bab iv pelaksanaan dan hasil penelitian a....

36
47 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Tempat dan Subjek Penelitian Penelitian ini melibatkan delapan sekolah dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis. Responden dalam penelitian ini 18 orang yang terdiri dari 8 orang kepala sekolah, 8 orang guru, dan 2 orang pengawas TK/SD di wilayah Kecamatan Pakis. Jadi masing-masing kepala sekolah diikutkan sebagai responden, sementara guru diambil masing- masing satu orang dari setiap sekolah dasar berdasarkan pengetahuan terhadap program Pengembangan Diri tersebut atas dasar informasi dari kepala sekolahnya. Daerah Binaan I (Dabin I) Kecamatan Pakis terdiri dari 9 sekolah dasar yang terbagi dalam 2 gugus sekolah yaitu Gugus Sindoro dan Gugus Sumbing. Anggota Gugus Sindoro adalah SDN Bawang, SDN Rejosari, SDN Daseh, SDN Losari, SDN Wiropati sedangkan anggota Gugus Sumbing terdiri dari SDN Pakis, SDN Banyusidi, SDN Gejayan, dan SDN Krasak. Jumlah total kepala sekolah ada 9 orang dan jumlah total guru ada 85 orang, sedangkan jumlah total siswa ada 1.570 anak. Dari sembilan SD tersebut terdapat satu SD yang tidak dilibatkan dalam penelitian karena jumlah siswanya sangat sedikit pada tahun ajaran 2011/2012.

Upload: ngoliem

Post on 03-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

47

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan delapan sekolah

dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis.

Responden dalam penelitian ini 18 orang yang

terdiri dari 8 orang kepala sekolah, 8 orang guru,

dan 2 orang pengawas TK/SD di wilayah Kecamatan

Pakis. Jadi masing-masing kepala sekolah diikutkan

sebagai responden, sementara guru diambil masing-

masing satu orang dari setiap sekolah dasar

berdasarkan pengetahuan terhadap program

Pengembangan Diri tersebut atas dasar informasi

dari kepala sekolahnya.

Daerah Binaan I (Dabin I) Kecamatan Pakis

terdiri dari 9 sekolah dasar yang terbagi dalam 2

gugus sekolah yaitu Gugus Sindoro dan Gugus

Sumbing. Anggota Gugus Sindoro adalah SDN

Bawang, SDN Rejosari, SDN Daseh, SDN Losari,

SDN Wiropati sedangkan anggota Gugus Sumbing

terdiri dari SDN Pakis, SDN Banyusidi, SDN

Gejayan, dan SDN Krasak. Jumlah total kepala

sekolah ada 9 orang dan jumlah total guru ada 85

orang, sedangkan jumlah total siswa ada 1.570

anak. Dari sembilan SD tersebut terdapat satu SD

yang tidak dilibatkan dalam penelitian karena

jumlah siswanya sangat sedikit pada tahun ajaran

2011/2012.

Page 2: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

48

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak minggu kedua

bulan Januari 2012 dengan melakukan survei awal

ke beberapa sekolah. Pengambilan data dimulai

sejak minggu kedua Januari 2012 tersebut dan

berakhir pada awal bulan Mei 2012. Setelah peneliti

menyusun pedoman wawancara, Peneliti melakukan

wawancara dengan subjek. Sedangkan untuk

pengamatan, dilakukan dengan datang di sekolah-

sekolah pada saat jam pelaksanaan kegiatan

Pengembangan Diri sesuai jadwal pelajaran pada

masing-masing sekolah. Selain itu Peneliti juga

melakukan wawancara terhadap beberapa orang

siswa untuk mencari informasi tentang pelaksanaan

kegiatan Pengembangan Diri di sekolahnya.

Selain melakukan wawancara dan

pengamatan, peneliti juga melakukan studi

dokumentasi. Peneliti meminjam dokumen KTSP

dari masing-masing sekolah untuk mengetahui

apakah Pengembangan Diri sudah dicantumkan di

dalam dokumen KTSP dan bagaimana

pelaksanaannya. Peneliti juga melihat buku catatan

prestasi yang diraih siswa pada lomba-lomba yang

diadakan baik tingkat kecamatan maupun tingkat di

atasnya. Peneliti mencocokkan antara buku catatan

prestasi dengan hasil perolehan piala dan piagam.

Peneliti juga melihat buku Daftar Kelas milik guru

untuk mengetahui himpunan data siswa yang ditulis

di sana, seperti identitas diri; potensi dasar:

Page 3: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

49

inteligensi, bakat, minat; identitas keluarga; riwayat

kesehatan; nilai hasil belajar; riwayat pendidikan;

pekerjaan orang tua/keluarga; catatan prestasti non

akademik siswa, catatan perkembangan fisik (berat

dan tinggi badan) dan lain-lain. Buku rapor juga

menjadi perhatian Peneliti untuk mengetahui

bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

ditulis sebagai laporan kepada pihak-pihak yang

memerlukan, terutama orang tua siswa.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam kegiatan ini Peneliti merangkum hasil

wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi

untuk mengambil data yang diperlukan yaitu

pemahaman subjek tentang pengertian

Pengembangan Diri dan kebijakan pemerintah

mengenai Pengembangan Diri, penyususan panduan

pelaksanaan Pengembangan Diri, pelaksanaan

Pengembangan Diri, dan kendala-kendala dalam

pelaksanaannya. Hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Konsepsi tentang Pengembangan Diri di

Sekolah

Program Pengembangan Diri dipahami oleh

subjek (guru dan kepala sekolah) dalam beberapa

versi yang berbeda. Guru dan kepala sekolah

masih belum memahami antara konsep

Pengembangan Diri dan cara-cara melakukan

Page 4: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

50

Pengembangan Diri. Hanya Pengawas Satuan

Pendidikan TK/SD (11%) yang sudah memahami

pengertian Pengembangan Diri sesuai yang

dimaksud dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun

2006 (KTSP). Beberapa pemahaman tersebut

tampak pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Pemahaman Responden terhadap Pengertian Pengembangan Diri

Pengembangan

Diri

Sesuai

KTSP

Sebagai Pembia-

saan

Sebagai Ekstra-

kurikuler

Sebagai Layanan

Konseling

f 2 6 10 0

Prosentase 11 33 56 0

Dari tabel di atas dapat diketahui

pemahaman respoden tentang konsep

Pengembangan Diri yaitu:

a. Pengembangan Diri dipahami sebagai kegiatan

yang sama dengan pembiasaan (istilah yang

digunakan KBK dimana KTSP pembiasaan

termasuk dalam kegiatan Pengembangan Diri

tidak terprogram). Sebanyak 33% subjek

mengatakan Pengembangan Diri sama dengan

pembiasaan yang merupakan aktivitas di

bawah bimbingan guru yang memungkinkan

terbentuknya perilaku siswa yang baik.

