bab iv praktik demokrasi menurut imam khomeinirepository.radenfatah.ac.id/7880/4/skripsi bab...

33
80 BAB IV PRAKTIK DEMOKRASI MENURUT IMAM KHOMEINI Demokrasi Islam merupakan sistem yang menerapkan kedaulatan rakyat yang dibatasi oleh kedaulatan Tuhan, ini bisa dilihat pada masa sekarang sesuai dengan prinsip undang-undang Republik Islam Iran yakni akidah yang dianut oleh rakyat Iran yang menjunjung tinggi kebenaran Dan Hukum Qur’an. 1 Dan menyebutkan bahwa Tuhan memilki kekuasaan yang tertinggi untuk memerintah, namun juga suara mayoritas diperlukan untuk menjalankannya, dan di praktikkan dengan adanya lembaga-lembaga yang dipilih dengan melibatkan partisipasi masyarakat lewat pemilihan umum. 2 Selanjutnya makna kata Praktik”, memiliki arti pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Adapun dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki arti pelaksanaan atau pekerjaan yang dilakukan secara nyata atas dasar teori yang disepakati oleh para ilmuan. A.Implementasi Pemerintahan Republik Iran Menurut Imam Khomeini Republik Islam Iran buatan Imam Khomeini merupakan penggabungan antara demokrasi dan teokrasi, hal ini tidak terlepas dari peran Syi’ah yang merupakan mazhab resmi negara khususnya Syi’ah Imam Duabelas. Doktrin Syi’ah mengajarkan: jika tidak ada penguasa yang adil 1 Undang-Undang dasar Republik Islam Iran, Alhoda International Publication and Distribution, Jakarta. 2010. Hal. 27 2 Irnaningsih, Republik Islam Iran Studi atas Theo-Demokrasi Pasca Revolusi 1979- 2005, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, hal 25

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 80

    BAB IV

    PRAKTIK DEMOKRASI MENURUT IMAM KHOMEINI

    Demokrasi Islam merupakan sistem yang menerapkan kedaulatan

    rakyat yang dibatasi oleh kedaulatan Tuhan, ini bisa dilihat pada masa

    sekarang sesuai dengan prinsip undang-undang Republik Islam Iran yakni

    akidah yang dianut oleh rakyat Iran yang menjunjung tinggi kebenaran Dan

    Hukum Qur’an.1 Dan menyebutkan bahwa Tuhan memilki kekuasaan yang

    tertinggi untuk memerintah, namun juga suara mayoritas diperlukan untuk

    menjalankannya, dan di praktikkan dengan adanya lembaga-lembaga yang

    dipilih dengan melibatkan partisipasi masyarakat lewat pemilihan umum.2

    Selanjutnya makna kata “Praktik”, memiliki arti pelaksanaan secara nyata apa

    yang disebut dalam teori. Adapun dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki

    arti pelaksanaan atau pekerjaan yang dilakukan secara nyata atas dasar teori

    yang disepakati oleh para ilmuan.

    A.Implementasi Pemerintahan Republik Iran Menurut Imam Khomeini

    Republik Islam Iran buatan Imam Khomeini merupakan

    penggabungan antara demokrasi dan teokrasi, hal ini tidak terlepas dari peran

    Syi’ah yang merupakan mazhab resmi negara khususnya Syi’ah Imam

    Duabelas. Doktrin Syi’ah mengajarkan: jika tidak ada penguasa yang adil

    1Undang-Undang dasar Republik Islam Iran, Alhoda International Publication and

    Distribution, Jakarta. 2010. Hal. 27 2Irnaningsih, Republik Islam Iran Studi atas Theo-Demokrasi Pasca Revolusi 1979-

    2005, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, hal 25

  • (Imam ke Duabelas) maka masyarakat muslim dibimbing oleh hukum Islam.

    Imam, demikian nama yang dipakai kaum Syia’ah untuk kepala negara,

    mempunyai sifat kedudukan yang diwarisi Nabi. Perbuatan dan ucapan Imam

    tidak bisa bertentangan dengan syariat. Imam Khomeini mengubah sistem

    monarki Iran ke Republik dan menyatakan pemimimpin agama ulama juga

    sebagai pemimpin politik. Imam Khomeini menegaskan bahwa selama

    kegaiban Imam al-Mahdi, Imamah dilanjutkan oleh kepemimpinan Faqih

    yang telah memenuhi syarat. Jadi, seorang Faqih mempunyai hak untuk

    memerintah dalam urusan agama dan sosial politik.3 Prinsip demokrasi rakyat

    dalam Republik Islam Iran adalah penggabungan antara kedaulatan di tangan

    presiden dan kedaulatan Tuhan di tangan Faqih.4

    Dalam peta dunia Islam, Iran merupakan representasi kawasan

    Persia dengan penduduk mayoritas menganut paham Syiah Imamiyah. Paham

    Syiah Imamiyah mendapat tempat yang istimewa sebagai mazhab resmi

    negara sejak berdirinya dinasti Shafawi (tahun 1501).2 Sejak itu, ajaran Syiah

    Imamiyah memberikan pengaruh secara dominant dalam struktur sosial dan

    kehidupan masyarakat Iran. Mazhab Syiah Imamiyah semakin

    memperlihatkan pengaruhnya pada bangsa Iran, khususnya pasca terajdinya

    Revolusi Islam Iran tahun 1979 yang dipimpin oleh Imam Khomeini dan

    3Didin Saefuddin. Biografi Intelektual 17 Tokoh Pemikiran Modern dan Postmodern,

    PT Grasindo, Jakarta. 2003. Hal. 123 4Irnaningsih, Republik Islam Iran Studi atas Theo-Demokrasi Pasca Revolusi 1979-

    2005, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, diakses dari

    repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstrea/IRNANINGSIH-FUF.pdf, hal. 3

  • berhasil menggulingkan dinasti Pahlevi dan menggantinya dengan bentuk

    Republik Islam dan sistem Wilayat al-Faqih (Vilayate el-Faqeh) sebagai

    sistem pemerintannya yang diadopsi dari sistem Imamah dalam keyakinan

    Syiah Imamiyah.5 Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh ayatullah Uzma

    Ruhullah Imam Khomeini, merupakan salah satu revolusi terbesar dalam

    peristiwa bersejarah. Selain revolusi Islam Iran, dunia juga mengenal istilah

    Revolusi lainnya seperti Revolusi Kuba (1952-1958), Revolusi Amerika

    (1775-1783), Revolusi Perancis serta Revolusi lainnya yang terjadi dibelahan

    dunia, yang tentunya revolusi tersebut memiliki kekhasan tersendiri dengan

    maksud dan tujuan yang sama yaitu menciptakan sistem pemerintahan yang

    baru. Beda halnya dengan Revolusi yang terjadi di pelbagai belahan dunia,

    revolusi Islam Iran lebih menekakan kepemimpinan negara yang di pimpin

    oleh ulama yang fakih dalam agama dan memiliki penguasaan ilmu

    pengetahuan multidisipliner. Sehingga, untuk menjadi “rahbar” di Republik

    Islam Iran, seorang rahbar membutuhkan waktu dan umur yang cukup lama

    sehingga mampu menguasai perlbagai disiplin ilmu.6

    Adapun prinsip demokrasi dalam Republik Islam Iran buatan Imam Khomeini

    terdapat pada perintah Allah di dalam al-Qur’an QS Al- Maidah ayat 48-50:

    5Icro. Iran the Cradle of Civilazation. Jakarta: Kedaulatan Besar Republik Iran Islam.

