65 bab v hasil dan pembahasan 5.1. pengelolaan refrigeran

47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran CFC dan HFC dengan Mesin 3R Penelitian ini dilakukan terhadap 27 responden mencakup perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R dari World bank melalui KLH di Denpasar-Bali. Responden mencakup kepala bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R. Variabel yang diukur dalam proses pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a menggunakan mesin 3R, mencakup proses recovery, recycle dan recharging. Efektivitas pengelolaan dilihat dari efektivitas pada masing masing tahap pengelolaan untuk mendapatkan tingkat efektivitas pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12 pada perusahaan/bengkel AC mobil. Data hasil pengukuran proses pengelolaan pada masing-masing proses (Lampiran 3) diklasifikasikan menggunakan Pedoman Acuan Patokan (PAP) tingkat pencapaian (Depdiknas, 1999). 5.1.1 Variabel Recovery Variabel yang diamati dalam proses recovery adalah langkah-langkah perusahaan/bengkel service AC mobil dalam pengambilan refrigeran dari suatu sistem pendingin dan memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki penampung, adalah : a) Pengambilan refrigeran dari dalam suatu sistem pendingin dan memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki penampung, dari hasil 65

Upload: vankhanh

Post on 31-Dec-2016

236 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

65  

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengelolaan Refrigeran CFC dan HFC dengan Mesin 3R

Penelitian ini dilakukan terhadap 27 responden mencakup

perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R dari

World bank melalui KLH di Denpasar-Bali. Responden mencakup kepala bengkel

service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R.

Variabel yang diukur dalam proses pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12

dan HFC-134a/R-134a menggunakan mesin 3R, mencakup proses recovery,

recycle dan recharging. Efektivitas pengelolaan dilihat dari efektivitas pada

masing masing tahap pengelolaan untuk mendapatkan tingkat efektivitas

pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12 pada perusahaan/bengkel AC mobil. Data

hasil pengukuran proses pengelolaan pada masing-masing proses (Lampiran 3)

diklasifikasikan menggunakan Pedoman Acuan Patokan (PAP) tingkat pencapaian

(Depdiknas, 1999).

5.1.1 Variabel Recovery

Variabel yang diamati dalam proses recovery adalah langkah-langkah

perusahaan/bengkel service AC mobil dalam pengambilan refrigeran dari suatu

sistem pendingin dan memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki penampung,

adalah :

a) Pengambilan refrigeran dari dalam suatu sistem pendingin dan

memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki penampung, dari hasil

65

Page 2: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

66

pengukuran 27 perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan

bantuan mesin 3R didapat 67% (18) perusahaan/bengkel service AC mobil

telah melakukan dengan sangat baik dan sisanya 33% (9)

perusahaan/bengkel service AC mobil melakukan dengan baik. Pada

proses ini berjalan sangat efektif, 93% perusahaan/bengkel service AC

mobil telah menampung refrigeran dalam tangki penampung untuk

pemakaian berulang (refillable) pada saat service AC mobil, sehingga

tidak terjadi emisi CFC ke atmosfir pada saat service.

b) Refrigeran yang sejenis dengan hasil recovery dikumpulkan dalam tangki

penampung, dari 27 perusahaan/bengkel service AC mobil didapat 63%

(17) perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat

baik dan 37% (10) perusahaan/bengkel service melakukan dengan baik.

Pada proses ini berjalan sangat efektif, 93% perusahaan/bengkel service

AC mobil telah menampung refrigeran dalam tangki penampung yang

sejenis pada saat melakukan service, sehingga tidak perlu dikhawatirkan

akan terjadi kontamisi antar refrigeran pada saat service dan emisi CFC ke

atmosfir dapat dicegah.

c) Refrigeran hasil recovery diberi label yang menyatakan jenis refrigeran,

dari hasil pengukuran 27 perusahaan/bengkel service AC mobil yang

mendapatkan bantuan mesin 3R didapat 48% (13) perusahaan/bengkel

service AC mobil telah melakukan dengan sangat baik, 41% (11)

perusahaan/bengkel service melakukan dengan baik, 7% (2)

perusahaan/bengkel service netral dan 4% (1) perusahaan/bengkel service

Page 3: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

67

melakukan dengan kurang baik. Dalam proses ini tergolong efektif, 87%

perusahaan/bengkel service AC mobil telah memberi label pada refrigeran

hasil recovery. Namun demikian masih ada perusahaan yang tidak

memberikan label pada refrigeran hasil recovery, sehingga perlu

ditingkatkan pemahamannya untuk mencegah refrigeran

bercampur/terkontaminasi dengan refrigeran lain. Jika refrigeran hasil

recovery tidak diberi label dikhawatirkan dalam pemakaian akan terjadi

kesalahan, misalnya refigeran bercampur/kontminasi akan dapat

menyebabkan komponen dan sistem AC mobil mengalami kerusakan dan

dapat mengurangi unjuk kerja AC mobil. Untuk itu sangat penting

dilakukan pelabelan refrigeran, disamping untuk mencegah salah

pemakaian juga untuk mempermudah penggunaan.

d) Tangki penampung atau tabung refrigeran hasil recovery dirancang untuk

pemakaian berulang (refillable), dari 27 perusahaan/bengkel service AC

mobil didapat 37% (10) perusahaan/bengkel service AC mobil telah

melakukan dengan sangat baik, 48% (13) perusahaan/bengkel service

melakukan dengan baik, 11% (3) perusahaan/bengkel service netral dan

4% (1) perusahaan/bengkel service melakukan dengan kurang baik. Dalam

proses ini tergolong efektif, 84% perusahaan/bengkel service AC mobil

telah menampung refrigeran hasil recovery untuk pemakaian berulang

(refillable), tapi masih ada perusahaan/bengkel yang tidak penampung

refrigeran hasil recovery untuk pemakaian berulang (refillable). Hal ini

disebabkan karena komponen dari mesin 3R ada yang mengalami

Page 4: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

68

kerusakan sehingga proses ini tidak bisa dilakukan. Berarti masih terjadi

pelepasan refrigeran pada saat service. Maka dipandang perlu

perusahaan/bengkel service AC mobil ditingkatkan pemahamannya

sehingga refrigeran pada saat melakukan service tidak terlepas ke atmosfir

karena CFC dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan HFC

merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menimbulkan

pemanasan global.

e) Pada suatu kondisi dimana kompresor hermatik terbakar atau mengalami

kerusakan akibat temperatur berlebih, refrigeran hasil recovery dibuang ke

udara bebas (pertanyaan dalam bentuk negatif, jadi jawaban yang benar

adalah berlawanan dengan standar/panduan), dari 27 perusahaan/bengkel

service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin 3R didapat hasil

sebagai berikut ; 22% (6) perusahaan/bengkel service AC mobil telah

melakukan dengan sangat baik, 63% (17) perusahaan/bengkel service

melakukan dengan baik, 4% (1) perusahaan/bengkel service netral dan

11% (3) perusahaan/bengkel service melakukan dengan kurang baik. Pada

proses ini tergolong cukup, 79% perusahaan/bengkel service AC mobil

tidak membuang refrigeran hasil recovery kompresor hermatik terbakar

atau mengalami kerusakan akibat temperatur berlebih ke udara bebas. Tapi

masih ada perusahaan/bengkel service AC mobil yang melepas refrigeran

CFC dan HFC ke udara bebas. Hal ini terjadi karena tidak adanya tempat

pemusnahan/penghancuran refrigeran CFC di Bali, tidak adanya tempat

reklamasi refrigeran CFC di Bali. Kalau mau melakukan pemusnahan

Page 5: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

69

refrigeran CFC sesuai dengan anjuran KLH mesti bawa ke Jakarta, jadi

menurut perusahaan/bengkel service perlu dana untuk sampai kesana.

Dengan demikian perlu ditingkatkan pemahamannya agar refrigeran hasil

recovery dari kompresor hermatik terbakar atau mengalami kerusakan

akibat temperatur berlebih tidak dilepas ke udara bebas tetapi ditampung

dalam suatu tabung penampung khusus untuk di daur ulang atau

dimusnahkan. Dilarang membuang refrigeran yang tercemar ke udara

terbuka. R-12 akan beracun kalau terbakar, pemusnahan dilakukan dengan

cara khusus melalui penguraian secara kimia.

Secara keseluruhan untuk proses recovery yang dilakukan pada 27

perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R di

Denpasar-Bali, hasil pengolahan datanya ada pada lampiran 4. Proses pengelolaan

refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a pada proses recovery terkatagori

berjalan efektif, 87% perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat

bantuan mesin 3R telah menampung refrigeran dalam tangki penampung untuk

pemakaian berulang (refillable) pada saat service dilakukan untuk dipergunakan

kembali pada sistem yang sama. Belum berjalan optimalnya proses recovery pada

pengelolaan CFC dan HFC di beberapa perusahaan/bengkel service AC mobil di

Denpasar disebabkan karena; 1) Komponen mesin 3R telah mengalami kerusakan,

2) Tidak adanya tempat service mesin 3R di Bali, 3) Sulitnya mendapatkan spare

part mesin 3R di Bali, 4) Harga spare part mahal, 5) Tidak adanya tempat

pemusnahan/penghancuran refrigeran hasil recovery kompresor hermatik terbakar

atau mengalami kerusakan akibat temperatur berlebih, dan 6) Tidak adanya pusat

Page 6: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

70

reklamasi refrigeran CFC dan HFC di Bali. Untuk itu perlu adanya kerjasama

berbagai pihak terkait baik pemerintah, swasta, akademisi dan pihak-pihak terkait

lainnya untuk membantu perusahaan/bengkel service AC mobil sehingga

pengelolaan refrigeran CFC dan HFC di Denpasar berjalan optimal, sehingga

bumi kita yang satu ini dapat terhindar dari kerusakan lapisan ozon oleh oleh

emisi CFC dan pemanasan global oleh emisi HFC pada saat service AC mobil.

