v. hasil dan pembahasan 5.1 gambaran umum teh hitam …repository.ub.ac.id/4486/6/bab v.pdf ·...
TRANSCRIPT
30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Teh Hitam Indonesia
Gambaran umum teh hitam Indonesia akan menjelaskan mengenai
perkembangan luas lahan dan produksi teh hitam, persebaran luas lahan teh hitam
Indonesia, presentase penurunan maupun kenaikan luas lahan dan produksi teh
hitam Indonesia.
Menurut Indonesia Tea Board (2016), Indonesia merupakan salah satu negara
dengan luas lahan teh terbesar didunia dengan lahan yang tersebar di 11 provinsi,
diantaranya: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, DI Yogyakarta, Banten, dan Kalimantan
Timur. Dari kesebelas provinsi tersebut, Jawa Barat memiliki luas lahan terbesar
diantara provinsi lain yaitu sebesar 93.697 Hektar. Urutan kedua yaitu provinsi
Jawa Tengah dengan luas lahan sebesar 9.604 Hektar. Provinsi dengan luas lahan
teh terbesar ketiga yaitu provinsi Sumatera Barat dengan luas lahan sebesar 4.916
Hektar (Lampiran 1). Berikut merupakan grafik luas lahan teh hitam Indonesia
periode 2005 hingga 2014:
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Luas Lahan Teh Indonesia (ha)
Luas Lahan (ha)
Gambar 1 Luas Lahan Teh Hitam Indonesia
Sumber: FAOSTAT, 2017
31
Berdasarkan gambar 5, luas lahan teh Indonesia cenderung mengalami
penurunan. Luas lahan terbesar pada tahun 2005 yaitu 142.847 Hektar, dan tahun-
tahun berikutnya mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun
2006, dimana menurun sebesar 22% dibandingkan tahun sebelumnya (Lampiran 2).
Menurut Indonesia Tea Board (2016), luas lahan teh hitam Indonesia mengalami
penurunan tiap tahunnya karena perkebunan rakyat yang semakin berkurang karena
adanya alih fungsi lahan. Pada tahun 2005 luas perkebunan rakyat teh hitam di
Indonesia yaitu seluas 60.80 Hektar, kemudian menurun tiap tahunnya dan pada
tahun 2014 luas perkebunan rakyat teh hitam di Indonesia menjadi seluas 53.40
Hektar (Lampiran 3). Menurut Ansori (2014), laju konversi tanaman teh ke
komoditas lain dan alih fungsi lahan perkebunan teh menjadi kawasan wisata juga
memberikan sumbangsih penurunan luas lahan. Total pengurangan luas kebun
rakyat, kebun besar negara, dan kebun swasta rata-rata 3.000 ha/tahun. Penurunan
dalam luas lahan perkebunan rakyat mengakibatkan produksi teh hitam Indonesia
mengalami fluktuasi. Berikut merupakan grafik perkembangan produksi teh hitam
Indonesia periode 2005 hingga 2014:
Gambar 6 menunjukkan bagaimana produksi teh hitam Indonesia
mengalami fluktuasi. Penurunan produksi terbesar terjadi antara periode 2005
hingga 2006, dimana produksi teh menurun sebesar 12% yaitu 167,276 turun
130000
135000
140000
145000
150000
155000
160000
165000
170000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Produksi (ton)
Produksi (ton)
Gambar 2. Produksi Teh Indonesia
Sumber: FAOSTAT, 2017
32
menjadi 146,858 (Lampiran 4). Pada periode 2006 hingga 2009 produksi teh hitam
Indonesia mulai mengalami peningkatan, yaitu sebesar 2% (Lampiran 4). Pada
periode 2009 hingga 2014, produksi teh hitam Indonesia mengalami fluktuasi.
Menurut Meryana (2016), fluktuasi produksi teh hitam di Indonesia terjadi karena
penurunan luas lahan perkebunan rakyat dikarenakan alih fungsi lahan yang
menyebabkan produksi teh hitam dari perkebunan rakyat menurun, tetapi terjadi
peningkatan pada produksi teh hitam dari perkebunan negara dan swasta. Hal
tersebut dikarenakan perkebunan negara dan swasta memiliki sumberdaya yang
lebih memadai tiap tahunnya baik dari segi teknologi, sumberdaya manusia, teknik
budidaya teh yang terus berkembang, dan faktor-faktor lainnya.
