bab v konsep perancangan - gadjah mada...
TRANSCRIPT
119
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1. Konsep Perancangan Makro
Secara makro konsep perancangan perpustakaan ini merupakan jawaban
terhadap pergeseran pola aktivitas masyarakat cirebon dalam bekerja, bermain, dan
belajar menambah informasi dan ilmu pengetahuan akibat perkembangan jaringan
informasi dan juga teknologi yang sangat pesat.
5.2. Konsep Perancangan Mezzo
Perancangan perpustakaan diproyeksikan ke dalam lingkup tapak yang
mencolok dan strategis, karena pertimbangan utama dalam pemilihan tapak adalah
kemudahan aksesibilitas sehingga diharapkan perpustakaan dapat diakses dan
dimanfaatkan oleh seluruh kalangan masyarakat. Oleh karena itu, tapak berada pada
kawasan yang dekat dengan fasilitas-fasilitas pendidikan, perkantoran dan perdagangan
di pusat kota cirebon. Pengolahan tapak di desain secara khusus demi menciptakan
kenyamanan baik bagi pengguna perpustakaan maupun lingkungan di sekitar tapak
tersebut.
5.3. Konsep Perancangan Mikro
Konsep mikro perancangan perpustakaan ini merupakan terjemahan dari konsep
learning commons ke dalam aspek arsitektural mulai dari studi massa, konfigurasi ruang
maupun konsep secara formal lainnya. Orientasi ruang dan organisasinya dipengaruhi
terutama oleh prinsip fleksibilitas dan interaksi dari learning commons yang dibuat
untuk memfasilitasi segala jenis pola aktivitas yang bersifat dinamis didalamnya.
120
Tabel 5.1 Penjabaran Konsep Makro, Mezzo, dan Mikro
KONSEP MAKRO KONSEP MEZZO KONSEP MIKRO
Perancangan perpustakaan
yang mampu memfasilitasi
kebutuhan masyarakat
cirebon
Yang mengalami
pergeseran pola aktivitas di
abad ke 21 ini.
konteks pola aktivitas
dalam fasilitas
perpustakaan
Pengkajian terhadap pola
aktivitas
Pemetaan zonasi
berdasarkan kajian pola
aktivitas
Perhitungan fasilitas dan
kebutuhan ruang
berdasarkan pola dan
aktivitas
Konteks learning commons
dalam fasilitas
perpustakaan
Penjabaran konsep learning
commons dan aplikasinya
pada desain arsitektur
Penjabaran konsep
interaksi, fleksibilitas, dan
teknologi sebagai
terjemahan dari konsep
learning commons
Penggunaan openplan
untuk mewadahi kegiatan
learning commons yang
dinamis
Konteks tapak
Tapak sebagai terjemahan
pemetaan lokasi
berdasarkan kriteria
pemilihan lokasi
perpustakaan
Kesesuaian desain
arsitektural dengan kondisi
tapak
Perencanaan diikuti dengan
perencanaan ruang
terbuka/openspace pada
lingkungan bangunan
Sumber: analisis
121
5.3.1. Penjabaran Konsep Learning Commons
5.3.2. Konsep Organisasi Ruang & Layering
5.3.2.1. Zonasi
Dalam konsep ini, segala studi programatik mulai diolah dengan
penataannya di dalam tapak. Konsep ini mengawali sebuah implementasi dari
konsep learning commons. Ruang yang terhitung dikelompokkan menjadi
beberapa blok dengan fungsi antara lain ruang baca, ruang buku, ruang
diskusi (collaboratif learning space), ruang multimedia, ruang untuk anak,
auditorium, ruang multifungsi, ruang staf, dan area parkir.
Zonasi pada site dipengaruhi oleh faktor karakteristik aktivitas di
setiap zona serta respon terhadap tingkat kebisingan yang dihasilkan dari
arah jalan raya dan topografi site.
