bab iuniversitas gadjah mada, 2015 | diunduh dari http...

12
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian sangat besar. Potensi pertanian Indonesia salah satunya disebabkan oleh wilayah daratan Indonesia yang dilewati barisan pegunungan. Dengan potensi pertanian yang begitu besar, Indonesia negara yang subur, sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian dengan bercocok tanam. Salah satu tanaman perkebunan yang tetap dipelihara oleh petani yakni tanaman tembakau. Tembakau sangat potensial untuk pangsa pasar dalam negeri mengingat tembakau sebagai bahan dasar pembuatan rokok. Permintaan tembakau oleh industri rokok di dalam negeri sangat tinggi. Rokok merupakan produk yang unik, meskipun mengakibatkan kerugian kesehatan bagi perokok. Di sisi lain produksi rokok terus berlangsung dan menjadi salah satu industri penyumbang pajak terbesar melalui pita cukai. Kementerian Keuangan mencatat kenaikan yang cukup tinggi dalam perolehan cukai rokok pada bulan Februari 2014. Angka tersebut mencapai Rp12,91 triliun lebih tinggi dibandingkan perolehan Januari yang mencapai Rp8,51 triliun. (http://economy.okezone.com/read/2014/04/02/20/964485/penerimaan-cukai-rokok- naik-ini-komentar-dirjen-pajak). Penerimaan pajak yang tinggi sebenarnya sangat menguntungkan pemerintah karena hasil pajak tersebut berguna untuk kelangsungan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat. KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNG KETAHANAN EKONOMI KELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah) AGUS DWI SANTOSO Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: lamkien

Post on 09-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian sangat

besar. Potensi pertanian Indonesia salah satunya disebabkan oleh wilayah daratan

Indonesia yang dilewati barisan pegunungan. Dengan potensi pertanian yang begitu

besar, Indonesia negara yang subur, sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan.

Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian dengan bercocok tanam.

Salah satu tanaman perkebunan yang tetap dipelihara oleh petani yakni tanaman

tembakau. Tembakau sangat potensial untuk pangsa pasar dalam negeri mengingat

tembakau sebagai bahan dasar pembuatan rokok. Permintaan tembakau oleh industri

rokok di dalam negeri sangat tinggi.

Rokok merupakan produk yang unik, meskipun mengakibatkan kerugian

kesehatan bagi perokok. Di sisi lain produksi rokok terus berlangsung dan menjadi

salah satu industri penyumbang pajak terbesar melalui pita cukai. Kementerian

Keuangan mencatat kenaikan yang cukup tinggi dalam perolehan cukai rokok pada

bulan Februari 2014. Angka tersebut mencapai Rp12,91 triliun lebih tinggi

dibandingkan perolehan Januari yang mencapai Rp8,51 triliun.

(http://economy.okezone.com/read/2014/04/02/20/964485/penerimaan-cukai-rokok-

naik-ini-komentar-dirjen-pajak). Penerimaan pajak yang tinggi sebenarnya sangat

menguntungkan pemerintah karena hasil pajak tersebut berguna untuk kelangsungan

pembangunan bagi kesejahteraan rakyat.

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

Pendapatan yang tinggi dari pita cukai rokok berarti perokok di Indonesia

semakin bertambah banyak. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan sebab

kondisi kesehatan masyarakat menurun akibat merokok. Dampak buruk akibat

tembakau dan merokok pada kesehatan masyarakat di Indonesia tampak jelas dari

hasil kajian Badan Litbangkes tahun 2013. Kajian tersebut menunjukkan telah terjadi

kenaikan kematian prematur akibat penyakit yang terkait dengan tembakau dari

190.260 (2010) menjadi 240.618 kematian (2013), serta kenaikan penderita penyakit

akibat konsumsi tembakau dari 384.058 orang (2010) menjadi 962.403 orang (2013).