Aktivitas tersebut diantaranya adalah

kebiasaan mengucap salam, cium tangan,

Page 5: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

51

membuang sampah pada tempatnya,

pemeriksaan rambut, gigi dan kuku,

menggunakan WC dengan benar, melakukan

upacara bendera, senam bersama, berpakaian

bersih dan rapi, berbahasa yang baik dan

sopan, rajin membaca, dan lain-lain.

b. Pengembangan Diri adalah kegiatan

ekstrakurikuler saja. Sebagian besar sebanyak

56% subjek memahami Pengembangan Diri

sebagai kegiatan pengembangan bakat dan

minat siswa berupa kegiatan Pramuka, seni,

dan olah raga prestasi. Subjek dapat

menjelaskan sedikit mengapa kegiatan

tersebut masuk Pengembangan Diri. Beberapa

guru memandang bahwa olah raga masuk

dalam Pengembangan Diri karena banyak nilai

yang dapat diperoleh dengan kegiatan olah

raga prestasi. Misalnya melatih sportivitas,

kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, dsb.

Dalam kegiatan kepramukaan, juga banyak

kegiatan yang berkaitan pengembangan

kepribadian siswa, misalnya kejujuran,

kedisiplinan, toleransi, kerjasama, dsb.

Sementara di bidang seni membuat siswa

dapat menghargai keindahan, kebudayaan

orang lain, dan melatih kedisiplinan juga.

c. Tidak ada guru dan kepala sekolah (0%) yang

menyatakan layanan konseling termasuk

dalam Pengembangan Diri, akan tetapi mereka

Page 6: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

52

menyatakan bahwa layanan konseling

memang merupakan salah satu tugas guru

selain mengajar. Menurut mereka,

membimbing siswa memang salah satu tugas

pendidik (UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 39

ayat 2). Subjek kurang menyadari/memahami

bahwa salah satu cara Pengembangan Diri

siswa adalah dengan kegiatan Layanan

Konseling. Konsep layanan konseling seperti

dalam buku panduan Pengembangan Diri

belum dipahami dengan baik. Menurut hasil

wawancara, layanan konseling dipahami

sebagian besar subjek secara sempit. Mereka

berpendapat bahwa layanan konseling hanya

dalam hal memberikan nasehat serta teguran

terhadap siswa yang berkelakuan buruk.

Kegiatan semacam itulah yang dipahami

sebagai kegiatan konseling. Hal ini nampak

dari salah satu pernyataan responden sebagai

berikut:

“kalau yang namanya bimbingan konseling itu ya kegiatan guru dalam menasehati dan menegur siswa yang melanggar aturan di sekolah saja. Kesalahan siswa di rumah bukanlah tanggung jawab guru di sekolah. Jadi guru hanya bertanggung jawab atas perilaku siswa di sekolah saja”.

Dari pernyataan tersebut nampak sekali

pemahaman guru tentang fungsi dan tugas guru

sebagai guru bimbingan dan konseling di sekolah

Page 7: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

53

masih sangat terbatas, karena apa yang

dilakukan oleh guru baru merupakan salah satu

dari layanan konseling. Guru kelas belum

mampu melaksanakan kegiatan konseling

sebagaimana layaknya konselor seperti yang

dimaksud dalam buku Model dan Contoh

Pengembangan Diri di Sekolah Dasar (Puskur:

2007), yang meliputi layanan orientasi, layanan

informasi, layanan penempatan dan penyaluran,

layanan penguasaan konten, konseling

perorangan, konseling kelompok, konsultasi, dan

layanan mediasi serta kegiatan pendukung

berupa aplikasi instrumentasi, himpunan data,

konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan

kepustakaan, dan alih tangan kasus.

Diantara jenis-jenis layanan konseling

tersebut yang sudah dilaksanakan oleh guru

adalah kunjungan rumah. Kunjungan rumah

itupun hanya dilakukan sesekali ketika ada

masalah pada siswa yang dikunjungi. Misalnya

siswa tidak masuk beberapa hari tanpa ada ijin,

membuat kenakalan yang cukup serius di

sekolah, dan sebagainya.

Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten

Magelang tentang Pengembangan Diri siswa

sekolah dasar masih lebih banyak menekankan

Program Pengembangan Diri terprogram yang

berupa kegiatan ekstrakurikuler. Dukungan

tersebut nampak pada even-even yang berupa

Page 8: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

54

lomba pada bidang kepramukaan, olah raga dan

seni, serta bidang akademik seperti lomba

olimpiade sains dan matematika. Lomba di

bidang yang berkaitan dengan layanan konseling

belum pernah ada. Perhatian pemerintah daerah

untuk mendukung kegiatan layanan konseling,

seperti penyediaan konselor pada masing-masing

sekolah atau beberapa sekolah, atau sosialisasi

penyelenggaraan layanan konseling di sekolah

dasar sampai saat ini masih belum ada.