1. Zonasi Vertikal
Secara vertikal, kebutuhan akan ruang aktivitas utama yang
bersifat openplan digunakan sebagai media learning commons
tersusun menyeluruh dari awal hingga akhir. Desain openplan ini
menjadi bagian utama dalam perancangan perpustakaan. Ruang-
ruang penunjang saling terintegrasi dengan openplan dan
keseluruhan ruangan menerapkan prinsip keterbukaan sehingga
PENERAPAN OPENPLAN PADA RUANG-RUANG
UTAMA
PEMAKAIAN FURNITURE YANG MOVEABLE
SIRKULASI DALAM BANGUNAN DIDESAIN
FLEKSIBEL DENGAN TIPE RADIAL DAN NETWORK
MASSA DIBUAT MENJADI 1 MASSA UTAMA
PEMILIHAN MATERIAL TRANSPARAN DENGAN
DESAIN MODERN
BENTUKAN MASSA DIDESAIN DINAMIS
INTEGRASI ANTAR RUANG YANG SALING TERBUKA
PEMBERIAN POHON SEBAGAI PEREDAM KEBISINGAN LUAR
PEMILIHAN TONE WARNA SEJUK
TATA MASSA
SIRKULASI SPACE LANSEKAP FASAD
PEMBUATAN TAMAN SEBAGAI GENERATOR
VIEW POSITIF SEKALIGUS WADAH AKTIVITAS
OUTDOOR
PENERAPAN MOTIF BATIK MEGA MENDUNG PADA
SHADING & DOUBLE FASAD
PENCIPTAAN ZONASI DAN LAYOUT RUANG YANG
DINAMIS & EFISIEN
PEMBUATAN TECHNO SPACE YANG
TERINTEGRASI
PENERAPAN SISTEM PERPUSTAKAAN TERBUKA
Gambar 5.1 penjabaran konsep learning commons Sumber: analisis
122
diharapkan dapat memberikan kemudahan akses dan interaksi bagi
para pengguna perpustakaan. Zonasi vertikal dibedakan berdasarkan
tingkat kebisingan mulai dari noisy, quite, hingga very quite.
Ruang-ruang yang termasuk kedalam zona noisy diantaranya
lobby, children center, kafe, lounge, auditorium, information
center, technology showcase, dan toko buku. Beberapa area
duduk dan area komputing juga diletakkan pada zona ini.
Sedangkan yang termasuk ke dalam zona quite adalah ruang
aktivitas utama dalam perpustakaan terutama area kelompok
seperti area baca bersama, area diskusi, ruang komputing, ruang
multimedia, ruang multifungsi, dan fasilitas penunjang seperti
production center.
Untuk zona very quite, sebagian besar merupakan area pengelola
perpustakaan. Pada zona ini juga diletakkan area baca, komputing
dan meeting room bagi mereka yang membutuhkan suasana yang
lebih tenang dengan view taman yang indah.
2. Zonasi Horisontal
Untuk zonasi horisontal, dibedakan berdasarkan tingkat privasi
mulai dari publik, semi-publik, dan servis/pengelola. Untuk zona
publik diutamakan diletakkan pada area depan site agar mudah
diakses oleh masyarakat umum, sedangkan untuk zona semi-publik
diusahakan diletakkan jauh dari jalan raya untuk meminimalisir
kebisingan lalu lintas.
Gambar 5.2 Pembagian zonasi vertikal bangunan Sumber: analisis
123
5.3.2.2. Hubungan Ruang
Tipe integrasi ruang yang digunakan adalah radial dengan pusatnya
berupa area openplan. Penggunaan openplan pada desain ruang dinilai lebih
menguntungkan karena memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi dibanding
penggunaan dinding-dinding partisi massif.
Area openplan ini dapat digunakan sebagai area lobby untuk lantai
satu, dan ruang baca untuk lantai dua dan lantai 3. zona learning commons
terdapat pada setiap lantai ruang. Desain openplan ini dimaksudkan agar
meningkatkan fleksibilitas ruang serta bertujuan agar dapat memperkaya
interaksi visual dan koneksi tiap ruangan demi mendukung dan memperkaya
aktivitas learning commons yang diwadahi didalamnya.
Gambar 5.4 skema zonasi horisontal Sumber: analisis
PRIVAT/PENGELOLA
PUBLIK
Gambar 5.3 Pembagian ruang berdasarkan sifat Sumber:analisis
124
Lantai satu merupakan zona noisy. Pada lantai satu, zona learning
commons dapat berupa reading lounge, children center bahkan kafe. Kafe
dimanfaatkan juga sebagai salah satu area learning commons karena kafe
merupakan salah satu spot dimana orang banyak berkumpul dan melakukan
sosialisasi seperti berbincang-bincang ataupun berdiskusi. Ruang-ruang pada
lantai satu diorganisasikan secara radial dengan pusatnya adalah lobby/hall.