Kondisi tersebut berdampak pula pada peningkatan total kumulatif kerugian ekonomi

akibat penggunaan tembakau. Jika dinilai dengan uang, kerugian ekonomi naik dari

245,41 trilyun rupiah (2010) menjadi 378,75 trilyun rupiah (2013) (http://www.

depkes.go.id/index.php?vw=2&id=NW.201406020002). Meskipun merokok mem-

punyai dampak negatif yaitu merugikan kesehatan, pemerintah tidak bisa dengan

serta merta melarang produsen memproduksi rokok. Akhirnya pemerintah

mengeluarkan peraturan tentang pembatasan produksi rokok yaitu Peraturan

Pemerintah (PP) No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung

Zat Adiktif Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

Pembatasan produksi rokok oleh pemerintah berpotensi mempengaruhi

kinerja industri rokok. Pabrik rokok harus patuh terhadap peraturan pemerintah

tentang pembatasan produksi rokok. Pabrik rokok akan menyesuaikan peraturan

pemerintah tersebut dan mengurangi produktivitasnya. Kondisi ini akan berakibat

sistemik mulai dari efisiensi organisasi (perampingan karyawan), mengurangi

persediaan bahan baku rokok sampai mengurangi jam kerja karyawan bahkan sampai

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

merumahkannya, karena tidak mampu untuk melakukan PHK (pemutusan hubungan

kerja) sebab konsekuensi melakukan PHK yaitu harus memberi uang pesangon.

Pembatasan produksi rokok sangat berpengaruh terhadap pabrik rokok.

Pemerintah membagi pabrik rokok kretek tangan berdasarkan hasil produksi ke dalam

empat golongan. Pertama pabrik rokok golongan I dengan batasan produksi rokok 2

milyar batang ke atas per tahun. Kedua pabrik rokok golongan II dengan batasan

produksi sebanyak 350 juta batang hingga 2 milyar batang per tahun. Ketiga pabrik

rokok golongan IIIA dengan batasan produksi sebanyak 50-350 juta batang per tahun.

Keempat pabrik rokok golongan IIIB dengan batasan produksi tidak lebih dari 50 juta

batang per tahun. Penggolongan yang dilakukan pemerintah ini terkait dengan jumlah

dan harga pita cukai terhadap masing-masing pabrik rokok.

Pada saat ini jumlah total pabrik rokok di Kudus dan sekitarnya yang masih

beroperasi 138 perusahaan. Jumlah perusahaan rokok terbanyak, yakni di Kudus 94

pabrik, sedangkan sisanya di Jepara 38 pabrik, di Pati sebanyak empat pabrik,

Rembang dan Blora, masing-masing satu pabrik rokok

(http://www.antaranews.com/berita/351204/industri-rokok-kecil-kian-berguguran).

Pengusaha rokok membentuk suatu organisasi sebagai tempat untuk berkomunikasi

dan memecahkan berbagai masalah terkait dengan industri rokok. Salah satunya yaitu

PPRK (Persatuan Perusahaan Rokok Kudus). Namun tidak semua pabrik rokok yang

ada di Kudus tergabung dalam PPRK. Sampai saat ini hanya ada 13 pabrik rokok

yang berada dalam naungan PPRK. Hal ini disebabkan tidak adanya keharusan untuk

bergabung di bawah PPRK, sehingga sebagian pabrik rokok membuat perkumpulan

tersendiri. Tiga belas pabrik yang berada di bawah naungan PPRK yaitu; (a) PT

Djarum; (b) PT Nojorono; (c) PR Sukun; (d) PR Djambu Bol (berhenti operasi); (e)

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

PT Filasta Indonesia; (f) PR Nikki Super; (g) PR Nikko Rama; (h) PR Sidodadi; (i)

PR Tapal Kuda Kencana; (j) PR Muria Mulia; (k) PR Notojoyo Mulya (berhenti

operasi); (l) PR Mulyo Raharjo; (m) PR Nyusul Express.

