bab v hasil dan pembahasan 5.1 gambaran umum penelitian
TRANSCRIPT
65
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Penelitian
Responden penelitian adalah PPK-SKPD pada Pemkab Tabanan yang sudah
melaksanakan tugas sebagai PPK-SKPD diatas 1 tahun dan sudah pernah
menyusun laporan keuangan daerah/SKPD sejumlah 39 orang. Data diperoleh
melalui teknik kuesioner yang diantar dan diambil sendiri oleh peneliti.
Pengiriman kuesioner diantar langsung kepada responden dengan waktu pengiriman
kuesioner adalah 5 hari dan rentang waktu pengisian kuesioner 14 hari kerja dengan
pertimbangan adanya kecukupan waktu bagi responden untuk mempelajari dan
memahami pernyataan kuesioner yang lumayan banyak (85 butir pernyataan),
sehingga hasilnya bisa memadai untuk dianalisis. Peneliti juga melakukan wawancara
terhadap responden yang diambil secara acak terkait variabel penelitian yang ada di
satuan kerja responden untuk mengkonfirmasi jawaban responden. Penyebaran
kuesioner dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2015. Ringkasan
penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian ditunjukkan dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang disebar 39 100%
Kuesioner yang kembali 39 100%
Kuesioner yang tidak kembali 0 0%
Kuesioner yang digunakan 39 100%
Kuesioner yang tidak digunakan 0 0
Sumber : data diolah, 2015
Tabel 5.1 menunjukan bahwa respon rate dari kuesioner yang disebar sangat
baik yaitu sebesar 100%. Hasil kuesioner yang terhimpun secara keseluruhan dapat
66
dipergunakan kembali, mengingat data yang disampaikan oleh responden cukup
lengkap. Profil responden yang meliputi golongan ruang, jenis kelamin dan
pendidikan terakhir disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Profil Responden
Keterangan Jumlah Persentase
Golongan Ruang
III 6 15,38
IV 33 84,62
Jumlah 39 100,00
Jenis Kelamin
Pria 36 92,31
Wanita 03 07,69
39 100,00
Tingkat Pendidikan
D-3 0 0,00
D-4 3 07,69
S-1 20 51,28
S-2 16 41,03
S-3 0 0,00
39 100,00
Latar Belakang Pendidikan
Ekonomi 9 23,08
Administrasi Negara 16 41,03
Lain-Lain 14 35,90
39 100,00
Sumber: data diolah, 2015
1) Golongan ruang responden
Golongan ruang responden berkaitan dengan pangkat seseorang yang
menunjukkan tingkat PNS berdasarkan jabatan dalam rangkaian susunan
kepegawaian. Penggunaan golongan ruang dalam penelitian ini digunakan
sebagai acuan untuk mengetahui keterlibatan jabatan responden dalam
penyusunan laporan keuangan. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 39 responden,
terdiri dari golongan III sebanyak 6 reponden (15,38%) dan golongan IV
sebanyak 33 responden (84,62%), sehingga dapat disimpulkan bahwa komposisi
67
responden penelitian ini sebagian besar didominasi oleh golongan IV. Hasil ini
menggambarkan bahwa PPK-SKPD merupakan posisi yang strategis bagi SKPD
dan memerlukan tanggungjawab yang besar untuk mengembannya, sehingga
diperlukan seseorang yang memiliki kompetensi, prestasi kerja dan jenjang
pangkat yang tinggi untuk menduduki posisi sebagai PPK-SKPD.
2) Jenis kelamin responden
Jenis kelamin responden digunakan sebagai acuan untuk mengetahui keterlibatan
gender dari responden. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat reponden pria
sebanyak 36 orang (92,31%) dan responden wanita hanya sebanyak 3 orang
(7,69%). Kondisi ini menunjukkan bahwa pria lebih mendominasi proporsi
sampel PPK-SKPD yang disebabkan pria lebih banyak menduduki posisi sebagai
sekretaris SKPD yang pada umumnya ditunjuk sebagai PPK-SKPD.
3) Tingkat pendidikan responden
Indikator untuk mengetahui kompetensi responden dapat dilihat melalui tingkat
pendidikan responden yang sangat mempengaruhi kemampuan, wawasan dan
tingkat kepercayaan diri responden. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa
responden yang berpendidikan diploma (D4) sebanyak 3 orang (7,69%), sarjana
(S1) sebanyak 20 orang (51,28%) dan magister (S2) sebanyak 16 responden
(41,03%). Gambaran ini menunjukkan bahwa responden yang menyusun laporan
keuangan SKPD pada Pemkab Tabanan didominasi oleh responden dengan
pendidikan sarjana (S1) dan magister (S2) yang memungkinkan responden lebih
mudah dalam memahami dan mengerti kondisi tuntutan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai PPK-SKPD.
4) Latar belakang pendidikan responden
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki latar
belakang pendidikan ekonomi sebanyak 9 orang (23,08%), administrasi negara
68
sebanyak 16 orang (41,03%) dan lain-lain (teknik, pertanian, peternakan, sosial
politik, tari) sebanyak 14 responden (35,90%). Gambaran ini menunjukkan
bahwa responden yang menyusun laporan keuangan SKPD di lingkungan
Pemkab Tabanan berasal dari latar belakang pendidikan yang bervariasi dan
didominasi oleh responden dengan latar belakang administrasi negara.
5.2 Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi variabel penelitian ditunjukkan dari hasil yang diperoleh berdasarkan
jawaban responden terhadap masing-masing indikator pengukur variabel. Variabel-
variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini terdiri dari kualitas LKPD,
kompetensi SDM, penerapan SPIP dan SAP. Masing-masing variabel dinilai
berdasarkan skor rerata yang diperoleh dari perhitungan total skor responden dibagi
dengan jumlah responden (Furqon, 2009:24). Kecenderungan dan variasi dari
variabel-variabel bebas dapat ditentukan berdasarkan distribusi frekwensi dan dilihat
melalui nilai intervalnya (Lampiran 3). Nilai interval dari distribusi frekwensi
diperoleh dari formulasi (Furqon, 2009:25) sebagai berikut:
Interval =
Skor untuk masing-masing alternatif jawaban dari variabel penelitian telah
ditentukan dengan nilai minimal 1 dan maksimal 5, maka interval dapat dihitung
sebagai berikut:
Interval =
= 0,8
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui kondisi variabel-variabel penelitian
secara menyeluruh dapat dilihat melalui skor rerata sebagai berikut:
1,00 – 1,80 = sangat tidak baik
1,80 – 2,60 = tidak baik
69
2,60 – 3,40 = cukup baik
3,40 – 4,20 = baik
4,20 – 5,00 = sangat baik
Distribusi frekwensi jawaban responden disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3
Distribusi frekwensi jawaban responden
No Variabel Indikator Simbol Jumlah
Pernyataan
Skor
rerata
1 Kualitas LKPD
(Y)
1. Relevan.
2. Andal.
3. Dapat dibandingkan.
4. Dapat dipahami
LK1
LK2
LK3
LK4
5 butir
5 butir
3 butir
3 butir
4,19
4,34
4,21
4,26
Skor rerata kualitas laporan LKPD 4,25
2 Kompetensi SDM
(X1)
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
3. Perilaku
SD1
SD2
SD3
7 butir
7 butir
6 butir
4,05
4,08
4,29
Skor rerata kompetensi SDM SDM 4,14
3 Penerapan SPIP
(X2)
1. Lingkungan Pengendalian.
2. Penilaian Risiko.
3. Kegiatan/aktivitas
Pengendalian.