    2009. Hal. 16

    6 Kiki Mikail. Iran di Tengah Hegemoni Barat: Studi Politik Luar Negeri Iran Pasca Revolusi Iran 1979. Vol. 13 No. 2, Tamaddun 2013. Hal. 2

  • 48. dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,

    membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan

    sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka

    putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah

  • kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang

    telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan

    aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu

    dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap

    pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.

    hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya

    kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

    49. dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang

    diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan

    berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan

    kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka

    berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa

    Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada

    mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya

    kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.

    50. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang

    lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?

    Isi kandungan QS. Al Maidah ayat 48-50 yakni jika terjadi perselisihan

    tentang suatu masalah, maka Tuhan memerintahkan untuk menyeselaikan

    masalah berdasarkan apa yang telah diwahyukan Tuhan melalui kitabnya

  • masing-masing. Tuhan mengingatkan agar umat beriman jangan mengikuti

    penafsiran orang-orang yang berusaha menyimpangkan hukum Tuhan, yang

    artinya akan selalu ada oknum-oknum yang berusaha melakukan manipulasi

    dalam menafsirkan hukum-hukumNya. Sehingga kita perlu seorang yang ahli

    dalam menjalanklan perintah Tuhan.

    1.Bentuk Kepemimpinan Iran Pada Masa Imam Khomeini

    Membentuk Dewan Pertahanan Nasional yang anggota-

    anggotanya terdiri dari Presiden, Perdana Menteri, Menteri Pertahanan,

    KSAB, Kepala Pasdaran, dan dua orang penasehat yang diangkat oleh Faqih.

    Selanjutnya, pemegang kekuasaan terbesar kedua dibawah

    seorang Faqih adalah Presiden yang dipilih setiap empat tahun. Tugas-tugas

    pokoknya diantaranya adalah sebagai berikut:

    1.Menjalankan konstitusi Negara

    2.Menjadi Kepala Pemerintahan

    3.Mengkoordinasikan Ketiga Lembaga Negara (Eksekutif, Legislatif, dan

    Yudikatif)

    Kewajiban-kewajiban pemegang kekuasaan dapat sesuai dengan ajaran

    agama Islam ialah menegakan agama serta menjelaskan hukum dan pengajarannya

    kepada seluruh umat. Mengatur kepentingan negara sesuai dengan tuntutannya

    sehingga membawa kebaikan bagi individu maupun umat. Menurut Imam Khomeini

    Iran merupakan negara Islam yang mengikuti segala kaidah-kaidah ajaran agama

  • Islam. Namun, pemerintahan Islam merupakan pemerintahan konstitusional.

    Singkatnya didalam pemerintahan Islam, jika kekuasaan eksekutif, legislatif dan

    yudikatif ada pada fuqaha yang menjalankan tugas selaku wakil para imam maka

    kekuasan sepenuhnya berasal dari Hukum Tuhan. Berikut ini akan dijelaskan bentuk

    kekuasaan konstitusional menurut lembaga Republik Islam Iran.

    1)Legislatif

    Legislatif di Iran terdiri dari tiga lembaga. Majelis Syura Islami

    (parlemen), Dewan Perwalian (Dewan wali) dan Dewan Ahli. Penjelasannya sebagai

    berikut:

    Pertama, Majelis Syura Islami adalah perwakilan rakyat yang dipilih

    secara langsung dan rahasia oleh rakyat. Masa jabatan anggota majelis adalah empat

    tahun. Pemilihan anggota majelis harus dilaksanakan sebelum berkahirnya masa

    jabatan sehingga negara tisak pernah kosong dari pihak majelis. Tugasnya tidak

    membuat undang-undang melainkan mengusulkan rancangan undang-undang.

    Sumber legislasinya menurut penafsiran pemimpin revolusi adalah jiwa syariat.7

    Kedua, Dewan Perwalian terdiri dari 12 anggota dan 6 orang dipilih oleh

    rabhar8 dan enam ahli hukum lainnya yang ditunjuk oleh kepala yudikatif dengan

    persetujuan Majelis Syura Islami. Masa jabatannya enam tahun tetapi setelah tiga

    tahun pertama setengah dari setiap kelompok diganti oleh anggota kelompok baru.

    7 Undang-undang Dasar Republik Islam Iran Bab IV 8 Rabhar adalah pemimpin yang tertinggi ini termasuk dalam Undang-undang Dasar

    Republik Islam Iran pasal 107

  • Dewan ini bertanggung jawab dalam pengesahan rancangan undang-undang yang

    diusulkan oleh parlemen.9

    Ketiga, Dewan Ahli dalam struktur negara Iran lembaga ini terdiri dari 83

    ulama yang dipilih secara langsung melalui sistem distrik, tugas rabhar adalah

    mengawasi jalannya pemerintahan dibawah undang-undang.

    2)Eksekutif

    Kekuasaan eksekutif, kekuasaan tertinggi negara dalam sistem

    Wilayat al-Faqih ialah presiden yang masih berada di bawah garis kekuasaan

    rahbar. Mengenai syarat-syarat seorang presiden, ialah mesti orang Iran

    ditinjau dari asal-usul maupun kebangsaannya, taat beribadah, serta mengikuti

    mazhab pemikiran resmi negara. Presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam

    sebuah pemilihan umum untukm masa jabatan 4 tahun, dan hanya bias dipilih

    kembali hanya untuk satu periode berikutnya, meskipun presiden memegang

    kekuasaan eksekutif, tapi kebijakan-kebijakannya dapat ditolak oleh rahbar,

    jika rahbar memandang bahwa kebijakan presiden tersebut bertentangan

    dengan ajaran Islam dan konstitusi.10

    3)Yudikatif

    Kekuasaan yudikatif tertinggi berada dipegang oleh Dewan

    Kehakiman Tertinggi Nasional atau Mahkamah Agung yang diangkat oleh

    9 Undang-undang Dasar Republik Islam Iran Pasal 92 10 Noor Afif Maulana, Revolusi Islam Iran dan Realisasi Wilayat al-Faqih,

    Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002, hlm 174

  • rahbar sesuai dengan pasal 110 Konstitusi Republik Islam Iran. Dibawah

    Mahkamah Agung ada Pengadilan Tinggi untuk wilayah provinsi dan

    Pengadilan rendah untuk wilayah kota atau distrik tertentu. Untuk jaksa

    penuntut umum, hakim, dan kepala-kepala pengadilan harus berasal dari ahli-

    ahli hukum Syiah. Kecuali pada lembaga-lembaga hukum yang dikhususkan

    penduduk non Syiah atau non Muslim maka jaksa dan hakimnya berasal dari

    ahli-ahli hukum dari mazhab atau agama masing-masing.11

    Iran merupakan sebuah Negara Republik Teokratis dan pusat

    Islam Syi’ah. Sistem Republik Islam yang diterapkan di Iran ini berlandaskan

    wilayah al-Faqih yaitu kekuasaan tertinggi ditangan para ulama yang takwa,

    adil, mampu memimpin serta memahami dan disetujui oleh mayoritas umat di

    Iran. Republik Islam Iran pada kekuasaan Imam Khomeini menganut bentuk

    sistem pemerintahan yang berlandaskan ketuhanan.

    Bentuk pemerintahan ketuhanan ini adalah sebuah model atau

    sistem politik yang berlandaskan pada aturan agama Islam yang berlaku

    sesuai dengan petunjuk dari Al-Qur’an serta riwayat-riwayat yang telah

    disampaikan oleh Rasulullah mengenai bentuk kekuasaan yang sesuai dengan

    aturan agama Islam. Maka dari itu, menilik dari pemilihan kekuasaan tertinggi

    pun harus memenuhi syarat salah satunya taat dan mengetahui aturan Islam

    11 Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, Bandung: Mizan, 2003, hlm. 181

  • sesuai pedoman kitab suci Al-Quran dan merupakan orang-orang pilihan

    ulama dan masyarakat dalam hal ini disebut fuqaha.

    Berlandaskan pada partisipasi kaum fuqaha pada pemerintahan

    Republik Islam Iran maka sistem yang menjunjung tinggi ajaran agama ini

    membentuk sebuah demokrasi yang berpengaruh pada tatanan sosial politik

    dan membangun sistem demokrasi dengan asas ketuhanan yakni demokrasi

    teorikratik.

    2.Bentuk Pemerintahan Iran Menurut Imam Khomeini

    Bentuk pemerintahan Imam Khomeini adalah bentuk pemerintahan Islam

    yaitu pemerintah yang bersifat tidak tirani dan juga tidak absolute kekuasaannya,

    melainkan bersifat kontitusional yaitu berdasarkan persetujuan yang disahkan oleh

    hukum dengan berdasarkan mayoritas.12

    Kemudian, disisi lain diterimanya Konstitusi Iran melalui

    referendum tanggal 2 dan 3 Desember 1979, Iran kemudian melangkah ke

    arah normalisasi kehidupan politik. Konstitusi yang terdiri dari 175 artikel

    dibuat berdasarkan hukum Islam yang ditafsirkan oleh sebuah Dewan Ahli

    dan telah mendapat persetujuan dari Imam Khomeini. Ada lima lembaga

    penting di dalamnya, yakni.

    a)Faqih

    12 Imam Khomeini. Pemikiran Politik Islam dalam Pemerintahan: Konsep Waliyatul

    Faqih sebagai Epistimologi Pemerintahan Islam. Jakarta: Shadra Press. Hlm. 65

  • Salah satu gagasan yang paling menonjol dalam pemikiran politik

    Imam Khomeini adalah idenya tentang waliyatul faqih (pemerintahan para

    Faqih) yang menghendaki kepemimpinan termasuk politik harus ada pada

    tangan terpercaya. Pemikiran ini merupakan menjadi bagian terpenting dalam

    sistem politik Republik Islam Iran ini memberikan tekanan pada imamah yang

    diartika sebagai kepemimpinan agama dan politik sekaligus disandang oleh

    kaum faqih (ahli hukum agama).13

    b)Presiden

    suatu nama jabatan yang digunakan untuk pimpinan

    suatu organisasi, perusahaan, perguruan tinggi, atau negara. Pada awalnya,

    istilah ini dipergunakan untuk seseorang yang memimpin suatu acara atau

    rapat (ketua); tetapi kemudian secara umum berkembang menjadi istilah untuk

    seseorang yang memiliki kekuasaan eksekutif. Lebih spesifiknya, istilah

    "Presiden" terutama dipergunakan untuk kepala negara suatu republik, baik

    dipilih secara langsung, ataupun tak langsung.14

    c) Perdana Menteri

    Perdana Menteri merupakan seseorang yang mengepalai

    sebuah kabinet pada sebuah negara dengan sistem parlementer. Biasanya

    13 Akhmad Satori, Sistem Pemerintahan Iran Modern, Yogyakarta: Rausyanfikr

    Institute,2012 Hlm. 151

    14 Kamus Bahasa Indonesia

    https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggihttps://id.wikipedia.org/wiki/Negarahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Eksekutifhttps://id.wikipedia.org/wiki/Negarahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kabinethttps://id.wikipedia.org/wiki/Negarahttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementer

  • dijabat oleh seorang politikus, walau di beberapa negara, perdana menteri

    dijabat oleh militer. Dalam banyak sistem, perdana menteri berhak memilih

    dan memberhentikan anggota kabinetnya, dan memberikan alokasi jabatan

    tersebut ke orang yang dipilihnya, baik itu karena

    kesamaan partai maupun faksi politik.

    d)Parlemen

    Parlemen merupakan sebuah badan legislatif, khususnya di

    negara-negara sistem pemerintahannya Makna ini berkembang dari waktu ke

    waktu, awalnya mengacu pada setiap diskusi, percakapan, atau negosiasi

    melalui berbagai jenis kelompok yudisial, sering kali dipanggil oleh seorang

    raja atau kepala badan legislatif. Badan legislatif yang disebut parlemen

    dilaksanakan oleh sebuah pemerintah dengan sistem

    parlementer dimana eksekutif secara konstitusional bertanggungjawab kepada

    parlemen. Hal ini dapat dibandingkan dengan sistem presidensial di mana

    legislatif tidak dapat memilih atau memecat kepala pemerintahan dan

    sebaliknya eksekutif tidak dapat membubarkan parlemen.

    Beberapa negara mengembangkan sistem semipresidensial yang

    menggabungkan seorang Presiden yang kuat dan seorang eksekutif yang

    bertanggungjawab kepada parlemen. Parlemen dapat terdiri atas beberapa

    kamar atau majelis, dan biasanya

    https://id.wikipedia.org/wiki/Politikushttps://id.wikipedia.org/wiki/Militerhttps://id.wikipedia.org/wiki/Menterihttps://id.wikipedia.org/wiki/Partaihttps://id.wikipedia.org/wiki/Faksihttps://id.wikipedia.org/wiki/Politikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Badan_legislatifhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementerhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementerhttps://id.wikipedia.org/wiki/Eksekutifhttps://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusionalhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_presidensialhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_pemerintahanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_semipresidensialhttps://id.wikipedia.org/wiki/Presiden

  • berbentuk unikameral atau bikameral meskipun terdapat beberapa model yang

    lebih rumit.

    e) Dewan Pelindung Konstitusi.

