bab v hasil dan pembahasan 5.1 gambaran umum penelitian

30
65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian Responden penelitian adalah PPK-SKPD pada Pemkab Tabanan yang sudah melaksanakan tugas sebagai PPK-SKPD diatas 1 tahun dan sudah pernah menyusun laporan keuangan daerah/SKPD sejumlah 39 orang. Data diperoleh melalui teknik kuesioner yang diantar dan diambil sendiri oleh peneliti. Pengiriman kuesioner diantar langsung kepada responden dengan waktu pengiriman kuesioner adalah 5 hari dan rentang waktu pengisian kuesioner 14 hari kerja dengan pertimbangan adanya kecukupan waktu bagi responden untuk mempelajari dan memahami pernyataan kuesioner yang lumayan banyak (85 butir pernyataan), sehingga hasilnya bisa memadai untuk dianalisis. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap responden yang diambil secara acak terkait variabel penelitian yang ada di satuan kerja responden untuk mengkonfirmasi jawaban responden. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2015. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Keterangan Jumlah Persentase Kuesioner yang disebar 39 100% Kuesioner yang kembali 39 100% Kuesioner yang tidak kembali 0 0% Kuesioner yang digunakan 39 100% Kuesioner yang tidak digunakan 0 0 Sumber : data diolah, 2015 Tabel 5.1 menunjukan bahwa respon rate dari kuesioner yang disebar sangat baik yaitu sebesar 100%. Hasil kuesioner yang terhimpun secara keseluruhan dapat

Upload: vanxuyen

Post on 31-Dec-2016

222 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

65

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Penelitian

Responden penelitian adalah PPK-SKPD pada Pemkab Tabanan yang sudah

melaksanakan tugas sebagai PPK-SKPD diatas 1 tahun dan sudah pernah

menyusun laporan keuangan daerah/SKPD sejumlah 39 orang. Data diperoleh

melalui teknik kuesioner yang diantar dan diambil sendiri oleh peneliti.

Pengiriman kuesioner diantar langsung kepada responden dengan waktu pengiriman

kuesioner adalah 5 hari dan rentang waktu pengisian kuesioner 14 hari kerja dengan

pertimbangan adanya kecukupan waktu bagi responden untuk mempelajari dan

memahami pernyataan kuesioner yang lumayan banyak (85 butir pernyataan),

sehingga hasilnya bisa memadai untuk dianalisis. Peneliti juga melakukan wawancara

terhadap responden yang diambil secara acak terkait variabel penelitian yang ada di

satuan kerja responden untuk mengkonfirmasi jawaban responden. Penyebaran

kuesioner dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2015. Ringkasan

penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase

Kuesioner yang disebar 39 100%

Kuesioner yang kembali 39 100%

Kuesioner yang tidak kembali 0 0%

Kuesioner yang digunakan 39 100%

Kuesioner yang tidak digunakan 0 0

Sumber : data diolah, 2015

Tabel 5.1 menunjukan bahwa respon rate dari kuesioner yang disebar sangat

baik yaitu sebesar 100%. Hasil kuesioner yang terhimpun secara keseluruhan dapat

Page 2: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

66

dipergunakan kembali, mengingat data yang disampaikan oleh responden cukup

lengkap. Profil responden yang meliputi golongan ruang, jenis kelamin dan

pendidikan terakhir disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Profil Responden

Keterangan Jumlah Persentase

Golongan Ruang

III 6 15,38

IV 33 84,62

Jumlah 39 100,00

Jenis Kelamin

Pria 36 92,31

Wanita 03 07,69

39 100,00

Tingkat Pendidikan

D-3 0 0,00

D-4 3 07,69

S-1 20 51,28

S-2 16 41,03

S-3 0 0,00

39 100,00

Latar Belakang Pendidikan

Ekonomi 9 23,08

Administrasi Negara 16 41,03

Lain-Lain 14 35,90

39 100,00

Sumber: data diolah, 2015

1) Golongan ruang responden

Golongan ruang responden berkaitan dengan pangkat seseorang yang

menunjukkan tingkat PNS berdasarkan jabatan dalam rangkaian susunan

kepegawaian. Penggunaan golongan ruang dalam penelitian ini digunakan

sebagai acuan untuk mengetahui keterlibatan jabatan responden dalam

penyusunan laporan keuangan. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 39 responden,

terdiri dari golongan III sebanyak 6 reponden (15,38%) dan golongan IV

sebanyak 33 responden (84,62%), sehingga dapat disimpulkan bahwa komposisi

Page 3: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

67

responden penelitian ini sebagian besar didominasi oleh golongan IV. Hasil ini

menggambarkan bahwa PPK-SKPD merupakan posisi yang strategis bagi SKPD

dan memerlukan tanggungjawab yang besar untuk mengembannya, sehingga

diperlukan seseorang yang memiliki kompetensi, prestasi kerja dan jenjang

pangkat yang tinggi untuk menduduki posisi sebagai PPK-SKPD.

2) Jenis kelamin responden

Jenis kelamin responden digunakan sebagai acuan untuk mengetahui keterlibatan

gender dari responden. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat reponden pria

sebanyak 36 orang (92,31%) dan responden wanita hanya sebanyak 3 orang

(7,69%). Kondisi ini menunjukkan bahwa pria lebih mendominasi proporsi

sampel PPK-SKPD yang disebabkan pria lebih banyak menduduki posisi sebagai

sekretaris SKPD yang pada umumnya ditunjuk sebagai PPK-SKPD.

3) Tingkat pendidikan responden

Indikator untuk mengetahui kompetensi responden dapat dilihat melalui tingkat

pendidikan responden yang sangat mempengaruhi kemampuan, wawasan dan

tingkat kepercayaan diri responden. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa

responden yang berpendidikan diploma (D4) sebanyak 3 orang (7,69%), sarjana

(S1) sebanyak 20 orang (51,28%) dan magister (S2) sebanyak 16 responden

(41,03%). Gambaran ini menunjukkan bahwa responden yang menyusun laporan

keuangan SKPD pada Pemkab Tabanan didominasi oleh responden dengan

pendidikan sarjana (S1) dan magister (S2) yang memungkinkan responden lebih

mudah dalam memahami dan mengerti kondisi tuntutan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai PPK-SKPD.

4) Latar belakang pendidikan responden

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki latar

belakang pendidikan ekonomi sebanyak 9 orang (23,08%), administrasi negara

Page 4: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

68

sebanyak 16 orang (41,03%) dan lain-lain (teknik, pertanian, peternakan, sosial

politik, tari) sebanyak 14 responden (35,90%). Gambaran ini menunjukkan

bahwa responden yang menyusun laporan keuangan SKPD di lingkungan

Pemkab Tabanan berasal dari latar belakang pendidikan yang bervariasi dan

didominasi oleh responden dengan latar belakang administrasi negara.