5.2 Perbandingan Ekspor Teh Hitam Indonesia ke Inggris dan Rusia
Pada sub-bab mengenai perbandingan kondisi teh hitam Indonesia di Inggris
dan Rusia akan menjelaskan tentang perbandingan volume ekspor dan nilai ekspor
teh hitam Indonesia ke Inggris dan Rusia. Negara pembanding yang digunakan
yaitu Sri Lanka dan Cina.
5.2.1 Volume dan Nilai Ekspor Teh Hitam ke Inggris
Perbandingan volume ekspor teh hitam Indonesia ke Inggris dapat dijelaskan
pada gambar 5. Tingkat pertumbuhan volume ekspor teh hitam Indonesia di Inggris
pada tahun 2005 hingga 2014 menurun sebesar 7% dengan rata-rata volume ekspor
teh hitam sebesar 7.167 ton. Tingkat pertumbuhan volume ekspor teh hitam Sri
Lanka di Inggris pada tahun 2005 hingga 2014 menurun sebesar 17% dengan rata-
rata volume ekspor teh hitam sebesar 2.086 ton. Tingkat pertumbuhan volume
ekspor teh hitam Cina di Inggris pada tahun 2005 hingga 2014 menurun sebesar 8%
dengan rata-rata volume ekspor teh hitam sebesar 982 ton (Lampiran 5). Dibawah
ini merupakan perbandingan volume ekspor teh hitam Indonesia di Inggris :
33
Gambar 3 Perbandingan Volume Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan
Cina di Inggris
Sumber : UNCOMTRADE, 2017 (Data diolah)
Perbandingan nilai ekspor teh hitam antara Indonesia, Sri Lanka, dan Cina
di Inggris pada tahun 2005 hingga 2014 dapat dijelaskan pada gambar 7. Nilai
ekspor ketiga negara mengalami fluktuasi. Indonesia mengalami penurunan
pertumbuhan nilai ekspor sebesar 1% dan rata-rata nilai ekspor sebesar US$
12,368,425. Sri Lanka mengalami penurunan pertumbuhan nilai ekspor sebesar
10% dan rata-rata nilai ekspor sebesar US$ 6,375,132. Cina mengalami penurunan
pertumbuhan nilai ekspor sebesar 3% dan rata-rata nilai ekspor sebesar US$
2,242,440 (Lampiran 7). Berikut kurva perbandingan nilai ekspor teh hitam
Indonesia di Inggris :
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Perbandingan Volume Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka,
dan Cina di Inggris (kg)
Indonesia Sri Lanka Cina
34
Gambar 4 Perbandingan Nilai Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan Cina
di Inggris
Sumber : UNCOMTRADE, 2017 (Data diolah)
Dilihat dari data yang disajikan pada gambar 5 dan gambar 6 mengenai
perbandingan volume dan nilai ekspor teh hitam Indonesia, Sri Lanka, dan Cina ke
Inggris dapat dikatakan bahwa ekspor teh hitam Indonesia lebih mendominasi
dibandingkan teh hitam Sri Lanka dan teh hitam Cina. Hal ini selaras dengan data
yang dipaparkan oleh Atase Perdagangan London (2013) bahwa urutan Indonesia
sebagai negara utama pengekspor teh hitam ke Inggris lebih tinggi yaitu berada di
urutan ke-3, sedangkan Sri Lanka berada di urutan ke-6 dan Cina berada di urutan
ke-7. Dijelaskan oleh Wienanti (2013) bahwa perusahaan-perusahaan pengolahan
teh hitam di Inggris lebih memilih untuk menggunakan teh hitam dari Indonesia
karena memiliki kualitas yang tinggi dan lebih natural jika dibandingkan dengan
negara lainnya.
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Perbandingan Nilai Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan
Cina di Inggris (US$)
Indonesia Sri Lanka Cina
35
5.2.2 Volume dan Nilai Ekspor Teh Hitam ke Rusia
Perbandingan volume ekspor teh hitam Indonesia ke Rusia dapat dijelaskan
pada gambar 7. Tingkat pertumbuhan volume ekspor teh hitam Indonesia di Rusia
pada tahun 2005 hingga 2014 menurun sebesar 1% dengan rata-rata volume ekspor
teh hitam sebesar 10.872 ton. Tingkat pertumbuhan volume ekspor teh hitam Sri
Lanka di Rusia pada tahun 2005 hingga 2014 menurun sebesar 2% dengan rata-rata
volume ekspor teh hitam sebesar 39.270 ton. Tingkat pertumbuhan volume ekspor
teh hitam Cina di Rusia pada tahun 2005 hingga 2014 menurun sebesar 13% dengan
rata-rata volume ekspor teh hitam sebesar 5.067 ton (Lampiran 6). Berikut
merupakan perbandingan volume ekspor teh hitam Indonesia di Rusia :
Gambar 5 Perbandingan Volume Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan
Cina di Rusia
Sumber : UNCOMTRADE, 2017 (Data diolah)
Perbandingan nilai ekspor teh hitam antara Indonesia, Sri Lanka, dan Cina di
Rusia pada tahun 2005 hingga 2014 dapat dijelaskan pada gambar 8. Nilai ekspor
Sri Lanka cenderung meningkat, sedangkan Indonesia dan Cina cenderung stabil.
Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan nilai ekspor sebesar 5% dan rata-
rata nilai ekspor sebesar US$ 18,092,192. Sri Lanka mengalami peningkatan
pertumbuhan nilai ekspor sebesar 6% dan rata-rata nilai ekspor sebesar US$
127,052,779. Cina mengalami peningkatan pertumbuhan nilai ekspor sebesar 4%
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Perbandingan Volume Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka,
dan Cina di Rusia (kg)
Indonesia Sri Lanka Cina
36
dan rata-rata nilai ekspor sebesar US$ 9,789,289 (Lampiran 8). Berikut kurva
perbandingan nilai ekspor teh hitam Indonesia di Rusia:
Gambar 6 Perbandingan Nilai Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan Cina
di Rusia
Sumber : UNCOMTRADE, 2017 (Data diolah)
Dilihat dari data yang disajikan pada gambar 7 dan gambar 8 mengenai
perbandingan volume dan nilai ekspor teh hitam Indonesia, Sri Lanka, dan Cina ke
Rusia dapat dikatakan bahwa ekspor teh hitam Indonesia berada diantara Sri Lanka
dan Cina. Hal ini selaras dengan data yang dipaparkan oleh Krylova (2014) bahwa
urutan Indonesia sebagai negara utama pengekspor teh hitam ke Rusia yaitu berada
di urutan ke-5 dan berada dibawah Sri Lanka yang berada di urutan pertama dan
menjadi eksportir utama teh hitam ke Rusia saat ini. Menurut Sri Lankan Tea Board
(2015) teh hitam Sri Lanka yang dinamakan Ceylon Tea telah mendapatkan
konsumen yang loyal di Rusia. Teh Sri Lanka telah dikenal luas oleh seluruh
penduduk Rusia yang mendorong tingginya volume dan nilai ekspor teh hitam Sri
Lanka ke Rusia dan mendominasi negara lain.
Dijelaskan oleh Krylova (2014) bahwa nilai impor rata-rata teh hitam Rusia
sedang mengalami peningkatan dikarenakan permintaan terhadap teh hitam di
Rusia yang semakin meningkat. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan nilai
0
20000000
40000000
60000000
80000000
100000000
120000000
140000000
160000000
180000000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Perbandingan Nilai Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan
Cina di Rusia (US$)
Indonesia Sri Lanka Cina
37
ekspor teh hitam Indonesia, Sri Lanka, dan Cina mengalami peningkatan meskipun
pertumbuhan volume ekspor yang mengalami penurunan.
5.3 Analisis RCTA (Revealed Comparative Trade Advantage) Teh Hitam
Indonesia, Sri Lanka, dan Cina
Seperti yang dijelaskan oleh Tambunan (2004) RCTA digunakan untuk
menganalisis keunggulan komparatif yang berhubungan dengan daya saing
komoditas ekspor di suatu negara. Terdapat perbedaan antara RCTA dengan RCA.
Jika RCTA menganalisis daya saing komoditas ekspor di suatu negara, maka RCA
menganalisis kinerja ekspor produk dari suatu negara dibandingkan negara pesaing.
Indikator penilaian RCTA (Revealed Comparative Trade Advantage) yaitu jika
nilai RCTA > 0 komoditas dari suatu negara memiliki daya saing, sedangkan jika
nilai RCTA < 0 komoditas dari suatu negara tidak memiliki daya saing.
