjasama pada tahun berikutnya.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
410
j. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan kerjasama antar daerah lebih pada perbedaan kebijakan
yang diterapkan para pelaku kerjasama baik ditingkat perencanaan,
penganggaran dan pelaksanaan. Hal tersebut menyebabkan belum
optimalnya pelaksanaan kerjasama, baik perumusan kerjasama baru
maupun implementasi kerjasama yang telah ada. Solusi yang dilakukan
dengan melakukan peningkatan koordinasi secara aktif dan komunikasi
dengan kabupaten lain pelaku kerjasama.
2. Sekretariat Bersama Java Promo
a. Daerah yang diajak kerjasama
Dalam upaya meningkatkan kegiatan bidang pariwisata, Pemerintah
Kabupaten Sleman melakukan kerjasama dengan 15 Kabupaten/Kota di
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yaitu Kab. Sleman,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul,
Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung,
Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Kebumen, Kota Yogyakarta dan Kota
Magelang dan Kabupaten Semarang yang tergabung dalam Forum Java
Promo. Forum Java Promo dideklarasikan oleh 13 Kab/Kota dan
bertambah anggota yaitu Kabupaten Karanganyar (tahun 2006) dan
Kabupaten Semarang (tahun 2008)
b. Dasar Hukum
Pembentukan Sekretariat Java Promo berdasarkan Deklarasi
Kerjasama Pariwisata antara 13 Kabupaten/Kota dilingkungan Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tanggal 26 Juni
2002 bertempat di Hotel Hyatt, Sleman. Selanjutnya Sekber tersebut
dikukuhkan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gde Ardika
pada tanggal 21 Mei 2003 di Wonosobo.
c. Bidang yang dikerjasamakan
1) Pengembangan pariwisata secara bersama-sama dalam 1 wilayah
destinasi pariwisata
2) Pengembangan sarana prasarana penunjang pariwisata
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
411
3) Pengembangan produk paket wisata baru yang potensial
4) Pengembangan promosi pariwisata secara terpadu
5) Pengembangan pendidikan dan pelatihan bidang pariwisata.
d. Nama Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan disebut Kegiatan Pendampingan Java
Promo.
e. SKPD Penyelenggara
SKPD penyelenggara kegiatan Java Promo adalah Badan Perencanaan
Pembangunan. Bappeda dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 09 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah
Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Nomor 37 Tahun
2009 Tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah. Bappeda mempunyai tugas
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang
perencanaan pembnagunan Daerah, Bidang Ekonomi mempunyai
fungsi yaitu :
1) Penyusunan rencana kerja Bidang Ekonomi
2) Perumusan kebijakan teknis perencanaan pertanian, perikanan,
kehutanan, perekonomian, pariwisata, ketenagakerjaan, dan investasi
3) Penyelenggara, pengoordiansian, dan pembinaan perencanaan
bidang pertanian, perikanan dan kehutanan
4) Penyelenggara, pengoordiansian, dan pembinaan perencanaan
bidang perekonomian dan pariwisata
5) Penyelenggara, pengoordiansian, dan pembinaan perencanaan
bidang ketenagakerjaan lingkungan hidup perkotaan
6) Penyelenggaraan evaluasi kebijakan teknis perencanaan tata ruang,
sarana, prasarana dan lingkungan hidup perkotaan; dan
7) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja
Bidang Perkotaan
f. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia penyelenggara kegiatan Java Promo yaitu
Bidang Perencanaan Sosial Ekonomi yang bertindak sebagai pelaksana
kegiatan harian adalah sebagai berikut:
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
412
Tabel 5.2. SDM Penyelenggara Kerjasama Sekretariat Java Promo
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I -
2 SMP - 2. II 1
3 SMA 1 3. III 8
4 Sarmud/D3 1 4. IV 1
5 Strata 1 4
6 Strata 2 4
Jumlah 10 Jumlah 10
Sumber: Bappeda
Pejabat struktural pendukung penyelenggaraan Sekretariat Java Promo
terdiri dari 1 orang PIU eselon II, 1 orang eselon III, dan 2 orang eselon
IV , 6 orang staf serta 3 orang pengarah (SC) dan 2 sekretariat OC.
g. Sumber dan Jumlah Anggaran
Anggaran untuk mendukung kegiatan Sekretariat Bersama Java Promo
diperoleh dari iuran anggota yang besarnya Rp50.000.000,00 per
Kabupaten/Kota per tahun.
h. Jangka Waktu Kerjasama
Jangka waktu kerjasama 15 kabupaten/kota anggota Sekretariat
Bersama Java Promo dalam rangka promosi dan pengembangan
pariwisata serta pembangunan sarana dan prasarana pariwisata
tersebut tidak dibatasi, tergantung keputusan anggotanya. Masa kerja
pengurus Sekretariat Java Promo adalah 3 tahun dan setiap akhir masa
kepengurusan dilaksanakan pemilihan Ketua Sekber. Ketua Sekber
Java Promo selama 2 periode dijabat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten
Sleman dan masa jabatan periode kedua ini akan berakhir pada tahun
2010. Kantor Sekretariat Java Promo berada di Bidang Ekonomi
Bappeda Kabupaten Sleman
i. Hasil dari Kerjasama
Kegiatan Sekretariat Bersama Java Promo di Kabupaten Sleman
dilaksanakan dengan koordinasi dan fasilitasi yang menghasilkan:
1) Terlaksananya pertemuan Koordinaasi Java Promo Tingkat
Bupati/Walikota dengan agenda Musyawarah Umum Java Promo
untuk membahas periodisasi Sekretariat Bersama Java Promo 3
(tiga) tahunan di Grha Sarina Vidi Kabupaten Sleman Tanggal 3
Februari 2010
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
413
2) Terlaksananya Misi Perdagangan Dewan Perniagaan Melayu
Malaysia (DPMM) ke Jogjakarta pada tanggal 22-25 Februari 2010
3) Terlaksananya event “Fam Tour dan Pemaketan Wisata Java
Promo” pada tanggal 17 April sd 11 Juli 2010
4) Terlaksananya Konferensi Nasional Destination Management
Organisation pada tanggal 6 agustus 2010
5) Terlaksananya Studi Komparasi Manajemen Sarana –Prasarana
Pariwisata di Banten pada tanggal 21 – 25 September 2010
6) Pertemuan Koordinasi Java Promo Tingkat Kepala Bapeda &
Pariwisata (3 Bulanan) di Kledung Pass, Kabupaten Wonosobo pada
tanggal 30 September 2010
7) Pelaksanaan event “Studi Komparasi Manajemen Sarana-
Prasarana Pariwisata di Makassar pada tanggal 6 – 9 Oktober 2010
8) Pelaksanaan event Promosi Wisata Bersama di Bali “Nusa Dua
Fiesta 2010”. Pada tanggal 13 – 20 Oktober 2010
9) Java Promo bersinergi kerjasama dengan PUSPAR UGM dalam
pelaksanaan Perlatiha “Teknik Penilaian Kualitas Obyek Wisata
Bagi Anggota Java Promo” pada tanggal 23 – 24 November 2010
10) Java Promo bersinergi kerjasama dengan Departeman Kebudayaan
& Pariwisata RI dalam pelaksanaan Perlatihan “Pengembangan
Investasi Bidang Usaha Pariwisata” pada tanggal 26 November 2010
11) Java Promo dalam pelaksanaan event Travel Dialog, Promosi
Wisata Dan Studi Komparasi Pengembangan Wisata di Jakarta –
Cimahi pada tanggal 12 – 15 Desember 2010
12) Java Promo dalam pelaksanaan event Pengelolaan Admin
www.javapromo.com selama satu tahun dan “Pelatihan Fotografi
Jurnalistik Admin www.javapromo.com” .
j. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang dihadapi pada tahun 2010 adalah perbedaan
komitmen personil antar anggota yang ditugaskan dalam forum Sekber
Java Promo. Kondisi tersebut berpengaruh pada proses pelaksanaan
program dan kegiatan diantara anggota Java Promo. Solusi yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan koordinasi dan komunikasi.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
414
k. Hal-hal Lain
Perlunya dibahas dan disiapkan regenerasi kepengurusan Sekber
Kartamantul
3. Sekretariat Bersama Kartamantul
a. Daerah yang diajak Kerjasama
Kartamantul adalah Kerjasama antara 3 daerah di lingkungan Provinsi
DIY, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul
dalam bidang pengelolaan sarana dan prasarana perkotaan. Kerjasama
tersebut dibentuk dalam rangka mengatasi permasalahan-
permasalahan yang muncul di wilayah aglomerasi perkotaan.
b. Dasar Hukum
Dasar Hukum yang mendasari Kerjasama Sekber Kartamantul adalah:
1) Perjanjian Nomor 04/Perj/BT/2001, Nomor 38/Kep. KDH/2001 dan
Nomor 3 tahun 2001 tentang Pembentukan Sekretariat Bersama
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Perkotaan antara Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
2) Keputusan Bersama Walikota Yogyakarta, Bupati Sleman dan Bupati
Bantul Nomor 1/SKB.KDH/A/2009; Nomor 27 tahun 2009; Nomor
01/SKB/2009 tentang Perubahan Keputusan Bersama Bupati
Sleman, Bupati Bantul dan Walikota Yogyakarta Nomor :
1/SKB.KDH/A/2008; Nomor 1177 A tahun 2008; Nomor :
01/SKB/2008 tentang Pengangkatan Ketua, Sekretaris dan
Bendahara Sekretariat Bersama Kartamantul Periode 2008-2010.
c. Bidang Kerjasama
Bidang yang dikerjasamakan meliputi pengelolaan sarana dan
prasarana perkotaan khususnya pada 7 sektor, yaitu: persampahan, air
limbah, air bersih, jalan, transportasi, drainase dan tata ruang.
d. Nama Kegiatan
Penunjangan Sekretariat Bersama Yogyakarta, Sleman dan Bantul
(Sekber Kartamantul)
e. SKPD Penyelenggara Kerjasama
SKPD penanggungjawab kegiatan kerjasama Kartamantul adalah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Bidang Perkotaan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
415
Bappeda dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun
2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten
Sleman dan Peraturan Bupati Nomor 37 Tahun 2009 Tentang Uraian
Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah. Bidang Perkotaan mempunyai fungsi yaitu :
1) Penyusunan rencana kerja Bidang Perkotaan
2) Perumusan kebijakan teknis perencanaan tata ruang, sarana,
prasarana, dan lingkungan hidup perkotaan
3) Penyelenggara, pengoordiansian, dan pembinaan perencanaan tata
ruang perkotaan
4) Penyelenggara, pengoordiansian, dan pembinaan perencanaan
sarana dan prasarana perkotaan
5) Penyelenggara, pengoordiansian, dan pembinaan perencanaan
lingkungan hidup perkotaan
6) Penyelenggaraan evaluasi kebijakan teknis perencanaan tata ruang,
sarana, prasarana dan lingkungan hidup perkotaan; dan
7) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja
Bidang Perkotaan
f. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam pendukung penyelenggaraan kerjasama
Sekber Kartamantul adalah sebagai berikut: Tabel 5.3. SDM Penyelenggara Kerjasama Kartamantul
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I -
2 SMP - 2. II -
3 SMA 1 3. III 8
4 Sarmud/D3 - 4. IV 2
5 Strata 1 5
6 Strata 2 4
Jumlah 10 Jumlah 10
Sumber: Bappeda
Pejabat struktural pendukung penyelenggaraan kerjasama kartamantul
terdiri dari 1 orang pejabat eselon II, 1 orang eselon III, dan 3 orang
eselon IV
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
416
g. Sumber dan Jumlah Anggaran
Anggaran pelaksanaan kegiatan Sekber Kartamantul dari iuran para
anggota. Anggaran yang berasal dari APBD Kabupaten Sleman pada
tahun anggaran 2010 untuk Kegiatan penunjangan Sekber Kartamantul
sebesar Rp 40.000.000,00 realisasi sebesar Rp34.937.200 (87,34%)
h. Jangka Waktu Kerjasama
Pada dasarnya jangka waktu kerjasama Sekretariat Bersama
Kartamantul dilakukan sepanjang diperlukan dan masa kerja
kepengurusan selama 2 tahun. Saat ini kepengurusan Sekber
Kartamantul dipegang oleh Kabupaten Bantul.
i. Hasil kerjasama
1) Kegiatan terkait Operasional Kantor Sekber Kartamantul, meliputi :
a) Mekanisme sharing anggaran dan sumber pembiayaan
kerjasama pengelolaan sarana dan prasarana
b) Rencana pengenaan pajak (PPH 21/PPN) pda anggaran OM
Sekber Kartamantul
c) Penyusunan RAB Sekber Kartamantul tahun 2010 – 2011
d) Pengambilan kebijakan tim pengarah sekber
e) Pembahasan draft SKB pengurus Sekber
f) Rakor Persiapan Workshop SOP Sekber Kartamantul
2) Kegiatan terkait promosi KAD dan kunjungan ke Sekber
Kartamantul, meliputi :
a) Persiapan seminar fot promoting ILGC
b) Kunjungan konselor kerjasama ekonomi dan kedubes Jerman
c) Kunjungan SAPTA MITRA PESONA
d) Kunjungan SINGBEBAS Kalimantan Barat
e) Kunjungan UNRI
3) Penanganan lepstospirosis
4) Presentasi pemanfaatan energi surya untuk infrastruktur perkotaan
5) Persampahan
a) Pembuangan sampah sisa produksi PT Dong Young Tress
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
417
b) Pembahasan CDM Project (kejasama dengan Shimizu dan
BPPT), meliputi :
(1) Pengambilan kebijakan tim pengarah terkait kerjasama
dengan Shimizu
(2) Pembahasan biaya OM instalasi metane capture dalam
proyek CDM
(3) Penjelasan detail tentang LoI dan CER dari Shimizu
(4) koordinasi tim pengarah terkait persetujuan DPRD
Kabupaten/ Kota terhadap kerjasama CDM Shimizu
(5) Penyiapan materi hasil kajian tim teknis terkait proyek CDM di
TPA Piyungan
(6) Pembahasan Project Agreement Shimizu - Kartamantul
c) Peningkatan kinerja pengelolaan TPA Piyungan, meliputi :
(1) Penanganan longsornya talud dermaga TPA Piyungan
(2) Follow up penanganan kerusakan talud dermaga dan
pembahasan bantuan PDF IRSDP
(3) Pembahasan pemasangan stiker truk sampah dan hasil
laporan hasil studi banding di TPA Sukowaten
(4) Evaluasi peningkatan kinerja pengelolaan TPA Piyungan
(5) Rencana sidak armada angkutan sampah
(6) Brain storming kegiatan pengelolaan TPA 2011
(7) Pembahasan biaya OM TPST Piyungan Tahun Anggaran 2011
(8) Presentasi instalasi pengelolaan air limbah RINI JAYA
(9) Presentasi Armada Pengelolaan Lingkungan ole PT OMNI
(10) Presentasi Hasil Pekerjaan Konsultan Tentang RTH TPA
Piyungan
(11) Presentasi landfill minning dari investor Belanda
(12) Audiensi proposal pengelolaan sampah untuk pemberdayaan
masyarakat miskin dan pemulung
(13) Konsultasi pengelolaan sampah terpadu di TPA Piyungan
oleh DPRD Kota Yogyakarta
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
418
d) Penanganan sampah terkait dengan kegiatan PROKASIH, meliputi :
(1) Koordinasi pelaksanaan PROKASIH wilayah APY
(2) Evaluasi pemasangan jaring sampah dan dampaknya
terhadap ekologi sungai
(3) Penyusunan Perjanjian Kerjasama TPST Piyungan
(4) Persiapan seni dan edukasi di TPA Piyungan dengan tema
"Waspadai Banjir Sampah 2010'
(5) Penanganan TPA ilegal di Blok O, Jl. Janti dan Jembatan
sekarsuli (perbatasan Sleman - Bantul)
(6) Presentasi studi mahasiswa ITB tentang persampahan
6) Air Limbah
a) Koordinasi penyiapan program MSMHP, meliputi :
(1) Sinkronisasi pengembangan jaringan air limbah untuk
implementasi program MSMHP
(2) Komitmen pendanaan pengembangan pengembangan
jaringan air limbah sistem terpusat KPY (MSMHP)
b) Koordinasi penyusunan Raperda pengelolaan dan retribusi air
limbah, meliputi :
(1) Sinkronisasi penyusunan Perda pengelolaan air limbah
Sleman dan Bantul
(2) Tindak lanjut uji lab limbah dan rencana penyusunan Perda
pengelolaan air limbah
c) Koordinasi penanganan jaringan air limbah dan OM IPAL Sewon,
meliputi :
(1) Presentasi hasil updating data dan digitasi jaringan air limbah KPY
(2) Penanganan jaringan air limbah dan pembiayaan koordinasi
OM IPAL Sewon
(3) Survai lapangan jaringan air limbah Dusun Krapyak dan
Randubelang
7) Air Bersih
a) Sinkronisasi Pemanfaatan Sumber Air Baku untuk wilayah
Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY)
b) Koordinasi untuk peningkatan kualitas dan kuantitas air bersih
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
419
c) Sinkronisasi peningkatan sarana dan prasarana untuk perbaikan
sistem jaringan perpipaan dan distribusi air bersih yang
berkelanjutan.
8) Transportasi
Kegiatan terkait penataan angkutan perbatasan, meliputi:
a) Evaluasi angkutan perbatasan Yogyakarta – Bantul
b) Review perjanjian kerjasama angkutan perbatasan Yogyakarta -
Bantul dan penyiapan perjanjian kerjasama angkutan perbatasan
Yogyakarta – Sleman
c) Tindak lanjut kerjasama angkutan perbatasan Yogya – Bantul
d) Presentasi studi mahasiswa ITB tentang transporasi
9) Drainase
Penanganan genangan kawasan di kawasan perbatasan :
a) Jln. Prof. Yohannes (Kali Belik), meliputi :
(1) Evaluasi pelaksanaan normalisasi drainase Jl. Prof Yohanes
sampai dengan Jl. Notonagoro
(2) Survai lapangan crossing utilitas PDAM dan air limbah di Jl.
Prof Yohanes sampai dengan Jl. Notonagoro
(3) Pembahasan crossing utilitas air limbah dengan jaringan
drainase dan pipa PDAM
(4) Persiapan pengukuran teknis penanganan genangan di
kawasan Langensari
(5) Normalisasi Kali Belik
(6) Sosialisasi rencana kegiatan normalisasi kali Belik
(7) Pembangunan talud di wilayah Sagan
b) Perbatasan Yogyakarta - Bantul, meliputi :
(1) Penanganan genangan/banjir di perbatasan Umbulharjo -
Banguntapan
(2) Survei lapangan terkait rencana pelaksanaan penaludan di
Karangmiri
(3) Penanganan talud di perbatasan Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul
(4) Penanganan banjir kawasan PASTHY
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
420
(5) Penanganan genangan Jl Jambon dan penanganan gorong-
gorong ringroad selatan
c) Jalan Laksda Adisucipro (Kawasan Ambarukmo Plaza), meliputi :
(1) Pelaksanaan pelumpuran dan rehab drainase di Jl. Adisucipto
(depan Ambarukmo Plaza)
(2) Survai lapangan terkait rencana pelaksanaan pelumpuran dan
rehab drainase di Jl. Adisucipto (depan Ambarukmo Plaza)
(3) Tindak lanjut survai lapangan terkat rencana pelaksanaan
pelumpuran dan rehab drainase di Jl. Adisucipto (depan
Ambarukmo Plaza)
(4) evaluasi pelaksanaan pelumpuran dan rehab drainase Jl.
Adisucipto (depan Ambarukmo Plaza)
(5) Survei lapangan pengukuran pintu bagi di kawasan Jl.
Adisucipto
10) Jalan di perbatasan
Kegiatan terkait pengelolaan jalan di perbatasan, meliputi :
a) Sikronisasi data dan program kegiatan kerjasama sektor jalan
b) Survai lapangan untuk updating jalan
c) Penanganan kemacetan di simpang empat mirota Godean
j. Permasalahan dan Solusi
Beberapa permasalahan yang muncul dalam kerjasama Kartamantul
adalah :
1) Orientasi standar capaian suatu sektor kualitasnya sering tidak
selaras antar anggota.