5.2 Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi variabel penelitian ditunjukkan dari hasil yang diperoleh berdasarkan

jawaban responden terhadap masing-masing indikator pengukur variabel. Variabel-

variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini terdiri dari kualitas LKPD,

kompetensi SDM, penerapan SPIP dan SAP. Masing-masing variabel dinilai

berdasarkan skor rerata yang diperoleh dari perhitungan total skor responden dibagi

dengan jumlah responden (Furqon, 2009:24). Kecenderungan dan variasi dari

variabel-variabel bebas dapat ditentukan berdasarkan distribusi frekwensi dan dilihat

melalui nilai intervalnya (Lampiran 3). Nilai interval dari distribusi frekwensi

diperoleh dari formulasi (Furqon, 2009:25) sebagai berikut:

Interval =

Skor untuk masing-masing alternatif jawaban dari variabel penelitian telah

ditentukan dengan nilai minimal 1 dan maksimal 5, maka interval dapat dihitung

sebagai berikut:

Interval =

= 0,8

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui kondisi variabel-variabel penelitian

secara menyeluruh dapat dilihat melalui skor rerata sebagai berikut:

1,00 – 1,80 = sangat tidak baik

1,80 – 2,60 = tidak baik

Page 5: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

69

2,60 – 3,40 = cukup baik

3,40 – 4,20 = baik

4,20 – 5,00 = sangat baik

Distribusi frekwensi jawaban responden disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi frekwensi jawaban responden

No Variabel Indikator Simbol Jumlah

Pernyataan

Skor

rerata

1 Kualitas LKPD

(Y)

1. Relevan.

2. Andal.

3. Dapat dibandingkan.

4. Dapat dipahami

LK1

LK2

LK3

LK4

5 butir

5 butir

3 butir

3 butir

4,19

4,34

4,21

4,26

Skor rerata kualitas laporan LKPD 4,25

2 Kompetensi SDM

(X1)

1. Pengetahuan

2. Keterampilan

3. Perilaku

SD1

SD2

SD3

7 butir

7 butir

6 butir

4,05

4,08

4,29

Skor rerata kompetensi SDM SDM 4,14

3 Penerapan SPIP

(X2)

1. Lingkungan Pengendalian.

2. Penilaian Risiko.

3. Kegiatan/aktivitas

Pengendalian.

4. Informasi dan Komunikasi.

5. Pemantauan.

SP1

SP2

SP3

SP4

SP5

7 butir

2 butir

7 butir

3 butir

3 butir

4,19

4,12

4,25

4,28

4,28

Skor rerata Penerapan SPIP SPIP 4,22

4 Penerapan SAP

(X3)

PSAP tentang:

1. Penyajian laporan keuangann.

2. LRA.

3. LAK.

4. CaLK.

5. Akuntansi persediaan.

6. Akuntansi investasi.

7. Akuntansi aset tetap.

8. Akuntansi konstruksi

dalam pengerjaan.

9. Akuntansi kewajiban.

10. Koreksi kesalahan.

11. Laporan keuangan

konsolidasi

SA1

SA2

SA3

SA4

SA5

SA6

SA7

SA8

SA9

SA10

SA11

3 butir

4 butir

2 butir

2 butir

2 butir

4 butir

2 butir

2 butir

2 butir

2 butir

2 butir

4,11

4,15

4,24

4,31

4,28

4,13

4,35

4,33

4,44

4,44

4,35

Skor rerata Penerapan SAP SAP 4,28

Sumber : Lampiran 4, 2015

Page 6: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

70

Rincian dari distribusi frekuensi jawaban responden sebagai berikut :

1) Variabel kualitas LKPD diwakili oleh 4 indikator dengan 16 butir pernyataan dan

setiap pernyataan diukur dengan skala 1-5. Penilaian jawaban responden

terhadap kualitas LKPD tergolong sangat baik, hal ini dapat dilihat dari total skor

rerata indikator pada variabel kualitas LKPD sebesar 4,25. Rincian penilaian

jawaban atas indikator kualitas LKPD yaitu: indikator relevan memiliki skor

rerata 4,19 yang berarti bahwa penilaian jawaban responden terhadap indikator

relevan tergolong baik. Kriteria ini mengindikasikan bahwa informasi yang

terkandung dalam LKPD Pemkab Tabanan sudah cukup baik namun belum

optimal dalam menyediakan informasi yang relevan guna pengambilan

keputusan bagi pengguna LKPD .

Indikator andal yang memiliki skor rerata 4,34 dan termasuk dalam kategori

sangat baik, mengindikasikan bahwa kualitas informasi dalam LKPD Pemkab

Tabanan sudah andal. Indikator dapat dibandingkan memiliki skor rerata 4,21,

tergolong kategori sangat baik dan menggambarkan bahwa kualitas informasi

dalam LKPD Pemkab Tabanan dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya

baik secara internal maupun eksternal. Indikator dapat dipahami memiliki skor

rerata 4,26 dan tergolong kategori sangat baik. Hal ini menggambarkan informasi

dalam LKPD Pemkab Tabanan sudah disajikan dengan baik sehingga dapat

dipahami oleh pengguna LKPD .

2) Variabel kompetensi SDM diwakili oleh 3 indikator dengan 17 butir pernyataan

dan setiap pernyataan diukur dengan skala 1-5. Total skor rerata indikator pada

variabel kompetensi SDM menunjukkan 4,14, yang berarti bahwa penilaian

responden terhadap kompetensi SDM tergolong baik. Rincian penilaian jawaban

atas indikator kompetensi SDM yaitu indikator pengetahuan memiliki skor rerata

4,05 sehingga termasuk dalam kategori baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa

Page 7: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

71

pengetahuan PPK-SKPD mengenai tugas dan tanggungjawabnya sudah baik

walaupun masih perlu ditingkatkan.

Indikator kedua yaitu keahlian memiliki skor rerata sebesar 4,08 dan

termasuk kategori baik, artinya keahlian PPK-SKPD dalam menyusun LKPD

berdasarkan SAP sudah memadai meskipun harus ditingkatkan. Indikator ketiga

yaitu perilaku memiliki skor rerata 4,29 dengan kategori sangat baik. Kriteria ini

mengindikasikan bahwa perilaku PPK-SKPD dalam melaksanakan pencatatan

dan pelaporan keuangan sudah berjalan sesuai norma dan etika yang berlaku

sehingga kecil kemungkinan terjadi penyimpangan dan kecurangan.

3) Variabel penerapan SPIP diwakili oleh 5 indikator dengan 22 butir pernyataan

dan setiap pernyataan diukur dengan skala 1-5. Penilaian jawaban responden

terhadap penerapan SPIP tergolong sangat baik, hal ini dapat dilihat dari total

skor rerata indikator pada variabel penerapan SPIP sebesar 4,22. Rincian

penilaian jawaban atas indikator penerapan SPIP yaitu indikator lingkungan

pengendalian memiliki skor rerata 4,19 dengan kategori baik. Hasil ini

mengindikasikan bahwa lingkungan pengendalian pada Pemkab Tabanan sudah

baik, namun belum optimal pelaksanaannya.

Indikator penilaian resiko memiliki skor rerata 4,12 dengan kategori baik.

Hasil ini mengindikasikan bahwa penilaian resiko pada Pemkab Tabanan dalam

penerapannya sudah baik. Indikator aktivitas pengendalian memiliki skor rerata

4,25 dengan kategori sangat baik, artinya penerapan aktivitas pengendalian pada

Pemkab Tabanan sudah memadai, namun masih perlu ditingkatkan terutama

pada pengendalian aset tetap yang dimiliki oleh Pemkab Tabanan.

