bab iv pandangan pimpinan pondok pesantren … iv.pdf · 116 amin kurikulum hanya berupa kitab...

29
115 BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DI KALIMANTAN SELATAN TENTANG MODERNISASI KURIKULUM PONDOK PESANTREN SALAFIYAH Untuk menggambarkan bagaimana pandangan Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah di Kalimantan Selatan terhadap modernisasi pondok pesantren dalam bidang kurikulum akan diuraikan pandangan terhadap perubahan bentuk kurikulum, integrasi mata pelajaran umum, pendidikan vokasional/keahlian dan kegiatan ekstra kurikuler ke dalam kurikulum pondok pesantren. A. Perubahan Bentuk Kurikulum dari Kurikulum Tradisional ke Kurikulum Modern Salah satu hal yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan pada satu satuan pendidikan adalah kurikulum. Karena kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan untuk mencapai tujuan pendidikan. 1 Dengan demikian kurikulum di samping berisi aturan tentang isi/materi yang akan diajarkan juga mengatur tentang bagaimana cara mengajarkannya. Oleh karena itu sangat tepat bila dinyatakan kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan di sebuah satuan pendidikan. Untuk dapat dijadikan sebagai pedoman bagi seluruh stake holder pondok pesantren maka kurikulum harus dibukukan dalam bentuk dokumen. Berdasarkan hasil penelitian maka didapati dokumen tentang kurikulum yang dimiliki pondok pesantren yang diteliti, memiliki bentuk yang berbeda. Di Pondok Pesantren Ibnul 1 Republik Indonesia, “Undang-Undang nomor RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 19” , 2003 (Bandung: Citra Umbara, 2006) h.74.

Upload: others

Post on 09-Sep-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

115

BAB IV

PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN

SALAFIYAH DI KALIMANTAN SELATAN

TENTANG MODERNISASI KURIKULUM

PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

Untuk menggambarkan bagaimana pandangan Pimpinan

Pondok Pesantren Salafiyah di Kalimantan Selatan terhadap

modernisasi pondok pesantren dalam bidang kurikulum akan

diuraikan pandangan terhadap perubahan bentuk kurikulum,

integrasi mata pelajaran umum, pendidikan vokasional/keahlian

dan kegiatan ekstra kurikuler ke dalam kurikulum pondok

pesantren.

A. Perubahan Bentuk Kurikulum dari Kurikulum

Tradisional ke Kurikulum Modern

Salah satu hal yang sangat menentukan keberhasilan

pendidikan pada satu satuan pendidikan adalah kurikulum.

Karena kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan untuk mencapai

tujuan pendidikan.1 Dengan demikian kurikulum di samping

berisi aturan tentang isi/materi yang akan diajarkan juga

mengatur tentang bagaimana cara mengajarkannya. Oleh karena

itu sangat tepat bila dinyatakan kurikulum sebagai pedoman

penyelenggaraan pendidikan di sebuah satuan pendidikan.

Untuk dapat dijadikan sebagai pedoman bagi seluruh stake

holder pondok pesantren maka kurikulum harus dibukukan

dalam bentuk dokumen.

Berdasarkan hasil penelitian maka didapati dokumen

tentang kurikulum yang dimiliki pondok pesantren yang diteliti,

memiliki bentuk yang berbeda. Di Pondok Pesantren Ibnul

1Republik Indonesia, “Undang-Undang nomor RI nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 19” , 2003

(Bandung: Citra Umbara, 2006) h.74.

Page 2: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

116

Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus

diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab

yang bersangkutan. Adapun kitab pegangan dan waktu

penyelesaian masing-masing kitab pada Pondok Pesantren Ibnul

Amin sebagaimana terdapat dalam tabel di bawah ini.

Tabel: 4.1. Nama Kitab dan Alokasi waktu masing-masing

Kitab Pada Pondok Ibnul Amin tahun 2014 2

No Nama Kitab Alokasi Waktu

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Tashrifan

Jurumiah

Mutammimah I

Mutammimah II

Kailani I

Kailani 2

Syarah Sittîn

Fathul Majîd

Kifayatul Awâm

Hud Hudy

Fathul Qarib I

Fathul Mu’in

120 kali pertemuan ( 3 bulan)

120 kali pertemuan ( 3 bulan)

150 kali pertemuan ( 3 bulan)

120 kali pertemuan ( 2 bulan)

90 kali pertemuan ( 3 bulan)

90 kali pertemuan ( 3 bulan)

90 kali pertemuan ( 3 bulan)

90 kali pertemuan ( 3 bulan)

90 kali pertemuan ( 3 bulan)

90 kali pertemuan ( 3 bulan)

180 kali pertemuan ( 6 bulan)

180 kali pertemuan ( 6 bulan)

Kitab tersebut di atas wajib dihadiri oleh santri dan wajib

mengikuti ujian akhir kitab. Di samping kitab tersebut masih

banyak kitab lain yang sifatnya wajib dihadiri tetapi tidak

diujikan dan ada juga kitab lainnya yang sifatnya mengikuti

pembelajaran tidak wajib dan tidak diujikan. Adapun kitab yang

tidak diujikan misalnya adalah Kitab Fathul Qarib juz II ,

Fathul Muin juz IV, dan Kitab Dasuki.

Pada Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin kurikulum

hanya berbentuk susunan mata pelajaran tiap-tiap kelas dengan

kitab yang menjadi sumber bahan. Secara detail susunan mata

2Dokumen Pondok Pesantren Ibnul Amin tahun 2014.

Page 3: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

117

pelajaran dan kitab rujukan yang terdapat di Pondok Pesantren

Al Mursyidul Amin adalah:

Tabel: 4.2. Nama Mata Pelajaran dan Kitab Rujukan pada

Tingkat Tsanawiyah Pondok Pesantren Al

Mursyidul Amin 3

No Mata

Pelajaran

Nama Kitab

Kelas I Kelas II Kelas III

1. Tauhid Kifâyatul

‘Awâm

Matan

Jauharah Hud Hudy

2. Fiqh Fathul Qarîb Fathul Qarîb Fathul Qarîb

3. Hadits Riyadhus

Shâlihîn

Riyadhus

Shâlihin

Riyadhus

Shâlihin

4. Tafsir Jalâlain Jalâlain Jalâlain

5. Ushul

Fiqh

Mabâdî

Awaliyah Al Waraqâti Assalam

6. Ushul

Hadis

Dâlilu al Thâ

libîn

Minhatul

Mughîst

Tanwîru al

Tulâbu

7. Ushul

Tafsir -

Ilmu Ushûl

Tafsîr

al Qaulu al

Munîr

8. Fara’id Is’âfu al

Hâid

Nafhatu al

Ha-saniah

Dhalîl

Khâ’id

9. Nahu Is’âfu al Thâ

libin Asmawi

al Kawâkibu

al Durriah

10. Sharaf -

Matan Al

Maqsûd al Kailani

11. Balaghah - - Qawâ’id

12. Mantiq Syarah

Sulamu al

Munawaraq

Syarah

Sulamu al

Munawaraq

Idhâhu al

Mubham

13. Al ‘Arud - -

Mukhtasyar

Asy Syâfi

14. Lughatul

Arabiah

Qiraatul

Rasyîdah I

Qiraatul

Rasyîdah II

Qiraatul

Rasyîdah III

3Dokumen Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin tahun 2014.

Page 4: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

118

Sambungan Tabel: 4.2.

