bab i, bab ii, bab iii, bab iv, bab v dan bab vi.docx
DESCRIPTION
bab 1TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam rangka pengembangan potensi Mahasiswa untuk penguasaan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional pada bidangnya, Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako
menyadari bahwa betapa pentingnya untuk memberikan pembekalan
langsung pada dunia kerja kepada peserta didik.
Mengingat pentingnya keterampilan khusus itulah, maka Kuliah Kerja
Nyata Profesi Integral ( KKNPI ) Tematik Posdaya Angkatan 65 Semester
Ganjil Tahun Akademik 2012 / 2013 merupakan cara yang efesien yang
memungkinkan peserta didik mengaplikasikan teori yang telah diperoleh
untuk mendapatkan pengalaman nyata melaksanakan praktek secara benar,
terarah dan terencana.
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Profesi
Integral ( KKNPI ) tersebut, maka perlu adanya suatu Karya Tulis Ilmiah
(KTI) Kuliah Kerja Nyata Profesi Integral ( KKNPI ). Dimana dalam Karya
Tulis Ilmiah tersebut berisi tentang berbagai hal mengenai cara kerja suastu
bidanag usaha yang kita tekuni selama beberapa waktu Kuliah Ketja Nyata
Profesi Integral ( KKNPI ).
Oleh karena itu, penulis selaku mahasiswa yang telah selesai
mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata Profesi Integral ( KKNPI ) selama
kurang lebih 2 ( dua ) bulan telah menyusun laporan singkat ini dengan
judul “ Proses keuangan dan Sistem Pembukuan Bendaharawan pada
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
Kota Palu”.
Judul ini penulis angkat karena mengingat bahwa masalah keuangan
merupakan unsur penting dan sangat menunjang dalam kegiatan suatu
organisasi, dan kebutuhan juga merupakan bidang yang saya tekuni selama
kuliah Kerja Nyata Profesi Integral ( KKNPI ) di Instansi yaitu Bidang
Keuangan.
Alasan lain penulis mengangkat judul ini, yaitu karena setelah
meneliti dan terjun langsung dalam bidang ini, kami menyadari begitu
vitalnya bagian keuangan dalam menunjang proses kelancaran Organisasi,
Instansi atau Perusahaan – Perusahaan baik milik Swasta maupun
Pemerintah, khususnya pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keungan dan
Aset Daerah ( DPPKAD ) Kota Palu.
2
1.2 RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan Karya Tulis Ilmiah yang penulis susun dengan judul
“Proses Keuangan dan Sistem Pembukuan Bendaharawan pada Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ( DPPKAD ) Kota
Palu” yaitu :
1. Mengapa Proses Keuangan dan Sistem Pembukuan Bendaharawan
sangat vital penyusunan keluar masuk orang dalam instansi
pemerintah khususnya APBD ?
2. Apakah Proses Keuangan dan Sistem Pembukuan Bendaharawan
dapat mengetahui secara mendetail dengan menggunakan sistem baru
tersebut ?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini adalah diajukan sebagai persyaratan untuk tugas akhir selama
menempuh Kuliah Kerja Nyata Profesi Integral ( KKNPI ) Posdaya
Angkatan 65 Semester Ganjil Tahun Akademik 2012 / 2013.
Adapun tujuan lain dari Karya Tulis Ilmiah ini diantaranya :
1. Memperbanyak buku – buku pendukung yang dapat dijadikan
pedoman bagi para praktisi keuangan, khususnya pada Instansi
Pemerintah.
3
2. Melatih para mahasiswa untuk terjun langsung dalam dunia kerja
khususnya di Instansi Pemeraintah.
Adapun beberapa manfaat dalam Karya Tulis Ilmiah ini yaitu :
1. Dapat digunankan oleh para kalangan pembaca untuk dapat lebih
dalam Proses Keuangan dan Sistem Pembukuan Bendaharawan di
Instansi Pemerintah.
2. Sebagai laporan Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) ini dapat dijadikan bukti
keikutsertakaan mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata
Profesi Integral ( KKNPI ) dibidang masing – masing kurang lebih 2
(dua) bulan.
3. Dengan menulis laporan para peserta didik tentunya harus
mengumpulkan bahan laporan sebanyak mungkin, membaca dan
memahami isinya. Hal ini tentunya dapat menambah pengetahuan
umum dari penulis sendiri.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 TEORI – TEORI
Ada beberapa hal yang merupakan ketentuan pokok dan harus
diperhatikan oleh seorang bendaharawan yaitu :
1. Setiap bendaharawan / pemegang kas yang mengurus uang Negara
harus mempunyai Buku Kas Umum ( BKU ), mencatat semua
pengeluaran dan penerimaan. Catatan itu dilakukan sebelum
pembukuan dalam buku – buku kepala dan register – register.
