bab ix reklamasi hutan - sertifikasi guru rayon unssertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/modul...

28
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN BAB IX REKLAMASI HUTAN DR RINA MARINA MASRI, MP KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

Upload: dinhnhan

Post on 24-Apr-2018

238 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN

BAB IX REKLAMASI HUTAN

DR RINA MARINA MASRI, MP

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2017

Page 2: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

1

BAB IX REKLAMASI HUTAN

1. Pengertian Reklamasi Hutan

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan

kehutanan yang bertujuan strategis seperti kegiatan pertambangan, pembangunan

jaringan listrik, telepon, instalasi air, kepentingan religi serta kepentingan pertahanan

keamanan harus diimbangi dengan upaya rehabilitasi hutan melalui kegiatan reboisasi,

penghijauan dan reklamasi hutan.

Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan

dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai peruntukannya.

Pendekatan partisipatif adalah wujud keikutsertaan peran masyarakat dan pihak terkait

dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan. Hutan dan lahan kritis

yang perlu direklamasi adalah hutan dan lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan

hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur

produktivitas lahan sehingga rnenyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.

Kawasan hutan ini merupakan wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau yang ditetapkan

oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Reklamasi hutan yang merupakan bagian dari pengelolaan hutan, pelaksanaannya

harus melalui pendekatan partisipatif dengan mengembangkan potensi dan

memberdayakan masyarakat, karena kegiatan reklamasi yang tidak memperhatikan aspek

sosial masyarakat memiliki kemungkinan gagal pada masa mendatang. Artinya reklamasi

hutan mensyaratkan pelibatan masyarakat dalam proses reklamasi agar dapat

menyentuh sisi sosial, ekonomi, budaya dan politik yang berkembang di masyarakat.

Program reklamasi hutan meliputi penyiapan kawasan hutan, pengaturan bentuk

kawasan hutan, pengendalian erosi dan sedimentasi, pengelolaan lapisan tanah,

revegetasi, dan pengamanan. Penyiapan kawasan hutan merupakan aktivitas

pemindahan atau pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan

lagi, pembuangan limbah sampah beracun/berbahaya, pembuangan atau penguburan

srap, penutupan bukaan, dan melarang atau menutup jalan masuk.

Page 3: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

2

Pengaturan bentuk kawasan hutan dilakukan sesuai dengan kondisi topografi dan

hidrologi, meliputi kegiatan pengaturan bentuk lereng dan pengaturan saluran

pembuangan air. Pengendalian erosi dan sedimentasi dilakukan dengan meminimaliskan

areal yang terganggu, membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan, meningkatkan

infiltrasi dan pengolahan air yang keluar dari lokasi bekas aktivitas penggunaan kawasan

hutan. Pengolahan lapisan tanah merupakan kegiatan untuk memisahkan tanah pucuk

dengan lapisan tanah lain. Revegetasi adalah penanaman kembali dengan jenis-jenis

tanaman cepat tumbuh pada awalnya dan penyulaman/pengkayaan dengan jenis

tanaman lokal. Revegetasi dilakukan dengan tahapan penyusunan rancangan teknis,

persiapan lapangan, pengadaan bibit, penanaman dan pemeliharaan. Pengamanan

meliputi patroli, pemasangan tanda- tanda peringatan dan tanda larangan, serta

mengamankan hasil reklamasi. Contoh pelaksanaan reklamasi hutan bekas penambangan

tersaji pada Gambar 9.1.

Gambar 9.1 Reklamsi Hutan Bekas Penambangan

(Sumber : http://img.antaranews.com/new/2012/07/ori/20120704reklamasi_tambang.jpg) )

Prinsip dasar dari kegiatan reklamasi hutan yaitu :

a. Merupakan satu kesatuan yang utuh (holistic) dengan kegiatan penambangan; dan

Page 4: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

3

b. Dilakukan sedini mungkin tanpa menunggu proses penambangan secara keseluruhan

selesai dilakukan.

Reklamasi hutan bekas usaha penambangan dilaksanakan oleh perusahaan

pertambangan dan energi secara bertahap sesuai dengan rencana dan rancangan

reklamasi yang disahkan dan harus mulai dilaksanakan paling lambat 6 bulan setelah

kegiatan penambangan selesai di setiap lokasi berdasarkan tahapan kegiatan

penambangan. Selain itu perusahaan pertambangan wajib menyampaikan laporan

kemajuan reklamasi setiap 3 (tiga) bulan kepada pihak-pihak terkait.

Reklamasi hutan selain diselenggarakan mengikuti pola umum, kriteria, dan

standar reklamasi hutan yang berlaku, juga harus menggunakan kriteria dan standar:

a. Karakteristik lokasi kegiatan;

b. Jenis kegiatan;

c. Penataan lahan;

d. Pengendalian erosi dan limbah;

e. Revegetasi; dan

f. Pengembangan sosial ekonomi.

2. Program Rencana Reklamasi Hutan

Program reklamasi hutan untuk rencana 5 tahunan sesuai dengan Peraturan

Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.04/MENHUT-II/2011 tentang Pedoman

Reklamasi Hutan, meliputi:

a. Penyiapan kawasan hutan terdiri dari kegiatan: (1) pemindahan atau pembersihan

seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan lagi; (2) pembuangan

limbah/sampah beracun/berbahaya; (3) pembuangan atau penguburan scrap; dan (4)

penataan bukaan dan pemasangan larangan rambu-rambu atau menutup jalan

masuk ke lokasi tambang.;

b. Pengaturan bentuk lahan/penataan lahan;

c. Pengendalian erosi dan sedimentasi;

d. Pengelolaan lapisan tanah pucuk;

e. Revegetasi;

f. Pengamanan

Page 5: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

4

Jenis kegiatan reklamasi rencana 5 (lima) tahun tersebut di atas dijabarkan lebih

lanjut ke dalam rencana tahunan meliputi :

(a) Penataan lahan,

(b) Pengisian kembali lubang bekas tambang,

(c) Penataan permukaan tanah,

(d) Penaburan/pengelolaan tanah pucuk,

(e) Pengendalian erosi dan sedimentasi,

(f) Pembuatan bangunan konservasi tanah (checkdam, dam penahan, pengendali jurang,

drop structure, saluran pembuangan air, dan lain-lain),

(g) Penanaman cover crops untuk memperkecil kecepatan air limpasan dan

meningkatkan infiltrasi,

(h) Revegetasi (luas areal penanaman, jumlah tanaman per hektar dan komposisi jenis

tanaman);

3. Pedoman Reklamasi Hutan

Kegiatan reklamasi hutan pada areal bekas penggunaan kawasan hutan mengacu

pada pedoman reklamasi hutan bertujuan agar pelaksanaan reklamasi hutan dapat

dilakukan sesuai dengan pola umum, standar dan kriteria dalam rangka memulihkan

hutan agar kembali berfungsi secara optimal sesuai peruntukannya.