    Kekuasaan terbesar dipegang oleh Faqih yang dipilih oleh Dewan

    Ahli dengan mengikuti syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut,

    diantaranya adalah ‘adalah (keutamaan dalam hal iman dan akhlak yang

    memampukan ia menjauhkan diri dari dosa-dosa, faqaha (penguasaan atas

    hukum fiqh islam), dan kafa’ah (keterampilan kepemimpinan). Apabila

    syarat-syarat yang telah ditentukan tidak memenuhi syarat, maka wewenang

    Faqih akan dipegang oleh sebuah dewan yang beranggotakan 2 sampai 5

    orang Fuqaha.

    Adapun wewenang seorang Faqih, diantaranya adalah sebagai

    berikut:

    1)Mengangkat Ketua Pengadilan Tertinggi Iran

    2)Mengangkat dan memberhentikan seluruh Pimpinan Angkatan Bersenjata Iran

    3) Mengangkat dan memberhentikan Pimpinan Pengawal Revolusi (Pasdaran)

    4)Mengangkat anggota Dewan Pelindung Konstitusi

    Negara, menurut Imam Khomeini adalah instrumen bagi pelaksanaan

    undang-undang Tuhan di muka bumi. Imam Khomeini secara bertahap mampu

    mengembangkan demokrasi di negara Iran dengan mengubah bentuk negara monarki

    menjadi Republik Islam Iran menurut konsep Wilayatul Faqih. Sistem Republik

    https://id.wikipedia.org/wiki/Unikameralhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bikameral

  • Islam yang diterapkan di Iran berlandaskan konsep Wilayatul Faqih sesuai Konstitusi

    Iran melalui referendum tanggal 2 dan 3 Desember 1979. Konstitusi yang terdiri dari

    14 bab dan 177 pasal artikel ini dibuat berdasarkan hukum Islam, yang ditafsirkan

    oleh sebuah Dewan Ahli dan telah disetujui oleh Imam Khomeini. Ada lima lembaga

    penting di dalamnya: Faqih, Presiden, Perdana Menteri, Parlemen, dan Dewan

    Pelindung Konstitusi.15

    Kekuasaan terbesar dipegang oleh Faqih, yang dipilih oleh Dewan

    Ahli dengan syarat-syarat tertentu. Di jelaskan dalam pasal 5 undang-undang

    dasar Republik Islam Iran yang berbunyi,

    ”Di zaman selama ghaibnya wali al asr (‘ajjala allahu taala farjahu, Imam

    Mahdi, Imam ke Duabelas) di Republik Islam Iran, yang memimpin wilayat al amr dan imamah umat adalah seorang Faqih yang adil dan takwa, peka

    terhadap zaman, pemberani, memiliki kemampuan manajerial dan pemecahan masalah, yang pertanggungjawabannya diatur pada pasal 107 Undang-Undang Dasar”.16

    Selanjutnya dalam pasal 107 disebutkan antara lain,

    “Jika seseorang ahli agama memenuhi syarat-syarat yang disebutkan dalam pasal

    5 ... sebagaimana halnya otoritas keagamaan yang menonjol (marja’i) dan Pemimpin Revolusi Ayatullah al-‘Uzma Imam Khomeini, Pemimpin ini

    berkedudukan Wilayatul Faqih ... apabila tidak demikian halnya maka tiga atau lima marja’i yang memenuhi syarat-syarat kepemimpinan akan dipilih untuk jabatan anggota dewan pimpinan dan akan diperkenalkan kepada

    rakyat.”

    3.Sistem Demokrasi Republik Islam Iran Masa Kepemimpinan Imam Khomeini

    15 Imam Khomeini.Sistem Pemerintahan Islam, hal. 30 16Undang-Undang dasar Republik Islam Iran, Alhoda International Publication and

    Distribution, Jakarta. 2010. Hal. 51

  • Republik Islam Iran buatan Imam Khomeini merupakan

    penggabungan antara demokrasi dan teokrasi, hal ini tidak terlepas dari peran

    Syi’ah yang merupakan mazhab resmi negara khususnya Syi’ah Imam

    Duabelas. Doktrin Syi’ah mengajarkan: jika tidak ada penguasa yang adil

    (Imam ke Duabelas) maka masyarakat muslim dibimbing oleh hukum Islam.

    Demokrasi teokratik merupakan sebuah model dari sebuah sistem

    politik yang digagasi oleh kombinasi dari teokrasi dan pemerintahan rakyat.

    Hal ini berarti menerima setiap hak individu untuk ikut campur tangan dan

    berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan berskala makro dalam

    bidang sosial politik. Dalam distribusi kekuasaan politik sistem ini juga

    menjunjung tinggi supremasi agama dalam bidang sosial politik.

    Demokrasi merupakan sebuah sistem yang didambakan oleh

    hampir setiap insan politik. Hampir tidak ada satu rezim pun di dunia ini baik

    di negara-negara kapitalis maupun komunis, maju maupun berkembang yang

    enggan mencantumkan baik secara eksplisit maupun implisit, kata

    “demokrasi” pada sistem politik yang dianut negaranya. Kendati dengan

    berbagai macam tambahan di belakangnya, “demokrasi” dianut oleh sebagian

    besar Negara di dunia ini. Definisi umum ini tidak memperlihatkan sesuatu

    yang diasumsikan dan kerangka kerja yang memungkinkan kombinasi ini

    cocok dengan demokrasi teokratik. Dengan kata lain, demokrasi dalam

    kerangka teokratik adalah konsep yang menyeluruh dan berada pada tingkatan

  • konseptualisasi politik juga mungkin untuk mempresentasikan berbagai model

    sebagai kapasitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama.17

    Dalam hal struktur tersebut mengambil jalan tengah (moderat) dan

    menyebutnya struktur pemerintahan “Teo-Demokrasi”. Yaitu suatu struktur

    pemerintahan demokrasi Ilahi, suatu struktur kedaulatan rakyat yang dibatasi

    kedaulatan Tuhan lewat hukum-hukumnya. Khomeini mempunyai pandangan

    lain terhadap demokrasi, menurutnya demokrasi Islam berbeda dengan

    demokrasi liberal, Ia meyakini bahwa kebebasan mesti dibatasi dengan

    hukum, dan kebebasan yang diberikan itu harus dilaksanakan di dalam batas-

    batas hukum Islam dan konstitusi, dengan sebaik-baiknya. Konstitusi

    Republik Islam Iran yang didasarkan pada wilayatul faqih mencerminkan

    bahwa di satu sisi Iran merupakan negara Islam yang bersumber pada hukum

    agama, namun di sisi lain Iran merupakan sebuah negara yang secara prinsipil

    menganut struktur demokrasi.18

    Teokrasi model wilayat al-faqih yang didominasi oleh kelompok

    agamawan konservatif yang mengendalikan seluruh kekuasaan. Kaum

    reformis memandang bahwa sistem wilayat al-faqih sebagai sebentuk

    17 Mohammad Bagher Khorramshad, Demokrasi Religius, Yogyakarta: Rausyanfikr

    Instiute, 2013, Hlm. 23 18 Maududi, Hukum dan Konstitusi Struktur Politik Islam, terj. Asep Hikmat dari The