Sebagian besar masyarakat Kudus bekerja pada industri rokok, salah satunya

yaitu pabrik rokok PT Djarum. Lokasi pabrik rokok untuk produksi biasa disebut

brak. PT Djarum mempunyai 25 brak, dan tersebar hampir di seluruh Kecamatan di

Kabupaten Kudus. Sembilan belas brak ada di Kudus dengan perincian yaitu satu

Brak Jetak, satu Brak Pengkol, dua Brak Blolo, satu Brak Krapyak, satu Brak

Garung, satu Brak Sudimoro, satu Brak Tanjungkarang, satu Brak Burikan, satu Brak

Terban, satu Brak Karangbener, satu Brak Bulungcangkring, satu Brak Besito, tiga

Brak Megawon, satu Brak Kesambi, satu Brak Sidorekso dan satu Brak Kradenan.

Untuk di Pati ada dua brak yaitu Brak Kajar dan Brak Tayu, Jepara ada dua brak yaitu

Brak Sekarjati dan Brak Welahan, Untuk Juwana dan Rembang masing-masing

terdapat satu brak. Brak-brak PT Djarum tersebut memproduksi rokok SKT (sigaret

kretek tangan) sedangkan untuk produksi rokok SKM (sigaret kretek mesin) berada di

lokasi yang berbeda, yaitu di Desa Gribig dan Desa Gondangmanis.

Peraturan pemerintah tetang pembatasan produksi rokok sepintas tidak

berimbas terhadap PT Djarum Kudus, tetapi para karyawan merasakan hal itu. Hal ini

bisa dilihat dari jam pulangnya para karyawan yang terkadang sebelum jam 12:00

WIB mereka sudah pulang. Ini artinya produksi rokok pada hari itu hanya sedikit.

Terkait dengan hal itu berikut pernyataan Marwan Ardiansyah bagian corporate

affair (cora) PT Djarum Kudus.

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

“Peraturan pemerintah untuk mencantumkan gambar di bungkus rokok

memang mempengaruhi omzet penjualan pak. Sekitar tiga bulanan penjualan

menurun hingga harus mengurangi produksi. Tapi setelah itu naik lagi

penjualannya dan stabil sampai sekarang. Jadi pengaruh pencantuman

gambar di bungkus rokok tidak banyak pak.”(Wawancara, 20 Januari 2015)

Berdasarkan data dari Bea Cukai Kudus jumlah produksi rokok SKT PT Djarum per

tahun untuk lima tahun terakhir yaitu; (a) tahun 2010 sebesar 13.269.162.000 batang;

(b) tahun 2011 sebesar 15.009.696.000 batang; (c) tahun 2012 sebesar

14.516.660.000 batang; (d) tahun 2013 sebesar 17.708.523.600 batang; (e) tahun

2014 sebesar 16.717.398.000 batang.

Jumlah produksi rokok jelas berpengaruh terhadap penghasilan karyawan

terutama karyawan borong yaitu karyawan yang menerima upah berdasarkan sistem

upah borongan. Sistem upah borongan yaitu jika produksi tinggi maka upah tinggi

dan sebaliknya jika produksi rendah upah juga rendah. Sistem upah borongan

menerima gaji setiap hari. Di PT Djarum selain sistem upah borongan terdapat juga

sistem upah harian yang menerima upah per minggu, dan sistem upah bulanan.

Perbedaan ketiga sistem upah itu terletak pada tingkat kesejahteraan dan jenjang

karir. Terutama untuk sistem upah bulanan menerima kesejahteraan lebih tinggi dan

jenjang karier yang lebih luas. Karyawan PT Djarum Kudus sangat banyak tidak

hanya dari Kudus sendiri bahkan ada yang dari luar kota dan seluruhnya berjumlah

58.289 pekerja dengan perincian 48.629 pekerja borong, 7.520 pekerja harian dan

2140 pekerja bulanan (per Januari 2015).