Ruang lingkup pedoman reklamasi hutan meliputi:

A. Inventarisasi Lokasi

Inventarisasi lokasi merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang

kondisi seluruh areal kawasan hutan yang akan terganggu dan/atau terganggu sebagai

akibat penggunaan kawasan hutan. Hasil inventarisasi lokasi akan diperoleh: (a) data

numerik dan data spasial seluruh kawasan hutan yang akan terganggu yang digunakan

sebagai data rona awal penggunaan kawasan hutan, (b) data numerik dan data spasial

seluruh kawasan hutan yang terganggu digunakan sebagai dasar penetapan lokasi. Data

numerik dan data spasial merupakan data pokok yang berasal dari dokumen Studi

Kelayakan, AMDAL, Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL), rencana penggunaan kawasan hutan dan Rencana Penutupan Tambang.

Data dan informasi terdiri dari data primer dan sekunder meliputi:

Page 6: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

5

1) Kondisi Fisik Areal Pinjam Pakai antara lain:

a. fungsi kawasan hutan,

b. penutupan lahan,

c. flora dan fauna,

d. jenis tanah,

e. tebal solum,

f. topografi,

g. iklim,

h. tata air,

i. erosi atau sedimentasi,

j. ketinggian lokasi, dan

k. jenis vegetasi.

2) Kondisi Sosial Ekonomi meliputi desa di sekitar areal pertambangan yang

terpengaruh/dipengaruhi oleh aktivitas penambangan antara lain:

a. demografi,

b. tingkat pendapatan,

c. mata pencaharian,

d. pendidikan,

e. kelembagaan masyarakat,

f. pemilikan lahan dan

g. budaya masyarakat;

B. Penetapan Lokasi

Penetapan lokasi merupakan kegiatan pemilihan dan penunjukan kawasan hutan

yang terganggu sebagai akibat penggunaan kawasan hutan yang siap untuk direklamasi

berdasarkan data numerik dan data spasial seluruh kawasan hutan yang terganggu hasil

inventarisasi lokasi. Penetapan lokasi reklamasi dilakukan dengan cara menganalisis dan

mengevaluasi data spasial dan numerik kawasan hutan yang terganggu. Luas dan lokasi

reklamasi hasil analisis dipetakan pada peta rencana reklamasi skala paling kecil 1:25.000

sebagai bahan penyusunan rencana reklamasi 5 (lima) tahun atau tahunan.

Page 7: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

6

C. Perencanaan

Perencanaan reklamasi dilakukan untuk menghasilkan rencana reklamasi hutan

yang terdiri dari:

(1) Rencana 5 (lima) tahun yang disusun oleh pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan

berdasarkan hasil inventarisasi lokasi dan penetapan lokasi yang memuat:

a) Kondisi kawasan hutan sebelum dan sesudah aktivitas. Kondisi ini berisi informasi

tentang kondisi kuantitatif dan kualitatif rona awal dan rona akhir berupa:

kerapatan tegakan, jenis tanaman, topografi, kelerengan, penutupan lahan dan

flora fauna;

b) Rencana pembukaan kawasan hutan berisi informasi tentang luas dan lokasi

penggunaan kawasan hutan yang akan dilaksanakan;

c) Rancangan teknis reklamasi (T-0);

d) Tata waktu pelaksanaan meliputi jangka waktu pelaksanaan dan penyelesaian

kegiatan reklamasi hutan;

e) Rencana biaya, merupakan seluruh biaya baik langsung maupun biaya tidak

langsung yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan kegiatan reklamasi hutan.

Biaya langsung terdiri dari: (1) biaya penyiapan kawasan hutan, (2) biaya

pengaturan bentuk lahan/penataan lahan; (3) biaya pengendalian erosi dan

sedimentasi; (4) biaya pengelolaan lapisan tanah pucuk; (5) biaya revegetasi; dan

(6) biaya pemeliharaan dan pengamanan. Biaya tidak langsung terdiri dari: biaya

mobilisasi dan demobilisasi, biaya perencanaan reklamasi, biaya administrasi

reklamasi dan biaya pemantauan.

f) Peta lokasi dan peta rencana kegiatan reklamasi dibuat dengan skala paling kecil

1:25.000.

(2) Rencana tahunan merupakan penjabaran lebih lanjut dari rencana 5 tahun yang

dibuat dengan mempertimbangkan umur tambang. Bila umur tambang kurang dari 5

(lima) tahun maka rencana reklamasi disusun sesuai dengan umur tambang mengacu

pada rencana 5 (lima) tahun yang dijabarkan ke dalam rencana tahunan yang

memuat: Lokasi/site reklamasi hutan dan Jenis kegiatan reklamasi. Untuk setiap

lokasi disusun rancangan teknis (technical design) sebagai acuan detail pada lokasi

tapak. Lokasi tapak merupakan lokasi setempat (site) yang akan dilakukan kegiatan

Page 8: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

7

reklamasi dengan menerapkan teknik reklamasi sesuai dengan rancangan teknis yang

merupakan desain detail dari masing-masing kegiatan yang akan dilaksanakan dalam

rangka kegiatan reklamasi, baik rancangan penataan lahan, rancangan tanaman

maupun rancangan bangunan konservasi tanah.

Rancangan teknis memuat: (a)Lokasi/site reklamasi hutan, (b) Jenis kegiatan

reklamasi, (c) Luas atau volume setiap jenis kegiatan reklamasi, (d) Pola tanam

(tahapan penanaman, jarak tanam, jenis tanaman dan lain-lain), (e) Kebutuhan bahan

dan alat, (f) Kebutuhan tenaga kerja, (g)Kebutuhan biaya, (h) Tata waktu, (i)Peta

rancangan penanaman (lay out tanaman), dan (j) Gambar rancangan bangunan

konservasi tanah.

Rancangan teknis disusun berdasarkan hasil analisis kondisi biofisik dan

kondisi sosial ekonomi. Kondisi biofisik merupakan langkah awal untuk menentukan

tahapan kegiatan penanaman yang meliputi: (a) topografi atau bentuk lahan, (b)

iklim, (c) hidrologi, (d) kesuburan tanah, (e) kondisi vegetasi awal, dan (f) vegetasi

asli. Sedangkan kondisi sosial ekonomi meliputi: (a) Demografi, (b) sarana dan

prasarana, dan (c)aksesibilitas.

Pada lokasi tertentu kegiatan penanaman harus diawali prakondisi dengan

menanam jenis tanaman perintis atau jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing

species) sebelum dilakukan pengkayaan dengan penanaman jenis vegetasi tetap,

yaitu jenis tanaman lokal berdaur panjang. Untuk lokasi lainnya, dapat dilakukan

penanaman langsung dengan jenis-jenis tanaman lokal berdaur panjang. Jenis

tanaman yang dipilih diarahkan pada penanaman jenis tumbuhan asli, yaitu jenis

tumbuhan lokal yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah setempat.