5.3.1 Analisis RCTA Teh Hitam di Inggris
Hasil analisis RCTA Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan Cina periode 2005-
2014 di Inggris menunjukkan Indonesia dan Sri Lanka memiliki daya saing ekspor
produk teh hitam, sedangkan Cina tidak memiliki daya saing ekspor teh hitam. Hal
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata RCTA yaitu Indonesia sebesar 2.462, Sri Lanka
sebesar 3.854, dan Cina sebesar -1.475. Berikut merupakan perhitungan RCTA Teh
Hitam di Inggris tahun 2005-2014:
Tabel 1 Perhitungan RCTA Ekspor Teh Hitam Indonesia ke Inggris periode 2005-
2014
Tahun RXA RMP RCTA
(RXA-RMP)
2005 2.184 0.000 2.183
2006 2.389 4.230 -1.841
2007 3.334 4.056 -0.722
2008 4.663 9.701 -5.038
2009 5.916 6.636 -0.720
2010 5.223 8.492 -3.269
2011 18.114 6.422 11.692
2012 14.049 0.227 13.822
2013 5.194 0.031 5.164
2014 3.667 0.322 3.345
Total 64.733 40.117 24.616
Rata-Rata 6.473 4.012 2.462
38
Data dari tabel 5 menunjukkan Indonesia menempati urutan kedua dalam
daya saing komparatif ekspor teh hitam di Inggris dengan nilai RCTA 2.462, hal ini
menunjukkan Indonesia memiliki daya saing komparatif terhadap teh hitam di
Inggris karena nilai analisis RCTA lebih dari nol (RCTA > 0). Indonesia lebih
memiliki daya saing komparatif dibandingkan Cina jika dilihat dari nilai RCTA.
Berdasarkan data UNCOMTRADE (2017), selama 10 tahun nilai ekspor teh
hitam Indonesia berkontribusi sebesar 0.0079 persen terhadap nilai ekspor seluruh
barang Indonesia ke Inggris. Sedangkan nilai impor teh hitam berkontribusi sebesar
0.00037 persen terhadap nilai seluruh impor Indonesia dari Inggris. Persentase
ekspor teh hitam Indonesia ke Inggris lebih besar dibandingkan persentase impor
teh hitam dari Inggris.
Tabel 2 Perhitungan RCTA Ekspor Teh Hitam Sri Lanka ke Inggris periode 2005-
2014
Tahun RXA RMP RCTA
(RXA-RMP)
2005 5.757 0.736 5.022
2006 6.499 0.709 5.790
2007 4.690 0.579 4.111
2008 3.977 0.910 3.068
2009 3.285 0.128 3.158
2010 2.528 0.201 2.328
2011 4.925 0.452 4.473
2012 6.553 0.650 5.903
2013 1.644 0.283 1.361
2014 3.691 0.359 3.331
Total 43.550 5.006 38.544
Rata-Rata 4.355 5.07 3.854
Berdasarkan perhitungan RCTA pada tabel 6, Sri Lanka menempati urutan
pertama dalam daya saing komparatif ekspor teh hitam di Inggris dengan nilai
RCTA 3.854, hal ini menunjukkan Sri Lanka memiliki daya saing komparatif
terhadap teh hitam di Inggris karena nilai analisis RCTA lebih dari nol (RCTA >
0). Sri Lanka menempati urutan pertama dalam daya saing komparatif karena
memiliki nilai RCTA lebih tinggi dari Indonesia dan Cina.
Berdasarkan data UNCOMTRADE (2017), selama 10 tahun nilai ekspor teh
hitam Sri Lanka berkontribusi sebesar 0.0062 persen terhadap nilai ekspor seluruh
barang Sri Lanka ke Inggris. Sedangkan nilai impor teh hitam berkontribusi sebesar
39
0.00063 persen terhadap nilai seluruh impor Sri Lanka dari Inggris. Persentase
ekspor teh hitam Sri Lanka ke Inggris lebih besar dibandingkan persentase impor
teh hitam dari Inggris.
Dari data pada tabel 6, nilai RCTA rata-rata Sri Lanka lebih besar dari
Indonesia karena nilai RCTA Sri Lanka tiap tahunnya selalu menunjukkan nilai
positif dan cenderung stabil. Berbeda dengan Indonesia dimana nilai RCTA
Indonesia pada tahun 2006 hingga 2010 memiliki nilai kurang dari nol (RCTA < 0)
yang berarti Indonesia tidak memiliki daya saing komparatif ekspor teh hitam pada
tahun tersebut.
