agribisnis tanaman perkebunan -...

14
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB IX PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

Upload: phungcong

Post on 06-Mar-2019

266 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB IX

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2017

1

BAB IX. PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN

1.1 Kompetensi Inti: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam bidang kerja agribisnis tanaman perkebunan

1.2 Kompetensi Dasar: Melaksanakan pengendalian penyakit tanaman perkebunan

1.3 Uraian Materi

Tanaman sering mengalami gangguan dari organisme kecil (virus, bakteri, atau

jamur). Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur

disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tanaman, tetapi mereka

merusak tanaman dengan mengganggu proses-proses dalam tubuh tanaman sehingga

mematikan tanaman. Oleh karena itu, tanaman yang terserang penyakit, umumnya,

bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat

menyebabkan kematian.

Untuk mengendalikan penyakit, sering dinggunakan zat kimia anti penyakit.

Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan jamur disebut fungsida. Pengendalian

penyakit menggunakan pestisida harus secara hati-hati dan tepat guna. Pengunaan

pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih

besar. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada penyakit.

Oleh karena itu pengguna pestisida anti penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan

sebijak mungkin.

Jenis-jenis penyakit yang menyerang tanaman sangat banyak jumlahnya. Penyakit

yang menyerang tanaman banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur,

bakteri, dan virus.

A. Penyakit Tanaman Kelapa Sawit

a. Penyakit busuk akar

Penyakit di pre nursery ádalah penyakit busuk akar oleh patogen Rhizoctonia sp.,

Pythium sp., Fusarium sp. Gejala penyakit ditandai dengan memucatnya daun dan

selanjutnya tanaman akan mengalami kelayuan serta terjadi pembusukan akar

2

(Gambar 18). Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menghindari perlukaan akar,

atau dengan menggunakan biofungisida berbahan aktif Trichoderma sp dengan dosis

10 g/polibeg, atau menggunakan fungisida lainnya.

b. Penyakit busuk daun

Penyakit busuk daun (antraknosa) disebabkan oleh patogen Botryodiplodia palmarum,

Glomerella cingulata, Melanconium elaeidis. Gejala penyakit ini dimulai dengan

munculnya bercak kecil yang tembus cahaya yang selanjutnya membesar dan

berwarna kecoklatan dan akhirnya daun menjadi busuk (Gambar 19 ). Pengendalian

dilakukan dengan pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, dan penyemprotan

dengan fungisida secara rotasi dengan Dithane M-45 0,2%, Benlate 0,3%, dan Antracol

0,2% dengan interval satu minggu.

c. Penyakit bercak daun

Penyakit bercak daun disebabkan oleh patogen Curvularia eragrostidis, Drechslera

halotes, Cochiobolus carbonus. Gejala penyakit dimulai dengan munculnya bercak

kecil tersebar secara acak . Bercak yang yang sangat banyak dan berdekatan

menyebabkan daun seperti kering atau clorosis (Gambar 20 ). Pengendalian dilakukan

dengan pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, dan penyemprotan dengan

fungisida

Gambar 1. Bibit terserang penyakit bercak daun

BercakBercak DaunDaun

3

d. Penyakit busuk pangkal batang

Penyakit utama yang menyerang TM adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang

disebabkan oleh Ganoderma boninense. Infeksi dan penularan penyakit terjadi melalui

kontak antara bagian yang sehat dengan sumber infeksi atau melalui spora. Gejala

penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun, adanya akumulasi beberapa daun

tombak yang tidak membuka, pelepah daun bagian bawah menggantung (sengkleh),

dan muncul badan buah (Fruiting body) di pangkal batang (Gambar 46 ). Gejala yang

khas adalah terjadinya pembusukan pada pangkal batang yang diikuti dengan

tumbangnya pohon. Pengendalian penyakit BPB dapat dilaku-kan melalui sanitasi

sumber inokulum yaitu akar dan batang yang terinfeksi dan pemberian agens

antagonis Trichoderma sp pada lubang tanam.

e. Penyakit karat daun

Penyakit karat daun (red rust) disebabkan oleh patogen Cephaleuros virescen.

Biasanya patogen ini menyerang daun-daun tua pada TM berumur > 5 tahun.