4. Informasi dan Komunikasi.
5. Pemantauan.
SP1
SP2
SP3
SP4
SP5
7 butir
2 butir
7 butir
3 butir
3 butir
4,19
4,12
4,25
4,28
4,28
Skor rerata Penerapan SPIP SPIP 4,22
4 Penerapan SAP
(X3)
PSAP tentang:
1. Penyajian laporan keuangann.
2. LRA.
3. LAK.
4. CaLK.
5. Akuntansi persediaan.
6. Akuntansi investasi.
7. Akuntansi aset tetap.
8. Akuntansi konstruksi
dalam pengerjaan.
9. Akuntansi kewajiban.
10. Koreksi kesalahan.
11. Laporan keuangan
konsolidasi
SA1
SA2
SA3
SA4
SA5
SA6
SA7
SA8
SA9
SA10
SA11
3 butir
4 butir
2 butir
2 butir
2 butir
4 butir
2 butir
2 butir
2 butir
2 butir
2 butir
4,11
4,15
4,24
4,31
4,28
4,13
4,35
4,33
4,44
4,44
4,35
Skor rerata Penerapan SAP SAP 4,28
Sumber : Lampiran 4, 2015
70
Rincian dari distribusi frekuensi jawaban responden sebagai berikut :
1) Variabel kualitas LKPD diwakili oleh 4 indikator dengan 16 butir pernyataan dan
setiap pernyataan diukur dengan skala 1-5. Penilaian jawaban responden
terhadap kualitas LKPD tergolong sangat baik, hal ini dapat dilihat dari total skor
rerata indikator pada variabel kualitas LKPD sebesar 4,25. Rincian penilaian
jawaban atas indikator kualitas LKPD yaitu: indikator relevan memiliki skor
rerata 4,19 yang berarti bahwa penilaian jawaban responden terhadap indikator
relevan tergolong baik. Kriteria ini mengindikasikan bahwa informasi yang
terkandung dalam LKPD Pemkab Tabanan sudah cukup baik namun belum
optimal dalam menyediakan informasi yang relevan guna pengambilan
keputusan bagi pengguna LKPD .
Indikator andal yang memiliki skor rerata 4,34 dan termasuk dalam kategori
sangat baik, mengindikasikan bahwa kualitas informasi dalam LKPD Pemkab
Tabanan sudah andal. Indikator dapat dibandingkan memiliki skor rerata 4,21,
tergolong kategori sangat baik dan menggambarkan bahwa kualitas informasi
dalam LKPD Pemkab Tabanan dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya
baik secara internal maupun eksternal. Indikator dapat dipahami memiliki skor
rerata 4,26 dan tergolong kategori sangat baik. Hal ini menggambarkan informasi
dalam LKPD Pemkab Tabanan sudah disajikan dengan baik sehingga dapat
dipahami oleh pengguna LKPD .
2) Variabel kompetensi SDM diwakili oleh 3 indikator dengan 17 butir pernyataan
dan setiap pernyataan diukur dengan skala 1-5. Total skor rerata indikator pada
variabel kompetensi SDM menunjukkan 4,14, yang berarti bahwa penilaian
responden terhadap kompetensi SDM tergolong baik. Rincian penilaian jawaban
atas indikator kompetensi SDM yaitu indikator pengetahuan memiliki skor rerata
4,05 sehingga termasuk dalam kategori baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa
71
pengetahuan PPK-SKPD mengenai tugas dan tanggungjawabnya sudah baik
walaupun masih perlu ditingkatkan.
Indikator kedua yaitu keahlian memiliki skor rerata sebesar 4,08 dan
termasuk kategori baik, artinya keahlian PPK-SKPD dalam menyusun LKPD
berdasarkan SAP sudah memadai meskipun harus ditingkatkan. Indikator ketiga
yaitu perilaku memiliki skor rerata 4,29 dengan kategori sangat baik. Kriteria ini
mengindikasikan bahwa perilaku PPK-SKPD dalam melaksanakan pencatatan
dan pelaporan keuangan sudah berjalan sesuai norma dan etika yang berlaku
sehingga kecil kemungkinan terjadi penyimpangan dan kecurangan.
3) Variabel penerapan SPIP diwakili oleh 5 indikator dengan 22 butir pernyataan
dan setiap pernyataan diukur dengan skala 1-5. Penilaian jawaban responden
terhadap penerapan SPIP tergolong sangat baik, hal ini dapat dilihat dari total
skor rerata indikator pada variabel penerapan SPIP sebesar 4,22. Rincian
penilaian jawaban atas indikator penerapan SPIP yaitu indikator lingkungan
pengendalian memiliki skor rerata 4,19 dengan kategori baik. Hasil ini
mengindikasikan bahwa lingkungan pengendalian pada Pemkab Tabanan sudah
baik, namun belum optimal pelaksanaannya.
Indikator penilaian resiko memiliki skor rerata 4,12 dengan kategori baik.
Hasil ini mengindikasikan bahwa penilaian resiko pada Pemkab Tabanan dalam
penerapannya sudah baik. Indikator aktivitas pengendalian memiliki skor rerata
4,25 dengan kategori sangat baik, artinya penerapan aktivitas pengendalian pada
Pemkab Tabanan sudah memadai, namun masih perlu ditingkatkan terutama
pada pengendalian aset tetap yang dimiliki oleh Pemkab Tabanan.
Indikator informasi dan komunikasi memiliki skor rerata 4,28 dengan
kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa penerapan komunikasi
dan informasi sudah dapat memberikan keyakinan yang memadai dan informasi
72
yang disediakan oleh SKPD telah memungkinkan untuk melakukan tindakan
korektif secara tepat. Tugas yang dibebankan pada pegawai telah
dikomunikasikan dengan jelas dan dimengerti pengendalian internnya.
Indikator kelima yaitu pengawasan memiliki skor rerata 4,28 dengan
kategori sangat baik. Artinya SKPD telah melakukan tindakan pengawasan yang
memadai dalam pelaksanaan kegiatan. SKPD telah melakukan reviu dan evaluasi
berkala terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan serta menindaklanjuti
hasil temuan dan saran yang diberikan BPK maupun Inspektorat.