    Islamic Law and Government, Bandung: Mizan, 1990, hlm. 160-161

  • persekutuan antara kekuasaan/politik dan agama. Para ayatullah dan mullah

    menjadi pusat otoritas politik tertinggi yang melampaui kedaulatan rakyat19

    Wilayatul faqih adalah pemerintahan oleh faqih, konsep ini

    merupakan konsep yang ditawarkan oleh Imam Khomeini, yang kemudian

    diaplikasikan dalam sistem pemerintahan Republik Islam Iran, gagasan ini

    sebenarnya sudah lama ada namun dipopulerkan oleh Imam Khomeini

    terutama semenjak revolusi Iran tahun 1979. Istilah tersebut berarti "perwalian

    hakim". Ketika hakim Khomeini mulai berkuasa pada 1979 serta menjadi

    hakim tertinggi untuk seluruh aspek pemerintahan di Iran, Istilah tersebut

    menjadi jelas bagi dunia Islam sebagai konsep utuh bahwa perwalian

    semacam ini merupakan sebuah rute menuju ideal yang didambakan kaum

    Muslim kontemporer, yakni pemerintahan Islam. Sekalipun tidak dikenal

    sebagai seorang teoritikus di bidang filsafat politik, namun Imam Khomeini

    mampu mempraktekkan gagasan pemerintahan Islam yang menempatkan

    kaum ulama sebagai pemegang kekuasaan di bidang politik maupun agama.

    Dalam gagasan ini Khomeini menekankan akan perlunya seorang faqih

    (ulama) untuk memegang kendali pemerintahan sebagaimana halnya

    Rasullulah memimpin generasi awal umat Islam.20

    19 Jurnal. Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan , Vol. 12, No. 2,

    Desember 2012: 259-272 20 Jurnal ditulis oleh M. Heri Fadoil al-Daulah Vol. 3, No.2, Oktober 2013

  • Penerapan demokrasi oleh Imam Khomeini di Republik Islam Iran

    memiliki tiga lembaga; legislatif (diatur dalam Bab enam UUD RII), eksekutif

    (diatur dalam Bab sembilan UUD RII), dan yudikatif (diatur dalam Bab

    sebelas UUD RII). Ketiga kekuasaan ini independen satu sama lainnya.

    Namun pelaksanaannya di bawah pengawasan pemimpin atau Rahbar (diatur

    dalam Bab delapan UUD RII). Rahbar sendiri tidak bisa seenaknya dalam

    mengawasi pemerintahan, karena ia tetap di bawah undang-undang serta tidak

    kebal hukum. Karena yang memilih Rahbar merupakan orang-orang yang

    dipilih lewat pemilu secara langsung.21

    4.Demokrasi Republik Islam Iran Pada Masa Kepemimpinan Imam Khomeini

    Sistem demokrasi juga mendukung perekonomian dengan

    membuka akses informasi seluas-luasnya bagi setiap individu. Adanya

    penyebaran informasi yang merata akan mendukung kegiatan ekonomi.

    Pembeli dan penjual di pasar akan memiliki informasi yang sama mengenai

    barang dan jasa sehingga kegiatan ekonomi bisa berjalan lebih efisien.

    Dengan begitu, produktivitasnya juga semakin meningkat. Meskipun

    diberikan kebebasan, setiap orang pasti akan bersikap rasional. Maka dari itu,

    tiap individu dalam negara demokrasi diyakini tidak akan melanggar

    kebebasan individu lainnya, berkompromi sebelum bertindak, dan tidak saling

    menyerang. Pada akhirnya, kebebasan yang dimiliki akan dipakai untuk

    21Irnaningsih, Republik Islam Iran Studi atas Theo-Demokrasi Pasca Revolusi 1979-

    2005, hal. 42

  • mengembangkan potensi, kreativitas, dan sisi positif lainnya dalam diri

    mereka sehingga akan memajukan negara tersebut. Salah satu contohnya,

    adanya sisi entrepreneurship dalam diri seseorang akan menghasilkan usaha-

    usaha baru dan lapangan kerja bagi masyarakat lainnya.

    Syiah dipahami orang sebagai suatu aliran yang mengikuti ali dan

    mengutamakannya atas sahabat-sahabat Rasul yang lainnya. Syiah adalah

    kelompok yang percaya bahwa hak untuk menjadi penerus Nabi hanya

    dimiliki oleh keluarganya, mengikuti keluarga Nabi (ahl al-bayt) sebagai

    sumber inspirasi, dan bimbingan untuk memahami petunjuk Alquran yang

    dibawa oleh Nabi itu. Keluarga Nabi adalah saluran melalui mana ajaran dan

    barakah wahyu mencapai kaum Syiah.22

    Syiah pertama kali timbul setelah terjadinya perang antara Ali bin

    Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berakhir dengan

    diadakannya tahkim antara kedua belah pihak. Harun Nasution mengatakan

    bahwa pada waktu itu telah timbul tiga golongan politik, golongan Ali yang

    kemudian dikenal dengan nama Syiah, golongan yang keluar dari barisan Ali

    kaum Khawarij, dan golongan Mu’awiyah.23

    Dari uraian di atas jelas bahwa masalah yang menjadi sebab

    timbulnya Syiah adalah masalah politik, tegasnya khilafah atau dalam istilah

    Syiah masalah imamah. Syiah menganggap bahwa jabatan kepala negara

    22Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , hal. 103 23Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik .

    Hal. 14

  • bukanlah hak tiap orang Islam, bahkan pula bukan merupakan hak tiap orang

    Quraisy. Menurut mereka jabatan tersebut adalah hak monopoli Ali bin Abi

    Thalib dan keturunnya.24

    Iran sebagai negara dengan penganut Syiah terbesar di dunia,

    bukan hanya menjadikan Islam dengan mazhab Syiah sebagai anutan teologis

    dan ritual, tapi ajaran Syiah cukup mendominasi dalam kehidupan sosial dan

    pemerintahan bangsa Iran. Awalnya bangsa Iran adalah penganut Sunni

    mazhab Hanafi dan Syafi’i, dan selama beberapa waktu penganut keduanya

    mengalami pertikaian yang sengit. Mazhab Syiah mulai dianut secara massif

    ketika masa penguasaan bangsa Mongol di Iran sekitar tahun 1219-1353 M.