Tabel 3 Perhitungan RCTA Ekspor Teh Hitam Cina ke Inggris periode 2005-2014
Tahun RXA RMP RCTA
(RXA-RMP)
2005 0.066 0.868 -0.802
2006 0.035 4.555 -4.520
2007 0.035 1.018 -0.983
2008 0.052 2.717 -2.664
2009 0.049 2.516 -2.467
2010 0.049 1.351 -1.302
2011 0.039 2.105 -2.066
2012 0.031 0.001 0.030
2013 0.017 0.011 0.006
2014 0.039 0.017 0.022
Total 0.411 15.158 -14.746
Rata-Rata 0.041 1.516 -1.475
Dari perhitungan RCTA pada tabel 7, Cina menempati urutan ketiga dalam
daya saing komparatif ekspor teh hitam di Inggris dengan nilai RCTA -1.475, hal
ini menunjukkan Cina tidak memiliki daya saing komparatif terhadap teh hitam di
Inggris karena nilai analisis RCTA kurang dari nol (RCTA < 0).
Berdasarkan data UNCOMTRADE (2017), selama 10 tahun nilai ekspor teh
hitam Cina berkontribusi sebesar 0.000059 persen terhadap nilai ekspor seluruh
barang Cina ke Inggris. Sedangkan nilai impor teh hitam berkontribusi sebesar
0.000012 persen terhadap nilai seluruh impor Cina dari Inggris. Persentase ekspor
teh hitam Cina ke Inggris lebih besar dibandingkan persentase impor teh hitam dari
Inggris.
Dari hasil analisis RCTA diketahui bahwa dalam periode 2005-2014 ekspor
teh hitam Indonesia ke Inggris memiliki keunggulan komparatif. Akan tetapi teh
40
hitam Indonesia tidak lebih unggul dibandingkan Sri Lanka, yang memiliki nilai
rata-rata RCTA yang lebih tinggi dari Indonesia. Sedangkan jika dibandingkan
dengan Cina, ekspor teh hitam Indonesia lebih unggul karena Cina tidak memiliki
keunggulan komparatif dalam hal ekspor teh hitam ke Inggris jika dilihat dalam
periode 10 tahun terakhir. Jika dilihat dari data pada tahun terakhir yaitu tahun
2014, Indonesia lebih memiliki keunggulan komparatif karena nilai RCTA yang
lebih tinggi dibandingkan Sri Lanka dan Cina. Peningkatan ini dapat menjadi acuan
bahwa terdapat potensi untuk terus meningkatkan ekspor teh hitam Indonesia ke
Inggris.
5.3.2 Analisis RCTA Teh Hitam di Rusia
Hasil analisis RCTA Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan Cina periode 2005-
2014 di Rusia menunjukkan Indonesia, Sri Lanka, dan Cina memiliki daya saing
ekspor produk teh hitam. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata RCTA yaitu
Indonesia sebesar 27.762, Sri Lanka sebesar 1396.257, dan Cina sebesar 0.234.
Berikut merupakan nilai RCTA Teh Hitam di Rusia tahun 2005-2014:
Tabel 4 Perhitungan RCTA Ekspor Teh Hitam Indonesia ke Rusia periode 2005-
2014
Tahun RXA RMP RCTA
(RXA-RMP)
2005 26.594 0 26.594
2006 21.969 0 21.969
2007 26.476 0 26.476
2008 59.961 0 59.961
2009 61.331 0 61.331
2010 19.589 0 19.589
2011 16.413 0 16.413
2012 13.692 0 13.692
2013 18.487 0 18.487
2014 13.106 0 13.106
Total 277.618 0 277.618
Rata-Rata 27.762 0 27.762
Data dari tabel 8 menunjukkan Indonesia menempati urutan kedua dalam
daya saing komparatif ekspor teh hitam di Rusia dengan nilai RCTA 27.762, hal ini
menunjukkan Indonesia memiliki daya saing komparatif terhadap teh hitam di
Rusia karena nilai analisis RCTA lebih dari nol (RCTA > 0). Indonesia lebih
memiliki daya saing komparatif dibandingkan Cina jika dilihat dari nilai RCTA.
41
Berdasarkan data UNCOMTRADE (2017), selama 10 tahun nilai ekspor teh
hitam Indonesia berkontribusi sebesar 0.030 persen terhadap nilai ekspor seluruh
barang Indonesia ke Rusia. Sedangkan nilai impor teh hitam berkontribusi sebesar
0 persen terhadap nilai seluruh impor Indonesia dari Rusia. Persentase ekspor teh
hitam Indonesia ke Rusia lebih besar dibandingkan persentase impor teh hitam dari
Rusia.