2) Belum sinkronnya utilitas pendukung (yang eksisting)
3) Belum sinkronnya standarisasi dan regulasi termasuk perijinan di
suatu daerah
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah
meningkatkan konsultasi dan koordinasi untuk tercapainya sinkronisasi
perencanaan, penganggaran dan kegiatan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
421
k. Hal-hal lain
1) Wacana dari Pemkab Sleman untuk memperluas bidang kerjasama
Sekber Kartamantul dengan tambahan sektor yang baru yaitu
pengelolaan sampah non rumah tangga (sampah spesifik) yaitu
sampah industri termasuk limbah rumah sakit dan B3.
2) Adanya pengembangan kelembagaan di Provinsi DIY yaitu SOTK
baru Balai IPAL sehingga nantinya perlu ada pembagian peran
antara kegiatan yang ditangani Sekber Kartamantul dan yang
ditangani Balai lPAL.
B. Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga
1) Pendampingan Sustainable Capacity Building For Decentralization
(SCBD)
a. Mitra yang diajak Kerjasama
Mitra Pemerintah Kabupaten Sleman dalam rangka Penyelenggaraan
Sustainable Capacity Building For Decentralization adalah Asian
Development Bank (ADB) melalui kantor pusat manajemen proyek
SCBD di Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Departemen Dalam
Negeri. Sebagai pelaksana kegiatan adalah service provider konsorsium
pemenang tender yaitu PT Widya Graha Asana (PT WGA), Jakarta
berasosiasi dengan Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional
(PSPPR) UGM dengan Center for Economic and Information System
Studies (CEISS)
b. Dasar Hukum
1) Loan Agreement antara Pemerintah Indonesia dan Asian
Development Bank (ADB) Nomor Loan 1964-INO yang berlaku
efektif mulai tanggal 5 September 2003.
2) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 193.05-180 Tahun 2002
Tentang Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi Penyelenggaraan
Bantuan ADB dalam rangka Peningkatan Kapasitas Pemerintah
Daerah.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
422
3) Keputusan Mendagri Nomor 050/222 Tahun 2005 Tentang CBAP 14
Kabupaten/Kota Pelaksana SCBD, termasuk di dalamnya Kabupaten
Sleman
4) Surat Mendagri Nomor 050/185/OTDA Perihal Penetapan 14
Kabupaten/Kota lokasi SCBD Tahap I.
c. Bidang yang dikerjasamakan
Bidang yang dikerjasamakan adalah lintas sektor dalam rangka
pengembangan kapasitas pemerintahan daerah yang berkelanjutan
untuk desentralisasi yang meliputi kerangka strategi/kebijakan,
perkuatan kelembagaan, manajemen SDM, peningkatan SDM,
keuangan dan penganggaran.
d. Nama Kegiatan
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah yang
Berkelanjutan untuk Desentralisasi lanjutan 2 tahun terakhir
(Pendampingan SCBD-DP)
e. SKPD Penyelenggaraan Kerjasama
SKPD yang bertanggungjawab untuk penyelenggaraan kegiatan
Sustainable Capacity Building for Decentralization (SCBD) adalah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) cq. Bidang
Teknologi dan Kerjasama. Bappeda dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 09 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah
Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Nomor 37 Tahun
2009 Tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah. Penjabaran Tugas Pokok dan
Fungsi. Fungsi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Bappeda, adalah
sebagai berikut :
1) Penyusunan rencana kerja Bidang Pengendalian dan Evaluasi
2) Perumusan kebijakan teknis pengendalian dan evaluasi
pembangunan daerah, penelitian dan pengembangan, dan
pengelolaan statistik dan informasi pembangunan daerah;
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
423
3) Penyelenggaraan dan pengkoordinasian pengendalian dan evaluasi
pembangunan daerah;
4) Penyelenggaraan dan pengorodinasian penelitian dan
pengembangan pembangunan daerah;
5) Penyelenggaraan dan pengkoordinasian pengelolaan statistik dan
informasi pembangunan daerah
6) Penyelenggaraan evaluasi kebijakan teknis perencanaan statistik,
perpustakaan dan kearsipan; dan
7) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja
Bidang Pengendalian dan Evaluasi
f. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia Penyelenggaraan Kegiatan Pendampingan
SCBD Kabupaten Sleman Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4. SDM Penyelenggara Kerjasama SCBD
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I -
2 SMP - 2. II -
3 SMA 3 3. III 10
4 Sarmud/D3 - 4. IV 1
5 Strata 1 4
6 Strata 2 4
Jumlah 11 Jumlah 11
Sumber: Bappeda
Pejabat struktural pendukung penyelenggaraan SCBD terdiri dari 1
orang PIU eselon II, 1 orang eselon III dan 3 orang eselon IV.
g. Alokasi dan Realisasi Anggaran
Kegiatan pendampingan SCBDP pada tahun 2010 dialokasikan
anggaran sebesar Rp220.000.000,00 dari APBD dengan realisasi
penggunaan sebesar Rp177.246.800,00 (80,57%)
h. Jangka Waktu Kerjasama
Jangka waktu kerjasama adalah 5 tahun terhitung sejak
ditandatanganinya kontrak antara Pemerintah Kabupaten Sleman
dengan pemenang tender (PT WGA) Nomor: 026/SCBD/56/CSC/2006
tanggal 7 Nopember 2006.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
424
i. Hasil dari Kerjasama
1) Terlaksananya Koordinasi pemantauan dan pengendalian CBAP 3
Tahun SCBD dan peningkatan Sumber Daya Manusia (Diklat untuk
eselon II, III,IV dan Staf)
2) Evaluasi SCBD Tahun 2006-2009
3) Revisi SIM Perijinan
4) Penyusunan CBAP untuk SCBD 2011
j. Permasalahan dan Solusi
1) Permasalahan dalam pelaksanaan SCBD yang menyebabkan target
keuangan dan kegiatan tidak tercapai sesuai dengan rencana adalah:
pencairan dana Loan ADB No. 1964-INO di KPPN Khusus VI Jakarta
cukup rumit dan membutuhkan waktu lama. Hal tersebut dikarenakan
terdapatnya ketentuan bahwa kegiatan harus selesai dilaksanakan
dahulu dan harus ada berita acara serah terima out put kegiatan dari
service provider ke unit pelaksana proyek (PIU) SCBDP.
2) Birokrasi pencairan uang yang panjang. Proses pencairan keuangan
dimulai dari service provider ke PIU SCBDP kemudian diajukan ke
kantor pusat (CPMO) SCBDP ADB Loan 1964-INO Ditjend PUOD
Depdagri dilanjutkan ke KPPN Khusus VI Jakarta dan ADB Manila,
setelah disetujui semua pihak baru dapat dicairkan melalui KPPN
Khusus Vi Jakarta yang langsung diterima melalui rekening service
provider/konsultan SCBDP (tanpa melalui Satker)
Solusi yang ditempuh dalam rangka memperlancar pencairan dana
Loan ADB no 1964-INO adalah dengan rmelakukan pencermatan
bersama dokumen pengajuan pencairan (invoice) antara konsultan-
PIU SCBDP Kab Sleman dan Bendahara SCBDP di CPMO SCBDP
Depdagri agar tidak ada kesalahan yang akan makin memperpanjang
proses. Disamping itu PIU Kab Sleman juga terus melakukan
koordinasi dan pemantauan kepada Konsultan dan ke CPMO SCB-
DP Depdagri.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
425
2) Peningkatan Kelembagaan dan Kebijakan Pengelolaan Irigasi Sumber
Daya Air/Water Resources and Irrigation Sector Management Project
(WISMP) Kabupaten Sleman
a. Mitra yang diajak kerjasama
Mitra yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam
rangka melaksanakan program Water Resources and Irrigation Sector
Management Project (WISMP I) adalah Bank Dunia dan Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah.
b. Dasar Hukum
1) Undang- undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
3) Surat Departemen Dalam Negeri Nomor 900 /982/IV/Bangda tanggal
4 Agustus 2005 perihal Perlaksanaan WISMP dan Surat Dirjen
Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum Nomor
HL/02.02.DJ/554 tanggal 16 Agustus 2005 perihal Program WISMP.
4) Keputusan Bupati Sleman Nomor 233/Kep.KDH/A/2005 Tentang
Unit Manajemen Proyek Kabupaten dan Unit Pelaksana Proyek
Kabupaten WISMP tanggal 21 Desember 2005.
5) Surat Bupati Sleman Nomor 611/02192/2005 tentang Kesanggupan
Pelaksanaan Program WISMP.
c. Bidang Kerjasama
Bidang kerjasama adalah bidang sumber daya air.
d. Nama Kegiatan
Peningkatan Kelembagaan dan Kebijakan Pengelolaan Irigasi (WISMP)
e. SKPD penyelenggara kerjasama
SKPD penyelenggara kerjasama ini adalah Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah c.q Bidang Perencanaan Perdesaan serta Seksi
Pengembangan dan Pembinaan Irigasi, Bidang Irigasi, Dinas Sumber
Daya Air, Energi, dan Mineral. Bappeda dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat
Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Nomor 37
Tahun 2009 Tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Peraturan Bupati Nomor 28
Tahun 2009 Tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas
Sumber Daya Air, Energi, dan Mineral.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
426
Bidang Perencanaan Pedesaan mempunyai fungsi yaitu:
1) Penyusunan rencana kerja Bidang perdesaan;
2) Perumusan kebijakan teknis perencanaan tata ruang, sarana,
prasarana, lingkungan hidup, dan sumber daya alam pedesaan
3) Penyelenggaraan, pengkoordinasian, dan pembinaan perencanaan
tata ruang pedesaan
4) Penyelenggaraan, pengkoordinasian, dan pembinaan perencanaan
prasarana pedesaan;
5) Penyelenggaraan, pengkoordinasian, dan pembinaan perencanaan
lingkungan hidup dan sumber daya alam pedesaan;
6) Penyelenggaraan evaluasi keboijakan teknis perencanaan tata
ruang, sarana, prasarana, lingkungan hidup, dan sumber daya alam
pedesaan; dan
7) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja bidang
perdesaan;
Bidang Irigasi mempunyai fungsi yaitu :
1) Penyusunan rencana kerja Bidang Irigasi;
2) Perumusan kebijakan teknis operasi dan pemeliharaan,
pengembangan, dan pembinaan irigasi;
3) Penyelenggaraan operasi pemeliharaan irigasi;
4) Penyelenggaraan pengembangan dan pembinaan irigasi;dan
5) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja
Bidang Irigasi
f. Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia penyelenggara kegiatan WISMP adalah sebagai
berikut: Tabel 5.5. SDM Penyelenggara Kerjasama WISMP
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I -
2 SMP - 2. II 5
3 SMA 6 3. III 15
4 Sarmud/D3 5 4. IV 6
5 Strata 1 6
6 Strata 2 9
Jumlah 26 Jumlah 26
Sumber: Bappeda dan Dinas Dinas Sumber Daya Air, Energi, dan Mineral
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
427
g. Jumlah dan sumber anggaran
Anggaran untuk kegiatan pendampingan WISMP bersumber pada:
1) APBN (DIPA Nomor 0417/033-06.4/XIV/2010 dengan Kegiatan
Peningkatan Pengelolaan Irigasi Partisipatif sebesar
Rp80.000.000,00 realisasi sebesar Rp75.530.000,00 (91,91%)
2) APBD Kabupaten Sleman dengan kegiatan Peningkatan
Kelembagaan dan kebijakan pengelolaan irigasi (WISMP) sebesar
Rp115.843.800,00 realisasi sebesar Rp92.837.300,00 (80,14%),
dalam kegiatan Peningkatan Pengelolaan Irigasi Partisipatif
(WISMP) sebesar Rp321.000.000,00 realisasi sebesar Rp
246.799.500,00 (76,88)
h. Jangka Waktu Kerjasama
Program Water Resources And Irrigation Sector Management dimulai
tahun 2005 selama 10 tahun. Program ini dilaksanakan di Kabupaten
Sleman mulai tahun 2006.
i. Hasil Kerjasama
Hasil kegiatan peningkatan kelembagaan WISMP adalah:
1) Dokumen Profil Sosial ekonomi Teknis Kelembagaan (PSETK),
sebanyak 15 buah
2) Penguatan Kelembagaan dengan melaksanakan Workshop Komisi
irigasi Penyusunan Program dan Kegiatan PIP 1 Tahun
3) Fasilitasi Sekretariat Unit Pengelolaan Proyek, Sekretariat
Koordinator LOAN
4) Pemberdayaan Penguatan Kelembagaan P3A
5) Terpeliharanya jaringan irigasi di 33 DI
j. Permasalahan dan Solusi
DIPA turunnya terlambat sedangkan kegiatan sudah terjadwal sejak
awal tahun sehingga mempengaruhi pelaksanaan kegiatan terutama
yang melibatkan pihak lain, seperti Tim Pendamping Masyarakat. Solusi
yang dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan koordinasi dan
konsultasi ke berbagai instansi/lembaga yang menaungi kegiatan
WISMP (Bappenas, Depkimpraswil, Departemen Pertanian, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Keuangan dan Bank Dunia)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
428
k. Hal-hal lain
Tercapainya Peningkatan Kinerja Pengembangan Sumber daya Air dan
sistem irigasi Partisipatif dapat mewujudkan optimalisasi kelembagaan
Sumber Daya Air.
3) Kerjasama Lainnya
Kerjasama Pembangunan dilakukan melalui perencanaan dan
pengembangan kerjasama. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka
mengoptimalkan potensi yang dimiliki Kabupaten Sleman, penyediaan
infrastruktur, peningkatkan pelayanan kesehatan dan perbaikan lingkungan,
pemanfaatan peluang/tawaran kerjasama dari pihak lain untuk mengatasi
masalah-masalah kemiskinan ataupun pengangguran, membantu
menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat maupun untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan kerjasama dimulai dari identifikasi potensi kerjasamaantar daerah
dan swasta. Hasil identifikasi ini diharapkan bisa ditindaklanjuti dengan
merealisasikan potensi kerjasama tersebut guna mengoptimalkan sumber
daya yang ada untuk meningkatkan baik pelayanan maupun pembangunan
di Kabupaten Sleman. Selama tahun anggaran 2010 terdapat 59 perjanjian
kerjasama/nota kesepahaman yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Sleman dengan pihak lain.
a. Mitra yang diajak Kerjasama
Kerjasama dilakukan dengan pemerintah pusat, baik departemen
maupun lembaga non departemen, lembaga pemerintah lainnya,
perusahaan swasta maupun BUMN serta LSM, institusi pendidikan
swasta.
b. Dasar Hukum
1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 khususnya Pasal 195
sampai dengan Pasal 198.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
429
2) Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama
Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Insfrastruktur
3) Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Daerah.
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah
5) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 120/1730/SJ/2005
Perihal Kerjasama Daerah.
c. Bidang Kerjasama
Bidang yang dikerjasamakan meliputi bidang pembangunan daerah,
kesehatan, pendidikan, transmigrasi, lingkungan dan pemberdayaan
masyarakat.
d. Nama Kegiatan
Koordinasi Kerjasama Daerah antar Daerah Berbatasan
e. SKPD Penyelenggara
Penyelenggara pembinaan batas wilayah dilaksanakan oleh Bagian
Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah yang bentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang tentang Organisasi
Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati
Sleman Nomor 40 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Sekretarist Daerah Kabupaten Sleman. Berdasarkan Peraturan
Bupati tersebut Bagian Tata Pemerintahan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan kebijakan, pengkoordinasian
pelaksanaan tugas perangkat daerah, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan, dan pembinaan administrasi dan aparatur
bidang administrasi pemerintahan daerah, pengembangan otonomi
daerah, administrasi wilayah perbatasan, dan kerjasama.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Bagian Tata Pemerintahan
mempunyai fungsi:
1) Penyusunan rencana kerja Bagian Tata Pemerintahan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
430
2) Perumusan kebijakan bidang administrasi pemerintahan daerah,
pengembangan otonomi daerah, administrasi wilayah perbatasan
dan kerjasama;
3) Penyelenggaraan, pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang administrasi
pemerintahan daerah
4) Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan aministrasi dan aparatur bidang pengembangan otonomi
daerah;
5) Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang administrasi wilayah
perbatasan dan kerjasama; dan
6) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja
Bagian Tata Pemerintahan
f. Jumlah Pegawai, Kualifikasi pendidikan, pangkat dan golongan
Tabel 5.6. SDM Penyelenggara Kegiatan Kerjasama dengan Pihak Ketiga
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I -
2 SMP 1 2. II 2
3 SMA 2 3. III 12
4 Sarmud/D3 - 4. IV 1
5 Strata 1 7
6 Strata 2 5
Jumlah 15 Jumlah 15
Sumber: Sekretariat Daerah
SDM berdasarkan Jabatan Struktural dan unsur staf yaitu terdiri dari 1
orang pejabat eselon III, dan 3 orang pejabat eselon IV.
g. Sumber dan Jumlah Anggaran
Anggaran untuk mendukung kegiatan kerjasama dan koordinasi antar
kabupaten sebesar Rp60.000.000,00 realisasi Rp25.740.275,00 atau
42,90%.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
431
h. Jangka Waktu Kerjasama
Jangka waktu kerjasama seperti tersebut ditentukan sesuai
kesepakatan masing-masing pihak.