Jenis tumbuhan/tanaman (species) yang dipilih juga tergantung pada penggunaan

lahan/fungsi hutan tersebut di masa yang akan datang. Untuk hutan lindung, jenis

tanaman harus memenuhi syarat: (a) memiliki daur panjang,(b) perakaran dalam, (c)

evapotranspirasi rendah, (d) menghasilkan kayu, getah, kulit, atau buah; dan (e)

heterogen. Untuk hutan produksi jenis tanaman harus memenuhi syarat: (a)

pertumbuhannya cepat, (b) nilai komersialnya tinggi, (c) teknik silvikulturnya telah

dikuasai,(d) mudah untuk memperoleh benih dan bibit yang berkualitas,(e)

disesuaikan dengan kebutuhan/permintaan pasar.

Page 9: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

8

Penanaman di samping harus mengacu pada hal tersebut di atas, dalam

pemilihan species perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Species tanaman yang tumbuh secara alamiah dilokasi reklamasi agar

pengelompokan dan pertumbuhannya dapat diidentifikasikan,

b. Tanah dan kondisi drainase di mana species lokal yang berbeda dapat

menyesuaikan diri dengan kondisi lokasi bekas tambang,

c. Jenis tanaman yang dapat menghasilkan biji dan dapat memperbanyak diri

secara alami,

d. Jenis tanaman yang bernilai ekonomi/komersil dapat digunakan dengan

mempertimbangkan peruntukan lahannya sesuai Rencana Umum Tata Ruang

(RUTR) atau Tata Guna Hutan,

e. Pertimbangan persyaratan habitat, di mana kemungkinan kembalinya satwa liar

ke daerah tersebut merupakan unsur penting dari penggunaan lahan pasca

penambangan (post mining land use),

f. Pertimbangan penanaman tumbuhan pangkas (trubus) karena tumbuhan ini

sering merupakan kelompok tumbuhan yang baik dan akan memperbaiki

kesuburan tanah.

(3) Penilaian Rencana Reklamasi

Rencana reklamasi hutan 5 (lima) tahun dan tahunan yang telah disusun dinilai oleh

Menteri Teknis, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya

dengan melibatkan Menteri. Dalam hal tertentu, penilaian rencana reklamasi dapat

melibatkan Menteri yang membidangi pengelolaan lingkungan hidup. Penilaian

rencana reklamasi hutan 5 (lima) tahun dan tahunan dilakukan oleh Direktur Jenderal

Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial atas nama Menteri.

Dalam hal penilaian dinyatakan memenuhi syarat, Direktur Jenderal Bina Pengelolaan

DAS dan Perhutanan Sosial atas nama Menteri memberikan rekomendasi.

Rencana reklamasi hutan 5 (lima) tahun dan tahunan yang telah dinilai dan telah

mendapat rekomendasi selanjutnya disahkan oleh Menteri Teknis, Gubernur atau

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Jika umur tambang kurang dari 5

(lima) tahun, maka rencana reklamasi hutan disusun sesuai dengan umur tambang,

Page 10: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

9

selanjutnya proses penyusunan, penilaian, rekomendasi dan pengesahan mengacu

pada ketentuan rencana reklamasi hutan 5 (lima) tahun.

D. Pelaksanaan Reklamasi

Pelaksanaan reklamasi dimulai sesuai dengan rencana yang telah disetujui dan

harus sudah selesai pada waktu yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan

reklamasi, pemegang izin penggunaan kawasan hutan bertanggung jawab sampai

kondisi/rona akhir sesuai dengan rencana yang telah disahkan. Pelaksanaan reklamasi

meliputi jenis kegiatan teknik sipil dan teknik vegetasi.

Kegiatan teknik sipil untuk pelaksanaan reklamasi disesuaikan dengan kondisi

setempat meliputi kegiatan: (a)pengisian kembali lubang bekas tambang, (b) pengaturan

bentuk lahan, (c) pengelolaan tanah pucuk, (d) pembuatan teras, (e) saluran pembuangan

air (SPA), (f) bangunan pengendali jurang, (g) pembuatan chek dam, dan/atau

(h)penangkap oli bekas (oil catcher).

Kegiatan teknik vegetasi meliputi pemilihan: (a) pola tanam, (b) tahapan

penanaman (prakondisi dan penanaman vegetasi tetap), (c) sistem penanaman

(monokultur, multiple cropping), (d) jenis tanaman yang disesuaikan kondisi setempat dan

(e) tanaman penutup (cover crop).

Pelaksanaan reklamasi hutan melalui tahapan-tahapan kegiatan : (1) Penataan lahan,

(2) Pengendalian erosi dan sedimentasi, (3) Revegetasi (penanaman kembali) dan (4)

Pemeliharaan.

Contoh tahapan pelaksanaan reklamasi hutan tersaji pada Gambar 9.2.

Page 11: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

10

Gambar 9.2. Tahapan Pelaksanaan reklamasi Hutan (Sumber:https://rahelamelthia.files.wordpress.com/2016/02/newmont-1-c.png?w=700)

1) Penataan lahan

a) Pengisian kembali lubang bekas tambang pada kegiatan penambangan terbuka,

lubang harus ditutup kembali disesuaikan dengan dokumen AMDAL-nya. Kegiatan

penutupan lubang dilakukan secara progresif sesuai dengan kemajuan pelaksanaan

penambangan;

b) Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi, jenis tanah dan

iklim setempat. Kegiatan pengaturan bentuk lahan meliputi:

(1) Pengaturan bentuk lereng untuk mengurangi kecepatan air limpasan (run off),

erosi dan sedimentasi serta longsor. Bentuk lereng jangan terlalu tinggi/ terjal

dan dibentuk berteras-teras, tinggi dan kemiringan lereng dimaksud tergantung

kepada sifat tekstur dan struktur tanah serta curah hujan;

(2) Pengaturan saluran air untuk mengatur air agar mengalir pada tempat tertentu

dan dapat mengurangi kerusakan lahan. Jumlah dan kerapatan serta bentuk

saluran air tergantung pada bentuk lahan/topografi, jenis tanah, curah hujan

dan luas areal yang akan direklamasi.

(3) Pengaturan/Penempatan Low Grade berupa bahan tambang yang mempunyai

nilai ekonomis rendah ditujukan agar bahan tambang tersebut tidak

tererosi/hilang apabila ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dapat

dimanfaatkan.

Page 12: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

11

c) Pengelolaan tanah pucuk bertujuan untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk

dengan lapisan tanah lain. Tanah pucuk merupakan media tumbuh bagi tanaman

dan merupakan faktor penentu untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman yang

harus memperhatikan:

(1) Pengamatan profil tanah dan mengidentifikasi per lapisan tanah sampai

endapan bahan galian.

(2) Pengupasan tanah berdasarkan lapisan tanah dan ditempatkan pada tempat

sesuai tingkat lapisan dan timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari 2 meter.

(3) Pembentukan lahan sesuai susunan lapisan tanah semula, tanah pucuk

ditempatkan paling atas dengan ketebalan paling sedikit 0,15 meter.

