bab iv papsa

16
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1 Hasil Percobaan Uji Koloni No . Jenis Media Jumlah Koloni Rata- Rata Jumlah Total Terbanyak Tersediki t 1. PDA 30 3 16,5 10.491. 525 2. Agar + Gula 4 1 2,5 1.589.6 25 3. Agar 2 1 1,5 953.775 Tabel 4.2 Hasil Percobaan Uji Desinfektan Air Jeruk Nipis No . Konsentrasi Desinfektan (% Volume) Radius Rata-Rata (cm) Terjauh (cm) Terdekat (cm) 1. 10 % 4,5 1 2,75 2. 50 % 5 0,3 2,65 3. 80 % 3,3 0,1 1,7 IV.2 Pembahasan IV.2.1 Hubungan Antara Jenis Media Terhadap Jumlah Koloni Total

Upload: dea-arum

Post on 26-Sep-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

papsa

TRANSCRIPT

BAB IVHASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASANIV.1 Hasil PercobaanTabel 4.1 Hasil Percobaan Uji KoloniNo.Jenis MediaJumlah KoloniRata-RataJumlah Total

TerbanyakTersedikit

1.PDA30316,510.491.525

2.Agar + Gula412,51.589.625

3.Agar211,5953.775

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Uji Desinfektan Air Jeruk NipisNo.Konsentrasi Desinfektan(% Volume)RadiusRata-Rata(cm)

Terjauh (cm)Terdekat (cm)

1.10 %4,512,75

2.50 %50,32,65

3.80 %3,30,11,7

IV.2 PembahasanIV.2.1 Hubungan Antara Jenis Media Terhadap Jumlah Koloni Total

Gambar 4.1 Diagram Hubungan Antara Jenis Media Terhadap Jumlah Koloni TotalBerdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa jenis media yang berbeda akan menghasilkan jumlah koloni yang berbeda. Pada diagram tersebut jumlah total koloni terbanyak terdapat pada media PDA yaitu sebanyak 10.491.525, setelah itu diikuti oleh media agar + gula dengan jumlah total koloni sebanyak 1.589.625, dan yang paling sedikit adalah media agar dengan jumlah total koloni sebanyak 953.775.Perbedaan hasil jumlah total koloni pada berbagai media tersebut dipengaruhi oleh nutrien yang terkandung dalam masing-masing media. Ketiga media yang digunakan dalam percobaan memiliki kandungan yang berbeda-beda. Media yang pertama yaitu PDA atau Potato Dextrose Agar merupakan media yang terbuat dari potato infusion, dextrose, dan agar. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam media PDA ini cukup lengkap untuk mencukupi kebutuhan nutrisi mikroorganisme. PDA mengandung karbohidrat yang berasal dari kentang, gula dekstrosa, dan juga mineral-mineral seperti besi, kalsium, dan fosfor serta lemak yang berasal dari agar. Media yang kedua yaitu Agar + Gula kandungan nutrisinya yaitu gula, dan sedikit lemak, mineral kalsium, besi, fosfor yang berasal dari agar-agar. Sedangkan media terkhir kandungan nutrisinya hanya sedikit lemak, mineral kalsium, besi, fosfor yang berasal dari agar-agar tanpa adanya karbohidrat sebagai sumber energi. Jika tinjau dari kandungan nutrisi yang terkandung di dalam medianya maka percobaan yang kami lakukan sesuai karena pada media PDA memiliki jumlah koloni yang paling banyak dan media agar memiliki jumlah koloni paling sedikit.(Anonim, 2012)(Godam, 2012)

