bab ivijojgf;oakgp

20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil analisis univariat Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam tahun ajaran 2012/2013 yang seluruhnya berjumlah 47 mahasiswa. Satu mahasiswa tidak mengikuti tutorial lebih dari satu kali sehingga, mahasiswa tersebut termasuk dalam kriteria eksklusi. Maka dari 47 mahasiswa, yang memenuhi kriteria peneltian sebanyak 46 mahasiswa. Respons rate dalam penelitian ini sebesar 97,8%. Tabel 4.1. Data jumlah responden penelitian Mahasiswa semester enam Tahun ajaran 2012/2013 Eksklusi Jumlah responden 47 1 46 Data sekunder dalam penelitian ini adalah nilai blok Sistem Indera 2 yang diperoleh dari program studi pada tanggal 29 Juli 2013. Dari 46 mahasiswa yang 43

Upload: ongen-achilles

Post on 07-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hguhlhlij

TRANSCRIPT

4256

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil analisis univariat

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam tahun ajaran 2012/2013 yang seluruhnya berjumlah 47 mahasiswa. Satu mahasiswa tidak mengikuti tutorial lebih dari satu kali sehingga, mahasiswa tersebut termasuk dalam kriteria eksklusi. Maka dari 47 mahasiswa, yang memenuhi kriteria peneltian sebanyak 46 mahasiswa. Respons rate dalam penelitian ini sebesar 97,8%.Tabel 4.1. Data jumlah responden penelitian

Mahasiswa semester enam Tahun ajaran 2012/2013EksklusiJumlah responden

47146

Data sekunder dalam penelitian ini adalah nilai blok Sistem Indera 2 yang diperoleh dari program studi pada tanggal 29 Juli 2013. Dari 46 mahasiswa yang menjadi responden diperoleh data karakteristik mahasiswa meliputi jenis kelamin dan usia.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelaminDari 46 responden yang ikut serta dalam penelitian ini, mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 73,9%, seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.1.Tabel 4.2. Distribusi frekuensi jenis kelamin mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam tahun ajaran 2012/2013

Jenis kelamin respondenFrekuensiPersentese (%)

Laki-laki1226,1

Perempuan3473,9

Total46100

Gambar 4.1. Grafik distribusi frekuensi jenis kelamin mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam tahun ajaran 2012/2013 2. Distribusi responden berdasarkan usiaDari Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 dapat terlihat bahwa responden penelitian memiliki rentang usia 19 22 tahun. Sebagian besar responden berusia 20 tahun (65,2%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 19 dan 22 tahun (4,3% dan 4,3%).

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi usia mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam tahun ajaran 2012/2013

Usia RespondenFrekuensiPersentase (%)

1924,3

203065,2

211226,1

2224,3

Total46100

Gambar 4.2. Grafik distribusi frekuensi usia mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimur semester enam tahun ajaran 2012/20133. Distibusi jawaban Tutorial Group Effectiveness Instrument (TGEI)Rata-rata skor jawaban responden terhadap pernyataan pada kuesioner TGEI berkisar antara 2,32 4,26. Mayoritas penyataan dalam TGEI (68,42 %) memiliki skor rata-rata lebih dari nilai cut off (3,5) seperti dapat dilihat pada Tabel 4.4. Maka dapat dikatakan responden memiliki persepsi yang baik terhadap pernyataan-pernyataan tersebut.

Tabel 4.4. Deskripsi statistik univariat jawaban TGEI

NoPernyataanMinMaxMeanSD

1Penjelasan Individual254,040.84

2Penjelasan dengan kata-kata sendiri253,041.09

3Pertanyaan adekuat untuk pemahaman mendalam253,730.97

4Pertanyaan kritikal untuk memastikan penjelasan253,560.88

5Belajar dari kontribusi anggota lain154,000.86

6Koreksi salah pengertian254,080.75

7Membangun atas argument254,040.78

8Tanggungg jawab terhadap kemajuan kelompok254,190.71

9Rasa tidak nyaman jika tidak mempersiapkan diri254,260.90

10Tanggap dan sensitif terhadap kebutuhan anggota lain153,560.93

11Merangsang aktivitas belajar mandiri253,910.91

12Pengaruh positif terhadap komitmen dan usaha akademik253,950.75

13Ketertarikan terhadap materi meningkat153,391.21

14Mengusahakan kemampuan terbaik153,891.03

15Teman berkontribusi sedikit152,321.05

16Teman menyimpan inforrmasi153,301.13

17Tidak berkontribusi secara maksimal153,260.95

18Pengaruh negatif terhadap kontribusi anggota lain153,731.06

19Membiarkan anggota lain mengerjakan tugas153,111.32

Pada Gambar 4.3 terlihat lebih dari 80% resonden setuju dengan pernyataan nomor 1, 6, 7, 8, dan 9 mengenai penjelasan materi secara individual, saling koreksi salah pengertian saat diskusi tutorial, saling membangun atas dasar argumentasi sesama anggota, rasa tanggung jawab terhadap kemajuan kelompok dan rasa tidak nyaman jika tidak mempersiapkan diri sebelum tutorial.