Indikator informasi dan komunikasi memiliki skor rerata 4,28 dengan

kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa penerapan komunikasi

dan informasi sudah dapat memberikan keyakinan yang memadai dan informasi

Page 8: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

72

yang disediakan oleh SKPD telah memungkinkan untuk melakukan tindakan

korektif secara tepat. Tugas yang dibebankan pada pegawai telah

dikomunikasikan dengan jelas dan dimengerti pengendalian internnya.

Indikator kelima yaitu pengawasan memiliki skor rerata 4,28 dengan

kategori sangat baik. Artinya SKPD telah melakukan tindakan pengawasan yang

memadai dalam pelaksanaan kegiatan. SKPD telah melakukan reviu dan evaluasi

berkala terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan serta menindaklanjuti

hasil temuan dan saran yang diberikan BPK maupun Inspektorat.

4) Variabel penerapan SAP diwakili oleh 11 indikator dengan 27 butir pernyataan

dan setiap pernyataan diukur dengan skala 1-5. Total skor rerata indikator pada

variabel penerapan SAP menunjukkan 4,28, artinya penilaian responden terhadap

penerapan SAP tergolong sangat baik. Rincian penilaian jawaban atas indikator

penerapan yaitu indikator PSAP No. 1 tentang penyajian laporan memiliki skor

rerata 4,11 dengan kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa SKPD pada

lingkungan Pemkab Tabanan telah menerapkan PSAP No. 1 tentang penyajian

LKPD dengan baik namun masih belum optimal. Indikator PSAP No. 2 tentang

laporan realisasi anggaran memiliki skor rerata sebesar 4,15 dengan kategori

baik, artinya SKPD pada lingkungan Pemkab Tabanan telah melakukan

penyusunan laporan realisasi anggaran dengan baik, namun masih belum

optimal.

Indikator PSAP No. 3 tentang laporan arus kas memiliki skor rerata sebesar

4,24 dengan kategori sangat baik, artinya SKPD pada lingkungan Pemkab

Tabanan telah menyusun laporan arus kas dengan baik. Skor rerata indikator

PSAP No. 4 tentang CaLK sebesar 4,31 termasuk kategori sangat baik. Hasil ini

mengindikasikan bahwa CaLK telah disusun oleh PPK-SKPD dengan baik dan

sesuai dengan PSAP No. 4.

Page 9: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

73

Indikator PSAP No. 5 tentang akuntansi persediaan memiliki skor rerata

sebesar 4,28 dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan akuntansi persediaan pada SKPD di lingkungan Pemkab Tabanan

telah sesuai PSAP No. 5. Skor rerata indikator PSAP No. 6 tentang akuntansi

investasi sebesar 4,13 termasuk kategori baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa

SKPD telah melaksanakan akuntansi investasi dengan baik, namun belum

optimal. Indikator PSAP No. 7 tentang akuntansi aset tetap memiliki skor rerata

sebesar 4,35 berada pada kriteria sangat baik, artinya aset tetap telah dicatat dan

dilaporkan berdasarkan PSAP No. 7.

Indikator PSAP No. 8 tentang akuntansi kontruksi dalam pengerjaan

memiliki skor rerata sebesar 4,33 termasuk kategori sangat baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa kontruksi dalam pengerjaan pada pada SKPD di lingkungan

Pemkab Tabanan telah dilaksanakan sesuai PSAP No. 8. Indikator PSAP No. 9

tentang akuntansi kewajiban memiliki skor rerata sebesar 4,44 dengan kategori

sangat baik. Hasil ini menunjukkan bahwa kewajiban pada SKPD di lingkungan

Pemkab Tabanan telah disajikan dengan baik dan sesuai PSAP No. 9.

Skor rerata indikator PSAP No. 10 tentang koreksi kesalahan sebesar 4,44

dengan kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa SKPD telah

melaksanakan koreksi kesalahan dengan baik dan sesuai PSAP No. 10. Indikator

PSAP No. 11 tentang laporan keuangan konsolidasi memiliki skor rerata sebesar

4,35 berada pada kriteria sangat baik, artinya SKPD telah melakukan konsolidasi

laporan keuangan dengan baik.

5.3 Hasil Uji PLS

Uji PLS pada penelitian ini menggunakan evaluasi outer model dengan model

reflektif dan evaluasi inner model dengan tingkat signifikansi 5 %. Secara umum

hasil uji PLS dapat dilihat pada Lampiran 5.

Page 10: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

74

5.3.1 Model Pengukuran/Outer Model

Model pengukuran digunakan untuk menguji validitas kontruk dan

reliabilitas instrumen. Hasil uji outer model dijelaskan sebagai berikut :

1) Uji convergent validity

Uji convergent validity digunakan untuk menggambarkan korelasi antara

konstruk dengan indikatornya. Semakin besar nilai korelasinya semakin baik

hubungan antara konstruk dengan indikatornya. Korelasi dinyatakan valid

dengan nilai loading faktor berkisar diatas 0,70. Nilai loading faktor masing-

masing indikator dari uji convergent validity, dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4

Hasil uji convergent validity

LKPD SDM SPIP SAP

LK1 0,943

LK2 0,985

LK3 0,958

LK4 0,974

SD1

0,954

SD2

0,963

SD3

0,952

SP1

0,961

SP2

0,973

SP3

0,969

SP4

0,969

SP5

0,950

SA1

0,957

SA2

0,951

SA3

0,947

SA4

0,958

SA5

0,943

SA6

0,880

SA7

0,932

SA8

0,917

SA9

0,931

SA10

0,933

SA11

0,873

Sumber: Lampiran 6, 2015

Page 11: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

75

Berdasarkan Tabel 5.4, uji convergent validity menunjukkan nilai loading

indikator kualitas LKPD seperti relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat

dipahami, masing-masing memiliki nilai loading faktor terhadap variabel

latennya 0,943; 0,985; 0,958 dan 0,974, sehingga dinyatakan valid.

Seluruh indikator kompetensi SDM dinyatakan valid, yang dapat dilihat dari

hasil uji convergent validity menunjukkan nilai loading indikator kompetensi

SDM seperti pengetahuan, keterampilan dan perilaku, masing-masing memiliki

nilai loading faktor terhadap variabel latennya sebesar 0,954; 0,963 dan 0,952.

Seluruh indikator penerapan SPIP seperti lingkungan pengendalian,

penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta

pemantauan juga dinyatakan valid, dapat dilihat dari nilai loading dari uji

convergent validity sebesar 0,961; 0,973; 0,969; 0,969 dan 0,950.

Uji convergent validity menunjukkan nilai loading indikator penerapan SAP

seperti penyajian laporan keuangan, LRA, LAK, CaLK, akuntansi persediaan,

akuntansi investasi, akuntansi aset tetap, akuntansi konstruksi dalam pengerjaan,

akuntansi kewajiban, koreksi kesalahan dan laporan keuangan konsolidasi,

masing-masing memiliki nilai loading faktor terhadap variabel latennya 0,957;

0,951; 0,947; 0,958; 0,943; 0,880; 0,932; 0,917; 0,931; 0,933 dan 0,873 lebih

besar dari nilai loading faktor 0,70 sehingga seluruh indikator penerapan SAP

dinyatakan valid.