(4) Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun

dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus

dengan cara mengisolasi dan memisahkannya.

(5) Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk

menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah.

Lapisan tanah pucuk tipis, terbatas atau sedikit, perlu mempertimbangkan:

(1) Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap erosi yang

perlu segera dilakukan penanganan konservasi tanah dan penanaman tanaman.

(2) Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman, atau dengan sistem pot.

(3) Percampuran tanah pucuk dengan tanah lain, yaitu jumlah tanah pucuk yang

terbatas/sangat tipis dapat dicampur dengan tanah bawah/sub soil. Perlu

dihindarkan dalam memanfaatkan tanah pucuk adalah apabila:

(a) sangat berpasir (> 70% pasir atau kerikil)

(b) sangat berlempung (> 60% lempung)

(c) mempunyai pH< 5.00 atau >8.00,

(d) mengandung khlorida 3%,

(e) mempunyai electrical conductivity (ec) 400 milisiemens/meter;

(4) Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup (cover crop) yang

cepat tumbuh dan menutup permukaan tanah. Contoh pada Gambar 9.3

Page 13: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

12

Gambar 9.3. Penanaman cover crop pada permukaan tebing curam

(Sumber:http://image.slidesharecdn.com/pertambangan-111217100435-phpapp02/95/pertambangan-12-728.jpg?cb=1324116711)

2) Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Erosi dapat disebabkan oleh angin dan air. Erosi angin biasanya terjadi di daerah

pantai pasir, daerah semi kering/kering (Nusa Tenggara), atau pada lahan tambang yang

dibuka sangat luas. Dampak utama dari erosi angin antara lain: penurunan produktivitas

lahan, gangguan debu dan terjadinya endapan debu pada selokan, kanan kiri jalan, pagar

dan bangunan-bangunan.

Untuk mengurangi kecepatan angin dapat dibuat pemecah angin. Pemecah angin ini

dapat berupa deretan pohon atau semak belukar yang dibiarkan tumbuh atau ditanam

tegak lurus arah angin, pohon atau semak belukar yang ditanam sebaiknya dari jenis

tanaman yang cepat tumbuh dan kuat atau dapat pula dengan membuat pagar.

Penempatan dan pemilihan pemecah angin harus mempertimbangkan faktor-faktor: (a)

Arah angin erosive, (b) Tinggi dan jarak tanam, (c) Permeabilitas atau kelolosan angin

(paling tinggi 40%), (d) Kontinuitas dan panjang pemecah angin dan turbulensi pada

daerah yang akan direklamasi.

Sedangkan erosi oleh air disebabkan oleh faktor-faktor: curah hujan, kemiringan

lereng (topografi), jenis tanah, tataguna lahan (perlakuan terhadap lahan) dan tanaman

penutup tanah. Beberapa cara untuk mengendalikan erosi air antara lain:

(1) Meminimalisasikan areal terganggu dengan cara:

(a) Membuat rencana detail kegiatan penggunaan kawasan hutan dan reklamasi;

Page 14: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

13

(b) Membuat batas-batas yang jelas areal tahapan pengembangan;

(c) Penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan penggunaan kawasan

hutan;

(d) Pengawasan yang ketat pelaksanaan penebangan pepohonan.

(2) Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan cara:

(a) Pembuatan teras;

(b) Pembuatan saluran diversi/pengelak (saluran yang sejajar garis kontur);

(c) Pembuatan Saluran Pembuangan Air (SPA).

(3) Meningkatkan infiltrasi (peresapan air) dengan cara:

(a) Pembuatan rorak/saluran buntu berupa lubang-lubang atau saluran buntu

yang dibuat di antara tanaman pokok untuk menampung air dan

meresapkannya ke dalam tanah;

(b) Penggaruan tanah searah kontur agar tanah menjadi gembur dan volume

tanah meningkat sebagai media perakaran tanaman.

(4) Menampung sedimen

(a) Sedimen akibat erosi yang terjadi ditampung oleh dam penahan atau dam

pengendali;

(b) Bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari badan bendungan

sebaiknya sedimen dikeruk dan dapat dipakai sebagai lapisan tanah atas.

(5) Memperkecil erosi

(a) Untuk memperkecil erosi terutama pada saat baru selesai penataan lahan

dapat dilakukan melalui kegiatan penanaman cover crop;

(b) Pada lahan yang relatif datar penanaman cover crop dapat dilakukan secara

manual, sedangkan pada lahan yang mempunyai kelerengan sedikit terjal

dapat dilakukan penanaman cover crop dengan menggunakan hydroseeding.

(6) Pengelolaan air yang ke luar dari areal penggunaan kawasan hutan dengan cara:

(a) Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus sesuai dengan

peraturan yang berlaku;

(b) Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan permanen yang

dilengkapi saluran pengelak;

Page 15: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

14

(c) Letak bendungan ditempatkan sedemikian rupa sehingga air larian mudah

ditampung dan dibelokkan serta kemiringan saluran air jangan terlalu curam.

(d) Dalam membuat bendungan permanen sebaiknya dilengkapi dengan saluran

pelimpah (spillways), pipa pembuangan (outlet), dan lain-lain yang dianggap

perlu.

Untuk mengendalikan erosi dalam jangka yang lama digunakan tanaman tahunan

atau tanaman penutup tanah(cover crop). Sebelum tanaman berfungsi dilakukan

tindakan-tindakan:

(1) Menutup lahan dengan menggunakan mulsa;

(2) Membuat kondisi tanah tahan terhadap erosi dengan cara membiarkan tanah

tetap menggumpal, membasahi permukaan tanah dan membuat lekukan-lekukan

tanah;

(3) Mengurangi kecepatan angin dengan membuat pemecah angin.

3) Revegetasi (penanaman kembali)

Penambangan permukaan akan menghilangkan semua vegetasi di lokasi yang

ditambang seperti: pohon, semak-belukar, perakaran tanaman, benih, mikroorganisme,

termasuk berpindahnya hewan liar. Proses ini akan menghilangkan fungsi-fungsi kawasan

bervegetasi seperti menyediakan berbagai hasil hutan, tempat hidup hewan liar, pangan,

dan kawasan penyerap air atau sumber air, dan lain-lain.

Vegetasi termasuk komponen biotik yang berfungsi antara lain sebagai pelindung

permukaan tanah dari daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, dan dapat menahan

derasnya aliran permukaan. Vegetasi juga dapat berfungsi untuk memperbaiki kapasitas

infiltrasi tanah. Vegetasi dapat juga mengubah sifat fisik tanah melalui aktifitas biologi

yang dilakukan bakteri, jamur /cendawan, insekta dan cacing tanah yang dapat

memperbaiki porositas dan kemantapan agregat tanah.