Pernyataan nomor 1 14 adalah pernyataan untuk hal-hal yang diharapkan terjadi dalam sebuah diskusi kelompok tutorial PBL. Dari pernyataan-pernyataan tersebut sebagian besar responden (43,5%) tidak menyetujui pernyataan nomor 2 mengenai penggunaan kata-kata sendiri dalam menjelaskan materi. Pernyataan nomor 15 19 merupakan pernyataan yang diharapkan tidak terjadi dalam kelompok tutorial. Mayoritas responden (69,6%) menyetujui pernyataan nomor 15 tentang sedikitnya kontribusi anggota dalam diskusi (Gambar 4.3).

Gambar 4.3. Grafik distibusi proporsi jawaban Tutorial Group Effectiveness Instrument (TGEI)4. Efektivitas kelompok tutorial PBL

Hasil penilaian efektivitas kelompok tutorial menunjukan jumlah responden yang menganggap bahwa kelompok tutorial PBL efektif adalah sebanyak 22 orang (47,8%), sedangkan jumlah responden yang menganggap kurang efektif adalah sebanyak 24 orang (52,2%) (Tabel 4.5 dan Gambar 4.4).Tabel 4.5. Distribusi frekuensi efektivitas kelompok tutorial PBL mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam Tahun ajaran 2012/2013

Efektivitas kelompok tutorial PBLFrekuensiPersentase (%)

Kurang Efektif2452.2

Efektif2247,8

Total46100

Gambar 4.4. Grafik frekuensi efektivitas kelompok tutorial PBL mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam Tahun ajaran 2012/20135. Nilai blok Sistem Indera 2

Nilai blok Sistem Indera 2 memiliki rata-rata 61,79. Dari 46 mahasiswa yang menjadi responden tidak terdapat mahasiswa yang memperoleh nilai sangat baik (nilai blok 77), demikian juga tidak ada mahasiswa yang memperoleh nilai sangat kurang (nilai blok < 45). Sebagian besar responden (71,7%) memperoleh nilai dengan kategori cukup (56 66,99). Tabel 4.6 dan Gambar 4.5 dibawah ini memuat data nilai blok Sistem Indera 2.

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi nilai blok Sistem Indera 2 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam Tahun ajaran 2012/2013

Nilai Blok

Sistem Indera 2FrekuensiPersentasi (%)

Sangat Baik (77)00

Baik (67 76,99)715,2

Cukup (56 66,99)3371,7

Kurang (45 55,99)613,0

Sangat Kurang (< 45)00

Total46100

Gambar 4.5. Grafik distribusi frrekuensi nilai Blok Sistem Indera 2 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam Tahun ajaran 2012/2013B. Hasil analisis bivariatDari 22 responden yang menganggap kelompok tutorialnya efektif, sebanyak 22,7% responden memperoleh nilai kategori baik, sedangkan pada 24 responden yang menganggap kelompok tutorial PBL yang kurang efektif hanya 8,3% responden yang memperoleh nilai blok dengan kategori baik (Tabel 4.7).

Tabel 4.7. Distribusi efektivitas kelompok tutorial PBL dengan nilai Blok Sistem Indera 2 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam tahun ajaran 2012/2013

Efektivitas Kelompok Tutorial PBLNilai Blok Sistem Indera 2Total

Sangat BaikBaikCukupKurangSangat Kurang

n%n%n%n%n%N%

Kurang Efektif0028,31875,0416,70024100

Efektif00522,71568,229,10022100

Gambar 4.6. Distribusi efektivitas kelompok tutorial PBL dengan nilai Blok Sistem Indera 2 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura semester enam tahun ajaran 2012/2013

Pada penelitian ini digunakan uji Korelasi Rank Spearman (seperti yang dapat dilihat pada lampiran 7), untuk melihat hubungan efektivitas kelompok tutorial PBL dengan nilai blok Sistem Indera 2 mahasiswa semester enam tahun ajaran 2012/2013 Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura. Dari uji tersebut diperoleh nilai p = 0,167 dan koefisien korelasi atau sebesar 0,207. Nilai p > 0,05 (0,167 > 0,05) menunjukan bahwa H0 diterima yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara efektivitas kelompok tutorial PBL dengan hasil belajar (nilai blok Sistem Indera 2).