2. Pada halaman pertama Buku Kas Umum ( BKU ) dicatat oleh
pemegang kas jumlah halamannya yang kemudian diberi tanggal dan
ditandatangani olehnya. Halaman terakhir dipergunakan untuk
catatannya pemeriksaan kas.
3. Buku Kas Umum ( BKU ) dikerjakan sendiri oleh bendaharawan /
pemegang kas bersangkutan, kecuali ditentukan lain oleh pejabat /
atasan yang berwewenang.
4. Jumlah – jumlah penerimaan dan pengeluaran dibuktikan terlebih
dahulu, setelahnya baru diterima jumlahnya atau dibayarkan.
5. Penerimaan dibukukan disebelah kiri, dan prngeluaran disebelah
kanan.
6. Buku Kas Umum ( BKU ) ditulis dengan tinta hitam. Tidak diizinkan
adanya ruangan – ruangan yang tidak terisi, tanda – tanda hapusan
5
atau tindisan tulisan. Jika ada coretan – coretan harus dikerjakan
dengan 2 (dua) garis lurus dengan lineal sedemikian rupa sehingga
tulisan yang semula masih bisa dibaca dan kemudian diparaf.
7. Buku Kas Umum ( BKU ) sedikitnya sekali sebulan dan selanjutnya
tiap kali dianggap perlu oleh atasan yang terdekat, ditotal, ditutup dan
uang kasnya dihitung. Saldo total buku kepala, jika buku ini
digunakan dan harus cocok dengan saldo Buku Kas Umum ( BKU ).
8. Penutupan kas tersebut dicatat dalam register mengenai penutupan
kas.
9. Perbedaan jumlah saldo buku dan saldo kas dicatat dalam Buku Kasa
Umum ( BKU ).
10. Sebagai pos pertama, penerimaan sebelah kiri dan pengeluaran
sebelah kanan, dibukukan saldo kelebihan / kekurangan yang didapat
karena penutupan buku.
11. Total pos – pos sebelah kiri, tiap laki penutupan harus sama dengan
total pos – pos sebelah kanan.
12. Persamaan total pada sisis penerimaan dan sisi pengeluaran diperoleh
dengan membukukan saldo kelebihan / kekurangan dalam ruang
penerimaan / pengeluaran sebelum pentotalan semua pos – pos
disebelah kiri ( penerimaan ) dan kanan ( pengeluaran ).
13. Bendaharawan menyimpan uangnya di Bank atas rekening jabatannya
dan ia harus mempunyai buku Bank. Mencatat semua penyotoran dan
6
pengambilan dalam buku tersebut bendaharawan / pemegang kas
harus meminta salinan rekenimg koran bulan dari yang bersangkutan.
14. Bendarawan pemegang kas dilarang menyimpan uangnya di Bank
Swasta, tapi harus di Bank Umum Milik Pemerintah ( BUMP ).
Jika tidak ada Bank Umum Milik Pemerintah ( BUMP ), setelah
mendapat persetujuan dari Mentri Keuangan dan penyimpanan boleh
dilakukan pada Bank – Bank Umum Milik Pemerintah Daerah dengan
ketentuan yaitu :
a. Bendaharawan / pemegang kas dilarang menyimpan uang di
Bank – Bank Swasta, baik Bank Nasional maupun Bank Asing
dan diharuskan menyimpannya di Bank Indonesia.
b. Jika tidak ada Bank Indonesia bendahara / pemegang kas
diizinkan menyimpan uangnya di Bank – Bank Umum Milik
Pemerintah lainnya.
c. Penyimpanan uang Negara di Bank Umum Milik Pemerintah
Daerah ( BUMPD ), hanya dimungkinkan jika tidak terdapat
Bank Umum Milik Pemerintah ( BUMP )dan unjtuk ini
diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari Mentri Keuangan.
d. Jika karena penyimpanan uang tersebut, Bank memberikan jasa
giro dan lain – lain. Maka uang tersebut harus disetorkan ke kas
Negara dan dibukukan sebagai penerimaan lain – lain
Departemen Keuangan.