IV.2.2 Perbandingan Kualitas Air PDAM Pudak Payung Terhadap Baku Mutu Air MinumBerdasarkan peraturan menteri kesehatan NO 492/MENKES/PER/IV/2010 jumlah koloni yang diizinkan dalam setiap 100 ml air minu adalah 0. Sehingga jika dibandingkan dengan peraturan tersebut air PDAM yang kami uji tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum.Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu dari sumber air berasal. Air yang kami gunakan dala percobaan ini berasal dari daerah Kelurahan Pudakpayung, Kabupaten Banyumanik, Semarang. Jika dilihat dari kondisi wilayahnya Kelurahan Pudakpayung merupakan wilayah yang padat penduduk. Data dari BPS Kota Semarang menunjukkan bahwa kepadatan penduduk Kelurahan Pudakpayung memiliki kepadatan penduduk 5.309 jiwa per kilometer persegi. (BPS Semarang, 2012). Undang-undang Nomor:56/PRP/1960 membagi empat klasifikasi kepadatan penduduk, yaitu tidak padat dengan tingkat kepadatan 1 50 jiwa/ km2, kurang padat antara 51 250 jiwa/ km2, cukup padat 251 400 jiwa/ km2, dan sangat padat dengan tingkat kepadatan lebih besar dari 401 jiwa/km2 (Bappeda Kota Kupang). Berdasarkan klasifikasi tersebut maka Kelurahan Pudakpayung termasuk wilayah yang sangat padat. Imbas dari kepadatan penduduk adalah tingginya aktivitas rumah tangga didaerah tersebut. Aktivitas rumah tangga yang tinggi mengakibatkan jumlah limbah yang dihasilkan juga tinggi. Dampak limbah rumah tangga ini juga akan berpengaruh pada kondisi sumber air di wilayah tersebut. (Hartiyono, 2014)Penyebab lain dari tingginya jumlah koloni pada air yang kami uji adalah pada proses pengambilan sampel dan proses pengujian sampel yang kami lakukan kurang memenuhi kondisi aseptis. Sehingga dimungkinkan masuknya mikroorganisme yang berasal dari lingkungan melalui media udara. Akibatnya jumlah koloni di dalam air yang kami uji meningkat.

IV.2.3 Pengaruh Konsentrasi Desinfektan (Jeruk Nipis) Terhadap Radius Pertumbuhan Mikroorganisme

Gambar 4.2 Diagram Hubungan Antara Konsentrasi Desinfektan (Jeruk Nipis) Terhadap Radius Pertumbuhan MikroorganismeBerdasarkan diagram di atas diketahui bahwa pada konsentrasi desinfektan (jeruk nipis) 10 % mikroorganisme tumbuh pada radius yang paling jauh dan pada konsentrasi desinfektan (jeruk nipis) 80 % mikroorganisme tumbuh pada radius yang paling dekat. Berdasarkan Disinfektanadalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinyainfeksiatau pencemaran olehjasad renikatauobatuntuk membasmi kuman penyakit. Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuhmikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan. Dalam praktikum ini, desinfektan yang digunakan adalah jeruk nipis. Secara teori, konsentrasi desinfektan berbanding lurus dengan peningkatan efektivitas dalam meminimalisasi mkroorganisme. Namun berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, didapatkan data bahwa semakin besar konsentrasi desinfektan maka tingkat radius pertumbuhan mikroorganisme semakin dekat. Penyimpangan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantara beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang digunakan untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad renik, konsentrasi zat antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan sekitar (Pratiwi, 2008). Berdasarkan teori, ketidak efektifan desinfektan disebabkan oleh beberapa hal diataranya adalah jumlah mikroorganisme, semakin banyak jumlah mikroorganisme yang ada maka semakin banyak pula waktu yang diperlukan untuk membunuhnya. Suhu, kenaikan suhu dapat meningkatkan keefektifan atau disinfektan atau bahanmikrobial. Halini disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme melalui reaksi kimia dan laju reaksi kimia dapat dipercepat dengan meninggikan suhu. Spesies Mikroorganisme, spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap suatu bahan kimia tertentu. Adanya Bahan Organik, adanya bahan organik asing dapat dapat menurunkan keefektifan zat kimia antimikrobial dengan cara menonaktifkan bahan kimia tersebut. Adanya bahan organik dalam campuran zat antimikobial dapat mengakibatkan penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk produk yang tidak bersifat antimikrobial, penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik menghasilkan suatu endapan sehingga antimikrobial tidak mungkin lagi mengikat mikroorganisme, Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu pelindung yang akan mengganggu kontak antar zat antimikrobial dengan sel. Keasaman (pH) atau Kebasaan (pOH), Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi pada suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan mikroorganisme yang hidup pada pH basa. Pada Praktikum ini, faktor yang mempegaruhi adalah kondisi pH. Salah satu bakteri yang mungkin terdappat di PDAM adalah bakteri Escherichia coli, dimana Escherichia colidapat tumbuh pada ph optimum berkisar 7,2-7,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada desinfektan yang berkonsetrasi 50% dan 80% berada pada pH antara 2 - 4 sehingga desinfektan yang digunakan bersifat asam. Oleh karena itu, dengan penambahan konsentrasi akan membuat suasana menjadi lebih asam. ( Dwidjoseputro D. 1998; Gani A. 2003)