Usaha manusia untuk memulihkan lahan kritis di luar kawasan hutan dengan

maksud agar lahan tersebut dapat kembali berfungsi secara normal disebut dengan

revegetasi. Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang

rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan

kawasan hutan. Beberapa jenis tanaman cepat tumbuh yang umum digunakan untuk

Page 16: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

15

revegetasi adalah sengon laut (Albizzia falcata), akasia (Acasia mangium, Acasia

crassicarpa), lamtoro (Leucaena glauca), turi (Sesbania grandiflora), gamal (Gliricidia

sepium), dan sebagainya. Tanaman cepat tumbuh ditanam bersamaan atau segera

setelah tanaman penutup tanah ditanam.

Ada beberapa jenis tanaman cepat tumbuh yang ditanam sebagai pohon

pelindung yang melindungi tanaman pokok atau tebing, pematah angin, mengurangi

intensitas cahaya dan suhu, meningkatkan kelembaban udara dan mempertahankan

kelembaban tanah, dan menambah bahan organik. Tanaman ini berfungsi untuk

menciptakan iklim mikro yang cocok untuk ekosistem hutan. Setelah tanaman pioner

cepat tumbuh sudah berkembang dengan baik, maka tanaman lokal dapat digunakan

untuk memperkaya variasi jenis tumbuhan.

Tanaman lokal adalah tanaman yang sudah tumbuh secara alami di sekitar daerah

penambangan. Jenis-jenis tanaman lokal dapat dilihat pada Rona Awal Laporan Amdal.

Bibit tanaman lokal dapat diperoleh dari bibit kecil di hutan sekitar daerah penambangan.

Kerjasama dengan masyarakat lokal sangat penting untuk memperoleh bibit tanaman

lokal. Tanaman lokal umumnya sulit tumbuh pada kondisi lahan terbuka. Oleh karena itu

tanaman lokal ditanam setelah tanaman cepat tumbuh sudah tumbuh dengan baik.

Semakin banyak jenis dan jumlah tanaman lokal maka ekosistem hutan semakin baik dan

mendekati hutan alami. Untuk mensukseskan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang

maka faktor yang tak kalah penting adalah lokasi pembibitan untuk tanaman cepat

tumbuh dan tanaman lokal. Tanaman lokal perlu diaklimatisasi sebelum ditanam pada

lahan bekas tambang yang sudah ditumbuhi tanaman cepat tumbuh.

Syarat-syarat tanaman penghijauan atau reklamasi sebagai berikut :

(a) Mempunyai fungsi penyelamatan tanah dan air dengan persyaratan tumbuh yang

sesuai dengan keadaan lokasi, baik iklim maupun tanahnya

(b) Mempunyai fungsi mereklamasi tanah.

(c) Hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang tidak terlalu lama.

(d) Tumbuh cepat & mampu tumbuh pada tanah kurang subur,

(e) Tidak mengalami gugur daun pada musim tertentu,

(f) Tidak menjadi inang penyakit, tahan akan angin dan mudah dimusnahkan,

(g) Mempunyai perakaran yang lebar dan atau dalam,

Page 17: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

16

(h) Tanaman harus bisa dimanfaatkan kemudian hari, artinya mempunyai prospek

ekonomi yang baik.

Tahapan Pelaksanaan Revegetasi :

(1) Persiapan lapangan

Kegiatan persiapan lapangan meliputi pekerjaan: pembersihan lahan, pengolahan

tanah, dan perbaikan tanah.

(a) Pembersihan lahan dari tanaman pengganggu (alang-alang, liana dan lain-lain)

dilakukan agar tanaman pokok dapat tumbuh baik tanpa ada persaingan dengan

tanaman pengganggu dalam hal mendapatkan unsur hara, sinar matahari.

(b) Pengolahan Tanah dilakukan agar tanah menjadi gembur sehingga perakaran

tanaman dapat dengan mudah menembus tanah dan mendapat unsur hara yang

diperlukan dengan baik, sehingga pertumbuhan tanaman dapat sesuai dengan

yang diinginkan.

(c) Perbaikan tanah dimaksudkan agar kualitas tanah yang kurang bagus bagi

pertumbuhan tanaman mendapat perhatian khusus. Perbaikan tanah dilakukan

dengan cara-cara:

i. Penggunaan gypsum untuk memperbaiki kondisi tanah yang mengandung

banyak lempung dan untuk mengurangi pembentukan kerak tanah (crusting)

pada tanah padat (hard-setting soil).

ii. Penggunaan kapur khususnya untuk mengatur pH, akan tetapi dapat juga

memperbaiki struktur tanah.

iii. Penggunaan mulsa, jerami dan bahan organik lainnya. Mulsa merupakan bahan

yang disebarkan di permukaan tanah sebagai upaya perbaikan kondisi tanah

untuk penyesuaian biji pada pertumbuhan awal tanaman, mengendalikan erosi

dan untuk mempertahankan kelembaban tanah dan mengatur sudut

permukaan tanah. Tanaman penutup berumur pendek dapat juga digunakan

sebagai mulsa.

iv. Pemberian pupuk dasar dengan komposisi dan dosis yang tepat dan sesuai

kebutuhan akan sangat berpengaruh pada tingkat pertumbuhan tanaman.

Penggunaan pupuk organik dapat dilakukan karena bermanfaat sebagai

pengubah sifat tanah. Pemberian pupuk butiran atau tablet dapat dilakukan

Page 18: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

17

dengan catatan tidak ada kontak langsung antara akar dengan pupuk.

Penggunaan pupuk organik dapat dilakukan karena bermanfaat sebagai

pengubah sifat tanah. Pemberian pupuk butiran atau tablet dapat dilakukan

dengan catatan tidak ada kontak langsung antara akar dengan pupuk.

(2) Persemaian dan/atau pengadaan bibit

Bibit yang dibutuhkan untuk melakukan revegetasi harus dipenuhi melalui

persemaian dan/atau pengadaan bibit. Untuk itu setiap pengguna kawasan hutan

harus memiliki persemaian sendiri. Bila bibit yang tersedia di persemaian tidak

memenuhi syarat untuk ditanam dan/atau jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan

maka pengadaan bibit dapat dilakukan dengan pengadaan langsung. Ketentuan

pelaksanaan persemaian dan/atau pengadaan bibit diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pelaksanaan Penanaman

Tahapan pelaksanaan penanaman meliputi:

(b) Pengaturan arah larikan tanaman

Pengaturan arah larikan harus sejajar kontur atau pada daerah yang relatif

datar mengikuti arah timur barat.

(c) Pemasangan ajir

Pemasangan ajir mengikuti arah larikan tanaman dan jarak tanam yang telah

ditetapkan pada rancangan teknis.

(d) Distribusi bibit

Distribusi bibit dilakukan setelah kegiatan pembuatan lubang tanam atau

dilakukan setelah pemasangan ajir.

(e) Pembuatan lubang tanaman

Pembuatan lubang tanaman dibuat dengan ukuran (30 x 30 x 30) cm atau

disesuaikan dengan ukuran bibit yang akan ditanam dengan jarak lubang

tanaman mengikuti jarak tanam yang telah ditetapkan pada rancangan teknis.