i. Hasil (out put) kerjasama
Selama tahun anggaran 2010 terdapat 59 perjanjian kerjasama/nota
kesepahaman yang dilakukan oleh Pemerintah Kab. Sleman dengan
pihak lain, yaitu:
1) Nomor 1/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Urusan Bersama
Untuk Program Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM
Mandiri Pedesaan) nomor
2) Nomor 2/PK.KDH/A/2010, tentang Kesepakatan Bersama Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Resor Sleman tentang Kerjasama Kepariwisataan
Kabupaten Sleman
3) Nomor 3/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Hibah Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) tentang Pemberian Dana Hibah Keolahragaan
4) Nomor 4/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Hibah Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten Sleman tentang Pemberian Dana Hibah Pengawasan
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun
2010
5) Nomor 5/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tentang Peningkatan dan
Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kabupaten
Sleman dan Program Pendidikan Tenaga Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
6) Nomor 6/PK.KDH/A/2010 dan W22-046.HN-03.03 Tahun 2010,
tentang Nota Kesepahaman Antara Kantor Wilayah Kementerian
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
432
Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarata Dengan Pemerintah
Kabupaten Sleman mengenai Konsultasi dan Bantuan Hukum
7) Nomor 7/PK.KDH/A/2010 dan 058/978/2010, tentang Perjanjian
Hibah Antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten Sleman tentang Pemberian Dana
Hibah Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Tahun 2010
8) Nomor 8/PK.KDH/A/2011, tentang Perjanjian Hibah Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Komando Distrik Militer
0732 Sleman tentang Pemberian Dana Hibah Karya Bhakti TNI
9) Nomor 0/PK.KDH/C/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Dengan Pemerintah Kabupaten Sleman tentang
Pelaksanaan Operasional Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Teknologi Informasi dan Komunikasi Data Kependudukan dan
Keluarga Berencana (SIDUGA) Di Kabupaten Sleman
10) Nomor 1/PK.KDH/A/2010, tentang Kesepakatan Bersama Antara
Direktur Jendral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah
Kabupaten Sleman tentang Pembangunan Rumah Susun
Sederhana Sewa dan Prasarana Utilitas Lingkungan
11) Nomor 12/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jayapura tentang Peningkatan Pelayanan
Kesehatan
12) Nomor 12a/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Pinjam Pakai Antara
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah
Kabupaten Sleman tentang Pinjam Pakai Tanah dan Bangunan Milik
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Yang Terletak Di
Wilayah Kabupaten Sleman
13) Nomor 13/PK.KDH/A/2010 dan 76/1204-A, tentang Perjanjian Hibah
Antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Gerakan Pramuka
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
433
Kwartir Cabang 1204 Kabupaten Sleman tentang Pemberian Dana
Hibah Kepramukaan
14) Nomor 14/PK.KDH/A/2010 dan 07/PK/PKK.KAB/IV/2010, tentang
Perjanjian Hibah Antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Tim
Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten
Sleman tentang Pemberian Dana Hibah Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga
15) Nomor , 15/PK.KDH/A/2010 dan B/475/VI/2010, tentang Perjanjian
Hibah antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Kodim 0732
Sleman tentang Pemberian Dana Hibah TNI Manunggal Membangun
Desa
16) Nomor, 16/PK.KDH/A/2010 dan 696/02.05.03/UM/IV/2010 Perjanjian
Hibah Antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan PMI
Kabupaten Sleman tentang Pemberian Dana Hibah Palang Merah
Indonesia
17) Nomor, 17/PK.KDH/A/2010 Perjanjian Kerjasama Tukar Menukar
Tanah Antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Balai Besar
Latihan Ketransmigrasian Yogyakarta
18) Nomor 18/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Pinjam
Pakai Antara PA dengan Pemerintah Kabupaten Sleman
19) Nomor 19/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Dewats LPTP tentang
Pelaksanaan Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM) Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2010
20) Nomor 21/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Guna Bangsa yogyakarta tentang Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan
21) Nomor 22/PK.KDH/D/2010 dan 1525/STIKES/AU/V/2010, tentang
Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Sleman
Dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta tentang
Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
434
22) Nomor 23/PK.KDH/D/2010 dan 2.006/MoU/UNRIYO/V/2010, tentang
Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Sleman
Dengan Universitas Respati Yogyakarta tentang Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan
23) Nomor 24/PK.KDH/D/2010 dan 11/P.11/KH/O/V/2010, tentang
Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Sleman
Dengan Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta tentang
Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
24) Nomor 25/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Akademi Manajemen
Administrasi Yogyakarta tentang Peningkatan Mutu Pelayanan
Kesehatan
25) Nomor 26/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Yogyakarta tentang Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan
26) Nomor 27/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Palembang tentang Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan
27) Nomor 28/PK.KDH/D/2010 dan MoU/006/STIKES A YANI/2010,
tentang Perjanjian Kerjasama Pemerintah Kabupaten Sleman
Dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Ahmad Yani
Yogyakarta tentang Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
28) Nomor 29/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan lembaga Al-Qodir tentang
Pendampingan Bagi Korban Penyalahgunaan Napza Di Wilayah
Kabupaten Sleman
29) Nomor 30/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Lembaga Swadaya
Masyarakat Charis tentang Pendampingan Bagi Korban
Penyalahgunaan Napza Di Wilayah Kabupaten Sleman
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
435
30) Nomor 31/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Antara Pemerintah
Kabupaten Sleman Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Sampan
Community tentang Pendampingan Bagi Korban Penyalahgunaan
Napza Di Wilayah Kabupaten Sleman
31) Nomor 32/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Antara Pemerintah
Kabupaten Sleman Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat
Yayasan Tetiroh Dzikir tentang Pendampingan Bagi Korban
Penyalahgunaan Napza Di Wilayah Kabupaten Sleman
32) Nomor 33/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Antara Pemerintah
Kabupaten Sleman Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Siloam
tentang Pendampingan Bagi Korban Penyalahgunaan Napza Di
Wilayah Kabupaten Sleman
33) Nomor 34/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Antara Pemerintah
Kabupaten Sleman Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat
Rehabilitasi Kunci tentang Pendampingan Bagi Korban
Penyalahgunaan Napza Di Wilayah Kabupaten Sleman
34) Nomor 35/PK.KDH/A/2010 dan KODIM/SKET/05/VII/2010, tentang
Perjanjian Hibah antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan
Kodim 0732 Sleman tentang Pemberian Dana Hibah Bhakti TNI-KB
Terpadu
35) Nomor 36/PK.KDH/D/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Akademi Keperawatan
Yogyakarta tentang Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
36) Nomor 37/PK.KDH/A/2010 dan 01/N.KES-DPRD/2010, tentang Nota
Kesepakatan Antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah tentang Kebijakan Umum Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010
37) Nomor 38/PK.KDH/A/2010, tentang Nota Kesepakatan Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah tentang Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Perubahan APBD Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2010
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
436
38) Nomor 40/PK.KDH/C/2010, tentang Pinjam Pakai Gedung eks
Kantor Pengadilan Agama Sleman
39) Nomor 41/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan
Pemerintah Kabupaten Sleman tentang Pemberian Hibah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Kepada Pemerintah Kabupaten
Sleman Tahun Anggaran 2010
40) Nomor 42/PK.KDH/A/2010, tentang Keputusan Bersama Bupati
Bantul, Bupati Sleman, dan Walikota Yogyakarta tentang
Pengangkatan Ketua, Sekretaris, dan Bendahara Sekretariat
Bersama Kartamantul Periode 2016-2012
41) Nomor 43/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama Antara
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Sleman dan PT Taman
Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko tentang
Pengelolaan Taman Wisata Kraton Ratu Boko
42) Nomor 44/PK.KDH/D/2010, tentang Pelaksanaan Program
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat KIPRAH (Kita Pro
Rakyat)
43) Nomor 46/PK.KDH/A/2010, tentang Pemberian Dana Hibah Untuk
Pelaksanaan Operasi Ketupat Progo
44) Nomor 50/PK.KDH/A/2010 dan SKEP/KONI/SLM/IX/2010, tentang
Perubahan Perjanjian Hibah Antara Pemerintah Kabupaten Sleman
Dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten
Sleman Nomor 3/PK.KDH/A/2010. Nomor 905/KONI/SLM/I/2010
tentang Pemberian Dana Hibah Keolahragaan
45) Nomor 54/PK.KDH/A/2010 dan 025/DP.Kab SLm/IX/2010, tentang
Perjanjian Hibah Antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan
Dewan Pengurus Korpri Kabupaten Sleman tentang Pemberian
Dana Hibah Korps Pegawai Republik Indonesia
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
437
46) Nomor 55/PK.KDH/A/2010 dan 16/KSP/IX/2010, tentang
Penyelenggaraan Sistem Jaminan Kesehatan Semesta Di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
47) Nomor 58/PK.KDH/A/2010, tentang Nota Kesepahaman Antara
Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta tentang Kerjasama Penguatan Tata Kelola
Kepemerintahan Yang Baik Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Sleman
48) Nomor 59/PK.KDH/A/2010, tentang KUA
49) Nomor 60/PK.KDH/A/2010, tentang PPAS
50) Nomor 61/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Dengan Pemerintah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tentang Penyelenggaraan Program Transmigrasi Di
Lokasi Arongo Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi
Tenggara
51) Nomor 62/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara
Dengan Pemerintah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tentang Penyelenggaraan Program Transmigrasi di
Lokasi UPT Amorome SP.2 Kecamatan Asera Kabupaten Konawe
Utara Provinsi Sulawesi Tenggara
52) Nomor 63/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah Dengan
Pemerintah Kabupaten Sleman tentang Penyelenggaraan Program
Transmigrasi di Lokasi Dadahup C.3 Kabupaten Kapuas Provinsi
Kalimantan Tengah
53) Nomor 64/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat Dengan
Pemerintah Kabupaten Sleman tentang Penyelenggaraan Program
Transmigrasi Swakarsa Berbantuan di Lokasi Sabung SP 1 (KTM
Subah) Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
438
54) Nomor 65/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat Dengan
Pemerintah Kabupaten Sleman tentang Penyelenggaraan Program
Transmigrasi di Lokasi Sebunga SP 1 Kecamatan Sajingan
Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat
55) Nomor 65/PK.KDH/A/2010, tentang Perjanjian Kerjasama
Pemerintah Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat Dengan
Pemerintah Kabupaten Sleman tentang Penyelenggaraan Program
Transmigrasi di Lokasi Sebunga SP 1 Kecamatan Sajingan
Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat
56) Nomor 66/PK.KDH/A/2010, tentang Penyelenggaraan Program
Trasmigrasi di Lokasi Sebunga SP 1 Kecamatan Sajingan
Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Timur
57) Nomor 67/PK.KDH/A/2010, tentang Kerjasama Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan antara Pemerintah Kabupaten Sleman
dengan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam
Indonesia
58) Nomor 68/PK.KDH/A/2010, tentang Perubahan Perjanjian Hibah
Antara Pemerintah Kabupaten Sleman dengan PMI Kabupaten
Sleman Nomor 16/PK.KDH/A/2010, Nomor 696/02.05.03/UMIX/2010
tentang Pemeberian Dana Hibah PMI
59) Nomor 69/PK.KDH/A/2010, tentang Peubahan Perjanjian Hibah
antara Pemerintah Kabupaten Sleman dengan Tim Penggerak PKK
Kabupaten Sleman
j. Permasalahan dan Solusi
1) Sistem pengelolaan kerjasama belum terpola secara baku. Hal
tersebut menyebabkan tindak lanjut dari masing-masing
kesepakatan/MoU belum lancar serta adanya kerjasama yang
secara esensial dirasa perlu tapi pada pelaksanaannya belum efektif
karena masing-masing pihak punya sudut pandang berbeda.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
439
2) Terdapat juga perjanjian kerjasama yang kegiatannya masih terus
berjalan namun sebenarnya jangka waktunya sudah habis. Solusi
yang ditempuh adalah melakukan peningkatkan koordinasi dan
konsultasi serta sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman yang
sama tentang pengelolaan kerjasama serta untuk tindak lanjut dari
kesepakatan yang telah tertuang dalam MoU
k. Hal-hal lain
Dari kegiatan diidentifikasi potensi kerjasama dengan daerah lain dan
swasta dapat dilihat bahwa cukup banyak peluang dari berbagai bidang
yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan maupun peningkatan
pelayanan kepada masyarakat Sleman, peningkatan kesejahteraan
masyarakat Kab. Sleman serta untuk peningkatan sarana prasarana di
Kab. Sleman baik dari sisi jumlah fisik maupun peningkatan kualitas dan
pemeliharaannya.
C. Koordinasi dengan Instansi Vertikal
1) Forum Koordinasi
a. Forum Komunikasi Kebijakan Pimpinan Daerah adalah forum yang
melibatkan unsur kepala dan wakil kepala dari institusi Pemerintah
Daerah, Kejaksaan Negeri, Kepolisian Resort (Polres), Komando
Distrik Militer (Kodim) dan DPRD.
b. Forum Komunikasi Pengadilan Kehakiman Kejaksaan dan Kepolisian
(DILKEHJAPOL), melibatkan unsur Pengadilan Negeri, Kejaksaan
Negeri, dan Kepolisian Resort.
2) Materi Koordinasi
Materi koordinasi meliputi bidang pemerintahan daerah yang bersifat
strategis, sebagai upaya menjaga kesatuan bangsa dan negara serta
perlindungan kepada masyaraka, meliputi bidang politik, hukum,
keamanan dan ketertiban, sosial kemasyarakatan, serta kriminalitas dan
terorisme. Secara prinsip koordinasi dilaksanakan dengan tujuan menjaga
stabilitas kondisi di wilayah Kabupaten Sleman, berupa:
a. Peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan
mengupayakan patroli bersama sampai pada tingkat wilayah yang
paling rendah dan pengaktifan kembali sistem keamanan lingkungan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
440
b. Perlu dilakukan upaya pendekatan budaya kepada masyarakat
misalnya dengan meningkatkan komunikasi dialog lintas agama
sehingga mengurangi munculnya tindakan anarkis.
c. Pemberdayaan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dapat
membantu antisipasi terjadinya konflik sosial kemasyarakatan.
d. Peningkatan antisipasi kejadian kriminal pencurian, perampokan dan
aksi-aksi yang terkait dengan terorisme di berbagai tempat, sehingga
tidak terjadi di wilayah Kabupaten Sleman mengingat Kabupaten
Sleman memiliki pengalaman dengan terorisme dan perampokan yang
diikuti dengan kekerasan.
e. Kesiapan pemerintahan daerah dalam mengantisipasi bencana alam
maupun yang terkait dengan kejadian/peristiwa meteorologis akibat
perubahan cuaca ekstrim dan antisipasi siklus merapi.
f. Peningkatan pemahaman wawasan kebangsaan dan rasa
nasionalisme dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
3) Intansi vertikal yang terlibat
a. Pengadilan Negeri;
b. Kejaksaan Negeri;
c. Kepolisian Resort (Polres);
d. Komando Distrik Militer (Kodim);
e. Pengadilan Agama;
f. DPRD.
4) Sumber dan Jumlah Anggaran
Alokasi anggaran yang disediakan untuk penyelenggaraan koordinasi
dengan instansi vertikal sebesar Rp269.644.600,00 bersumber pada
APBD Kabupaten Sleman. Dalam pelaksanaannya anggaran tersebut
dapat direalisasikan sebesar Rp215.869.550,00 atau sebesar 80,05%.
Dana sebesar Rp27.525.000,00 yang akan digunakan bagi pelaksanaan
Forum Dilkehjapol dikembalikan untuk penanganan bencana Merapi.
5) SKPD Penyelenggara
Penyelenggara Pembinaan Batas Wilayah dilaksanakan oleh Bagian Tata
Pemerintahan, Sekretariat Daerah berdasarkan Perda Nomor : 9 Tahun
2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
441
Sleman dan Peraturan Bupati Sleman Nomor 40 Tahun 2009 Tentang
Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Bagian Tata
Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman. Berdasarkan
Peraturan Bupati tersebut Bagian Tata Pemerintahan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan kebijakan, pengkoordinasian pelaksanaan
tugas perangkat daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan dan pembinaan administrasi dan aparatur bidang
administrasi pemerintahan daerah, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan, dan pembinaan administrasi dan aparatur bidang
administrasi pemerintahan daerah, pengembangan otonomi daerah,
administrasi wilayah perbatasan dan kerjasama. Untuk melaksanakan
tugas tersebut Bagian Tata Pemerintahan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana kerja Bagian Tata Pemerintahan
b. Perumusan kebijakan bidang administrasi Pelaksanaan analisis dan
penyiapan rancangan kebijakan serta pelayanan administrasi
penyelengaraan pemerintahan daerah,
c. Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang administrasi
pemerintahan daerah
d. Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang pengembangan otonomi
daerah
e. Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang administrasi wilayah
perbatasan dan kerjasama;dan
f. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Bagian
Tata Pemerintahan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
442
6) Sumber Daya Manusia
Sumber daya penyelenggara koordinasi dengan instansi vertikal adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.7. SDM Penyelenggara Koordinasi dengan Instansi Vertikal
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I -
2 SMP 1 2. II 2
3 SMA 2 3. III 12
4 Sarmud/D3 - 4. IV 1
5 Strata 1 7
6 Strata 2 5
Jumlah 15 Jumlah 15
Sumber: Sekretariat Daerah
Pejabat struktural penyelenggaraan koordinasi dengan instansi vertikal
adalah 1 orang pejabat eselon III, 3 orang pejabat eselon IV.
7) Jumlah kegiatan koordinasi yang dilaksanakan
kegiatan koordinasi dilaksanakan sebanyak 6 kali dalam bentuk
penyelenggaraan forum komunikasi kebijakan pimpinan daerah.
Sedangkan kegiatan koordinasi forum Dilkehjapol sendiri tidak terlaksana
karena anggaran penyelenggaraannya dikembalikan untuk
penanggulangan bencana Merapi.
8) Hasil dan Manfaat Koordinasi
a. Peningkatan hubungan koordinasi antar instansi vertikal yang semakin
baik, dan perlu untuk secara konsisten ditingkatkan agar secara
terpadu dapat menjaga keamanan dan ketertiban sebagai upaya
melindungi masyarakat serta dalam rangka antisipatif menghadapi
permasalahan-permasalahn di wilayah daerah.
b. Peningkatan sistem keamanan dari tingkat yang paling bawah dengan
mengaktifkan kembali siskamling dan pemantauan keberadaan orang-
orang yang tidak dikenal.
c. Koordinasi seputar pemulihan situasi dan kondisi secara cepat akibat
dari adanya bencana merapi, beserta permasalahan-permasalahan
yang akan timbul kemudian.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
443
d. Teridentifikasinya secara menyeluruh potensi bencana yang ada baik
berkaitan dengan daerah potensi bencana, masyarakat rawan dan
rentan bencana, dan prasarana-sarana yang dapat dimanfaatkan
dalam upaya menanggulangi bencana.
e. Mendapatkan informasi untuk mengantisipasi aksi teroris dan potensi
konflik menuju kearah SARA antara lain penemuan bahan-bahan
pembuatan bom di Kecamatan Pakem dan Kecamatan Prambanan.
9) Tindaklanjut Hasil Koordinasi
a. Hubungan kerjasama antar instansi yang lebih erat dalam upaya
penanggulangan bencana maupun terhadap pengendalian dan
pencegahan tindakan kriminal.
b. Peningkatan penyelesaian permasalahan dengan pendekatan budaya,
antara lain dengan meningkatkan komunikasi dialog lintas agama
sehingga dapat mengurangi munculnya konflik.
c. Peningkatan upaya penanggulangan bencana dengan memberikan
informasi yang tepat kepada masyarakat, sebagai bentuk preventif
dalam menekan kerugian yang dapat ditimbulkan oleh adanya bencana.
d. Terdorongnya sistem keamanan yang diaktifkan dari tingkatan yang
paling bawah.
10) Hal-hal lain
Dalam memperlancar penyelenggaraan pemerintahan yang tertib dan
pengendalian situasi dan kondisi agar senatiasa kondusif, secara
berkelanjutan komunikasi antar pemangku kepentingan terus
dilaksanakan. Disamping itu koordinasi dengan instansi vertikal yang lain
juga dilaksanakan antara lain dengan Kantor Pertanahan, BPS, dan
Kantor Departemen Agama.
D. Pembinaan Batas-Batas Wilayah
Pada tahun 2010 pemerintah Kabupaten Sleman melaksanakan penegasan
batas daerah antar Kecamatan dalam Kabupaten Sleman, yaitu Kecamatan
Sleman dengan melaksanakan Rapat Koordinasi dan penelitian dokumen
batas wialayah antar kecamatan Sleman dengan kecamatan sekitarnya
sebanyak 3 kali, melaksanakan survey/pelacakan kembali dan penentuan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
444
garis batas wilayah kecamatan Sleman sebanyak 31 titik, pelaksanaan
pemasangan pilar batas wilayah kecamatan Sleman sebanyak 31 pilar serta
penyusunan 1 (satu) set dokumen pelacakan dan pemasangan pilar batas
kecamatan.
1) Sengketa Batas Wilayah Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi.
Permasalahan batas wilayah yang muncul adalah antara Kabupaten
Sleman dengan Kabupaten Bantul terletak di Blok Tambakbayan, Blok
Tambakkraman Desa Caturtunggal Kecamatan Depok dan Blok Santan,
Desa Caturtunggal Kecamatan Depok yang berbatasan dengan Desa
Banguntapan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul.
Pada tahun 2008 Kabupaten Bantul mengajukan permohonan kepada
Gubernur DIY agar ada peninjauan kembali tentang keberadaan tiga blok
tersebut . Pemerintah Kabupaten Bantul menghendaki peninjauan kembali
batas wilayah di Desa Caturtunggal dan Desa Maguwoharjo (Kecamatan
Depok Sleman) dengan Desa Banguntapan (Kecamatan Banguntapan
Bantul), dengan keluasan persil blok Tambakraman (+ 21.408 m²), persil
blok Tambakbayan (+ 13.081 m²), dan persil blok Santan (+ 116.578 m²)
merupakan bagian dari persil dan peta Kelurahan Pengawatrejo.
2) Solusi yang dilakukan dan tingkat penyelesaian.
Solusi penyelesaian perselisihan batas wilayah yang terletak di Blok
Tambakbayan, Blok Tambakkraman Desa Caturtunggal Kecamatan
Depok dan Blok Santan, Desa Caturtunggal Kecamatan Depok yang
berbatasan dengan Desa Banguntapan Kecamatan Banguntapan
Kabupaten Bantul dengan melakukan kajian dan pengumpulan data-data
yuridis dan historis yang berkaitan dengan sejarah wilayah tersebut, selain
upaya tersebut juga dilakukan koordinasi secara aktif kepada Badan
Pertanahan Kabupaten Sleman, Kantor Pertanahan Provinsi DIY, Biro
Tata Pemerintahan Provinsi DIY.
Pemerintah Provinsi DIY pada tahun 2010 telah melakukan upaya
penyelesaian dengan mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri
tertanggal 8 Februari 2010 tentang Permohonan Fasilitasi Penyelesaian
Permasalahan Batas Daerah antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Sleman.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
445
Kementrian Dalam Negeri mengundang Kabupaten Sleman, Kabupaten
Bantul dan Pemerintah Provinsi DIY dalam rangka Rapat Koordinasi
Penyelesaian Permasalahan Batas Daerah pada tanggal 24 Maret 2010.