C. Pembahasan1. Jawaban Tutorial Group Effectiveness Instrument (TGEI)Implementasi efektivitas kelompok tutorial merupakan salah satu kunci tercapainya kesuksesan metode problem-based learning, maka perlu dilakukan pengukuran terhadap efektivitas kelompok tutorial tersebut.15,55 Dalam penelitian ini, digunakan Tutorial Group Effectiveness Instrument (TGEI) untuk mengukur efektivitas kelompok tutorial pada mahasiswa semester enam Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura tahun ajaran 2012/2013. Dari 19 pernyataan, pernyataan nomor 1 14 menggambarkan hal-hal yang diharapkan dapat terjadi dalam diskusi kelompok tutorial, dan sebaliknya penyataan nomor 15 19 merupakan gambaran hal-hal yang diharapkan tidak terjadi dalam diskusi kelompok tutorial. Berdasarkan hasil dari pengisian kuesioner tersebut, sebagian besar pernyataan diberi respon cukup baik oleh responden. Dari 19 pernyataan sebagian besar memiliki nilai rata-rata > 3,5. Namun, jika melihat proporsi jawaban dari masing-masing pernyataan, ada beberapa penyataan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu pernyataan nomor 2 dan 15.q

Pada pernyataan nomor 2 tentang penggunaan kata-kata sendiri dalam menjelaskan materi, sebagian besar responden menjawab tidak setuju. Mewo16 juga menemukan bahwa 23% responden dalam penelitiannya melakukan hal yang sama dalam diskusi kelompok tutorial. Mahasiswa cenderung membaca catatan, artikel, ataupun text book daripada menggunakan kata-kata sendiri karena kurang menguasai dan memahami materi yang dipelajari pada fase belajar mandiri. De Grave et al12 menyebut situasi seperti ini sebagai reading aloud, yang biasanya terjadi karena mahasiswa merasa kewajibannya hanya cukup membaca literatur yang ditemukan untuk menjawab learning objective pada fase pelaporan. Visshers et al56 menyatakan jika ini terjadi berarti mahasiswa tidak mensintesis pengetahuan dan tidak mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada masalah yang sedang didiskusikan. Salah satu tanda bahwa suatu informasi atau pengetahuan telah dipahami adalah dengan cara dapat menjelaskan pengetahuan tersebut dengan kata-kata sendiri. Artikulasi dari pengetahuan akan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menyusun pengetahuan tersebut secara terstruktur.16 Dalam penelitian de Grave et al12 terlihat bahwa situasi ini menyebabkan kurangnya proses interaksi dalam diskusi kelompok tutorial. Interaksi yang kurang ini akan menghambat tercapainya kesuksesan kelompok dan menghambat proses pembelajaran. Selain itu, pada penelitian yang sama ditemukan untuk mencegah terjadinya hal ini mahasiswa mengharapkan adanya peran tutor dalam hal mengingatkan mahasiswa untuk menggunakan kata-kata sendiri baik pada fase analisis maupun fase pelaporan.12Lebih dari sebagian responden setuju anggota kelompok berkontribusi sedikit dalam diskusi kelompok tutorial (pernyataan nomor 15). Ikut berpartisipasi dan menyatakan pendapat tentang masalah yang didiskusikan adalah sebuah keharusan bagi seluruh anggota kelompok. Kurangnya kontribusi mahasiswa dapat disebabkan oleh berbagai hal salah satunya yaitu kualitas masalah yang didiskusikan. Menurut Schmidt et al30 masalah yang diberikan harus memiliki hubungan dengan prior knowledge mahasiswa dan membangkitkan rasa keingintahuan. Langkah pertama yang dilakukan untuk menganalisis masalah adalah mengaktifkan prior knowledge. Jika masalah terlalu jauh dari jangkauan prior knowlwdge yang dimiliki, maka mahasiswa akan kesulitan untuk mengarahkan pemikiran mereka sehingga proses diskusi cepat berakhir dengan tingkat partisipasi yang rendah. Rasa keingintahuan mahasiswa juga penting untuk meningkatkan motivasi dalam menyampaikan pendapat dan mencari informasi baru lewat berbagai literatur termasuk informasi yang didengarkan dari anggota lain.30 Dalam diskusi kelompok tutorial dibutuhkan persiapan belajar yang cukup, keaktifan dalam komunikasi dan kemampuan untuk mendengarkan pendapat anggota lain agar partisipasi dan interaksi dalam kelompok tutorial dapat meningkat.57,58 Pada mahasiswa tahap lanjut, seperti pada penelitian ini (mahasiswa semester enam), materi yang diajarkan lebih kompleks dan banyak, sehingga seperti pada penelitian Yulistini et al59 ditemukan bahwa pada tahun akademik lanjut, mahasiswa mempunyai motivasi yang rendah dalam berdiskusi. Mahasiswa lebih menekankan pada proses pengumpulan informasi dibandingkan menggali pertanyaan dan menangani perbedaan pendapat yang timbul dalam diskusi. Mahasiswa cenderung memfokuskan diri untuk menyelesaikan tugas belajar dalam hal mencapai learning objective, padahal semakin tinggi tingkat akademik mahasiswa, seharusnya makin tinggi pula kualitas interaksi dan partisipasi yang dibutuhkan dalam diskusi.12 Sekali lagi tutor memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani permasalahan ini karena selain berperan sebagai fasilitator, tutor juga harus menciptakan suasana yang bersahabat, dan mendukung mahasiswa untuk terlibat dalam diskusi. Selain tutor, yang juga harus berperan aktif dalam memastikan adanya partisipasi seluruh anggota kelompok dalam diskusi kelompok tutorial adalah ketua kelompok.57 Hal ini didukung dengan hasil penelitian de Grave et al12 di mana mahasiswa berpikir tugas tersebut lebih merupakan tanggung jawab ketua kelompok dibandingkan tutor. 2. Efektivitas kelompok tutorial