Sebelum penanaman dilakukan, tanah yang akan digunakan untuk menutup

lubang tanaman diberi pupuk dasar (N, P dan K) sesuai kebutuhan atau jenis

tanaman yang akan ditanam.

(f) Penanaman.

Page 19: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

18

Penanaman, dilakukan dengan ketentuan:

i. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu melepas plastik

(pot/pollybag) pada bibit yang tersedia,

ii. Tanamkan bibit secara tegak lurus dan cukup padat, untuk memastikannya

adalah dengan menekan sekitar tanaman menggunakan kaki.

iii. Jumlah "tanaman jadi" (tanaman akhir) minimal 625 batang pohon per

hektar atau dengan jarak tanam maksimal 4 x 4 meter disesuaikan dengan

bentuk lahan, fungsi kawasan dan bentuk/tajuk tanaman.

iv. Tahapan penanaman dilakukan dengan cara antara lain:

(a) Untuk pengendalian erosi dan sedimentasi, tahap pertama dilakukan

penanaman cover crop,

(b) Setelah tanaman cover crop tumbuh, pada lokasi tertentu harus

diawali prakondisi dengan menanam jenis tanaman perintis/pionir

atau jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species) dengan tujuan

agar penutupan lahan dan pengkayaan unsur hara tanah dapat dicapai

dengan cepat.

(c) Setelah tanaman pionir berumur antara 2 sampai dengan 3 tahun

dilakukan pengkayaan melalui penanaman jenis-jenis lokal berdaur

panjang dan mempunyai nilai ekonomi tinggi yang pada umumnya

memerlukan naungan pada awal penanamannya.

(d) Untuk lokasi lain yang kondisinya memungkinkan, dapat langsung

dilakukan penanaman jenis-jenis tanaman lokal berdaur panjang

dengan jenis tanaman disesuaikan dengan fungsi hutan.

Metode revegetasi pada area bekas tambang tersaji pada Gambar 9.4.

Page 20: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

19

Gambar 9.4. Metode Revegetasi pada Area Bekas Tambang

(Sumber http://image.slidesharecdn.com/tatacaraperhitunganjaminanreklamasifinal-danang-150101035341-conversion-gate01/95/tata-cara-perhitungan-jaminan-reklamasi-final-danang-44-638.jpg?cb=1420091503)

4)Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman

sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keadaan optimum bagi pertumbuhan

tanaman. Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi:

a. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau rusak, tidak sehat atau merana,

dan dilakukan pada pemeliharaan tahun berjalan, tahun I dan tahun II sampai

tanaman dapat tumbuh secara baik dan alami.

b. Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi/memperkecil persaingan akar

antara tanaman pokok dengan tanaman pengganggu. Pengendalian gulma dapat

dilakukan secara manual berupa penyiangan dan pendangiran atau kimiawi berupa

Page 21: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

20

penyemprotan bahan kimia/herbisida, tergantung pada kondisi lapangan, keadaan

tanah, jenis tanaman dan jenis gulma.

c. Pemupukan dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman dan peningkatan

riap. Dalam menentukan, jenis, dosis dan waktu pemupukan perlu dipertimbangkan

jenis tanaman dan kesuburan tanahnya serta terlebih dahulu dilakukan analisa tanah.

d. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi hanya dapat dilakukan

pada keadaan yang sangat mendesak, yang cenderung menggagalkan reklamasi

hutan secara keseluruhan.

e. Pencegahan terhadap kebakaran hutan dan penggembalaan liar. Beberapa usaha

pencegahan terhadap kebakaran yang dapat dilakukan antara lain: pembersihan

lahan dari bahan mudah terbakar, memilih jenis tanaman yang tahan kebakaran dan

memberikan penyuluhan tentang pencegahan kebakaran kepada masyarakat di

sekitarnya. Pencegahan terhadap penggembalaan liar dilakukan melalui penyuluhan,

pemberian bibit makanan ternak, dan apabila dianggap perlu dapat dilakukan

pembuatan pagar pengamanan.

f. Pemangkasan untuk memberikan ruang tumbuh yang cukup pada tanaman.

Pemangkasan juga ditujukan untuk memberikan ruang tumbuh pada tanaman sisipan

atau tanaman pengkayaan yang ditanam setelah penanaman tanaman pionir atau

cepat tumbuh.

g. Penjarangan yang dilakukan pada jenis cepat tumbuh untuk mengurangi persaingan

tumbuh tanaman. Penjarangan selain untuk mengurangi persaingan tumbuh

tanaman juga untuk menghilangkan tanaman dengan pertumbuhan yang tertekan,

dan memberikan ruang tumbuh yang cukup bagi tanaman sisipan atau pengkayaan.

Kegiatan penjarangan dilakukan pada setengah daur umur tegakan pionir, dengan

jumlah/persentase dari jumlah tegakan yang ada tergantung kepada kondisi

kerapatan tegakan dan jenis tanaman atau rencana penanaman jenis lokal berdaur

panjang.

h. PengkayaanPenanaman pengkayaan dapat dilakukan dengan cara melakukan

penanaman sisipan setelah tanaman pioner berumur antara 2 (dua) sampai dengan 3

(tiga) tahun atau setelah dilakukan penjarangan. Pengkayaan tanaman dilakukan

Page 22: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

21

dengan menanam jenis-jenis tanaman lokal berdaur panjang dan mempunyai nilai

ekonomis tinggi sesuai dengan hasil analisis di dalam studi AMDAL.

E. Pembiayaan Pelaksanaan Reklamasi

Biaya pelaksanaan reklamasi hutan dibebankan kepada pemegang izin penggunaan

kawasan hutan. Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan reklamasi hutan pemegang

izin diwajibkan membayar Dana Jaminan Reklamasi (DJR). Ketentuan mengenai besaran,

bentuk, tatacara penempatan, dan pencairan Dana Jaminan Reklamasi dilakukan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. Jangka Waktu Reklamasi Hutan

Batas akhir penyelesaian reklamasi hutan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum

berakhirnya jangka waktu izin penggunaan kawasan hutan. Dalam hal perusahaan akan

mengembalikan kawasan hutan yang dipinjam pakai sebelum berakhirnya jangka waktu

izin pinjam pakai kawasan hutan, maka batas akhir penyelesaian reklamasi hutan adalah

selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum waktu pengembalian kawasan hutan

tersebut. Sebelum dilakukan pengembalian dilakukan penilaian terhadap keberhasilan

reklamasi hutan.

G. Kelembagaan

Bagi pemegang izin penggunaan kawasan hutan wajib mempunyai organisasi khusus

yang menangani reklamasi hutan. Organisasi bertugas untuk: (a) Mengidentifikasi rencana

peruntukan dan pemanfaatan ruang daerah yang akan di tambang, (b)

Mengidentifikasikan rona lingkungan awal, (c) Merencanakan upaya reklamasi hutan (d.)