5.1.2 Variabel Recycle

Variabel yang diamati dalam proses recycle adalah langkah-langkah

perusahaan/bengkel service AC mobil dalam proses peningkatan kemurnian

refrigeran dari proses sirkulasi didalam mesin 3R.laluan tunggal melalui proses

fisika dengan jalan pemisahan minyak pelumas dan penyaringan refrigeran untuk

digunakan kembali, adalah :

a) Sebelum dilakukan recycle, dilakukan pengkajian/verifikasi terhadap

sistem refrigerasi dan keadaan sekitarnya, dari hasil pengukuran 27

perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin

3R didapat 48% (13) perusahaan/bengkel service AC mobil telah

melakukan dengan sangat baik, 44% (12) perusahaan/bengkel service telah

melakukan dengan baik dan 8% (2) perusahaan/bengkel service netral.

Dalam proses ini tergolong efektif, 88% perusahaan/bengkel AC telah

melakukan pengkajian/verifikasi terhadap sistem refrigerasi dan keadaan

sekitarnya sebelum melakukan recycle. Namun demikian masih ada yang

tidak melakukan pengkajian. Verifikasi sangat penting dilakukan untuk

mencegah kemungkinan refrigeran bercampur/terkontaminasi disamping

Page 7: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

71

untuk menjaga keselamatan teknisi, dan alat. Untuk itu perlu ditingkatkan

pemahamannya untuk dapat mencapai sangat efektif, sehingga tidak

menimbulkan masalah baik bagi teknisi maupun lingkungan.

b) Dalam melaksanaan proses recycle refrigeran jenis CFC dan HFC dilepas

udara bebas (pertanyaan dalam bentuk negatif, jadi jawaban yang benar

adalah berlawanan dengan standar/panduan), dari hasil pengukuran 27

perusahaan/bengkel service AC mobil didapat 26% (7)

perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat

baik, 70% (19) perusahaan/bengkel service telah melakukan dengan baik

dan 4% (1) perusahaan/bengkel service netral. Pada proses ini tergolong

efektif, 84% perusahaan/bengkel service AC mobil tidak melepas

refrigeran CFC dan HFC pada waktu melaksanakan proses recycle.

Namun demikian masih ada perusahaan/bengkel service yang melepas

refrigeran CFC dan HFC ke atmosfir. Hal ini terjadi karena di beberapa

perusahaan/bengkel service AC mobil komponen mesin 3R mengalami

kerusakan. Terlepasnya refrigeran CFC dan HFC ke atmosfir dapat

menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan pemanasan global oleh karena

HFC merupakan salah satu gas rumah kaca.

c) Setelah proses recycle, dilakukan pencatatan informasi dalam buku log

(log book), dari hasil pengukuran terhadap 27 perusahaan/bengkel service

AC mobil didapat 33% (9) perusahaan/bengkel service AC mobil telah

melakukan dengan sangat baik, 52% (14) perusahaan/bengkel service telah

melakukan dengan baik dan 15% (4) perusahaan/bengkel service netral.

Page 8: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

72

Pada proses ini tergolong efektif, 84% perusahaan/bengkel service AC

mobil telah melakukan pencatatan informasi dalam buku log (log book)

setelah proses recycle. Namun demikian masih ada perusahaan/bengkel

service AC yang tidak mencatat dalam buku log (log book), kemungkinan

disebabkaan oleh komponen mesin 3R mengalami kerusakan dan masih

rendahnya kesadaran/pemahaman tentang pentingnya pencatatan informasi

refrigeran recycle. Pencatan dalam buku log (log book) sangat penting

dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah refrigeran yang telah di

recycle dan sebagai bahan informasi ke KLH bilamana diperlukan sebagai

bahan pertimbangan pengelolaan selanjutnya.

d) CFC dan HFC hasil daur ulang disimpan dan diberi label yang

menunjukkan jenis refrigeran, dari hasil pengukuran 27

perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin

3R didapat 41% (11) perusahaan/bengkel service AC mobil telah

melakukan dengan sangat baik, 44% (12) perusahaan/bengkel service

melakukan dengan baik, 11% (3) perusahaan/bengkel service netral dan

4% (1) perusahaan/bengkel service melakukan dengan kurang baik. Pada

proses ini tergolong efektif, 84% perusahaan/bengkel service AC mobil

telah menyimpan dan memberi label terhadap jenis refrigeran CFC dan

HFC hasil daur ulang. Namun demikian ada perusahaan/bengkel service

AC yang tidak memberi label terhadap jenis refrigeran CFC dan HFC

yang disimpan dari proses hasil daur ulang. Ini dapat menimbulkan

kekhawatiran akan terjadi bercampurnya refrigeran yang satu dengan yang

Page 9: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

73

lainnya. Tidak dibenarkan mencampur refrigeran, sebab masing-masing

refrigeran mempunyai karakteristik yang berbeda. Apabila refigeran

bercampur di pakai pada sistem AC akan dapat menyebabkan kerusakan

komponen dan sistem AC serta unjuk kerjanya tidak akan maksimal.

e) Refrigeran hasil recycle ditampung dalam tangki penampung sekali pakai

(disposable) (pertanyaan dalam bentuk negatif, jadi jawaban yang benar

adalah berlawanan dengan standar/panduan), dari 27 perusahaan/bengkel

service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin 3R didapat 26% (7)

perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat

baik, 52% (14) perusahaan/bengkel service telah melakukan dengan baik,

11% (3) perusahaan/bengkel service netral dan 11% (3)

perusahaan/bengkel service melakukan dengan kurang baik. Pada proses

ini tergolong cukup, 77% perusahaan/bengkel service AC mobil telah

menampung refrigeran hasil recycle dalam tangki untuk pemakaian

berulang (refillable) bukan dalam tangki sekali pakai (disposable). Namun

demikian masih ada perusahaan/bengkel service AC yang tidak

melakukan. Hal ini disebabkan oleh karena komponen mesin 3R pada

beberapa perusahaan/bengkel service AC mobil telah mengalami

kerusakan, disamping itu perlu ditingkatkan pemahamannya bahwa

refrigeran hasil recycle masih dapat dipergunakan kembali pada sistem

yang sama.

Secara keseluruhan untuk proses recycle yang dilakukan pada 27

perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R dari

Page 10: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

74

World bank melalui KLH di Denpasar-Bali, hasil pengolahan datanya ada pada

lampiran 4. Proses pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a,

pada proses recycle terkatagori berjalan efektif (84%). Belum berjalan optimalnya

proses recycle pada pengelolaan CFC dan HFC di perusahaan/bengkel AC mobil

disebabkan karena; 1) Terjadinya kerusakan pada mesin 3R, 2) Komponen mesin

3R (solenoid) pada beberapa perusahaan/bengkel service AC mobil telah

mengalami kerusakan, 3) Tidak adanya tempat service mesin 3R di Bali, 4)

Ketiadaan atau sulitnya mendapatkan spare part di Bali dan 5) Mahalnya harga

spare part. Untuk itu perlu kerjasama antara pihak terkait, baik pemerintah,

pengusaha, perusahaan/bengkel AC, akademisi dan pihak yang lain untuk

mengatasi kendala tersebut diatas sehingga proses recycle refrigeran CFC dan

HFC dapat dilakukan secara optimal. Serta penting adanya sosialisasi peningkatan

pemahaman terhadap proses recycle sehingga tidak terjadi emisi CFC dan HFC ke

atmosfir pada saat service AC mobil.

5.1.3 Variabel Recharging

Variabel yang diamati dalam proses recycle adalah langkah-langkah

perusahaan/bengkel service AC mobil dalam proses pengisian kembali refrigeran

yang diambil atau ditangkap pada waktu proses recovery pada sistem mesin

pendingin tersebut, adalah :

a) Sebelum sistem diisi dengan refrigeran baru, harus dilakukan pemakuman,

dari hasil pengukuran terhadap 27 perusahaan/bengkel service AC mobil

yang mendapatkan bantuan mesin 3R didapat 81% (22)

perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat baik

Page 11: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

75

dan 19% (5) perusahaan/bengkel service melakukan dengan baik. Pada

proses ini berjalan sangat efektif, 96% perusahaan/bengkel service AC

mobil telah melakukan pemakuman sebelum sistem diisi dengan refrigeran

baru. Pemakuman wajib dilakukan sebelum sistem AC mobil di isi

refrigeran baru untuk mengeluarkan uap air dan atau kontaminan lain yang

ada dalam sistem sehingga performansi/unjuk kerja AC mobil dapat

mencapai maksimal. Apabila tidak dilakukan pemakuman dapat dipastikan

bahwa didalam sistem AC ada udara yang negandung sehingga akan

mengganggu kerja sistem AC dan pada akhirnya menurunkan

performansi/unjuk kerja AC mobil.

b) Pemakuman untuk membersihkan sistem dari sisa refrigeran lama dan gas

lain yang tidak diinginkan, dari hasil pengukuran terhadap 27

perusahaan/bengkel service AC mobil didapat 74% (20)

perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat baik

dan 26% (7) perusahaan/bengkel service melakukan dengan baik. Pada

proses ini berjalan sangat efektif, 95% perusahaan/bengkel service AC

mobil telah melakukan pemakuman untuk membersihkan sistem dari sisa

refrigeran lama dan gas lain yang tidak diinginkan. Pemakuman wajib

dilakukan sebelum sistem AC mobil diisi refrigeran baru untuk

mengeluarkan refrigeran lama dan kontaminan lain yang ada dalam sistem.

Apabila tidak dilakukan pemakuman dapat mengganggu kinerja sistem AC

dan pada akhirnya menurunkan performansi atau unjuk kerja AC mobil.