Hal ini dimaksudkan agar tiap ruang dapat terlihat langsung ketika
pengunjung memasuki perpustakaan sehingga para pengunjung dapat
dengan mudah mengakses area-area publik secara langsung melalui lobby.
Desain keseluruhan ruang pada area lantai satu bersifat terbuka
kecuali untuk auditorium dan ruang pengelola karena membutuhkan privasi
tinggi. Untuk area children center, dapat dilakukan kegiatan learning
commons didalamnya dengan dipandu oleh orang tua anak juga dengan
kontrol pustakawan. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam area children
Gambar 5.5 hubungan ruang di lantai satu Sumber: analisis
125
center antara lain bermain, belajar bersama, bercerita/sharing, menonton
film, ataupun browsing.
Lantai dua merupakan zona quite. Pada lantai dua, zona learning
commons dapat berupa ruang diskusi kelompok, group computing room, dan
ruang baca bersama. ruang baca umum diletakkan sebagai pusat aktivitas
dengan dikelilingi oleh area diskusi kelompok, ruang multimedia/komputer,
ruang multifungsi dan ruang koleksi. organisasi ruang seperti ini bertujuan
agar area openplan dapat lebih dimaksimalkan karena tidak terganggu
dengan rak-rak koleksi perpustakaan sehingga bisa lebih fleksibel mengikuti
pola kebutuhan/aktivitas pengguna ruang.
Seluruh ruang semi publik dalam lantai dua saling terkoneksi secara
visual. Untuk area diskusi yang lebih bersifat privat, dapat diberikan partisi
ruang yang bersifat semi transparan sehingga mendapatkan tingkat privasi
namun tetap dapat terjalin interaksi visual dengan ruang luar.
Lantai tiga merupakan zona very quite. Sebagian besar zona di lantai
tiga merupakan zona pengelola perpustakaan bekerja. Pada lantai ini
Gambar 5.6 hubungan ruang di lantai dua Sumber: analisa
126
terdapat kantor, ruang meeting pegawai, ruang istirahat, ruang servis, gudang
peralatan, dan area-area privat yang hanya bisa diakses oleh pegawai. Karena
area kantor membutuhkan privasi dan keamanan yang tinggi, maka desain
ruang kantor berupa ruang tertutup dengan menggunakan dinding partisi
masif. Meskipun demikian, Peletakan openplan berupa ruang baca tetap
difokuskan pada pusat area dengan dikelilingi oleh ruang diskusi kelompok,
ruang koleksi referensi juga meeting room, sehingga tetap dapat terjadi
aktivitas learning commons di lantai ini. Dilantai ini juga terdapat outdoor
area yang dapat dimanfaatkan sebagai area baca/diskusi.
Pada area diskusi kelompok, diberikan tema ruang yang berbeda-
beda sehingga akan memperkaya ragam aktivitas yang dilakukan didalamnya.
Tema ini nantinya akan direpresentasikan dari warna dan karakteristik ruang
tiap area diskusi. Didalamnya akan dilengkapi beberapa literatur bahan
koleksi sesuai bidang yang bersangkutan.
Gambar 5.7 hubungan ruang di lantai tiga Sumber: analisa
127
5.3.2.3. Integrasi Antar Ruang
Sebagai wadah untuk aktivitas aktif yang dilakukan secara
berkolaborasi/berkelompok, konsep integrasi ruang dibuat agar setiap ruang
dapat saling terbuka dan berinteraksi secara visual. Penerapan open space
pada area utama perpustakaan juga penggunaan hanya dinding-dinding
partisi yang transparan sebagai pemisah ruang menciptakan atmosfer
terbuka tanpa mengesampingkan aspek privasi setiap pengguna
perpustakaan.