Kebijakan dalam pengembangan kegiatan

ekstrakurikuler di wilayah kabupaten Magelang

tersebut adalah dengan menyelenggarakan even-

even lomba pengembangan bakat minat peserta

didik. Dalam satu tahun ajaran, pemerintah

daerah menyelenggarakan berbagai even, yaitu

Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA meliputi

berbagai cabang olahraga), Festival dan Lomba

Seni Siswa Nasional (FLS2N yang meliputi Lomba

Menyanyi Tunggal, Lomba Pidato, Lomba Kriya

Anyam, dan Lomba Cipta Cerita Bergambar);

Lomba Cipta Seni Pelajar (meliputi Lomba Cipta

Baca Puisi, Lomba Cipta Seni Membatik, dan

Lomba Seni Lukis); Lomba Macapat, Geguritan,

Lomba Mapel (meliputi mapel Bahasa Indonesia,

IPA, Matematika dan Pengetahuan Umum);

Olimpiade Siswa Nasional (OSN meliputi mapel

IPA dan Matematika), Lomba Cerdas Cermat

(LCC); Lomba Cipta Karya Ilmiah; Lomba Tata

Page 9: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

55

Upacara; Pesta Siaga; Lomba Tingkat II (LT-II

Pramuka Penggalang); Lomba Siswa Teladan;

Lomba Mata Pelajaran Agama dan Seni Islami

(MAPSI) dan Lomba Dokter Kecil. Dari Dinas

Pariwisata Kabupaten Magelang,

menyelenggarakan Festival Gerak Lagu Dolanan

yang merupakan agenda rutin tiap tahun.

Untuk setiap lomba, pemerintah daerah

selalu menyertakan petunjuk pelaksanaan

(juklak) dan petunjuk teknis (juknis). Apabila

sekolah jeli dalam memperhatikan juklak dan

juknis tersebut, sebenarnya sekolah sudah bisa

membuat perencanaan program Pengembangan

Diri terutama untuk kegiatan ekstrakurikulernya.

Namun, yang dilakukan sebagian besar sekolah

dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis selama

ini adalah menyelenggarakan pembinaan dan

pelatihan menghadapi lomba (yang sebenarnya

merupakan salah satu kegiatan Pengembangan

Diri) apabila sudah ada undangan lomba di

tingkat kecamatan. Alhasil, siswa diorbitkan

secara mendadak. Siswa yang akan mengikuti

lomba dipilih/ditunjuk atas penilaian guru

bahwa siswa tersebut berbakat, dan pembinaan

juga hanya satu sampai dua minggu tergantung

berapa lama datangnya surat undangan lomba

dengan waktu pelaksanaan lomba.

Page 10: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

56

Kadangkala ada beberapa sekolah yang

beruntung menemukan siswa-siswa berbakat

baik dalam bidang akademik, keolahragaan

maupun di bidang seni. Apalagi dari rumah

sudah ada pembinaan (diikutkan les oleh orang

tuanya atau di masyarakat sekitar terdapat

wahana pengembangan bakat seperti adanya

perkumpulan seni atau adanya sarana prasarana

olahraga). Dengan waktu pembinaan yang relatif

singkat, sekolah sudah mampu melahirkan

juara-juara di tingkat kecamatan maupun di

tingkat lebih atas. Sayangnya keberuntungan ini

tidak selalu berpihak setiap tahun di sekolah

tersebut sehingga tidak setiap tahun bisa

melahirkan juara. Terdapat satu sekolah yang

sering menjadi langganan juara di berbagai

lomba. Hal ini bukan karena penyelenggaraan

program Pengembangan Diri yang baik, namun

lebih dikarenakan banyaknya sumber daya siswa

(jumlah siswanya banyak) yang memungkinkan

banyak pilihan siswa yang berpotensi. Selain itu,

keintensifan waktu pembinaan, dan kemampuan

sekolah menghadirkan pelatih ahli di bidangnya

sehingga mampu mendukung lahirnya juara-

juara pada masing-masing lomba.

Berdasarkan tanggapan pihak sekolah atas

kebijakan pemerintah berupa lomba-lomba

tersebut, nampak bahwa sekolah belum begitu

memandang penting atas Program Pengembangan

Page 11: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

57

Diri tersebut. Hal ini terlihat tidak adanya

rutinitas pembinaan di sebagian besar sekolah.

Sesungguhnya jika sekolah merasa bahwa

Pengembangan Diri itu penting bagi bekal siswa

dalam meniti kehidupan, penyelenggaraan tidak

harus ketika akan ada lomba saja, tetapi rutin

terprogram secara baik.

Ada juga guru yang menyatakan bahwa

keikutsertaan pada lomba-lomba yang diadakan

oleh pemerintah daerah karena adanya

keterpaksaan mengikuti. Pihak sekolah malu

karena dana BOS yang dapat untuk membiayai

kegiatan tersebut sudah tersedia. Dalam hal

persiapan lomba inipun tidak semua guru mau

menyiapkan secara serius karena keterbatasan

kemampuan, pengetahuan, waktu, dan fasilitas.

2. Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa di Sekolah Dasar

Menurut hasil penelitian sebagaimana

terlihat pada tabel di bawah ini, sekolah-sekolah

dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis rata-

rata telah melakukan Program Pengembangan

Diri yang tidak terprogram berupa kegiatan rutin:

upacara bendera, senam, keberaturan,

pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri,

sedangkan untuk ibadah khusus keagamaan

terutama bagi siswa dan guru muslim belum

semua SD melakukan karena keterbatasan

Page 12: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

58

sarana. Baru ada dua SD yang mempunyai

mushalla sendiri. Bagi yang belum memiliki,

biasanya memanfaatkan ruang di sekolah yang

kosong atau ke masjid terdekat. Untuk kegiatan

spontan dan keteladanan, semua SD sudah

melaksanakannya.

Tabel 3. Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri Tidak Terprogram

No Nama SD Rutin Spontan Keteladanan

1 Pakis V (sudah mempunyai

mushala)

V V

2 Bawang V (sudah

mempunyai

mushala)

V V

3 Rejosari V V V

4 Losari V V V

5 Wiropati V V V

6 Banyusidi V V V

7 Gejayan V V V

8 Krasak V V V

Kegiatan Pengembangan Diri tidak

terprogram sudah terlaksana karena konsep

kegiatan ini mudah dipahami, mudah

dilaksanakan, materinya menyangkut keseharian

anak, dan tidak membutuhkan dana yang besar.

