17. bab iv

20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan terhadap hasil penelitian yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang dilakukan sehingga diperoleh suatu kesimpulan berkenaan dengan hipotesis yang diajukan pada bab sebelumnya. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI IPA SMA Negeri 19 Garut. Pengolahan data kuantitatif kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan hasil Pre-test (tes awal) dan Post-test (tes akhir). A. Hasil Penelitian 1. Data Pre-test (Tes Awal) a. Deskripsi Data Hasil Tes Awal Untuk mengetahui bahwa kedua kelompok ini memiliki kemampuan awal yang relatif sama atau berbeda, serta untuk mengetahui sejauh mana kompetensi awal yang dimiliki siswa, pada masing-masing kelompok tersebut diberikan soal Pre-test. 50

Upload: teguh-panji

Post on 12-Apr-2017

177 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 17. bab iv

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan pembahasan terhadap hasil penelitian yang

diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang dilakukan sehingga diperoleh

suatu kesimpulan berkenaan dengan hipotesis yang diajukan pada bab

sebelumnya. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif hasil

tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI IPA SMA Negeri

19 Garut. Pengolahan data kuantitatif kelas eksperimen dan kelas kontrol

berdasarkan hasil Pre-test (tes awal) dan Post-test (tes akhir).

A. Hasil Penelitian

1. Data Pre-test (Tes Awal)

a. Deskripsi Data Hasil Tes Awal

Untuk mengetahui bahwa kedua kelompok ini memiliki kemampuan awal

yang relatif sama atau berbeda, serta untuk mengetahui sejauh mana kompetensi

awal yang dimiliki siswa, pada masing-masing kelompok tersebut diberikan soal

Pre-test.

Data hasil pretest kelas eksperimen diperoleh dari 35 siswa. Rata- rata skor

pretest untuk kelas eksperimen adalah 26,83 dengan skor terendah 16 dan skor

tertinggi 44.

Sementara itu, untuk data pretest kelas kontrol diperoleh dari 36 siswa.

Rata- rata skor pretest untuk kelas kontrol adalah 21,67 dengan skor terendah 9

dan skor tertinggi 40.

50

Page 2: 17. bab iv

51

Berikut ini disajikan analisis statistik deskriptif data skor Pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Data Tes Awal

Kelompok Jumlah Peserta

Skor Ideal

Skor Maksima

l

Skor Minima

l

Rata-rata

Standar

Deviasi

CPS 35 100 44 16 26.83 7.76

Konvensional 36 100 40 9 21.67 8.05

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa rata-rata skor pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah 26,83 dan 21,67 , terlihat

memiliki perbedaan selisih yang cukup jauh, sehingga sekilas terlihat bahwa

terdapat perbedaan kemampuan awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tetapi hasil ini tetap harus diuji kembali dengan pengujian statistik. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat di lampiran D.1.

b. Analisis Data Hasil Tes Awal

1) Uji Normalitas

Dalam uji normalitas data hasil penelitian ini, peneliti menggunakan uji

Chi-Kuadrat. Hal ini disebabkan data disajikan dalam bentuk interval. Kemudian

berdasarkan hasil uji normalitas seperti yang diuraikan pada lampiran, ternyata

diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 3: 17. bab iv

52

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Data Pre-test (tes awal)

Tes Awal Nilai χ2

Kriteria

CPS 11.06 7.82 Tidak Normal

Konvensional 4.35 7.82 Normal

Berdasarkan perhitungan, diperoleh 2hitung kelas eksperimen dan kelas

kontrol masing-masing adalah 11,06 dan 4,35. Sedangkan 2tabel kelas eksperimen

dan kelas kontrol dengan derajat kebebasan 5 % adalah 7,82. Dengan demikian,

karena 2hitung > 2

tabel, maka data tes awal kelas eksperimen tidak berdistribusi

normal dan kelas kontrol berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat di lampiran.

Karena sebaran data kelas eksperimen tidak berdistribusi normal dan kelas

kontrol berdistribusi normal, maka pengujian perbedaan rata-rata dilakukan

dengan Uji Mann Whitney.

2) Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney data pre-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

dihitung dengan menggunakan uji z dengan taraf signifikansi 5 %. Dari hasil

perhitungan diperoleh data sebagai berikut :

χ2

hitung χ2

tabel

Page 4: 17. bab iv

53

Tabel 4.3

Hasil Uji U Mann-Whitney Data Pre-test

Nilai U μu ∑T δ u Zhitung Ztabel

862 630 146,5 86,73 2,73 1,96

Dari tabel di atas maka Zhitung = 2,73 > Ztabel= 1,96. dengan kata lain Zhitung

tidak berada diantara batas interval -1,96 dan 1,96 maka Zhitung berada di daerah

penolakan Ho dan berada di daerah penerimaan Ha. Maka rata-rata kemampuan

awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak sama (terdapat

perbedaan). Dan dilihat dari rata-rata nilai kelas eksperimen yaitu 26,83 dan kelas

kontrol yaitu 21,67 maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal kelas

eksperimen berbeda dengan kemampuan awal kelas kontrol Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.1.