2) Uji discriminant validity

Uji discriminant validity digunakan untuk menggambarkan korelasi antara

variabel yang seharusnya tidak berhubungan. Korelasi dinyatakan valid dengan

nilai korelasi cross loading indikator lebih besar dari nilai korelasi variabel laten

yang lainnya. Nilai loading faktor masing-masing indikator dari uji discriminant

validity, dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Page 12: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

76

Tabel 5.5

Hasil uji discriminant validity

LKPD SDM SPIP SAP

LK1 0,943 0,761 0,801 0,772

LK2 0,985 0,823 0,814 0,845

LK3 0,958 0,869 0,748 0,861

LK4 0,974 0,871 0,794 0,883

SD1 0,841 0,954 0,699 0,829

SD2 0,754 0,963 0,614 0,810

SD3 0,883 0,952 0,691 0,762

SP1 0,772 0,642 0,961 0,751

SP2 0,808 0,714 0,973 0,771

SP3 0,560 0,489 0,969 0,506

SP4 0,804 0,669 0,969 0,724

SP5 0,766 0,652 0,950 0,653

SA1 0,871 0,787 0,724 0,954

SA2 0,836 0,742 0,753 0,957

SA3 0,816 0,761 0,720 0,951

SA4 0,867 0,796 0,735 0,947

SA5 0,838 0,750 0,723 0,958

SA6 0,623 0,673 0,553 0,943

SA7 0,794 0,743 0,696 0,880

SA8 0,585 0,693 0,445 0,932

SA9 0,841 0.882 0,693 0,917

SA10 0,880 0,818 0,802 0,931

SA11 0,787 0,839 0.881 0,933

Sumber: Lampiran 6, 2015

Berdasarkan Tabel 5.5 uji discriminant validity menunjukkan nilai

korelasi loading kualitas LKPD terhadap variabel latennya 0,943; 0,985;

0,958 dan 0,974. Nilai ini lebih besar dari nilai korelasi cross loading variabel

laten lainnya, maka seluruh indikator kualitas LKPD dinyatakan valid.

Seluruh indikator kompetensi SDM dinyatakan valid, dilihat dari hasil uji

discriminant validity yang menunjukkan nilai korelasi loading kompetensi SDM

terhadap variabel latennya sebesar 0,954; 0,963 dan 0,952 lebih besar dari nilai

korelasi cross loading variabel laten lainnya.

Page 13: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

77

Nilai korelasi loading penerapan SPIP terhadap variabel latennya pada uji

discriminant validity menunjukkan 0,961; 0,973; 0,969; 0,969 dan 0,950. Nilai

ini lebih besar dari nilai korelasi cross loading variabel laten lainnya, maka

seluruh indikator penerapan SPIP dinyatakan valid.

Uji discriminant validity menunjukkan nilai korelasi loading penerapan SAP

terhadap variabel latennya 0,957; 0,951; 0,947; 0,958; 0,943; 0,880; 0,932;

0,917; 0,931; 0,933 dan 0,873. Nilai ini lebih besar dari nilai korelasi cross

loading variabel laten lainnya, maka seluruh indikator penerapan SAP

dinyatakan valid.

3) Average variance extracted (AVE)

Nilai AVE seluruh variabel dinyatakan valid apabila nilai AVE berkisar

diatas 0,50. Nilai AVE masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6

Hasil uji AVE

Variabel AVE Keterangan

Kualitas LKPD 0,931 Valid

Kompetensi SDM 0,914 Valid

Penerapan SPIP 0,934 Valid Penerapan SAP 0,864 Valid

Sumber: Lampiran 6, 2015

Berdasarkan Tabel 5.6 hasil AVE menunjukkan nilai kualitas LKPD

sebesar 0,931, kompetensi SDM sebesar 0,914, penerapan SPIP sebesar

0,934, dan penerapan SAP sebesar 0,864 yang berarti seluruh variabel

dinyatakan valid.

4) Composite reliability

Composite reliability menggambarkan konsistensi peryataan dalam

instrumen dan melihat reliable indikator. Uji composite reliability seluruh

Page 14: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

78

variabel dinyatakan reliabel apabila nilai loading-nya diatas 0,7. Nilai

composite reliability masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7

Hasil uji composite reliability

Variabel Composite Reliability Keterangan

Kualitas LKPD 0,982 Reliabel

Kompetensi SDM 0,970 Reliabel Penerapan SPIP 0,986 Reliabel Penerapan SAP 0,986 Reliabel

Sumber: Lampiran 6, 2015

Berdasarkan Tabel 5.7 hasil composite reliability menunjukkan nilai

kualitas LKPD sebesar 0,982, kompetensi SDM sebesar 0,970, penerapan

SPIP sebesar 0,986 dan penerapan SAP sebesar 0,986 yang berarti seluruh

variabel dinyatakan reliabel.

5) Cronbachs alpha

Cronbachs alpha menggambarkan konsistensi pernyataan dalam

instrumen. Instrumen dikatakan andal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji cronbachs

alpha seluruh variabel dinyatakan reliabel apabila nilai loading-nya diatas 0,7.

Nilai cronbachs alpha masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8

Hasil uji cronbachs alpha

Variabel Cronbachs alpha Keterangan

Kualitas LKPD 0,975 Reliabel Kompetensi SDM 0,953 Reliabel Penerapan SPIP 0,982 Reliabel Penerapan SAP 0,984 Reliabel

Sumber: Lampiran 6, 2015

Hasil cronbachs alpha pada Tabel 5.8 menunjukkan nilai kualitas LKPD

sebesar 0,975, kompetensi SDM sebesar 0,953, penerapan SPIP sebesar

Page 15: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

79

0.982, dan penerapan SAP sebesar 0.984 yang berarti seluruh variabel

dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil uji pengukuran model di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa semua variabel dalam penelitian ini adalah valid dan reliabel, sehingga

pengujian dapat dilanjutkan.

5.3.2 Model Struktural/Inner Model

Inner model menunjukkan hubungan variabel laten dengan variabel yang

diteliti lainnya. Evaluasi inner model dengan uji bootstrapping menghasilkan

koefisien determinasi R-square, Q-square, path coefficients dan latent variable

correlations. Hasil evaluasi inner model dijelaskan sebagai berikut:

1) Koefisien determinasi R-square (R2)

R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten

independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai

pengaruh yang substantif. Model dianggap memberikan pengaruh apabila R2

lebih besar dari 0 (nol). Hasil R2 sebesar 0,67; 0,33 dan 0,19 mengindikasikan

bahwa model “baik”, “moderat”, dan “lemah”. Hasil koefisien determinasi R2

dari model dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9

Koefisien Determinasi R2

Variabel R2

Kualitas LKPD 0,866

Penerapan SPIP 0,474

Penerapan SAP 0,703

Sumber: Lampiran 6, 2015

Koefisien determinasi R2 pada Tabel 5.9 sebesar 0,866 menunjukkan

bahwa model memiliki tingkat goodness of fit yang baik, artinya variabilitas

kualitas LKPD yang dapat dijelaskan oleh kompetensi SDM, penerapan SPIP

Page 16: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

80

dan SAP sebesar 86,6%, sedangkan sisanya 13,4% dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam model. R2 penerapan SPIP sebesar 0,474

memiliki arti bahwa variasi dari penerapan SPIP mampu dijelaskan oleh

kompetensi SDM sebesar 47,4% dan sisanya sebesar 52,4% dipengaruhi oleh

faktor lain diluar model. Nilai R2 penerapan SAP sebesar 0,703 menunjukkan

bahwa variasi penerapan SAP mampu dijelaskan oleh kompetensi SDM

sebesar 70,3% dan sisanya sebesar 39,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang

tidak dijelaskan dalam model.