Upah borongan untuk karyawati bagian giling dihitung per seribu batang

rokok yang dihasilkan. Upah yang diterima sebesar Rp18.500,-per seribu batang

rokok. PT Djarum menetapkan beban kerja 4000 batang rokok untuk setiap karyawati

giling. Dengan tujuan upah yang diterima apabila dihitung dalam satu bulan dapat

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

mencapai upah minimum kabupaten (UMK) Kudus. Besaran UMK Kudus untuk

tahun 2014 yaitu RP1.150.000,- Namun begitu ada beberapa karyawati Giling di Brak

Kesambi yang produksinya per hari tidak sampai 4000 batang rokok, akibatnya upah

yang diterima lebih kecil dari yang seharusnya.

Dalam satu brak jumlah karyawannya berbeda-beda. Khusus untuk Brak

Kesambi terdapat total karyawan sebanyak 969 orang. Perincian karyawan dalam

brak tersebut yaitu 19 orang laki-laki dan 950 orang wanita, dengan jumlah karyawati

bagian giling ada 360 orang. Karyawan borong yang termasuk bagian giling

semuanya wanita. Untuk lima tahun terakhir SKT Kesambi tidak ada penerimaan atau

pengurangan karyawan tetapi secara umum PT Djarum melakukan pemutusan

hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan yang telah memasuki usia pensiun yaitu

usia 55 tahun. Karyawan yang terkena PHK menerima haknya yaitu uang pesangon

yang besarnya sesuai aturan yang berlaku.

Karyawan yang terkena PHK berdampak pada pendapatan keluarga yang

berkurang, sehingga merasa perlu untuk tetap bekerja agar pendapatan keluarga

kembali stabil. Beberapa orang berusaha mencari pekerjaan di pabrik rokok yang lain

dan sebagian buka usaha dari modal pesangon yang diterima. Nah dari sini peneliti

tertarik untuk mencoba menulis tesis dengan judul Kontribusi Karyawati Giling pada

Industri Rokok Dalam Pendapatan Keluarga Guna Mendukung Ketahanan Ekonomi

Keluarga.

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

kontribusi karyawati giling PT Djarum Brak Kesambi dalam mendukung ketahanan

ekonomi keluarganya cukup besar, sehingga muncul pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi karyawati bagian giling di PT Djarum

Brak Kesambi Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus?

2. Seberapa besar kontribusi karyawati bagian giling di PT Djarum Brak

Kesambi dalam mendukung ketahanan ekonomi keluarga?

1.3 Keaslian Penelitian

Penelitian yang membahas tentang kontribusi pendapatan karyawati giling

pada industri rokok dalam mendukung ketahanan ekonomi keluarga belum pernah

ada walaupun begitu ada beberapa penelitian yang membahas terkait tentang rokok

terutama kegiatan merokok dan pengaruhnya terhadap kesehatan perokok yaitu

1. Penelitian Adi Susilo (2000) dari Magister Ekonomi Pembangunan UGM,

dalam tesisnya yang berjudul ”Peranan Industri Rokok Kretek Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh di

Kabupaten Kudus”. Hasil penelitiannya adalah peranan industri rokok kretek

di Kabupaten Kudus di dalam menyerap tenaga kerja proporsinya cukup

besar bila dibandingkan dengan total penyerapan tenaga kerja di sektor

perusahaan lain secara keseluruhan.

2. Penelitian Siti Nurhasanah (2001) dari Pascasarjana Kependudukan UGM

dalam tesisnya yang berjudul “Peluang Karir Pekerja Industri Rokok di Kota

Malang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji: Pertama, faktor-

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

faktor yang menentukan pencapaian peluang karir. Kedua, diferensiasi

berdasarkan penempatan jabatan, bidang pekerjaan dan peluang karir. Hasil

penelitian ini menemukan, bahwa faktor-faktor yang menentukan peluang

karir meliputi umur, pendidikan, senioritas, loyalitas dan hubungan kerja.