No Mata

Pelajaran

Nama Kitab

Kelas I Kelas II Kelas III

15. Tajwid Hidâyatul

Mustafîd - -

16. Insya Rafîqi Rafîqi Rafîqi

17. Tarikh

Islam

Khalâshatu Nur

al Yaqîn Nûrul Yaqîn Nûrul Yaqîn

18. Akhlaq Ta’lîmu al

Mutha’allim

Risâlatu al

Mu’âwanah

Nashi’uddînia

h

Sedangkan kurikulum pada Pondok pesantren Yasin ada

buku kurikulum yang berbentuk matrik yang kolom-kolomnya

terdiri dari: nama mata pelajaran, kitab rujukan, pengarang dan

alokasi waktu. Adapun gambaran lengkap contoh bentuk

kurikulum yang disusun oleh Pondok pesantren Yasin dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel: 4.3. Kurikulum Tsanawiyah Tingkat Tsalitsah Pondok

Pesantren Yasin 4

No Mata

Pelajaran

Kitab

Rujukan/

Bahan

Pengarang

Alokasi

Waktu/

Minggu

1 Tahfiz dan

Qirâ’atul

Qur’ân

Al Qur’an

Surah Yâsîn

dan Surah Asy

Syajadah

6 kali

2 Tafsir Qur’an Surah

Yâsîn sampai

S. At Tahrim

(Rujukan

Kitab Jalalain)

Imam Jalaluddin

al Mahalli dan

Imam Jalaluddin

Asy Syuyuti

3 kali

4Dokumen Kurikulum Pondok Pesantren Yasin, Tahun 2012.

Page 5: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

119

Sambungan Tabel: 4.3.

No Mata

Pelajaran

Kitab

Rujukan/

Bahan

Pengarang

Alokasi

Waktu/

Minggu

3 Aqidah Fath al Majîd Syekh

Muhammad

Nawawi bin

Umar Al Bantini

3 kali

4 Hadis kitab

“Riyadhu Al

Shâlihîn”

Imam Yahya bin

Syaraf bin Hasan

bin Husain An-

Nawawi

3 kali

5 Fiqh Kitab Fath al

Qârib

Syekh Abi

Abdul-lah

Muhammad bin

Qasim Asy

Syafi’i

4 kali

6 Tasawuf Kitab Hidayah

as Sâlikîn

Syekh Abdush

Sha-mad al

Palimbani

2 kali

7 Nahu Kitab

Mutammimah

( Materi

muqaddimah

sampai bab

Zani wa

Akhawâtiha)

Syeikh

Muhammad Bin

Ahmad Bin Abdil

Bari Al-Ahdal

3 kali

8 Sharaf Kitab Kailani

Pasal Fi

Bayâni al

Mudhâ’afu

sampai akhir

kitab

Syekh Abi al Ha-

san ‘Ali bin

Hisam al Kailani

3 kali

9 Lughat al

Ara-biyah

Qasasun

Nabiyina juz 4

Said Abul Hasan

‘Ali Ahsan An-

nadwi

3 kali

Page 6: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

120

Sambungan Tabel: 4.3.

No Mata

Pelajaran

Kitab

Rujukan/

Bahan

Pengarang

Alokasi

Waktu/

Minggu

10 Siratun

Naba wiyah

Khalisah

Nurul Yaqîn

Juz 3

Umar Abdul

Jabbar

2 kali

11 Bahasa

Indonesia

1 kali *)

12 Matematika 1 kali *)

13 Khat 1 kali

14 Insya 1 kali

Ket.: *) Masih berupa rencana belum dilaksanakan5

Walaupun terdapat perbedaan dalam bentuk format

kurikulum, tetapi pada dasarnya bentuk-bentuk kurikulum di

atas masuk dalam kategori pandangan yang menyatakan bahwa

kurikulum hanya sejumlah mata pelajaran yang wajib diikuti

oleh peserta didik. Oleh karena itu dapatlah dinyatakan bahwa

desain kurikulum yang dipakai oleh Pondok Pesantren

Salafiyah di Kalimantan Selatan menggunakan desain subject

curriculum. Subject curriculum yaitu kurikulum yang terdiri

dari mata pelajaran yang terpisah-pisah. Subject adalah

himpunan pengalaman (pengetahuan) manusia yang disusun

logis dan sistematis.6

5Hasil wawancara dengan Ahmad Thoha, Mudir Tsanawiyah Pondok

Pesantren Yasin, tanggal 3 April 2016 dinyatakan bahwa: mulai disusun buku

kurikulum tahun 2010 sampai tahun ajaran 2014-2015 kedua mata pelajaran

itu belum bisa dilaksanakan karena pimpinan Pondok Pesantren Yasin belum

mampu menulis silabus untuk kedua mata pelajaran tersebut. Sesuai dengan rencana awal bahwa bahan pelajaran dari kedua mata pelajaran tersebut

berbeda ruang lingkup materinya dengan yang dipakai di sekolah/madrasah

yang menggunakan kurikulum nasional RI. Hal ini karena jumlah alokasi

waktu pada masing-masing jenjang di Pondok Pesantren Yasin berbeda dengan alokasi waktu yang ada di sekolah/madrasah.

6Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan

Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi

Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h. 78.

Page 7: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

121

Apabila ditinjau dari segi pendekatan dalam penyusunan

kurikulum, maka penyusunan kurikulum dari ketiga Pondok

Pesantren di atas menggunakan pendekatan yang berorientasi

bahan pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat M. Ahmad

bahwa apabila dalam pengembangan kurikulum pertanyaan

pertama yang muncul adalah bahan apa yang akan diajarkan

kepada peserta didik, maka pendekatan seperti ini disebut

pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran. Pendekatan

tersebut walaupun ada kelebihannya, tetapi mempunyai

kelemahan yaitu tujuan pengajaran kurang jelas, sehingga sukar

untuk dijadikan pedoman dalam menentukan metode maupun

penilaian.7

Pada perkembangan modern, kurikulum pendidikan

menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang

berarti bahwa langkah pertama dalam penyusunan kurikulum

adalah menentukan apa tujuan pendidikan yang ingin dicapai,

atau pengetahuan, keterampilan dan sikap apakah yang

diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan

kurikulum. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu

dirumuskan tujuan dan pengetahuan, serta keterampilan dan

sikap secara jelas dan operasional.8 Pendekatan yang

berorientasi pada tujuan dalam pengembangan kurikulum

memiliki banyak kelebihan. Adapun kelebihan yang dimaksud

adalah:

1. Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum

2. Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula

dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan

dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

3. Tujuan yang jelas juga akan memberikan arah dalam

mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.

4. Hasil penilaian yang terarah akan membantu penyusun

kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang

diperlukan.9

7M. Ahmad, Pengembangan ... h. 73. 8Ibid, h. 74. 9Ibid.

Page 8: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

122

Oleh karena itu modernisasi dalam hal penyusunan

kurikulum dalam konteks penelitian ini berarti merubah

pengembangan kurikulum yang disusun dengan pendekatan

bahan pelajaran menjadi pengembangan kurikulum berdasarkan

pendekatan tujuan pelajaran.

Terhadap kondisi ini maka pandangan pimpinan pondok

pesantren yang diteliti secara esensinya tidak berbeda.

Pimpinan Pondok Pesantren Yasin yang menyatakan bahwa

pendekatan dalam menyusun kurikulum dengan menggunakan

pendekatan yang berorientasi pada tujuan itu bagus sekali,

bahkan kalau komponen kurikulum itu dibuat terdiri dari tujuan,

bahan pelajaran, metode dan media maka beliau setuju, tetapi

kata beliau kami memiliki tenaga yang terbatas dan tidak ada

tenaga ahli yang mampu mengerjakan hal tersebut.10

Sementara menurut Pimpinan Pondok Pesantren Al

Mursyidul Amin:

Modernisasi terhadap kurikulum pesantren itu bagus,

supaya mengimbangi kemajuan zaman. Kurikulum itu penting

supaya pendidikan yang diselenggarakan terarah pada tujuan.

Yang namanya kurikulum semakin tahun selalu ada perubahan.