Page 12: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

76

c) Sebelum sistem diisi dengan refrigeran baru, dilakukan pemeriksaan

kebocoran, dari hasil pengukuran terhadap 27 perusahaan/bengkel service

AC mobil didapat 81% (22) perusahaan/bengkel service AC mobil telah

melakukan dengan sangat baik dan 19% (5) perusahaan/bengkel service

melakukan dengan baik. Pada proses ini berjalan sangat efektif, 96%

perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan pemeriksaan

kebocoran sebelum sistem diisi dengan refrigeran baru. Pemeriksaan

kebocoran sangat penting dilakukan sebelum sistem AC mobil di isi

refrigeran baru. Apabila tidak dilakukan pemeriksaan kebocoran terlebih

dahulu, sistem AC mobil langsung diisi refrigeran, misalnya CFC

bilamana terjadi kebocoran berarti CFC yang terlepas ke Atmosfir.

Pemeriksaan kebocoran yang baik adalah sistem diisi dengan gas nitrogen,

bilamana terjadi kebocoran gas nitrogen yang terlepas ke lingkungan.

Tidak dibenarkan mengetes kebocoran sistem diisi dengan refrigeran,

disamping harga refrigeran mahal, bilamana terjadi kebocoran, refrigeran

CFC yang terlepas ke atmosfir sehingga dapat menyebabkan kerusakan

lapisan ozon dan bilamana HFC yang dipakai bila terlepas ke atmosfir

dapat menyebabkan pemanasan global.

d) Jika ternyata ada kebocoran, sistem diperbaiki dahulu sebelum dilakukan

pengisian refrigeran, dari hasil pengukuran terhadap 27

perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin

3R didapat 78% (21) perusahaan/bengkel service AC mobil telah

melakukan dengan sangat baik dan 22% (6) perusahaan/bengkel service

Page 13: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

77

melakukan dengan baik. Pada proses ini berjalan sangat efektif, 96%

perusahaan/bengkel service AC mobil telah memperbaiki sistem sebelum

dilakukan pengisian refrigeran. Jadi, perbaikan kebocoran wajib dilakukan

untuk dapat bekerjanya sistem AC mobil. Setelah tidak bocor sistem wajib

di vaccum kembali, setelah itu baru diisi refrigeran sesuai dengan petunjuk

pengisian dan karakteristik refrigeran untuk mendapatkan performansi atau

unjuk kerja yang maksimal.

Secara keseluruhan untuk proses recharging dari 27 perusahaan/bengkel

service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R dari World bank melalui

KLH di Denpasar-Bali, hasil pengolahan datanya ada pada lampiran 4. Proses

pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a pada proses

recharging terkatagori sangat efektif, terbukti dengan 96% perusahaan/bengkel

service AC mobil telah melakukan dengan sangat baik. Para pemilik dan teknisi

perusahaan/bengkel service AC mobil telah melaksanakan proses recharging

refrigeran yang diambil atau ditangkap pada waktu proses recovery pada sistem

mesin pendingin sesuai dengan standar KLH. Secara ekonomis dapat

meningkatkan pendapatan perusahaan/bengkel karena tidak perlu membeli

refrigeran baru untuk pengisian kembali, dari segi lingkungan terhindar dari emisi

CFC dan HFC ke atmosfir yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan

pemanasan global.

Data hasil pengukuran masing-masing variabel tersebut di atas secara

lengkap dapat dilihat pada lampiran 3. Analisis statistik deskriptif variabel

pengelolaan disajikan pada rangkuman analisis deskriptif pada tabel 5.1.

Page 14: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

78

Tabel 5.1 Rangkuman Analisis Statistik Deskriptif Data Hasil Pengukuran Variabel

Pengelolaan Refrigeran CFC dan HFC

Proses Statistics

Recovery Recycle Recharging Total Proses

N 27 27 27 27 Mean 21,78 20,89 19,15 61,81 Median 22,00 20,00 20,00 62,00 Mode 24 24 20 56 Std. Deviation 2,439 2,665 1,512 5,643 Variance 5,949 7,103 2,285 31,849 Minimum 16 16 16 50 Maximum 25 25 20 69 Sum 588 564 517 1669

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa variabel recovery diperoleh

mean (nilai rerata hitung) sebesar 21,78. Artinya secara rata-rata skor hasil

pengukuran secara keseluruhan responden adalah 21,78, median (nilai tengah )

sebesar 22,00. Artinya di bawah dan di atas nilai tersebut masing-masing terdapat

50% nilai (data). Modus (frekuensi yang paling sering muncul) didapat sebesar

24, skor minimum 16, skor masksimum 25, simpangan baku (standar deviasi)

2,439, dan variansi sebesar 5,949.

Hasil Pengukuran variabel recycle diperoleh mean (nilai rerata hitung)

sebesar 20,89. Artinya, secara rata-rata skor hasil pengukuran secara keseluruhan

responden adalah 20,89 median (nilai tengah ) sebesar 22, Modus (frekuensi yang

paling sering muncul) didapat sebesar 24, skor minimum 16, skor masksimum

Page 15: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

79

25, simpangan baku (standar deviasi) yaitu rata-rata penyimpangan hasil

pengukuran dari rata-rata sebesar 2,665, dan variansi sebesar 7,1.

Hasil Pengukuran variabel recharging diperoleh mean (nilai rerata hitung)

sebesar 19,15. Artinya, secara rata-rata skor hasil pengukuran secara keseluruhan

responden adalah 19,15, median (nilai tengah ) sebesar 20, Modus (frekuensi

yang paling sering muncul) didapat sebesar 20, skor minimum sebesar 16, skor

masksimum sebesar 20, simpangan baku (standar deviasi) yaitu rata-rata

penyimpangan hasil pengukuran dari rata-rata sebesar 1,5 dan variansi 2,285.

Secara total pengelolaan refrigeran CFC dan HFC pada

perusahaan/bengkel service AC mobil menggunakan mesin 3 R, mean (nilai rerata

hitung) sebesar 61,81. Artinya secara rata-rata skor hasil pengukuran secara

keseluruhan responden adalah 61,81, median (nilai tengah ) sebesar 62.0, Modus

(frekuensi yang paling sering muncul) didapat sebesar 56, skor minimum 50, skor

masksimum 69, simpangan baku (standar deviasi) yaitu rata-rata penyimpangan

hasil pengukuran dari rata-rata sebesar 5,63, dan variansi 31,849. Histogram

Pengelolaan Refrigeran CFC dan HFC pada Bengkel AC Mobil di Denpasar - Bali

disajikan pada Gambar 5.1.

Page 16: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

80

Gambar 5.1 Histogram Pengelolaan Refrigeran CFC dan HFC pada Bengkel AC Mobil di

Denpasar - Bali

Data hasil pengukuran variabel recovey terhadap responden menunjukkan

bahwa rata-rata skor 21,78, proporsi pencapaian skor maksimum ideal 87,11 %

terkategori efektif. Hasil pengukuran variabel recycle terhadap responden

menunjukkan bahwa rata-rata skor 20,89, proporsi pencapaian skor maksimum

ideal 83,56 % terkategori efektif. Hasil pengukuran variabel recharging terhadap

responden menunjukkan bahwa rata-rata skor 19,15, proporsi pencapaian skor

maksimum ideal 95,74 % terkategori sangat efektif.

Selanjutnya secara keseluruhan dapat direkapitulasi tingkat efektivitas

masing-masing proses pada variabel pengelolaan refrigeran CFC dan HFC

Page 17: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

81

mengunakan mesin 3R pada perusahaan/bengkel AC mobil di Denpasar – Bali

seperti disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Efektivitas Variabel Pengelolaan Refrigeran

CFC dan HFC Mengunakan Mesin 3 R

No. Proses Skor

Rata-Rata

Persentase Pencapaian

(%) Kategori

1. Recovery 21,8 87,11 Efektif

2. Recycle 20,9 83,56 Efektif

3. Recharging 19,1 95,74 Sangat Efektif

Total Proses 61,8 88,3 Efektif

Secara keseluruhan rata-rata skor menunjukkan 61,81, proporsi pencapaian

skor maksimum ideal 88,3% terkatagori efektif. Pengelolaan refrigeran CFC dan

HFC pada perusahaan/bengkel AC mobil yang menggunakan mesin 3 R di

Denpasar - Bali dapat disimpulkan efektif. Jadi perusahaan/bengkel service AC

mobil yang mendapatkan bantuan mesin 3R telah dapat melaksanakan

pengelolaan refrigeran CFC-12 dan HFC-1234a secara efektif.

Hasil analisis data mendapatkan bahwa pengelolaan refrigeran CFC dan

HFC oleh perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan bantuan

mesin 3R di Denpasar-Bali termasuk katagori efektif. Pengelolaan belum

termasuk optimal, karena rata-rata skor hasil evaluasi pengelolaan menunjukkan

61,81 atau hanya 88,31 % prosedur pengelolaan dapat dilaksanakan oleh para

Page 18: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

82

perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R di

Denpasar-Bali. Sedangkan sisanya 11, 69 % belum dapat dilaksanakan secara

optimal. Terutama dalam tahapan proses, yaitu recovery, dan recycle, masih

belum dapat dilaksanakan secara optimal. Prosedur recycle menunjukkan paling

tidak optimal. Para pengusaha/bengkel service dalam proses recycle cenderung

masih membuang atau melepas refrigeran CFC dan HFC ke udara bebas, kurang

melakukan pencatatan dala buku informasi (log book), dan cenderung tidak

menampung hasil recycle dalam tangki khusus penampung. Prosedur lainnya yang

belum optimal, yakni pada proses recovery dimana pada suatu kondisi dimana

kompresor hermatik terbakar atau mengalami kerusakan akibat temperatur

berlebih, refrigeran hasil recovery dibuang ke udara bebas.