Melaksanakan rencana dan upaya reklamasi hutan, dan (e) Melakukan pemeliharaan,

penelitian, pemantauan dan pelaporan dari semua pelaksanan rencana dan upaya

reklamasi hutan.

Pemegang izin penggunaan kawasan hutan wajib meningkatkan kualitas dan

kemampuan keahlian sumber daya manusia dalam melakukan kegiatan reklamasi hutan,

antara lain melalui kegiatan pelatihan, on the job training(magang), studi banding,

workshop. Sumber daya manusia reklamasi hutan wajib mempunyai keahlian dalam

bidang kehutanan, pertanian, pertambangan, tanah dan bidang lain yang terkait dengan

reklamasi hutan.

Page 23: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

22

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemampuan keahlian sumber daya

manusia, di bidang kehutanan dilakukan melalui pelatihan antara lain:

(a) Pemetaan GIS dan penguasaan informasi tenurial kawasan hutan, pemegang izin

penggunaan dapat bekerjasama dengan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)

selaku UPT Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan.

(b) Monitoring dan evaluasi daerah aliran sungai yang sejalan dengan pemantauan,

pengelolaan dan pengendalian lingkungan, pemegang izin penggunaan dapat

bekerjasama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) selaku Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

dan Perhutanan Sosial.

(c) Teknik pembibitan tanaman hutan, pemegang izin penggunaan dapat bekerjasama

dengan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) selaku UPT Direktorat Jenderal

Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial.

(d) Kebijakan pembangunan hutan di daerah dan manajemen hutan lestari, pemegang

izin penggunaan dapat bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi.

H. Pemantauan dan Pembinaan Teknis

Pelaksanaan reklamasi hutan memerlukan kegiatan pemantauan dan pembinaan

teknis yang dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali yang dilakukan oleh tingkat pusat

maupun tingkat daerah. Kegiatan pemantauan bertujuan untuk memperoleh data dan

informasi, kebijakan dan pelaksanaan reklamasi hutan.

Tahapan pemantauan pelaksanaan reklamasi hutan dilakukan dengan mengamati

perkembangan pelaksanaan kegiatan reklamasi hutan, mengidentifikasi serta

mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil

tindakan sedini mungkin. Sedangkan Kegiatan pembinaan teknis bertujuan untuk

memberikan saran dan masukan untuk perbaikan pelaksanaan reklamasi hutan yang

kurang/tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.

Pemantauan dan pembinaan teknis reklamasi tingkat pusat dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial cq.

Direktorat Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Dalam pelaksanaannya melibatkan instansi

terkait atara lain Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi, Kementerian

Page 24: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

23

Energi Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian

Kehutanan. Sedangkan pemantauan dan pembinaan teknis reklamasi tingkat daerah

dapat dilakukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Dalam

pelaksanaannya, Gubernur, Bupati/Walikota menugaskan instansi teknis yang menangani

urusan kehutanan, dan dapat melibatkan instansi terkait.

Kegiatan pemantauan dan pembinaan teknis dilakukan oleh dinas teknis yang

ditunjuk oleh Bupati/Walikota untuk memantau perkembangan pelaksanan reklamasi

antara lain: (a) pemenuhan kewajiban pembayaran PSDH-DR, (b) inventarisasi tegakan

hasil reklamasi (c) progres/kemajuan penggunaan kawasan hutan dan (d)

reklamasi/revegetasi.

Kegiatan pemantauan dan pembinaan teknis dilakukan oleh dinas teknis yang

ditunjuk oleh Gubernur, untuk memantau antara lain: (a) perkembangan pelaksanaan

penataan batas, (b) pelaksanaan pengamanan kawasan hutan, (c) perkembangan

pelaksanaan penggunaan kawasan hutan, dan (d) reklamasi/revegetasi.

Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan atas nama Direktur Jenderal Bina

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial menugaskan Balai Pengelolaan

DAS untuk melaksanakan pemantauan dan pembinaan teknis reklamasi, terutama

dikaitkan dengan pemantauan kondisi tata air pada DAS yang bersangkutan, di samping

pemantauan terhadap kemajuan pelaksanaan reklamasi hutan. Dalam melaksanakan

pemantauan kondisi tata air dilakukan dengan pemasangan SPAS.

Penetapan waktu pelaksanaan pemantauan dan pembinaan teknis ditetapkan oleh

masing-masing instansi teknis dan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait. Hasil

pemantauan digunakan untuk; (a) Mengetahui perkembangan/kemajuan pelaksanaan

reklamasi, (b) Menyajikan data dan informasi sebagai fungsi kontrol terhadap

pelaksanaan reklamasi hutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hasil

pemantauan oleh instansi teknis yang menangani urusan kehutanan di tingkat

Kabupaten/Kota dilaporkan ke Gubernur cq. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dengan

tembusan kepada Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan

Perhutanan Sosial.

Page 25: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

24

Hasil pemantauan oleh instansi teknis yang menangani urusan kehutanan di tingkat

Provinsi dilaporkan ke Gubernur dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal Bina

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial. Hasil pemantauan dan

pembinaan teknis oleh Balai Pengelolaan DAS dilaporkan langsung kepada Direktorat

Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial.

Penilaian keberhasilan reklamasi hutan dilakukan melalui kegiatan evaluasi

terhadap pelaksanaan reklamasi hutan. Penilaian tingkat pusat dilakukan oleh Tim yang

dikoordinir oleh Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan

Perhutanan Sosial dan penilaian tingkat daerah dilakukan oleh Tim yang dikoordinir oleh

Dinas Teknis Provinsi yang menangani kehutanan. Penilaian keberhasilan reklamasi hutan

dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali atau setahun sebelum berakhirnya masa berlaku

izin pinjam pakai kawasan hutan.

Pembangunan/pemasangan SPAS dilakukan untuk mengetahui kondisi tata air dan

erosi/sedimentasi yang terjadi. SPAS dilaksanakan untuk mengukur atau mengetahui: (a)

Kondisi tata air, yang diindikasikan dari Koefisien Regim Sungai (KRS), yaitu perbandingan

antara debit maksimum (Qmaks) dan debit minimum (Qmin) dalam suatu DAS. (b) Erosi

yang terjadi yang diindikasikan dari besarnya kadar lumpur/sedimen dalam air yang

terangkut oleh aliran air sungai, atau banyaknya endapan sedimen pada badan-badan air.

Makin besar kadar sedimen yang terbawa oleh aliran air berarti makin tidak sehat kondisi

DAS.

Perangkat SPAS tersebut dipasang pada outlet small watershed (catchment area).