4) Variabel penerapan SAP diwakili oleh 11 indikator dengan 27 butir pernyataan
dan setiap pernyataan diukur dengan skala 1-5. Total skor rerata indikator pada
variabel penerapan SAP menunjukkan 4,28, artinya penilaian responden terhadap
penerapan SAP tergolong sangat baik. Rincian penilaian jawaban atas indikator
penerapan yaitu indikator PSAP No. 1 tentang penyajian laporan memiliki skor
rerata 4,11 dengan kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa SKPD pada
lingkungan Pemkab Tabanan telah menerapkan PSAP No. 1 tentang penyajian
LKPD dengan baik namun masih belum optimal. Indikator PSAP No. 2 tentang
laporan realisasi anggaran memiliki skor rerata sebesar 4,15 dengan kategori
baik, artinya SKPD pada lingkungan Pemkab Tabanan telah melakukan
penyusunan laporan realisasi anggaran dengan baik, namun masih belum
optimal.
Indikator PSAP No. 3 tentang laporan arus kas memiliki skor rerata sebesar
4,24 dengan kategori sangat baik, artinya SKPD pada lingkungan Pemkab
Tabanan telah menyusun laporan arus kas dengan baik. Skor rerata indikator
PSAP No. 4 tentang CaLK sebesar 4,31 termasuk kategori sangat baik. Hasil ini
mengindikasikan bahwa CaLK telah disusun oleh PPK-SKPD dengan baik dan
sesuai dengan PSAP No. 4.
73
Indikator PSAP No. 5 tentang akuntansi persediaan memiliki skor rerata
sebesar 4,28 dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan akuntansi persediaan pada SKPD di lingkungan Pemkab Tabanan
telah sesuai PSAP No. 5. Skor rerata indikator PSAP No. 6 tentang akuntansi
investasi sebesar 4,13 termasuk kategori baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa
SKPD telah melaksanakan akuntansi investasi dengan baik, namun belum
optimal. Indikator PSAP No. 7 tentang akuntansi aset tetap memiliki skor rerata
sebesar 4,35 berada pada kriteria sangat baik, artinya aset tetap telah dicatat dan
dilaporkan berdasarkan PSAP No. 7.
Indikator PSAP No. 8 tentang akuntansi kontruksi dalam pengerjaan
memiliki skor rerata sebesar 4,33 termasuk kategori sangat baik. Hasil ini
menunjukkan bahwa kontruksi dalam pengerjaan pada pada SKPD di lingkungan
Pemkab Tabanan telah dilaksanakan sesuai PSAP No. 8. Indikator PSAP No. 9
tentang akuntansi kewajiban memiliki skor rerata sebesar 4,44 dengan kategori
sangat baik. Hasil ini menunjukkan bahwa kewajiban pada SKPD di lingkungan
Pemkab Tabanan telah disajikan dengan baik dan sesuai PSAP No. 9.
Skor rerata indikator PSAP No. 10 tentang koreksi kesalahan sebesar 4,44
dengan kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa SKPD telah
melaksanakan koreksi kesalahan dengan baik dan sesuai PSAP No. 10. Indikator
PSAP No. 11 tentang laporan keuangan konsolidasi memiliki skor rerata sebesar
4,35 berada pada kriteria sangat baik, artinya SKPD telah melakukan konsolidasi
laporan keuangan dengan baik.
5.3 Hasil Uji PLS
Uji PLS pada penelitian ini menggunakan evaluasi outer model dengan model
reflektif dan evaluasi inner model dengan tingkat signifikansi 5 %. Secara umum
hasil uji PLS dapat dilihat pada Lampiran 5.
74
5.3.1 Model Pengukuran/Outer Model
Model pengukuran digunakan untuk menguji validitas kontruk dan
reliabilitas instrumen. Hasil uji outer model dijelaskan sebagai berikut :
1) Uji convergent validity
Uji convergent validity digunakan untuk menggambarkan korelasi antara
konstruk dengan indikatornya. Semakin besar nilai korelasinya semakin baik
hubungan antara konstruk dengan indikatornya. Korelasi dinyatakan valid
dengan nilai loading faktor berkisar diatas 0,70. Nilai loading faktor masing-
masing indikator dari uji convergent validity, dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4
Hasil uji convergent validity
LKPD SDM SPIP SAP
LK1 0,943
LK2 0,985
LK3 0,958
LK4 0,974
SD1
0,954
SD2
0,963
SD3
0,952
SP1
0,961
SP2
0,973
SP3
0,969
SP4
0,969
SP5
0,950
SA1
0,957
SA2
0,951
SA3
0,947
SA4
0,958
SA5
0,943
SA6
0,880
SA7
0,932
SA8
0,917
SA9
0,931
SA10
0,933
SA11
0,873
Sumber: Lampiran 6, 2015
75
Berdasarkan Tabel 5.4, uji convergent validity menunjukkan nilai loading
indikator kualitas LKPD seperti relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat
dipahami, masing-masing memiliki nilai loading faktor terhadap variabel
latennya 0,943; 0,985; 0,958 dan 0,974, sehingga dinyatakan valid.
Seluruh indikator kompetensi SDM dinyatakan valid, yang dapat dilihat dari
hasil uji convergent validity menunjukkan nilai loading indikator kompetensi
SDM seperti pengetahuan, keterampilan dan perilaku, masing-masing memiliki
nilai loading faktor terhadap variabel latennya sebesar 0,954; 0,963 dan 0,952.
Seluruh indikator penerapan SPIP seperti lingkungan pengendalian,
penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta
pemantauan juga dinyatakan valid, dapat dilihat dari nilai loading dari uji
convergent validity sebesar 0,961; 0,973; 0,969; 0,969 dan 0,950.
Uji convergent validity menunjukkan nilai loading indikator penerapan SAP
seperti penyajian laporan keuangan, LRA, LAK, CaLK, akuntansi persediaan,
akuntansi investasi, akuntansi aset tetap, akuntansi konstruksi dalam pengerjaan,
akuntansi kewajiban, koreksi kesalahan dan laporan keuangan konsolidasi,
masing-masing memiliki nilai loading faktor terhadap variabel latennya 0,957;
0,951; 0,947; 0,958; 0,943; 0,880; 0,932; 0,917; 0,931; 0,933 dan 0,873 lebih
besar dari nilai loading faktor 0,70 sehingga seluruh indikator penerapan SAP
dinyatakan valid.
2) Uji discriminant validity
Uji discriminant validity digunakan untuk menggambarkan korelasi antara
variabel yang seharusnya tidak berhubungan. Korelasi dinyatakan valid dengan
nilai korelasi cross loading indikator lebih besar dari nilai korelasi variabel laten
yang lainnya. Nilai loading faktor masing-masing indikator dari uji discriminant
validity, dapat dilihat pada Tabel 5.5.