Pondok pesantren boleh menambah pelajaran demi untuk

kebaikan, tetapi tidak boleh mengurangi kurikulum yang sudah

ada. Mempertahankan kurikulum pondok pesantren seperti yang

ada sekarang dimaksudkan untuk menjaga keberkahan. Modern

itu sangat wajar, tetapi harus sejalan dengan motto/semboyan

pondok pesantren. Boleh mengikuti modernisasi untuk

menambah khazanah duniawiyah. Dunia tidak bisa kita

tinggalkan, karena itu modernisasi tidak bisa dihindari.11

Pendapat senada dikemukakan oleh Pimpinan Pondok

Pesantren Ibnul Amin yang menyatakan bahwa modernisasi

10Hasil wawancara dengan K.H. Fahmi bin Zam Zam, Pimpinan

Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014.

11Hasil Wawancara dengan K H. Rasyid Ridha, Pimpinan Pondok Al

Mursyidul Amin, tanggal 11 April 2015.

Page 9: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

123

kurikulum itu baik saja selama tidak mengurangi kitab yang

diajarkan selama ini.12

Berdasarkan pendapat di atas, maka merubah pendekatan

yang digunakan dalam menyusun kurikulum tidak menjadi

masalah bahkan menambah isi kurikulum pun boleh, asal tidak

mengurangi materi kurikulum pondok pesantren yang ada

sekarang.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa

Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul Amin, Al Mursyidul Amin

dan Yasin memandang bahwa modernisasi bidang kurikulum di

Pondok Pesantren itu baik, dan setuju saja untuk diterapkan asal

tidak mengurangi isi kurikulum pondok yang ada sekarang, dan

tetap kurikulum disusun berdasarkan kitab yang dipakai selama

ini. Di samping itu salah satu prinsip yang harus diperhatikan

dalam mengembangkan kurikulum pondok salafiyah adalah

kitab tetap dipelajari secara utuh mulai halaman awal sampai

halaman akhir kitab. Hal ini untuk menjaga keberkahan ilmu

yang akan diperoleh.13

Baik kurikulum yang digunakan pada pondok pesantren

Ibnul Amin, Al Mursyidul Amin dan Yasin dapat saja dirubah

sesuai dengan model kurikulum pada sekolah modern, yaitu

kurikulum disusun dengan 5 unsur penting yaitu tujuan, materi

pendidikan, organisasi dan strategi, sarana dan evaluasi.14

Di antara komponen tersebut komponen tujuan amat

penting. Karena tujuan akan menentukan komponen lainnya.

Pada pondok pesantren tujuan yang harus dirumuskan oleh tim

pengembang kurikulum terdiri dari tujuan pondok pesantren,

tujuan tiap-tiap mata pelajaran dan tujuan pokok bahasan.

Dengan jelasnya tujuan seperti di atas, maka memudahkan

untuk menentukan berbagai komponen lainnya. Misalnya

pokok-pokok materi pelajaran apa saja yang terdapat dalam

rumusan tujuan pokok bahasan. Dari tujuan itu dapat pula

12Hasil wawancara dengan K.H. Mukhtar, Pimpinan Pondok

Pesantren Ibnul Amin tanggal 7 Maret 2015. 13Hasil wawancara dengan K.H. Fahmi bin Zam Zam, Pimpinan

Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014. 14Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto, Pembinaan .....h. 26-38.

Page 10: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

124

dirumuskan strategi pembelajaran, metode, media, dan evaluasi

pembelajaran. Dari tujuan itu pula dapat diketahui keluasan dan

kedalaman materi yang harus disampaikan kepada peserta didik,

sehingga dapat ditentukan berapa lama alokasi waktu yang

diperlukan untuk mengajarkan materi yang bersangkutan.

Akan tetapi menyusun kurikulum dengan pendekatan

modern seperti tersebut di atas memerlukan keahlian. Oleh

karena itu bila ingin melakukan perubahan sesuai dengan

pendekatan modern dalam menyusun kurikulum pondok

pesantren salafiyah harus mendatangkan tenaga ahli, atau ada

uluran tangan dari pemerintah atau dari perguruan tinggi yang

berkompeten.

B. Integrasi Pengetahuan Umum ke dalam Kurikulum

Pondok Pesantren

Salah satu fungsi Pondok Pesantren sebagai lembaga

pendidikan adalah tempat untuk mentransfer ilmu pengetahuan,

nilai dan sikap yang dimiliki atau yang diinginkan generasi tua

kepada generasi muda. Oleh karena itu maka isi kurikulum

pondok pesantren haruslah berisi ilmu pengetahuan, nilai dan

sikap yang dimiliki atau yang diinginkan masyarakat pemakai

lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Selama ini banyak ditemukan pada pondok pesantren

salafiyah di Indonesia yang hanya mengajarkan materi pelajaran

ke-Islaman yang bersumber dari kitab-kitab klasik.

Zamachsyari Dhofir menyatakan bahwa pada pondok pesantren

diajarkan kitab-kitab klasik yang dapat digolongkan menjadi 8

penggolongan yaitu: 1). Nahwu, dan. Shâraf, 2). Fiqh, 3). Ushul

fiqh, 4). Hadîs, 5). Tafsîr, 6).Tauhîd, 7).Tasawuf dan Etika, dan

8). Târikh serta Balâghah.15

Hal yang sama juga didapati pada Pondok Pesantren yang

diteliti. Pada Pondok Pesantren Ibnul Amin, Mata Pelajaran

yang diajarkan adalah Sharaf, Nahwu, Balaghah, Manthiq,

Tauhid, Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, Tafsir, Akhlak/Tasawuf,

Faraidh, Tarikh, Tajwid, dan Arudh yang sebagian besar

15Zamachsyari Dhofir, Tradisi ... h.50.

Page 11: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

125

bersumber dari kitab klasik. Sedangkan pada Pondok Pesantren

Al Mursyidul Amin mata pelajaran yang diajarkan adalah :

1. Untuk Madrasah tingkat Tajhiziyah terdiri dari Fiqh, Hadits,

Tafsir, Nahwu, Lughatul Arabiah, Tajwid, Tarikh Islam dan

Akhlaq.

2. Untuk Madrasah tingkat Tsanawiyah dengan mata pelajaran

terdiri dari: Tauhid, Fiqh, Hadits, Tafsir, Ushul Fiqh, Ushul

Hadis, Ushul Tafsir, Fara’id, Nahu, Sharaf, Balaghah,

Mantiq, Al ‘Arud, Lughatul Arabiah, Tajwid, Insya, Tarikh

Islam, Akhlaq.

3. Untuk Madrasah Tingkat Aliyah dengan mata pelajaran

terdiri : Tauhid, Fiqh, Hadits, Tafsir, Ushul Fiqh, Ushul

Hadis, Ushul Tafsir, Fara’id, Nahu, Sharaf, Balaghah,

Mantiq, Al ‘Arud, Lughatul Arabiah, Tajwid, Insya, Tarikh

Islam, Akhlaq.16

Adapun mata pelajaran yang diajarkan di Pondok

Pesantren Yasin adalah:

1. Madrasah tingkat I’dadiyah terdiri dari: Tahfiz dan Qira’atul

Qur’an, ‘Aqidah, Hadits, Fiqh, Akhlaq, Ilmu Tajwid, Sharaf,

Lughat al Arabiyah, Siratun Nabawiyah, Bahasa Indonesia,

Matematika, Jawi, dan Praktek Ibadah.

2. Madrasah tingkat Tsanawiyah terdiri dari: Tahfiz dan

Qira’atul Qur’an, ‘Aqidah, Hadis, Fiqh, Akhlaq, Ilmu

Tajwid, Nahu, Sharaf, Lughat al Arabiyah, Siratun

Nabawiyah, Bahasa Indonesia, Matematika dan Jawi.