7
Adapun Arahan Kerja Bendaharawan meliputi :
a. Mengatur dan bertanggungjawab terhadap keuangan lembaga;
b. Pemegang kebijakan umum dalam hal pengelolaan dan pengaturan
keuangan;
c. Mengatur, menyimpan, mengaudit dan mencatat pemasukan maupun
pengeluaran keuangan;
d. Sebagai fungsi akuntansi yang berfungsi mengatur alur cash flow,
laporan keuangan rutin serta mengendalikan lalu lintas uang kas
departemen;
e. Membuat SOP ( Standard Operasional Prosedure ) mengenai
administrasi keuangan lembaga, BSO, maupun kepanitiaan;
f. Memberikan transparansi dan akuntabilitas publik mengenai keuangan
lembaga dengan memberikan laporan pada tengah kepengurusan; dan
g. Mengontrol,menganalisis, dan mengevaluasi perkembangan usaha-
usaha tim kewirausahaan.
8
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAN ASET DAERAH
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU
No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah dituntut agar
mampu mengurus pembiayaan rumah tangga sendiri, untuk mewujudkan hal
tersebut pemerintah daerah harus dapat lebih meningkatkan inisiatif dan
kreatifitasnya dengan melakukan usaha – usaha yang konkrit dan
konstitusional dalam mencari dan menggali terutama pajak dan retribusi
daerah karena pajak dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah.
Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 03 Tahun 2005
tentang Organisasi Dinas – dinas Daerah Kabupaten Sumedang maka
ditetapkan bahwa Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
Daerah merupakan dinas yang mempunyai tugas dan wewenang di bidang
pendapatan daerah. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
Daerah Kabupaten Sumedang merupakan unsur pelaksana Pemerintah
Kabupaten dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
9
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah
Kabupaten Sumedang.
3.2 VISI DAN MISI DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAN ASET DAERAH
3.2.1 Visi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
Selaras dengan perkembangan pembangunan yang cukup pesat
dengan berlandaskan pada penyelenggaraan pemerintahan yang bebas dari
Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, maka Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah sebagai salah satu pelaksana pemerintah daerah
dalam memberikan pelayanan publik dituntut untuk dapat menyajikan
sebuah pelayanan yang optimal. Untuk dapat memberikan pelayanan
sebagaimana harapan masyarakat, dibutuhkan pegawai yang tidak hanya
cakap dalam bidangnya akan tetapi juga memliki integritas moral yang baik.
Dalam rangka memotivasi seluruh pagawai DPPKAD dalam
menjalankan tugas, maka ditetapkan Visi DPPKAD yaitu : “ Profesional
Dalam Pengelolaan Pendapatan, Keuangan Dan Aset Daerah Serta
Optimal Dalam Pelayanan ”. Makna yang terkandung dalam Visi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Profesional mengadung arti bahwa dalam melaksanakan
kegiatan/bekerja berdasarkan disiplin ilmu, mempunyai kemampuan
serta ahli dibidangnya.
10
2. Pengelolaan Pendapatan mengandung arti suatu proses terencana,
terukur dan optiomistis serta sistematis dari kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai peningkatan pendapatan sebagai salah
satu komponen terpenting dalam menjalankan roda pemerintahan di
Kabupaten Sumedang.
3. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
4. Pengelolaan Aset Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggugjawaban, dan pengawasan asset daerah.
5. Optimal Dalam Pelayanan mengadung arti bahwa dalam
memberikan pelayanan, melaksanakan kegiatan untuk kemajuan dan
kelancaran pemerinntahan dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawaban dan sepenuh tenaga untuk mencapai hasil yang
maksimal.
3.2.2 Misi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
Berdasarkan Visi dan penjelasan Visi diatas maka yang menjadi Misi
adalah :
1. Meningkatkan profesionalisme aparatur dinas pendapatan daerah.
2. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah melalui intensifikasi
dan ekstensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah serta bagi hasil
11
pajak dan bagi hasil bukan pajak sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan
daerah yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam membayar pajak
dan retribusi daerah, PBB dan BPHTB.
3.3 KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN DINAS
PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH
Kedudukan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah yaitu :
1. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah
unsur pelaksana teknis Pemerintah di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah.
2. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dipimpin
oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Tugas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
yaitu : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksana teknis kebijakan
Daerah di bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
12
Fungsi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan
untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan di bidang
pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah
2. Pemberian izin dan pelaksanaan pelayanan umum
3. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dan kelompok jabatan
fungsional
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Kewenangan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah mempunyai kewenangan yaitu :
1. Penetapan Perda tentang pokok-pokok pengeloaan keuangan daerah
2. Penetapan standar satuan hargadan analisis standar belanja Daerah
3. Perencanaan anggaran penanganan urusan pemerintahan Daerah
4. Penetapan pedoman evaluasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
(APB) Desa, sesuai dengan pedoman evaluasi yang ditetapkan
pemerintah
5. Evaluasi Rancangan Peraturan Desa ( RAPERDES ) tentang APB
Desa
6. Penetapan kebijakan keseimbangan fiskal antar desa
7. Penetapan kebijakan pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi
tanggungjawab bersama ( urusanconcurrent ) antara Daerah dan desa
13
8. Penetapan kebijakan pendanaan kerjasama pemerintahan antar desa
9. Fasilitasi perencanaan dan penganggaran pemerintahan desa
10. Penetapan kebijakan pengelolaan pajak dan retribusi daerah
11. Pelaksanaan pengelolaan pajak dan retribusi daerah
12. Fasilitasi, supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan retribusi
desa
13. Pembinaan dan pengawasan pajak dan retribusi daerah skala
Kabupaten
14. Evaluasi Raperdes tentang retribusi dan pungutan lainnya
15. Penetapan kebijakan pengelolaan investasi dan aset daerah
16. Pelaksanaan pengelolaan investasi dan aset daerah
17. Pengawasan pengelolaan investasi dan aset daerah
18. Fasilitasi pengelolaan aset daerah pemekaran skala Kabupaten
19. Penetapan kebijakan pengelolaan BUMD dan lembaga keuangan
mikro Daerah
20. Pelaksanaan pengelolaan BUMD dan lembaga Keuangan mikro
Daerah serta pembinaan dan pengawasan Dinas Usaha Milik Desa
21. Pengawasan pengelolaan BUMD dan lembaga keuangan mikro
daerah, serta pembinaan dan pengawasan Dinas Usaha Milik Desa
22. Penetapan kebijakan pengelolaan pinjaman dan obligasi daerah, serta
BLU Daerah
23. Pelaksanaan pengelolaan pinjaman dan obligasi daerah, serta BLU
Daerah
14
24. Pengawasan pinjaman dan obligasi daerah, serta BLU Daerah
25. Pengeloaan data dasar penghitungan alokasi DAU Daerah
26. Pengeloaan DAU Daerah
27. Pelaporan pengelolaan DAU Daerah
28. Usulan program dan kegiatan Kabupaten / Kota untuk didanai dari
DAK
29. Pengeloaan DAK ( bagi Kabupaten / Kota yang menerima DAK )
30. Pengendalian dan pelaporan pengeloaan DAK
31. Penyiapan data realisasi penerimaan DBH Daerah
32. Pengendalian dan pelaporan pengelolaan DBH
33. Penetapan kebijakan tentang sistem dan prosedur akuntansi
pengelolaan keuangan daerah dan desa
34. Penyusunan laporan keuangan dan pertanggungjawban pelaksanaan
APBD dan APB Desa
35. Evaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APB desa;
36. Penetapan kebijakan laporan keuangan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan
37. Pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawab
bersama ( urusan concurrent )
38. Fasilitasi penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan APB desa.
15
3.4 SUSUNAN ORGANISASI SERTA PENJABARAN DAN TUGAS
POKOKNYA
Susunan Organisasi serta penjabaran tugas pokok dan fungsi Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah terdiri dari :
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, menyiapkan kebijakan
Daerah, kebijakan umum dan menetapkan kebijakan teknis sesuai
dengan tugas Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah yang menjadi tanggungjawabnya serta membina dan
melaksanakan kerjasama dengan instansi dan organisasi lainnya.
2. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas membantu kepala Dinas yang dipimpin
oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Dinas.
Sekretaris mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan,
pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi dan
sumber daya lingkungan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah.
Sekretariat terdiri dari : Sub Bagian Kepegawaian dan Umum; Sub
Bagian Keuangan dan Aset; serta Sub Bagian Perencanaan dan
Program.
16
3. Bidang Aset dan Investasi
Bidang Aset dan Investasi mempunyai tugas menyiapkan, mengawasi,
mengendalikan, melaksanakan kebijakan teknis dan administrasi
pengelolaan aset dan investasi daerah.
Bidang Aset dan Inventasi terdiri dari :
a. Seksi Inventarisasi dan Penghapusan Barang Milik Daerah;
b. Seksi Perencanaaan Kebutuhan dan Pelaporan Barang Milik
Daerah;
c. Seksi Investasi dan Pengendalian Pemanfaaatan Barang Milik
Daerah.
4. Bidang Pendapatan
Bidang Pendapatan mempunyai tugas menyiapkan, menyusun,
mengawasi, mengendalikan melaksanakan kebijakan teknis dan
administrasi pengelolaan pajak dan retribusi daerah serta fasilitasi
supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan retribusi desa,
melaksanakan pemungutan Pendapatan Asli Daerah serta menyusun
Program dan strategi peningkatan Penerimaan Daerah.
Bidang Pendapatan terdiri dari :
a. Seksi Penetapan Pajak dan Retribusi;
b. Seksi Dana Perimbangaan dan Dana Lain-lain Pendapatan yang
Sah;
17
c. Seksi Keberatan dan Tindak Lanjut.