76
Tabel 5.5
Hasil uji discriminant validity
LKPD SDM SPIP SAP
LK1 0,943 0,761 0,801 0,772
LK2 0,985 0,823 0,814 0,845
LK3 0,958 0,869 0,748 0,861
LK4 0,974 0,871 0,794 0,883
SD1 0,841 0,954 0,699 0,829
SD2 0,754 0,963 0,614 0,810
SD3 0,883 0,952 0,691 0,762
SP1 0,772 0,642 0,961 0,751
SP2 0,808 0,714 0,973 0,771
SP3 0,560 0,489 0,969 0,506
SP4 0,804 0,669 0,969 0,724
SP5 0,766 0,652 0,950 0,653
SA1 0,871 0,787 0,724 0,954
SA2 0,836 0,742 0,753 0,957
SA3 0,816 0,761 0,720 0,951
SA4 0,867 0,796 0,735 0,947
SA5 0,838 0,750 0,723 0,958
SA6 0,623 0,673 0,553 0,943
SA7 0,794 0,743 0,696 0,880
SA8 0,585 0,693 0,445 0,932
SA9 0,841 0.882 0,693 0,917
SA10 0,880 0,818 0,802 0,931
SA11 0,787 0,839 0.881 0,933
Sumber: Lampiran 6, 2015
Berdasarkan Tabel 5.5 uji discriminant validity menunjukkan nilai
korelasi loading kualitas LKPD terhadap variabel latennya 0,943; 0,985;
0,958 dan 0,974. Nilai ini lebih besar dari nilai korelasi cross loading variabel
laten lainnya, maka seluruh indikator kualitas LKPD dinyatakan valid.
Seluruh indikator kompetensi SDM dinyatakan valid, dilihat dari hasil uji
discriminant validity yang menunjukkan nilai korelasi loading kompetensi SDM
terhadap variabel latennya sebesar 0,954; 0,963 dan 0,952 lebih besar dari nilai
korelasi cross loading variabel laten lainnya.
77
Nilai korelasi loading penerapan SPIP terhadap variabel latennya pada uji
discriminant validity menunjukkan 0,961; 0,973; 0,969; 0,969 dan 0,950. Nilai
ini lebih besar dari nilai korelasi cross loading variabel laten lainnya, maka
seluruh indikator penerapan SPIP dinyatakan valid.
Uji discriminant validity menunjukkan nilai korelasi loading penerapan SAP
terhadap variabel latennya 0,957; 0,951; 0,947; 0,958; 0,943; 0,880; 0,932;
0,917; 0,931; 0,933 dan 0,873. Nilai ini lebih besar dari nilai korelasi cross
loading variabel laten lainnya, maka seluruh indikator penerapan SAP
dinyatakan valid.
3) Average variance extracted (AVE)
Nilai AVE seluruh variabel dinyatakan valid apabila nilai AVE berkisar
diatas 0,50. Nilai AVE masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6
Hasil uji AVE
Variabel AVE Keterangan
Kualitas LKPD 0,931 Valid
Kompetensi SDM 0,914 Valid
Penerapan SPIP 0,934 Valid Penerapan SAP 0,864 Valid
Sumber: Lampiran 6, 2015
Berdasarkan Tabel 5.6 hasil AVE menunjukkan nilai kualitas LKPD
sebesar 0,931, kompetensi SDM sebesar 0,914, penerapan SPIP sebesar
0,934, dan penerapan SAP sebesar 0,864 yang berarti seluruh variabel
dinyatakan valid.
4) Composite reliability
Composite reliability menggambarkan konsistensi peryataan dalam
instrumen dan melihat reliable indikator. Uji composite reliability seluruh
78
variabel dinyatakan reliabel apabila nilai loading-nya diatas 0,7. Nilai
composite reliability masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7
Hasil uji composite reliability
Variabel Composite Reliability Keterangan
Kualitas LKPD 0,982 Reliabel
Kompetensi SDM 0,970 Reliabel Penerapan SPIP 0,986 Reliabel Penerapan SAP 0,986 Reliabel
Sumber: Lampiran 6, 2015
Berdasarkan Tabel 5.7 hasil composite reliability menunjukkan nilai
kualitas LKPD sebesar 0,982, kompetensi SDM sebesar 0,970, penerapan
SPIP sebesar 0,986 dan penerapan SAP sebesar 0,986 yang berarti seluruh
variabel dinyatakan reliabel.
5) Cronbachs alpha
Cronbachs alpha menggambarkan konsistensi pernyataan dalam
instrumen. Instrumen dikatakan andal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji cronbachs
alpha seluruh variabel dinyatakan reliabel apabila nilai loading-nya diatas 0,7.
Nilai cronbachs alpha masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8
Hasil uji cronbachs alpha
Variabel Cronbachs alpha Keterangan
Kualitas LKPD 0,975 Reliabel Kompetensi SDM 0,953 Reliabel Penerapan SPIP 0,982 Reliabel Penerapan SAP 0,984 Reliabel
Sumber: Lampiran 6, 2015
Hasil cronbachs alpha pada Tabel 5.8 menunjukkan nilai kualitas LKPD
sebesar 0,975, kompetensi SDM sebesar 0,953, penerapan SPIP sebesar
79
0.982, dan penerapan SAP sebesar 0.984 yang berarti seluruh variabel
dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil uji pengukuran model di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa semua variabel dalam penelitian ini adalah valid dan reliabel, sehingga
pengujian dapat dilanjutkan.
5.3.2 Model Struktural/Inner Model
Inner model menunjukkan hubungan variabel laten dengan variabel yang
diteliti lainnya. Evaluasi inner model dengan uji bootstrapping menghasilkan
koefisien determinasi R-square, Q-square, path coefficients dan latent variable
correlations. Hasil evaluasi inner model dijelaskan sebagai berikut:
1) Koefisien determinasi R-square (R2)
R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten
independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai
pengaruh yang substantif. Model dianggap memberikan pengaruh apabila R2
lebih besar dari 0 (nol). Hasil R2 sebesar 0,67; 0,33 dan 0,19 mengindikasikan
bahwa model “baik”, “moderat”, dan “lemah”. Hasil koefisien determinasi R2
dari model dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9
Koefisien Determinasi R2
Variabel R2
Kualitas LKPD 0,866
Penerapan SPIP 0,474
Penerapan SAP 0,703
Sumber: Lampiran 6, 2015
Koefisien determinasi R2 pada Tabel 5.9 sebesar 0,866 menunjukkan
bahwa model memiliki tingkat goodness of fit yang baik, artinya variabilitas
kualitas LKPD yang dapat dijelaskan oleh kompetensi SDM, penerapan SPIP
80
dan SAP sebesar 86,6%, sedangkan sisanya 13,4% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak diteliti dalam model. R2 penerapan SPIP sebesar 0,474
memiliki arti bahwa variasi dari penerapan SPIP mampu dijelaskan oleh
kompetensi SDM sebesar 47,4% dan sisanya sebesar 52,4% dipengaruhi oleh
faktor lain diluar model. Nilai R2 penerapan SAP sebesar 0,703 menunjukkan
bahwa variasi penerapan SAP mampu dijelaskan oleh kompetensi SDM
sebesar 70,3% dan sisanya sebesar 39,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak dijelaskan dalam model.
Koefisien determinasi R2 dari model penelitian ini memiliki nilai 0,866,
lebih besar dari model pengaruh langsung kompetensi SDM terhadap kualitas
LKPD tanpa melalui variabel pemediasi penerapan SPIP dan SAP yaitu
sebesar 0,733 (lihat lampiran 5). Hal ini mengindikasikan bahwa model
dengan memasukkan penerapan SPIP dan SAP sebagai variabel pemediasi
antara hubungan kompetensi SDM pada kualitas LKPD dalam penelitian ini
lebih baik dari model yang hanya meneliti pengaruh langsung kompetensi
SDM pada kualitas LKPD.