Untuk membedakan jenis ruang-ruang yang teikat dalam satu ruang
openplan, digunakan permainan skala ruang seperti permainan ketinggian
plafon ataupun lantai dan material ruang dimasing-masing zona disesuaikan
dengan karakter masing-masing ruang. Pertimbangan pemilihan warna juga
dikondisikan agar tidak terjadi crowded warna dalam ruang.
Gambar 5.8 macam tema area diskusi kelompok Sumber: analisa
Gambar 5.9 elemen ruang pendukung interaksi Sumber: analisis
128
` Tabel 5.2 Karakteristik ruang pada area openplan
Tipe Ruang Skala Material lantai Partisi
Ruang baca individu
normal Gradasi warna merah-oranye
Tidak ada
Ruang baca bersama
normal Gradasi warna biru-ungu
Tidak ada
Ruang diskusi intim Sesuai warna tema Partisi semi transparan. Movable.
Area koleksi normal Netral, menggunakan permainan warna rak sesuai jenis katalog
Tidak ada
Ruang komputer individu
normal netral tidak ada
Ruang komputer kelompok
intim netral Partisi semi transparan.
movable
Toko buku normal Netral, penambahan aksen warna soft
seperti biru
Partisi transparan
untuk katalog buku
Children center normal Penggunaan warna cerah pada furniture
ruang.
Partisi semi transparan
Lounge tinggi Netral, penggunaan warna cerah dan sejuk
pada furnitur
Tidak ada
cafe normal Netral Tidak ada
Sirkulasi - Netral Tidak ada Sumber: analisis
5.3.3. Konsep Tata Massa Ruang Dan Bangunan
5.3.3.1. Massa Bangunan
Massa bangunan di desain menjadi satu massa utama. Pemilihan
bentukan massa yang masif digabungkan dengan konsep ruang yang bersifat
openplan dalam bangunan ini bertujuan demi terciptanya ruang-ruang yang
efektif sekaligus fleksibel bagi pengunjung untuk beraktivitas, berinteraksi
dan mengakses seluruh fasilitas yang ada dalam perpustakaan sehingga
konsep learning commons dapat terwujud. Selain itu, juga mempermudah
pustakawan melakukan pengawasan. Massa bangunan di desain dengan
bentuk geometris yang sederhana tapi tidak monoton. Permainan massa
129
dibuat berbeda ditiap level lantai sehingga menimbulkan kesan yang unik dan
dinamis.
5.3.3.2. Fasad
Massa bangunan menghadap ke jalan utama di arah timur site.
Proyeksi fasad digambarkan dengan desain yang modern sebagai
implementasi dari pemanfaatan teknologi yang digunakan dalam
perpustakaan yang juga disandingkan dengan aksen yang diambil dari salah
satu simbol/ciri khas kota cirebon yaitu batik mega mendung.
Fasad bangunan secara dominan menggunakan material kaca
transparan untuk mengekspos aktivitas yang terjadi dalam perpustakaan. Hal
ini bertujuan untuk menarik perhatian calon pengunjung perpustakaan.
Pemilihan Material transparan ini memberikan kesan modern, penggunaan
material transparan juga secara simbolis menyiratkan bahwa perpustakaan
merupakan fasilitas umum yang terbuka dan dapat diakses oleh seluruh
lapisan masyarakat.
permainan fasad juga didesain sebagai antisipasi dari panas matahari
yang ditimbulkan dari arah timur dan barat site, diberikan shading dan double
fasad dibeberapa titik fasad pada sisi timur dan barat bangunan. Penerapan
kontekstualitas pada desain fasad diaplikasikan pada desain shading dan
double fasad yang mengadaptasi pola geometri motif batik mega mendung
khas kota cirebon.
Gambar 5.10 konsep massa bangunan Sumber: analisis
130
Permainan bentukan dan pemilihan warna fasad dibuat dengan dasar
bahwa perpustakaan bukan hanya sebagai tempat kaku dan monoton untuk
membaca buku-buku, melainkan juga sebagai tempat yang dapat
memberikan suatu inspirasi bagi pengguna didalamnya.
1. Warna
Pemilihan warna dibedakan berdasarkan psikologi warna
untuk ruang-ruang yang membutuhkan kesan menyenangkan,
interaktif dan ruang-ruang yang bersifat tenang dan sejuk. Efek warna
yang baik dapat dicapai dengan mewarnai sedikit saja bagian ruang,
misalnya sebagian dinding atau sebagian perabot.