5. Bidang Anggaran Daerah
Bidang Anggaran Daerah mempunyai tugas melaksanakan koordinasi,
merumuskan, mengendalikan dan menyusun pedoman pelaksanaan
APBD dan APBD Perubahan serta pengelolaan perbendaharaan gaji.
Bidang Anggaran Daerah terdiri dari :
a. Seksi Perencanaaan Anggaran;
b. Seksi Perbendaharaan Gaji.
6. Bidang Akuntansi
Bidang akuntansi mempunyai tugas menyiapkan, menyusun dan
melaksanakan kebijakan teknis akuntansi pengelolaan keuangan
daerah kabupaten serta evaluasi, pelaporan keuangan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kabupaten dan pendanaan
urusan pemerintahan.
Bidang Akuntansi terdiri dari :
a. Seksi Pembukuan;
b. Seksi Pelaporan dan Evaluasi.
7. Unit Pelaksana Teknis Daerah
Unit Pelaksana Teknis Daerah mempunyai tugas yakni :
a. UPTD melaksanakan sebagian tugas pokok Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang mempunyai
wilayah kerja 1 ( satu ) atau beberapa Kecamatan;
18
b. UPTD mempunyai fungsi pelaksana dan evaluasi teknis
operasional;
c. UPTD dipimpin oleh seorang Kepalaa UPTD yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas dan dalam
melaksanakan tugasnya melakukan koordinasi dengan Camat;
d. UPTD terdiri dari kelompok jabatan fungsional mempunyai
tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3.5 STUKTUR ORGANISASI
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 RANCANGAN PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian penulis memakai beberapa metode
penelitian untuk memperoleh data antara lain :
1. Study kepustakaan, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan
dasar pemikiran / landasan teori dengan cara membaca buku yang
relevan dengan objek yang diteliti.
2. Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung
pada objek yang diteliti dan diamati dengan kenyataan ? Yang ada
dilapangan.
4.2 SUMBER DATA
Sumber data yang diperoleh dalam rangka untuk mendukung
penulisan ini yaitu :
1. Staf Pegawai di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah ( DPPKAD ) Kota Palu.
2. Buku referensi baik di Perpustakaan dan di Dinas Pendapatan
Keuangan dan Aset Daerah ( DPPKAD ) Kota Palu.
20
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 TATA CARA PELAKSANAAN PEMBUKUAN
5.1.1 Bahan pembukuan
Sebelum dilaksanakan kegiatan pembukuan terlebih dahulu harus
diketahui transaksi / kegiatan yang menjadi bahan untuk pembukuan
tersebut. Dalam kegiatan seorang bendaharawan melakukan kegiatan yaitu
menerima, menyimpan, membayar, mempertanggungjawabkan uang atau
surat – surat berharga dan barang milik Negara. Dengan kegiatan
pembukuan ini yang dicatat dalam Buku Kas Umum ( BKU ), Buku
Pengawas Kredit Per Mata Anggaran Pengeluaran dan pembantu lainnya
adalah yang menghubungkan dengan peneriman dan pembayaran /
pengeluaran.
1. Peneriman
a. Surat Perintah Membayar yang diterbitkan oleh Kantor Biro
Keuangan yang terdiri dari :
1) SPM – GU ( Surat Perintah Membayar Ganti Uang )
2) SPM – LS ( Surat Perintah Membayar Langsung )
b. Pengisian kas dari Bank
c. Penerimaan pajak ( PPh, PPN dll )
21
d. Penerimaan lainnya
2. Pengeluaran
a. Pembayaran atas pembelian barang, jasa dll
b. Pengeluaran dari Bank untuk mngisi kas
c. Penyetoran pajak
d. Pengeluran lainnya
Jenis SPM ( Surat Perintah Membayar ) yang diterbitkan oleh Kantor
Biro Keuangan Provinsi Sul;awesi Tengah :
1. SPM – GU ( Surat Perintah Membayar Ganti Uang )
2. SPM – LS ( Surat Perintah Membayar Langsung )
5.1.2 Langkah – Langkah Pembukuan
Untuk melaksanakan pembukuan dari formulir pembukuan diperlukan
langkah – langkah pelaksanaan pembukuan sebagai berikut :
1. Buku Kas Umum ( BKU )
Setiap bahan atau transaksi terlebih dahulu harus dicatat dalam Buku
Kas Umum ( BKU ) baik untuk penerimaan ataupun pembayaran.