Munculnya penyakit karat daun dipicu oleh tingginya curah hujan dan kelembaban

udara serta banyak dan beragamnya inang di sekitar kebun. Gejala terlihat dengan

adanya bercak-bercak kemerahan pada pelepah-pelepah bawah dan pada permukaan

anak daun. Pengendalian dilakukan dengan menunas pelepah secara teratur dan

benar, dan penyemprotan fungisida tembaga dosis 2,5—5 g/2 liter air dengan rotasi

satu minggu.

Penyakit busuk tandan disebabkan oleh patogen Marasmius palmivorus. Gejala

serangan terlihat adanya miselium dan tubuh buah pada bunga atau tandan buah

kelapa sawit. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan mengurangi kelembaban

udara melalui penunasan yang teratur, membuang tandan yang busuk karena tidak

dipanen, menyemprot dengan fungisida.

B. Penyakit Tanaman Karet

Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada tanaman karet

4

umumnya lebih besar diban- dingkan dengan serangan hama. Selain karena kerusakan

akibat serangan penyakit, kerugian lain adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan

untuk menanggulanginya. Karenanya, upaya pencegahan harus mendapat perhatian

penuh, serta pengamatan dini secara terus-menerus sangat penting.

Penyakit pada tanaman karet dengan kerugian besar umumnya disebabkan oleh

cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus kerugiannya tidak begitu

besar. Penyakit tanaman karet menyerang dari wilayah akar, batang, bidang sadap,

hingga daun.

a. Penyakit Akar Putih.

Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat

miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang menempel kuat dan sulit

dilepaskan. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan

berwarna cokelat.

Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus lignosus yang

membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman.

Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan lubang-lubang kecil di

bagian bawah tempat spora. Jika sudah tua, badan buah tersebut akan mengering dan

berwarna cokelat.

Gejala-gejala lain serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun-

daun dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam. Daun-daun tersebut selanjutnya

gugur dan ujung rantingnya mati. Sebagai upaya mempertahankan diri, tanaman

yang sakit akan menumbuhkan daun, bunga, dan buah sebelum waktunya.

Memastikan secara dini tanaman karet terserang penyakit akar putih atau tidak, bisa

dilakukan pemeriksaan tajuk dan akar dengan bantuan mulsa.

Akar putih termasuk penyakit berbahaya jika dilihat dari akibat yang

ditimbulkannya. Prevalensi serangan penyakit tertinggi terjadi pada tanaman muda

berumur 2 - 4 tahun, meskipun bisa juga menyerang tanaman berumur enam

tahun. Serangan pada umur tiga tahun bisa mengakibatkan kematian dalam

waktu enam bulan sejak terinfeksi dan pada umur enam tahun menyebabkan

kematian setelah setahun terserang.

5

Infeksi penyakit akar putih terjadi karena persinggungan akar sehat dengan sisa-sisa

akar tanaman lama yang mengandung spora cendawan ini. Penyebarannya bisa

dengan bantuan angin yang menerbangkan spora ini. Spora yang jatuh di tunggul atau

sisa tanaman yang mati akan membentuk koloni. Dari tunggul ini jamur menjalar

ke akar dan akhirnya menginfensi akar-akar sehat di sekitarnya.

b. Penyakit Akar Merah

Jika penyakit akar putih cenderung menyerang tanaman muda (berumur 2 - 4

tahun), penyakit akar merah justru lebih banyak menyerang tanaman dewasa atau

bahkan yang mulai menua. Meskipun berbahaya, kematian tanaman baru terjadi

lima tahun setelah terinfeksi. Gejala yang bisa dilihat dari serangan penyakit ini adalah

terjadinya perubahan warna daun dari hijau menjadi hijau pucat suram, menguning,

dan akhirnya berguguran.

Disebut dengan penyakit akar merah karena jika tanah di daerah perakaran tanaman

yang sakit dibongkar akan terlihat miselia jamur berwarna merah muda sampai

merah tua di akar-akarnya. Miselia tersebut menempel sangat erat dan mengikat

butiran tanah, sehingga menjadi seperti berkerak. Jika sudah kering, miselia tersebut

akan berwarna putih, tetapi kalau dibasahi dengan air akan kembali berwarna merah.