Cukup dengan nasihat, teguran, keteladan guru

dan penyediaan fasilitas seperti tempat

pembuangan sampah, alat-alat kebersihan,

Page 13: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

59

slogan-slogan tertulis yang bisa dibuat baik oleh

siswa maupun guru, kegiatan tersebut sudah

bisa dilakukan.

Pengembangan Diri yang terprogram

membutuhkan perencanaan, penyelenggaraan,

penilaian, dan pengawasan yang cukup rumit

secara administratif maupun dalam

pelaksanaannya maka sebagian besar SD belum

melaksanakan dengan maksimal. Diantara

banyak kegiatan Pengembangan Diri yang

terprogram tersebut bagian yang dirasa oleh guru

dan kepala sekolah sulit dilaksanakan adalah

dalam penyusunan rencana program layanan

konseling dan ekstrakurikuler. Selama ini

memang sekolah telah diakui melaksanakan

kegiatan layanan konseling dan ekstra kurikuler,

tetapi kegiatan tersebut tidak diprogramkan

dengan baik, sekedar berjalan. Dari hasil

penelusuran atas pedoman salah satu

pelaksanaan program Pengembangan Diri, yaitu

pramuka belum ada jadwal program kerja secara

rinci. Memang buku pedoman pembinaan

kepramukaan sudah ada di masing-masing

sekolah tetapi jadwal pencapaian target-target

pada masing-masing kegiatan atau pertemuan,

tidak ada.

Adapun pelaksanaan kegiatan Program

Pengembangan Diri yang terprogram di wilayah

Dabin I Kecamatan Pakis adalah sebagai berikut:

Page 14: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

60

a. Pelaksanaan Layanan Konseling dan Layanan Kegiatan Pendukung Konseling

Hasil penelitian tentang layanan

konseling dan kegiatan pendukung konseling

di sekolah dasar di wilayah Dabin I Kecamatan

Pakis dibagi dalam empat hal yaitu

perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan

pengawasan.

1) Perencanaan

Dalam perencanaan kegiatan layanan

konseling, masih terbatas pada

pencantuman layanan dalam dokumen

KTSP. Dari 8 sekolah di Dabin 1

Kecamatan Pakis yang diteliti, perencanaan

program yang disusun secara tahunan,

semesteran, bulanan, dan mingguan,

bahkan sampai harian belum ada yang

menyusun. Akan tetapi semua sekolah

telah mencantumkan Pengembangan Diri

secara terjadwal pada masing-masing kelas

dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran

(termasuk di dalamnya ekstrakurikuler).

Menurut hasil wawancara, belum

tersusunnya program layanan konseling

tersebut dikarenakan belum adanya buku

pedoman pelaksanaan Pengembangan Diri

di sekolah dasar sehingga subjek belum

tahu dan belum mampu menyusun

Page 15: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

61

program Pengembangan Diri dengan baik.

Dari kenyataaan di atas nampak bahwa

sekolah belum mampu menyusun

perencanaan layanan konseling dan

kegiatan pendukungnya dengan baik.

Semua sekolah belum menyusun Satuan

Layanan (SATLAN), Satuan Pendukung

(SATKUNG) dan Laporan Pelaksanaan

Program (LAPELPROG) untuk layanan

konseling.

Para guru kelas selaku petugas

konseling hanya mempunyai semacam

laporan kegiatan bimbingan yang dibuat

sebagai salah satu syarat administrasi

kenaikan pangkat. Isinya berupa catatan

kegiatan pembimbingan yang dilakukan.

Kebanyakan catatan pembimbingan berisi

kenakalan siswa (misalnya menasehati

siswa berkelahi, suka mengganggu, tidak

mengerjakan PR). Beberapa SD membuat

laporan rutin kegiatan tiap bulan kepada

kepala sekolah, namun terdapat beberapa

SD yang membuatnya secara insidental,

kalau ingat saja dan dilaporkan kepada

kepala sekolah setahun sekali ketika

kenaikan kelas. Pada momen ini biasanya

para guru meminta tanda tangan kepala

sekolah untuk berbagai administrasi kelas

seperti daftar nilai, daftar kelas, buku

Page 16: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

62

bimbingan, buku laporan kenaikan/

kelulusan, dan lain-lain. Ini menunjukkan

kurangnya perhatian baik kepala sekolah

maupun guru akan pentingnya layanan

konseling.

2) Pelaksanaan

Meskipun tertulis dalam dokumen

KTSP dan pada jadwal kelas, pelaksanaan

Pengembangan Diri di sekolah sangat

beragam. Ada sekolah yang menggunakan

jam terjadwal untuk kegiatan akademik

yang lain, ada sekolah yang menggunakan

untuk kegiatan ekstra kurikuler saja,

sementara layanan konseling dilakukan

insidental pada saat menemukan siswa

bermasalah. Berdasarkan hasil wawancara,

penggunaan alokasi waktu Pengembangan

Diri terjadwal pada masing-masing sekolah

dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang dapat dilihat pada

tabel berikut.

Page 17: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

63

Tabel 4. Penggunaan Alokasi Waktu untuk Pengembangan Diri

dalam Jadwal Kelas

No Nama SD Alokasi

Waktu Penggunaan

1 Pakis 2 jp hari

Sabtu

Kegiatan

ekstrakurikuler

2 Bawang 2 jp hari

Sabtu

Kegiatan

ekstrakurikuler

3 Rejosari 2 jp hari

Sabtu

Kegiatan akademik,

kegiatan ekstra kalau akan lomba

saja

4 Losari 2 jp hari

Sabtu

Kegiatan akademik,

kegiatan ekstra

kalau akan lomba saja

5 Wiropati 2 jp hari

Sabtu

Kegiatan akademik,

kegiatan ekstra

kalau akan lomba saja

6 Banyusidi 2 jp hari Jumat

Kegiatan akademik, ekstra Pramuka

hari Jumat tapi di

luar jam reguler, ekstra yang lain

kalau akan lomba

saja

7 Gejayan 2 jp hari

Jumat

Kegiatan akademik,

kegiatan ekstra kalau akan lomba

saja

8 Krasak 2 jp hari

Sabtu

Kegiatan

ekstrakurikuler

Dari hasil wawancara dan

pengamatan di delapan sekolah dasar di

Page 18: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

64

wilayah Dabin I Kecamatan Pakis nampak

pelaksanaan konseling belum maksimal.