2. Buku Pengawas Kredit Per Mata Anggaran Pengeluaran
Setelah dicatat dalam Buku Kas Umum ( BKU ) transaksi tersebut
selanjutnya dicatat dalam Buku Pengawas Kredit Per Mata
Pengeluaran sesuai dengan mata anggarannya dimana kegiatan
tersebut dibebankan.
22
3. Buku Pembantu Kas Tunai
Pembantu dalam Buku Pembantu Kas Tunai yaitu sepanjang
penerimaan atau pengeluaran dari transaksi tersebut dilaksanakan
dengan pembayaran atau penerimaan secara tunai. Dengan demikian
pencatatan dalam Buku Pembantu Kas Tunai menggambarkan
penerimaan / pembayaran secara fisik. Karena Buku Pembantu Kas
Tunai adalah buku pembantu yang menyatakan keadaan uang tunai
yang ada pada seorang bendaharawan.
4. Buku Pembantu Bank
Pencatatan dalam Buku Pembantu Bank yaitu sepanjang penerimaan /
pengeluaran dari transaksi tersebut dilaksanakan mulai Bank, dengan
cara seperti menerbitkan cek, penarikan cek, penerimaan/ pembayaran
dengan cek dan lain – lain.
5.1.3 Sistem dan Prosedur Pembukuan
Sistem pembukuanyang dipakai oleh Pemerintah adalah Sistem
Pembukuan Kameral / Anggaran. Dalam Sistem Kameral tidak dikenal
adanya Terminologi debit dan kredit.
Dalam distem ini kejadian keuangan hanya dicatat dalam satu sisi saja
yaitu sisi penerimaan atau sisi pengeluaran. Buku yang lazim dipakai
dintaranya sebagai berikut :
23
1. Buku Kas Umum
2. Buku Kas Harian
3. Buku Bank Harian
4. Buku Kepala
5. Buku Pungutan Pajak
5.2 FUNGSI PEMEGANG KAS / KUASA BENDAHARA UMUM
DAERAH
5.2.1 Pemegang Kas
Di setiap Perangkat Daerah ditunjuk 1 ( satu ) Pemegang Kas yang
melaksanakan tata usaha keuangan dan 1 ( satu ) Pemegang Barang yang
melaksanakan tata usaha barang Daerah. Pemegang Kas adalah jabatan nin
struktural / fungsional dan tidak boleh merngkap sebagai pejabat pengelola
keuangan daerah lainnya.
Dalam melaksanakan tata usaha keuangan, Pemegang Kas dibantu
oleh beberapa Pembantu Pemegang Kas yang sekurang – kurangnya terdiri
dari seorang Kasir, seorang Penyimpan Uang, seorang Pencatat Pembukuan,
seorang Pembuat Dokumen Pengeluaran dan Peneriman Uang. Pada
Perangkat Daerah yang bertanggungjawab atas Pendapatan Asli Daerah.
Tugas Kasir dibagi menjadi Kasir Penerimaan dan Kasir Pembayaran Uang.
Pada Perangkat Daerah yang bertanggungjawab atas Penatausahaan
Keuangan Daerah dan Pemegang Kas ditambah seorang Pemegang Kas
yang bertugas menyimpan SPP Gaji. Pemegang Kas dan Pembantu
Pemegang selanjutnya disebut Satuan Pemegang Kas.
24
Kepala satuan kerja melakukan pemeriksaan kas yang dikelola oleh
Satuan Pemegang Kas minimal 3 ( tiga ) bulan sekali. Dalam fungsinya
sebagai penerima pendapatan Daerah. Satuan Pemegang Kas dilarang
menggunakan uang yang diterimanya secara langsung untuk membiayai
pengeluaran Perangkat Daerah. Satuan Pemegang Kas menyetor seluruh
uang yang diterimanya ke Bank atas nama Rekening Kas Daerah paling
lambat hari kerja sejak saat uang kas tersebut diterima.
Satuan Pemegang Kas dilarang menyimpan kas yang diterimanya atas
nama pribadi pada satuan Bank atau Lembaga Keuangan lainnya.