IV.2.4 Jenis Jenis Desinfektan AlamiSelain jeruk nipis seperti yang kami gunakan pada percobaan ini, masih ada beberapa desinfektan alami lainnya. Berikut diantaranya:1. Daun SirihBerdasarkan penelitian yang dilakukan oleh achmad dan Ido Suryana mengenai pengujian aktivitas ekstrak daun sirih terhadap Rhizoctonia sp. Secara in vitro disimpulkan bahwa adanya penghambatan terhadap koloni Rhizoctonia sp menunjukan bahwa senyawa pada ekstrak daun sirih mampu merusak jaringan dan mengaibatkan kerusakan struktur hifa. Menurut Andarwulan dan Nuri (2000), semakin banyak fenol maka aktifitas antioksidan akan semakin meningkat. Adanya penghambatan terhadap pertumbuhan Rhizoctonia sp. Diduga karena adanya fenol sebagai zat anti mikroba yang terdapat dalam ekstrak daun sirih telah merusak dinding sel fungi Rhizoctonia sp., sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur menjadi lambat. Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih diantaranya adalah minyak atsiri, hidroksikavicol, dan kavi-col. Karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan.

2. Bawang Putih Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Seorang peneliti yang berasal dari Universitas Saarbruecken, Jerman menyebutkan bahwa tujuan utama dari penelitian ekstrak bawang putih itu adalah untuk melihat aktivitas senyawa organo-sulfur dari bawang putih dan senyawa analog untuk aplikasi pada bidang pertanian sebagai green pesticides (pestisida alami). Sebagaimana diketahui, bawang putih dan bawang merah telah lama digunakan sebagai obat rakyat karena bersifat antimikrobial, antijamur, dan sebagai desinfektan. Uji laboratorium menunjukkan bahwa tanaman ini kaya akan kandungan senyawa sulfur seperti Alliin, Allicin, dan beberapa senyawa polisulfan lainnya. Senyawaan ini telah diketahui menunjukkan reaktivitas yang tinggi terhadap berbagai jenis penyakit seperti kanker dan kecenderungannya sebagai fitoprotektan dan pestisida alami, kata Zulkarnain mengutip sang peneliti.3. Residu Minyak pinus Getah pohon pinus yang diolah melalui proses penyulingan akan menghasilkan minyak pinus yang dinamakan pine oil. Residu dari minyak pinus atau pine oil disebut arpus / gondorukem / gumrosin / siongka.Berbeda dengan pine oil yang berupa cairan beraroma pinus, arpus bentuknya mirip bongkahan batu berwarna coklat kekuning-kuningan dan mudah pecah. Arpus inilah sebagai bahan utama sekaligus sebagai bahan aktif pembuatan karbol atau kreolin. Arpus mengandung desinfektan yang cocok untuk menjadi bahan pembersih lantai sekaligus pembunuh kuman, bakteri dan jamur sehingga kita terhindar dari penyakit. Minyak pinus (pine oil) juga berfungsi sebagai desinfektan dan juga sebagai antiseptik.(anonim, 2012)(anonim, 2013)