Tabel 5 Perhitungan RCTA Ekspor Teh Hitam Sri Lanka ke Rusia periode 2005-
2014
Tahun RXA RMP RCTA
(RXA-RMP)
2005 1416.034 0.000 1416.034
2006 2259.128 0.000 2259.128
2007 1620.169 0.000 1620.169
2008 1824.444 0.000 1824.444
2009 1040.358 0.000 1040.358
2010 1015.722 0.237 1015.484
2011 1314.966 0.000 1314.966
2012 1290.814 1.877 1288.937
2013 1152.503 0.000 1152.503
2014 1030.550 0.000 1030.550
Total 13964.689 2.115 13962.574
Rata-Rata 1396.469 0.211 1396.257
Sri Lanka menempati urutan pertama dalam daya saing komparatif ekspor teh
hitam di Rusia dengan nilai RCTA 1396.257, hal ini menunjukkan Sri Lanka
memiliki daya saing komparatif terhadap teh hitam di Rusia karena nilai analisis
RCTA lebih dari nol (RCTA > 0). Sri Lanka menempati urutan pertama dalam daya
saing komparatif karena memiliki nilai RCTA lebih tinggi dari Indonesia dan Cina.
Berdasarkan data UNCOMTRADE (2017), selama 10 tahun nilai ekspor teh
hitam Sri Lanka berkontribusi sebesar 50 persen terhadap nilai ekspor seluruh
barang Sri Lanka ke Rusia. Sedangkan nilai impor teh hitam berkontribusi sebesar
0.00018 persen terhadap nilai seluruh impor Sri Lanka dari Rusia. Persentase
ekspor teh hitam Sri Lanka ke Rusia lebih besar dibandingkan persentase impor teh
hitam dari Rusia. Besarnya kontribusi ekspor teh hitam Sri Lanka terhadap nilai
ekspor seluruh barang Sri Lanka ke Rusia dan kecilnya nilai impor teh hitam dari
Rusia menyebabkan nilai RCTA Sri Lanka menjadi besar yaitu mencapai 1396.257.
42
Tabel 6 Perhitungan RCTA Ekspor Teh Hitam Cina ke Rusia periode 2005-2014
Tahun RXA RMP RCTA
(RXA-RMP)
2005 0.286 0 0.286
2006 0.375 0 0.375
2007 0.226 0 0.226
2008 0.217 0 0.217
2009 0.284 0 0.284
2010 0.217 0 0.217
2011 0.272 0 0.272
2012 0.216 0 0.216
2013 0.143 0 0.143
2014 0.101 0 0.101
Total 2.337 0 2.337
Rata-Rata 0.234 0 0.234
Cina menempati urutan ketiga dalam daya saing komparatif ekspor teh hitam
di Rusia dengan nilai RCTA 0.234, hal ini menunjukkan Cina memiliki daya saing
komparatif terhadap teh hitam di Rusia karena nilai analisis RCTA lebih dari nol
(RCTA > 0).
Berdasarkan data UNCOMTRADE (2017), selama 10 tahun nilai ekspor teh
hitam Cina berkontribusi sebesar 0.00030 persen terhadap nilai ekspor seluruh
barang Cina ke Rusia Sedangkan nilai impor teh hitam berkontribusi sebesar 0
persen terhadap nilai seluruh impor Cina dari Rusia. Persentase ekspor teh hitam
Cina ke Rusia lebih besar dibandingkan persentase impor teh hitam dari Rusia.
Dari hasil analisis RCTA diketahui bahwa dalam periode 10 tahun terakhir
yaitu 2005-2014 ekspor teh hitam Indonesia ke Rusia memiliki keunggulan
komparatif. Akan tetapi teh hitam Indonesia tidak lebih unggul dibandingkan Sri
Lanka, yang memiliki nilai rata-rata RCTA yang lebih tinggi dari Indonesia.
Sedangkan jika dibandingkan dengan Cina, ekspor teh hitam Indonesia lebih unggul
karena nilai rata-rata RCTA Cina yang lebih rendah dibandingkan dengan
Indonesia.
Menurut FAO (2016), produksi teh hitam Cina lebih kecil dibandingkan
produksi teh jenis lain yaitu teh hijau dan teh oolong. Hal ini mengakibatkan ekspor
teh hitam Cina yang lebih sedikit dibandingkan Indonesia dan Sri Lanka. Teh hitam
kurang menjadi prioritas dalam produksi dan perdagangan Cina, karena produk
utama yang diprioritaskan Cina yaitu teh hijau.