2) Q-square (Q2)
Q2 mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan
juga estimasi parameternya. Suatu model dianggap mempunyai nilai predictive
yang relevan jika nilai Q2 lebih besar dari 0 (nol). Besaran Q2 memiliki nilai
dengan rentang 0< Q2< 1, model semakin baik jika nilai Q2 mendekati 1. Nilai
predictive relevance diperoleh dari :
Q2 = 1- (1-R12)(1-R2
2) (1-R32)
Q2 = 1- (1-0,8662)(1-0,4742) )(1-0,7032)
Q2 = 0,902
81
Hasil perhitungan Q2 pada penelitian ini 0,902 yang berarti bahwa 90%
variabel independen dan pemediasi dalam penelitian ini layak untuk menjelaskan
variabel dependen yaitu kualitas LKPD. Dengan demikian model penelitian yang
digunakan layak dan pembuktian hipotesis dapat dilanjutkan.
5.3.3 Pengujian Hipotesis
1) Uji Pengaruh Langsung
Variabel independen pada tingkat signifikansi 5% dengan uji satu sisi
dinyatakan signifikan pada variabel dependennya apabila hasil t-statistik lebih
besar dari t-tabel 1,680. Signifikansi variabel juga dapat dilihat dari nilai p-value
yang lebih kecil dari tingkat alpha yang telah ditetapkan (α=0,05). Hasil uji
pengaruh langsung masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10
Pengaruh Langsung Variabel Laten
Original
Sample (O)
Standard
Error
(STERR)
t statistics
(ǀ O/STERR
ǀ )
P Value
SDM SPIP 0,688 0,117 5,873 0,000
SDM SAP 0,838 0,062 13,569 0,000
SDM LKPD 0,318 0,157 13,979 0,021
SPIP LKPD 0,330 0,187 1,765 0,039
SAP LKPD 0.367 0,366 1,778 0,038
Sumber: Lampiran 7, 2015
a) Pengaruh kompetensi SDM pada penerapan SPIP
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa kompetensi SDM memiliki nilai koefisien
positif sebesar 0,688, nilai t-statistik sebesar 5,873 dan tingkat signifikansi 0,000.
Gambaran ini menjelaskan bahwa kompetensi SDM berpengaruh positif pada
penerapan SPIP yang berarti semakin tinggi kompetensi SDM yang dimiliki PPK
maka penerapan SPIP yang dihasilkan PPK cenderung semakin baik. Hasil
tersebut menyatakan bahwa hipotesis pertama (H1) yang merumuskan bahwa
82
terdapat pengaruh positif kompetensi SDM pada penerapan SPIP di Pemkab
Tabanan, tidak dapat ditolak.
b) Pengaruh kompetensi SDM pada penerapan SAP
Hasil koefisien menunjukkan nilai kompetensi SDM pada penerapan SAP
memiliki nilai positif 0,838, nilai t-statistik sebesar 13,569 dan taraf signifikansi
0,000. Tingkat signifikasi ini yang lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan
(α-0,05), hal ini berarti kompetensi SDM berpengaruh positif dan signifikan pada
penerapan SAP. Semakin tinggi kompetensi SDM yang dimiliki PPK maka ada
kecendrungan semakin baik terciptanya penerapan SAP. Hasil tersebut
menyatakan bahwa hipotesis kedua (H2) yang merumuskan bahwa terdapat
pengaruh positif kompetensi SDM pada penerapan SAP di Pemkab Tabanan,
tidak dapat ditolak.
c) Pengaruh kompetensi SDM pada kualitas LKPD
Tabel 5.10 menunjukkan nilai koefisien kompetensi SDM pada kualitas LKPD
sebesar 0,318 dengan taraf signifikansi 0,021 serta nilai t-statistik 13,979 lebih
besar dari t-tabel 1,680. Hasil ini menunjukkan bahwa kompetensi SDM
berpengaruh positif signifikan pada kualitas LKPD, artinya semakin tinggi
kompetensi SDM yang dimiliki PPK-SKPD maka kualitas LKPD yang
dihasilkan PPK-SKPD cenderung semakin baik. Gambaran ini menyatakan
bahwa hipotesis ketiga (H3) yang merumuskan bahwa terdapat pengaruh positif
kompetensi SDM pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan, tidak dapat ditolak.
d) Pengaruh penerapan SPIP pada kualitas LKPD
Hipotesis keempat (H4) yang merumuskan bahwa terdapat pengaruh positif
penerapan SPIP pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan, tidak dapat ditolak. Hal
ini dapat dilihat dari nilai t-statistik penerapan SPIP pada kualitas LKPD sebesar
1,765 dengan nilai koefisien sebesar 0,330 dan taraf signifikansi 0,039.
83
Gambaran ini menyatakan bahwa semakin tinggi penerapan SPIP yang
dilaksanakan, maka kecendungan kualitas LKPD yang dihasilkan PPK akan
semakin baik.
e) Pengaruh penerapan SAP pada kualitas LKPD
Hasil koefisien menunjukkan nilai penerapan SAP pada kualitas LKPD memiliki
nilai positif 0,367, nilai t-statistik sebesar 1,778 dan taraf signifikansi 0,038.
Nilai t-statistik yang lebih besar dari t-tabel (1,680) berarti penerapan SAP
berpengaruh positif pada kualitas LKPD. Gambaran ini menyatakan bahwa
semakin tinggi penerapan SAP yang dilaksanakan, maka kualitas LKPD yang
dihasilkan PPK cenderung semakin baik. Hasil mendukung hipotesis kelima
(H5) yang merumuskan bahwa terdapat pengaruh positif penerapan SAP pada
kualitas LKPD Pemkab Tabanan.
2) Uji Pengaruh tidak langsung
Hasil uji pengaruh tidak langsung variabel laten yang dianalisis melalui
SmartPLS versi 3.2.1.m3, dapat dilihat pada Tabel 5.11
Tabel 5.11
Pengaruh Tidak Langsung Variabel Laten
Original
Sample (O)
Standard
Error
(STERR)
t-statistics
(ǀ O/STERRǀ)
P Value
SDM SPIP
SDM SAP
SDM LKPD 0,535 0,134 3,997 0,000
SPIP LKPD
SAP LKPD
Sumber: Lampiran 7, 2015
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa pengaruh kompetensi SDM pada
kualitas LKPD juga memiliki pengaruh tidak langsung positif dengan nilai
koefisien sebesar 0,535 dengan taraf signifikansi p-value sebesar 0,000. Nilai
t-statistik pengaruh tidak langsung ini sebesar 3,997 lebih besar dari nilai t-tabel
84
1,680, artinya kompetensi SDM memiliki pengaruh tidak langsung atau melalui
variabel perantara yang positif dan signifikan pada kualitas LKPD. Nilai
koefisien pengaruh tidak langsung kompetensi SDM pada kualitas LKPD
berdasarkan hasil pengujian pada SmartPLS versi 3.2.1.m3 adalah sebesar 0,535
merupakan total pengaruh tidak langsung melalui penerapan SPIP dan SAP.