Belum optimalnya pelaksanaan pengelolaan refrigeran CFC dan HFC pada

perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R di

Denpasar, terutama dalam tahapan proses recovery dan recycle karena ; 1)

Adanya kerusakan komponen mesin 3R khususnya solenoid, 2) Sulit

mendapatkan spare part di Denpasar, 3) Harga spare part sangat mahal,. 4) Tidak

adanya tempat service mesin 3R di Denpasar, 5) Tidak adanya tempat

pemusnahan/penghancuran refrigeran bilamana refrigeran dari hasil recovery

kompresor terbakar atau temperatur berlebih di Denpasar, di Indonesia baru ada di

PT. Holcim di Jakarta, jadi para pengusaha/bengkel service menghadapi kendala

di biaya, 6) Belum adanya pusat reklamasi refrigeran CFC dan HFC di Denpasar –

Bali.

Page 19: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

83

Proses recharging dari hasil penelitian merupakan salah satu tahapan

proses pelaksanaan pengelolaan refrigeran CFC dan HFC yang dapat berjalan

dengan sangat efektif dibandingkan dengan pelaksanaan proses yang lain seperti

recovery dan recycle. Optimalnya proses recharging refrigeran dapat

dilaksanakannya oleh pengusaha/bengkel service AC mobil karena pengisian

refrigeran ke dalam sistem pendingin dapat dilakukan dengan pompa vakum

(Pasek et al., 2004). Jadi, walaupun mesin 3R mengalami kerusakan proses

recharging masih dapat dilaksanakan dengan baik. Berbeda dengan proses

recovery dan recycle, bilamana mesin 3R salah satu komponen mengalami

kerusakan secara otomatis tidak bisa dipakai maka dari itu pada proses ini

pengelolaan refrigeran CFC dan HFC menjadi tidak optimal.

Menurut Key and Powel (1998) dan Andika (2006) menjelaskan cara kerja

mesin 3R laluan tunggal sebagai berikut :

a) Recovery. Proses pengambilan refrigeran dari dalam suatu sistem

pendingin dan memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki

penampung. Prosedur pada tahap recovery yaitu: 1) untuk refrigeran yang

sejenis refrigeran hasil recovery harus dikumpulkan dalam tangki

penampung 2) refrigeran hasil recovery harus diberi label yang

menyatakan jenis refrigeran, 3) tangki penampung refrigeran hasil

recovery yang direkomendasikan adalah yang dirancang untuk pemakaian

berulang (refillable), bukan tangki sekali pakai (disposable) yang biasa

digunakan untuk kemasan refrigeran baru, dan 4) pada kondisi dimana

kompresor hermatik atau semi hermatik terbakar atau mengalami

Page 20: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

84

kerusakan akibat temperatur berlebih, maka refrigeran hasil recovery harus

disimpan dalam tangki penampung khusus untuk reklamasi atau

dimusnahkan.

b) Recycle (daur ulang). Proses peningkatan kemurnian refrigeran dari proses

sirkulasi didalam mesin 3R.melalui proses fisika dengan jalan pemisahan

minyak pelumas dan penyaringan refrigeran untuk digunakan kembali.

Refrigeran yang berasal dari sistem refrigerasi dengan kompresor hermatik

dan semi hermatik yang terbakar tidak boleh di recycle karena banyak

mengandung kotoran dan tingkat keasaman yang tinggi. Prosedur

pelaksanaan recycle yaitu : 1) sebelum dilakukan recycle, wajib dilakukan

pengkajian/verifikasi terhadap sistem refrigerasi dan keadaan sekitarnya,

2) dilarang melepas refrigeran jenis CFC dan HFC ke atmosfir dalam

pelaksanaan recycle, 3) setelah proses recycle, wajib dilakukan pencatatan

dalm buku log dengan mencantumkan informasi informasi : jenis dan

jumlah refrigeran yang di recycle, penanganan keadaan khusus, tanggal

pelaksanaan recycle, dan nama teknisi yang melakukan recycle; dan 4)

CFC dan HFC hasil daur ulang harus disimpan dan diberi label yang

menunjukkan jenis refrigeran yang disimpan. Refrigeran hasil recycle

ditampung dalam tangki penampung. Beberapa hal yang perlu dperhatikan

dalam penggunaan tangki penampung yaitu: 1) refrigeran hasil recycle

harus ditampung dalam tangki yang dirancang untuk pemakaian berulang

(refillable), bukan dalam tangki sekali pakai (disposable) yang biasa

digunakan untuk kemasan refrigeran baru dan 2) untuk menginformasikan

Page 21: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

85

jenis refrigeran, tangki penampung harus diberi label identitas yang

menginformasikan jenis refrigeran secara jelas.

c) Recharging. Proses pengisian kembali mesin pendingin (AC mobil)

dengan refrigeran yang diambil atau ditangkap pada waktu proses

recovery. Sebelum sistem diisi dengan refrigeran baru, harus dilakukan: 1)

Pemakuman, untuk membersihkan sistem dari sisa refrigeran lama dan gas

lain yang tidak diinginkan; 2) Pemeriksaan kebocoran sesuai dengan

standar yang berlaku. Jika ternyata ada yang kebocoran, sistem harus

diperbaiki dahulu sebelum dilakukan pengisian refrigeran.

5.2 Unjuk Kerja (COP) Mesin Pendingin

Data yang diperoleh dari hasil pengujian (Lampiran 5 sampai 10), diolah

dengan menggunakan sifat-sifat termofisik refrigeran berupa entalpi refrigeran.

Dari P-h diagram refrigeran CFC-12/R-12 (Lampiran 11), dengan memasukan

temperatur (T ) dalam 0C dan tekanan (P) dalam barabs pada program CoolPack

yang digunakan maka didapat besarnya entalpi masing-masing titik pengukuran.

Data yang didapat dari hasil pengujian, kemudian dirata-ratakan. Data rata-rata

inilah kemudian dihitung (contoh perhitungan Lampiran 12) dengan rumus-rumus

yang ada sehingga didapat hasil seperti pada Lampiran 13 dan 15.

Kemudian dilakukan pengujian terhadap refrigeran CFC-12/R-12 hasil

recovery dan recycle Mesin 3R yang tidak terkontaminasi/bercampur dengan

refrigeran lain yang peneliti bisa dapatkan dari perusahaan/bengkel service AC

mobil di Denpasar. Data yang didapat dari hasil pengujian, kemudian dirata-

Page 22: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

86

ratakan. Data rata-rata inilah kemudian dihitung dengan rumus-rumus yang ada

sehingga didapat hasil seperti pada Lampiran 16 sampai 18.

Selanjutnya untuk dapat membandingkan unjuk kerja (COP) CFC-12/R-12

hasil recovery dan recycle dengan refrigeran CFC-12/R-12 murni, maka dilakukan

pengujian juga untuk enam tabung refrigeran CFC-12/R-12 murni. Data yang

didapat dari hasil pengujian, kemudian dirata-ratakan. Data rata-rata inilah

kemudian dihitung dengan rumus-rumus yang ada sehingga didapat hasil seperti

pada Lampiran 19 sampai 20.

Prestasi mesin pendingin dapat dilihat dari pengujian massa optimum

masing-masing refrigeran yang ditunjukkan oleh koefisien unjuk kerja (COP)

mesin pendingin. Rekafitulasi data hasil pengujian tingkat unjuk kerja (COP)

mesin pendingin menggunakan refrigeran murni dibandingkan dengan unjuk kerja

(COP) mesin pendingin menggunakan refrigeran hasil recovery dan recycle mesin

3R disajikan pada Tabel 5.3.

Page 23: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

87

Tabel 5.3 Rekafitulasi Data Hasil Pengujian Tingkat Unjuk Kerja (COP) Mesin Pendingin

Menggunakan Refigeran Murni Dibandingkan dengan Hasil Recovery dan Recycle

COP

No mref

(gram) R-12 murni

R-12 hasil recovery dan

recycle

R-12 murni – R-12 hasil recovery dan recycle

1 330 2,51 2,50 0,01

2 330 2,52 2,49 0,03

3 330 2,53 2,45 0,08

4 330 2,52 2,40 0,12

5 330 2,55 2,40 0,15

6 330 2,50 2,37 0,13

Rata-rata 2,524 2,435 0,089

Berdasarkan pengujian refrigeran pada massa optimum 330 gram dari

rekafitulasi hasil pengujian pada tabel 5.3 didapatkan bahwa rata-rata unjuk kerja

(COP) mesin pendingin yang menggunakan refrigeran CFC-12/R-12 murni, yaitu

2,54. Sedangkan unjuk kerja (COP) mesin pendingin yang menggunakan

refrigeran hasil recovery dan recycle mesin 3R satu laluan didapatkan 2,435.

Terdapat perbedaan unjuk kerja (COP) mesin pendingin terhadap penggunaan

refrigeran CFC-12/R-12 murni dengan refrigeran hasil recovery dan recycle

mesin 3R dengan rata-rata pebedaannya 0,089 atau 3,53 %.

Signifikansi perbedaan rata-rata unjuk kerja (COP) mesin pendingin

selanjutnya diuji menggunakan uji beda rata-rata dengan taraf signifikan 5%.

Kriteria Pengujian dengan taraf signifikan 5%, jika sig t < 0,05 hipotesis H0

ditolak dalam kondisi lainnya Ha diterima.

Page 24: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

88

Print out hasil pengujian pada lampiran 21 mendapatkan thitung = 3,397

dengan sig t = 0,004. Nilai sig t < 0,05 maka Hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima.