43
Krylova (2014) memaparkan bahwa data terakhir pada tahun 2014
menunjukkan pasar teh hitam Rusia dikuasai oleh Sri Lanka dengan pangsa pasar
34.3 persen. Pada urutan kedua yaitu India dengan pangsa pasar 26.3 persen.
Indonesia sendiri termasuk kedalam lima besar eksportir utama teh hitam ke Rusia
dimana Indonesia menempati urutan ke-4 dengan pangsa pasar 5.8 persen dibawah
Vietnam dengan pangsa pasar 7.3 persen yang menempati urutan ke-3. Kontribusi
Cina sebagai negara yang mengekspor teh hitam tidak terlalu besar, tetapi Cina
menguasai pasar teh hijau dengan pangsa pasar 70.7 persen.
5.4 Analisis XCi (Export Competitiveness Index) Teh Hitam Indonesia, Sri
Lanka, dan Cina
Saboiniene (2015) menyatakan bahwa XCi (Export Competitiveness Index)
merupakan perbandingan pasar ekspor suatu negara di dunia yang melibatkan suatu
komoditas pada periode yang diinginkan (t) dengan periode sebelumnya (t-1).
Dalam hal ini, pasar ekspor yang digunakan yaitu Inggris dan Rusia. Nilai XCi
memperlihatkan arah gejala (trend) daya saing suatu negara dibandingan negara
pesaing untuk suatu komoditas. Jika nilai XCi yang dihasilkan lebih dari satu, maka
komoditas yang dianalisis memiliki arah gejala (trend) yang meningkat. Namun
jika nilai XCi yang dihasilkan kurang dari satu, maka komoditas yang dianalisis
memiliki arah gejala (trend) yang menurun. XCi juga dapat dijadikan sebagai alat
analisis bagaimana performa komoditas suatu negara di tujuan ekspor jika
dibandingkan performa rata-rata komoditas yang berada di tujuan ekspor.
5.4.1 Analisis XCi Teh Hitam di Inggris
Berdasarkan perhitungan XCi (Export Competitiveness Index), Teh Hitam
Indonesia, Sri Lanka, dan Cina di Inggris pada periode 2005-2014 menunjukkan
bahwa Indonesia berada di posisi pertama dengan nilai rata-rata XCi sebesar 1.017.
Pada posisi kedua yaitu negara Cina dengan nilai rata-rata XCi sebesar 0.983. Posisi
ketiga ditempati oleh negara Sri Lanka dengan nilai rata-rata XCi sebesar 0.922.
Mengacu pada pernyataan Saboiniene (2015), Indonesia memiliki arah gejala
(trend) daya saing meningkat. Sedangkan Sri Lanka dan Cina memiliki arah gejala
(trend) daya saing menurun. Berikut merupakan perbandingan XCi teh hitam
Indonesia, Sri Lanka, dan Cina di Inggris pada periode 2005-2014:
44
Tabel 7 Perbandingan XCi Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan Cina ke
Inggris periode 2005-2014
Tahun XCi
Indonesia Sri Lanka Cina
2005 1.018 0.811 0.514
2006 1.040 1.093 0.580
2007 1.438 0.871 1.338
2008 1.144 0.715 1.333
2009 1.450 0.965 1.010
2010 0.826 0.616 0.974
2011 1.191 0.776 0.333
2012 0.844 1.352 0.909
2013 0.745 0.508 1.178
2014 0.478 1.509 1.658
Total 10.173 9.217 9.826
Rata-rata 1.017 0.922 0.983
Sumber : UNCOMTRADE, 2017 (Data diolah)
Berdasarkan perbandingan XCi pada tabel 11, pada periode 10 tahun terakhir
yaitu 2005-2014 hanya Indonesia yang memiliki keunggulan kompetitif ekspor teh
hitam ke Inggris dengan arah gejala (trend) daya saing meningkat. Sedangkan Sri
Lanka dan Cina tidak memiliki keunggulan kompetitif karena nilai rata-rata XCi
yang kurang dari 1 (<1). Sehingga Indonesia lebih unggul dibandingkan negara
pesaingnya yaitu Sri Lanka dan Cina dalam hal keunggulan kompetitif ekspor teh
hitam ke Inggris.