3. Madrasah tingkat Aliyah dengan mata pelajaran terdiri:

Tahfiz dan Qira’atul Qur’an, Tafsir, ‘Aqidah, Hadis, Fiqh,

Tashawuf, Nahu, Ushul Fiqh, Loghah al Arabiyah, Sirah an

Nabawiyah, Balaghah, Fara’id, Tarikh, dan Insya

4. Tingkat Ma’had Aly dengan mata pelajaran terdiri dari:

Tahfiz dan Qira’atul Qur’an, Tafsir, Hadis, Fiqh, Tasawuf,

Lughah al Arabiyah, Sirah An Nabawiyah, Tarikh, Tarbiyah

wa Da’wah.17

Data di atas memperlihatkan bahwa pada Pondok

Pesantren Ibnul Amin dan Al Mursyidul Amin semua mata

16Dokumen Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin tahun 2015. 17Dokumen Pondok Pesantren Yasin tahun 2015.

Page 12: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

126

pelajaran yang diajarkan adalah mata pelajaran pendidikan

Agama Islam, sedangkan pada Pondok Pesantren Yasin di

samping mengajarkan mata pelajaran Agama Islam, juga

memasukkan mata pelajaran umum dalam kurikulum

(walaupun belum diaplikasikan).

Dalam hal mengintegrasikan mata pelajaran umum ke

dalam kurikulum pondok pesantren, berdasarkan hasil

wawancara diperoleh data bahwa semua Pimpinan Pondok

Pesantren Salafiyah di Kalimantan Selatan yang diteliti

memandang perlunya pondok pesantren mengintegrasikan ilmu

pengetahuan umum ke dalam kurikulum pondok pesantren.

Hanya saja dalam hal menempatkan ilmu pengetahuan umum

dalam sistem kurikulum terdapat perbedaan pandangan.

Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul Amin dan

Pimpinan Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin memasukkan

ilmu pengetahuan umum dalam kegiatan yang terpisah dari

pembelajaran ilmu agama, dan sifatnya bersifat sukarela.

Adapun ilmu pengetahuan umum yang diajarkan berupa Paket

Belajar B dan Paket Belajar C dengan kurikulum sesuai dengan

yang digariskan Kantor Kementerian Pendidikan Nasional.18

Kejar Paket B setara SMP dengan mata pelajaran: Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa

Inggris, Matematika, IPS, dan IPA. Sedangkan Kejar Paket C

setara SMA jurusan IPS dengan mata pelajaran terdiri:

Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa dan Sastra Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi dan

Antropologi, dan Geografi. Kejar Paket C setara SMA jurusan

IPA dengan mata pelajaran terdiri: Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Biologi, Kimia, Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fisika, dan Matematika.

Dalam mengintegrasikan mata pelajaran umum ke dalam

kurikulum, Pimpinan Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin

menyatakan:

18Hasil wawancara dengan K.H. Mukhtar, Pimpinan Pondok

Pesantren Ibnul Amin tanggal 7 Maret 2015 dan Hasil wawancara dengan K

H. Rasyid Ridha, Pimpinan Pondok Al Mursyidul Amin, tanggal 11 April

2015.

Page 13: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

127

Mata pelajaran umum sangat diperlukan dan berguna

bagi santri setelah ia menamatkan pendidikan di Pondok

Pesantren. Sebenarnya ilmu umum itu sebagian sudah ada

dalam pelajaran di Pondok Pesantren. Misalnya matematika

sudah ada dalam ilmu fara’id, yaitu ketika menghitung

pembagian harta waris. Dalam perhitungan waris kita harus

menguasai membagi atau mengali dalam angka pecahan.

Santri harus dapat menghitung ½, ⅓, ¼, ⅛, dan lain-lain.

Pelajaran geografi terutama menghitung terbit dan

terbenamnya matahari atau bulan dipelajari dalam Ilmu Falaq,

tetapi ilmu umum tersebut hanya sedikit.

Walaupun demikian, Pondok Pesantren perlu juga

mengajarkan mata pelajaran umum seperti yang diajarkan

pemerintah sesuai dengan jenjangnya. Misalnya untuk paket B

bagi anak tingkat Tsanawiyah, dan paket C maka santri

setingkat Aliyah. Jadi ketika santri menamatkan Tsanawiyah ia

juga memiliki ijazah sekolah setingkat SMP/MTs (paket B) dan

ketika santri menamatkan Aliyah ia memiliki ijazah setingkat

SMA/MA. Ilmu umum perlu di ajarkan untuk mencapai

kesuksesan dunia.19

Sedangkan menurut Pimpinan Pondok Yasin, ilmu

pengetahuan umum menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam

pembelajaran ilmu agama dan wajib diajarkan kepada seluruh

santri. Tentang masuknya pengetahuan umum ke dalam

kurikulum pondok pesantren sebagai berikut:

Pondok pesantren sangat bagus bila memasukkan ilmu-

ilmu umum ke dalam bahan pelajaran di pondok pesantren.

Akan tetapi masuknya mata pelajaran umum harus mengikuti

marâtibu al ulûm (hirarki ilmu). Menurut pribahasa bila

membuat makanan jenis sop agar rasanya enak maka harus

cukup rempah-rempahnya, dan tidak boleh rempahnya terlalu

banyak dan ada takaran tertentu yang harus diperhatikan.

Pelajaran umum tidak lebih dari 15%. Ilmu umum yang perlu

diajarkan adalah: Bahasa Indonesia, Matematika, Biologi

(IPA), Geografi dan Ilmu Ekonomi.

19Hasil wawancara dengan K H. Rasyid Ridha, Pimpinan Pondok Al

Mursyidul Amin, tanggal 11 April 2015.

Page 14: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

128

Saya tidak sependapat pembagian ilmu ke dalam dua

pembagian yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Tetapi membagi

ilmu itu ke dalam dua kategori yaitu ilmu fardhu ‘ain dan

fardhu kifayah. Ilmu tentang masalah-masalah agama termasuk

dalam kategori ilmu fardhu ‘ain dan ilmu selain ilmu agama

termasuk kategori ilmu fardhu kifayah. Jadi Bahasa Indonesia,

Matematika, Biologi (IPA), menjahit, bertani termasuk ilmu

fardhu kifayah. Oleh karena itu bila kita mengikuti hirarki ilmu,

maka ilmu yang fardhu ‘ain harus didahulukan dan lebih

diutamakan. Adapun hirarki ilmu maka ilmu tauhid menempati

hirarki yang pertama, sedangkan ilmu-ilmu umum menempati

hirarki jauh di belakang bisa nomor 12. Jadi seperti itu

mengajarkannya, yang utama harus didahulukan. Jangan

mendahulukan yang mendapat urutan di belakang. Pembagian

ilmu seperti itu sudah sejak zaman Imam al Ghazali.

Bila ilmu itu dibagi menjadi ilmu agama dan ilmu umum,

maka orang tidak akan mempelajari ilmu umum. Tapi bila ilmu

umum itu masuk kategori fardhu kifayah, maka ummat Islam

akan mempelajarinya karena belajar ilmu umum seperti

matematika, biologi, Bahasa Indonesia, geografi dan lain-lain

akan mendapat pahala. Akan tetapi tidak mesti semua orang

mempelajarinya secara detail, paling kurang mempelajari dasar-

dasarnya. Bahasa Inggris juga perlu dipelajari, karena seluruh

dunia memakainya sebagai media untuk berkomunikasi. Ilmu-

ilmu umum itu sebenarnya ilmu milik kita karena bagian dari

kita. Kita tidak menolak ilmu yang disebut ilmu umum.

Matematika itu penting, karena bila tidak dipelajari bagaimana

kita membagi fara’id. Bahaya bila membagi ilmu ke dalam ilmu

umum dan agama, maka orang hanya mempelajari ilmu agama

saja.20

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dinyatakan

bahwa menurut Pimpinan Pondok Pesantren Yasin, ilmu

pengetahuan umum haruslah menjadi bagian dari kurikulum

pondok pesantren, tetapi kedudukannya di bawah ilmu agama

dengan sifat kefardhuannya adalah fardhu kifayah dan porsinya

20Hasil wawancara dengan K.H. Fahmi bin Zam Zam, Pimpinan

Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014.