Realitas implementasi layanan Konseling di

SD di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis

jauh dari apa yang seharusnya bisa

diterapkan di tingkat pendidikan dasar.

Semua SD baru melaksanakan sebagian

dari bidang layanan konseling dan kegiatan

pendukung konseling. Layanan konseling

tersebut dilakukan oleh guru kelas

biasanya dalam bentuk bimbingan

individual dan klasikal. Layanan konseling

belum dilakukan secara rutin sesuai jadwal

yang ada, yaitu dua jam pelajaran

perminggu untuk Pengembangan Diri yang

dibagi dalam dua kegiatan yaitu layanan

konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.

Layanan konseling masih dilakukan

secara insidental ketika guru kelas

menemukan adanya permasalahan yang

terjadi pada seorang atau lebih siswanya,

misalnya siswa yang nilainya selalu jelek,

siswa yang suka mengganggu, siswa

berkelahi, dan lain-lain. Juga ketika siswa

menghadapi masa-masa penting seperti

saat penyesuaian atau adaptasi dengan

lingkungan dan teman yang baru, atau

ketika siswa memilih teknologi dan

informasi saat ini yang baik dan tepat

Page 19: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

65

untuk usia mereka (bimbingan pribadi-

sosial), ketika masa-masa menghadapi

ulangan atau ujian (bimbingan belajar)

serta masa-masa persiapan memilih

sekolah lanjutan yang sesuai (bimbingan

karier).

Dapat diambil kesimpulan bahwa

sesuai buku pedoman, berbagai jenis

layanan Konseling hampir semua sudah

dilaksanakan di sekolah dasar di wilayah

Dabin I Kecamatan Pakis akan tetapi

cakupan materi layanan konseling dan

intensitas pelayanannya belum maksimal.

Misalnya, pelaksanaan layanan orientasi

untuk kelas satu pada saat pertama masuk

sekolah sebagai usaha pengenalan

lingkungan dan adaptasi. Layanan

orientasi kelas I ini hanya dilakukan 1

sampai 3 hari saja pada hari-hari pertama

masuk. Materinya rata-rata hanya

pengenalan nama gurunya, letak kamar

kecil dan perkenalan sesama teman.

Sedangkan layanan penguasaan konten

pada jenjang kelas VI pada waktu

persiapan menjelang Ujian Akhir sekolah,

dengan les atau pelajaran tambahan agar

memiliki nilai yang baik sehingga dapat

memilih sekolah yang diinginkan.

Page 20: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

66

Untuk layanan kegiatan pendukung

konseling masih sebagian saja yang

terlaksana, seperti aplikasi instrumentasi

yang pernah dilakukan di SD-SD di wilayah

Dabin I Kecamatan Pakis adalah tes IQ. Tes

ini dilakukan oleh pihak luar sekolah,

namun kegiatan ini tidak dilaksanakan

secara rutin/berkala. Selain itu, terdapat

dua SD (itupun hanya pada kelas tertentu)

yang sudah melakukan tes sosiometri

setiap pergantian tahun ajaran. Hal ini

dapat dilihat pada papan pajangan yang

ada di dalam kelas. Himpunan data berupa

data masing-masing siswa (terdapat dalam

buku Daftar Kelas masing-masing guru)

sudah ada di semua sekolah. Kunjungan

rumah (sebagian kecil guru membuat buku

kunjung) juga merupakan kegiatan

pendukung yang sudah dilakukan hampir

di seluruh SD di wilayah Dabin I

Kecamatan Pakis. Untuk kegiatan

konferensi kasus, tampilan kepustakaan,

dan alih tangan kasus, belum ada SD yang

melakukan.

Pada setiap sekolah ditemukan buku

bimbingan dan konseling yang digunakan

untuk catatan pembimbingan terhadap

siswa. Dalam kenyataannya buku tersebut

terisi namun tidak rutin dan tidak untuk

Page 21: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

67

setiap siswa. Padahal, setiap siswa pasti

memiliki permasalahan meskipun

tingkatan kesulitan masalah yang mereka

hadapi berbeda-beda. Masih banyak guru

di sekolah dasar hanya memperhatikan

kemampuan akademik siswa tanpa melihat

latar belakang yang dimiliki siswa. Jika ada

siswa yang selalu mendapat nilai jelek,

yang dilakukan guru adalah melakukan

perbaikan nilai melalui remedial test atau

remedial teaching saja. Rata-rata guru di

wilayah Dabin I Kecamatan Pakis jarang

yang melakukan penelusuran terhadap

latar belakang atau penyebab masalah

siswa tersebut. Atau ketika guru

mengetahui latar belakang keluarga

seorang siswa yang bermasalah, bukan

layanan konseling yang dicoba untuk

diberikan oleh guru ataupun pihak sekolah

namun terkadang justru terkesan tidak

mau tahu atau tidak tahu tindakan apa

yang sebaiknya dilakukan.

Keterbatasan layanan konseling

terjadi karena guru kelas menyadari

kemampuannya yang terbatas sebagai guru

yang sekaligus bertugas sebagai

pembimbing atau petugas konseling. Guru

merasa belum mempunyai pengetahuan

yang cukup sebagai seorang konselor.

Page 22: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

68

Hampir semua guru mengusulkan adanya

guru khusus yang diangkat untuk hal

tersebut. Mereka juga mengusulkan

apabila kegiatan konseling harus ditangani

oleh guru kelas, pemerintah dihimbau

untuk mengadakan training atau workshop

yang cukup intensif tentang hal tersebut.