Koefisien determinasi R2 dari model penelitian ini memiliki nilai 0,866,

lebih besar dari model pengaruh langsung kompetensi SDM terhadap kualitas

LKPD tanpa melalui variabel pemediasi penerapan SPIP dan SAP yaitu

sebesar 0,733 (lihat lampiran 5). Hal ini mengindikasikan bahwa model

dengan memasukkan penerapan SPIP dan SAP sebagai variabel pemediasi

antara hubungan kompetensi SDM pada kualitas LKPD dalam penelitian ini

lebih baik dari model yang hanya meneliti pengaruh langsung kompetensi

SDM pada kualitas LKPD.

2) Q-square (Q2)

Q2 mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan

juga estimasi parameternya. Suatu model dianggap mempunyai nilai predictive

yang relevan jika nilai Q2 lebih besar dari 0 (nol). Besaran Q2 memiliki nilai

dengan rentang 0< Q2< 1, model semakin baik jika nilai Q2 mendekati 1. Nilai

predictive relevance diperoleh dari :

Q2 = 1- (1-R12)(1-R2

2) (1-R32)

Q2 = 1- (1-0,8662)(1-0,4742) )(1-0,7032)

Q2 = 0,902

Page 17: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

81

Hasil perhitungan Q2 pada penelitian ini 0,902 yang berarti bahwa 90%

variabel independen dan pemediasi dalam penelitian ini layak untuk menjelaskan

variabel dependen yaitu kualitas LKPD. Dengan demikian model penelitian yang

digunakan layak dan pembuktian hipotesis dapat dilanjutkan.

5.3.3 Pengujian Hipotesis

1) Uji Pengaruh Langsung

Variabel independen pada tingkat signifikansi 5% dengan uji satu sisi

dinyatakan signifikan pada variabel dependennya apabila hasil t-statistik lebih

besar dari t-tabel 1,680. Signifikansi variabel juga dapat dilihat dari nilai p-value

yang lebih kecil dari tingkat alpha yang telah ditetapkan (α=0,05). Hasil uji

pengaruh langsung masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10

Pengaruh Langsung Variabel Laten

Original

Sample (O)

Standard

Error

(STERR)

t statistics

(ǀ O/STERR

ǀ )

P Value

SDM SPIP 0,688 0,117 5,873 0,000

SDM SAP 0,838 0,062 13,569 0,000

SDM LKPD 0,318 0,157 13,979 0,021

SPIP LKPD 0,330 0,187 1,765 0,039

SAP LKPD 0.367 0,366 1,778 0,038

Sumber: Lampiran 7, 2015

a) Pengaruh kompetensi SDM pada penerapan SPIP

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa kompetensi SDM memiliki nilai koefisien

positif sebesar 0,688, nilai t-statistik sebesar 5,873 dan tingkat signifikansi 0,000.

Gambaran ini menjelaskan bahwa kompetensi SDM berpengaruh positif pada

penerapan SPIP yang berarti semakin tinggi kompetensi SDM yang dimiliki PPK

maka penerapan SPIP yang dihasilkan PPK cenderung semakin baik. Hasil

tersebut menyatakan bahwa hipotesis pertama (H1) yang merumuskan bahwa

Page 18: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

82

terdapat pengaruh positif kompetensi SDM pada penerapan SPIP di Pemkab

Tabanan, tidak dapat ditolak.

b) Pengaruh kompetensi SDM pada penerapan SAP

Hasil koefisien menunjukkan nilai kompetensi SDM pada penerapan SAP

memiliki nilai positif 0,838, nilai t-statistik sebesar 13,569 dan taraf signifikansi

0,000. Tingkat signifikasi ini yang lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan

(α-0,05), hal ini berarti kompetensi SDM berpengaruh positif dan signifikan pada

penerapan SAP. Semakin tinggi kompetensi SDM yang dimiliki PPK maka ada

kecendrungan semakin baik terciptanya penerapan SAP. Hasil tersebut

menyatakan bahwa hipotesis kedua (H2) yang merumuskan bahwa terdapat

pengaruh positif kompetensi SDM pada penerapan SAP di Pemkab Tabanan,

tidak dapat ditolak.

c) Pengaruh kompetensi SDM pada kualitas LKPD

Tabel 5.10 menunjukkan nilai koefisien kompetensi SDM pada kualitas LKPD

sebesar 0,318 dengan taraf signifikansi 0,021 serta nilai t-statistik 13,979 lebih

besar dari t-tabel 1,680. Hasil ini menunjukkan bahwa kompetensi SDM

berpengaruh positif signifikan pada kualitas LKPD, artinya semakin tinggi

kompetensi SDM yang dimiliki PPK-SKPD maka kualitas LKPD yang

dihasilkan PPK-SKPD cenderung semakin baik. Gambaran ini menyatakan

bahwa hipotesis ketiga (H3) yang merumuskan bahwa terdapat pengaruh positif

kompetensi SDM pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan, tidak dapat ditolak.

d) Pengaruh penerapan SPIP pada kualitas LKPD

Hipotesis keempat (H4) yang merumuskan bahwa terdapat pengaruh positif

penerapan SPIP pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan, tidak dapat ditolak. Hal

ini dapat dilihat dari nilai t-statistik penerapan SPIP pada kualitas LKPD sebesar

1,765 dengan nilai koefisien sebesar 0,330 dan taraf signifikansi 0,039.

Page 19: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

83

Gambaran ini menyatakan bahwa semakin tinggi penerapan SPIP yang

dilaksanakan, maka kecendungan kualitas LKPD yang dihasilkan PPK akan

semakin baik.

e) Pengaruh penerapan SAP pada kualitas LKPD

Hasil koefisien menunjukkan nilai penerapan SAP pada kualitas LKPD memiliki

nilai positif 0,367, nilai t-statistik sebesar 1,778 dan taraf signifikansi 0,038.

Nilai t-statistik yang lebih besar dari t-tabel (1,680) berarti penerapan SAP

berpengaruh positif pada kualitas LKPD. Gambaran ini menyatakan bahwa

semakin tinggi penerapan SAP yang dilaksanakan, maka kualitas LKPD yang

dihasilkan PPK cenderung semakin baik. Hasil mendukung hipotesis kelima

(H5) yang merumuskan bahwa terdapat pengaruh positif penerapan SAP pada

kualitas LKPD Pemkab Tabanan.

2) Uji Pengaruh tidak langsung

Hasil uji pengaruh tidak langsung variabel laten yang dianalisis melalui

SmartPLS versi 3.2.1.m3, dapat dilihat pada Tabel 5.11

Tabel 5.11

Pengaruh Tidak Langsung Variabel Laten

Original

Sample (O)

Standard

Error

(STERR)

t-statistics

(ǀ O/STERRǀ)

P Value

SDM SPIP

SDM SAP

SDM LKPD 0,535 0,134 3,997 0,000

SPIP LKPD

SAP LKPD

Sumber: Lampiran 7, 2015

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa pengaruh kompetensi SDM pada

kualitas LKPD juga memiliki pengaruh tidak langsung positif dengan nilai

koefisien sebesar 0,535 dengan taraf signifikansi p-value sebesar 0,000. Nilai

t-statistik pengaruh tidak langsung ini sebesar 3,997 lebih besar dari nilai t-tabel

Page 20: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

84

1,680, artinya kompetensi SDM memiliki pengaruh tidak langsung atau melalui

variabel perantara yang positif dan signifikan pada kualitas LKPD. Nilai

koefisien pengaruh tidak langsung kompetensi SDM pada kualitas LKPD

berdasarkan hasil pengujian pada SmartPLS versi 3.2.1.m3 adalah sebesar 0,535

merupakan total pengaruh tidak langsung melalui penerapan SPIP dan SAP.