Artinya, secara signifikan unjuk kerja (COP) AC mobil yang menggunakan

refrigeran CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R laluan tunggal lebih

rendah dibanding dengan unjuk kerja AC mobil yang menggunakan refrigeran

CFC-12/R-12 murni. Unjuk kerja (COP) AC mobil yang menggunakan refrigeran

CFC-12/R-12 murni 3,53% lebih tinggi dibandingkan unjuk kerja (COP) AC

mobil yang menggunakan refrigeran CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle

mesin 3R. Artinya, Unjuk kerja (COP) AC mobil yang menggunakan refrigeran

CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R 3,53% kurang dingin

dibandingkan unjuk kerja AC mobil yang menggunakan refrigeran CFC-12/R-12

murni.

5.2.1 Penyebab unjuk kerja (COP) mesin kendingin menjadi lebih rendah

Nilai unjuk kerja (COP) mesin pendingin yang menggunakan refrigeran

CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R laluan tunggal lebih rendah

dari CFC-12/R-12 murni, antara lain disebabkan oleh :

5.2.1.1 Refrigeran bercampur atau terkontaminasi

Para teknisi hampir tidak pernah menanyakan kemurnian refrigeran, dan

mereka menganggap bahwa refrigeran pada AC kendaraan cukup murni. Jika

terdapat gejala aneh atau terjadi masalah pada sisem AC, meskipun mereka

mencurigai kemurnian refrigeran yang digunakan, tapi para teknisi tidak bisa

berbuat apa-apa, karena banyak tempat penjual/distributor tidak mempunyai alat

Page 25: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

89

deteksi/identifikasi kemurnian refrigeran dan pengetahuan mereka masih terasa

kurang.

Adalah sangat penting memiliki fasilitas dan peralatan untuk mewaspadai

kemungkinan resiko terkontaminasinya refrigeran, jika tempat

penjual/distributor/toko tidak punya alat pemeriksa kemurnian refrigeran lalu

refrigeran yang tidak murni tersebut terjual pada konsumen/bengkel AC, hal ini

akan dapat merusak perlengkapan service AC pada bengkel dan AC kendaraan itu

sendiri sekaligus merusak serta mencemarkan lingkungan bahkan dapat

membahayakan teknisi dan pemilik kendaraan. Jika R-134a, atau zat lainnya yang

tidak dikenal tercampur pada refrigeran yang secara kebetulan saat itu sedang

dilaksanakan service AC, dapat menyebabkan kerusakan mesin recovery-charging

AC pada bengkel tersebut, kerusakan bisa bernilai jutaan rupiah untuk

penggantian filter-dryer dan membersihkan pompa vakum pada alat tersebut.

Pencemaran juga terjadi pada tangki penampung alat recovery-charging

AC akibatnya refrigeran yang sudah ada pada tangki tersebut juga harus dibuang,

hal ini menyebabkan kerugian yang cukup besar pada bengkel service AC.

Bahaya yang lebih besar akan terjadi bila distributor/tempat penjual tidak

memiliki alat deteksi/identifikasi kemurnian refrigeran, mereka tidak saja

merugikan bengkel service AC, juga merugikan dan mencemari kendaraan yang

memakainya, karena pemakaian refrigeran yang tidak murni dapat menyebabkan

kerusakan pada sistem AC.

Hasil survei yang dilakukan oleh Environment Protection Agency (EPA)

Florida sungguh mengejutkan. EPA Florida melakukan survei untuk studi

Page 26: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

90

refrigeran pada tempat service atau penjualan yang besedia disurvei secara suka

rela, EPA menjelaskan bahwa tidak akan ada effek atau resiko apapun dari hasil

survei terhadap tempat yang disurvei. Hasilnya adalah; sepertiga dari tempat yang

dihubungi keberatan untuk disurvei dengan berbagai alasan dan hampir dua

pertiga pedagang mobil yang dihubungi juga menolak. Akhirnya EPA Florida

hanya menguji kemurnian zat pendingin pada tangki alat recovery-charging AC di

100 tempat service AC.

Secara keseluruhan ditemukan bahwa 38% dari tangki recovery-charging

AC terkontaminasi. Di bengkel service indepeden merupakan tempat

terkotaminasinya refrigeran yang paling rendah, tetapi masih 32%, namun pada

tempat service dan penjualan mobil bekas yang paling besar persentasenya yaitu

71% dari tangki alat recovery-charging AC telah terkontaminasi. Refrigeran yang

terkontaminasi dengan udara adalah yang paling buruk yaitu 22% dari

keseluruhan yang diuji. Tercampurnya R-12 dan R-134a juga ditemukan sebanyak

15% dari hasil disurvei. (diantaranya 29% ditemukan di tempat service dan

penjualan mobil bekas).

Sedangkan, The Mobile Air Conditioning Society (MACS) melakukan

studi lapangan pada lima refrigeran alternatif; untuk membandingkan unjuk kerja

refrigeran R-12 dan R-134a serta tiga refrigeran yang lainnya (Freeze 12, FRIGC

and McCool Chill-It). Studi tersebut menemukan bahwa semua refrigeran

alternatif (termasuk R-134a) tidak sebaik R-12 pada kendaraan uji yaitu Grand

Pontiac tahun 1990 dan Honda Accord tahun 1987. tetapi studi juga menemukan

Page 27: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

91

bahwa campuran R-134a di Honda (tetapi tidak pada Pontiac); menaikkan suhu

udara keluar pada grill AC kisaran 1 sampai 11 derajat (Berh-Hella, 2008).

Ahmad Junaidi (2008) menyebutkan bahwa unjuk kerja (COP) mesin

pendingin sangat dipengaruhi oleh kualitas refrigeran. Refrigeran yang paling

banyak dipakai sebagai fluida kerja pada AC mobil adalah dari jenis R-12 karena

sifat termodinamikanya yang baik akan tetapi jenis ini termasuk kelompok CFC

(Chloro Fluoride Carbonate) yang terbukti merusak lingkungan. Sebelum

pengujian dilakukan pembilasan untuk menjamin instalasi bersih dari zat lain.

Dalam pengujian akan dilihat unjuk kerja mesin pendingin yang dioperasikan

menggunakan R-12, dibandingkan dengan unjuk kerja mesin pendingin jika

dioperasikan menggunakan Petrozon, R-134a serta Musicool. Hasil pengujian

untuk 4 refrigeran uji adalah Musicool menghasilkan COPmaks, = 2,1 pada beban

rendah dengan tekanan kerja evaporator rata-rata 2,6 bar, R-134a sesuai untuk

beban rendah maupun beban tinggi dengan COP rata-rata = 2,4, Petrozon sesuai

pada beban pendinginan yang tinggi dengan COPmaks = 2,2 dan R-12

menghasilkan COP maksimum 2,3 pada tekanan kerja evaporator rata-rata 1,6 bar.

Hukum Negara telah melarang mencampur refrigeran pada sistem AC R-

12 atau R-134a dengan refrigeran yang lain. Anda harus menggunakan jenis

refrigeran yang sama saat melakukan pengisian atau penambahan pada sistem AC,

jika melakukan perubahan pada sistem AC, kita harus mengeluarkan semua

refrigeran yang lama sebelum menggantinya dengan yang baru.

R-12 dan R-134a tidak bisa dicampurkan, karena refrigeran R-134a tidak

akan dapat bergabung dengan R-12, oli kompressor R-12 adalah oli mineral dan

Page 28: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

92

akan menyebabkan rusakan kompressor jika digunakan untuk R-134a. Dryer pada

sistem R-12 juga berbeda dengan R-134a dan komponen ini tidak dapat saling

dipertukarkan. Mencampur refrigeran dapat juga menyebabkan masalah atau

bahaya pada sistem AC misalnya tekanan pada kompressor, menambahkan R-22

(yang banyak digunakan pada sism AC stationer tetapi tidak dirancang untuk

digunakan pada sistem AC kendaraan) ke R-12 atau R-134a akan menaikkan

tekanan pada sistem A/C secara drastis dan dapat mengakibatkan kerusakan

kompressor. Hubungan suhu dan tekanan pada R-22 sangat jauh berbeda dengan

R-134a, oleh karena itu pemakaian R-22 pada sistem AC kendaraan akan

menyebabkan tekanan yang berlebihan pada kompressor (sampai 500 psi).

Dryer yang dipakai untuk kedua sistem ini juga berbeda dan tidak dapat

saling dipertukarkan. R-134a memerlukan oli khusus jenis; polyalkylene oil (oli

PAG) atau polyol ester oil (oli POE) kadang-kadang diperlukan tingkat

kekentalan oli PAG yang berbeda untuk masing-masing kompressor (kendaraan

buatan General Motors hanya memerlukan satu jenis oli PAG utuk semua

produknya). Ada juga oli AC yang dijual pada aftermarket (oli POE) yang bisa

dipakai untuk kedua sistem AC R-12 dan R-134a, tidak seperti (oli PAG), (oli

POE) akan dapat bercampur dengan oli mineral yang lazimnya dipakai pada

sistem AC R-12 .

5.2.1.2 Refrigeran bercampur atau terkontaminasi dengan udara

Udara adalah sesuatu yang tidak diinginkan pada sistem AC, karena udara

sangat sulit/tidak bisa dikondensasikan. udara tidak dapat berubah wujud dari gas

menjadi cair melalui tekanan yang dibangkitkan oleh kompresor AC, jika terdapat

Page 29: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

93

udara pada refrigeran, maka volume refrigeran yang diisikan pada sistem AC juga

tidak seperti yang diharapkan, akibatnya unjuk kerja AC akan menurun. Udara

yang beredar pada sistem AC juga menyebabkan freeze-up (pembekuan) pada

evaporator, kejadian tersebut dapat menyebabkan pendinginan ruangan kadang-

kadang terasa dingin dan kadang-kadang tidak, suara yang timbulkan oleh

kompressor semakin berisik, bahkan kalau dibiarkan hal tersebut dapat merusak

kompressor.