Dari sisi umur dan pendidikan pekerja laki-laki lebih mudah mendapatkan

peluang karir, sedangkan untuk pekerja perempuan lebih banyak

mengandalkan loyalitas dan menjalin hubungn kerja untuk mendapatkan

kesempatan peluang karir. Dalam penempatan jabatan bidang pekerjaan,

pekerja laki-laki menempati posisi jabatan yang lebih tinggi misal kepala

bagian, semua ditempati pekerja laki-laki. Pekerja perempuan lebih banyak

menempati posisi jabatan pada bagian produksi. Hal ini menunjukkan bahwa

masih terdapat diferensiasi dalam penempatan pekerja.

3. Penelitian Djoko Soelistijo (2004) dari pascasarjana Geografi UGM, dalam

tesisnya yang berjudul “Buruh Perempuan Migran Ulang Alik di Perusahaan

Rokok Djagung Padi Kota Malang: Kajian Proses, Aktivitas dan

Pendapatan”. Hasil penelitiannya terdapat temuan sebagai berikut: Pertama,

proses buruh perempuan dalam mendapatkan pekerjaannya tidak

dipengaruhi secara signifikan oleh alasan-alasan meninggalkan daerah asal,

alasan senang bekerja di daerah tujuan, dan pengambilan keputusan untuk

melaksanakan mobilitas. Kedua, aktivitas buruh dengan karakteristik

demografis, sosial migran buruh perempuan pabrik rokok yang meliputi

umur, pendidikan, status pernikahan, lama kerja, jam kerja terdapat

hubungan signifikan dengan pendapatannya. Lima variabel tersebut yang ada

hubungan signifikan adalah variabel lama kerja dan umur. Ketiga, besarnya

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

sumbangan remiten terhadap pendapatan keluarga dipengaruhi secara

signifikan oleh pendapatan.

4. Penelitian Rusminto Wibowo (2006) dari S3 ilmu ekonomi UGM, dengan

disertasinya yang berjudul “Permintaan Rokok di Indonesia: suatu kajian

empirik potensi penerimaan cukai 1970-2003”. Dalam penelitiannya

Rusminto Wibowo menyatakan bahwa cukai rokok merupakan komponen

pajak yang memberikan kontribusi berarti dalam penerimaan negara.

Kebijakan pemerintah untuk menaikkan penerimaan cukai dilakukan melalui

kenaikan harga dan atau tarif cukai. Potensi penerimaan cukai ditentukan

elastisitas permintaan rokok. Studi ini mengaji karakteristik permintaan

rokok di Indonesia dengan menggunakan data agregat runtun waktu selama

periode 1970 – 2003. Kesimpulan penelitian yaitu masih ada potensi cukup

tinggi untuk menaikkan penerimaan cukai rokok, baik melalui kenaikan

harga maupun cukai lebih dua kali lipat. Kenaikan harga atau tarif cukai

sigaret perlu dilakukan secara bertahap agar tidak terjadi kegoncangan dalam

industri rokok. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada pemerintah di dalam menetapkan kebijakan tentang cukai rokok dan

bagi pihak yang berkepentingan dengan perilaku masyarakat di dalam

mengkonsumsi rokok.

5. Penelitian Abdillah Ahsan (2006) pascasarjana UI, dalam tesisnya yang

berjudul “Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Perilaku Merokok

Individu: Analisis Data Susenas 2004”. Hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi probabilitas menjadi perokok

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

adalah jenis kelamin, bekerja, status perkawinan, tingkat pendidikan, lokasi

tempat tinggal, kondisi tempat tinggal, umur, dan tingkat pendapatan.

6. Penelitian Didit Ardiansyah (2008) dari Magister Manajemen Agribisnis

UGM, dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Rokok PT

Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta”. Tujuan penelitian ini yaitu

mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan dalam

penerapan strategi pemasarannya. Hasil penelitian tersebut yaitu berdasarkan

perumusan strategi dalam analisis SWOT strategi WO yang dapat diterapkan

pada PT Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta adalah peningkatan promosi,

efektifitas riset dan sistem informasi pemasaran, meningkatkan kualitas

sumber daya manusia dipihak penjualan, peningkatan pangsa pasar melalui

pengembangan pasar dan penetrasi pasar. Berdasarkan perumusan dalam

analisis BCG untuk menciptakan kondisi ke arah posisi star, perusahaan

menambah investasi untuk pengembangan produknya dengan memanfaatkan

teknologi dengan menambah mesin baru untuk menciptakan produk yang

berkualitas dengan segmen pasar atau pangsa pasar yang lebih luas.