Dalam pada itu semua guru juga merasa

berat jika tugas tentang pembimbingan

layaknya konselor tersebut diserahkan

kepada mereka. Mereka mengusulkan agar

ada seorang guru bimbingan dan konseling

di setiap sekolah.

3) Penilaian

Untuk layanan konseling tersebut,

siswa tidak diberikan nilai. Temuan

menunjukkan bahwa memang semua SD di

Dabin I tersebut belum ada penilaian bagi

siswa peserta kegiatan. Tidak ada catatan

kemajuan/perkembangan siswa di masing-

masing sekolah. Di dalam rapor pun belum

ada penilaian untuk layanan konseling

seperti dicontohkan dalam buku panduan

Model dan Contoh Pengembangan Diri di

Sekolah Dasar terbitan Puskur tahun 2007.

Pada kolom penilaian Pengembangan Diri,

rata-rata kosong (tidak diisi). Hal ini

dikarenakan ketidaktahuan guru tentang

Page 23: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

69

cara menuliskan nilai layanan konseling

untuk siswa, dan memang dalam

memberikan layanan konseling, guru

belum melakukan penilaian terhadap siswa

yang dibimbing.

Hampir semua guru dan kepala

sekolah yang terpikir bagi siswanya adalah

bagaimana kegiatan di sekolah dapat

mendukung sedemikian rupa sehingga nilai

ujian akhir khususnya Ujian Nasional

adalah yang terbaik. Dengan kata lain, nilai

akademik masih tetap dipandang sebagai

hal terpenting oleh pihak guru atau kepala

sekolah. Hal ini nampak pada jawaban

salah satu guru atas pertanyaan peneliti

tentang tidak adanya nilai rapor pada

kegiatan Pengembangan Diri di sekolahnya.

“Memangnya harus diisi ya nilai Pengembangan Diri? Saya belum pernah mengisinya. Lha wong menghitung nilai pelajaran saja kalau pas membuat rapor sudah repot kok. Nggak usah ditambah kegiatan macam-macam. Yang penting nantinya anak-anak bisa lulus semua, kalau bisa ya dengan nilai yang baik.”

Penilaian atas pelaksanaan program

oleh kepala sekolah juga tidak pernah

dilakukan. Sebagian besar guru atau

kepala sekolah hampir tidak pernah

membicarakan layanan konseling yang

Page 24: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

70

diberikan kepada siswanya. Rata-rata

hanya membicarakan kenakalan atau

keistimewaan siswanya, akan tetapi tidak

sekaligus mencari solusi penanganannya.

Evaluasi terhadap keterlaksanaan program

layanan kurang diperhatikan. Hal ini

terbukti dari penyelenggaraan kegiatan

yang tidak begitu banyak perubahan dari

waktu ke waktu sehingga tidak nampak

perubahan perilaku pada siswa yang

mendapat layanan konseling.

4) Pengawasan

Kegiatan pengawasan terhadap

layanan konseling di semua SD di wilayah

Dabin I Kecamatan Pakis telah dilakukan

meskipun kurang intensif. Pengawasan

pelaksanaan layanan konseling dan

kegiatan pendukung koseling di sekolah

dasar dilakukan secara intern oleh Kepala

Sekolah dan ekstern oleh Pengawas Tk/SD.

Di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis,

pengawasan terhadap layanan konseling

secara langsung jarang dilakukan. Kepala

Sekolah maupun Pengawas biasanya hanya

membaca hasil laporan guru dalam buku

kegiatan bimbingan.

Page 25: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

71

b. Pelaksanaan Layanan Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler sebagai bagian

tak terpisahkan dari proses pembelajaran di

sekolah tentunya memerlukan dukungan dari

berbagai komponen. Anwar dalam

Hermansyah (2004) mengemukakan beberapa

komponen yang diperlukan dalam

pembelajaran yaitu (1) sumber daya manusia

(kepala sekolah, guru, tenaga administrasi,

dan siswa), (2) kurikulum dan bahan

pembelajaran, (3) sarana dan prasarana, (4)

alat bantu belajar, dan (5) sumber-sumber

pembiayaan operasional pendidikan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan

bahwa ketersediaan komponen-komponen

tersebut pada setiap sekolah beragam, namun

rata-rata sekolah dasar di wilayah Dabin I

Kecamatan Pakis dihadapkan pada empat

keterbatasan yaitu: (1) terbatasnya jumlah

guru pembina kegiatan ekstrakurikuler, (2)

terbatasnya kemampuan guru pembina dalam

menyusun program kerja ekstrakurikuler

secara sistimatis, (3) terbatasnya ruangan dan

fasilitas lainnya, dan (4) masih terbatasnya

anggaran dalam membiayai kebutuhan

operasional kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini

terlihat dalam hasil penelitian di bawah ini

yang dibagi dalam empat hal berikut ini.

Page 26: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

72

1) Perencanaan

Hasil kajian di Dabin I Kecamatan

Pakis menunjukkan bahwa dari 8 sekolah

dasar, baru terdapat 2 jenis kegiatan ekstra

yang dilakukan oleh sekolah. Kedua jenis

kegiatan ekstra tersebut adalah krida yang

bentuknya Pramuka, senam dan Paskibra,

serta latihan/lomba keberbakatan/prestasi

di bidang olahraga, seni dan keagamaan.

Hal ini disebabkan eleh keterbatasan

kemampuan guru dalam menerjemahkan

aspek-aspek kegiatan yang termasuk dalam

kegiatan ekstrakurikuler dan terbatasnya

jumlah dan kemampuan guru.

Diantara 8 SD tersebut, semua telah

menuliskan agenda pada kegiatan

ekstrakurikuler dengan baik. Jenis, bentuk

dan jadwal kegiatan telah dituangkan

dalam KTSP namun dalam pelaksanaannya

belum sepenuhnya dijalankan sesuai

dengan yang tertulis. Penjadwalan hanya

menyangkut penentuan hari saja,

sedangkan target-target operasional setiap

pertemuan, pelaksana, pembiayaan, dan

sarana-prasarana yang dibutuhkan belum

ditentukan oleh masing-masing sekolah.