Udara dapat masuk pada sistem AC melalui berbagai cara, misalnya saat

sistem AC dibuka waktu service lakukan, meskipun sistem AC divakum sebelum

pengisian refrigeran, akan tetapi udara tetap beredar dalam instalasi sistem AC

karena adanya udara yang dikandung oleh refrigeran yang terkontaminasi. Udara

dapat juga masuk ke instalasi sistem AC melalui kebocoran, bahkan ketika sistem

berisi refrigeran dan jika tekanan berada di bawah 0, udara dan uap lembab akan

tetap berada dalam intalasi sistem AC. Komponen dryer atau filter hanya akan

menyerap kelembaban udara tapi tidak akan mengurangi volume udara yang

terkandung dalam refrigeran, tidak ada cara untuk mencegah kekosongan ruang

yang ditempati udara bila refrigeran terkontaminasi udara. Udara juga sering

masuk ke instalasi sistem AC ketika melakukan penambahan refrigeran, jika

tangki alat recovery-charging AC terkontaminasi udara, maka udara akan masuk

ke sistem AC bersama-sama dengan refrigeran.

Sebagian alat recovery-charging AC didisain ke secara otomatis agar

dapat memisahkan udara dari tangki, dan sebagian alat yang lain harus diakukan

secara manual, sekali sehari direkomendasikan untuk membuang kandungan udara

Page 30: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

94

yang ada dalam tangki alat recovery-charging AC, agar kemurnian refrigeran

dapat dijaga, kadang-kadang teknisi melakukan pekerjaan itu dengan teliti, akan

tetapi peralatan yang sudah tua tidak secara otomatis membersihkan udara dari

tangki dengan akurat, akibatnya pencemaran refrigeran oleh udara menjadi

masalah yang sudah umum terjadi.

Untuk memeriksa kemungkinan refrigeran terkontaminasi oleh udara,

teknisi di tempat penjual refrigeran harus mencatat tekanan pada tangki

penyimpan/penampung, jika melebihi tekanan maksimum yang dizinkan sesuai

dengan suhu lingkungan, maka berkemungkinan terdapat udara dalam tangki

penampung, oleh sebab itu tangki perlu divakum sebelum dimasukan refrigeran.

Masalah yang paling sulit adalah mendiagnosa refrigeran terkontaminasi oleh

udara, sebagian alat deteksi/identifikasi dapat mengetahui prosentase kontaminasi

udara pada refrigeran, sedangkan alat yang lain tidak bisa medeteksinya, hanya

akibat dari refrigeran yang tercampur udara dapat didiagnosa setelah AC bekerja,

yaitu adanya freeze-up pada sistem AC dan suara kompressor yang lebih berisik.

AC yang bekerja dengan normal dan refrigeran yang tidak terkontaminasi

udara akan dapat menurunkan suhu 25 sampai 30 derajat C lebih dingin dari suhu

udara luar dan juga dapat menurunkan kelembaban udara menjadi tingkat

kelembaban yang lebih nyaman. Sebagai contoh; bagaimana kontaminasi udara

dapat menyebabkan kesalahan diagnosa pada mobil Cadillac tahun 1994-1995.

Pada kendaraan ini ditemukan kode kesalahan A047 hal itu menandakan

refrigeran pada sistem AC mobil ini kurang, waktu memeriksa tekanan dengan

manometer terlihat semua dalam keadaan normal.

Page 31: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

95

Mengosongkan dan memvakum serta mengisi kembali refrigeran pada

kendaraan tersebut akan dapat memecahkan masalah untuk sementara waktu,

tetapi apabila beberapa hari kemudian kendaraan kembali lagi dengan masalah

yang sama, berarti tangki alat recovery-charging AC anda terkontaminasi oleh

udara. Hanya ada satu jalan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan

memastikan kemurnian refrigeran yang diisikan pada sistem AC Cadillac itu.

5.2.1.3 Terjadinya multi kontaminasi refrigeran

Kontaminasi silang atau multi kontaminasi yang sering terjadi akhir-akhir

ini disebabkan berbagai alasan, salah satunya adalah para penjual yang dahulunya

hanya menyediakan satu jenis refrigeran, saat ini juga memasarkan jenis

refrigeran yang lain, sebagai contoh bahwa R-12 dipakai pada kendaraan yang

lebih tua dan R-134a untuk kendaraan yang baru. Pengganti R-12 telah

berkembang pesat, saat ini sekurangnya terdapat enam jenis refrigeran yang

beredar di pasaran seperti Freeze 12, FRIGC, Free Zone, Hot Shot, McCool Chill-

It GHG-X4 and R-406A dan berjuta-juta kg bahan ini telah terjual kepada

konsumen.

Mahalnya harga R-12 telah menyebabkan berkembang biaknya refrigeran

alternatif, tetapi harga yang tinggi dari R-12 juga telah mendorong orang

menyelundupkannya, meskipun sebagian mereka telah ditangkap dan penegakan

hukum terus dilaksanakan, akan tetapi masih ada orang yang mencari keuntungan

dengan jalan pintas melalui cara mendaur ulang R-12 dengan refrigeran murah

lainnya seperti R-22. Mahalnya harga R-12 juga telah telah menyebabkan

Page 32: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

96

sebagian orang menggunakan refrigeran yang mudah terbakar secara tidak sah.

sebagai konsekuensinya banyak dan semakin banyak "barang rombengan" yang

dimasukan ke dalam sistem AC, hal ini tidak saja menyebabkan masalah untuk

pengendara mobil tetapi membawa petaka bagi orang yang menggukan alat

recovery-charging AC, seperti halnya virus yang akan menular dari satu

kendaraan ke kendaraan yang lain.

Karakter pendinginan R-134a hampir sama dengan R-12, tidak beracun

dan tidak dapat menyala serta tidak merusak ozon-berwawasan lingkungan. Guna

mengurangi resiko kontaminasi silang diantara dua zat pendingin ini, EPA

menyarankan bahwa diperlukan perbedaan service valve untuk R-134a dan juga

label yang berbeda dari R-12 agar para teknisi segera dapat mengenali jenis zat

pendingin yang digunakan pada kendaraan. Demikian juga service valve yang

berbeda dibuatkan untuk jenis zat pendingin yang lain, akan tetapi dengan

semakin banyaknya kendaraan yang memakai R-134a yang sudah berada diluar

garansi maka timbul persoalan terkontaminasinya zat pendingin tersebut.

5.2.1.4 Refrigeran alternatif

Dengan meningkatnya harga R-134a, maka refrigeran alternatif juga

menjadi banyak dan kontaminasi silang semakin lebih sering terjadi. Agar

menjadi pengganti alternatif yang sah dari R-12, refrigeran harus mendapat ijin

dari EPA (Environment Protection Agency), dilakukan penetapan kriteria

refrigeran yaitu tidak merusak lingkungan, tidak mudah terbakar, tidak merusak

lapisan ozon dan lain-lain.

Page 33: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

97

Meskipun kriteria tersebut telah sesuai dengan yang ditetapkan EPA,

bukan berarti refrigeran baru itu disetujui atau ditetapkan sebagai pengganti R-12,

oleh karena itu tidak sah mencampur refrigeran yang berbeda pada sistem AC

kendaraan. Semua refrigeran yang lama harus dipindahkan sebelum refrigeran

baru dimasukkan ke dalam sistem AC secara legal. Satu-satunya refrigeran

alternatif sebagai pengganti R-12 pada sistem AC kendaraan adalah R-134a,

refrigeran ini lebih baik dari R-12 bila semua prosedur dikuti dengan benar, dan

R-134a tidak boleh sedikitpun tercampuran dengan refrigeran lain.

Fraksinasi adalah pemisahan komposisi yang dapat terjadi pada campuran

yang disebabkan oleh perbedaan kimia diantara zat pendingin (molekul ringan dan

yang unsur yang lebih berat tidak bisa bercampur), serta perbedaan indek tingkat

kebocoran melalui seal dan hose instalasi AC (lebih kecil molekul, tingkat

kebocoran lebih tinggi dari pada molekul yang lebih besar), indek penyerapan oli

kompressor dan drier juga berbeda. Fraksinasi dapat merubah susunan campuran

secara keseluruhan, juga menyebabkan kesulitan saat melakukan daur ulang

karena komposisi campuran tersebut sudah tidak sesuai saat daur ulang dan yang

akan diisikan pada sistem AC.

Alternatif penggati zat pendingin R-12 hanya R-134a, karena lebih

sederhana dan mudah melaksankannya, mengurangi resiko kontaminasi dan

mengeliminasi kebutuhan pada alat recovery-charging AC yang beragam jika

penganti R-12 juga banyak. Para pemasok yang lain mengatakan bahwa produk

mereka lebih baik dari R-134a, sistem mereka telah dirancang untuk pengganti R-

12. juga tidak perlu mengganti oli kompresor atau drier (yang biasanya

Page 34: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

98

direkomendasikan bila mengubah R-12 ke R-134a). Mereka juga mengatakan

bahwa fraksinasi adalah masalah yang dibesar-besarkan, bukan merupakan

masalah utama saat mendaur ulang produk mereka (mendaur ulang campuran

yang dilakukan sekarang tidak perlu, akan tetapi EPA melihat bahwa pekerjaan

tersebut dapat dilaksanakan).

5.2.1.5 Refrigeran illegal

Akibat buruk yang lain dari kenaikan harga R-12 adalah pemakaian

refrigeran illegal, yaitu penggunaan refrigeran yang tidak sesuai dengan kriteria

EPA (mengacu pada faktor pencemaran, keamanan dan lingkungan). Refrigeran

yang mudah terbakar terdiri dari sebagian besar hidrokarbon (sejenis metan, gas

hidrokarbon, isobutane, dan lain-lain). Sudah diumumkan bahwa refrigeran yang

mudah terakar tidak boleh lagi dipakai pada AC kendaraan, tapi karena harganya

yang murah masih ada sebagian kecil kendaraan memakai refrigeran tersebut

sampai saat ini.