    Awalnya dari penguasa kedua bangsa Mongol di Iran yaitu Oijeitu yang

    awalnya menganut agama Shamanisme namun kemudian masuk Islam

    (Sunni). Ketika melihat pertikaian sengit antara penganut Hanafi dan Syafi’I,

    membuat Oijeitu marah dan mempertimbangkan untuk kembali pada agama

    Shamanisme, namun karena pengaruh salah seorang teolog Syiah, yaitu Ibnu

    Muthahhar Hilli, ia kemudian memutukan untuk mennganut mazhab Syiah

    dan menjadikan Islam Syiah sebagai agama resmi negara. Keputusan ini

    menuai kontroversi bahkan konflik termasuk dengan putranya sendiri yang

    kemudian menjadi penerusnya, yaitu Abu Sa’id. Pada masa selanjutnya

    24 Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam

    Klasik . Hal 14

  • hingga masa pemerintahan Shafawi pergolakan terus terjadi, meski kaisar-

    kaisar setelahnya pada umumnya menganut mazhab Sunni.25

    Mazhab Syiah memperlihatkan pengaruhnya dengan menjadi

    basis ideologi dan perangkat sistem sosial dan politik negara Iran. Sistem

    Wilayat al-Faqih merupakan sistem politik negara Iran yang berbenntuk

    Republik Islam. Kekuasaan tertinggi berada ditangan ulama sebagai

    pemimpin spiritual yang disebut dengan rahbar. Struktur pemerintahan

    Wilayat al-Faqih terpusat di tangan rahbar namun dalam pelaksanaannya

    berbentuk trias politica yang terdiri atas 3 badan legislatif (Parlemen, Dewan

    Ahli, dan Majelis Ahli), kekuasaan eksekutif di tangan presiden, dan

    kekuasaan yudikatif di tangan mahkamah Agung atau Dewan Tertinggi

    Peradilan Nasional. Selain itu ada Dewan Revolusi, Dewan politik dan

    ekonomi Revolusi, dan Pemimpin Agama yang berfungsi sebagai

    administrator lokal.

    Berdasarkan pasal-pasal tersebut, jelas kekuasaan tertinggi di

    Republik Islam Iran berada di tangan Faqih. Kekuasaan Faqih atau pemimpin

    tidak diperoleh melalui suatu pemilihan umum, tetapi melalui suatu aklamasi

    dari rakyat. Ini berdasarkan mazhab Syi’ah, bahwa Imamah merupakan bagian

    25 Icro. Iran the Cradle of Civilazation . Jakarta: Kedaulatan Besar Republik Iran Islam.

    2009. Hal. 17

  • dari perintah agama yang harus dilaksanakan. Tidak sempurna keimanan

    seseorang tanpa mengetahui siapa Imam atau pemimpinnya.26

    a.Pemilihan Umum

    Menurut Imam Khomeini pemerintahan Islam harus

    konstitusional, sudah tentu tidak dalam arti umum dari istilah itu, yang di

    dalamnya hukum disetujui. Menurutnya, penyelenggaraan pemerintahan,

    penanggungjawab pelaksanaan hukum dan pengelolaan masyarakat harus

    komitmen menjaga dan menjalankan hukum-hukum agama. Maka dari itu,

    pemerintahan Islam ialah pemerintahan hukum tuhan atas rakyat.48 Namun

    demikian, Khomeini berpandangan meskipun kekuasaan yang ideal

    menurutnya dipegang oleh kaum filusuf fuqaha, namun ia sangat menolak jika

    menggunakan cara-cara pemaksaan. Sebab menurutnya

    "Kita tidak hendak membenarkan cara itu sehingga kita jadi diktator.

    Tuhan dan Nabi Tidak pernah memberikan hak demikian itu kepada kita".27

    Dalam kesempatan lain Imam Khomeini menegaskan bahwa

    kedaulatan ada di tangan rakyat, dan menolak konsep bahwa kedaulatan ada di

    tangan sekelompok orang tertentu (elit) dalam masyarakat. Pemilihan umum

    tidaklah dibatasi pada sekelompok tertentu dalam masyarakat – entah itu

    26Mushtafa Rafi’i. Islam Kita: Titik Temu Sunni-Syiah, Trj. Kadarisma Ahmad dan

    Falahuddi Qudsi, Fitrah, Banten. 2013. Hal. 243. 27 Ammar Fauzi Heryadi, ”Catatan Kaki Untuk Pemimpin Ideal: dalam Filsafat Politik

    Plato dan Imam Khomeini” dalam Islam Alternatif: Jurnal Kajian Keislaman Himpunan

    Pelajar Indonesia – Iran, HPI (Himpunan Pelajar Indonesia-Iran), Divisi Media dan

    Penerbitan, Vol.1, No.1, Summer, 48

  • kelompok ulama, partai politik, atau yang lain-tetapi berlaku untuk seluruh

    rakyat. Nasib rakyat ada di tangan mereka sendiri. Dewasa ini hak pilih ada di

    tangan rakyat. Dalam pemilihan umum, semua warga negara adalah setara

    satu sama lain, entah itu presiden, perdana menteri, petani, pemilik tanah, atau

    pedagang. Dengan kata lain, setiap orang tanpa kecuali berhak atas satu

    suara.28

    Dalam banyak kesempatan Imam Khomeini menekankan perlunya

    partisipasi rakyat dalam memilih para pemimpin. Dalam wasiat terakhirnya

    untuk rakyat Iran, Last Will and Testment, dia mengingatkan bahwa

    merupakan "tanggungjawab yang berat bagi rakyat" untuk memilih "para ahli

    dan wakil yang akan duduk sebagai pemimpin atau Dewan Kepemimpinan.

    Khomeini menasehati rakyat Iran agar, dalam semua pemilihan, yaitu

    pemilihan Presiden, Majelis Perwakilan, atau anggota Dewan Ahli, bahwa: 29

    "Kalian harus berpartisipasi…Kalian semua, kaum marja', ulama, kaum bazzari, para petani, pekerja, dan pegawai negeri, bertanggungjawab

    terhadap nasib negara Islam".