Hasil koordinasi menyebutkan bahwa Pemerintah Prov, DIY, Pemerintah
Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten Bantul sepakat
menyerahkan penyelesaian masalah kepada Menteri Dalam Negeri dan
akan menerima apapun yang diputuskan oleh Menteri Dalam Negeri.
Kementrian dalam Negeri kembali mengundang Pemerintah Kabupaten
Sleman, Pemerintah Kabupaten Bantul dan Pemerintah Provinsi DIY
dalam Rapat Penyelesaian masalah Batas Wilayah antara Kabupaten
Sleman dengan Kabupaten Bantul Provinsi DIY pada tanggal 18 Oktober
2010, dengan hasil:
a. Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten Bantul
menyepakati untuk melanjutkan proses penyusunan draft Permendagri
tentang Batas Daerah pada segmen yang tidak bermasalah. Pada
segmen yang masih diperselisihkan, Pemerintah Kabupaten Bantul
dan Pemerintah Kabupaten Sleman siap menerima apapun keputusan
yang diambil Menteri Dalam Negeri atas pertimbangan Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Akan segera dilakukan verifikasi kembali pada PBU yang telah
dipasang dan dilakukan pengukuran pilar-pilar yang sudah terpasang
tetapi belum berkoordinat.
c. Pada segmen batas daerah yang masih diperselisihkan , pemerintah
Provinsi DIY akan memasang pilar dan mengukur koordinat batas
setelah ada keputusan dari Menteri Dalam Negeri
d. Pembahasan rancangan awal draft Permendagri Batas Daerah
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul akan difasilitasi oleh
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan akan dilaporkan
ke Kementrian Dalam Negeri untuk melakukan finalisasi draf
rancangan Permendagri Batas Daerah untuk tahun anggaran 2011
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
446
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan surat Nomor
136/1983/PUM tanggal 15 Nopember 2010 Perihal Batas Daerah
Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Sleman. Isi surat antara lain pada
poin 5 sebagai berikut: “Berdasarkan data yuridis dan fakta lapangan serta
Rekomendasi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut diatas
diputuskan bahwa Blok Santan, Blok Tambakbayan dan Blok
Tambakkraman masuk dalam cakupan wilayah Kabupaten Sleman”.
3) SKPD - Batas Penyelenggara Pembinaan Batas Wilayah
SKPD penyelenggara Pembinaan Batas Wilayah dilaksanakan oleh
Bagian Tata Pemerintahan, Sekretariat Daerah berdasarkan Perda Nomor
9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah
Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Sleman Nomor 40 Tahun 2009
Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Bagian
Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman.
Berdasarkan Peraturan Bupati tersebut Bagian Tata Pemerintahan
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan,
pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah, pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan dan pembinaan administrasi dan
aparatur bidang administrasi pemerintahan daerah, pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan pembinaan administrasi dan aparatur
bidang administrasi pemerintahan daerah, pengembangan otonomi
daerah, administrasi wilayah perbatasan dan kerjasama. Untuk
melaksanakan tugas tersebut Bagian Tata Pemerintahan mempunyai
fungsi:
a. Penyusunan rencana kerja Bagian Tata Pemerintahan
b. Perumusan kebijakan bidang administrasi Pelaksanaan analisis dan
penyiapan rancangan kebijakan serta pelayanan administrasi
penyelengaraan pemerintahan daerah,
c. Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang administrasi
pemerintahan daerah
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
447
d. Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang pengembangan otonomi
daerah
e. Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat
daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dan
pembinaan administrasi dan aparatur bidang administrasi wilayah
perbatasan dan kerjasama;dan
f. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Bagian
Tata Pemerintahan.
4) Sumber Daya Manusia
Sumber daya penyelenggara pembinaan batas-batas wilayah adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.8. SDM Penyelenggara Pembinaan Batas Wilayah
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I -
2 SMP 1 2. II 2
3 SMA 2 3. III 12
4 Sarmud/D3 - 4. IV 1
5 Strata 1 7
6 Strata 2 5
Jumlah 15 Jumlah 15
Sumber: Bagian Tapem, Sekretariat Daerah
SDM berdasarkan Jabatan Struktural dan unsur staf yaitu terdiri dari 1
orang pejabat eselon III, dan 3 orang pejabat eselon IV.
E. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Alam
1. Bencana yang terjadi dan penanganannya
a. Bencana erupsi Gunung Merapi
Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian
2980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi
70 32.5’ lintang selatan dan 1100 26.5’ bujur timur. Gunung Merapi
adalah salah satu gunung api yang teraktif di dunia. Periode ulang
aktivitas erupsi berkisar antara 2–7 tahun. Aktivitas erupsi gunung
Merapi dengan ciri khas mengeluarkan lava pijar dan awan panas,
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
448
tanpa membentuk kaldera (kawah). Gunung Merapi berada di ujungb
utara Kabupaten Sleman yang meliputi wilayah Kecamatan
Cangkringan, Pakem, Turi dan Tempel.
1) Kronologi Bencana erupsi Gunung Merapi
Status aktivitas merapi ditetapkan oleh Badan Geologi berdasarkan
pengamatan terhadap deformasi, seismic, visual, dan aktivitas kimia
kawah. Status aktivitas Merapi dari awal 2007 sampai dengan
September 2010 adalah aktif normal. Setelah rentang wakttu tersebut
aktivitas Gunung Merapi mengalami kenaikan. Perubahan aktivitas
yang menandakan peningkatan status tersebut selalu dikomunikasikan
melalui surat resmi seperti tercantum dalam tabel di bawah ini:
Tabel 5.9. Perubahan Status Aktivitas Merapi
No Surat Badan Geologi Tanggal Status Aktivitas
1 No 846/45/BGL.V/2010 22 September 2010 WASPADA
2 No 393/45/BGL.V/2010 21 Oktober 2010 SIAGA
3 No 2048/45/BGL.V/2010 25 Oktober 2010 AWAS
4 No 3120/45/BGL.V/2010 3 Desember 2010 SIAGA
5 No 2464/45/BGL.V/2010 30 Desember 2010 WASPADA
Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
Langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman
sebelum terjadi bencana, khususnya saat terdapat potensi bencana
adalah sebagai berikut:
a) Pada saat status aktivitas merapi ”Waspada”:
(1) Persiapan aktivasi posko Pakem
(2) Updating Data penduduk terancam
(3) Identifikasi kebutuhan barak dengan Kepala Desa sebagai
koordinator barak.
(4) Rapat Koordinasi dengan BPPTK tentang kemungkinan
letusan merapi yang tidak lazim.
(5) Sosialisasi status waspada di Kinahrejo dan Turgo
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
449
b) Pada saat status aktivitas Merapi “Siaga”:
(1) Rapat Koordinasi Operasional Penanggulangan Bencana
diikuti oleh Pemkab Sleman, Pemprov DIY, Kodim, Polres,
PMI, dan SAR. Hasil rapat tersebut adalah percepatan
program penanggulangan bencana, melalui:
(a) Sosialisasi di 4 titik pada tanggal 22 Oktober di 4 titik
pertemuan (Glagaharjo, Kepuharjo, Girikerto dan
Wonokerto) jumlah peserta per pertemuan 100 orang.
(b) Perbaikan ruas jalan evakuasi mulai tanggal 22 Oktober
2010 diawali ruas jalan Kepuharjo dan Glagaharjo
(c) Droping MCK Mobile di desa Umbulharjo
(d) Droping perlengkapan barak tanggal 22 Oktober 2010
(tenda, alat dapur, alat makan) ke Wonokerto, Girikerto,
Purwobinangun, Hargibinangun, Umbulharjo, Kepuharjo,
dan Glagaharjo.
(e) Persipapan armada transportasi evakuasi.
(f) Pemasangan lampu penerang jalan di beberapa titik mulai
tanggal 22 Oktober 2010.
(g) Persiapan aktifasi pos pelayanan kesehatan
(h) Persiapan droping logistic ke barak pengungsian.
c) Pada saat status aktivitas Merapi “Awas”
Pada saat permulaan status “awas” hampir setiap hari Gunung
Merapi mengeluarkan awan panas dengan jarak luncur 2-4
kilometer radius aman adalah 10 km dari puncak. Setelah terjadi
letusan tanggal 5 November 2010, radius aman diperluas
menjadi 20 km (berdasarkan surat dari Badan Geologi No
2317/45/BGL.V/20k10, tanggal 5 November 2010). Beberapa kali
letusan besar juga terjadi sampai dengan 7 Desember 2010.
Pada saat status “awas” kegiatan yang dilakukan:
(1) Pembentukan organisasi komando tanggap darurat.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
450
(2) Evakuasi warga masyarakat pada tanggal 25 Oktober 2010
dibantu oleh TNI, Polri, SAR, PMI dan Ormas dengan target
13.581 orang (perkiraan berdasarkan rekomendasi PVMBG
dan BPPTK tentang dusun-dusun yang harus dikosongkan)..
(3) Penetapan 7 (tujuh) barak utama untuk pengungsian yaitu:
Wonokerto, Girikerto (2 titik), Purwobinangun, Hargobinangun,
Umbulharjo, Kepuharjo dan Glagahharjo
(4) Aktivasi barak dengan droping logistic, pembangunan MCK
darurat, droping air, dan sarana yang lain
(5) Penetapan Posko Pakem sebagai pusat organisasi tanggap
darurat (Posko Utama ).
Kronologi aktivitas vulkanik Merapi pada saat status “awas”
sebagaimana tabel 5.10 berikut:
Tabel 5.10. Kronologi Erupsi Merapi 2010
No Tanggal
(Jam) Kronologi /Kejadian Dampak
1 2 3 4
1. 26 Oktober 2010 (17.02 - 18.54 WIB)
Awan panas terebesar dengan durasi 33 menit. Letusan eksplosif dengan nyala api bersama kolom asap membumbung ke atas setinggi 1.5 km dari puncak
Dusun Kinahrejo dan Kaliadem terkubur material vulkanik; korban jiwa 40 orang; pengungsi kurang lebih 25.000 jiwa
2. 1 November 2010 (10.00 – 12.00 WIB)
Awan panas besar 6 kali berturut-turut, jarak luncur 4 km ke K.Gendol dan K. Woro
3. 3 November 2010 (14.44 – 16.23 WIB)
Awan panas besar selama 1.5 jam; jarak luncur 9 km ke alur Kali Gendol
4. 5 November 2010 (00.34 WIB)
Letusan eksplosif besar; luncuran lava dan awan panas dengan jarak luncur 17 km sampai ke wilayah Morangan, Sindumartani Ngemplak.
Sebagian wilayah Cangkringan terkubur material vulkanik; korban jiwa 245 orang; pengungsi kurang lebih 150.000 jiwa
Sumber: Bakesbanglinmas PB
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
451
d) Pada masa tanggap darurat
Pada masa tanggap darurat erupsi Gunung merapi, dilakukan
beberapa kegiatan:
(1) Penyusunan beberapa produk hukum.
Sebagai kelengkapan administrasi masa tanggap darurat,
telah dikeluarkan beberapa produk hukum sebagai berikut:
(a) Keputusan Bupati No 327/Kep.KDH/A/2010 tanggal 26
Oktober 2010 tentang Status Keadaan Darurat Bencana
Gunungapi Merapi, dengan masa tanggap darurat 14 hari
terhitung sejak 26 Oktober 2010.
(b) Peraturan Bupati No 31/Kep.KDH/A/2010 tanggal 9
November tentang Komando Tanggap Darurat Bencana
Gunungapi Merapi
(c) Keputusan Bupati No 342/Kep.KDH/A/2010 tentang
Perpanjangan Status Masa Tanggap Darurat. Satus ini
diperpanjang selama 14 hari terhitung sejak tanggal
berakhirnya tanggap darurat sebagaimana diatur dalam
Keputusan Bupati Sleman No 327/Kep.KDH/A/2010.
(d) Keputusan Bupati No 350/Kep. KDH/A/2010 tanggal 23
November 2010 tentang Perpanjangan Kedua Status
Keadaan Darurat Bencana Gunungapi Merapi. Status
keadaan darurat Gunung Merapi ini diperpanjang untuk
kedua kalinya selama 14 hari sejak tanggal berakhirnya
status tanggap darurat sebagaimana diatur berdasarkan
Keputusan Bupati No 342/Kep.KDH/A/2010.
(e) Keputusan Bupati 355/Kep. KDH/A/2010 tanggal 6
Desember 2010 Tentang Perpanjangan Ketiga Status
Keadaan Darurat Bencana Gunungapi Merapi. Status
keadaan darurat Gunung Merapi ini diperpanjang untuk
kedua kalinya selama 14 hari sejak tanggal berakhirnya
status tanggap darurat sebagaimana diatur berdasarkan
Keputusan Bupati No 350/Kep. KDH/A/2010.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
452
(f) Keputusan Bupati No 376/Kep. KDH/A/2010 tanggal 24
Desember 2010 tentang Perpanjangan Keempat Status
Keadaan Darurat Bencana Gunungapi Merapi. Status
keadaan darurat Gunung Merapi ini diperpanjang untuk
kedua kalinya selama 14 hari sejak tanggal berakhirnya
status tanggap darurat sebagaimana diatur berdasarkan
berdasarkan Keputusan Bupati No 355/Kep. KDH/A/2010.
(g) Keputusan Bupati 25/Kep.KDH/A/2011 tanggal 7 januari
2011 tentang Status Keadaan Darurat Pasca Erupsi
Gunungapi Merapi yang berlaku selama 14 hari sejak
diterbitkannya keputusan tersebut.
(2) Evakuasi
Evakuasi dilakukan oleh tim evakuasi dari unsur SAR Sleman,
SAR Linmas Provinsi, SKSB, KLM, Tagana Sleman, PMI,
Kodim 0732 Sleman, Polres Sleman, Batalyon 403, Batalyon
407, Kopasus, Paskhas, Marinir, Brimob, BASARNAS dan
relawan dari berbagai organisasi masyarakat serta Dinas
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Dinas Kesehatan,
dapat menemukan 40 jenazah dan terhadap ternak hidup.
Sedangkan untuk ternak mati dilakukan pembakaran,
penguburan dan penyemprotan untuk mengurangi dampak
buruk kesehatan. Pemusnahan ternak di wilayah Kecamatan
Cangkringan mencapai angka 632 ekor.
(3) Pengungsian
Pelayanan pengungsi dilakukan melalui beberapa sektor
pelayanan yaitu kesehatan, logistik, sarana prasarana, dan
transportasi.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
453
(a) Pelayanan kesehatan
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah
kesehatan pengungsi meliputi:
Melakukan penilaian cepat jumlah kebutuhan tenaga
kesehatan
Menyusun ulang jadwal piket Pos Kesehatan (shift,
harian)
Memberikan pelayanan pengobatan dan
pendampingan kejiwaan
Memberikan pelayanan dan penjaminan pembiayaan
korban meninggal
Penambahan pos kesehatan di barak pengungsian
Penguatan sistem pelaporan dan informasi
Melakukan rujukan dan upaya penguatan sistem
rujukan
Penambahan logistik kesehatan
Surveilans penyakit dan gizi
Inspeksi sanitasi
Promosi kesehatan media komunikasi langsung
Inventarisasi bantuan logistik dan relawan kesehatan
Kerja bakti membersihkan lingkungan
Upaya kesehatan reproduksi di barak pengungsian
Pelaksanaan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas
dengan koordinator Dinas Kesehatan
Pengusulan rekruitmen tenaga medis berjangka waktu
1-3 bulan untuk memenuhi kekurangan tenaga medis.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
454
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap penyakit yang
diderita oleh pengungsi, sebagaimana tabel berikut
Tabel 5.11. Jenis Penyakit di Pos Kesehatan dan Barak Pengungsian
No Jenis Penyakit Jumlah
1. Ispa 9419 Kasus
2. Cepalgia 3769 Kasus
3. Common Cold 3710 Kasus
4. Myalgia 2903 Kasus
5. Hipertensi Primer 2861 Kasus
6. Penyakit Mata lain/iritasi mata 1934 Kasus
7. Dispepsi 1589 Kasus
8. Dermatitis Kontak Alergi 1538 Kasus
9. Faringitis Akut 1461 Kasus
10. Gastritis 1413 Kasus
11. Batuk 1292 Kasus
12. Diare dan GE 1187 Kasus
13. Demam tak diket sebab 1121 Kasus
14. Caries Gigi 591 Kasus
15. Stomatitis 536 Kasus
16. Konjung tivitis 484 Kasus
17. Gangguan sendi / antralgia 465 Kasus
18. Malaise dan Fatigue 462 Kasus
19. Asma 451 Kasus
20. Nyeri Kepala 417 Kasus
Sumber: Dinas Kesehatan
Jumlah korban erupsi Merapi yang dirawat di rumah sakit,
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.12. Jumlah Korban Erupsi Gunung Merapi
No Rumah Sakit Jumlah Luka Bakar Non Luka Bakar
1. RS dr Sardjito 73 14 59
2. RS Bethesda 5 1 4
3. RS Puri Husada 2 0 2
4. RS Panti Rapih 11 0 11
5. RSUD Sleman 59 0 59
6. RS JIH 2 0 3
7. RSIY PDHI 3 0 4
8. RS Panti rini 5 0 5
9. RSCC 4 0 4
10. RS Harjolukito 12 0 12
11. RSUD Prambanan 1 0 3
Sumber: Dinas Kesehatan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
455
(b) Pelayanan logistik
Jenis logistik yang disalurkan terdiri atas bahan pangan
beras, bahan pangan non beras, sandang, obat-obatan,
perlengkapan mandi, perlengkapan umum, perlengkapan
bayi, makanan bayi. Rekapitulasi droping yang telah
dilakukan untuk bahan pangan beras, mie instan, air
mineral dan gula pasir adalah sebagai berikut:
Tabel 5.13. Rekapitulasi Droping Bantuan Untuk Pengungsi Merapi
No Kebutuhan Satuan Penyaluran
1 Beras Kg 372.664
2 Mie Instant Dos 13.874
3 Sarden Dos 1.018
4 Air Mineral Dos 8.510
5 Gula Pasir Kg 13.287
Sumber: Dinas Kesehatan
(c) Pelayanan prasarana pengungsian
Pelayanan sarana dan prasarana pengungsian yang telah
dilakukan sebagamana pada tabel berikut:
Tabel 5.14. Pelayanan Sarana dan Prasarana Tempat Pengungsian
Uraian Jumlah Satuan
1 2 3
Penyediaan Sarpras Sanitasi
a. Pasangan MCK Portable 301 Unit
b. Rehab. MCK permanen 20 Unit
c. Pembangunan MCK permanen (1 unit) 14 Unit
d. Pembuatan sumur resapan dan tempat cucian
14 Unit
e. Penyedotan tinja dari MCK 100 Tangki
Pelayanan Persampahan
a. Penyediaan kantong plastik 13.000 Lembar
b. Penyediaan bin container 200 Buah
c.1. c. Pengangkutan sampah (Posko Induk Maguwo)
1.021 m3
c.2. d. Pengangkutan sampah (luar Posko Induk Maguwo)
1.322, 38 m3
Air Bersih
a. Penyediaan Hidran Umum 309 buah
b. Penyediaan Air Bersih 7987 Tangki air
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
456
1 2 3
Pelayanan lain
a. Operasional Pemakaman Massal di Dusun Petung
24 Orang
b. Operasional Pemakaman Ternak
c. Pemakaman di TPU Seyegan 117 Jenazah
d. Pemasangan lampu penerangan
e. Barak pengungsian/tenda 180 unit 30 Flash
f. Penerangan jalur evakuasi dan Cek Dam 21 armatur 30 Flash
Sumber: Dinas PUP
(d) Pelayanan transportasi pengungsian
Pelayanan transportasi pengungsian yang telah dilakukan
dalam dua tahap kejadian, yaitu sebelum tanggal 5
November 2010, dan setelah tanggal 5 November 2010,
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 5.15. Pelayanan Transportasi Pengungsi Merapi sebelum 5 November 2010
No Lokasi Jumlah Armada Dikerahkan
24-27 Oktober 28-31 Oktober 1-5 November
1 2 3 4 5
1 Umbulharjo 7 5 5
2 Kepuharjo 6 4 4
3 Glagaharjo 7 5 5
4 Purwobinangun 3 3 3
5 Hargobinangun 3 1 1
6 Girikerto 5 3 3
7 Wonokerto 4 3 3
Jumlah 35/hari 24/hari 24/hari
Sumber: Dinas Nakersos
Armada transportasi untuk pengungsi yang siap luncur (on
call) sebanyak 10 buah untuk melayani antar jemput anak
dari barak ke sekolah, angkutan logistik, PMI, keperluan
evakuasi ternak dan patroli.