Nilai koefisien pengaruh tidak langsung kompetensi SDM pada kualitas
LKPD melalui penerapan SPIP diperoleh dengan mengalikan koefisien jalur
kompetensi SDM pada penerapan SPIP dengan koefisien hubungan penerapan
SPIP pada kualitas LKPD (Sholikin, 2014:82) yaitu 0,688 x 0,330 sehingga
diperoleh hasil 0,227. Pengaruh tidak langsung kompetensi SDM pada kualitas
LKPD melalui penerapan SPIP diperoleh dengan mengalikan koefisien
hubungan kompetensi SDM pada penerapan SAP dengan koefisien hubungan
penerapan SAP pada kualitas LKPD yaitu 0,838 x 0,367 dan diperoleh hasil
0,308. Hasil penjumlahan koefisien pengaruh tidak langsung kompetensi SDM
pada kualitas laporan keuangan melalui penerapan SPIP dan SAP sebesar
0,535 identik dengan hasil yang dikeluarkan oleh SmartPLS versi 3.2.1.m3.
3) Uji Efek mediasi
Efek mediasi menunjukkan hubungan antara variabel independen dan
dependen melalui variabel penghubung atau mediasi. Berdasarkan hasil uji PLS
dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan SPIP maupun SAP merupakan
pemediasi parsial, yang tercermin dari nilai koefisien pengaruh langsung
kompetensi SDM pada kualitas LKPD sebelum dimasukkannya variabel
pemediasi maupun setelah dimasukkannya penerapan SPIP dan SAP sebagai
variabel pemediasi tetap signifikan walaupun nilainya turun dari 0,856 menjadi
0,318 (Baron dan Kenny, 1986; Hair et al., 2011; Kock, 2011, 2013 dalam
Sholihin, 2014:57). Pengujian penerapan SPIP dan SAP sebagai pemediasi dapat
85
dilihat dari nilai VAF masing-masing variabel pemediasi. Jika nilai VAF diatas
80%, maka menujukkan peran variabel penerapan SPIP maupun SAP sebagai
pemediasi penuh (full mediation). Variabel penerapan SPIP dan SAP
dikategorikan sebagai pemediasi parsial apabila nilai VAF berkisar antara
20% sampai dengan 80%, namun jika nilai VAF kurang dari 20% dapat
disimpulkan bahwa hampir tidak ada efek mediasi. Perhitungan VAF
dilakukan dengan formula sebagai berikut:
Nilai VAF untuk pengujian efek mediasi penerapan SPIP pada hubungan
kompetensi SDM dan kualitas LKPD dapat dihitung dalam tabel 5.12.
Tabel 5.12
Uji Efek mediasi penerapan SPIP pada hubungan kompetensi SDM dan
kualitas LKPD
Pengaruh tidak langsung 0,688 * 0,330
(SDM SPIP = 0,688; SPIP LKPD = 0,330)
0,227
Pengaruh langsung sebelum dimasukkan variabel pemediasi 0,856
(SDM LKPD = 0,856)
Pengaruh total 1,083
VAF = pengaruh tidak langsung/pengaruh total = 0,227/1,083 0,210
Sumber: data diolah, 2015
Hasil perhitungan VAF penerapan SPIP sebagai pemediasi hubungan
antara kompetensi SDM dan kualitas LKPD diperoleh nilai 0,210 atau 21%
dan menunjukkan bahwa penerapan SPIP sebagai pemediasi parsial. Bentuk
pemediasi parsial ini menjelaskan bahwa SPIP bukan satu-satunya pemediasi
hubungan kompetensi SDM pada kualitas LKPD Kabupaten Tabanan namun
terdapat faktor pemediasi lain (Baron dan Kenny, 1986 dalam Sholihin,
2014:59). Hasil ini menggambarkan bahwa hipotesis keenam (H6) yang
86
merumuskan bahwa terdapat pengaruh positif kompetensi SDM pada kualitas
LKPD Pemkab Tabanan melalui penerapan SPIP, tidak dapat ditolak.
Nilai VAF untuk pengujian efek mediasi penerapan SAP pada hubungan
kompetensi SDM dan kualitas LKPD dapat dihitung dalam tabel 5.13.
Tabel 5.13
Uji Efek mediasi penerapan SAP pada hubungan kompetensi SDM dan
kualitas LKPD
Pengaruh tidak langsung 0,838 * 0,367
(SDM SAP = 0,838; SAP LKPD = 0,367)
0,308
Pengaruh langsung sebelum dimasukan variabel pemediasi 0,856
(SDM LKPD = 0,856)
Pengaruh total 1,164
VAF = pengaruh tidak langsung/pengaruh total = 0,308/1,164 0,265
Sumber: data diolah, 2015
Tabel 5.13 menunjukkan hasil perhitungan VAF penerapan SAP
sebagai pemediasi hubungan kompetensi SDM pada kualitas LKPD adalah
0,265 atau 26,5%. Hasil ini menggambarkan bahwa penerapan SAP hanya
memediasi parsial hubungan antara kompetensi SDM dan kualitas LKPD
dan menunjukkan bahwa SAP merupakan salah satu dari beberapa faktor
yang menjadi pemediasi hubungan kompetensi SDM pada kualitas LKPD
Kabupaten Tabanan. Berdasarkan hasil uji efek mediasi ini dapat
disimpulkan bahwa hipotesis ketujuh (H7) yang merumuskan bahwa terdapat
pengaruh positif kompetensi SDM pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan
melalui penerapan SAP, tidak dapat ditolak.
4) Part coefficient
Ringkasan hasil perhitungan pengaruh langsung, tidak langsung dan total
pengaruh dari variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.14. Pengaruh
langsung kompetensi SDM pada penerapan SPIP pada Tabel 5.14
menunjukkan nilai sebesar 0,688 dengan taraf signifikansi 0,000. Pengaruh
87
tidak langsung kompetensi pada penerapan SPIP tidak ada (nol), karena
hubungan jalurnya tidak ada, dengan demikian pengaruh totalnya tetap
sebesar 0,688. Pengaruh langsung kompetensi SDM pada penerapan SAP
sebesar 0,838 dengan taraf signifikansi 0,000. Pengaruh tidak langsung
kompetensi pada penerapan SAP tidak ada (nol), karena hubungan jalurnya
tidak ada, dengan demikian pengaruh totalnya tetap sebesar 0,838.
Pengaruh langsung penerapan SPIP pada kualitas LKPD sebesar
0,330 dengan taraf signifikansi 0,039. Pengaruh tidak langsung penerapan
SPIP pada kualitas LKPD tidak ada (nol), dengan demikian pengaruh
totalnya tetap sebesar 0,330. Pengaruh langsung penerapan SAP pada kualitas
LKPD sebesar 0,367 dengan taraf signifikansi 0,038. Pengaruh tidak
langsung penerapan SPIP pada kualitas LKPD tidak ada (nol), karena
hubungan jalurnya tidak ada, dengan demikian pengaruh totalnya tetap
sebesar 0,367.