Karena dari analisis data hasil tes awal terdapat perbedaan rata-rata, maka

selanjutnya dilakukan analisis data gain ternormalisasi.

2. Data Gain Ternormalisasi

a. Deskripsi Data Gain

Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar matematika siswa, maka kedua

kelas (eksperimen dan kontrol) diberi tes akhir atau Post-test, dan setelah itu

dihitung gain ternormalisasinya. Berikut ini disajikan analisis statistik deskriptif

data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Page 5: 17. bab iv

54

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Data Gain

Kelompok Jumlah Peserta

Skor Ideal

Gain Maksima

l

Gain Minima

l

Rata-rata

Standar

Deviasi

CPS 35 1.000 1.000 0.366 0.571 0.151

Konvensional 36 1.000 1.000 0.100 0.459 0.184

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa rata-rata skor kelas eksperimen dan

kelas kontrol masing-masing adalah 0,571 dan 0,459. Sedangkan standar deviasi

yang diperoleh masing-masing kelas tersebut adalah 0,151 dan 0,184. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat di lampiran D.2.

b. Analisis Data Gain

1) Uji Normalitas

Tabel 4.5Hasil Uji Normalitas Data Gain

Gain Nilai χ2

Kriteria

CPS 15.50 7.82 Tidak Normal

Konvensional 28.80 7.82 Tidak Normal

Berdasarkan perhitungan, diperoleh 2hitung kelas eksperimen dan kelas

kontrol masing-masing adalah 15,50 dan 28,80. Sedangkan 2tabel kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan derajat kebebasan 5 % adalah 7,82. Dengan

χ2

hitung χ2

tabel

Page 6: 17. bab iv

55

demikian, karena 2hitung > 2

tabel, maka data gain kelas eksperimen dan kelas

kontrol tidak berdistribusi normal. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat di

lampiran D.2.

Karena sebaran data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi

normal, maka pengujian perbedaan rata-rata dilakukan dengan Uji Mann Whitney.

2) Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney data gain untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

dihitung dengan menggunakan uji z dengan taraf signifikansi 5 %. Dari hasil

perhitungan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Mann-Whitney Data Gain

Nilai U μu ∑T δ u Zhitung Ztabel

856.5 630 4 86.94 2.61 1.96

Dari tabel di atas Zhitung = 2,61 > Ztabel = 1,96. dengan kata lain Zhitung berada

di daerah penerimaan Ha. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional. Perhitungan selengkapnya

dapat lihat lampiran pada lampiran D.2.

B. Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian

Page 7: 17. bab iv

56

Dari pembahasan di atas diperoleh hasil-hasil penelitian yaitu sebagai

berikut :

1. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Dengan Pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS)

Selama pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti menemukan beberapa data

penting, antara lain sebagai berikut :

a) Pada pelaksanaan eksplorasi, pada awal pembelajaran membuat siswa

menjadi kurang aktif dalam pembelajaran matematika yang hanya

menceritakan materi prasyarat dan kegunaan dari materi yang akan

dipelajari. Hal ini disebabkan kurang pahamnya langkah langkah

pembelajaran CPS, dan menjadi fokus membahas langkah-langkah model

pembelajaran Creative Problem Solving (CPS). Namun dengan seiring

berjalannya pembelajaran dari hari kehari semakin terbiasa sesuai dengan

yang direncanakan. Agar lebih jelas dapat dilihat dari gambar dibawah ini.

Page 8: 17. bab iv

57

Gambar 4.1.a

Kegiatan eksplorasi (Pemberian motivasi terhadap siswa)

Gambar 4.1.b

Kegiatan Eksplorasi (Pembahasan materi prasyarat)

b) Sama halnya seperti bagian eksplorasi, pada pelaksanaan elaborasi juga

pada awalnya siswa banyak bertanya kepada guru, hal ini disebabkan setiap

kelompok dari siswa mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) tanpa

mendapatkan pembelajaran terlebih dahulu dari guru. Sehingga banyak

pertanyaan-pertanyaan yang harusnya menjadikan motifasi bagi siswa untuk

menjawabnya sendiri dengan mengeluarkan ide-ide atau gagasan-gagasan

kreatifnya. Hal ini sangat wajar karena pembelajaran dengan pembelajaran

CPS masih merupakan sesuatu yang baru bagi siswa. Hal lainnya yaitu dari

segi waktu yang terbatas, sehingga beberapa rencana dilaksanakan sedikit

tergesa-gesa. Namun demikian, proses pembelajaran dipertemuan

selanjutnya secara umum berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Berikut

Page 9: 17. bab iv

58

ini adalah gambar dari 6 kelompok yang sedang memecahkan masalah yang

diberikan.