Jadi, belum ada SD yang menyusun

program kerja operasional untuk masing-

masing kegiatan ekstrakurikuler.

Page 27: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

73

2) Pelaksanaan

Semua SD telah mengalokasikan

waktu khusus untuk kegiatan

ekstrakurikuler pada jam Pengembangan

Diri. Rata-rata di hari Sabtu dan ada yang

di hari Jumat. Pada hari tersebut terdapat

tiga SD yang telah menyelenggarakan

beberapa kegiatan ekstrakurikuler yaitu

drumband untuk kelas 4-6, latihan

keberbakatan /prestasi (renang, volley dan

bulu tangkis) untuk kelas 1- 6, latihan

paskibra, senam dan Pramuka. Sementara

itu, SD-SD yang lain mencantumkan waktu

khusus kegiatan ekstrakurikuler pada

jadwal namun belum melaksanakan sesuai

yang tercantum. Rata-rata hanya

melakukan kegiatan senam dan latihan

Paskibra yang setiap hari Senin selalu

digunakan untuk melaksanakan upacara

bendera. Kegiatan ekstra tersebut rata-rata

diampu oleh guru kelas maupun guru

mapel (olahraga dan agama), namun ada

dua SD yang sudah mengalokasikan dana

khusus untuk mendatangkan pelatih dari

luar yaitu pelatih drumband dan pelatih

Pramuka.

Untuk jenis kegiatan ekstrakurikuler

yang lain seperti karya ilmiah dan

seminar/lokakarya/pameran/bazaar belum

Page 28: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

74

ada SD di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis

yang menyelenggarakannya. Hal ini

dikarenakan keterbatasan guru dan kepala

sekolah dalam memahami konsep jenis

kegiatan tersebut. Misalnya, Guru dan

Kepala Sekolah belum memahami secara

mantap tentang kegiatan karya ilmiah dan

seminar/lokakarya/pameran/bazaar apa

yang bisa dilakukan dan cocok untuk anak

Sekolah Dasar. Di samping itu juga karena

keterbatasan kemampuan guru dan kepala

sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan

tersebut.

Khusus ekstra Pramuka sebagai

kegiatan ekstra wajib, ada empat SD yang

sudah melaksanakan secara rutin terlepas

apakah akan ada lomba atau tidak di

bidang tersebut. Sementara, 4 SD yang lain

masih melaksanakan secara insidental.

Kegiatan ini biasanya dilakukan pihak

sekolah manakala ada undangan mengikuti

kegiatan lomba, baik tingkat kecamatan

atau kabupaten. Kegiatan lomba ini

biasanya diadakan pada bulan Januari

untuk lomba pesta Siaga, dan bulan

Agustus untuk Lomba Tingkat II

Penggalang.

Page 29: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

75

Tiap tahun di masing-masing SD

selalu mampu meraih prestasi dalam even-

even lomba. Ada yang baru mencapai

tingkat kecamatan, namun ada yang sudah

sampai di tingkat propinsi. Kenyataan ini

sangat kontras dengan pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler yang belum

maksimal. Ternyata, sebagian besar SD

mampu berprestasi karena untuk

menghadapi lomba, sekolah memilih

beberapa siswa berbakat untuk dilatih

secara intensif. Oleh karena hanya siswa-

siswi tertentu saja yang mendapat

pelatihan, tentu saja ini merugikan bagi

sebagian besar siswa di sekolah tersebut

karena mereka tidak terlayani bakat dan

minatnya.

Dalam mencapai kemenangan,

sekolah juga menjalankan strategi dengan

membidik cabang-cabang lomba mana yang

sekiranya dapat diraih kejuaraannya.

Terbukti di almari kantor masing-masing

sekolah terpajang piala-piala hasil lomba

siswa-siswinya, sedangkan piagam-piagam

hanya berupa foto-kopinya karena yang asli

diberikan kepada siswa bersangkutan.

Prestasi siswa-siswi di masing-masing

sekolah dicatat dalam buku catatan

prestasi sekolah. Seluruh SD di wilayah

Page 30: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

76

Dabin I Kecamatan Pakis telah membuat

buku tersebut karena dibutuhkan dalam

akreditasi.

Sebagian besar sekolah dasar di

wilayah Dabin I Kecamatan Pakis masih

belum mengalokasikan dana khusus

penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler.

Baru dua SD yang menganggarkan untuk

pembiayaan kegiatan ekstrakurikuler. SD-

SD yang lain hanya menganggarkan dana

transportasi dan akomodasi lomba.

Tabel 5. Pembiayaan Kegiatan Ekstrakurikuler

No Nama SD Alokasi Dana Penggunaan

1 Pakis Menganggarkan

Honor pelatih, biaya kegiatan

rutin, sarana

prasarana, transportasi

dan akomodasi

lomba

2 Bawang Menganggarkan

Honor pelatih,

biaya kegiatan rutin, sarana

prasarana,

transportasi dan akomodasi

lomba

3 Rejosari Menganggarkan transportasi

dan akomodasi

lomba

4 Losari Menganggarkan transportasi

dan akomodasi lomba

Page 31: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

77

No Nama SD Alokasi Dana Penggunaan

5 Wiropati Menganggarkan transportasi dan akomodasi

lomba

6 Banyusidi Menganggarkan

transportasi

dan akomodasi

lomba

7 Gejayan Menganggarkan transportasi

dan akomodasi lomba

8 Krasak Menganggarkan transportasi

dan akomodasi

lomba

Anggaran biaya untuk sarana dan

prasarana kegiatan ekstrakurikuler

biasanya menjadi satu dengan anggaran

untuk pembelajaran di kelas. Misalnya,

peralatan olahraga. Biasanya alat olahraga

digunakan untuk pembelajaran dan juga

untuk sarana kegiatan ekstrakurikuler.

Meskipun jenis alatnya lengkap, namun

kurang dalam jumlah. Rasio jumlah alat

dengan jumlah siswa tidak sebanding. Hal

ini menunjukkan bahwa alokasi dana yang

tersedia untuk kegiatan ekstrakurikuler

masih terbatas, belum teranggar secara

maksimal.