Tabel 5.16. Pelayanan Transportasi Pengungsi Merapi setelah 5 November 2010
No Lokasi Jumlah Armada Dikerahkan
5-21 Nov 2010 22 Nov-5 Des 6-26 Des
1 Stadion Maguwoharjo 28 28 28
2 Youth Center 6 6 6
3 Gudang Dinakersos 3 3 3
Jumlah 37/Hari 37/Hari 37/Hari
Sumber: Dinas Nakersos
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
457
Disamping itu armada yang disiapkan untuk mengangkut
pengungsi disebar di tempat pengungsian masyarakat
sebanyak 8 armada dan untuk mengangkut logistik
disediakan 4 armada yang disiapkan di gudang Dinas
Nakersos. Setelah tanggal 5 November 2010, setiap
harinya juga disediakan 20 bus medium, 2 bus Damri, 8
truk TNI, 6 truk logistik, 2 pick up, yang di tempatkan di
beberapa barak pengungsian.
(e) Pelayanan pendidikan
Pelayanan pendidikan di pengungsian dilakukan
berdasarkan dua tahapan, yaitu periode sebelum tanggal 5
November 2010 dan setelah tanggal 5 November 2010.
Pelayanan pendidikan terlihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5.17. Pelayanan Pendidikan Sebelum 5 November 2010
No Asal Jumlah
Siswa Tempat Pengungsian
Nama Sekolah
1 2 3 4
1. Kec. Turi
TK ABA Kemiri kebo 30 Rumah Dukuh Kemirikebo
TK Nganggring 42 Rumah Ny Gunardiah Sorowangsan Girikerto
SD Muh Girikerto 175 SD Soprayan
SD Muh. Balerante 134 SD Soprayan
SD Sukorejo 157 Tetap
SD Kloposawit 140 Tetap
SD Tarakanita Ngembesan
85 SD Soprayan dan Tawangharjo
SD Soprayan 167 Tetap
SD Nganggring 167 Tetap
SDN Banyu Urip 142 Tetap
SMPN 3 Turi 125 Tetap
SMP Negeri 2 Turi 30 Tetap
SMP Santo Aloysius 25 Tetap
SMPN 1 Turi 33 Tetap
SMAN 1 Turi 29 Tetap
Jumlah 1.481
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
458
1 2 3 4
2 Kecamatan Cangkringan
TK Kepuharjo 29 SMK Cangkringan
SD Petung 94 Barak (tenda)
SD Pangukrejo 100 Belum sekolah
SD Umbulharjo 150 Belum sekolah
SD Srunen 109 SD Glagaharjo
SD Batur 128 SD Glagaharjo dan barak Kepuharjo
SD Glagaharjo 179 Tetap
SD Gondang 160 Belum sekolah
SMPN 2 Cangkringan 171 Tetap
SMP TD Cangkringan 68 Tetap
SMA N Cangkringan 54 Tetap
SMK 1 Cangkringan 62 Tetap
Jumlah 1.326
3. Kecamatan Pakem
TK Negeri 3 Sleman 91 TK Darmasiwi Pakem
SD Kaliurang 2 132 Ponggol dan SD Pandanpuro 2
SD Kaliurang 175 SD Pakem 1
SD Tarakanita 93 Relokasi Sudimoro
SD Purworejo 177 SD Pakem 4
SD Tawangharjo 102 Rumah penduduk
SD Banteng 115 SD Paraksari
SMP 2 Pakem 194 Tetap
SMA N 1 Pakem 34 Tetap
SMA Islam 3 Pakem 4 Tetap
Jumlah 1.117
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Pelayanan pendidikan di pengungsian setelah tanggal 5
November 2010 dilakukan dengan cara menitipkan siswa
didik di berbagai sekolah yang berada di sekitar sentral
evakuasi. Pelayanan pendidikan juga dilakukan dengan
pembentukan kelompok per barak pengungsian dengan
mendatangkan guru kelas secara regular. Data berikut
menunjukkan pelayanan pendidikan pengungsian setelah
tanggal 5 November 2010.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
459
Tabel 5.18. Pelayanan Pendidikan Pengungsian Setelah 5 November 2010
No Sekolah Titipan Jml siswa
titipan Asal Sekolah
1. SMP N 3 Sleman 24 siswa SMPN 1 Turi
SMPN 3 Turi
MTs N Pakem
SMP Aloysius Turi
2. SMP Aloysius Sleman 3 siswa SMPN 3 Turi
3. SMPN 2 Berbah 1 siswa SMPN 1 Turi
4. SMPN 1 Berbah 13 siswa SMPN 4 Pakem
SMPN 2 Pakem
SMPN 1 Ngemplak
SMPN 1 Cangkringan
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
e) Masa pemulihan awal
Pada tanggal 19 November 2010, terjadi pemulangan
pengungsi, dikarenakan perubahan zona aman yang dikeluarkan
BPPTK. Pemulangan dilakukan bergelombang, terutama
pengungsi yang berasal dari Kecamatan Tempel, dan Pakem.
Masa pemulihan awal bencana erupsi merapi, ditandai dengan
beberapa kegiatan yang diarahkan untuk menggerakkan
perekonomian masyarakat.
(1) Padat karya untuk rehabilitasi kawasan pemukiman
Kegiatan yang dilakukan adalah pemangkasan papah salak
yang mengalami kerusakan, pembersihan sarana prasarana
publik (sekolahan). Pemangkasan papah salak dilakukan di
Nangsri, Girikerto Turi bersama-sama antara masyarakat,
TNI, dan Dinas terkait. Pembersihan sekolah dibantu oleh
Pemkab Bantul dengan jumlah rombongan 600 orang dan
Tim SAR Sleman beserta elemen masyarakat di Kecamatan
Pakem melakukan di wilayah Kecamatan Pakem.
(2) Persiapan pembangunan hunian sementara/ shelter
Berdasarkan survey Dinas PUP, rumah yang rusak akibat
erupsi Merapi adalah 2.613 buah. Sebagai upaya pemulihan
awal akan dibangun hunian sementara/huntara (shelter)
untuk korban bencana. Rencana lokasi shelter adalah
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
460
Banjarsari (Glagaharjo) sejumlah 546 unit, Jetis Sumur
(Glagaharjo) sejumlah 262 unit, Dongkelsari (Wukirsari)
sejumlah 194 unit, Kuwang (Argomulyo) sejumlah 261 unit,
Gondang (wukirsari) sejumlah 1.017 unit, Plosokerep
(Umbulharjo) sejumlah 307 unit dan Ketingan (Sindumartani)
sejumlah 26 unit.
Pembangunan tahap awal shelter di Kuwang, Argomulyo,
dilaksanakan oleh masyarakat dibantu oleh 134 TNI (Zipur)
dengan target penyelesaian 50 shelter dan telah dihuni 87
KK dari warga masyarakat Padukuhan Bakalan. Pada tahap
ini pada setiap rumah diberi fasilitas kompor gas, tabung
gas dan sembako. Shelter Kuwang dilengkapi dengan
sumur bor, pos kesehatan, masjid, kolam ikan, dan kandang
kelompok.
Shelter Plosokerep juga telah dihuni sejak akhir Desember
2010 oleh masyarakat dari Dusun Kinahrejo (4 RT) dan
sebagian masyarakat Dusun Pangukrejo (1 RT). Total
jumlah warga yang sudah menempati shelter Plosokerep
adalah 101 KK. Pada tahap awal setiap rumah mendapat
perlengkapan rumah (kompor gas, tabung, perlengkapan
cuci, perlengkapan mandi, karpet plastik), perpustakaan dan
kandang kelompok yang berisi 15 sapi perah. Sampai
dengan akhir Desember 2010 shelter Banjarsari sudah
masuk tahap pembangunan kerangka bangunan, dan
shelter Gondang masuk dalam tahap pematangan lahan.
2) Kerugian dan kerusakan akibat bencana erupsi gunung merapi
a) Korban dan pengungsi
Pengungsi bencana erupsi Gunung Merapi secara umum
berfluktuasi berdasarkan perubahan zona aman, yaitu 10 km, 15
km, dan 20 km dan beberapa kali letusan besar. Pada tanggal 26
Oktober 2010 sampai dengan 5 November 2010, jumlah
pengungsi berkisar 12.000 orang sampai dengan 25.000 orang
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
461
dengan titik pengungsian 8 sampai dengan 27 lokasi. Pada
tanggal 5 November – 23 November 2010 saat zona aman
diturunkan dari 20 km ke 10 km, jumlah pengungsi mencapai
puncaknya yaitu 150.000 lebih orang yang tersebar di 553 titik
pengungsian di 17 kecamatan. Fluktuasi jumlah pengungsi
Merapi dalam masa tanggap darurat, disajikan dalam grafik di
bawah ini.
Sumber: Bakesbanglinmas PB
Berdasarkan data terakhir tanggal 30 Desember 2010, jumlah
korban meninggal akibat bencana letusan Merapi di Kabupaten
Sleman adalah 298 jiwa yang terdiri dari 199 meninggal karena
luka bakar dan 104 jiwa karena non luka bakar. Dari semua
korban meninggal terdapat 9 orang balita meninggal. Penduduk
yang kehilangan rumah sebanyak 2.613 KK. Hasil analisa
kerusakan dan kerugian akibat erupsi Gunung Merapi
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.19. Rekapitulasi Kerugian Dampak Erupsi Merapi
No Uraian Rincian kerugian (Rp)
1 Perumahan 477.684.984.000,00
2 Infrastruktur 224.426.945.088,00
3 Sosial 49.639.528.731,00
4 Ekonomi 1.261.330.945.178,00
5 Lintas sektor 3.392.686.800.897,00
Total 5.405.681.153.844,00
Sumber: Bappeda
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
462
b) Kerugian dan kerusakan
Penilaian kerusakan dan kerugian per sektor dan sub sektor
dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :
(1) Sektor perumahan
Sektor perumahan terdiri dari sub sektor perumahan dan sub
sektor taman. Sub sektor perumahan menempati posisi
kerusakan dengan nilai tertinggi yaitu Rp446.332.974.000,00
atau sebesar 49,91% dari total dari keseluruhan nilai
kerusakan. Jumlah rumah mengalami rusak berat sebanyak
2.613 unit, 156 unit rusak sedang, dan 632 unit rusak ringan.
Penilaian terhadap kerugian sub sektor perumahan juga
didasarkan pada nilai pembuatan tempat tinggal
sementara/shelter, karena sebelum mereka menempati rumah
di relokasi mereka tinggal di shelter. Besaran nilai
kerugiannya adalah Rp 31,352 milyar.
Kerusakan dan kerugian taman akibat bencana merapi
berada di lokasi taman wisata kaliurang II seluas 167 m2 ,
Taman Wara 51 m2 Taman Eden 20 m2 dan di taman
swakelola seluas 35 m2 . Adapun perkiraan nilai kerusakan
taman sebesar Rp115.440.000,00.
(2) Sektor Infrastruktur
Penilaian kerusakan dan kerugian pada sektor infrastruktur
meliputi jalan, jembatan /gorong-gorong, bandara/ terminal/
kendaraan, gedung pemerintah, air bersih, bendung/ irigasi/
sungai/ mata air, energi, serta komunikasi dan informatika.
Nilai kerusakan sektor infrastruktur adalah sebesar
Rp219,461 milyar atau sekitar 24,54% dari nilai total
kerusakan. nilai kerugian adalah sebesar Rp4,965 milyar atau
sekitar 0,11% dari nilai total kerugian. Adapun nilai total
kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 224,427 milyar
atau sekitar 4,15% dari nilai total kerusakan dan kerugian.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
463
Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor jalan
dilakukan terhadap jalan desa dan kabupaten serta
perlengkapan di atasnya seperti lampu penerangan jalan
umum dan rambu lalu lintas. Kerusakan jalan dapat berupa
kerusakan berat seperti hancurnya jalan sampai kerusakan
ringan seperti tertutupnya jalan oleh material vulkanik. Nilai
kerusakan jalan desa adalah sebesar Rp43,682 milyar, jalan
kabupaten sebesar Rp26,525 milyar, lampu penerangan jalan
umum sebesar Rp935 juta, serta rambu lalu lintas sebesar Rp
88,05 juta.
Nilai kerusakan pada sub sektor jembatan dan gorong-gorong
sebesar Rp 2,3 milyar.
Pada sub sektor bandara, terminal, kendaraan meskipun tidak
mengalami kerusakan, erupsi Merapi menimbulkan sejumlah
kerugian seperti yang dialami oleh Bandara Adisucipto yang
tidak beroperasi selama 16 hari. Beberapa terminal angkutan
umum juga terhenti kegiatannya. Nilai kerugian yang dialami
oleh bandara, dan terminal adalah sebesar Rp 3,563 milyar.
Kerusakan yang dialami oleh gedung pemerintah adalah
berupa tertutupnya gedung oleh material vulkanik Merapi
sehingga akhirnya tidak dapat dipergunakan untuk kegiatan.
Nilai kerusakan yang dialami oleh gedung pemerintah adalah
sebesar Rp 6,2 milyar.
Masyarakat di sekitar Gunung Merapi memanfaatkan Sistem
Instalasi Penyediaan Air Bersih Sederhana (SIPAS) dengan
cara mengalirkan air dari sumber mata air menggunakan
pipa/selang ke rumah-rumah. Nilai kerusakan yang dialami
oleh SIPAS adalah sebesar Rp20,250 milyar. Selain merusak
SIPAS, erupsi Merapi juga merusak jaringan air bersih PDAM
senilai Rp8,225 milyar serta menimbulkan kerugian senilai Rp
300 juta.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
464
Material vulkanik yang dikeluarkan Gunung Merapi juga
merusak bendung, saluran irigasi, sungai, serta mata air yang
terdapat di sekitarnya. Nilai kerusakan terhadap bendung dan
irigasi yang ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Sleman
adalah sebesar Rp9,975 milyar. Nilai kerusakan bendung dan
irigasi yang ditangani oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu
Opak (BBWSSO) adalah Rp40,575 milyar. Adapun kerusakan
sungai diperkirakan senilai Rp15,536 milyar dan
embung/mata air diperkirakan rusak senilai Rp 22,848 milyar.
Kerusakan yang terjadi pada sub sektor energi meliputi bahan
bakar bio solar yang dipergunakan sebagai bahan bakar
pembangkit listrik yaitu sebesar Rp24 juta. Kerusakan juga
dialami oleh prasarana listrik baik panel tenaga surya maupun
instalasi listrik PLN yaitu sebesar Rp20,430 milyar serta
kerugian sebesar Rp1,102 milyar.
Terjangan material vulkanik berupa awan panas serta pasir
telah merusak alat pemantau awan panas dan lahar dingin
dan kamera pemantau CCTV serta sejumlah peralatan
komunikasi dan informatika di sekitar Gunung Merapi. Nilai
kerusakan pada sub sektor komunikasi dan informatika
diperkirakan mencapai Rp 1,555 milyar.
(3) Sektor Sosial
Aktivitas masyarakat di sekitar Gunung Merapi praktis terhenti
selama terjadinya erupsi Merapi. Masyarakat terfokus untuk
menghindari ancaman bahaya erupsi Merapi dengan cara
mengungsi ke tempat-tempat pengungsian yang tersebar di
beberapa lokasi. Sektor sosial yang terdampak oleh erupsi
Merapi antara lain sub sektor kesehatan, lembaga sosial,
agama, budaya dan pendidikan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
465
Erupsi Gunung Merapi telah menghancurkan serta
melumpuhkan beberapa fasilitas sosial seperti puskesmas,
tempat ibadah, sekolah, gedung pertemuan serta lembaga
sosial budaya lainnya. Hancurnya sarana dan prasarana
sosial ini menyebabkan terhentinya aktivitas masyarakat.
Penilaian kerusakan dilakukan terhadap fasilitas sosial yang
mengalami kerusakan baik berat maupun ringan sampai
fasilitas tersebut kembali dapat digunakan seperti semula.
Penilaian kerugian dilakukan terhadap fasilitas sosial yang
mengalami kerusakan sehingga potensi pendapatan atau
pemasukan retribusi dari fasilitas sosial tersebut terhenti.
Nilai kerusakan sektor sosial adalah sebesar Rp29,371 milyar
atau sekitar 3,28% dari total nilai kerusakan, sedangkan nilai
kerugian dari sektor sosial adalah sebesar Rp20,268 milyar
atau sekitar 0,45% dari total nilai kerugian. Adapun total nilai
kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 49,639 milyar
atau sebesar 0,92% dari total nilai kerusakan dan kerugian.
Sub sekor kesehatan meliputi fasilitas sosial seperti rumah
sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, balai
pengobatan/rumah bersalin, polindes, posyandu, poskesdes,
tempat praktek dokter swasta, tempat praktek bidan swasta,
biaya pemulasaran jenazah, biaya perawatan korban
bencana, biaya penanganan psikologis dan gangguan jiwa,
serta pencegahan penyakit menular hingga bantuan tenaga
kesehatan. Adapun nilai kerusakan pada sub sektor
kesehatan adalah sebesar Rp2,258 milyar dan nilai kerugian
adalah sebesar Rp7,796 milyar sehingga nilai total kerusakan
dan kerugian adalah sebesar Rp10,054 milyar.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
466
Sub sektor lembaga sosial meliputi fasilitas sosial seperti panti
asuhan, panti cacat, dan panti rehabilitasi sosial, serta
lembaga-lembaga sosial lainnya seperti komunitas lereng
merapi yang melakukan aktivitas pemantauan perkembangan
Gunung Merapi. Besaran nilai kerusakan pada sub sektor
lembaga sosial adalah sebesar Rp1,190 milyar dan nilai
kerugian adalah sebesar Rp370 juta sehingga nilai total
kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp1,560 milyar.
Nilai kerusakan pada sub sektor agama adalah sebesar
Rp9,64 milyar dan nilai kerugian pada sub sektor agama
adalah sebesar Rp1,745 milyar sehingga nilai total kerusakan
dan kerugian adalah sebesar Rp11,385 milyar. Kerusakan
dan kerugian pada sub sektor agama meliputi tempat-tempat
ibadah seperti masjid, gereja kristen, gereja katolik, pura, dan
vihara yang terdapat di sekitar Gunung Merapi
Nilai kerusakan pada sub sektor budaya adalah sebesar
Rp1,322 milyar dan nilai kerugian pada adalah sebesar
Rp1,932 milyar. Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub
sektor budaya meliputi kegiatan masyarakat di bidang
kebudayaan beserta prasarana pendukungnya yang rutin
dilaksansakan oleh penduduk di sekitar Gunung Merapi.
Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor pendidikan
meliputi pendidikan TK, SD/sederajat, SMP/sederajat,
SMA/SMK/sederajat serta biaya pemeliharaan fasilitas
pendidikan sampai kembali dapat dipergunakan untuk
kegiatan belajar dan mengajar. Besaran nilai kerusakan pada
fasilitas TK adalah sebesar Rp2,523 milyar dan nilai kerugian
sebesar Rp130,5 juta serta nilai kerusakan fasilitas SD
adalah sebesar Rp9,76 milyar dan nilai kerugian adalah
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
467
sebesar Rp526,8 juta. Sedangkan untuk fasilitas SMP tidak
terdapat unit yang rusak namun memiliki nilai kerugian
sebesar Rp 200 juta. Adapun untuk fasilitas SMA/SMK nilai
kerusakan didapat sebesar Rp2,676 milyar dan nilai kerugian
sebesar Rp50 juta. Mengingat pentingnya penyelenggaraan
pendidikan terutama pada pendidikan dasar dan menengah,
maka upaya merehabilitasi fasilitas-fasilitas pendidikan
sampai dapat dipergunakan kembali untuk kegiatan belajar
dan mengajar dilakukan melalui pemeliharaan dan perawatan
terhadap sekolah-sekolah tersebut. Adapun biaya
pemeliharaan fasilitas-fasilitas pendidikan tersebut yang
merupakan nilai kerugian adalah Rp 8,84 milyar.