Infeksi terjadi jika akar tanaman sehat bersentuhan dengan akar tanaman sakit atau

akar yang mengandung spora cendawan penyebab penyakit akar merah. Infeksi juga

terjadi jika spora jatuh di leher akar karena tiupan angin. Pencegahan dan

pengendalian penyakit ini sama dengan pencegahan dan pengendalian penyakit akar

putih.

c. Jamur Upas.

Penyakit jamur upas disebabkan oleh cendawan Corticium salmonicolor yang memiliki

empat tingkat perkembangan. Tahap pertama atau sering disebut dengan tahap

sarang laba-laba adalah terbentuknya lapisan tipis berwarna putih di permukaan kulit.

Tahap selanjutnya akan berkembang membentuk sekumpulan benang jamur, biasa

disebut dengan tahap bongkol. Pada tahap ketiga atau tahap kortisium, terbentuk

lapisan kerak berwarna merah muda. Tahap terakhir atau tahap nekator adalah

6

terbentuknya lapisan tebal berwarna merah tua.

Penyakit jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman, sehingga cabang

dan tajuk mudah patah. Gejala penyakit ini adalah munculnya benang-benang

berwarna putih seperti sutera di pangkal atau bagian atas percabangan. Dalam

perkembangannya, benang-benang tersebut membentuk lapisan kerak berwarna

merah dan akhirnya menjadi lapisan tebal berwarna merah tua.

Batang yang terinfeksi akan mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat

kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lama-kelamaan kulit

tanaman yang terinfeksi akan membusuk, berwarna hitam, mengering, dan

mengelupas. Bagian kayu di bawah kulit akan rusak dan menghitam. Pada serangan

yang lebih parah, tajuk percabangan akan mati dan mudah patah oleh tiupan angin.

d. Kanker bercak

Penyakit kanker bercak muncul akibat infeksi jamur Phytophthora palmivora yang

memiliki benang-benang hifa berwarna putih yang kurang jelas dilihat dengan mata

telanjang. Jamur ini berkembang biak dengan spora yang bisa bertahan hidup lama

di dalam tanah.

Gejala serangan penyakit ini tidak mudah dikenali karena serangannya dimulai dari

bawah kulit. Kulit yang sakit baru terlihat jika dilakukan pengerokan kulit batang atau

kulit cabang, yaitu adanya warna cokelat kemerahan dengan bercak-bercak besar

meluas ke samping, kambium, dan bagian kayu. Bagian yang sakit biasanya

mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kemerahan dengan bau busuk.

Kadang-kadang terjadi pengumpulan lateks di bawah kulit, sehingga membuat

kulit batang pecah dan membuka. Di bagian terbuka tersebut sering dimasuki serangga

penggerek batang.

Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada kulit batang di luar bidang sadap atau kulit

percabangan, sehingga tanaman akan merana dan akhirnya mati. Penyakit ini lebih

banyak menyerang tanaman karet di kebun-kebun berkelembaban tinggi atau

terletak di daerah beriklim basah.

Angin dan hujan bisa menjadi sarana penyebaran penyakit ini. Angin menerbangkan

7

spora dan percikan air hujan di tanah dekat tanaman bisa memindahkan spora dari

tanah ke batang tanaman sehat. Agar pengendalian penyakit dapat dilakukan

sedini mungkin, selama musim hujan seminggu sekali harus dilakukan pemeriksaan

tanaman.

e. Busuk pangkal batang

Cendawan Botrydipbdia theobromae adalah biang keladi penyakit busuk pangkal

batang. Jamur ini memiliki badan buah penghasil spora dalam jumlah banyak yang

terdapat di kulit batang yang terinfeksi. Spora akan menyebar karena angin atau hujan

untuk menginfeksi tanaman sehat.

Penyakit busuk pangkal batang lebih sering menyerang tanaman karet muda yang

siap disadap, yaitu tanaman berumur empat tahun dengan prevalensi mencapai

66%. Pada tanaman berumur tiga tahun, prevalensi serangan mencapai 30% dan

pada tanaman berumur lebih dari lima tahun kemungkinannya 0%.