3) Penilaian

Untuk kegiatan ekstrakurikuler

tersebut, siswa tidak diberikan nilai untuk

Page 32: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

78

kegiatan wajib atau kegiatan pilihan/

fakultatif. Temuan menunjukkan bahwa

memang semua SD di Dabin I tersebut

belum ada penilaian bagi siswa peserta

kegiatan. Untuk penilaian keikutsertaan

siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler

maupun catatan kemajuan siswa di

masing-masing sekolah, belum ada. Di

dalam rapor pun belum ada penilaian

untuk Pengembangan Diri seperti

dicontohkan dalam buku panduan Model

dan Contoh Pengembangan Diri di Sekolah

Dasar terbitan Puskur tahun 2007. Pada

kolom penilaian Pengembangan Diri, rata-

rata kosong (tidak diisi) sebagaimana

penilaian layanan konseling. Hal ini juga

dikarenakan ketidaktahuan guru tentang

cara menuliskan nilai Pengembangan Diri,

dan memang dalam menyelenggarakan

Pengembangan Diri siswa belum dinilai.

4) Pengawasan

Pengawasan dilakukan oleh guru

kelas (jika pelatih dari luar sekolah) dan

kadang-kadang oleh kepala sekolah secara

langsung terhadap keikutsertaan siswa

dalam kegiatan ekstrakurikuler. Guru dan

kepala sekolah mengamati langsung

jalannya kegiatan, namun tidak ada tindak

Page 33: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

79

lanjut yang memungkinkan terjadi

peningkatan mutu layanan maupun mutu

prestasi. Kalaupun ada, hanya dalam hal

mengintensifkan kegiatan pelatihan jika

akan ada lomba. Hal ini dikarenakan

keterbatasan dana untuk membiayai

kegiatan ekstrakurikuler dan keterbatasan

sarana maupun fasilitas yang mendukung.

3. Kendala-kendala dalam Penyelenggaraan Pengembangan Diri di Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat

kendala-kendala dalam penyelenggaraan program

Pengembangan Diri yang meliputi pemahaman

terhadap konsep Pengembangan Diri,

penyusunan program, dan pelaksanaan program.

Kendala-kendala tersebut adalah:

- Tidak adanya panduan pelaksanaan Program

Pengembangan Diri di sekolah di wilayah

Dabin I Kecamatan Pakis, sehingga baik

Kepala Sekolah maupun guru hanya

melaksanakan kegiatan Pengembangan Diri

sesuai pengetahuan mereka masing-masing.

- Kurangnya sosialisasi tentang bagaimana

pelaksanaan Pengembangan Diri. Sementara

untuk pembelajaran (mapel dan mulok) lebih

sering diberikan.

Page 34: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

80

- Sebagian besar guru tidak memandang

penting program Pengembangan Diri secara

rutin tetapi lebih mementingkan kegiatan

akademik.

- Guru dan Kepala Sekolah merasa beban

mengajar dan administrasi sudah terlalu

banyak sehingga tidak merasa penting untuk

menyusun program Pengembangan Diri.

- Orientasi Pengembangan Diri (khususnya

kegiatan ekstrakurikuler) masih pada

kepentingan sekolah belum memihak kepada

siswa. Kegiatan tidak rutin pun telah

membuahkan hasil (prestasi dalam lomba),

sehingga sekolah-sekolah merasa kurang

perlu bersusah payah menyelenggarakan

Pengembangan Diri dengan baik. Alhasil,

siswa tidak terbina dengan baik, atau hanya

siswa-siswa tertentu saja yang memperoleh

pembinaan.

- Sekolah terkendala dalam menentukan jenis

kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai, tenaga

pembimbing, juga sarana prasarana. Sekolah

juga merasa repot apabila mengelola kegiatan

ekstrakurikuler yang terlalu banyak sesuai

bakat dan minat siswa.

- Sekolah belum mampu menganggarkan dana

untuk berbagai kegiatan Pengembangan Diri

secara rutin, tetapi untuk kegiatan insidental

dianggarkan.

Page 35: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

81

Dari hasil penelitian di atas, tentang

pemahaman konsep Pengembangan Diri yang

beragam, kebijakan pemerintah yang baru

mendukung pada salah satu jenis kegiatan

Pengembangan Diri, keberagaman pelaksanaan

Pengembangan Diri pada masing-masing sekolah

serta kendala-kendala dalam pelaksanaan

Pengembangan diri, ternyata penyebab paling

mendasar adalah tidak adanya buku pedoman di

masing-masing sekolah dan kurangnya sosialisai

tentang penyelenggaraan Pengembangan Diri dari

pemerintah sampai ke tingkat sekolah.

Oleh karena itu, para guru dan kepala

sekolah diharapkan proaktif mencari buku

pedoman pelaksanaan Pengembangan Diri, bisa

dengan cara mengunduh di internet. Pemerintah

sebaiknya mensosialisasikan pelaksanaan

Pengembangan Diri sampai kepada pelaku di

sekolah (dalam hal ini, guru) agar guru

mempunyai pemahaman yang benar tentang

Pengembangan Diri sehingga mampu

melaksanakannya dengan baik sesuai pedoman.

Dengan pelaksanaan Pengembangan Diri yang

baik diharapkan dapat dihasilkan siswa-siswa

yang mempunyai bekal baik akdemis maupun

non-akademis serta keterampilan hidup dalam

menjalani kehidupan di masyarakat. Sekolah

juga secara proaktif mau memanfaatkan

lingkungan sekitar secara optimal dalam rangka

Page 36: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/5/T2... · menyusun pedoman wawancara, ... bagaimana penilaian Pengembangan Diri siswa

82

mendukung pelaksanaan Pengembangan Diri

siswa karena keterbatasan-keterbatasan yang

dimilikinya. Agar pelaksanaan Pengembangan

Diri berjalan maksimal, tidak hanya insidental,

diharapkan adanya peningkatan pengawasan dan

perhatian dari pihak pemerintah atau penentu

kebijakan.