(4) Sektor Ekonomi
Aktivitas vulkanik yang semakin intensif dan erupsi
menyebabkan aktivitas perekonomian di sekitar Gunung
Merapi lumpuh. Letusan dahsyat beserta lontaran material
vulkanik yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi telah
menghancurkan sebagian lahan pertanian di Kabupaten
Sleman bagian utara. Sarana prasarana perekonomian
lainnya juga terdampak erupsi Merapi ini, sehingga
masyarakat juga tidak dapat melakukan aktivitas ekonomi
harian seperti biasanya.
Selain merusak sarana dan prasarana, kegiatan
perekonomian masyarakat yang terhenti juga telah
menimbulkan sejumlah kerugian. Berhentinya proses produksi
dan distribusi transaksi ekonomi mematikan potensi
pendapatan yang seharusnya diperoleh masyarakat.
Penilaian terhadap kerusakan dan kerugian yang terjadi
dikonversikan ke dalam satuan uang rupiah serta mengacu
pada sistem harga yang berlaku saat ini.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
468
Nilai kerusakan sektor ekonomi adalah sebesar Rp193,437
milyar atau sekitar 21,63% dari total kerusakan. Sedangkan
nilai kerugian sektor ekonomi adalah sebesar Rp1,068 trilyun
atau sekitar 23,67% dari total kerugian. Adapun nilai total
kerusakan dan kerugian sektor ekonomi adalah Rp1,261
milyar atau sekitar 23,33%. Penilaian terhadap kerusakan dan
kerugian pada sektor ekonomi diuraikan ke dalam sub sektor
tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan,
kehutanan (hutan rakyat), perkebunan, industri kecil rumah
tangga dan koperasi, pasar, pariwisata, serta keuangan dan
perbankan. Kerusakan dan kerugian fasilitas ekonomi berupa
pasar, peternakan, pariwisata, keuangan dan perbankan
termasuk akibat tidak berfungsinya sarana tersebut.
Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor tanaman
pangan dan hortikultura dilakukan pada lima komoditas yaitu
padi sawah, sayur, salak pondoh, tanaman hias dan palawija.
Penilaian kerusakan tanaman pangan dan hortikultura
dihitung dari biaya produksi (biaya pengolahan lahan, biaya
bibit, biaya perawatan). Nilai kerusakan tanaman pangan dan
hortikultura adalah Rp11,499 milyar dengan nilai rata-rata
biaya produksi untuk tanaman pangan dan hortikultura adalah
Rp6 juta per ha.
Adapun penilaian kerugian dihitung dari rata-rata nilai jual
komoditas pada saat ini dikurangi dengan rata-rata biaya
produksi. Nilai kerugian yang ditimbulkan pada sub sektor
tanaman pangan adalah sebesar Rp238,296 milyar terdiri dari
kerugian padi sawah sebesar Rp2,795 milyar, sayur sebesar
Rp32,927 milyar, salak pondoh sebesar Rp201,486 milyar,
tanaman hias sebesar Rp1,011 milyar dan palawija sebesar
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
469
Rp 75,8 juta. Nilai kerugian dan kerusakan sub ektor tanaman
pangan dan hortikura tersaji dalam tabel sebagai berikut
Tabel 5.20. Nilai Kerugian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Sleman
No Komoditas Luas/Rumpun/Batang Nilai Kerugian
1 Padi Sawah 238 Ha 2.795.131.440
2 Sayur 765 Ha 32.927.925.000
3 Salak Pondoh 4,392,919 Rumpun 201.486.497.400
4 Tan Hias 209,365 Btg 1.011.200.000
5 Palawija 35 Ha 75.800,000
Total 238.296.553.840
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
Kerusakan dan kerugian pada sub sektor perikanan dinilai
berdasarkan tiga jenis usaha yaitu Usaha Pembenihan Rakyat
(UPR), pembudidayaan ikan konsumsi dan pembudidaya ikan
hias. Kerugian yang diderita sub sektor ini adalah Rp 11,317
milyar, terdiri dari kerugian dari usaha pembenihan rakyat
sebesar Rp6,384 milyar, pembudidaya ikan konsumsi sebesar
Rp4,698 milyar, pembudidaya ikan konsumsi sebesar Rp206
juta, usaha pembenihan ikan rakyat di luar radius 20 km
sebesar Rp20 juta dan pembudidaya ikan hias sebesar
Rp11,317 milyar rupiah.
Tabel 5.21. Nilai Kerugian Perikanan di Kabupaten Sleman
No Jenis Usaha Jml Klp Luas Kolam (Ha) Kerugian (Rp)
1 UPR (Usaha Pembenihan Rakyat) 82 24.714 6,384,660,000
2
Pembudidaya Ikan Konsumsi (Ngemplak, Turi, Pakem, Cangkringan)
75 163.9
4,698,950,000
3
Pembudidaya Ikan Konsumsi (di luar radius 20 km)
9 206,000,000
4 UPR di luar Radius 20 Km 1 20,000,000
5 Pembudidaya Ikan Hias 1 8,000,000
Total 169 11,317,610,000
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
470
Awan panas yang dikeluarkan dapat mematikan hewan
ternak, juga mengeluarkan material vulkanik yang dapat
mengganggu kesehatan serta menurunkan produktivitas
hewan ternak. Jumlah hewan ternak yang mati akibat erupsi
Merapi tercatat 2.233 ekor sapi perah, 235 ekor sapi potong,
110 ekor kambing, 37.000 ekor Burung Puyu, 47.000 ekor
ayam potong dan 106.300 ekor ayam petelur dengan nilai
total sebesar Rp32,495 milyar. Erupsi merapi juga merusak
kandang hewan ternak senilai Rp10,172 milyar, tanaman
Hijauan Makanan Ternak (HMT) senilai Rp1,394 milyar dan
instalasi air senilai Rp 3,896 milyar. Nilai total kerusakan pada
sub sektor peternakan tercatat sebesar Rp48,048 milyar.
Kerugian yang dihadapi peternak adalah menurunnya atau
berhentinya produksi hewan ternak karena terpapar material
vulkanik. Jumlah susu seharusnya dapat diproduksi adalah
sebesar 4.482 liter atau senilai Rp12,549 milyar. Jumlah telur
burung puyuh yang seharusnya diproduksi adalah sebanyak
1.998 butir atau senilai Rp299,7 juta. Jumlah telur ayam yang
seharusnya diproduksi adalah sebanyak 51.024 butir atau
senilai Rp32,598 milyar. Kerugian lain yang dihadapi adalah
biaya evakuasi hewan ternak sebesar Rp180,5 juta, biaya
penyediaan tanaman HMT sebesar Rp953,400 juta dan
pembuatan kandang sementara sebesar Rp1,602 milyar. Nilai
total kerugian pada sub sektor peternakan karena itu tercatat
sebesar Rp 48,184 milyar.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
471
Tabel 5.22. Nilai Kerusakan Peternakan di Kabupaten Sleman
No
Komoditas
Ternak mati
Kandang Tanaman HMT rusak Instalasi Air
Jumlah (000 Rp)
Jumlah Nilai
(000 Rp) Luas/ekor Nilai (000 Rp)
Jml (Ha)
Nilai (000 Rp)
unit Nilai
(000 Rp)
1 Sapi Perah 2,233 22,330,000 10,049 m2 7,536,375 76.75 1,151,250 762 3,810,000 34,827,625
2 Sapi Potong 235 1,880,000 1,058 m2 793,125 11.25 168,750 45 135,000 2,976,875
3 Kambing 110 165,000 220 m2 55,000 27.60 74,100 276 41,400 335,500
4 Puyuh 37,000 925,000 40,000 ekor 100,000 27 1,025,000
5 Ayam Potong 47,000 1,880,000 50,000 ekor 625,000 2,505,000
6 Ayam Petelur 106,300 5,315,000 125,000 ekor 1,063,000 6,378,000
Jumlah Total 32,495,000 10,172,500 115.60 1,394,100 1,110 3,986,400 48,048,000
Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan
Tabel 5.23. Nilai Kerugian Peternakan di Kabupaten Sleman
No
Komoditas
Produksi Susu/Telur Evakuasi HMT Kandang Shelter Jumlah (Rp)
Liter/ Butir (000) Nilai (000 Rp) Jumlah Nilai (000 Rp) Jumlah (Kg) Nilai (000 Rp) Luas (m2) Nilai (000 Rp)
1 Sapi Perah 4,482 12,549,600 1,781 89,050 1,068,600 534,300 8,015 801,450 13,974,400,000
2 Sapi Potong 1,397 69,850 838,200 419,100 6,287 628,650 1,117,600,000
3 Kambing 864 21,600 1,728 172,800 194,400,000
4 Puyuh 1,998 299,700 299,700,000
5 Ayam Potong
6 Ayam Petelur 51,024 32,598,666 32,598,666,667
Jumlah Total 45,447,966 180,500 953,400 1,602,900 48,184,766,667
Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
472
Tabel 5.24. Nilai Kerusakan Hutan Rakyat di Kabupaten Sleman
No.
KECAMATAN/ DESA
LUAS (Ha)
Kerusakan Hutan Rakyat Per Jenis Tanaman (000 Rp) Jumlah
(Rp) Sengon Mahoni Mindi MPTS Bambu
(300 btg/Ha) (85 btg/Ha) (35 btg/Ha) (50 btg/Ha) (5Rumpun/Ha)
1
Turi
1. Girikerto 50 3,750,000 1,487,500 437,500 375,000 125,000 6,175,000
2. Wonokerto 30 2,250,000 892,500 262,500 225,000 75,000 3,705,000
2
Pakem
1. Purwobinangun 15 1,125,000 446,250 131,250 112,500 37,500 1,852,500
2. Hargobinangun 15 1,125,000 446,250 131,250 112,500 37,500 1,852,500
3
Cangkringan
1. Umbulharjo 100 7,500,000 2,975,000 875,000 750,000 250,000 12,350,000
2. Kepuharjo 245 18,375,000 7,288,750 2,143,750 1,837,500 612,500 30,257,500
3. Glagaharjo 240 18,000,000 7,140,000 2,100,000 1,800,000 600,000 29,640,000
4. Wukirsari 120 9,000,000 3,570,000 1,050,000 900,000 300,000 14,820,000
5. Argomulyo 25 1,875,000 743,750 218,750 187,500 62,500 3,087,500
JUMLAH 840 63,000,000 24,990,000 7,350,000 6,300,000 2,100,000 103,740,000
Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan
Tabel 5.25. Nilai Kerusakan Perkebunan di Kabupaten Sleman
No Komoditas Luas Jumlah Jumlah Nilai/pohon Kerusakan Kerugian
(Ha) Tan/Ha Tanaman (btg) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Kelapa 372 125 46,500 150,000 6,975,000,000 2,929,500,000
2 Kopi 215 1,000 215,000 20,000 4,300,000,000 774,000,000
3 Cengkeh 89.5 150 13,425 125,000 1,678,125,000 1,611,000,000
4 Kakao 9.7 1,100 10,670 40,000 426,800,000 1,728,540,000
5 Lada 9.25 1,000 9,250 60,000 555,000,000 407,000,000
6 Panili 0.7 4,500 3,150 50,000 157,500,000 239,400,000
7 T e h 1 10,000 10,000 4,000 40,000,000 3,000,000,000
8 Jarak pagar 15 2,500 37,500 7,500 281,250,000 -
Total 14,413,675,000 10,689,440,000
Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
473
Sebagian kawasan hutan rakyat yang terkena aliran awan
panas serta material vulkanik mengalami kehancuran. Luasan
hutan rakyat yang mengalami kerusakan adalah 840 Ha yang
tersebar di Kecamatan Turi, Pakem dan Cangkringan. Jenis
tanaman yang rusak di kawasan hutan rakyat adalah sengon,
mahoni, mindi, multi purpose trees species (MPTS) dan
bambu senilai Rp 103,740 milyar.
Perkebunan di sekitar Merapi dikembangkan dengan
komoditas kelapa, kopi, cengkeh, kakao, lada, panili, teh, dan
jarak pagar. Kerusakan yang terjadi akibat terkena dampak
erupsi gunungapi pada sub sektor perkebunan setidaknya
tercatat sebesar Rp 14,413 milyar. Sedangkan kerugian yang
ditimbulkan adalah sebesar Rp 10,689 milyar.
Dampak langsung erupsi Merapi terhadap industri kecil dan
rumah tangga dan koperasi tercatat sebesar Rp 3,423 milyar,
sedangkan dampak tidak langsung berupa kerugian akibat
terhentinya kegiatan ekonomi tercatat sebesar Rp 8,008
milyar.
Kegiatan ekonomi masyarakat berupa transaksi jual beli
barang dan jasa yang biasa dilakukan di pasar selama
terjadinya Erupsi Merapi juga terhenti. Kerusakan yang
dialami oleh pasar tradisional baik berupa rusak berat, sedang
maupun ringan adalah sebesar Rp3,125 milyar sedangkan
kerugian yang dialami akibat tidak beroperasinya pasar
diperkirakan senilai Rp372,126 milyar.
Selain dari pertanian, perekonomian Kabupaten Sleman juga
diwarnai oleh kegiatan pariwisata yang memanfaatkan
keanekaragaman sumber daya alam serta budaya yang
berkembang di sekitar Gunung Merapi. Erupsi Merapi telah
menimbulkan kerusakan baik sarana maupun prasarana
pendukung wisata di sekitar Gunung Merapi. Kerusakan yang
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
474
dialami oleh sub sektor pariwisata tercatat Rp7,488 milyar.
Sedangkan kerugian yang dialami baik berupa hilangnya
pendapatan serta potensi pendapatan yang seharusnya
diterima adalah senilai Rp70,525 milyar.
Masyarakat yang membutuhkan tambahan modal usaha
dapat mengagunkan aset-aset yang dimiliki baik berupa
rumah maupun lahan pertaniannya kepada lembaga
keuangan. Namun selama terjadinya letusan gunungapi
sebagian masyarakat telah kehilangan aset baik rumah
maupun lahan pertanian serta menjadi tidak mampu untuk
melunasi hutang. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya
kredit macet pada lembaga-lembaga keuangan serta
terhentinya program-program penguatan modal Pemerintah
Daerah. Jumlah kerugian yang akan dihadapi oleh sub sektor
keuangan dan perbankan adalah senilai Rp308,744 milyar.
(5) Lintas Sektor
Penilaian kerusakan dan kerugian pada lintas sektor
dilakukan terhadap sub sektor lingkungan hidup,
pemerintahan, ketertiban dan keamanan, serta tata ruang.
Sub sektor lingkungan hidup pada uraian ini difokuskan pada
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang memegang
peranan penting bagi keseimbangan ekosistem wilayah
secara lebih luas. Nilai kerusakan pada sektor lintas sekor
adalah sebesar Rp5,755 milyar atau sekitar 0,68% dari total
kerusakan. Sedangkan nilai kerugian adalah sebesar Rp3,386
trilyun atau sekitar 75,48%. Adapun nilai total kerusakan dan
kerugian pada sektor lintas sektor adalah 3,392 trilyun atau
sekitar 63,62%.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
475
Tabel 5.26. Nilai Kerusakan dan Kerugian Lintas Sektor di Kabupaten Sleman
No Sektor/
Subsektor
Nilai Kerusakan Nilai Kerugian Total
(Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) Lintas Sektor
1 Lingkungan Hidup (TNGM)
5,755,212,896 100.00 3,384,000,000,000 99.91 3,389,755,212,996 99.91
2 Pemerintahan - 1,018,748,000 0.03 1,018,748,000 0.03
3 Ketertiban dan Keamanan * 30,000,000 0.00 30,000,000 0.00
4 Tata Ruang - 1,882,840,000 0.06 1,882,840,000 0.06
Total 5,755,212,896
100.00 (0,64) 3,386,931,588,000
100.00 (75,07) 3,392,686,800,996
100.00 (100)
Sumber: Bappeda
Kawasan Taman Nasional Gunung Api Merapi (TNGM)
merupakan kawasan hutan lindung seluas ± 6.400 Ha (±4.000
ha adalah areal bervegetasi) yang berlokasi di Kabupaten
Sleman Provinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Klaten dan
Boyolali Provinsi Jawa Tengah. Kawasan TNGM tertutup abu
vulkanik yang menimbulkan kerusakan vegetasi (di tingkat
semai dan pancang), migrasi satwa (burung, monyet ekor
panjang, babi hutan, macan,) serta kerusakan ekosistem.
Adapun kawasan bervegetasi (tegakan dan semak) yang
terkena hembusan awan panas yang hancur dan terbakar di
Kabupaten Sleman setidaknya tercatat seluas ±1.128 ha
(Resort Cangkringan dan Resort Pakem - Turi) yang
mengakibatkan kerusakan senilai Rp5,755 milyar serta
kerugian senilai Rp 3,384 trilyun. Penilaian kerusakan adalah
terhadap bangunan kantor maupun prasarana pendukung
TNGM lainnya sedangkan kerugian adalah nilai hutan TNGM.
Penilaian kerugian lain adalah dari sub sektor pemerintahan
yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan
pemerintahan sementara selama kantor utama tidak dapat
digunakan. Besaran nilai kerugian dari sub sektor
pemerintahan adalah Rp1,018 milyar. Sedangkan untuk
kerugian pada sub sektor ketertiban dan keamanan adalah
Rp30 juta.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
476
Saat ini di telah tersusun beberapa dokumen perencanaan
tata ruang wilayah sekitar kawasan Gunung Merapi. Namun,
pola aliran lava maupun lahar yang keluar dari letusan
Gunung Merapi telah berubah sehingga kawasan rawan
bencana perlu disesuaikan. Sehingga pada akhirnya
dokumen-dokumen perencanaan tata runag tersebut juga
perlu disesuaikan. Besaran nilai kerugian untuk
penyusunan/penyesuaian dokumen rencana tata ruang
diperkirakan senilai Rp1,8 milyar.
3) Kebijakan pemerintah untuk tahap recovery pasca bencana erupsi.
Berdasarkan sektor pemukiman, infrastruktur, sosial, perekonomian
dan lintas sektor secara makro kebijakan pemerintah untuk
melakukan recovery pasca erupsi adalah sebagai berikut:
a) Sektor Pemukiman
Mengingat luncuran awan panas menyebabkan kerusakan
pemukiman warga yang tidak sedikit, maka kebijakan pemulihan
dini di sektor pemukiman ditekankan pada pembuatan hunian
sementara/huntara (shelter) Huntara dibangun diatas tanah kas
desa untuk masa tinggal selama 1 tahun. Lokasi huntara tersebut
ditetapkan bersama antara Pemerintah Kabupaten Sleman,
BNPB, BPPTK. dengan sumber pendanaan dari donor, yang
dikoordinir oleh Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta. Huntara
dilengkapi dengan kandang ternak atau sumber mata
pencaharian lainnya, pos keamanan, pos kesehatan dan shelter
sekolah serta fasilitas umum lainnya. Dengan demikian
kehidupan sosial ekonomi warga yang akan menempati shelter
tersebut lambat laun akan pulih.
Perubahan kawasan rawan bencana Gunung Merapi, perlunya
penataan ulang daerah pemukiman atau pemukiman kembali
bagi warga yang rumahnya rusak. Penataan kawasan lereng
merapi dilakukan setelah kajian tata ruang merapi darurat
disetujui oleh lembaga yang berwenang. Sosialisasi terhadap
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
477
rencana pemukiman kembali dilakukan, agar tidak menimbulkan
konflik sosial di masyarakat. Rehabilitasi pemukiman merupakan
kegiatan awal penataan ruang dan kawasan di lereng Gunung
Merapi dan sekitarnya. Faktor kejelasan status kepemilikan lahan
dan daya dukung lingkungan guna memenuhi kebutuhan
manusia (pemukiman, pertanian, padang rumput, fasilitas sosial
dan umum, air bersih) menjadi perhatian utama. Dalam zona
pemukiman di lereng Merapi tersebut, perlu dilengkapi petunjuk
jalur-jalur evakuasi ataupun tanda-tanda guna peringatan dini
sebagai antisipasi bila terjadi bencana. Akses jalan untuk
evakuasi juga harus dibangun kembali agar masyarakat dapat
hidup berdampingan dengan Gunung Merapi secara nyaman.