Pengaruh langsung kompetensi SDM pada kualitas LKPD sebesar
0,318 disertai pengaruh tidak langsung sebesar 0,535 sehingga meningkatkan
total effect sebesar 0,854 dengan taraf signifikansi 0,000.
Tabel 5.14
Hasil part coefficients
Part coefficients Indirect effect Total Effect P-Value
SDM SPIP 0,688 0,688 0,000
SDM SAP 0,838 0,838 0,000
SDM LKPD 0,318 0,535 0,854 0,000
SPIP LKPD 0,330 0,330 0.039
SAP LKPD 0,367 0,367 0,038
Sumber: Lampiran 7, 2015
88
5) Latent variable correlation
Berdasarkan Tabel 5.15 dapat diketahui koefisien korelasi antar variabel.
Korelasi kualitas LKPD sebagai variabel dependen dengan kompetensi SDM,
penerapan SPIP dan SAP sebagai variabel independen memiliki korelasi kuat
yaitu sebesar 0,854; 0,822 dan 0,879. Gambaran ini menyatakan kompetensi
yang dimiliki seorang PPK dengan melalui SPIP dan SAP yang baik akan
cenderung menghasilkan kualitas LKPD yang semakin baik.
Tabel 5.15
Koefisien korelasi antar variabel
Kualitas
LKPD
Kompetensi
SDM
Penerapan
SPIP
Penerapan
SAP
Kualitas LKPD 1
Kompetensi SDM 0,854 1
Penerapan SPIP 0,822 0,688 1
Penerapan SAP 0,879 0,838 0,741 1
Sumber: Lampiran 7, 2015
5.4 Pembahasan
5.4.1 Pengaruh kompetensi SDM pada penerapan SPIP
Variabel kompetensi SDM berpengaruh positif pada penerapan SPIP. Hal ini
berarti bahwa untuk meningkatkan penerapan SPIP dibutuhkan kompetensi SDM
yang baik pula. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki PPK-SKPD maka ada
kecendrungan semakin baik penerapan SPIP yang dihasilkan PPK-SKPD. Apabila
PPK-SKPD dalam melaksanakan tugasnya menggunakan keahlian dan pengetahuan
yang dimilikinya dengan baik serta didukung dengan perilaku yang mengedepankan
etika, maka pengendalian intern cenderung akan berjalan dengan efektif.
Nilai skor rerata penilaian jawaban responden terhadap perilaku SDM
sebesar 4,29 dengan kategori sangat baik dan mengindikasikan bahwa perilaku
PPK-SKPD dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan keuangan sudah
89
berjalan sesuai norma dan etika yang berlaku sehingga kecil kemungkinan terjadi
penyimpangan dan kecurangan. Hasil ini konsisten dengan penelitian Setiawati
dan Sari (2014), yang meneliti kualitas pelaporan keuangan pemerintah ditinjau
dari SDM, pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi dan pemahaman
akuntansi pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di wilayah eks Keresidenan
Surakarta. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan Irwan (2011), Zuliarti (2012),
Sari (2012), Susilawati dan Riana (2014).
5.4.2 Pengaruh kompetensi SDM pada penerapan SAP
Kompetensi SDM berpengaruh positif pada penerapan SAP. Hal ini dapat
diartikan bahwa untuk meningkatkan penerapan SAP cenderung dibutuhkan
kompetensi PPK-SKPD yang baik pula. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki
PPK-SKPD maka ada kecendrungan semakin baik terciptanya penerapan SAP.
Penerapan SAP yang baik membutuhkan SDM yang memiliki pengetahuan dan
keahlian yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan, pengakuan belanja, prinsip-
prinsip penyusunan laporan konsolidasi, investasi, pengakuan dan penghapusan aset
berwujud dan tidak berwujud, kontrak konstruksi, kebijakan kapitalisasi pengeluaran,
kemitraan dengan pihak ketiga, biaya penelitian dan pengembangan, perhitungan
persediaan dan dana cadangan serta prinsip lainnya yang tercantum dalam PP no. 71
tahun 2010. Tanpa adanya kompetensi yang baik, maka penerapan SAP cenderung
tidak akan berjalan dengan baik.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Nugraheni (2008) yang meneliti
pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas laporan keuangan pada Inspektorat
Jendral Departemen Pendidikan Nasional. Hasil penelitian ini juga mendukung
temuan Syarif dan Aldiani (2009), Suhardjo (2013) Setiawati dan Sari (2014).
90
5.4.3 Pengaruh kompetensi SDM pada kualitas LKPD
Nilai koefisien pengaruh langsung kompetensi SDM pada kualitas LKPD
Pemkab Tabanan sebesar 0,318 dengan taraf signifikansi 0,021, menggambarkan
bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan kompetensi SDM berpengaruh positif
pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan, tidak dapat ditolak. Hasil ini dapat
diartikan bahwa untuk meningkatkan kualitas LKPD dibutuhkan kompetensi
SDM yang baik pula. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki PPK-SKPD, ada
kecendrungan semakin baik pula kualitas keuangan yang dihasilkan PPK-SKPD.
Nilai total skor rerata penilaian jawaban responden terhadap kompetensi
SDM sebesar 4,14 termasuk dalam kategori baik namun belum optimal, salah satu
penyebabnya walaupun 51,28% tingkat pendidikan PPK-SKPD adalah sarjana
dan 41,03% merupakan lulusan pasca sarjana, namun sebagian besar dengan latar
belakang yang tidak berhubungan dengan ekonomi yaitu sebesar 76,92%.
Pemerintah daerah perlu meningkatkan kompetensi PPK-SKPD terutama
pengetahuan dan keahlian dalam penyusunan LKPD untuk menghasilkan LKPD
yang berkualitas khususnya meningkatkan relevansi LKPD dalam menghasilkan
informasi yang dapat digunakan untuk mengoreksi keputusan pengguna di masa
lalu dan memprediksi kejadian dimasa yang akan datang.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Xu et al. (2003), yang meneliti faktor
kunci dari kualitas informasi akuntansi studi kasus di Australia. Hasil
penelitiannya menyatakan SDM, sistem, organisasi dan faktor eksternal
merupakan faktor krisis menentukan kualitas informasi akuntansi. Hasil penelitian
ini juga mendukung temuan Alimbudiono dan Fidelis (2004); Choirunisah (2008);
Winidyaningrum dan Rahmawati (2010); Roviyanti (2011) serta Indriasih (2014).
91
5.4.4 Pengaruh penerapan SPIP pada kualitas LKPD
Penerapan SPIP berpengaruh positif pada kualitas LKPD Pemkab
Tabanan. Pengaruh yang positif ini dapat diartikan bahwa penerapan SPIP yang
baik akan cenderung menghasilkan LKPD yang baik pula. Semakin tinggi
penerapan SPIP yang dilaksanakan, maka kualitas LKPD yang dihasilkan PPK-
SKPD cenderung semakin baik.