5.2.2 Formulir Yang Digunakan Dalam Pembukuan
Formulir yang digunakan dalam Pembukuan Satuan Pemegang Kas
terdiri dari :
1. Pengesahan PK ( Pegisian Kas ) yang terpakai
2. Registr DPA ( Dokumen Pengguna Anggaran )
3. Register SPP
4. Registrasi SPM ( Surat Perintah Membayar )
5. Buku Kas Umum Pemegang Kas
6. Buku Simpanan Bank
7. Buku Panjar
8. Buku PPN / PPh
5.3 PENGELOLAAN KAS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS
5.3.1 Penerima Kas
25
Setiap Penerimaan Kas disetor sepenuhnya ke Rekening Kas Daerah
pada Bank. Bank mengeluarkan Surat Tanda Setoran ( STS ) atau Bukti
Penerimaan Kas lainnya yang Sah. Surat Tanda Setoran ( STS ) atau Bukti
Penerimaan Kas lainnya yang Sah merupakan dokumen atau bukti transaksi
yang menjadi dasar Pencatatan Akuntansi. Untuk kelancaran penyetoran
kas, Pemerintah Daerah dapat menunjuk Badan dan Lembaga Keuangan
atau Kantor Pos yang bertugas melaksanakan sebagian fungsi Satuan
Pemegang Kas. Badan dan Lembaga Keuangan atau Kantor Pos menyetor
seluruh uang kas yang diterimanya secara berkala ke Rekening Kas Daerah
di Bank.
Semua kas yang ditrima kembali dari pengeluaran yang telah
diselesaikan dengan SPM ( Surat Perintah Membayar ) dibukukan sebagai
pengeluaran atas Pos Belanja Daerah tersebut. Penerimaan – penerimaan
yang terjadi setelah Tahun Anggaran ditutup kemudian dimasukkan pada
Tahun Anggaran berikutnya dan dibukukan pada Kelompok Pendapatan
Asli Daerah atau Jenis Lain – Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
5.3.2 Pengeluaran Kas
Pengeluaran Kas yang mengakibatkan Beban APBD, tidak dapat
dilakukan sebelum Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disahkan
dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah. Pengeluaran Kas tidak termasuk
belanja pegawai yang formasinya telah ditetapkan. Untuk Pengeluaran Kas
26
atas APBD, terlebih dahulu diterbitkan DPA atau Surat Keputusan lainnya
yang disamakan dengan itu dan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
DPA didasarkan atas Anggaran Kas yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah. Setiap Pengeluaran Kas harus didukung oleh
bukti yang lengkap dan Sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang
menagih.
Setiap orang yang diberi kewenangan mentandatangani dan
mengesahkan surat bukti yang menjadi dasar iuran kas bertanggung jawab
atas kebenaran dan akibat dari penggunaan bukti tersebut.
5.3.3 Pengujian SPP
Untuk melaksanakan Pengeluaran Kas, Penggunaan Anggaran
mengajukan SPP kepada pejabat yang melaksanakan fungsi
perbendaharaan. SPP diajukan setelah DPA ditebitkan disertai dengan
Pengantar SPP dan Daftar Rincian Penggunaan Anggaran Belanja.
Pengajuan Pengeluaran Kas untuk pembayaran beban tetap dilakukan
dengan SPP Ganti Uang ( SPP – GU ). Pengajuan Pengeluaran Kas untuk
pengisian kas pada oleh Satuan Pemegang Kas dilakukan dengan SPP
Pengisian Kas ( SPP – PK ).
Pembayaran dengan Ganti Uang ddapat dilakukan antara lain, untuk
keperluan :
1. Belanja Pegawai
27
2. Belanja Perjalanan Dinas sepanjang mengenai uang pesangon
3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
4. Pembayaran Pokok yang jatuh tempo, Biaya Bunga dan Biaya
Administrasi Pinjaman
5. Pelaksanaan Pekerjaan oleh pihak ke-3 ( tiga )
6. Pembelian Barang dan Jasa
7. Pembelian Barang dan Bahan untuk pekerjaan yang dilaksanakan
sendiri yang jenis dan nilainya ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Pembayaran atas SPP – GU dapat dilakukan setelah / pejabat
menyatakan lengkap dan Sah terhadap dokumen yang dilampirkan antara
lain :
1. SPP - GU
2. Nomor Pokok Wajib Pajak
3. DPA
4. Daftar Rincian Penggunaan Anggaran Belanja
5. Penunjukan rekanan dan disertai risalah pelelangan
6. SPK bagi penunjukan rekanan yang tidak melalui pelelangan
7. Kontrak pelaksanan pengadaan barang / jass
Pembayaran untuk Pengisian Kaas dapat dilakukan apabila SPP – PK,
DPA, Daftar Rincian Pengguna Anggaran Belanja dan SPJ tersebut. Buktu
pendukunga lainnya atas realisasi pencairan SPP bulan sebelumnya
dinyatakan lengkap dan Sah oleh Pejabat.
28
Setiap SPP yang telah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh
pejabat dan dapat diterbitkan SPM. Batas waktu antara Penerima SPP –
GU / SPP – PK dengan Penerbitan SPM – GU / SPM – PK oleh Pejabat
ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan mempertimbangkan kelancaran dan
kemunduran pelayanan administrasi Pemerintah Daerah. SPM – GU / SPM
– PK diserahkan kepada Bendahara Umum Daerah untuk diterbitkan Cek
yang akan dicairkan di Bank atas beban Rekening Kas Daerah.