    Pada titik ini Imam Khomeini memilih demokrasi bukan sebagai

    doktrin atau ideologi, tetapi sebatas cara dan sistem bagaimana hukum Tuhan

    dan pelaksanaannya dapat berkuasa serta efektif secara damai, seiring

    kebebasan karuniawi manusia. Sebab menurut Imam Khomeini, nasib selamat

    atas celaka suatu bangsa ada di tangan mereka, mereka bebas. Akan tetapi

    28 Esposito, Demokrasi, 29; Yamani, Filsafat, hlm. 135 29 Yamani, Filsafat., 137; dikutip dari tulisan dan pidato Imam Khomeini, The Center

    for cultural document if Islamic Revolution, Ministry of Islamic Guidence , jil 5, 238

  • manakala mereka memilih hukum Islam dan wali faqihnya mereka harus

    komitmen pada pilihan ini, yakni patuh dan menerima kebebasannya diatur

    oleh hukum dan wali faqihnya. Hal ini ia lakukan melalui referendum di awal

    kemenangan revolusi Iran dan pemilihan umum Majelis Ahli (Mejlis

    Khubreghan).30

    5.Peran Imam Khomeini Pada Sistem Pemerintahan Republik Islam Iran

    Imam Khomeini sebagai lambang “pemersatu”, serta tokoh

    intelektual awam seperti Ali Syari'ati sebagai strukturator akar Ideologi

    revolusi, Mehdi Bargazan, Bani Sadr, dan tokoh-tokoh lainnya. Hal ini

    dimungkinkan oleh tradisi dan ideologi Syi'ah yang sangat berakar kuat di

    kalangan rakyat Iran. Ideologi Syi’ah tersebut yang kemudian menjadi salah

    satu pemantik terjadinya revolusi Iran. tokoh intelektual awam seperti Ali

    Syari'ati sebagai strukturator akar Ideologi revolusi, Mehdi Bargazan, Bani

    Sadr, dan tokoh-tokoh lainnya. Hal ini dimungkinkan oleh tradisi dan ideologi

    Syi'ah yang sangat berakar kuat di kalangan rakyat Iran.31 Ideologi Syi’ah

    tersebut yang kemudian menjadi salah satu pemantik terjadinya revolusi Iran.

    Revolusi Islam Iran ini melahirkan konfigurasi yang khas antara negara Iran

    dan Institusi Islam, bahkan revolusi ini merupakan sebuah peristiwa terbesar

    30Esposito, Demokrasi, 29; Yamani, Filsafat, Hlm. 135 31 Sihbudi, Revolusi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000 hlm.114.

  • dalam sejarah masyarakat Iran. Revolusi tersebut menandai puncak

    pergolakan politik antara penguasa Iran dan kelompok ulama yang telah

    berlangsung lama, akibatnya terjadi perubahan yang fundamental dalam

    sistem ketatanegaraan Iran yang berpengaruh terhadap sistem pemerintahan

    Iran sekarang. Struktur politik Iran mengalami perubahan secara besar-

    besaran sejak berakhirnya kekuasaan Syah. Bentuk negara berubah dari

    monarki-absolut di mana Syah berkuasa, menjadi sebuah republik yang

    berdasarkan pada ajaran agama Islam mazhab Syi’ah. Perubahan

    konstitusional dan institusional yang secara substantif dilakukan melalui

    pemilihan.32

    Majelis Ahli yang didominasi para ulama dipilih untuk membuat

    rancangan konstitusi, masih menyisakan krisis identitas Iran yang tercermin

    dalam perdebatan konstitusional mengenai hakikat kepemimpinan negara.

    Perdebatan-perdebatan terjadi tidak hanya antara pihak yang lebih

    menginginkan pemerintahan sekuler daripada pemerintahan islami, tetapi juga

    di antara pihak yang menginginkan Pemerintah Islam namun menolak doktrin

    wilayatul faqih dari Imam Majelis Ahli yang didominasi para ulama dipilih

    untuk membuat rancangan konstitusi, masih menyisakan krisis identitas Iran

    yang tercermin dalam perdebatan konstitusional mengenai hakikat

    kepemimpinan negara. Perdebatan-perdebatan terjadi tidak hanya antara pihak

    32 Sihbudi, Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996,

    Hlm. 80

  • yang lebih menginginkan pemerintahan sekuler daripada pemerintahan islami,

    tetapi juga di antara pihak yang menginginkan Pemerintah Islam namun

    menolak doktrin Wilayatul Faqih dari Imam Khomeini yang menjadikannya

    sebagai seorang marja taqlid (ahli otoritas tertinggi). Bagi masyarakat dunia

    Islam, Revolusi Islam Iran merupakan kejadian yang secara simbolis penting.

    Revolusi Iran memperlihatkan bahwa rezim sekuler yang dipengaruhi oleh

    Barat dapat ditumbangkan dengan kekuatan oposisi yang di organisasi oleh

    para pembaharu Islam. Karena kaum revivalis mendengungkan perubahan itu

    sejak akhir abad ke-19, namun dengan sukses, revolusi Islam ini mampu

    memberikan daya dorong baru bagi perjuangan mereka dan memicu

    munculnya aktivitas fundamentalis di dunia Islam lain.33

    B.Kekurangan Serta Keunggulan Sistem Demokrasi Pada Masa Khomeini

    Aktifitas politik Imam Khomeini baru dimulai setelah meninggal

    Ayatollah Sayyed Husayn Boroujerdi pada tahun 1961. para ulama aktivis

    Feyziyeh secara terbuka mulai menentang kebijakan Muhammad Reza Shah

    Pahlevi tentang kerja-samanya dengan negara-negara barat, adanya

    sekulerisme pada tatanan kehidupan bernegara di Iran, dan adanya sistem

    sentralisasi yang diberlakukan di Iran. Pada masa kepemimpinan Imam

    Khomeini terdapat banyak kemajuan yang diterapkan melalui sistem

    demokrasi yang dianut. Namun, tak hanya itu terdapat dampak kesenjangan

    33 Zulkarnaen, Budaya Struktur Pemerintahan Republik Islam Iran, Jurnal Al-Azhar

    Indonesia Seri Humaniora, Vol .3, No. 1, Maret 2015

  • dari corak pemikiran Imam Khomeini. Oleh karena itu, berikut dijelaskan

    beberapa kelemahan dan kekuatan Imam Khomeini pada masa

    kepempinannya di Republik Islam Iran.

    1.Keunggulan Kepemimpinan Masa Pemerintahan Imam Khomeini

    Revolusi terhadap pemerintah Shah Iran dan pemogokan rakyat

    terjadi setelah Imam Khomeini mengeluarkan statement fatwanya pada tahun

    1978 tentang larangan penyelenggaraan perayaan Nowruz dan 15 Sya’ban.

    Sementara itu, dalam rangka menyambut bulan ramadhan di tahun yang sama,

    Imam Khomeini mengeluarkan fatwa wajib bagi para da’i mengkampanyekan

    di setiap kesempatan ceramah di atas mimbar untuk membongkar berbagai

    tindak kejahatan Shah Iran. Bahasa politik para mullah sanggup menghipnotis

    masyarakat muslim untuk menjungkirkan kekuasaan monarkhi Reza Pahlevi.