Nilai koefisien pengaruh tidak langsung kompetensi SDM pada kualitas

LKPD melalui penerapan SPIP diperoleh dengan mengalikan koefisien jalur

kompetensi SDM pada penerapan SPIP dengan koefisien hubungan penerapan

SPIP pada kualitas LKPD (Sholikin, 2014:82) yaitu 0,688 x 0,330 sehingga

diperoleh hasil 0,227. Pengaruh tidak langsung kompetensi SDM pada kualitas

LKPD melalui penerapan SPIP diperoleh dengan mengalikan koefisien

hubungan kompetensi SDM pada penerapan SAP dengan koefisien hubungan

penerapan SAP pada kualitas LKPD yaitu 0,838 x 0,367 dan diperoleh hasil

0,308. Hasil penjumlahan koefisien pengaruh tidak langsung kompetensi SDM

pada kualitas laporan keuangan melalui penerapan SPIP dan SAP sebesar

0,535 identik dengan hasil yang dikeluarkan oleh SmartPLS versi 3.2.1.m3.

3) Uji Efek mediasi

Efek mediasi menunjukkan hubungan antara variabel independen dan

dependen melalui variabel penghubung atau mediasi. Berdasarkan hasil uji PLS

dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan SPIP maupun SAP merupakan

pemediasi parsial, yang tercermin dari nilai koefisien pengaruh langsung

kompetensi SDM pada kualitas LKPD sebelum dimasukkannya variabel

pemediasi maupun setelah dimasukkannya penerapan SPIP dan SAP sebagai

variabel pemediasi tetap signifikan walaupun nilainya turun dari 0,856 menjadi

0,318 (Baron dan Kenny, 1986; Hair et al., 2011; Kock, 2011, 2013 dalam

Sholihin, 2014:57). Pengujian penerapan SPIP dan SAP sebagai pemediasi dapat

Page 21: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

85

dilihat dari nilai VAF masing-masing variabel pemediasi. Jika nilai VAF diatas

80%, maka menujukkan peran variabel penerapan SPIP maupun SAP sebagai

pemediasi penuh (full mediation). Variabel penerapan SPIP dan SAP

dikategorikan sebagai pemediasi parsial apabila nilai VAF berkisar antara

20% sampai dengan 80%, namun jika nilai VAF kurang dari 20% dapat

disimpulkan bahwa hampir tidak ada efek mediasi. Perhitungan VAF

dilakukan dengan formula sebagai berikut:

Nilai VAF untuk pengujian efek mediasi penerapan SPIP pada hubungan

kompetensi SDM dan kualitas LKPD dapat dihitung dalam tabel 5.12.

Tabel 5.12

Uji Efek mediasi penerapan SPIP pada hubungan kompetensi SDM dan

kualitas LKPD

Pengaruh tidak langsung 0,688 * 0,330

(SDM SPIP = 0,688; SPIP LKPD = 0,330)

0,227

Pengaruh langsung sebelum dimasukkan variabel pemediasi 0,856

(SDM LKPD = 0,856)

Pengaruh total 1,083

VAF = pengaruh tidak langsung/pengaruh total = 0,227/1,083 0,210

Sumber: data diolah, 2015

Hasil perhitungan VAF penerapan SPIP sebagai pemediasi hubungan

antara kompetensi SDM dan kualitas LKPD diperoleh nilai 0,210 atau 21%

dan menunjukkan bahwa penerapan SPIP sebagai pemediasi parsial. Bentuk

pemediasi parsial ini menjelaskan bahwa SPIP bukan satu-satunya pemediasi

hubungan kompetensi SDM pada kualitas LKPD Kabupaten Tabanan namun

terdapat faktor pemediasi lain (Baron dan Kenny, 1986 dalam Sholihin,

2014:59). Hasil ini menggambarkan bahwa hipotesis keenam (H6) yang

Page 22: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

86

merumuskan bahwa terdapat pengaruh positif kompetensi SDM pada kualitas

LKPD Pemkab Tabanan melalui penerapan SPIP, tidak dapat ditolak.

Nilai VAF untuk pengujian efek mediasi penerapan SAP pada hubungan

kompetensi SDM dan kualitas LKPD dapat dihitung dalam tabel 5.13.

Tabel 5.13

Uji Efek mediasi penerapan SAP pada hubungan kompetensi SDM dan

kualitas LKPD

Pengaruh tidak langsung 0,838 * 0,367

(SDM SAP = 0,838; SAP LKPD = 0,367)

0,308

Pengaruh langsung sebelum dimasukan variabel pemediasi 0,856

(SDM LKPD = 0,856)

Pengaruh total 1,164

VAF = pengaruh tidak langsung/pengaruh total = 0,308/1,164 0,265

Sumber: data diolah, 2015

Tabel 5.13 menunjukkan hasil perhitungan VAF penerapan SAP

sebagai pemediasi hubungan kompetensi SDM pada kualitas LKPD adalah

0,265 atau 26,5%. Hasil ini menggambarkan bahwa penerapan SAP hanya

memediasi parsial hubungan antara kompetensi SDM dan kualitas LKPD

dan menunjukkan bahwa SAP merupakan salah satu dari beberapa faktor

yang menjadi pemediasi hubungan kompetensi SDM pada kualitas LKPD

Kabupaten Tabanan. Berdasarkan hasil uji efek mediasi ini dapat

disimpulkan bahwa hipotesis ketujuh (H7) yang merumuskan bahwa terdapat

pengaruh positif kompetensi SDM pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan

melalui penerapan SAP, tidak dapat ditolak.

4) Part coefficient

Ringkasan hasil perhitungan pengaruh langsung, tidak langsung dan total

pengaruh dari variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.14. Pengaruh

langsung kompetensi SDM pada penerapan SPIP pada Tabel 5.14

menunjukkan nilai sebesar 0,688 dengan taraf signifikansi 0,000. Pengaruh

Page 23: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

87

tidak langsung kompetensi pada penerapan SPIP tidak ada (nol), karena

hubungan jalurnya tidak ada, dengan demikian pengaruh totalnya tetap

sebesar 0,688. Pengaruh langsung kompetensi SDM pada penerapan SAP

sebesar 0,838 dengan taraf signifikansi 0,000. Pengaruh tidak langsung

kompetensi pada penerapan SAP tidak ada (nol), karena hubungan jalurnya

tidak ada, dengan demikian pengaruh totalnya tetap sebesar 0,838.