Upaya mitigasi bencana dengan kearifan lokal juga perlu
dihidupkan.
b) Sektor Infrastruktur
Luncuran awan panas menyebabkan sarana-prasarana publik
serta fasilitas umum lainnya rusak dan tertutup material vulkanik.
Sungai-sungai yang berhulu di Merapi juga tertutup material
vulkanik dan berakibat tersumbatnya aliran sungai. Hal ini
berpotensi menyebabkan banjir lahar dingin di daerah hilir. Untuk
meminimalisasi dampak banjir lahar dingin tersebut, perlu
dilakukan normalisasi sungai. Penambangan pasir yang ditujukan
untuk normalisasi sungai perlu diberi pedoman untuk pengaturan
dan pengendalian. Selain itu, mengingat status merapi masih
siaga dan curah hujan yang masih tinggi maka diperlukan ke hati-
hatian dalam melakukan normalisasi sungai.
Pembangunan kembali sarana dan prasarana fisik seperti
sekolah, fasilitas kesehatan, jalan, jembatan, gorong-gorong,
saluran air bersih, sanitasi, kelistrikan dan fasilitas umum lainnya,
perlu dilakukan secara cepat. Hal ini harus dilakukan untuk
mempercepat pemulihan dan rehabilitasi serta rekonstruksi
kehidupan masyarakat .
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
478
c) Sektor Sosial
Recovery sektor sosial (sub sektor kesehatan, pendidikan dan
sosial budaya) harus segera dilaksanakan, guna menghindari
terjadinya ketidakpuasan masyarakat akan pelayanan publik.
Perawatan terhadap korban yang sakit serta pencegahan
terhadap penyakit segera dilakukan, mengingat masih adanya
korban yang dirawat dan kondisi lingkungan yang belum pulih.
Pemenuhan gizi bagi kelompok rentan (pengungsi dan warga
terdampak) terus dilakukan sejak kegiatan tanggap darurat agar
derajat kesehatan tidak memburuk. Upaya penjaminan kesehatan
bagi warga yang terkena dampak terus dilakukan untuk
mengurangi beban pembiayaan kesehatan.
Kegiatan belajar mengajar selama terjadi erupsi Merapi praktis
terhenti. Pasca erupis kegiatan belajar mengajar harus segera
dilaksanakan kembali. Kebijakan untuk menitipkan anak usia
sekolah ke sekolah yang terdekat dengan barak pengungsian
dilakukan ditunjang dengan fasilitas antar jemput. Shelter sekolah
perlu dibangun guna menggantikan bangunan sekolah yang
rusak tersapu awan panas, sampai dengan pembangunan dan
rehabilitasi gedung sekolah yang rusak selesai dilaksanakan.
Mitigasi bencana lebih disosialisasikan melalui pendidikan
kebencanaan di sekolah, sehingga pengetahuan masyarakat
lebih memahami perilaku Merapi.
Revitalisasi kegiatan sosial kemasyarakatan dilakukan dengan
memfasilitasi pembentukan RT/RW penghuni shelter, hal tersebut
dimaksudkan agar budaya kebersamaan dan gotong royong
tetap dipertahankan.
d) Sektor Perekonomian
Letusan Gunung Merapi ternyata sangat berdampak besar
terhadap sektor perekonomian, hal ini dirasakan tidak hanya
pada masyarakat yang terkena dampak langsung namun juga
pada masyarakat yang terkena dampak tidak langsung. Pada
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
479
saat status Merapi awas, warga sejauh radius 20 km dari puncak
Merapi harus mengungsi. Selain kerugian yang bersifat fisik,
letusan gunungapi Merapi juga telah menimbulkan kerugian lain
akibat rusaknya proses produksi dan distribusi. Beberapa hal
diantaranya adalah hilangnya pasar, terputusnya saluran
distribusi dan kapasitas produksi yang tidak dapat berlangsung
normal. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya simpul sektor
perekonomian yang berlokasi di sekitar lereng merapi untuk
menggantungkan hidupnya, misalnya peternakan sapi perah,
perikanan, wisata alam, perkebunan, pertanian dan
penambangan pasir. Potensi kerugian yang dialami oleh berbagai
sektor tersebut tidak terbatas pada yang berada didalam
kawasan rawan bencana tetapi juga yang terletak diluar kawasan
rawan bencana.
Pemulihan ekonomi dimulai dengan mengaktifkan kembali
kegiatan-kegiatan perekonomian pada masyarakat pengungsi
yang telah kembali kerumah masing-masing. Program padat
karya atau cash for work untuk pengelolaan lahan pertanian yang
rusak dan pembersihan lingkungan pemukiman menjadi wacana
yang berkembang untuk membantu masyarakat mengurangi
kerugian yang diderita akibat letusan Merapi. Selain sebagai
upaya ganti rugi untuk mendapatkan uang tunai karena hilangnya
mata pencaharian mereka, kegiatan tersebut juga akan
berdampak terhadap kondisi psikologis masyarakat. Harapannya
masyarakat cepat bangkit dan tidak larut.
Kebutuhan awal untuk pemulihan ekonomi bagi masyarakat
dilereng Merapi antara lain menghidupkan kembali usaha yang
tidak memerlukan pembenahan fisik terlebih dahulu, aktivasi
perdagangan di pasar tradisional, pengadaan benih, pemberian
modal/kredit lunak, alat produksi, pakan ternak, pendampingan
UMKM sampai dengan pemasaran hasil produksi, penciptaan
mata pencaharian baru dengan memanfaatkan material yang
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
480
ada. Pelaksanaan revitalisasi kelompok tani dan koperasi
sebagai sentra pemulihan dan pemberdayaan dan perwujudan
kemandirian desa disekitar lereng Merapi juga perlu dilakukan.
Untuk membangkitkan kembali masyarakat dari keterpurukan
serta meningkatkan kunjungan wisata, maka perlu dilakukan
“Gerakan Sleman Bangkit” di samping pengembangan obyek
wisata lereng Merapi serta penambahan koleksi Museum Gunung
Merapi.
e) Lintas Sektor
Masyarakat yang terkena dampak langsung letusan Gunung
Merapi dan sudah tidak mempunyai tempat tinggal bisa tinggal di
shelter selama 1-2 tahun. Shelter bagi pengungsi perlu dilengkapi
dengan pos keamanan, termasuk pengaturan pengelolaannya.
Dampak dari letusan gunungapi merapi juga berakibat rusaknya
gedung kecamatan, balai desa, sekolah, puskesmas dan fasilitas
publik lainnya. Pelayanan publik di daerah terdampak erupsi
Merapi harus tetap dilaksanakan. Infrastruktur pelayanan publik
tersebut dipindahkan walau hanya bersifat sementara sambil
menunggu pembangunan dan rehabilitasi. Selain itu, juga
dilakukan penyelamatan dan pergantian terhadap arsip dan data
kependudukan.
Kajian tataruang lereng Merapi telah dilakukan oleh tim dari
Universitas Gadjah Mada mengingat adanya perubahan kawasan
rawan bencana. Kajian tersebut perlu ditindak lanjuti agar
mendapat persetujuan dari lembaga yang berwenang dan
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menetapkan tata ruang di
lereng merapi oleh Pemerintah Kabupaten Sleman. Pemerintah
Provinsi DIY telah membuat usulan perluasan kawasan Taman
Nasional Gunungapi Merapi (TNGM) kepada Pemerintah Pusat,
dalam upaya untuk pergantian terhadap tanah milik warga.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
481
Erupsi Gunung Merapi menyebabkan kerusakan hutan sehingga
diperlukan revitalisasi agar fungsi resapan air di daerah hulu
tetap bisa dipertahankan. Namun demikian harus didahului
dengan penelitian terhadap tanah dan melakukan identifikasi
terhadap kerusakan lingkungan guna tindak lanjutnya.
b. Bencana angin kencang dan angin puting beliung
Pada tahun 2010 di wilayah Kabupaten Sleman terjadi bencana angin
kencang dan angin lesus yang mengakibatkan kerugian bagi
masyarakat. Fasilitas umum dan harta benda masyarakat banyak
mengalami kerusakan akibat bencana ini. Bencana angin kencang
sering kali terjadi pada musim pancaroba. Sejak Januari 2010, jumlah
kejadian berfluktuasi tergantung cuaca dan kondisi alam. Pada bulan
Januari tercatat 5 kejadian, Februari 1 kejadian, Maret 3 kejadian, Mei 4
kejadian, September 5 kejadian dan Desember 1 kejadian.
Kejadian angin kencang yang paling merugikan tercatat pada tanggal
25 September 2010 yang mengakibatkan 1 orang meninggal dunia, 1
orang luka ringan, 6 rumah rusak berat tertimpa pohon, 15 rumah rusak
sedang tertimpa pohon, 50 rumah rusak ringan dan melanda 12
kecamatan. Angka estimasi total kerugian akibat bencana angin
kencang mencapai Rp443.700.000,00.
Upaya penanggulangan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman
atas bencana yang terjadi adalah:
1) Mengerahkan tim reaksi cepat yang dilengkapi dengan gergaji
mesin dan mobil hidrolik untuk membuka jalan akses sehingga
lalulintas normal kembali akibat pohon tumbang yang menutup
jalan.
2) Membawa korban ke rumah sakit dan memberikan santunan bagi
keluarga korban.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
482
c. Bencana Kekeringan
Wilayah Kabupaten Sleman yang sering mengalami bencana
kekeringan adalah 2 kecamatan yaitu Kecamatan Prambanan dan
Gamping. Kekeringan terjadi di 3 desa Kecamatan Prambanan yaitu
Wukirharjo (Dusun Klumprit I, Klumprit 2), Gayamharjo (Dusun
Lemahbang, Nawung, Kalinongko Kidul, Jali dan Gayam), dan Desa
Sumberharjo (Dusun Umbulsari A dan B) desa Sambirejo (Dusun
Sumberwatu, Dawangsari, Gedang atas, dan Mlakan). Selain itu
kekeringan terjadi di Balecatur (Dusun Sembung), Kecamatan Gamping.
Pada tahun 2010 terjadi anomali cuaca, yaitu tidak terdapat musim
kemarau, sehingga bencana kekeringan tidak terjadi.
Upaya penanggulangan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman
atas bencana yang terjadi adalah:
1) Pengoperasian sistem jaringan air baku Prambanan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih.
2) Pada tahun 2010 tidak melakukan droping air bersih karena tidak
terdapat bulan kemarau dan permintaan masyarakat.
d. Bencana Tanah Longsor
Pada tahun 2010 terjadi 3 kejadian bencana tanah longsor, 1 kali di
kecamatan Cangkringan dan 2 kali di kecamatan Prambanan. Bencana
tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Cangkringan mengakibatkan 2
korban meninggal sedangkan bencana longsor di Kecamatan
Prambanan tidak menimbulkan korban. Kerugian akibat tanah longsor
Rp16.050.000,00. Pada tahun 2010 terjadi ancaman batuan jatuh
(rockfall) dengan volume 6m x 2m x 10m dengan kondisi telah terbelah
akibat gempa 2006 di Padukuhan Gedang Atas serta mengancam
Padukuhan Kikis di bawahnya. Pada tahun anggaran 2010 dilakukan
chipping/pemecahan batu, sehingga menjadi batu-batu ukuran kecil dan
tidak menjadi ancaman. Upaya yang dilaksanakan untuk menanggulangi
adalah mengevakuasi material tanah longsor yang menutup jalan akses.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
483
e. Bencana banjir bandang
Pada 23 september 2010 terjadi curah hujan ekstrim yang memicu
jebolnya Dam Mlakan, Nglengkong, Sambirejo, Prambanan yang
mengakibatkan 2 rumah hanyut, masjid tertimbun material pohon
bercampur tanah, rusaknya sawah milik 18 KK, jembatan dan talud
rusak serta rumah 16 KK tergenang banjir.
f. Bencana banjir lahar dingin
Dampak banjir lahar dingin yang merugikan telah terjadi beberapa kali,
yaitu pada tanggal 29 November 2010 dan 4, 14, 23 Desember 2010.
Kejadian tersebut terjadi di hilir Kali Boyong di Caturtunggal (akibat
banjir lahar dingin di kali Code) dan Cangkringan. Dampak yang
ditimbulkan berupa 2 rumah rusak ringan; pengungsian 69 jiwa di
Blimbingsari. Di Cangkringan akses jalan Umbulharjo-Kepuharjo
tertimbun material di Jembatan Pagerjurang, Koramil Cangkringan
terendam, Jembatan Pagerjurang ambrol, Kantor Polsek Cangkringan
terendam, 6 rumah terendam lahar dan 250 jiwa warga mengungsi.
Penanggulangan bencana alam dilaksanakan melalui langkah-langkah
pencegahan, peringatan dini, mitigasi dan kesiapsiagaan pada saat
sebelum terjadinya bencana, tanggap darurat, pertolongan, penyelamatan
dan pemberian bantuan pada saat terjadinya bencana dan rehabilitasi
mental, rehabilitasi dan rekonstruksi sarana prasarana umum/sosial pada
saat setelah terjadi bencana.
Penanggulangan bencana di Kabupaten Sleman menggunakan prinsip
menitikberatkan pada pengurangan resiko bencana sehingga sebagian
besar kegiatan berada pada fase pra bencana dan memadukan mitigasi
fisik dan mitigasi non fisik.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
484
Pada fase pra bencana dalam rangka pencegahan dan kesiapsiagaan
dilakukan beberapa langkah:
a. Sosialisasi Kawasan rawan bencana.
Untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat
dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat yang berada pada kawasan
rawan bencana. Sosialisasi tergantung dari sumber ancaman di masing-
masing wilayah, sedang pemateri berasal dari para ahli dibidang
masing-masing. Sosialisasi Kawasan rawan bencana dilaksanakan
sebanyak 15 kali di 5 kecamatan.
b. Pelatihan SAR
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dibidang
penanggulangan bencana alam telah dilaksanakan Pelatihan SAR
(Search and Rescue) untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi
bencana sebanyak 2 angkatan bagi 60 orang yang terdiri tas tim SAR
Air dan SAR Darat yang dilaksanakan di Karang Pramuka dan Sungal
Elo Magelang.
c. Gladi Lapang
Gladi lapang pada tahun 2010 dilaksanakan dengan desain untuk
bencana Erupsi Gunung Merapi. Gladi lapang merupakan kerjasama
antara Pemkab Sleman–Mabes TNI–dan tentara Amerika Serikat
(USPACOMM). Gladi lapang dilakukan melalui tahapan tahapan
workshop, gladi posko dan diakhiri gladi lapang. Unsur-unsur yang
terlibat adalah masyarakat Desa Kepuharjo, Pemkab Sleman, Mabes
TNI, Unsur AL, AU dan polisi.
d. Pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC)
Tim Reaksi Cepat merupakan tim multisektor yang merupakan
peningkatan intensitas piket 24 jam. Tim reaksi dibentuk cepat hanya
dilakukan pada musim penghujan di mana ancaman bencana pada
umumnya meningkat.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
485
e. Pembuatan Rencana Kontijensi Gempa Bumi
Pembuatan rencana kontijensi gempa bumi merupakan pedoman
tanggap darurat untuk bencana gempa bumi. Dokumen ini disusun
berdasarkan peta mikrozonasi yang menggambarkan amplifikasi
tanah/watak tanah terhadap getaran gempa. Daerah-daerah yang
beramplifikasi tinggi menjadi kawasan yang harus diprioritaskan dalam
penanganan tanggap darurat gempa bumi.
f. Updating Sistim Informasi Penanggulangan bencana Alam (SIPBA)
Sistim Informasi Penanggulangan bencana Alam (SIPBA) merupakan
peta rawan bahaya, semua jenis bencana di Kabupaten Sleman. Peta
ini menjadi salah satu pedoman dasar pengambilan kebijakan dalam
penanggulangan bencana. SIPBA pertama kali disusun tahun 2004, dan
diupdating pada tahun 2010.
g. Wajib Latih
Wajib latih adalah pelatihan bencana dengan tujuan akhir pembentukan
penduduk mandiri mitigasi, yang diharapkan dapat membentuk
komunitas-komunitas peduli bencana. Sistem pelatihan dilakukan
dengan lebih banyak praktek, dan diakhir pelatihan langsung
mengaplikasikan hasil latihan pada komunitas tertentu dengan
simulasi/gladi lapang. Pada tahun 2010 wajib latih dilakukan 2 kali yaitu
pada guru, pamong dan karangtaruna di kawasan Gunung Merapi dan
kawasan rawan gempa bumi.
2. Status Bencana
Bencana alam erupsi gunung merapi yang terjadi pada tahun 2010
merupakan bencana alam dengan skala nasional, hal ini dapat dilihat dari
dampak yang ditimbulkan maupun besaran kerugian.
3. Sumber dan Jumlah Anggaran
Alokasi anggaran yang disediakan APBD untuk penyelenggaraan urusan
Pencegahan dan Penanggulangan Bencana sebesar Rp1.528.191.500,00
dalam pelaksanaannya anggaran tersebut terealisasi sebesar
Rp1.353.482.567,00 atau sebesar 88.57%.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
486
4. Antisipasi Daerah dalam menghadapi kemungkinan Bencana
Dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam diperlukan
manajemen penanggulangan bencana alam yang merupakan kegiatan
yang berkesinambungan dan tersistem baik pada masa pra bencana, pada
saat bencana terjadi maupun pada masa pasca bencana. Kegiatan
tersebut diawali dengan perencanaan kawasan rawan bencana,
pembangunan sarana prasarana, sehingga pada saat bencana sistem
penanggulangan dapat diaktifkan dan diakhiri tahap rekonstruksi dan
rehabilitasi.
Antisipasi terjadinya bencana yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Sleman atas bencana yang terjadi, dilakukan melalui program dan kegiatan
sebagai berikut:
a. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Mitigasi Bencana meliputi :
1) Operasional Penanggulangan Bencana Alam selama 12 bulan.
2) Sosialisasi Kawasan rawan bencana sebanyak 14 kali di 9
Kecamatan
3) Operasional dan Pelatihan SAR sebanyak 2 angkatan dengan
peserta 60 orang
4) Wajib latih dilakukan sebanyak 2 angkatan/60 orang
5) Pembinaan Pengelolaan Air Baku Kawasan Kekeringan di 2
Kecamatan yaitu Kecamatan Gamping dan Kecamatan Gamping.
6) Gladi Lapang penanggulangan bencana alam selama 4 hari di bulan
Juli 2010
b. Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana
meliputi :
1) Operasional dan pemeliharaan 3 unit bunker dan 2 sistem Early
Warning System berupa 10 unit sirine dan 3 unit penakar hujan .
2) Program Pengembangan data, informasi dan statistik daerah
melalui kegiatan pemetaan kawasan rawan bencana dengan
kegiatan penyusunan dokumen kontijensi bencana gempa bumi dan
updating SIPBA
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
487
c. Program Peningkatan Keamanan dan Penanggulangan Kebakaran
tersebut dilaksanakan dengan kegiatan pencegahan dan operasional
pemadaman kebakaran dengan melaksanakan penyuluhan dan
pelatihan pemadam kebakaran sebanyak 4 kali, melaksanakan 50 kali
kegiatan pemadaman kebakaran, dan 66 kali kegiatan kesiap siagaan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran (PBK), terlaksananya identifikasi 24
obyek rawan kebakaran serta terlaksannya monitoring sarana PBK
sebanyak 24 obyek.