Tone warna yang digunakan pada ruang-ruang dalam perpustakaan ini
antara lain:
Penerapan warna pada ruang-ruang utama perpustakaan
seperti ruang koleksi, ruang baca, dan ruang diskusi yang semuanya
merupakan bagian dari openplan diaplikasikan lebih kepada aksen
furniture ruang, sedangkan elemen bangunan seperti lantai atau
plafon tetap diberikan warna dominan yang netral. hal ini dipilih
karena sesuai pertimbangan ruang-ruang yang begitu banyak,
penerapan warna pada tiap lantai ataupun elemen desain lainnya
akan mengakibatkan terlalu banyak jenis warna sehingga ditakutkan
akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengunjung perpustakaan.
Gambar 5.11 permainan bentuk fasad bangunan Sumber: analisis
Gambar 5.12 batik mega mendung Sumber: analisis
Gambar 5.13 tone warna dari kesan atraktif hingga tenang Sumber: faizati, 2013
131
2. Tekstur
Permainan tekstur menggunakan kombinasi dari material
kayu, metal, dan beton sesuai dengan konsep modern yang
diterapkan pada bangunan. Pembedaan tekstur dan warna pada tiap
fungsi ruangan dan zona yang berbeda akan memudahkan
pemahaman ruang bagi kalangan dengan keterbatasan. Dalam hal ini,
hal yang paling banyak dipertimbangkan dalam desain adalah untuk
elemen lantai dan dindingnya.
Pada zona utama perpustakaan yang menerapkan konsep
openplan, perbedaan tekstur digunakan untuk menekankan sirkulasi
antar ruang.
5.3.4. Konsep Sirkulasi
5.3.4.1. Sirkulasi Eksternal/Pencapaian Bangunan
Site berada di tepi jalan besar (jl Dr Cipto Mangunkusumo). Dibagian
selatan dan barat site terdapat jalan sekunder yang digunakan untuk akses
perumahan penduduk. Site berdekatan dengan perempatan jalan dan jalan
Dr Cipto Mangunkusumo tergolong memiliki intensitas kendaraan yang
ramai.
Kemudahan aksesibilitas adalah faktor utama dalam menentukan
desain sirkulasi bangunan. Sirkulasi dari luar bangunan di desain dengan
konsep pencapaian langsung, jenis pencapaian ini dinilai efisien serta
berfungsi untuk memperjelas dan menonjolkan identitas bangunan.
Gambar 5.14 contoh permainan warna pada furniture ruang baca Sumber: analisis
132
Entrance masuk site dibedakan dengan jalur keluar untuk
memudahkan manuver kendaraan dan menghindari crowded. Entrance
masuk diletakkan pada sisi kiri site sedangkan untuk jalur keluar diletakkan
pada sisi kanan site.
Pengkondisian akses dibagi menjadi akses utama drop off bagi
pengunjung dan langsung menuju area parkir dalam basement. Jalur akses
untuk pengelola dan drop off barang juga diletakkan dalam lantai basement
sehingga memudahkan akses. Pada area entrance public kesan informal
diperkuat dengan adanya taman publik yang organis dan merespon aktivitas
informal masyarakat.
Gambar 5.15 sirkulasi eksisting sekitar site
Sumber: analisis
Gambar 5.16 Pencapaian drop off pengunjung dari jalan utama
Gambar 5.17 Pencapaian drop off pengunjung dari jalan sekunder
Sumber: analisis
Gambar 5.18 Pencapaian ke area parkir di lantai basement Sumber: analisis
133
5.3.4.2. Parkir
Keberadaan parkir mempengaruhi sirkulasi ruang luar dari site. Area
parkir diletakkan pada bagian basement bangunan karena ruang terbuka di
lantai dasar akan dipergunakan sebagai area taman. peletakan parkir pada
street level dinilai akan menghalangi citra bangunan yang ingin ditonjolkan
berupa keterbukaan. Selain itu, peletakan parkir pada basement juga dipilih
karena mempertimbangkan banyaknya volume kendaraan yang akan
ditampung dalam site. Jumlah kendaraan yang ditampung berdasarkan
analisis adalah 200 motor dan 30 mobil.