    Selain itu, dalam upaya menggulingkan rezim Shah Iran, Ayatollah Ruhullah

    Khomeini memanfaatkan isu-isu keislaman untuk memperoleh legitimasi

    sekaligus membangkitkan rasa anti-Amerika di kalangan masyarakat muslim

    Iran. Beberapa statemen sang Imam diupayakan se-ideologis mungkin dalam

    rangka menentang imperialisme Amerika.34

    Sistem Wilayat al-Faqih merupakan sistem politik negara Iran

    yang berbentuk Republik Islam. Kekuasaan tertinggi berada ditangan ulama

    sebagai pemimpin spiritual yang disebut dengan rahbar. Struktur 34Jurnal, Al Husaini M Daud, Kebangkitan Revolusi Islam Iran, Prosiding SNYuBe 2013

  • pemerintahan Wilayat al-Faqih terpusat di tangan rahbar namun dalam

    pelaksanaannya berbentuk Trias Politica yang terdiri atas 3 badan legislatif

    (Parlemen, Dewan Ahli, dan Majelis Ahli), kekuasaan eksekutif di tangan

    presiden, dan kekuasaan yudikatif di tangan mahkamah Agung atau Dewan

    Tertinggi Peradilan Nasional. Selain itu ada Dewan Revolusi, Dewan politik

    dan ekonomi Revolusi, dan Pemimpin Agama yang berfungsi sebagai

    administrator lokal.35

    Imam Khomeini adalah seorang ulama yang menginterpretasikan

    Islam sebagai agama yang memiliki komitmen terhadap perkembangan sosial

    dan politik, Bagi Imam Khomeini, masalah yang harus mendapatkan perhatian

    serius adalah perlunya Islam dan Iran merdeka dari kolonialisme Barat dan

    Timur, serta perlunya kaum ulama bertanggung jawab untuk kemanusiaan,

    tidak hanya di Iran tetapi juga terhadap orang-orang lapar dan tertindas

    dimanapun mereka berada. Imam Khomeini yakin bahwa Islam itu bersifat

    politis, kalau tidak maka agama hanyalah "omong kosong" belaka. Menurut

    Khomeini, "al-Qur'an memuat seratus kali lebih banyak, ayat-ayat yang

    berkenaan dengan masalah-masalah sosial daripada masalah-masalah ibadah.

    2.Kekurangan Kepemimpinan Masa Pemerintahan Imam Khomeini

    Menurut Khomeini, pemerintahan Islam tidak sama dengan

    pemerintahan yang ada sekarang ini. Ia mencontohkan pemerintahan Islam bukan

    35 Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vol .3, No. 1, Maret 2015, Hlm. 13

  • merupakan pemerintahan yang bersifat tirani, di mana para pemimpin negara dengan

    pemerintahan semacam ini dapat bertindak sewenang-wenang atas harta dan

    kehidupan rakyat mereka, memperlakukan orang sekehendak mereka dan membunuh

    orang yang mereka inginkan serta memperkaya seseorang yang mereka kehendaki

    dengan memberikan tanah dan harta milik orang lain. Atas dasar itu, pada masa

    kepemimpinan Imam Khomeini terjadi kesenjangan berikut ini adalah hal-hal yang

    menjadi problema pada masa kepempimpinan Imam Khomeini.

    1.Hak Wanita dan Minoritas

    Pada awal revolusi wanita banyak terikat oleh nilai-nilai Islam termasuk kewajiban

    mengenakan cadar. Namun, dengan berjalannya waktu dan keinginan sebagian

    masyarakat akhirnya peraturan itu dicabut. Kenyataannya dapat dilihat dimasa itu,

    kewajiban mengenakan jilbab dan menutup aurat tidak lagi menjadi kewajiban

    bahkan tampil modis tidak menjadi sebuah larangan. Hal ini akan berujung pada nilai

    Islam yang pada masa revolusi saat awal kepemimpinan Imam Khomeini akan

    memudar. Begitu pula dengan kaum minoritas pada awalnya, Imam Khomeini

    menginginkan Yahudi di Iran dihapuskan. Namun, Yahudi di Iran semakin marak

    serta perayaan hari besar kaum minoritas diperbolehkan.36

    2.Pengaruh Kolonial Barat Terhadap Republik Islam Iran

    Serangan kolonialisme dan imperalisme Barat ke dunia Islam dari segala arah

    pada abad ke-19 dan abad ke-20 melalui dimensi pemikiran, politik ekonomi,

    militer dan juga dimensi sosial kebudayaan dengan memperlihatkan dasar-

    36 Ali Pahlevi Rad, Wanita Iran 29 Tahun Pasca Revolusi Islam Iran ,

  • dasar ketidakmampuan dan ketertinggalan pemikiran, peradaban, politik, dan

    ekonomi kaum muslim yang menyebabkan munculnya ide pembenahan,

    perubahan dan modernisasi serta perlawanan terhadap pengaruh barat pada

    masyarakat Islam.37

    3.Dampak Syiah Pada Pemikiran Imam Khomeini

    Iran sebagai negara dengan penganut Syiah terbesar di dunia, bukan hanya

    menjadikan Islam dengan mazhab Syiah sebagai anutan teologis dan ritual,

    tapi ajaran Syiah cukup mendominasi dalam kehidupan sosial dan

    pemerintahan bangsa Iran. Awalnya bangsa Iran adalah penganut Sunni

    mazhab Hanafi dan Syafi’i, dan selama beberapa waktu penganut keduanya

    mengalami pertikaian yang sengit. Hal ini berdampak pada pemikiran Imam

    Khomeini yang menganut mazhab Syiah yang menjadikan beberapa

    pertikaian dan menggerus ajaran agama Islam murni secara perlahan sehingga

    aturan Islam yang diterapkan semakin memudar.

    Kritik-kritik yang datang dari para penentang terhadap wilayatul

    faqih kebanyakan menganggap bahwa kunci utama wilayatul faqih terlalu

    menjustifikasikan keutamaan para wali untuk memerintah berdasarkan

    pengetahuan mereka. Para pengkritik ini meragukan kredibilitas dan

    pengetahuan religius ini, tidak cukup untuk meyakinkan bahwa kekuasaan

    37 Akhmad Saotri. Sistem Pemerintahan Iran Modern: Konsep Wilayatul Faqih Imam Khomeini

    Sebagai Teolagi dalam Relasi Agama dan Demokrasi . Yogyakarta: Budi Utama. 2018. Hlm.

    20

  • harus dipercayakan kepada seorang faqih untuk melindungi dan memajukan

    kesejahteraan publik.

    Masa kepemimpinan Imam Khomeini merupakan titik awal

    revolusi Republik Islam Iran, namun kemampuan berpikir Imam Khomeini

    juga memiliki pengaruh pada corak pemerintahan Iran yang pada masa itu

    dipimpin olehnya. Termasuk pada pengaruh syiah terhadap pemikiran Imam

    Khomeini yang berdampak pada memudarnya nilai-nilai Islam yang

    dahulunya diterapkan pada peraturan hukum Negara Republik Islam Iran.

  • 104