7. Penelitian Tariana Ginting (2011) pascasarjana USU dalam tesisnya yang

berjudul “Pengaruh Iklan Rokok Di Televisi Terhadap Perilaku Merokok

Siswa SMP Di SMP Swasta Dharma Bakti Medan Tahun 2011”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa iklan rokok berpengaruh terhadap perilaku

merokok siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan. Perlu peran aktif

penyuluh kesehatan mempromosikan tentang dampak rokok terhadap

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

kesehatan secara berkala di sekolah-sekolah untuk mencegah meningkatnya

perilaku merokok siswa SMP.

8. Penelitian Amarudin (2012) pascasarjana UI dalam tesisnya yang berjudul

“Pengaruh Merokok terhadap Kualitas Sperma pada Pria dengan Masalah

Infertilitas Studi Kasus Control di Jakarta tahun 2011”. Hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa pengaruh merokok 21-40 batang perhari terhadap

kualitas, konsentrasi, motilitas, dan morfologi sperma lebih tinggi dibanding

perokok 10-20 batang perhari.

Peneliti melakukan penelitian di Brak Kesambi PT Djarum Kudus,

sedangkan semua penelitian di atas tidak satupun yang dilakukan di lokasi tersebut.

Untuk penelitian Adi Susilo (2000) dari Magister Ekonomi Pembangunan UGM

memang dilakukan di Kudus tetapi tidak dilakukan di PT Djarum Brak Kesambi.

Fokus peneliti dalam penelitian ini yaitu kontribusi pendapatan karyawati bagian

giling PT Djarum dan kaitannya dengan ketahanan ekonomi keluarga. Semua

penelitian di atas fokusnya tidak ada yang sama meskipun penelitian Djoko Soelistijo

(2004) dari pascasarjana Geografi UGM membahas pekerja wanita di industri rokok.

Sepuluh penelitian tersebut membahas tentang rokok dari sisi ekonomi, penyerapan

tenaga kerja, kegiatan merokok dan efek sampingnya bagi kesehatan.

Penelitian tentang ketahanan ekonomi keluarga memang sudah ada

khususnya di Program Studi Ketahanan Nasional Sekolah Pascasarjana Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta namun yang membahas terkait dengan industri rokok

belum pernah ada. Karya penelitian yang dibuat oleh peneliti dengan judul

“Kontribusi Karyawati Giling Pada Industri Rokok Terhadap Pendapatan Keluarga

Guna Mendukung Ketahanan Ekonomi Keluarga (Studi pada PT Djarum Brak

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah)“ benar-

benar merupakan karya ilmiah yang baru dan belum pernah ditulis dan disusun oleh

peneliti lain, termasuk di Program Studi Ketahanan Nasional Sekolah Pascasarjana

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Mendeskripsikan karakteristik sosial ekonomi karyawati bagian giling pada PT

Djarum Brak Kesambi Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.

2. Mengetahui kontribusi pendapatan karyawati bagian giling PT Djarum Brak

Kesambi dalam mendukung ketahanan ekonomi keluarga.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep

atau teori serta dijadikan bahan masukan bagi penelitian-penelitian sejenis terkait

dengan industri rokok dan ketahanan ekonomi keluarga.

2. Manfaat Praktis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pikiran bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan tembakau

dan rokok yang menjadi salah satu roda perekonomian pokok di Kudus.

KONTRIBUSI PENDAPATAN KARYAWATI GILING PADA INDUSTRI ROKOK DALAM MENDUKUNGKETAHANAN EKONOMIKELUARGA (Studi pada PT Djarum Brak Kesambi di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ProvinsiJawaTengah)AGUS DWI SANTOSOUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/