5. SKPD yang menangani
SKPD yang menangani penanggulangan bencana adalah Badan Kesatuan
Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana
Kabupaten Sleman yang dibentuk sesuai dengan Perda Nomor 9 Tahun
2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemeritah Kabupaten Sleman
dan Peraturan Bupati Sleman Nomor 36 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat
dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Sleman.
a. Bidang Penanggulangan Bencana
Struktur Organisasi Bidang Penanggulangan Bencana adalah sebagai
berikut:
1) Subbidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan;
2) Subbidang Operasional Penanggulangan Bencana; dan
3) Subbidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Bidang Penanggulangan Bencana mempunyai tugas
menyelenggarakan dan mengoordinasikan pencegahan, kesiapsiagaan
dan operasional penanggulangan bencana, serta rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana. Bidang Penanggulangan Bencana
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana kerja bidang penanggulangan bencana;
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
488
2) Perumusan kebijakan teknis pencegahan, kesiapsiagaan dan
operasional penanggulangan bencana, serta rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana;
3) Penyelenggaraan dan pengkoordinasian pencegahan dan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana;
4) Penyelenggaraan, pengkoordinasian dan pembinaan operasional
penanggulangan bencana;
5) Penyelenggaraan dan pengkoordinasian rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana; dan
6) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja bidang
penanggulangan bencana.
b. Bidang Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Struktur Organisasi Bidang Penanggulangan Bahaya Kebakaran adalah
sebagai berikut :
1) Subbidang pemadam kebakaran; dan
2) Subbidang sarana dan prasarana pemadam kebakaran.
Bidang Penanggulangan Bahaya Kebakaran mempunyai tugas
menyelenggarakan dan membina operasional dan pengelolaan sarana
dan prasarana pemadam kebakaran. Bidang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Penyusunan rencana kerja Bidang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran;
2) Perumusan kebijakan teknis operasional dan pengelolaan sarana dan
prasarana pemadam kebakaran;
3) Penyelenggaraan dan pembinaan operasional pemadam kebakaran;
4) Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan sarana dan prasarana
pemadam kebakaran; dan
5) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Bidang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
489
6. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan
Sumber daya penyelenggara urusan Pencegahan dan Penanggulangan
Bencana Alam sebagaimana tabel berikut.
Tabel 5.9. SDM Penyelenggara Penangulangan Bencana Alam dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I 0
2 SMP 1 2. II 28
3 SMA 41 3. III 21
4 Sarmud/D3 0 4. IV 1
5 Strata 1 5
6 Strata 2 3
Jumlah 50 Jumlah 50
Sumber: Bakesbanglinmas dan PB
7. Kelembagaan yang dibentuk
Fungsi penanggulangan bencana di Kabupaten Sleman dilaksanakan oleh
Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat, dan Penanggulangan
seseuai Perda Nomor 9 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
Dengan terbitnya Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penggulangan Bencana Daerah serta
pelaksanaan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, di setiap Kabupaten Kota dapat dibentuk
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kabupaten Sleman telah
mengimplementasikan pembentukan BPBD melalui Perbup No 34/2010
tanggal 1 Desember 2010 yang mewadahi ketugasan penanggulangan
bencana pada dinas yang memiliki fungsi yang bersesuaian dengan fungsi
penanggulangan bencana.
8. Potensi bencana yang diperkirakan terjadi
a. Erupsi Merapi
Gunung Merapi di Sleman merupakan salah satu gunung teraktif di
dunia dengan tinggi puncak hampir 3000 meter di atas permukaan laut.
Merapi memiliki karakteristik gunung api stratovolkano yaitu tubuh
gunung api tinggi berbentuk kerucut yang terbentuk dari endapan awan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
490
panas dan lava berselang-seling. Merapi memiliki periode erupsi yang
singkat (terpendek hanya 2 tahun) sehingga menjadi ancaman bahaya
bagi kehidupan disekitarnya. Awan panas Merapi yang merupakan
bahaya utama dapat meluncur dengan kecepatan sampai 100 km/jam
sejauh belasan kilometer.
Merapi memiliki tipe erupsi spesifik yaitu munculnya piroclastic
flow/awan panas (wedhus gembel). Awan panas inilah sebenarnya
merupakan letusan Merapi yaitu keluarnya sejumlah material magmatik
(batu, pasir dan abu) dan konsentrasi gas sangat tinggi bersuhu ratusan
derajat celcius. Abu yang dikeluarkan akan menyebar menurut arah dan
besar angin, berpotensi merusak tanaman pertanian, mencemarkan air
serta mengganggu pernafasan. Tidak ada jalan lain untuk
menyelamatkan diri dari awan panas kecuali segera menghindar sejauh
mungkin dari jangkauannya. Awan panas mempunyai daya rusak luar
biasa dengan temperatur yang sangat tinggi sehingga dapat
menghancurkan bangunan.
Kawasan rawan bencana awan panas adalah akibat erupsi 2010
menjadi lebih luas daripada sebelumnya. Kondisi tersebut lebih
mengancam mengingat, bukaan kawah berada di tenggara/kecamatan
cangkringan, dengan eksisting lereng sungai yang penuh tersisi
material. Keadaan tersebut mengakibatkan material awan panas yang
relatif sedikit akan mempunyai jarak luncur yang lebih panjang daripada
jangkauan normalnya.
b. Banjir Lahar dingin
Saat ini terdapat 80 juta m3 material sedimen di sungai-sungai yang
berhulu di Merapi yang melewati wilayah Sleman, yaitu Kali Gendol, Kali
Opak, Kali Kuning, Kali Boyong dan Kali Krasak. Sungai-sungai tersebut
akan melalui 7 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Tempel, Turi,
Pakem, Cangkringan, Ngemplak, Ngaglik dan Kalasan. Daerah hulu
keempat sungai tersebut merupakan wilayah dengan curah hujan tinggi
di Kabupaten Sleman.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
491
Keberadaan tumpukan vulkanik menjadi ancaman yang sangat serius
di musim hujan, karena dengan curah hujan yang tinggi di sekitar
puncak Merapi akan memicu terjadinya banjir lahar. Sementara itu di
sepanjang alur sungai sebagian masyarakat melakukan aktivitas
penambangan pasir beserta truk-truk pengangkut pasir. Selain itu pada
kanan kiri sungai terdapat pemukiman penduduk padat, pusat kegiatan
ekonomi masyarakat dan jembatan lintasan yang digunakan masyarakat
untuk mobilitas baik di saat situasi normal maupun saat terjadi banjir
lahar.
Material/sedimen yang bergerak melalui sungai-sungai yang berasal
dari Gunung Merapi tersebut dapat terjadi dalam jumlah yang sangat
banyak sehingga dapat mengundang permasalahan berupa daya rusak
yang ditimbulkan berikut dampak negatif lainnya.
Mitigasi bencana secara struktural ditempuh dengan cara membangun
bangunan pengendali sedimen atau bangunan sabo dam yang ditujukan
untuk mengurangi besarnya daya perusak tersebut dengan cara
menahan laju aliran sedimen yang mengalir ke hilir.
Untuk menghindari terjadinya korban ketika terjadi lahar dingin, maka
telah diupayakan peningkatan kewaspadaan para aparat dan
masyarakat di sekitar lembah dan sungai yang berpotensi dilewati lahar
dingin.
c. Bahaya Tanah Longsor
Wilayah Kabupaten Sleman juga rawan terhadap bahaya longsor.
Resiko bahaya longsor disebabkan oleh kondisi jenis tanah, batuan dan
kemiringannya. Kemiringan tanah juga menjadi faktor krusial pemicu
longsoran. Sebagai contoh daerah Sengir Kecamatan Prambanan
mempunyai kemiringan tanah lebih dari 45º, sehingga memiliki resiko
tinggi akan terjadinya bahaya longsor. Daerah berjenis tanah pasir
dengan kemiringan 45º juga memilki resiko bahaya longsor yang tinggi.
Tanah longsor sering terjadi pada musim hujan dengan volume curah
hujan tinggi dan dalam waktu lama.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
492
Wilayah-wilayah yang memiliki resiko bahaya tanah longsor di
Kabupaten Sleman diantaranya di Kecamatan Prambanan, Moyudan,
Ngemplak, Pakem, Cangkringan dan sebagian wilayah Kecamatan
Minggir dan Seyegan.
d. Bahaya angin dan kekeringan
Terdapat 10 kecamatan yang rawan bencana angin di Kabupaten
Sleman. Wilayah yang telah diidentifikasi sebagai kawasan rawan
bencana angin tersebut merupakan wilayah yang dilintasi angin dengan
kecepatan tinggi, yakni Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok,
Berbah, Mlati, Turi, Tempel, Seyegan, Moyudan dan Godean.
Masyarakat Kabupaten Sleman juga menghadapi resiko bencana
kekeringan pada musim kemarau. Resiko kekeringan dihadapi oleh
masyarakat yang bermukim di wilayah dengan ketersediaan air sangat
rendah dan muka air tanah yang sangat dalam. Wilayah yang memiliki
resiko bahaya kekeringan adalah Desa Gayamharjo, Prambanan dan
sebagian wilayah Kecamatan Gamping.
e. Gempa Bumi
Berdasarkan peta mikrozonasi gempa yang dibuat oleh Pemerintah
Kabupaten Sleman, daerah yang memiliki amplifikasi tanah tinggi
adalah Kecamatan Berbah, Kalasan dan Prambanan. Hal ini terjadi
karena kawasan tersebut berada yang berada di jalur patahan aktif
Cesar Opak.
Kawasan dengan amplifikasi tinggi dan sangat tinggi terdapat di Desa
Purwomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani Kecamatan Kalasan, di
Desa Kalitirto, Tegaltirto dan Sendangtirto Kecamatan Berbah dan di
Desa Bokoharjo, Desa Sumberharjo dan Wukirharjo Kecamatan
Prambanan. Disamping adanya cesar aktif, wilayah Sleman yang terdiri
dari lapisan batuan sedimen hasil erupsi Merapi menyebabkan
bertambahnya efek getaran gempa sehingga gempa dapat dirasakan di
seluruh wilayah Sleman.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
493
F. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum
Ketentraman dan ketertiban umum masyarakat merupakan salah satu faktor
utama terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Kondisi yang
aman dan tertib akan meningkatkan peran serta masyarakat dalam kehidupan
sosial politik sehingga akan mewujudkan pemerintahan yang dinamis. Kondisi
ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 cukup
kondusif dibanding tahun 2009. Hal ini dapat dilihat dari angka kejahatan pada
tahun 2010 yang sudah berkurang dari 2.251 pada tahun 2009 menjadi 1.416
kasus. Upaya penanganan anak jalanan di Kabupaten Sleman dilakukan
dengan tujuan memandirikan dan memberdayakan anak jalanan melalui
berbagai pelatihan ketrampilan dan kewirausahaan. Pada saat ini Pemerintah
Kabupaten Sleman secara koordinatif dan integratif telah bekerjasama dengan
instansi lembaga/LSM dalam melaksanakan penanganan anak jalanan.
Pendataan pedagang kaki lima yang menempati fasilitas publik atau pinggir
jalan di wilayah aglomerasi perkotaan (Gamping, Depok, Mlati, Ngaglik dan
Kalasan) dan kajian PKL di wilayah Kabupaten Sleman terus dilakukan.
Usaha informal yang tidak membutuhkan modal yang besar dan proses
pendirian usaha yang tidak rumit, menjadi daya tarik masyarakat untuk
berdagang dan mendirikan lapak di pinggir jalan. Upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Sleman untuk menertibkan para pedagang kaki lima
diantaranya adalah melakukan pendataan dan penertiban pedagang kaki lima
yang mengunakan fasilitas publik serta melakukan sosialisasi tentang Perda
PKL.
Anak jalanan (anjal) yang berada di Kabupaten Sleman sebagian besar bukan
berasal dari penduduk kabupaten Sleman. Selain anjal, permasalahan lain
adalah adanya gelandangan dan pengemis (gepeng) di Kabupaten Sleman.
Mereka bermain, mencari nafkah, bertempat tinggal dan menghabiskan waktu
di pasar, terminal, kolong jembatan, trotoar maupun ruang terbuka yang ada
sehingga sangat rentan mendapatkan perlakuan kekerasan dan pelecehan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
494
Anjal dan gepeng di Kabupaten Sleman yang melakukan aktivitas di
perempatan jalan, mengamen dan mengemis menganggu kelancaran lalu
lintas.Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman adalah
melakukan penertiban dan operasi kemudian dilakukan pembinaan.
Pelaksanaan pembinaan dan rehabillitasi dilakukan di dalam maupun di Luar
Panti Sosial .
Beberapa tempat di wilayah Sleman (Jl Palagan dan Jl Magelang) disinyalir
ada penyalahgunaan fungsi salon kecantikan menjadi tempat prostitusi
terselubung. Salon-salon seperti ini kerap disebut sebagai Salon Plus.
Pemerintah Kabupaten Sleman berupaya melakukan penertiban dan
pengecekan ke salon kecantikan agar tidak terjadai penyalahgunaan ijin dan
mengurangi potensi konflik dengan masyarakat.
Secara ringkas penyelenggaran ketentraman dan ketertiban di Kabupaten
Sleman adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan Ketentraman dan Ketertiban
a. Tindak kejahatan yang terjadi sepanjang tahun 2010 sejumlah 1.416
kasus. Tindak kejahatan tersebut terdiri dari 40 kasus narkoba; 4 kasus
pembunuhan, 22 kasus kejahatan seksual, 170 kasus penganiayaan, 797
kasus pencurian biasa, 311 kasus penipuan. Jumlah demonstrasi di
bidang politik 5 kasus, bidang ekonomi 3 kasus dan unjuk rasa 64 kasus
b. Pedagang kaki lima yang menempati fasilitas publik dan pinggir jalan.
c. Banyaknya anak jalanan dan gelandangan pengemis yang berasal dari
daerah lain.
d. Adanya penyalahgunaan salon kecantikan menjadi salon Plus
2. SKPD yang menangani
SKPD yang menangani penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum adalah Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan
Penanggulangan Bencana serta Satuan Polisi Pamong Praja. SKPD
dibentuk dengan Perda Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat
Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Sleman
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
495
Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan
Bencana Kabupaten Sleman, dan Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2009
tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamog Praja.
Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan
Bencana Kabupaten Sleman mempunyai tugas melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang kesatuan bangsa, politik
dalam negeri, perlindungan masyarakat, penanggulangan bencana dan
penanganan kebakaran. Dalam penyelenggaraan tugas tersebut Badan
Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan
Bencana Klabupaten Sleman Mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis bidang kesatuan bangsa, politik dalam
negeri, perlindungan masyarakat, penanggulangan bencana dan
penanganan kebakaran.
b. Pelaksanaan tugas bidang kesatuan bangsa, politik dalam negeri,
perlindungan masyrakat, penanggulangan bencana dan penanganan
kebakaran.
c. Penyelenggaraan pelayanan bidang kesatuan bangsa, politik dalam
negeri, perlindungan masyarakat, penanggulangan bencana dan
penanganan kebakaran.
d. Pembinaan kesatuan bangsa, politik dalam negeri, perlindungan
masyarakat, penanggulangan bencana dan penanganan kebakaran.
e. Pengoodinasian kesatuan bangsa, politik dalam negeri, perlindungan
masyarakat, penanggulangan bencana dan penanganan kebakaran.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketentraman, ketertiban
umum, dan penegakan peraturan perundang-undangan. Satuan Polisi
Pamong Praja menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis bidang ketentraman, ketertiban umum,
dan penegakan peraturan perundang-undangan;
b. Pelaksanaan tugas ketentraman, ketertiban umum, dan penegakan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
496
peraturan perundang-undangan;
c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang ketentraman, ketertiban
umum, dan penegakan peraturan perundang-undangan;
d. Pengoordinasian penyelenggaraan ketentraman, ketertiban umum,
dan penegakan peraturan perundang-undangan;
e. Pembinaan ketentraman, ketertiban umum, dan penegakan peraturan
perundang-undangan;
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan
Sumberdaya penyelenggara Ketentraman dan ketertiban Umum adalah:
Tabel 5.10. SDM Penyelenggara Ketentraman dan Ketertiban Umum
Jumlah SDM (orang)
No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah
1 SD - 1. I 2
2 SMP 5 2. II 88
3 SMA 118 3. III 75
4 Sarmud/D3 4 4. IV 8
5 Strata 1 37
6 Strata 2 9
Jumlah 173 Jumlah 173
Sumber: Bakesbanglinmas dan PB
4. Penanggulangan dan Kendalanya
Dalam rangka menanggulangi gangguan ketentraman dan ketertiban
yang dilaksanakan maka disusun program kegiatan sebagai berikut:
a. Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku dengan kegiatan
Pembinaan dan Pengelolaan Air Baku Kawasan Rawan Kekeringan.
b. Program Peningkatan Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bahaya
Kebakaran dengan kegiatan:
1) Pendidikan dan Pelatihan Pertolongan dan Pencegahan Bahaya
Kebakaran.
2) Penyuluhan Pencegahan Bahaya Kebakaran.
a) Penyuluhan dan pelatihan PBK
b) Kesamaptaan petugas Damkar
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
497
3) Pencegahan dan Pengendalian bahaya kebakaran
a) Pemeriksaan peralatan PBK di Instansi Pemerintah /Swasta
dan pemeriksaan sarana prasarana Perlindungan Bangunan
Instansi Pemerintah/ Swasta.
b) Pengadaan sarana prasarana pemadam kebakaran
4) Peningkatan pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran
a) Posko Siaga PBK
b) Operasional pemadam kebakaran dan pengamanan
c) Kesiapsiagaan PBK
c. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur dengan
kegiatan:
1) Bimtek, workshop, seminar, lokakarya berupa Operasional Korsik
Pemda
2) Pengelolaan Kepegawaian
d. Program Pemeliharaan Kantramtibmas dan Pencegahan Tindak
Kriminal dengan kegiatan:
1) Peningkatan Kapasitas Aparat dalam rangka pelaksanaan
Siskamswakarsa
a) Pembinaan Linmas tingkat kabupaten
b) Pembinaan Linmas tingkat kecamatan
c) Optimalisasi Rupusdalkom
d) Pembentukan dan Pembinaan Tim SAR Air
2) Operasional Linmas dan Kesiapsiagaan Linmas
a) Operasional Linmas dan Kesipsiagaan Linmas
b) Operasional Linmas di 17 Kecamatan
c) Pengerahan Linmas
d) Karya Bhakti Linmas dalam mendukung kegiatan TMMD
e) Fasilitasi dan koordinasi Kasatgas Desa dan kasi Trantib
Kecamatan
f) Implementasi Wasbang ( Upacara Bendera)
g) Belanja Modal
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
498
e. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan dengan kegiatan
Peningkatan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan
beragamayang diwujudkan dalam Forum kerukunan umat beragama.
f. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan dengan
kegiatan:
1) Pembinaan Wasbang dan Pemantapan Ideologi Negara
2) Peningkatan Pemahaman Wawasan Kebangsaan
a) Porkom wawasan Kebangsaan bagi Generasi Muda antar
Etnis dan Suku
b) Deteksi Dini dan Cegah Intellijen
c) Monitoring/pengawasan dan Update Data bekas Anggota OT
3) Pemantauan dan pendataan WNA/WNI keturunan, NGO (LSM)
dan Lembaga Asing
g. Program Pendidikan Politik Masyarakat dengan kegiatan:
1) Penyuluhan kepada masyarakat
a) Sosialisasi pemahaman Kehidupan Demokrasi dan HAM
b) Peningkatan peran serta Organisasi Kemasyarakatan
c) Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Politik
2) Koordinasi Forum-forum diskusi Politik dengan kegiatan Verifikasi
Bantuan Keuangan kepada Partai Politik
3) Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)
4) Tim koordinasi Kelancaran pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah
5) Forum Komunikasi Antar Partai ( FKAP)
h. Program Pembinaan dan Fasilitasi Ketertiban Masyarakat dengan
kegiatan:
1) Pembinaan dan fasilitasi ketertiban masyarakat
2) Pengawasan dan pengendalian keamanan
i. Program Penegakan Hukum dengan kegiatan:
1) Operasional PPNS terhadap pelanggaran Perda
2) Operasi penertiban
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tahun Anggaran 2010
499
5. Keikutsertaan aparat keamanan dalam penanggulangan
Dalam pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum selalu
berkoordinasi dan melibatkan instansi terkait dalam penanganannya,
sehingga penanganan ketentraman dan ketertiban dapat dilaksanakan
secara optimal. Aparat yang terlibat meliputi: PPNS, Kepolisian, Polisi
Pamong Praja, dan aparat instansi terkait.
6. Sumber dan Jumlah Anggaran
Alokasi anggaran yang disediakan APBD untuk penyelenggaraan
Ketentraman dan Ketertiban Umum sebesar Rp 2.551.510.180,00 Dalam
pelaksanaannya anggaran tersebut terealisasi sebesar
Rp2.411.171.061,00 atau sebesar 94,49% .