Pada areal pertambangan dengan lebih dari satu catchment area, maka untuk

membangun dan memasang SPAS dipilih catchment area yang paling besar atau yang

paling terpengaruh oleh aktivitas tambang. Sebagai kelengkapan dalam pembangunan

SPAS, maka perlu dipasang alat pengukur curah hujan yang berupa pengukur curah hujan

secara manual (Ombrometer) atau alat pengukur otomatis (Automatic Rainfall

Recorder/ARR). Dalam pemasangan perangkat SPAS tersebut, pemegang izin dapat

berkoordinasi/berkonsultasi dengan Balai pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS)

setempat. Data hasil pengamatan yang sudah diolah/dianalisis yang berupa debit air dan

Page 26: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

25

kandungan lumpur yang disampaikan secara periodik dan merupakan bagian dari laporan

reklamasi.

Sistem pengendalian, pemantauan kegiatan reklamasi hutan harus

bersifat measurable reportable, dan verifiable(MRV), dan harus memenuhi prinsip: (a)

Kombinasi remote sensing dan ground based inventory, (b) Hasil perhitungan: transparan

dan terbuka untuk direview. Sistem pengendalian, pemantauan pelaksanaannya harus

didukung oleh pemetaan/data spasial yang memadai (keakuratan sasaran lokasi kegiatan)

dan adanya sistem database dokumentasi proses dan output kegiatan serta adanya

sistem monitoring hasil (outcome), dampak (impact) dan benefit dari program reklamasi.

Semua data dan informasi hasil pemantauan/monitoring reklamasi hutan disajikan

dalam bentuk numerik/tekstual, spasial dan visual. Untuk data visual, perusahaan wajib

menyiapkan citra/dokumentasi foto yang dapat menggambarkan perkembangan

kenampakan rona dari awal sampai akhir penambangan baik sebelum adanya kegiatan

dan setelah dilakukan revegetasi. Reklamasi hutan sebagai bagian dari RHL yang

merupakan program pembangunan yang prosesnya multiyears, input, output, outcome

dan impact programnya dapat diidentifikasi dan dapat diukur.

Pemantauan/monitoring reklamasi hutan sangat penting keberadaannya untuk

memastikan input, output, outcome dan impact dari program reklamasi hutan dapat

berjalan sesuai dengan rencana/sasaran program.

Pelaksanaan pemantauan dengan sistem MRV harus memenuhi tahapan sebagai berikut:

(a) Pemantauan/monitoring Output yang meliputi pemantauan/monitoring keluaran

langsung dari kegiatan Reklamasi Hutan antara lain berupa tanaman/tegakan pohon

yang merupakan hasil langsung dari input, dalam konteks MRV,

pemantauan/monitoring output ini akan lebih banyak dimanfaatkan.

(b) Pemantauan/monitoring Outcome yang meliputi pemantauan/monitoring hasil yang

mengindikasikan outputkegiatan Reklamasi Hutan telah berfungsi.

Indikator yang bisa diamati di on-site/lokasi seperti turunnya erosi dan sedimentasi

dan lain sebagainya merupakan bagian dari indikator outcome ini.

(c) Pemantauan/monitoring Impact - kegiatan Reklamasi Hutan yang meliputi indikator-

indikator pada off-site/di luar atau di sekitar lokasi yang menunjukkan adanya

Page 27: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

26

dampak/pengaruh dari kegiatan, indikasi membaiknya tata air, ekonomi dan sosial

masyarakat merupakan indikator dampak Reklamasi Hutan yang perlu diukur.

(d) Pemantauan/monitoring Benefit yang merupakan pemantauan untuk menguji

sejauhmana program memberikan manfaat.

Untuk mendukung pemantauan reklamasi hutan agar dapat diperoleh gambaran

yang jelas sejak proses awal penggunaan kawasan hutan sampai dengan pelaksanaan

reklamasi, pemegang izin penggunaan kawasan hutan diwajibkan untuk menyiapkan citra

satelit dengan resolusi yang memadai sejak sebelum dilakukan penggunaan kawasan

hutan sampai dengan serah terima kawasan hutan. Pengadaan citra satelit ini merupakan

bagian dari pemantauan dengan metode MRV yang perlu dilakukan untuk periode waktu

tertentu sesuai dengan masa berlaku izin penggunaan kawasan hutan. Bagi pemegang izin

penggunaan kawasan hutan yang masa berlakunya 5 (lima) tahun atau kurang,

pengadaan citra satelit dilakukan pada awal dan akhir kegiatan penggunaan kawasan

hutan. Pemegang izin penggunaan kawasan hutan yang masa berlakunya di atas 5 (lima)

tahun, pengadaan citra satelit dilakukan pada setiap periode 5 (lima) tahun.

I. Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Reklamasi Hutan

Pemegang izin penggunaan kawasan hutan sebagai pelaksana reklamasi hutan wajib

menyampaikan laporan pelaksanaan reklamasi secara berkala kepada Direktur Jenderal

Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan

dengan tembusan kepada:

(a) Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan;

(b) Direktur Jenderal Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral;

(c) Dinas Teknis Provinsi yang menangani kehutanan; dan

(d) Dinas Teknis Kabupaten/Kota yang menangani kehutanan.

Laporan reklamasi hutan terdiri dari Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan.

Format laporan reklamasi hutan untuk laporan triwulan dan tahunan yang dilengkapi

dengan: (a) Data SPAS (debit air, sedimentasi), (b) Foto-foto dokumentasi pelaksanaan

kegiatan reklamasi dan (c) Peta dan koordinat areal reklamasi (skala 1:10.000). Pemegang

izin penggunaan kawasan hutan juga diwajibkan untuk membuat foto kondisi/citra areal

Page 28: BAB IX REKLAMASI HUTAN - Sertifikasi Guru Rayon UNSsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · sumber belajar penunjang plpg 2017 mata pelajaran/paket keahlian

27

pinjam pakai kawasan hutan mulai tahun ke-0 sampai dengan saat serah

terima/pengembalian areal izin pinjam pakai kawasan hutan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

P.04/MENHUT-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan), bagi para pemegang izin yang

tidak melaksanakan kegiatan reklamasi hutan sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan atau tidak melakukan kegiatan reklamasi hutan, dikenakan sanksi berupa:

(a) Sanksi administratif, didahului dengan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali

dengan selang waktu 3 (tiga) bulan untuk setiap kali peringatan.

(b) Sanksi berupa pencabutan ijin penggunaan kawasan hutan, setelah dilakukan

penilaian hasil reklamasi hutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sanksi administratif diberikan oleh Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial setelah dilakukan pemantauan baik oleh Dinas

Provinsi yang membidangi kehutanan maupun yang dilakukan oleh BPDAS setempat.

Bila masa peringatan ke-3 (tiga) telah berakhir dan pemegang izin pinjam pakai

kawasan hutan tidak melakukan kegiatan reklamasi hutan, maka Direktorat Jenderal

Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial membentuk tim

verifikasi/penilai untuk melakukan penilaian pelaksanaan reklamasi sebagai dasar

pencabutan izin pinjam pakai kawasan hutan oleh Menteri. Anggota tim

verifikasi/penilai terdiri dari instansi terkait sebagaimana diatur dalam Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor: P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian

Keberhasilan Reklamasi Hutan.