Pengaruh langsung penerapan SPIP pada kualitas LKPD sebesar

0,330 dengan taraf signifikansi 0,039. Pengaruh tidak langsung penerapan

SPIP pada kualitas LKPD tidak ada (nol), dengan demikian pengaruh

totalnya tetap sebesar 0,330. Pengaruh langsung penerapan SAP pada kualitas

LKPD sebesar 0,367 dengan taraf signifikansi 0,038. Pengaruh tidak

langsung penerapan SPIP pada kualitas LKPD tidak ada (nol), karena

hubungan jalurnya tidak ada, dengan demikian pengaruh totalnya tetap

sebesar 0,367.

Pengaruh langsung kompetensi SDM pada kualitas LKPD sebesar

0,318 disertai pengaruh tidak langsung sebesar 0,535 sehingga meningkatkan

total effect sebesar 0,854 dengan taraf signifikansi 0,000.

Tabel 5.14

Hasil part coefficients

Part coefficients Indirect effect Total Effect P-Value

SDM SPIP 0,688 0,688 0,000

SDM SAP 0,838 0,838 0,000

SDM LKPD 0,318 0,535 0,854 0,000

SPIP LKPD 0,330 0,330 0.039

SAP LKPD 0,367 0,367 0,038

Sumber: Lampiran 7, 2015

Page 24: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

88

5) Latent variable correlation

Berdasarkan Tabel 5.15 dapat diketahui koefisien korelasi antar variabel.

Korelasi kualitas LKPD sebagai variabel dependen dengan kompetensi SDM,

penerapan SPIP dan SAP sebagai variabel independen memiliki korelasi kuat

yaitu sebesar 0,854; 0,822 dan 0,879. Gambaran ini menyatakan kompetensi

yang dimiliki seorang PPK dengan melalui SPIP dan SAP yang baik akan

cenderung menghasilkan kualitas LKPD yang semakin baik.

Tabel 5.15

Koefisien korelasi antar variabel

Kualitas

LKPD

Kompetensi

SDM

Penerapan

SPIP

Penerapan

SAP

Kualitas LKPD 1

Kompetensi SDM 0,854 1

Penerapan SPIP 0,822 0,688 1

Penerapan SAP 0,879 0,838 0,741 1

Sumber: Lampiran 7, 2015

5.4 Pembahasan

5.4.1 Pengaruh kompetensi SDM pada penerapan SPIP

Variabel kompetensi SDM berpengaruh positif pada penerapan SPIP. Hal ini

berarti bahwa untuk meningkatkan penerapan SPIP dibutuhkan kompetensi SDM

yang baik pula. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki PPK-SKPD maka ada

kecendrungan semakin baik penerapan SPIP yang dihasilkan PPK-SKPD. Apabila

PPK-SKPD dalam melaksanakan tugasnya menggunakan keahlian dan pengetahuan

yang dimilikinya dengan baik serta didukung dengan perilaku yang mengedepankan

etika, maka pengendalian intern cenderung akan berjalan dengan efektif.

Nilai skor rerata penilaian jawaban responden terhadap perilaku SDM

sebesar 4,29 dengan kategori sangat baik dan mengindikasikan bahwa perilaku

PPK-SKPD dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan keuangan sudah

Page 25: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

89

berjalan sesuai norma dan etika yang berlaku sehingga kecil kemungkinan terjadi

penyimpangan dan kecurangan. Hasil ini konsisten dengan penelitian Setiawati

dan Sari (2014), yang meneliti kualitas pelaporan keuangan pemerintah ditinjau

dari SDM, pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi dan pemahaman

akuntansi pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di wilayah eks Keresidenan

Surakarta. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan Irwan (2011), Zuliarti (2012),

Sari (2012), Susilawati dan Riana (2014).

5.4.2 Pengaruh kompetensi SDM pada penerapan SAP

Kompetensi SDM berpengaruh positif pada penerapan SAP. Hal ini dapat

diartikan bahwa untuk meningkatkan penerapan SAP cenderung dibutuhkan

kompetensi PPK-SKPD yang baik pula. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki

PPK-SKPD maka ada kecendrungan semakin baik terciptanya penerapan SAP.

Penerapan SAP yang baik membutuhkan SDM yang memiliki pengetahuan dan

keahlian yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan, pengakuan belanja, prinsip-

prinsip penyusunan laporan konsolidasi, investasi, pengakuan dan penghapusan aset

berwujud dan tidak berwujud, kontrak konstruksi, kebijakan kapitalisasi pengeluaran,

kemitraan dengan pihak ketiga, biaya penelitian dan pengembangan, perhitungan

persediaan dan dana cadangan serta prinsip lainnya yang tercantum dalam PP no. 71

tahun 2010. Tanpa adanya kompetensi yang baik, maka penerapan SAP cenderung

tidak akan berjalan dengan baik.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Nugraheni (2008) yang meneliti

pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas laporan keuangan pada Inspektorat

Jendral Departemen Pendidikan Nasional. Hasil penelitian ini juga mendukung

temuan Syarif dan Aldiani (2009), Suhardjo (2013) Setiawati dan Sari (2014).

Page 26: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

90

5.4.3 Pengaruh kompetensi SDM pada kualitas LKPD

Nilai koefisien pengaruh langsung kompetensi SDM pada kualitas LKPD

Pemkab Tabanan sebesar 0,318 dengan taraf signifikansi 0,021, menggambarkan

bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan kompetensi SDM berpengaruh positif

pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan, tidak dapat ditolak. Hasil ini dapat

diartikan bahwa untuk meningkatkan kualitas LKPD dibutuhkan kompetensi

SDM yang baik pula. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki PPK-SKPD, ada

kecendrungan semakin baik pula kualitas keuangan yang dihasilkan PPK-SKPD.

Nilai total skor rerata penilaian jawaban responden terhadap kompetensi

SDM sebesar 4,14 termasuk dalam kategori baik namun belum optimal, salah satu

penyebabnya walaupun 51,28% tingkat pendidikan PPK-SKPD adalah sarjana

dan 41,03% merupakan lulusan pasca sarjana, namun sebagian besar dengan latar

belakang yang tidak berhubungan dengan ekonomi yaitu sebesar 76,92%.

Pemerintah daerah perlu meningkatkan kompetensi PPK-SKPD terutama

pengetahuan dan keahlian dalam penyusunan LKPD untuk menghasilkan LKPD

yang berkualitas khususnya meningkatkan relevansi LKPD dalam menghasilkan

informasi yang dapat digunakan untuk mengoreksi keputusan pengguna di masa

lalu dan memprediksi kejadian dimasa yang akan datang.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Xu et al. (2003), yang meneliti faktor

kunci dari kualitas informasi akuntansi studi kasus di Australia. Hasil

penelitiannya menyatakan SDM, sistem, organisasi dan faktor eksternal

merupakan faktor krisis menentukan kualitas informasi akuntansi. Hasil penelitian

ini juga mendukung temuan Alimbudiono dan Fidelis (2004); Choirunisah (2008);

Winidyaningrum dan Rahmawati (2010); Roviyanti (2011) serta Indriasih (2014).

Page 27: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

91

5.4.4 Pengaruh penerapan SPIP pada kualitas LKPD

Penerapan SPIP berpengaruh positif pada kualitas LKPD Pemkab

Tabanan. Pengaruh yang positif ini dapat diartikan bahwa penerapan SPIP yang

baik akan cenderung menghasilkan LKPD yang baik pula. Semakin tinggi

penerapan SPIP yang dilaksanakan, maka kualitas LKPD yang dihasilkan PPK-

SKPD cenderung semakin baik.