Faktor yang mempengaruhi yaitu karena volume dan nilai ekspor teh hitam
Indonesia menuju Inggris lebih besar dibandingkan dengan negara pesaing yaitu Sri
Lanka dan Cina. Teh hitam Sri Lanka dan Cina kurang bersaing di pasar negara
Inggris. Dapat dilihat dari gambar 5 dan 7 dimana volume ekspor dan nilai ekspor
teh hitam dari Sri Lanka dan Cina menuju Inggris tidak begitu besar. Menurut
Perera (2014), Inggris bukan merupakan destinasi utama ekspor teh hitam Sri
Lanka, sehingga tidak ada usaha pengembangan daya saing teh hitam di Inggris.
Cina merupakan negara pengekspor teh hitam dengan volume dan nilai yang besar,
tapi saat ini Cina mulai terpusat pada produksi dan ekspor teh hijau, dimana teh
hijau merupakan komoditas andalan Cina (FAO, 2016).
45
5.4.2 Analisis XCi Teh Hitam di Rusia
Pada perhitungan XCi (Export Competitiveness Index) Teh Hitam Indonesia,
Sri Lanka, dan Cina di Rusia pada periode 2005-2014 menunjukkan bahwa
Indonesia berada di posisi pertama dengan nilai rata-rata XCi sebesar 0.971. Pada
posisi kedua yaitu Sri Lanka dengan nilai rata-rata XCi sebesar 0.948. Posisi ketiga
ditempati oleh Sri Lanka dengan nilai rata-rata XCi sebesar 0.938. Mengacu pada
pernyataan Saboiniene (2015), ketiga negara memiliki arah gejala (trend) daya
saing menurun. Berikut merupakan perhitungan XCi teh hitam Indonesia, Sri
Lanka, dan Cina di Rusia pada periode 2005-2014:
Tabel 8 Perbandingan XCi Ekspor Teh Hitam Indonesia, Sri Lanka, dan Cina ke
Rusia periode 2005-2014
Tahun XCi
Indonesia Sri Lanka Cina
2005 0.900 0.905 0.928
2006 0.682 1.102 1.121
2007 1.024 0.762 0.756
2008 1.616 0.919 0.838
2009 1.377 0.824 1.080
2010 0.655 1.031 0.965
2011 0.809 1.054 1.225
2012 0.850 0.918 0.873
2013 0.982 0.996 0.756
2014 0.817 0.964 0.841
Total 9.712 9.476 9.384
Rata-rata 0.971 0.948 0.938
Sumber : UNCOMTRADE, 2017 (data diolah)
Berdasarkan perbandingan XCi pada tabel 12 ekspor teh hitam Indonesia ke
Rusia tidak memiliki daya saing kompetitif atau mengalami trend daya saing yang
menurun. Bila dibandingkan dengan negara pesaing yaitu Sri Lanka dan Cina,
seluruh negara tersebut tidak memiliki daya saing kompetitif karena nilai XCi rata-
rata yang kurang dari satu (<1). Meskipun ketiga negara tidak memiliki daya saing
kompetitif ekspor teh hitam ke Rusia, jika dilihat dari hasil perhitungan XCi dapat
diketahui bahwa Indonesia lebih unggul dibandingkan Sri Lanka dan Cina karena
nilai XCi ekspor teh hitam Indonesia ke Rusia yang lebih besar.
Menurut Gebre (2017), saat ini pasar teh hitam Rusia dikuasai oleh Sri Lanka.
Tetapi, tidak ada perubahan yang signifikan dari segi volume dan nilai ekspor.
46
Posisi Sri Lanka sebagai penguasa pasar teh hitam Rusia mulai digeser oleh Kenya.
Saat ini Kenya mengekspor 22 juta kilogram teh hitam menuju Rusia, dan
berencana akan menambah jumlah ekspor menjadi 44 juta kilogram teh hitam
dalam kurun waktu tiga tahun mendatang. Peningkatan signifikan ekspor teh hitam
dari Kenya menuju Rusia pun mempengaruhi posisi daya saing Indonesia dan Cina.
Menurut Gebre (2017), masyarakat Rusia lebih menyukai teh hitam yang
diolah secara Orthodox. Teh Orthodox diolah dengan cara tradisional yaitu
mengalami pelayuan, penggilingan dan pelayuan, berbeda dengan pengolahan
modern dimana daun teh hitam dihancurkan. Saat ini produksi teh hitam Indonesia
didominasi oleh teh Orthodox, sehingga Indonesia memiliki nilai daya saing pada
pasar Rusia yang mengakibatkan arah gejala (trend) yang lebih positif
dibandingkan Sri Lanka dan Cina.