Munculnya penyakit busuk pangkal batang dipicu oleh kondisi tanaman yang jelek

akibat kekurangan air karena kemarau yang berkepanjangan atau tanaman terluka

oleh alat-alat pertanian. Spora cendawan akan berkembang pada kelembaban tinggi

dan suhu udara rendah.

Gejala serangan penyakit busuk pangkal batang agak sulit dikenali, sehingga

diperlukan ketelitian atau kecermatan. Di pangkal batang kulit terlihat kering dan

pecah-pecah, padahal kayu di bagian atasnya masih utuh dan baik. Lama-kelamaan

kulit pecah-pecah tersebut menghitam, bagian kayu rusak, dan menjalar ke atas.

Bagian yang rusak dan terlihat seperti terbakar tersebut tingginya mencapai satu

meter atau lebih bisa menyebabkan tanaman mudah patah karena tidak kuat

menyangga tajuk.

f. Kanker garis

Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama dengan biang keladi kanker bercak,

yakni Phytophthora palmivora. Infeksi cendawan ini mengakibatkan

kerusakan berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan di bekas bidang sadap

lama, sehingga penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Penyakit ini umumnya

8

berjangkit di kebun-kebun berkelembaban tinggi, terletak di wilayah beriklim

basah, serta di kebun- kebun yang penyadapannya terlalu dekat dengan tanah.

Gejala serangan penyakit kanker garis dapat dilihat dari adanya selaput tipis putih

dan tidak begitu jelas menutup alur sadap. Jika dikerok atau diiris, di bawah kulit yang

terletak di atas irisan sadap terlihat garis-garis tegak berwarna cokelat kehitaman.

Dalam perkembangannya, garis-garis ini akan menyatu membentuk jalur hitam yang

tampak seperti retakan membujur di kulit pulihan.

Pada beberapa kasus, di bawah kulit yang baru pulih akan terbentuk gumpalan lateks

yang bisa menyebabkan pecahnya kulit. Dari pecahan kulit ini akan keluar tetesan-

tetesan lateks berwarna cokelat yang berbau busuk. Karena rusak, pemulihan kulit

akan terhambat. Agar pengendalian penyakit bisa dilakukan sedini mungkin, perlu

dilakukan pemeriksaan yang cermat pada seluruh tanaman setiap hari sadap selama

musim hujan.

g. Penyakit Gugur Daun Oidium

Penyakit gugur daun Oidium merupakan penyakit utama pada tanaman karet, penyakit

ini disebut juga penyakit embun tepung, menyebabkan kerugian di perkebunan karet

baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman telah menghasilkan (TM).

Selain tanaman belum dan telah menghasilkan, jamur ini juga menyerang tanaman di

persemaian, pembibitan, dan kebun entres.

Serangan berat terjadi bila keadaan cuaca kering diselang-selingi oleh hujan yang

singkat di malam hari atau kabut dipagi hari pada waktu tanaman membentuk daun

muda (awal musim hujan). Patogen penyebab penyakit ini adalah jamur Oidium

heveae.

Penyakit ini mengakibatkan gugurnya daun muda yang baru terbentuk sesudah masa

gugur daun alami. Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, produksi lateks

menurun dan biji yang dihasilkan sedikit. Kebun yang sering mendapat serangan berat

adalah kebun yang terletak pada ketinggian di atas 200 meter dari permukaan laut.

9

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara:

1. Merangsang pembentukan daun baru lebih cepat atau lebih awal, sehingga dapat

terhindari dari serangan O. heveae pada saat musim hujan. Pembentukan daun

baru dapat dirangsang dengan pemberian pupuk Nitrogen satu kali dosis anjuran.