Gambar 4.2.a

Diskusi Kelompok 1

Gambar 4.2.b

Diskusi Kelompok 2

Page 10: 17. bab iv

59

Gambar 4.2.c

Diskusi Kelompok 3

Gambar 4.2.d

Diskusi Kelompok 4

Page 11: 17. bab iv

60

Gambar 4.2.e

Diskusi Kelompok 5

Gambar 4.2.f

Diskusi Kelompok 6

c) Pada pelaksanaan konfirmasi diambil satu kelompok untuk mengirimkan

perwakilannya untuk menjelaskan hasil dari diskusi kelompoknya didepan

siswa yang lainnya, dengan harapan hasil dari pengumpulan dan pemilihan

Page 12: 17. bab iv

61

ide-ide baru pada saat berdiskusi bisa mendapatkan pengakuan dari siswa

yang lainnya. Pada kegiatan ini siswa lebih cepat paham, dikarenakan siswa

telah terbiasa melakukan presentasi pada pembelajaran yang lainnya. Dan

dengan saling bertanya jawab antari siswa dengan siswa maka dihasilkan

kesimpulan langkah langkah yang lebih efektif yang dapat digunakan saat

membahas pelajaran matematika bab diferensial atau turunan. Berikut

gambar beberapa siswa perwakilan kelompok yang mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas dan guru sedang memberikan kesimpulan di akhir

pembelajaran.

Gambar 4.3.a

Siswa menuliskan hasil diskusi pada papan tulis

Gambar 4.3.b

Siswa menerangkan hasil diskusi di depan kelas

Page 13: 17. bab iv

62

Gambar 4.3.cSiswa membahas hasil diskusi dan mengoreksi hasil yang tidak sesuai

Gambar 4.3.d

Guru memberikan kesimpulan dari diskusi kelompok

d) Tanggapan guru terhadap penerapan pembelajaran matematika dengan

menggunakan pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) cukup baik.

Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran Creative Problem Solving (CPS),

siswa diberi bahan ajar yang berisi permasalahan-permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari yang dikerjakan secara berkelompok sehingga siswa

bisa mengembangkan pola pikirnya dengan berbagi ide dengan teman-

temannya.

Page 14: 17. bab iv

63

2. Hasil Belajar Siswa Setelah Mendapatkan Pembelajaran Creative Problem

Solving (CPS)

Berdasarkan data hasil pretest yang diberikan, diperoleh bahwa rata-rata

hasil tes awal pada kelas yang akan diberikan model pembelajaran CPS lebih baik

daripada rata-rata yang akan diberikan model pembelajaran konvensional. Dan

pada hasil posttest-nya pun rata-rata dari kelas yang telah diberikan model

pembelajaran CPS lebih baik daripada rata-rata yang diberikan model

pembelajaran konvensional.

Maka Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional. Dan rerata kemampuan awal

kelas eksperimen yaitu siswa yang mendapatkan pembelajaran Creative Problem

Solving (CPS) lebih baik dibandingkan kemampuan awak kelas kontrol yaitu yang

mendapatkan pembelajaran konvensional, artinya Kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran

Konvensional.

Dengan demikian, pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat

dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

3. Kesimpulan pembahasan hasil penelitian

Pada pertemuan pertama, siswa tampak belum cukup memahami cara

belajar dengan model Creative Problem Solving (CPS) karena metode ini adalah

Page 15: 17. bab iv

64

metode yang baru bagi mereka. Siswa pada umumnya belum memahami dengan

baik akan tuntutan dari pembelajaran matematika dengan model Creative Problem

Solving (CPS). Hal ini sangat wajar karena pembelajaran dengan model Creative

Problem Solving (CPS) masih merupakan sesuatu yang baru bagi siswa. Hal

lainnya yaitu dari segi waktu yang terbatas, sehingga beberapa rencana

dilaksanakan sedikit tergesa-gesa. Namun demikian, proses pembelajaran

dipertemuan selanjutnya secara umum berjalan dengan baik dan sesuai rencana.

Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran Creative Problem

Solving (CPS) lebih baik dari model pembelajaran konvensional, tentunya dengan

didukung oleh faktor-faktor yang memuat 4 langkah dalam model pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) yaitu klasifikasi masalah, pengungkapan

pendapat, evaluasi dan pemilihan, serta implementasi atau penguatan yang

diterapkan saat pembelajaran.