DAFTAR PUSTAKADwidjoseputro D. 1998. escherichia-coli. https://nillaaprianinaim.wordpress.com/2011/06/25/escherichia-coli/. Diakses tanggal 27 maret 2015Pratiwi.2008. faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas desinfektan http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41046/Chapter%20II.pdf;jsessionid=22A8C9EA930D09CDF5CCAA9D4138447A?sequence=4. tanggal 27 maret 2015Anonim.2012.jeruk nipis sebagai desinfektan alami http://penelitian.unair.ac.id/artikel/d22ad6f05a6d76e254763ca0426b4864_Unair.pdf.diakses tanggal 27 maret 2015Anonim.2013.Manfaat alami bawang putih. http://fmipa.unsyiah.ac.id/new/ditemukan-pestisida-alami-dari-ekstrak-bawang-putih/. Diakses tanggal 27 maret 2015

BAB IVHASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASANIV.1 Hasil PercobaanTabel 4.1 Hasil Percobaan PSANo.Jenis MediaJumlah JamurGambar

1.PDABanyak

2.Agar + GulaSedang

3.AgarSedikit

IV.2 PembahasanIV.2 .1 Pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan mikrobaJamur (dalam praktikum ini adalah Penicilium expansum) membutuhkan berbagai nutrisi untuk tumbuh diantaranya Air, funsi air adalah sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme. Sumber karbon, Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Sumber mineral, Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P. unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Sumber nitrogen, Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis medianya.

Dalam praktikum ini, jamur penicilium lebih banyak tumbuh pada media PDA dibanding media lain yaitu agar agar, dan agar agar + gula.Hal ini disebabkan karena media PDA mengandung lebih banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba. PDA atau Potato Dextrose Agar merupakan media yang terbuat dari potato infusion, dextrose, dan agar. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam media PDA ini cukup lengkap untuk mencukupi kebutuhan nutrisi mikroorganisme. PDA mengandung karbohidrat yang berasal dari kentang, gula dekstrosa, dan juga mineral-mineral seperti besi, kalsium, dan fosfor serta lemak yang berasal dari agar. Media yang kedua yaitu Agar + Gula kandungan nutrisinya yaitu gula, dan sedikit lemak, mineral kalsium, besi, fosfor yang berasal dari agar-agar. Sedangkan media terkhir kandungan nutrisinya hanya sedikit lemak, mineral kalsium, besi, fosfor yang berasal dari agar-agar tanpa adanya karbohidrat sebagai sumber energi. Jika tinjau dari kandungan nutrisi yang terkandung di dalam medianya maka percobaan yang kami lakukan sesuai karena pada media PDA terdapat jamur yaang paling banyak dibanding media lain.

2. Perbandingan Penicilium Praktis dan teoritis

Gambar 2b.1 jamur praktis

Gambar 2b.2 jamur teoritis

Pada gambar penicilium expansum teoritis terlihat, jamur yang berbentuk hifa yang tersusun memanjang dengan sporanya yang berbetuk bulat. Sedangkan pada gambar praktis hanya terlihat lingkaran lingkaran gelap. Waktu inkubasi yang dibutuhkan jamur penicilium sp. Adalah 35-40 jam sehingga waktu 2 hari selama praktikum cukup bagi jamur ini untuk menghasilkan spora. Pada gambar praktis yang terlihat hanya berupa spora dari penicilium expansum.

Daftar pustaka al mairah, Nrumayanti.2013. Makalah nutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme. https://queenuya.wordpress.com/2013/10/30/makalahnutrisi-untuk-pertumbuhan-mikroorganisme/. Diakses 29 maret 2015