Pupuk nitrogen berfungsi untuk merangsang pembentukan daun baru lebih cepat

atau lebih awal sehingga diharapkan daun tanaman telah menjadi hijau pada waktu

O. heveae menyerang pada awal musim hujan.

2. Melindungi tanaman dengan fungisida Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, belerang

atau Tilt 250 EC. Pengunaan fungisida dilakukan seminggu sekali sebanyak 5 kali,

dimulai pada waktu 10% pohon membentuk daun baru dan gejala Oidium mulai

muncul. Pengunaan tepung belerang 10-15 kg/ha dilakukan dengan cara

penghembusan dengan alat penghembus bermotor pada pagi hari agar fungisida

mudah melekat pada permukaan daun yang masih basah dan tidak mudah

diterbangkan oleh angin. Sedangkan pengunaan Bayleton 250 EC, Bayfidan 250 EC

atau Tilt 250 EC dilakukan dengan alat penyemprot bermotor atau alat pengabut.

3. Pada tanaman menghasilkan (TM) pengendalian menggunakan fungisida tidak

ekonomis, biasanya serangan penyakit ini dibiarkan saja (tidak dikendalikan). Pada

tanaman TM pengendalian dilakukan dengan pemberian pupuk ekstra pada awal

dan akhir musim hujan.

h. Phytophthora

Phytophthora tergolong penyakit daun, tetapi gejalanya justru terlihat pada buah yang

berwarna hitam dan kemudian membusuk. Dari bagian ini penyakit akan menular ke

daun dan tangkainya, sehingga beberapa minggu kemudian daun dan tangkai tersebut

gugur. Daun yang berguguran tetap berwarna hijau, tetapi di sepanjang tangkainya

terdapat bercak-bercak hitam dan gumpalan lateks.

Cendawan Phytopthora botriosa atau Phytopthora palmivora adalah penyebab penyakit

ini. Spora cendawan- cendawan ini banyak terdapat di pucuk tanaman, tetapi bisa juga

10

bertahan di daun yang gugur atau di dalam tanah. Penyakit ini umumnya berjangkit

pada musim hujan dengan penularan melalui spora yang dibawa air hujan atau angin.

Pencegahan penyakit phytopthora bisa dilakukan dengan tidak menanam klon-klon

yang peka terhadap penyakit ini, seperti PB 86, PRIM 600, Tjir 1, atau PR 107.

Pencegahan lain sekaligus pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan

fungisida Cobox atau Cupravit dengan dosis dan frekuensi yang bisa dibaca di

kemasannya. Penyemprotan sebaiknya menggunakan mist blower.

i. Corynespora

Penyebab penyakit corynespora adalah cendawan Corynespora casssiicola dengan

hifa berwarna hitam pucat yang kurang jelas terlihat di permukaan daun. Cendawan ini

mempunyai inang yang banyak, seperti singkong, akasia, angsana, dan pepaya. Mula-

mula penyakit ini diketahui berjangkit di perkebunan karet di Malaysia pada tahun

1960. Dari Malaysia, penyakit ini menyebar ke India pada tahun 1961 dan pada tahun

1969 kedapatan menyerang perkebunan karet di Nigeria. Pada tahun 1980 penyakit

ini masuk ke Sumatera Utara, tahun 1982 ke Jawa Tengah, dan 1984 ke Jawa Barat.

Gejala serangan penyakit ini tampak dari daun muda yang berbercak hitam seperti

menyirip, lemas, pucat, ujungnya mati, dan akhirnya menggulung. Serangan pada daun

tua juga menunjukkan gejala berbercak hitam dan menyirip. Bercak ini akan meluas

sejajar urat daun dan kadang-kadang tidak teratur. Pusat bercak berwarna

cokelat atau kelabu, kering, dan berlubang. Daun-daun tersebut menjadi kuning,

cokelat kemerahan, dan akhirnya gugur.

Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan menggunakan fungisida Mankozeb dan

Tridemorf dengan dosis dan interval tertera di labelnya, terutama untuk tanaman

yang belum disadap. Sementara itu, untuk tanaman yang telah disadap dan

tingginya lebih dari delapan meter sebaiknya dilakukan pengabutan menggunakan

Tridemorf atau Calixin 750 dengan dosis 500 ml/ hektar, seminggu sekali selama

3 - 4 minggu.

j. Helminthosporium

Cendawan Helminthosporium heveae dengan hifa berwarna putih dan spora berwarna

11

cokelat merupakan penyebab penyakit ini. Serangan penyakit ini sering terjadi pada

musim kemarau, terutama pada tanaman yang terlalu banyak dipupuk nitrogen,

kondisi lemah, dan kekurangan air. Penyebaran penyakit helminthosporium melalui

spora yang diterbangkan angin, terbawa hujan, atau alat-alat pertanian mengandung

spora yang mengenai tanaman sehat. Gejala infeksi penyakit ini adalah daun-daun

muda menjadi hitam, menggulung, dan kemudian gugur.