5.3.4.3. Sirkulasi Internal Bangunan
Dalam kaitannya dengan learning commons, sirkulasi ruang dalam
bangunan didesain fleksibel dengan konsep network karena sistem ruang-
ruang dalam bangunan secara umum menggunakan tipe open plan. Sirkulasi
yang fleksibel ini dinilai baik untuk memberikan keleluasaan bagi para
pengunjung untuk beraktivitas dan berinteraksi dalam perpustakaan.
Sirkulasi disetiap lantai bangunan terpusat pada area openplan yang
merupakan area utama dalam perpustakaan. Untuk sirkulasi vertikal,
digunakan tangga dan lift. Lift lebih difungsikan sebagai akses bagi pada
difabel. Lift diletakkan pada area dekat dengan pintu masuk sehingga mudah
dikenali dan diakses.
Akses masuk dan keluar dari area koleksi perpustakaan dibuat hanya
satu sebagai salah satu antisipasi masalah pencurian dan mutilasi buku.
Pembuatan hanya satu akses masuk dan keluar ini dinilai akan lebih
memudahkan pengawasan, dengan dibantu oleh desain openplan ruang
koleksi yang terbuka dan transparan.
Gambar 5.19 pembagian sirkulasi vertikal pengunjung dan pengelola
Sumber: analisis
134
5.3.5. Konsep Lansekap
Konsep lansekap merupakan terjemahan dari pertimbangan
multiactivities dari learning commons dimana lansekap dalam site juga selain
digunakan sebagai area hijau yang terintegrasi dengan bangunan, juga dapat
dimanfaatkan sebagai area publik ourdoor untuk melakukan aktivitas seperti
diskusi dan bermain/berekreasi. Pengolahan lansekap bangunan merupakan
usaha untuk menciptakan view positif dalam site karena view disekitar site
hanya sebatas rumah-rumah penduduk dan jalan raya.
Beberapa jenis elemen yang dimasukkan pada desain lansekap antara
lain:
Vegetasi
Vegetasi dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi. Pada area luar ini
terdapat banyak vegetasi yang bermanfaat sebagai elemen peneduh dan
juga pengurang kebisingan. Pemanfaatan vegetasi eksisting juga
dilakukan semaksimal mungkin karena pada sisi-sisi jalan memang sudah
terdapat vegetasi eksisting peneduh.
Gambar 5. 20 Contoh vegetasi sebagai peredam kebisingan
Sumber: DPU Dirjen Bina Marga, 1996
Gambar 5.21 peletakan vegetasi pada site sebagai penghujauan upaya mengurangi kebisingan
Sumber: analisis
135
Air
Elemen air lebih cenderung sebagai sarana rekreasi, pada suatu ruang.
Memberikan pencitraan ekstra, sehingga lebih memperjelas suasana
natural/alami. Pada bagian taman, keberadaan kolam dengan gemericik
air dapat dijadikan ‘penanda’ area outdoor
Furniture outdoor berupa area duduk dsb
Elemen taman pada site selain dimanfaatkan untuk ruang terbuka
hijau dan pembuat view positif dalam site, difungsikan juga sebagai area
diskusi outdoor dan area santai bagi pengunjung perpustakaan. Oleh
karena itu, elemen taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung
berupa kursi dan meja outdoor.
5.3.6. Konsep Sistem Bangunan
5.3.6.1. Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan tersebut
menggunakan pencahayaan alami dan buatan, tergantung pada
kebutuhan, fungsi dan pengguna ruang tersebut. Semua ruangan
dilengkapi dengan pencahayaan buatan yang dinyalakan apabila
diperlukan. Pencahayaan buatan menggunakan lampu yang disusun
dengan metode pencahayaan baur (indirect) sehingga cahaya yang
dihasilkan merata ke seluruh ruangan tanpa membuat silau.
1. Alami
Pemanfaatan pencahayaan alami pada bangunan
dimanfaatkan semaksimal mungkin, hal ini dilakukan dengan cara
memperbanyak elemen bukaan dan permainan elemen transparan
pada sisi-sisi bangunan.