Page 15: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

129

hanya sebagian kecil saja dari seluruh alokasi waktu yang ada

di dalam kurikulum pondok pesantren.

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas dapatlah

dinyatakan walaupun Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah di

Kalimantan Selatan yang diteliti memiliki pandangan yang

sama tentang perlunya mengintegrasikan mata pelajaran umum

ke dalam kurikulum pondok pesantren, akan tetapi dalam hal

mata pelajaran yang dipilih terdapat perbedaan. Hal ini dapat

kita pahami, karena selama ini pendapat para pemikir Islam

tentang materi pendidikan umum yang menjadi materi

pendidikan di lembaga pendidikan Islam terdapat perbedaan.

Ibnu Khaldun dalam M. Arifin membagi ilmu

pengetahuan yang harus dimasukkan dalam kurikulum

pendidikan terdiri dari:

a. Ilmu Lisan (bahasa) yang terdiri dari Ilmu Lughah, Nahwu,

Saraf, Balâgah, Ma’ani, bayan, Adab (sastra) atau syair-

syair.

b. Ilmu naqly yaitu ilmu-ilmu yang dinukilkan dari kitab suci Al

Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang terdiri:

Ilmu Membaca Al Qur’an, Ilmu Tafsir, Sanad-sanad Hadist

dan pentashehannya, serta istimbat tentang qânun-qânun

fiqhyahnya.

c. Ilmu Aqly yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia

melalui daya kemampuan berfikirnya kepada filsafat dan

semua jenis ilmu pengetahuan seperti logika, Ilmu Alam,

Ilmu Ketuhanan, Ilmu Teknik, Ilmu Hitung, Ilmu Tentang

Tingkah laku manusia, ilmu sihir, dan nujum (ilmu sihir dan

nujum terlarang dijadikan mata pelajaran).21

Ilmuan Islam lainnya yaitu Al Farabi mengklasifikasikan

ilmu-ilmu yang bersumber dari Al Qur’an meliputi:

a. Ilmu Bahasa

b. Logika

c. Sains Persiapan yang terdiri dari ilmu berhitung, Geometri,

Optika, Sains tentang benda-benda samawi seperti

astronomi, musik, ilmu pengukuran, Ilmu tentang pembuatan

21M. Arifin, Ilmu ... h. 189.

Page 16: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

130

instrumen-instrumen (yang dipakai dalam seni, sains,

astronomi, dan sebagainya).

d. Fisika dan Metafisika

e. Ilmu kemasyarakatan terdiri dari yurisprudensi dan Ilmu

retorika.22

Kemudian menurut Mohammad Fadhil Al-Djamaly

dalam M. Arifin, menyatakan bahwa ilmu yang harus di ajarkan

kepada peserta didik adalah semua ilmu yang bersumber dari Al

Qur’an yang terdiri dari: ilmu agama, sejarah, ilmu falak, ilmu

bumi, ilmu jiwa, ilmu kedokteran, ilmu pertanian, biologi, ilmu

hitung, ilmu hukum dan perundang-undangan, ilmu

kemasyarakatan (sosiologi), ilmu ekonomi, balaghah serta

bahasa Arab, ilmu pembelaan negara dan ilmu yang dapat

mengembangkan kehidupan umat manusia dan yang

mempertinggi derajatnya.23

Sedangkan menurut Al Gazali membagi ilmu kedalam 4

kategori yaitu:

a. Ilmu yang fardhu ‘ain yaitu ilmu yang wajib atas semua

muslim. Adapun ilmu yang masuk kategori ini adalah ilmu

Al Qur’an dan Ilmu Agama seperti Fiqh, Hadits dan Tafsir.

Ilmu Kalam dan Ilmu Tasawuf

b. Ilmu yang fardu kifâyah yaitu Ilmu yang apabila ada satu

orang saja yang menguasainya maka sudah gugur

kewajibannya bagi seluruh muslim. Adapun termasuk dalam

kategori ini adalah ilmu kedokteran, berhitung, pertanian,

keprajuritan, dan politik.

c. Ilmu yang mubah seperti ilmu syi’ir yang tidak porno, dan

sejarah.

d. Ilmu yang tercela seperti sihir, mantera-mantera.24

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa materi pelajaran yang harus diajarkan di lembaga

pendidikan Islam, tidak terkecuali di pondok pesantren

sesungguhnya sangat banyak dan sangat luas dan sangat

beragam. Akan tetapi bila kita perhatikan tujuan pendidikan

22Ibid, h. 184. 23Ibid, h. 186. 24Imam Al Ghazali, Ihyâ ... h. 14-17.

Page 17: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

131

pesantren secara umum adalah membimbing peserta didik

(santri) untuk menjadi manusia yang memiliki kepribadian

Islami, yang dengan bekal ilmu agamanya mereka sanggup

menjadikan muballigh untuk menyebarkan ajaran Islam dalam

masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.25 Hal serupa

juga terlihat pada rumusan tujuan pendidikan pada Pondok

Pesantren Ibnul Amin, Al Mursyidul Amin, dan Pondok

Pesantren Yasin. Misalnya tujuan pendidikan di Pondok

Pesantren Ibnul Amin adalah terciptanya lulusan yang

mempunyai kualitas tinggi, mampu menguasai ilmu-ilmu

agama dan mampu berkiprah di masyarakat.26 Sedangkan

tujuan pendidikan di Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin

adalah menyebarluaskan ajaran agama Islam, berusaha

melaksanakan pengembangan melalui jalur keagamaan dan

berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat/umat

terhadap pendidikan keagamaan.27 Begitu pula tujuan

pendidikan di Pondok Pesantren Yasin adalah membentuk

generasi ulama Rabbani, intelektual muslim yang berakhlak

mulia, dan karyawan muslim yang terampil.28

Uraian di atas, menggambarkan bahwa tujuan pendidikan

pondok pesantren adalah mencetak kader-kader ulama yang

menguasai ilmu agama sehingga dapat menjadi pemimpin

agama di masyarakat. Oleh karena itu sangat wajar bila materi

kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren sebagian besar

mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam.

Berdasarkan tujuan pendidikan dan kurikulum Pondok

Pesantren Salafiyah yang diteliti bila dihubungkan dengan

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), maka

jenjang kualifikasi kompetensi yang dimiliki oleh alumni adalah

berada pada jenjang 2. Sebagai mana yang terdapat dalam

Peraturan Presiden no 8 tahun 2012 tentang Kerangka

25A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam (Malang: Uin

Press, 2008), h.243. 26Husnul Yaqin, Sistem ...... h.33. 27Dokumen Ponpes Al Mursyidul Amin, Profil Pondok Pesantren Al

Mursyidul Amin, th. 2014. 28Dokumen Ponpes Yasin , Profil Pondok Pesantren Yasin, th. 2014.

Page 18: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

132

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bahwa Deskripsi

Jenjang Kualifikasi 2 adalah:

1. Mampu melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan

alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan,

serta menunjukkan kinerja mutu yang terukur, di bawah

pengawasan langsung atasannya.

2. Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan

faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih

penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang lazim

timbul.

3. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi

tanggung jawab membimbing orang lain.29

Sebagaimana tujuan pondok pesantren seperti tersebut di

atas, maka alumninya diharapkan mampu menjadi muballigh

penyebar Islam/pemimpin kegiatan keagamaan di masyarakat.

Dengan demikian alumninya mampu melaksanakan tugas yang

spesifik seperti menjadi penceramah, menjadi imam shalat

berjama’ah, menjadi khatib shalat Jum’at, memimpin upacara

pemakaman jenazah dan lain-lain. Tentu saja semua pekerjaan

terkait profesi tersebut harus menuruti prosedur kerja sesuai

ketentuan agama Islam. Misalnya ketika menjadi khatib pada

shalat Jum’at, di samping ia harus memiliki pengetahuan

tentang syarat dan rukun khutbah, juga harus memiliki

keterampilan bagaimana menjadi khatib shalat Jum’at.