Nilai skor rerata penerapan SPIP sebesar 4,22 menggambarkan bahwa
penerapan SPIP di lingkungan Pemkab Tabanan sudah sangat baik, namun masih
perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari nilai skor rerata lingkungan
pengendalian dan penilaian resiko masing-masing sebesar 4,19 dan 4,12 yang
berarti sudah baik namun masih belum optimal. Lingkungan pengendalian yang
efektif dapat diciptakan melalui penerapan standar kompetensi untuk setiap tugas dan
fungsi pada masing-masing posisi dalam instansi. Pimpinan mesti mengambil
tindakan yang tegas atas pelanggaran kebijakan, prosedur ataupun aturan perilaku
serta rutin melakukan penilaian terhadap kualitas pengendalian intern SKPD.
Penilaian resiko menjadi hal yang penting dilakukan oleh pimpinan SKPD secara
lengkap dan menyeluruh terhadap kemungkinan timbulnya pelanggaran terhadap
sistem akuntansi yang diterapkan. Pelanggaran terhadap sistem akuntansi akan
membuat LKPD tidak berkualitas sehingga pimpinan dituntut memiliki rencana
pengelolaan atau mengurangi risiko pelanggaran terhadap sistem dan prosedur
akuntansi yang dilaksanakan di instansinya.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Sukmaningrum (2011) yang meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi LKPD pemerintah pada
Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang, dengan hasil sistem pengendalian
intern yang diproksikan dengan integritas data, ketepatan input, prosedur otorisasi,
penyimpanan dokumen sumber data, pemberian wewenang, penentuan kebijakan
92
dan standar akuntansi, pelaksanaan kebijakan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas informasi LKPD. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan Boynton et al.
(2001), Granof (2001), Lobo dan Zhou (2006), Arens et a.l (2008), Cohen et al.
(2008), Bartov dan Cohen (2009), Chambers dan Payne (2009), Sari (2012) serta
Susilawati dan Riana (2013).
5.4.5 Pengaruh penerapan SAP pada kualitas LKPD
Nilai koefisien pengaruh langsung penerapan SAP pada kualitas LKPD
Pemkab Tabanan sebesar 0,367 dan serta t-statistik 1,778 yang lebih besar 1,680
memberi arti bahwa hipotesis kelima yang menyatakan penerapan SAP berpengaruh
positif pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan tidak dapat ditolak. Hasil ini
menggambarkan bahwa penerapan SAP yang baik akan cenderung menghasilkan
kualitas LKPD yang baik pula. Semakin tinggi penerapan SAP yang dilaksanakan
dalam proses penyusunan LKPD, maka ada kecendrungan semakin baik kualitas
LKPD yang dihasilkan PPK-SKPD. Pelaksanaan SAP secara konsisten sesuai aturan
yang berlaku cenderung menghasilkan LKPD yang berkualitas.
Nilai skor rerata penerapan SAP sebesar 4,28 menggambarkan bahwa
penerapan SAP di lingkungan Pemkab Tabanan sudah sangat baik, namun masih
perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari nilai skor rerata penerapan PSAP
No. 01 tentang penyajian laporan keuangan, PSAP No. 02 tentang laporan realisasi
anggaran dan PSAP No. 6 tentang akuntansi investasi, masing-masing sebesar 4,11;
4,15 dan 4,13 yang berarti sudah baik namun masih belum optimal.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Susilawati dan Riana (2014) yang
meneliti SAP dan SPI sebagai antaseden kualitas LKPD pada Pemerintah Daerah
Kota Bandung serta sejalan dengan temuan Zeyn (2011) bahwa penggunaan SAP
mutlak dilakukan agar laporan keuangan yang dihasilkan berkualitas. Hasil penelitian
93
ini juga mendukung temuan Nurdiawan, 2009; Adhi dan Suhardjo, 2013; Rahayu et
al., 2014.
5.4.6 Pengaruh kompetensi SDM pada kualitas LKPD melalui Penerapan
SPIP
Perhitungan VAF efek mediasi penerapan SPIP pada hubungan kompetensi
SDM dengan kualitas LKPD adalah sebesar 41,7% dan menunjukkan bahwa
penerapan SPIP merupakan pemediasi parsial hubungan antara kompetensi SDM
dengan kualitas LKPD. Kompetensi SDM masih memiliki pengaruh langsung pada
kualitas LKPD, meskipun terdapat pengaruh tidak langsung dari kompetensi SDM
pada kualitas LKPD melalui penerapan SPIP. Gambaran ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi kompetensi yang dimiliki PPK-SKPD melalui peningkatan penerapan
SPIP ada kecendrungan berdampak pada meningkatnya kualitas LKPD Pemkab
Tabanan.
SDM yang memiliki kompetensi yang baik disamping dapat mempengaruhi
kualitas LKPD secara langsung, juga dapat meningkatkan penerapan SPIP pada
instansinya yang berimplikasi pula pada peningkatan kualitas laporan keuangan
SKPD. SPIP yang dijalankan oleh PPK-SKPD yang memiliki kompetensi mampu
menghasilkan LKPD yang memenuhi karakteristik relevan, andal, dapat
diperbandingkan dan dapat dipahami. Hasil ini konsisten dengan penelitian Indriasih
(2014) yang meneliti pengaruh kompetensi aparatur pemerintah dan efektifitas
pengendalian intern pemerintah menuju pelaporan keuangan pemerintah keuangan
yang berkualitas pada Pemerintah Daerah Kota Tegal, Jawa Tengah. Hasil penelitian
ini juga mendukung temuan Agami (2006), Doyle et al. (2007), Arens et al.
(2008:250) serta Chambers, et al. (2010).
94
5.4.7 Pengaruh Kompetensi SDM pada Kualitas LKPD melalui Penerapan
SAP
Variabel penerapan SAP merupakan pemediasi parsial hubungan kompetensi
SDM pada kualitas LKPD yang dapat dilihat dari nilai VAF sebesar 49,2%, sehingga
mendukung hipotesis ketujuh yang menyatakan kompetensi SDM berpengaruh positif
pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan melalui penerapan SAP. Hasil ini mengandung
arti bahwa semakin tinggi kompetensi PPK-SKPD melalui peningkatan penerapan
SAP berdampak pada kecendrungan meningkatnya kualitas LKPD. PPK-SKPD yang
memiliki kompetensi yang baik disamping dapat mempengaruhi kualitas LKPD
secara langsung, juga dapat meningkatkan penerapan SAP pada instansinya yang
berimplikasi pula pada peningkatan kualitas laporan keuangan SKPD.
Penyusunan LKPD yang berkualitas memerlukan keahlian SDM yang
berkaitan dengan penerapan SAP. Kegagalan SDM dalam memahami dan
menerapkan standar akuntansi yang ditetapkan pemerintah akan berdampak pada
rendahnya kualitas LKPD. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suhardjo dan Adhi
(2013) yang menunjukkan bahwa penerapan SAP dan kualitas aparatur pemerintah
daerah, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan Pemerintah Kota Tual. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan
Tausikal (2007), Warren et al. (2005) serta Irwan (2011).