5.3.4 Formulir Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Pembukuan
Fofmulir yang digunakan dalam pelaksanaan pembukaun terdiri dari :
1. Register DPA
2. Register SPP
3. Register SPM
4. Register SPJ
5. Register Penagihan Piutang
6. Daftar Penguji SPM
5.4 LAPORAN AKHIR TAHUNAN ANGGARAN
Setelah Tahun Anggaran berkhir, Kepala Daerah menyusun Laporan
Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah yang terdiri dari :
1. Laporan Perhitungan APBD
2. Nota Perhitungan APBD
3. Laporan Aliran Kas
29
4. Neracaa Daerah
Laporan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah harus
mengungkapkan :
1. Secara wajar dan menyeluruh dari kegiatan pemerintah daerah,
pencapaian kinerja keuangan daerah dan pemanfaatan sumberrdaya
ekonomis secara ketaatan tehadap peraturan perundang – undangan.
2. Perbandinagan antara realisasi dan anggaran serta penyebab
terjadinya selisih antara realisasi dengan anggarannya.
3. Konsistensi penyusunan laporan keuangan antara 1 ( satu ) periode
akuntansi dengan akuntansi.
4. Perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan.
5. Transaksi atau kejadian penting yang terjadi setelah tanggal tutup
buku yang mempengaruhi kondisi keuangan.
6. Catatan – catatan terhadap isi laporan keuangan dan informasi
tambahan lainnya yang diperlukan merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari pelaporan keuangan.
Nota Perhitungan APBD sebagaimana disusun berdasarkan Laporan
Perhitungan APBD. Nota Perhitungan APBD memuat ringkasan realisasi
Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan serta Kinerja
Keuangan daerah yang mencakup antara lain :
30
1. Pencapaian kinerja daerah dalam rangka melaksanakan program yang
direncanakan dalam APBD Tahun Anggaran berkenaanberdasarkan
Rencana Srategik
2. Pencapaian kinerja pelayanan yang dicapai
3. Bagian Belanja APBD yang digunakan untuk membiayai administrasi
umum kegiatan operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal
untukaparatur daerah dan pelayanan publik
4. Bagian Belanja APBD yang digunakan untuk Anggaran DPRD
termasuk Sekretariat DPRD
5. Posisi Dana Cadangan
31
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Setelah membahas berbagai macam masalah Proses Pembukuan
Bendaharawan dan Sistem Mekanisme Baru diatas. Maka penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Dari hasil pengalaman dan penelitian kami ternyata bahwa banyak
Bendaharawan / Pemehang Kas yang kurang mengetahui tentang
peraturan yang mewajibkan para Bendaharawan / Pemegang Kas
untuk mengadakan dan mengerjakan Buku Kas Umum ( BKU ).
Berhubung dengan itu dianggap perlu untuk memberikan pedoman
mengenai Buku Kas Umum ( BKU ) dan tata pembukuannya bagi
para Bendaharawan / Pemegang Kas.
2. Setiap Bendaharawan / Pemegang Kas yang mengurus Uang Daerah
harus mempunyai Buku Kas Umum ( BKU ) dan mencatat semua
pengeluaran dan penerimaan. Catatan itu dilakukan sebelum
pembukuan dimasukkan dalam buku – buku kepala dan dalam register
– register.
3. Dalam pengurusan yang meliputi uang – uang Daerah Otonom,
Lembaga – Lembaga Negara, Badan – Badan Hukum dan / atau
32
Swasta, yang menjadi tugas dari Pemegang Kas karena pejabat dan
uangnya disimpan dalam 1 ( satu ) tempat maka penerimaan /
pengeluarannya dibukukan dalam Buku Kas Umum ( BKU )
6.2 SARAN TINDAK
Dengan terselesainya Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, maka ada
beberapa saran tindak yang kiranya dapat diperhatikan oleh seluruh
kalangan pembaca, diantaranya :
1. Semoga saja Karya Tulis Ilmiah yang penulis susun ini bermanfaat,
dapat digunakan oleh pengguna dan kalangan pembaca dimana
maupun kapan perlunya.
2. Penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para kalangan
pembaca sekaligus guna penyempurnaan laporan ini di massa – massa
akan datang.
3. Kepada para Praktisi Keuangan khususnya Bendaharawan / Pemegang
Kas yang belum memahami betul masalah Pembukuan Keuangan,
kiranya dapat menggunakan laporan ini sebagai abuku pembantu
dalam mencari jalan keluarnya.
33