Ajaran agama Islam menetapkan bahwa mendalami ilmu

agama tetap diperintahkan dalam kondisi apapun sekalipun

dalam suasana perang, sebagaimana Firman Allah yang

terdapat dalam Q.S. At Taubah/009: 122 sebagai berikut.

29Lampiran Peraturan Presiden no 8 tahun 2012 tentang Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Page 19: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

133

Dalam menafsirkan ayat di atas, M. Quraish Shihab

menyatakan bahwa:

Ayat ini menuntun kaum muslimin untuk membagi tugas

dengan menegaskan bahwa tidak sepatutnya bagi orang-

orang mukmin yang selama ini dianjurkan agar bergegas

menuju medan perang pergi semua ke medan perang sehingga

tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-tugas lainnya. Jika

memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum,

maka mengapa tidak pergi beberapa orang dari setiap

golongan, yakni kelompok besar diantara mereka beberapa

orang dari golongan itu untuk bersungguh-sungguh

memperdalam pengetahuan tentang agama... kita tidak dapat

berkata bahwa karena ayat ini hanya menyatakan bahwa

cukup thâ’ifah yang dapat berarti satu dua orang yang

menuntut dan memperdalam ilmu, maka selebihnya harus

menjadi anggota pasukan yang bertugas berperang. Memang

boleh jadi kondisi ketika diturunkan ayat ini demikian itu

halnya, tetapi ini tidak berarti bahwa setiap saat hingga kini

harus demikian. Apalagi tujuan utama ayat ini

menggambarkan bagaimana seharusnya tugas-tugas dibagi

sehingga tidak semua mengerjakan satu jenis pekerjaan saja.30

Berdasarkan pendapat di atas dapat dimaknai bahwa

ummat Islam harus membagi tugas dalam menjalani kehidupan.

Dalam suasana perang saja, masih harus ada sebagian ummat

yang bertugas memperdalam ilmu agama. Apalagi dalam

suasana damai, maka seluruh aspek kehidupan masyarakat

harus ditangani oleh ummat Islam. Oleh karena itulah lembaga

pendidikan Islam dituntut selain berfungsi sebagai pencetak

kader-kader dakwah/pemimpin agama juga berfungsi mendidik

dan melatih warga masyarakat untuk menjadi tenaga ahli dalam

berbagai bidang kehidupan seperti bidang ekonomi, sosial,

politik, keamanan dan pertahanan. Dengan kuatnya ekonomi,

sosial, politik, keamanan dan pertahanan ummat Islam, maka

tidak mudah ditekan atau didekti oleh negara-negara non

muslim. Di samping itu kekuatan ekonomi ummat Islam

30M. Quraish Shihab, Tafsir ... h. 749-750.

Page 20: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

134

diperlukan untuk membiayai kegiatan dakwah Islam dan

lembaga-lembaga keagamaan ummat Islam.

Pondok pesantren salafiyah tidak hanya fokus pada

pendidikan yang mencetak kader ulama, tetapi juga mencetak

kader-kader profesional di berbagai bidang. Pondok Pesantren

salafiyah terutama pada tingkat Aliyah membuka jurusan

pendidikan umum seperti jurusan yang ada pada SMA yaitu

jurusan IPA dan IPS dengan tetap mempertahankan mata

pelajaran agama berbasis Kitab Kuning. Pondok Pesantren

jangan sampai meniru secara persis sama dengan model

pendidikan Barat karena walaupun pendidikan model Barat

telah berhasil membawa kemajuan peradaban dan ilmu

pengetahuan dunia modern sekarang ini, tetapi dampak

kemajuan tersebut telah memunculkan problem dan krisis

kehidupan ummat manusia yang multi dimensional dan multi

komplek seperti krisis ekonomi, krisis ekologi, krisis

kemanusiaan dan krisis moral. Krisis lainnya adalah manusia

terlalu mementingkan materi dan duniawi, muncul sikap

individualis, serakah bahkan tidak peduli terhadap lingkungan

dan masyarakat sekitar, pemilahan halal dan haram menjadi

kabur, masyarakat cenderung mencari yang mudah walaupun

belum tentu sesuai dengan agama.31 Krisis tersebut disebabkan

karena pendidikan Barat berlandaskan empirisme, dan

menghilangkan hal-hal yang bersifat naturalisme dan supra

rasional.32

Menyelenggarakan pendidikan yang hanya didasarkan

pada paradigma empirisme jelas tidak akan menghasilkan

manusia yang sempurna (insan kamil), karena manusia adalah

makhluk yang komplek. Ia bukan hanya makhluk jasmani,

tetapi juga makhluk rohani. Ia bukan hanya makhluk individu,

tetapi ia juga makhluk sosial dan makhluk bertuhan. Dalam

31Kamrani Buseri, Reinventing Pendidikan Islam, Menggagas

Kembali Pendidikan Islam Yang Lebih Baik (Banjarmasin: Antasari Press, 2010), h. 74-77.

32Saifuddin Sabda, Paradigma Pendidikan Holistik Sebuah Solusi

Atas Permasalahan Paradigma Pendidikan modern (Banjarmasin: IAIN

Antasari, 2009), h. 12-13.

Page 21: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

135

kehidupan beragama manusia tidak saja dituntut memiliki

kemampuan untuk beraqidah yang benar, tetapi juga beribadah,

dan bermuamalah yang benar. Pendidikan yang mengutamakan

mengajarkan pengetahuan dan teknologi tanpa mengajarkan

nilai-nilai spritual berarti akan melahirkan generasi yang hanya

memikirkan dan mengelola dunia untuk kemakmuran hidup

tetapi lupa pada agama dan nilai-nilai spritual. Sebaliknya

pendidikan yang hanya mengajarkan materi keagamaan tanpa

mengajarkan pengetahuan dan teknologi akan melahirkan

generasi manusia yang taat beribadah tetapi miskin harta.

Mempertahankan pemikiran kelembagaan Islam “tradisional”

hanya memperpanjang nestapa ketidakberdayaan kaum

muslimin dalam berhadapan dengan kemajuan dunia modern.33

Alasan lain perlunya ummat Islam Indonesia

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang handal dalam

berbagai bidang profesi kehidupan adalah untuk menghadapi

era globalisasi. Dalam lingkup regional Asia Tenggara, sejak

tahun 2015 sudah dicanangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA). MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam

artian adanya sistem perdagangan bebas antara negara-negara

ASEAN. Indonesia dengan sembilan negara anggota ASEAN

telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi Asean

(MEA) atau ASEAN Economic Community. Komunitas

ekonomi ASEAN pada tahun 2015 menetapkan ASEAN

menjadi daerah perdagangan bebas barang dan jasa, investasi,

tenaga kerja terampil dan aliran modal yang lebih bebas.34

Dengan pemberlakuan MEA, maka bangsa Indonesia

harus mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki supaya

kita dapat bersaing dengan negara-negara lain yang tergabung

dalam MEA. Kalau bangsa Indonesia tidak siap, maka segala

potensi yang kita miliki akan dikuasai oleh negara-negara lain.

Pondok Pesantren Salafiyah di Kalimantan Selatan sebagai

bagian dari sistem pendidikan di Indonesia perlu melakukan

33Azyumardi Azra, Pendidikan ... h. 30. 34Evi Wahyu Wulansari,https://www.scribd.com/doc/292737049

/Makalah-Masyarakat-Ekonomi-Asean-Sebagai-Peluang-Pembangunan-

Ekonomi-Indonesia, down load tgl 13 Juli 2016.