Refrigeran yang mudah terbakar berbahaya jika digunakan pada

kendaraan, bila terjadi kebocoran refrigeran dapat menyebabkan ledakan

kebakaran yang sangat hebat pada ruang penumpang. Jika terjadi

tabrakan/kecelakaan dikawatirkan juga terjadi kebocoran refrigeran yang akan

menyebabkan bahaya kebakaran dan kerusakan lebih fatal pada kendaraan,

demikian juga resiko kebocoran dan bahaya kebakaran akan mengancam teknisi

saat melukakan service. Refrigeran mudah terbakar hanya digunakan pada

beberapa aplikasi sistem AC stasioner .

Page 35: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

99

5.2.1.6 Kelarutan dalam minyak pelumas

Refrigeran dan pelumas dapat bercampur dan tidak dapat bercampur

tergantung pada jenis dan ukuran kompresor. Pada kompresor torak jenis kecil

dimana tidak memungkinkan untuk dipasang pemisah oli, maka diperlukan

pasangan refrigeran, oli-refrigeran yang larut dengan baik satu sama lain agar

pelumas tidak tertinggal di kondensor, katup ekspansi atau evaporator. Pada

sistem kompresor yang memungkinkan terjadinya pencampuran refrigeran-oli,

maka perlu diperhatikan adanya penurunan kerapatan dan viskositas minyak

pelumas tersebut agar tidak terjadi kegagalan pelumasan.

Pelumas refrigeran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok

yaitu oli mineral yang berasal dari mnyak bumi dan oli sintetik. Terdapat dua jenis

oli mineral Napthenic dan Paraffinic, keduanya merupakan senyawa hidrokarbon

jenuh, tetapi oli mineral napthenic mempunyai ikatan cyclic yang menyebabkan

oli jenis ini viskositas dan temperatur curahnya lebih rendah dibandingkan oli

mineral Parafficnic yang banyak mengandung lilin paraffin. Dalam praktek

keduanya terdapat dalam mineral oli dengan komposisi yang berbeda-beda.

Refrigeran sintetik yang banyak digunakan adalah alkyl-benzene, polyo ester

(POE), dan polyalkylglycol (PAG).

Hampir semua refrigeran halokarbon larut dengan baik dalam oli mineral,

kecuali R-22, R-114, R-502 yang hanya larut sebagian. Oleh sebab itu,

penggunaan refrigeran yang hanya terlarut sebagian ini pada sistem refrigerasi

yang kecil dan refrigeran tercampur dengan minyak pelumas memerlukan

perhatian pada sistem pemipaan yang memungkinkan minyak pelumas kembali ke

Page 36: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

100

kompresor secara gravitasi. R-134a tidak bercampur dengan oli mineral, sehingga

pasangan refrigeran-minyak pelumas ini tidak digunakan pada mesin refrigerasi

kapasitas kecil yang tidak memungkinkan dipasangnya pemisah oli.

Pada umumnya viskositas dan massa jenis oli pelumas akan menurun jika

bercampur dengan refrigeran. Besarnya penurunan viskositas dan massa jenis ini

meningkat dengan meningkatnya jumlah refrigeran yang terlarut, temperatur dan

tekanan. Oleh sebab itu perlu diperhatikan agar penurunan viskositas dan massa

jenis ini tidak sampai menyebabkan kegagalan pelumasan.

Pelumas kompresor dibutuhkan untuk memberi pelumasan pada bantalan

kompresor (bearing), dan komponen yang bergerak dan bergesekan. Pelumas

kompresor bersikulasi bersama-sama refrigeran sehingga harus digunakan

pelumas khusus yang dapat bercampur dengan refrigeran dan tidak membeku

pada temperatur rendah (evaporator).

Jenis pelumas yang biasa digunakana adalah PAG (polyalkyleneglycol)

untuk refrigeran R-134a dan minyak pelumas mineral untuk R-12. Minyak

pelumas R-12 tidak dapat digunakan untuk R-134a, karena tidak akan bercampur

dengan refrigeran ini.

Saat sistem MAC (Mobile Air Conditioning) beroperasi, sebagian pelumas

yang bercampur dengan refrigeran akan terbawa keluar kompresor, sehingga

sejumlah pelumas akan ditemukan di kondensor, evaporator, receiver dryer, dan

komponen lainnya. Namun, sejumlah tertentu pelumas harus bersikulsi berasama-

sama refrigeran untuk melumasi bagian-bagian yang memerlukan.

Page 37: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

101

Jumlah pelumas di dalam kompresor tidak boleh terlalu banyak atau

terlalu sedikit. Jika jumlah pelumas terlalu banyak, maka pelumas akan menempel

pada dinding pipa kondensor dan evaporator dan menghalangi perpindahan panas.

Akibatnya kapasitas pendinginan akan menurun. Kandungan pelumas dalam

refrigeran yang mencapai 10% dapat menurunkan kapasitas pendinginan 8%. Jika

jumlah pelumas dalam kompresor terlalu sedikit akan menyebabkan temperatur

kompresor meningkat, komponen cepat aus dan rusak akibat temperatur yang

tinggi.

Dalam menangani pelumas untuk R-134a perlu diperhatikan agar pelumas

ini tidak terkena udara bebas terlalu lama karena sifatnya yang sangat higroskopik

dan iritasi. Dengan beberapa plastik dan cat minyak pelumas ini bereaksi.

Pelumasan pada silinder dan torak biasanya dilakukan dengan percikan

oleh batang penghubung, atau pelat swash dan wobble. Pada jenis kompresor TV

terdapat pemisah pelumas di dalam kompresor. Hal ini dibuat dengan maksud

untuk memperbaiki efek pendinginan dengan mencegah pelumas terbawa ke

kondensor dan evaporator.

Pemisah pelumas ditempatkan pada sisi tekanan tinggi (discharge).

Campuran refrigeran dan pelumas yang keluar dari katup keluaran dengan

dipandu oleh deflektor di alirkan ke arah bawah. Akibat adanya perbedaan massa

jenis dan efek gravitasi, pelumas akan terpisah dengan uap refrigeran. Pelumas

yang terkumpul akan kembali ke ruang tengah kompresor yang tekanannya lebih

kecil dari tekanan keluaran melalui lubang pelumas atau katup.

Page 38: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

102

5.2.2 Cara meningkatkan unjuk kerja (COP) mesin pendingin

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan unjuk kerja

(COP) mesin pendingin yang menggunakan refrigeran CFC-12/R-12 hasil

recovery dan recycle dari hasil penelitian diatas adalah antara lain :

a) Meningkatkan kemurnian refrigeran CFC-12/R-12 dengan mendaur ulang

(proses recycle) menggunakan mesin 3R multi laluan.

b) Mereklamasi refrigeran (Reclamation) adalah upaya untuk menperoleh

ulang refrigeran yang melekulnya telah rusak dan tidak dapat dimurnikan

dengan cara recycling. Berbeda dengan proses recycling yang hanya

melibatkan proses-proses fisik seperti penyaringan kotoran dan pemisahan

pelumas, proses reclaiming melibatkan proses kimia untuk memperbaiki

susunan melekul.

c) Penanganan refrigeran CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R

yang baik dan benar; pengosongan, pemakuman, uji kebococoran,

pemakuman, isi oli dan pengisian refrigeran sesuai dengan tekanan

optimal.

d) Perawatan termasuk menjaga kebersihan AC mobil.

5.2.3 Retrofitting CFC-12 ke HFC-134a

HFC-134a digunakan secara luas sebagai alternatif CFC-12 untuk MAC

baru. Diharapkan bahwa kapasitas pendinginan HFC-134a dibandingkan dengan

CFC-12 sedikit lebih rendah (sekitar 9% penurunan kapasitas pendinginan).

HFC-134a tidak bercampur dengan pelumas mineral. Sehingga, pelumas

mineral yang umumnya digunakan untuk CFC-12 dan refrigeran hidrokarbon

Page 39: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

103

tidak dapat digunakan untuk HFC-134a. Pelumas polyalkyleneester (POE) saat ini

digunakan sebagai pelumas pada sistem HFC-134a, pelumas ini bersifat sangat

higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dalam jumlah yang besar.

Kombinasi pelumas POE dan HFC-134a merupakan pelarut yang sangat baik.

Disebabkan oleh karakteristik yang tidak menguntungkan ini, terdapat masalah

ketahanan dan kesukaran selama service.

Sistem POE dan HFC-134a membutuhkan tingkat kebersihan yang tinggi.

Hal ini harus dijaga walaupun untuk sistem MAC bekas pakai saat dilakukan

retrofitting. Hal-hal berikut perlu diperhatikan :

a) Pelumas kompresor harus dikeluarkan seluruhnya sebelum menggantinya

dengan pelumas POE. Sisa pelumas lama walau dalam jumlah sedikit

dapat menjadi kontaminan dalam sistem.

b) Pelarut seperti CTC dan CFC-11 tidak boleh digunakan untuk flushing.

c) CFC-12 dan pelumas kompresornya lebih toleran terhadap kontaminan,

sedangkan HFC-134a dan POE memerlukan penangan lebih khusus.

d) Saat retrofitting ke HFC-134a diketahui bahwa kontaminan mulai

berdeposisi di dalam pipa kapiler.

e) Tekanan kerja akan meningkat jika terdapat kontaminan atau pengotor

seperti udara atau refrigeran lain berada di dalam sistem.