2. Buatan
Pencahayaan buatan diaplikasikan keseluruh ruangan dalam
bangunan. pada ruang koleksi dan ruang baca, Penempatan sumber
cahaya harus mempertimbangkan penataan koleksi di dalam ruang
perpustakan. Cahaya matahari tidak boleh langsung menyinari
koleksi perpustakaan, karena akan menyebabkan koleksi cepat rusak.
136
Selain itu juga sumber cahaya tidak boleh langsung jatuh menyinari
layar monitor, karena akan langsung di pantul kan dan dapat
mengakibatkan silau bagi pengguna.
5.3.6.2. Penghawaan
1. Cross Ventilation
Sistem penghawaan alami pada bangunan menerapkan
konsep cross ventilation. Penerapan konsep ini dilakukan dengan cara
memberikan bukaan-bukaan pada ruang-ruang yang saling
berhadapan. Beberapa ruangan yang menggunakan penghawaan
alami antara lain: lobby, kafe dan toilet.
2. Air Conditioner (AC)
Penghawaan buatan digunakan untuk ruang-ruang yang
membutuhkan pengkondisian yang khusus dan digunakan dengan
jangka waktu yang lama. Ruangan- ruangan yang dianjurkan
menggunakan penghawaan buatan antara lain: ruang koleksi, ruang
baca, ruang komputer, ruang diskusi, ruang multimedia, meeting
room, auditorium, dan ruang pengelola.
5.3.6.3. Persyaratan ruang
Tabel 5.3 persyaratan ruang
Nama Ruang
Persyaratan Ruang
Penghawaan pencahayaan
Alami buatan alami buatan
Area koleksi
Koleksi umum o o
Koleksi referensi o o
Koleksi audio visual o o
Koleksi fiksi o o
Konter/Ruang
Penjaga
o o o
Area individu
Ruang Baca Pribadi o o o
Individual
computing
o o
ruang duduk o o o
137
Area kelompok
Ruang diskusi o o
Group computing o o
Ruang komunitas o o o
Meeting room o o o
Lobby o o
Information center o o
Locker Pengunjung o o o
Ruang Multifungsi o o o
Kafe o o o
Toko Buku o o
Auditorium o o
Multimedia room o o
Gaming station o o
Technology
showcase
o o
Printing &
production center
o o o
Mushola o o o
Lavatory o o
Gudang o o
Toilet o o
R. Kepala
Perpustakaan
o o
R. Kepala SubBid o o
R. Staff o o
R. Pelayanan dan
katalog
o o
Ruang Pertemuan o o
Toilet staff o o o
Gudang Peralatan o o
Ruang
Genset/Panel
o
Ruang kontrol o o o
Ruang PABX o o o
Ruang CCTV o o
138
Ruang Pompa Dan
Water Tank
o o o
Tangga utama o o o
Tangga darurat o o o
Security o o o
Parkir o o o
Sumber: analisis
5.3.6.4. Peredam Kebisingan
Salah satu syarat untuk menciptakan desain perpustakaan yang baik
adalah membuat suasana yang kondusif dalam ruang-ruang perpustakaan.
Hal ini tentunya akan sulit dilakukan ketika perpustakaan dilokasikan pada
kawasan yang ramai karena akan menimbulkan kebisingan. Namun karena
pertimbangan aksesibilitas menjadi poin utama dalam pemilihan lokasi, maka
perlu dilakukan beberapa cara untuk meredam dan meminimalisir dampak
buruk dari kebisingan antara lain:
3. Vegetasi
Vegetasi diletakkan pada tepi-tepi bangunan terutama yang
berbatasan langsung dengan jalan utama. Vegetasi ini dimanfaatkan
sebagai barrier. Peletakan vegetasi diatur agar meskipun digunakan
sebagai penghalau kebisingan, namun tetap estetis dan tidak
menghalangi view bangunan perpustakaan.
4. Ruang Transisi
Peletakan area parkir dan taman didepan bangunan
dimaksudkan sebagai ruang transisi sehingga mengurangi intensitas
kebisingan yang sampai dalam ruangan
5. Massa Bangunan
massa bangunan diletakkan jauh dari jalan raya sebagai upaya
untuk mengurangi kebisingan dalam ruang perpustakaan. Peletakkan
massa bangunan juga dipengaruhi oleh peraturan sempadan jalan.