Page 22: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

136

modernisasi pendidikan sehingga dapat menghasilkan lulusan

yang mampu bersaing pada berbagai bidang kehidupan.

Untuk itu perlu dipertimbangkan menerapkan konsep

pendidikan holistik. Menurut Kamrani Buseri, pendidikan

holistik adalah pendidikan yang sinergis antara pelajaran di

sekolah dengan realitas di masyarakat.35 Secara historis

paradigma pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.

Beberapa tokoh klasik perintis pendidikan holistik di antaranya:

Jean Rousseau, Ralph Waldo Emerson, Henry Thoreau,

Bronson Alcott, Johann Pestalozzi, F. Frobel dan Francisco

Ferrer. Pemikiran dan gagasan dari perintis pendidikan holistik

sempat tenggelam dengan terjadinya loncatan paradigma

kultural pada tahun 1960-an. Memasuki tahun 1970-an mulai

ada gerakan untuk menggali kembali gagasan dari kalangan

penganut aliran holistik. Gerakan ini muncul sebagai akibat dari

keprihatinan terhadap krisis ekologi, dampak nuklir, polusi

kimia, dan radiasi, kehancuran keluarga, hilangnya masyarakat

tradisional, hancurnya nilai-nilai tradisional serta institusinya.

Kemajuan yang signifikan terjadi ketika dilaksanakan

konferensi pertama pendidikan Holistik Nasional yang

diselenggarakan oleh Universitas California pada bulan juli

1979, dengan menghadirkan The Mandala Society dan The

National Center for the Exploration of Human Potential.

Bila kita perhatikan uraian di atas, maka lahirnya

paradigma pendidikan holistik adalah ketidakpuasan

masyarakat dunia terhadap sistem pendidikan Barat yang

menyelenggarakan pendidikan dengan paradigma empirisme,

materialisme, sekuler, pragmatis dan hidonistis. Padahal

manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki potensi

yang lengkap, serta utuh, yang memerlukan sentuhan

pendidikan secara holistik. Manusia tidak akan berkembang

dengan sempurna bila yang dibina hanya pada aspek-aspek

tertentu, sebagaimana yang dialami pada sistem pendidikan

masa sekarang.

35Kamrani Buseri, Reinventin ... h. 60.

Page 23: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

137

Oleh karena pendidikan adalah sebuah proses yang

melibatkan berbagai sub sistem dalam pendidikan, maka untuk

membangun sistem pendidikan yang holistik diperlukan seluruh

sub sistem yang ada dalam pendidikan dirancang sedemikian

rupa, sehingga antara satu komponen dengan komponen lainnya

menghasilkan sebuah sistem pendidikan yang holistik.

Salah satu komponen pokok dalam sistem pendidikan

Islam adalah tujuan pendidikan. Dalam Islam tujuan pendidikan

adalah sama dengan tujuan hidup manusia sebagaimana yang

dicantumkan dalam Q.S. Al Zariyat/051: 56.

Kemudian dalam al Q.S. Al Baqarah/002: 30

Kedua ayat di atas menegaskan bahwa tujuan hidup

sekaligus tugas manusia di dunia adalah untuk mengabdi dan

untuk memakmurkan bumi. Oleh karena itu pendidikan harus

ditujukan agar mengembangkan seluruh potensi diri manusia

sehingga seimbang antara kemampuan mengabdi kepada Allah

dan kemampuan memakmurkan bumi. Pendidikan yang

mengutamakan mengajarkan pengetahuan dan teknologi tanpa

mengajarkan nilai-nilai spritual berarti akan melahirkan

generasi yang hanya memikirkan dan mengelola dunia untuk

kemakmuran hidup tetapi lupa pada agama dan nilai-nilai

spritual. Sebaliknya pendidikan yang hanya mengajarkan materi

keagamaan tanpa mengajarkan pengetahuan dan teknologi akan

melahirkan generasi manusia yang taat beribadah tetapi miskin.

Demikian pula materi agama yang diajarkan harus utuh

menyentuh seluruh aspek ajaran agama seperti aqidah, ibadah

dan muamalah. Karena tugas manusia di bumi sebagai abdullah

dan sebagai khalifatullah tidak akan terlaksana dengan baik bila

salah satu aspek di atas diabaikan. Mengajarkan aqidah dan

ibadah namun melupakan muamalah, maka akan lahir ummat

yang hanya beraqidah yang benar dan pandai beribadah tetapi

tidak mampu dalam bermuamalah sesuai syari’ah. Demikian

pula mengajarkan ibadah dan muamalah dengan

Page 24: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

138

mengenyampingkan aqidah akan melahirkan ummat yang

sukses dalam muamalah dan ibadah tetapi rusak aqidahnya,

sehingga amal ibadahnya menjadi tidak bernilai di sisi Allah.

Unsur metode dan strategi juga penting dalam menunjang

terselenggaranya pendidikan yang holistik. Dalam pendidikan

holistik proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal

sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif. Oleh karena

itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana

mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang

harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi

pembelajaran holistik, di antaranya: (1) menggunakan

pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur

pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui

lintas disiplin ilmu; (4) pembelajaran yang bermakna; dan (5)

pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.36

Pendidikan holistik dapat diaplikasikan dalam proses

pembelajaran dengan beberapa cara, di antaranya dengan

menerapkan integrated learning atau pembelajaran

terintegrasi/terpadu, yaitu suatu pembelajaran yang memadukan

berbagai materi dalam satu sajian pembelajaran. Inti

pembelajaran ini adalah agar siswa memahami keterkaitan

antara satu materi dengan materi lainnya, antara satu mata

pelajaran dengan mata pelajaran lain. Dari integrated learning

inilah muncul istilah integrated curriculum (kurikulum

terintegrasi/terpadu). Karakteristik kurikulum terintegrasi

menurut Lake dalam Hidayat Syarifudin, antara lain: adanya

keterkaitan antar mata pelajaran dengan tema sebagai pusat

keterkaitan, menekankan pada aktivitas konkret atau nyata,

memberikan peluang bagi siswa untuk bekerja dalam

kelompok. Selain memberikan pengalaman untuk memandang

sesuatu dalam perspektif keseluruhan, juga memberikan

motivasi kepada siswa untuk bertanya dan mengetahui lebih

lanjut mengenai materi yang dipelajarinya. Integrated

curriculum atau sering dikenal dengan istilah interdisciplinary

teaching, thematically teaching dan synergetic teaching

36https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/26/pendidikan-

holistik/download, 4 Agustus 2014.

Page 25: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

139

memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melihat

keterkaitan antar mata pelajaran dalam hubungan yang berarti

dan kontekstual bagi kehidupan nyata.37

Kurikulum terintegrasi dalam pendidikan holistik

membuat siswa belajar sesuai dengan gambaran yang

sesungguhnya, hal ini karena kurikulum terintegrasi

mengajarkan keterkaitan akan segala sesuatu sehingga terbiasa

memandang segala sesuatu dalam gambaran yang utuh.

Kurikulum terintegrasi dapat memberikan peluang kepada

siswa untuk menarik kesimpulan dari berbagai sumber

informasi berbeda mengenai suatu tema, serta dapat

memecahkan masalah dengan memperhatikan faktor-faktor

berbeda (ditinjau dari berbagai aspek). Selain itu dengan

kurikulum terintegrasi, proses belajar menjadi relevan dan

kontekstual sehingga berarti bagi siswa dan membuat siswa

dapat berpartisipasi aktif sehingga seluruh dimensi manusia

terlibat aktif (fisik, sosial, emosi, dan akademik).