Karena karakteristik campuran HFC-134a/POE, sejumlah komponen harus

diganti saat melakukan retrofitting dari CFC-12 ke HFC-134a. Komponen yang

perlu diganti adalah :

Page 40: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

104

a) Kompresor

b) Filter dryer dan

c) Katup ekspansi

Pada kasus kompresor, ada kemungkinan pembentukan kerak akibat

dekomposisi termal atau hidrolis atau keduanya. Ada beberapa komponen tertentu

yang terbuat dari bahan non logam digunakan dalam kompresor CFC-12, yang

tidak sesuai dengan sistem HFC-134a/POE. Material non logam ini secara

perlahan digerus dan membentuk kerak di dalam kompresor. Pada kompresor

HFC-134a baru, material non logam telah diganti dengan bahan yang lebih sesuai.

Katup ekspansi juga perlu diganti dengan yang khusus untuk HFC-134a dengan

bahan tembaga yang lebih baik. Dengan demikian, biaya penggantian komponen-

komponen ini sangat tinggi. Hal ini menyebabkan retrofitting ke HFC-134a tidak

ekonomis.

5.3 Pemakaian Refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a

Pemakaian refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a pada

perusahaan/bengkel AC mobil di Denpasar - Bali disajikan pada Tabel 5.4.

Page 41: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

105

Tabel 5.4 Rekapitulasi Refrigeran CFC-12 dan HFC-134a pada Bengkel AC Mobil di

Denpasar - Bali

Berdasarkan rekafitulasi pemakaian refrigeran pada perusahaan/bengkel

AC mobil di Denpasar-Bali seperti ditunjukkan pada tabel 5.4, terlihat rata-rata

pemakaian refrigeran CFC-12/R-12 dari tahun 2007, 2008, 2009 hingga Mei

2010, yaitu: 185,36 kg, 145,57 kg, 110,31 kg, hingga 47,85 kg. Dari tahun 2007

Page 42: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

106

hingga Mei 2010 terjadi penurunan pemakaian dengan rata-rata penurunannya

31,87 kg atau 21,44% pertahun. Secara rinci penurunan pemakaian refrigeran

CFC-12/R-12 disajikan pada Gambar 5.2.

Pemakaian (kg)

Gambar 5.2 Pemakaian Refrigeran CFC-12/R-12 pada Bengkel AC Mobil di Denpasar-Bali

dari Tahun 2007 sampai Mei 2010

Sedangkan pemakaian refrigeran HFC-134a/R-134a dari tahun 2007,

2008, 2009 hingga Mei 2010, yaitu: 195,44 kg, 232,71 kg, 294,67 kg, dan 167, 23

kg. Bila diprediksi sampai akhir tahun 2010 nampak pemakaiannya dari tahun ke

tahun meningkat dengan rata-rata peningkatan 33,45 kg atau 23,4 % per tahun.

Secara rinci peningkatan pemakaian refrigeran HFC-134a/R-134a disajikan pada

Gambar 5.3.

Page 43: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

107

Pemakaian (kg)

Gambar 5.3 Pemakaian Refrigeran HFC-134a/R-134a pada Bengkel AC Mobil di Denpasar-

Bali dari Tahun 2007 sampai 2010

Terjadinya penurunan penggunaan CFC-12/R-12 pada AC mobil karena

terjadi kelangkaan CFC setelah diberlakukan pemberhentian import CFC ke tanah

air, kecuali oleh importer terdaftar dan hanya untuk kesehatan (dalam bidang

kedokteran). Dengan demikian pemakaian refrigeran jenis CFC-12/R-12 suatu

saat akan habis. Sedangkan terjadi peningkatan pemakain refrigeran HFC-134

dengan rata-rata peningkatan 33,45 kg atau 23,4 % per tahun. Terjadi peningkatan

pemakaian HFC-134a/R-134a pada AC mobil karena dengan dilarang atau

diberhentikan import CFC-12/R-12 ketanah air berarti terjadi kelangkaan CFC di

tanah air. Sementara belum ada pengganti refrigeran CFC-12/R-12 yang baik

kecuali HFC-123/R-134a.

Page 44: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

108

5.4 Saran dari Responden

Beberapa saran dan masukan yang dapat dijaring dari responden (lampiran

22), yaitu: 70,37% agar tersedia spare part, 70,37 % menetapkan tempat service

peralatan mesin 3R, 22,2% menyediakan suku cadang mesin 3R yang murah,

44,4% meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan tidak melepas CFC

-12 ke udara pada saat service, 11,11% menggunakan refrigeran R-134a yang

ramah lingkungan, dan 7,4% pengadaan mesin 3R baru.

5.4 Prediksi Terhadap Dampak Lingkungan

Bahan-bahan perusak ozon sebenarnya telah diatur dalam Protokol

Montreal. Pemerintah melalui Kepres No. 92 Tahun 1998 telah mengesahkan

berlakunya protokol ini di Indonesia. Melalui Keputusan Menteri Perindustrian

dan Perdagangan No. 110 Tahun 1998, pemerintah telah memberikan larangan

dalam memproduksi dan memperdagangkan barang baru yang menggunakan

bahan perusak ozon.

Sebagai negara berkembang Indonesia tidak memproduksi bahan perusak

ozon, namun kebutuhan akan bahan tersebut dilakukan dengan mengimpor dari

negara-negara maju seperti Amerika, Eropa, China dan India.

Cara menghindari kerusakan yang lebih parah lagi terhadap lapisan ozon :

a) Membatasi atau mengurangi emisi Bahan Perusak Ozon (BPO) melalui

penggunaan bahan ''ramah ozon''.

b) Membentuk Tim Kerja Perlindungan Lapisan Ozon (TKPLO), untuk

mengendalikan peredaran dan penggunaan bahan perusak ozon.

Page 45: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

109

c) Sosialisasi pada distributor/produsen.

d) Dana hibah dapat dimanfaatkan bagi perusahaan-perusahaan yang selama

ini membuat produk yang mengandung bahan perusak ozon, bersedia

mengurangi atau mengganti bahan-bahan perusak ozon dalam produknya

dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan.

Upaya-upaya lainnya dalam rangka pengurangan maupun penghapusan

ODS (Ozon Depleting System), antara lain:

a) Menerima teknologi baru dari pihak lain yang bersedia meminjamkan

teknologi baru.

b) Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan/personal agar cocok

dengan penggunaan teknologi baru.

c) Menumbuh kembangkan dan merangsang sistem yang sesuai dengan

teknologi non ODS.

d) Mengadakan investasi bagi fasilitas produksi dan laboratorium uji untuk

teknologi tanpa ODS.

e) Sosialisasi penggunaan alternatif bahan non ODS melalui media cetak dan

media elektronik.

f) Mengadakan pertemuan rutin dengan beberapa instansi terkait dari tiap

sektor ODS, pertemuan regional, dan internasional.

g) Menguatkan kampanye ekolabeling pada produk yang dianggap ramah

lingkungan.

Kondisi lapisan ozon yang sejak tahun 1960 menunjukkan grafik

penurunan, kini mulai mengarah naik menuju pemulihan. Salah satunya karena

Page 46: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

110

penerapan Protokol Montreal di ratusan negara peratifikasi berjalan efektif.

Protokol ini mengatur pengurangan bahan-bahan perusak ozon (Gesit Aryanto,

2007).

Pada pertengahan abad ini, kondisi lapisan ozon kemungkinan akan

kembali seperti tahun 1960-an dengan catatan penggunaan bahan perusak ozon

tetap terkontrol, kata peneliti sains kimia di Badan Kelautan dan Atmosfer

(NOAA) Amerika Serikat, David Fahey, pada Lokakarya Regional Media tentang

Ozon dan Perubahan Iklim yang diadakan Program Lingkungan Persatuan Bangsa

Bangsa (UNEP) di Singapura (Antara, 2006). Hal yang sama juga diumumkan

oleh tim ilmuwan Australia bahwa lubang dalam lapisan ozon sedang menciut,

dan kemungkinan besar akan tertutup sebelum tahun 2050.

Pemulihan lapisan ozon berarti kehidupan di bumi kembali nyaman karena

penghuninya terhindar dari berbagai ancaman, di antaranya kanker kulit dan

dampak masif radiasi ultraviolet lainnya. Secara keseluruhan, bahan perusak ozon

(ODS) merupakan gas rumah kaca yang merupakan unsur utama pemanasan

global yang berujung perubahan iklim.

Bila perlindungan lapisan ozon dilakukan secara murni dan konsekuen,

serta impor illegal Bahan Perusak Ozon (BPO) dalam hal ini CFC-12/R-12 dapat

dihentikan, berdasarkan hasil penelitian ini terjadi penurunan penggunaan CFC-

12/R-12 pada AC mobil 21,44% pertahun, niscaya lima tahun kedepan

penggunaan CFC-12/R-12 pada AC mobil di Denpasar dapat diberhentikan.

Tinggal CFC-12/R-12 yang masih beroperasi pada mesin pendingin. Bilamana

diasumsikan umur AC mobil rata-rata 10 tahun maka setelah tahun 2025 sudah

Page 47: 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Refrigeran

111

tidak ada CFC lagi baik yang beroperasi maupun yang ada di pasaran. Dengan

demikian penipisan lapisan ozon oleh emisi CFC-12/R-12 ke atmosfir dapat

dicegah di Denpasar.

Jadi, kita harus bekerja sama satu dengan yang lainnya, agar tidak ada lagi

kehancuran sumber daya dan bertanggung jawab atas apa yang sudah Tuhan

berikan pada kita yaitu dengan melestarikannya. Memang, saat ini kita tidak bisa

memperbaiki lapisan ozon yang sudah bolong. Setidaknya kita dapat mengurangi

lubang - lubang yang ada di lapisan ozon, sehingga lubang ozon tidak bertambah

parah.