Nilai skor rerata penerapan SPIP sebesar 4,22 menggambarkan bahwa

penerapan SPIP di lingkungan Pemkab Tabanan sudah sangat baik, namun masih

perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari nilai skor rerata lingkungan

pengendalian dan penilaian resiko masing-masing sebesar 4,19 dan 4,12 yang

berarti sudah baik namun masih belum optimal. Lingkungan pengendalian yang

efektif dapat diciptakan melalui penerapan standar kompetensi untuk setiap tugas dan

fungsi pada masing-masing posisi dalam instansi. Pimpinan mesti mengambil

tindakan yang tegas atas pelanggaran kebijakan, prosedur ataupun aturan perilaku

serta rutin melakukan penilaian terhadap kualitas pengendalian intern SKPD.

Penilaian resiko menjadi hal yang penting dilakukan oleh pimpinan SKPD secara

lengkap dan menyeluruh terhadap kemungkinan timbulnya pelanggaran terhadap

sistem akuntansi yang diterapkan. Pelanggaran terhadap sistem akuntansi akan

membuat LKPD tidak berkualitas sehingga pimpinan dituntut memiliki rencana

pengelolaan atau mengurangi risiko pelanggaran terhadap sistem dan prosedur

akuntansi yang dilaksanakan di instansinya.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Sukmaningrum (2011) yang meneliti

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi LKPD pemerintah pada

Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang, dengan hasil sistem pengendalian

intern yang diproksikan dengan integritas data, ketepatan input, prosedur otorisasi,

penyimpanan dokumen sumber data, pemberian wewenang, penentuan kebijakan

Page 28: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

92

dan standar akuntansi, pelaksanaan kebijakan berpengaruh signifikan terhadap

kualitas informasi LKPD. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan Boynton et al.

(2001), Granof (2001), Lobo dan Zhou (2006), Arens et a.l (2008), Cohen et al.

(2008), Bartov dan Cohen (2009), Chambers dan Payne (2009), Sari (2012) serta

Susilawati dan Riana (2013).

5.4.5 Pengaruh penerapan SAP pada kualitas LKPD

Nilai koefisien pengaruh langsung penerapan SAP pada kualitas LKPD

Pemkab Tabanan sebesar 0,367 dan serta t-statistik 1,778 yang lebih besar 1,680

memberi arti bahwa hipotesis kelima yang menyatakan penerapan SAP berpengaruh

positif pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan tidak dapat ditolak. Hasil ini

menggambarkan bahwa penerapan SAP yang baik akan cenderung menghasilkan

kualitas LKPD yang baik pula. Semakin tinggi penerapan SAP yang dilaksanakan

dalam proses penyusunan LKPD, maka ada kecendrungan semakin baik kualitas

LKPD yang dihasilkan PPK-SKPD. Pelaksanaan SAP secara konsisten sesuai aturan

yang berlaku cenderung menghasilkan LKPD yang berkualitas.

Nilai skor rerata penerapan SAP sebesar 4,28 menggambarkan bahwa

penerapan SAP di lingkungan Pemkab Tabanan sudah sangat baik, namun masih

perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari nilai skor rerata penerapan PSAP

No. 01 tentang penyajian laporan keuangan, PSAP No. 02 tentang laporan realisasi

anggaran dan PSAP No. 6 tentang akuntansi investasi, masing-masing sebesar 4,11;

4,15 dan 4,13 yang berarti sudah baik namun masih belum optimal.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Susilawati dan Riana (2014) yang

meneliti SAP dan SPI sebagai antaseden kualitas LKPD pada Pemerintah Daerah

Kota Bandung serta sejalan dengan temuan Zeyn (2011) bahwa penggunaan SAP

mutlak dilakukan agar laporan keuangan yang dihasilkan berkualitas. Hasil penelitian

Page 29: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

93

ini juga mendukung temuan Nurdiawan, 2009; Adhi dan Suhardjo, 2013; Rahayu et

al., 2014.

5.4.6 Pengaruh kompetensi SDM pada kualitas LKPD melalui Penerapan

SPIP

Perhitungan VAF efek mediasi penerapan SPIP pada hubungan kompetensi

SDM dengan kualitas LKPD adalah sebesar 41,7% dan menunjukkan bahwa

penerapan SPIP merupakan pemediasi parsial hubungan antara kompetensi SDM

dengan kualitas LKPD. Kompetensi SDM masih memiliki pengaruh langsung pada

kualitas LKPD, meskipun terdapat pengaruh tidak langsung dari kompetensi SDM

pada kualitas LKPD melalui penerapan SPIP. Gambaran ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi kompetensi yang dimiliki PPK-SKPD melalui peningkatan penerapan

SPIP ada kecendrungan berdampak pada meningkatnya kualitas LKPD Pemkab

Tabanan.

SDM yang memiliki kompetensi yang baik disamping dapat mempengaruhi

kualitas LKPD secara langsung, juga dapat meningkatkan penerapan SPIP pada

instansinya yang berimplikasi pula pada peningkatan kualitas laporan keuangan

SKPD. SPIP yang dijalankan oleh PPK-SKPD yang memiliki kompetensi mampu

menghasilkan LKPD yang memenuhi karakteristik relevan, andal, dapat

diperbandingkan dan dapat dipahami. Hasil ini konsisten dengan penelitian Indriasih

(2014) yang meneliti pengaruh kompetensi aparatur pemerintah dan efektifitas

pengendalian intern pemerintah menuju pelaporan keuangan pemerintah keuangan

yang berkualitas pada Pemerintah Daerah Kota Tegal, Jawa Tengah. Hasil penelitian

ini juga mendukung temuan Agami (2006), Doyle et al. (2007), Arens et al.

(2008:250) serta Chambers, et al. (2010).

Page 30: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian

94

5.4.7 Pengaruh Kompetensi SDM pada Kualitas LKPD melalui Penerapan

SAP

Variabel penerapan SAP merupakan pemediasi parsial hubungan kompetensi

SDM pada kualitas LKPD yang dapat dilihat dari nilai VAF sebesar 49,2%, sehingga

mendukung hipotesis ketujuh yang menyatakan kompetensi SDM berpengaruh positif

pada kualitas LKPD Pemkab Tabanan melalui penerapan SAP. Hasil ini mengandung

arti bahwa semakin tinggi kompetensi PPK-SKPD melalui peningkatan penerapan

SAP berdampak pada kecendrungan meningkatnya kualitas LKPD. PPK-SKPD yang

memiliki kompetensi yang baik disamping dapat mempengaruhi kualitas LKPD

secara langsung, juga dapat meningkatkan penerapan SAP pada instansinya yang

berimplikasi pula pada peningkatan kualitas laporan keuangan SKPD.

Penyusunan LKPD yang berkualitas memerlukan keahlian SDM yang

berkaitan dengan penerapan SAP. Kegagalan SDM dalam memahami dan

menerapkan standar akuntansi yang ditetapkan pemerintah akan berdampak pada

rendahnya kualitas LKPD. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suhardjo dan Adhi

(2013) yang menunjukkan bahwa penerapan SAP dan kualitas aparatur pemerintah

daerah, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan Pemerintah Kota Tual. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan

Tausikal (2007), Warren et al. (2005) serta Irwan (2011).