Komponen lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam

sistem pendidikan adalah komponen evaluasi pendidikan. Salah

satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini

adalah pelaksanaan evaluasi didominasi oleh penilaian terhadap

aspek kognitif. Misalnya dalam ujian nasional yang menjadi

objek evaluasi adalah beberapa mata pelajaran yang merupakan

pendidikan kognitif (Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Bahasa

Inggris, Matematika), di mana mereka wajib memenuhi standar

tertentu untuk mendapatkan kelulusan. Akibatnya sekolah dan

tenaga pendidik termasuk orang tua harus fokus pada

penguasaan mata pelajaran tersebut, sehingga mata pelajaran

dan aspek pendidikan lain misalnya mata pelajaran yang berisi

nilai/afektif, menjadi terabaikan.

Seharusnya untuk mendapatkan out put yang holistik,

maka seluruh aspek kepribadian manusia harus dievaluasi

sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara utuh.

37http://Hidayat Syarifudinrif 26 blogspot.co.id/2009/02/aplikasi-

pendidikan-holistik-dalam html, download, 5 Agustus 2015.

Page 26: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

140

C. Integrasi Pendidikan Vokasional/Keahlian ke dalam

Kurikulum Pondok Pesantren

Pendidikan vokasional/keahlian adalah pendidikan yang

dirancang untuk mengembangkan keahlian, kemampuan,

pemahaman, tingkah laku, kebiasaan kerja dan penghargaan

yang diperlukan dalam dunia kerja. Bagaimanapun sebagai

calon anggota masyarakat, maka santri perlu diberikan

pendidikan vokasional untuk memberikan bekal keterampilan

hidup setelah santri menamatkan pendidikan di pondok

pesantren. Oleh karena itu pendidikan vokasional perlu

dimasukkan dalam kurikulum pondok pesantren.

Terhadap masalah tersebut, maka ketiga pimpinan

pondok pesantren yang diteliti menyatakan setuju. Pendidikan

vokasional/keahlian penting bagi santri untuk memberikan

bekal bila ia terjun ke masyarakat.38 Pendidikan vokasional/

keahlian dilaksanakan agar santri setelah menamatkan

pendidikan di pondok pesantren memiliki keterampilan hidup

untuk membiayai hidupnya di masyarakat.39 Dengan pendidikan

vokasional/keahlian, santri setelah menamatkan pendidikan di

pondok pesantren dapat hidup mandiri dan tidak tergantung

pada orang lain.40

Sedangkan pendidikan vokasional yang perlu diajarkan

terdapat perbedaan pandangan. Menurut Pimpinan Pondok

Pesantren Yasin, pendidikan vokasional yang perlu diajarkan

adalah pertanian, pertukangan dan perdagangan. Tetapi yang

diajarkan cukup azas-azasnya saja. Adapun menurut pimpinan

Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin maka pendidikan

vokasional yang perlu di ajarkan bertani dan berdagang.

Sementara menurut pimpinan Pondok Pesantren Ibnul Amin

yang perlu diajarkan adalah pertanian. Perbedaan pandangan

lainnya adalah dalam hal siapa saja santri yang menjadi objek

38Hasil wawancara dengan H. Rasyid Ridha, Pimpinan Pondok Al

Mursyidul Amin, tanggal 11 April 2015. 39Hasil wawancara dengan K.H. Mukhtar, Pimpinan Pondok

Pesantren Ibnul Amin tanggal 7 Maret 2015. 40Hasil wawancara dengan K.H. Fahmi bin Zam Zam, Pimpinan

Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014.

Page 27: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

141

pendidikan vokasional. Bagi pimpinan Pondok Pesantren Ibnul

Amin dan Al Mursyidul Amin santri yang dilatih adalah santri

yang berminat, terutama yang berasal dari orang tuanya sebagai

petani. Sedangkan bagi pimpinan Pondok Pesantren Yasin,

pendidikan vokasional itu ditujukan kepada seluruh santri.

Pendidikan vokasional yang dipilih oleh pondok

pesantren bisa saja out of date pada saat santri memasuki pasar

kerja. Oleh karena itu, hal yang perlu dipertimbangkan dalam

pengembangan kurikulum menurut Everard K.B adalah

kebutuhan esensial masyarakat pada masa akan datang yaitu

personal dan interpersonal skill, problem solving, kreativitas,

berhitung dan prilaku fleksibel dan positif. Selain itu sangat

penting kemampuan belajar pada saat kondisi yang tidak

direncanakan.41

D. Integrasi Kegiatan Ekstrakurikuler ke dalam Kurikulum

Pondok Pesantren

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang

dilaksanakan oleh guru dan siswa di luar jam, tetapi

sesungguhnya masih dalam lingkup kurikulum yang

direncanakan oleh lembaga pendidikan dalam rangka

menunjang tujuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler

dimaksudkan untuk lebih mengaitkan pengetahuan yang

diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan

kebutuhan lingkungan. Oleh karena itu kegiatan ekstrakurikuler

dalam sistem pendidikan modern dipandang sangat perlu.

Dalam hal kegiatan ekstrakurikuler maka semua pimpinan

pondok pesantren salafiyah di Kalimantan Selatan yang diteliti

menganggap sangat penting. Menurut pimpinan Pondok

Pesantren Ibnul Amin kegiatan ekstrakurikuler di pondok

pesantren bertujuan memberikan bekal untuk santri terjun ke

masyarakat setelah menamatkan pendidikan. Untuk itu kegiatan

ekstra kurikuler yang dilaksanakan di Pondok pesantren Ibnul

41 Everard K.B,Et.all., Effective School Management (London: Sage

Pub, 2004), h.17.

Page 28: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

142

Amin adalah latihan pidato, pembacaan syair maulid (Maulid

Al Habsyi, Berjanji dan Diba’i) dan latihan kepemimpinan.42

Pendapat yang senada dengan pendapat di atas

dikemukakan oleh pimpinan Pondok Pesantren Al Mursyidul

Amin bahwa kegiatan ekstrakurikuler berguna untuk

menambah pengalaman santri yang nantinya menjadi bekal di

masyarakat. Adapun bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang

diselenggarakan di Pondok Al Mursyidul Amin terdiri dari:

1. Latihan pidato,

2. Seni bela diri yaitu Karate dan Pencak Silat,

3. Qasidah yaitu Burdah dan Maulid Al Habsyi.43

Sementara menurut pimpinan Pondok Pesantren Yasin

kegiatan ekstra kurikuler penting untuk menunjang tujuan

pendidikan di pondok pesantren, yaitu: Membentuk generasi

ulama rabbani, intelektual muslim yang berakhlak mulia dan

karyawan muslim yang terampil.44 Oleh karena itu kegiatan

ekstra kurikuler yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Yasin

adalah:

1. Latihan Berpidato (muhâdharah) yang dilaksanakan 2 kali

dalam seminggu.

2. Latihan Nasyid.

3. Kegiatan Olah Raga/bela diri.

4. Belajar tambahan kitab yang sifatnya tidak diwajibkan.45

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa

pandangan Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah di

Kalimantan terhadap modernisasi kurikulum di pondok

pesantren penting dilakukan, seperti perubahan bentuk

kurikulum tradisional ke kurikulum modern, integrasi mata

pelajaran umum pada kurikulum, integrasi pendidikan

vokasional, dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, asalkan

42Hasil wawancara dengan K.H. Mukhtar, Pimpinan Pondok

Pesantren Ibnul Amin tanggal 26 Januari 2015. 43Hasil wawancara dengan K H. Rasyid Ridha, Pimpinan Pondok Al

Mursyidul Amin, tanggal 11 April 2015. 44Hasil wawancara dengan K.H. Fahmi bin Zam Zam, Pimpinan

Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014. 45Hasil wawancara dengan Ahmad Thoha, Mudir Aliyah Pondok

Pesantren Yasin, pada tanggal 17 Mei 2014.

Page 29: BAB IV PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN … IV.pdf · 116 Amin kurikulum hanya berupa kitab pegangan yang harus diajarkan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kitab yang

143

tidak mengurangi kurikulum pondok pesantren yang berlaku

selama ini.