C. Penyakit Tanaman Kakao

a. Penyakit busuk buah (Phytopthora palmivora)

Penyakit busuk buah merupakan penyakit terpenting karena menyerang hampir di

seluruh areal penanaman kakao dan kerugiannya dapat langsung dirasakan. Penyakit

ini disebabkan oleh Phytopthora palmivora Bute, sejenis jamur yang dapat

mempertahankan hidupnya dalam tanah bertahun-tahun. Pada musim kering spora

hidup dalam tanah dalam bentuk siste yang mempunyai dinding tebal.

Penyebaran jamur dari buah satu ke buah lain melalui berbagai cara ; percikan air

hujan, persinggungan antara buah sakit dan buah sehat, melalui binatang

penyebar seperti tikus, tupai atau bekicot. Kerugian yang disebabkan penyakit cukup

besar persentase busuk buah di beberapa daerah mencapai 30-50%.

Gejala penyakit ini dapat terlihat mulai dari buah muda sampai buah dewasa.

Buah yang terinfeksi akan membusuk disertai bercak coklat kehitaman dengan batas

yang jelas, gejala ini dimulai dengan ujung atau pangkal buah. Hal ini disebabkan

adanya lekukan pada pangkal buah yang menjadi tempat tergenangnya air

sehingga sopra menyebabkan infeksi mulai dari pangkal atau ujung buah tempat

menggantung air. Pembusukan pada buah hanya berlangsung beberapa hari saja

sehingga tidak dapat dipanen.

Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan memadukan tindakan sanitasi,

penyemprotan fungisida dan memperbaiki lingkungan. Sanitasi dilakukan dengan

memetik buah yang busuk dilakukan bersamaan dengan pemangkasan atau panen.

Kemudian dibenamkan di bawah tanah sedalam 30 cm. Apabila musim hujan, sanitasi

dilakukan seminggu sekali. Perbaikan lingkungan dilakukan dengan pengaturan dan

pemangkasan pohon penaung. Di daerah yang sering tergenang air perlu pembuatan

12

saluran untuk memperbaiki drainase.

Gambar 1. Gejala penyakit busuk buah P. palmivora

b. Penyakit vascular streak dieback (VCD) Oncobasidium theobromae

Penyakit ini menyerang semua stadia tanaman, mulai dari pembibitan hingga stadium

produktif. Penyakit menular dari satu pohon ke pohon lain melalui spora diterbangkan

oleh angin pada tengah malam. Spora yang jatuh pada daun muda akan

berkecambah apabila tersedia air dan tumbuh masuk ke jaringan Xylem. Setelah 3 - 5

bulan baru terlihat gejala daun menguning dengan bercak hijau, daun tersebut mudah

gugur. Kerugian hasil karena penyakit VSD sangat bervariasi antara 3 - 60%.

Gejala khusus yang terlihat adalah sari daun kedua atau ketiga dari titik tumbuh

menguning dengan bercak- bercak berwarna hijau. Bila ranting dibelah membujur

terlihat garis-garis coklat pada jaringan Xylem yang bermuara pada bekas duduk

daun. Kalau dari bekas dudukan daun, potongan ranting dan potongan daun muncul

benang berwarna putih maka dapat dipastikan penyebabnya O. theobromae.

Pengendalian dilakukan dengan cara: penanaman jenis kakao yang toleran, pangkasan

sanitasi dan eradikasi. Pada pembibitan yang masih sehat dilindungi dengan fungisida

sistemik setiap 2 minggu. Pangkasan sanitasi adalah ranting sakit dipotong sampai

batas garis coklat pada Xylem ditambah 30 cm. Hibrida dan klon toleran adalah

13

DR1 x Sca6, DR1 x Sca12, ICS60 x Sca6, Sca12 x ICS60, Sca6 x ICS6, klon DRC15,

klon KEE2.