Dalam penelitian ini, dari penilaian efektivitas kelompok tutorial diperoleh hasil, hampir setengah dari responden (47,8%) menganggap kelompok tutorial PBL sudah efektif, sedangkan sisanya (52,2%) menganggap kelompok tutorial kurang efektif. Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Mewo16 dalam penelitian yang dilakukannya. Pada penelitian yang diikuti 296 responden tersebut, 70% mahasiswa mempunyai persepsi yang baik terhadap tutorial. Begitu pula dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Latuconsina et al17 yang menunjukan lebih dari separuh jumlah responden (58,94% dari 380 mahasiswa) dalam penelitiannya memliki persepsi baik terhadap kelompok tutorial.

TGEI yang digunakan pada penelitian ini mengukur efektivitas kelompok tutorial berdasarkan aspek kognisi dan motivasi mahasiswa. Dolmans et al7 dalam penelitiannya menyatakan terdapat hubungan linier antara perspektif motivasi dan kognisi dengan fungsi kelompok. Ini berarti kedua perspektif tersebut memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas kelompok tutorial. Dolmans et al60 menyebutkan kelompok tutorial yang efektif memiliki produktivitas yang tinggi.

Namun, ada faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap efektivitas tutorial seperti pada penelitian Norman et al37 serta Gijselaeres et al36 yaitu prior knowledge, kualitas masalah dan kinerja tutor. Pada penelitian Steinert58 disebutkan kriteria sebuah kelompok tutorial yang efektif menurut mahasiswa yaitu memiliki tutor yang efektif, atmosfir kelompok yang positif, partisipasi dan interaksi aktif dari anggota kelompok, kepatuhan terhadap tujuan kelompok, masalah yang relevan, terintegrasi secara klinis sehingga merangsang mahasiswa untuk berpikir dan menyelesaikan masalah.

Hasil penelitian yang menunjukan lebih dari sebagian responden menganggap kelompok tutorial kurang efektif mungkin saja disebabkan oleh tidak terlalu menonjolnya pengaruh motivasi dan kognisi yang digunakan sebagai dasar dalam mengukur efektifivitas kelompok tutorial. Faktor-faktor lain yang telah disebutkan sebelummya mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap efektivitas kelompok tutorial.

3. Efektivitas kelompok tutorial PBL dan hasil belajar (nilai blok Sistem Indera 2)Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari mahasiswa yang menganggap kelompok tutorial PBL efektif sebanyak 22,7% mendapat nilai blok Sistem Indera 2 dengan kategori baik, sedangkan dari mahasiswa yang menganggap kelompok tutorial kurang efektif hanya 8,3% yang mendapat nilai baik. Sebaliknya, persentase mahasiswa yang menganggap kelompok tutorial PBL kurang efektif, lebih banyak yang mendapat nilai blok Sistem Indera 2 dengan kategori kurang (16,7%) dibandingkan dengan mahasiswa yang menganggap kelompok tutorial PBL efektif (9,1%) (Gambar 4.6).

Dari hasil yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan mahasiswa yang memperoleh nilai blok baik cenderung menganggap bahwa kelompok tutorial yang dilaksanakan sudah efektif. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian van Berkel dan Schmidt20 yang menyatakan adanya hubungan yang positif antara keefektifan kelompok tutorial dengan keberhasilan mahasiswa dalam menempuh ujian. Ini berarti, semakin efektif suatu kelompok tutorial maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilan mahasiswa untuk mendapatkan nilai yang baik dalam ujian. Membentuk suatu kelompok diskusi tutorial menjadi efektif adalah salah satu langkah nyata untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi pembelajaran sehingga melalui kegiatan ini mahasiswa dapat mencapai tujuan pembelajaran, dan memperoleh hasil belajar yang baik.16,18,20,2143