bedug edisi 116

4
RUBRIK REDAKSI Marhaban Ya Ramadhan M I M B A R Oleh: HM. Buchori, SH, M.Si Walikota Probolinggo Mimbar Marhaban Ya Ramadhan Tadarus Ramadhan Menyucikan Hati Me- nyambut Bulan Suci Konsultasi Puasa Diasuh Oleh KH. Lubabul Khair Takmiriyah Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Edisi Ramadhan No. 116 Jum'at Kliwon/Juli 2012 Penerbit: Bedug Institute Kota Probolinggo, Penanggung Jawab: PC. NU Kota Probolinggo, Pemimpin Umum: Abd Azis, S.Kom,. S.Sos.I, Pemimpin Redaksi: Hasanuddin, SHI, Sekretaris Redaksi: Moh. Agus, Keuangan dan Sirkulasi: Ihya’ Aminuddin, S.Ag, Lukman Hakim A.I, S.Sos.I, Redaktur: Dr. M. Sulthon, MA., Muzammil, S.H.I, Mushafi M, Tata Letak: Badrut Tamam Khafi, Alamat Redaksi: Jl. Bengawan Solo Kedopok, Kota Probolinggo, No Tlp: 081336800282, E-mail: [email protected]. Iklan: Redaksi menerima pemasangan iklan. Harga langganan 50 eksemplar Rp. 25.000 Selamat Datang Bulan Penuh Ampunan! T anpa terasa, akhirnya sang waktu mengantarkan kita semua kembali bertemu tamu agung yang senan- tiasa kedatangannya ditunggu-tunggu oleh seluruh umat islam di dunia. Ia adalah bulan suci Ramadhan. Ramadhan merupakan bulan berkah, bulan sejuta hikmah, bulan kemuliaan dan bulan ampunan. Bulan ini juga lebih baik dari seribu bulan bagi orang yang menjalankan perintah Allah dengan iman dan taqwa. Pada bulan ini, segala amal baik umat Islam di dunia akan dibalas berlipat ganda oleh Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita semua un- tuk tidak menjalankan ibadah puasa yang telah difardukan pada bulan ini. Karena itu, momentum bulan suci ini patut kita jadikan media untuk mereflek- sikan amal ibadah kita selama satu tahun sehingga menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan ibadah kita untuk mengga- pai ridho dan magfirahnya. Di samping itu, spirit kebersamaan, kejujuran dan perdamaian yang terkandung dalam pe- san puasa Ramadhan ini patut kita jadikan ruang untuk menata kehidupan. Menata kehidupan sesungguhnya ba- gian dari proses mawas diri atau intros- peksi. Proses mawas diri melibatkan eval- uasi diri ke wilayah kedalaman hati untuk dinyatakan kembali dalam keseharian sebagai akhlak dan perilaku mulai yang membumi. Selain itu, evaluasi juga mencakup taksiran untuk kehidupan di masa depan, baik di dunia maupun di akhirat nanti melalui jihad melawan hawa nafsu. Jihad melawan nafsu adalah ungkapan untuk menyucikan dan memurnikan nafsu kita untuk kembali semurni-murninya, yaitu dalam keadaan fitri. Sehingga akan tim- bul sebuah sikap untuk menghargai orang lain, dan solidaritas dan umat Islam akan merasakan kesejahteraan, ketentraman. Oleh karena itu mari kita sambut bulan suci Ramadhan ini dengan penuh kepedu- lian terhadap sesama melalui pembersi- han menyucikan hati.

Upload: badrut-tamam-khafi

Post on 24-Mar-2016

234 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Bedug Edisi 116 Khusus Ramadhan

TRANSCRIPT

Page 1: Bedug Edisi 116

RUBRIK REDAKSI

Marhaban Ya Ramadhan

M I M B A R Oleh: HM. Buchori, SH, M.SiWalikota Probolinggo

● Mimbar Marhaban Ya Ramadhan

● Tadarus RamadhanMenyucikan Hati Me-nyambut Bulan Suci

● Konsultasi PuasaDiasuh Oleh KH. Lubabul Khair● TakmiriyahSelamat Menunaikan Ibadah Puasa

Edisi Ramadhan No. 116 Jum'at Kliwon/Juli 2012

Penerbit: Bedug Institute Kota Probolinggo, Penanggung Jawab: PC. NU Kota Probolinggo, Pemimpin Umum: Abd Azis, S.Kom,. S.Sos.I, Pemimpin Redaksi: Hasanuddin, SHI, Sekretaris Redaksi: Moh. Agus, Keuangan dan Sirkulasi: Ihya’ Aminuddin, S.Ag, Lukman Hakim A.I, S.Sos.I, Redaktur: Dr. M. Sulthon, MA., Muzammil, S.H.I, Mushafi M, Tata Letak: Badrut Tamam Khafi, Alamat Redaksi: Jl. Bengawan Solo Kedopok, Kota Probolinggo, No Tlp: 081336800282, E-mail: [email protected]. Iklan: Redaksi menerima pemasangan iklan. Harga langganan 50 eksemplar Rp. 25.000

Selamat DatangBulan Penuh Ampunan!

Tanpa terasa, akhirnya sang waktu mengantarkan kita semua kembali bertemu tamu agung yang senan-

tiasa kedatangannya ditunggu-tunggu oleh seluruh umat islam di dunia. Ia adalah bulan suci Ramadhan.

Ramadhan merupakan bulan berkah, bulan sejuta hikmah, bulan kemuliaan dan bulan ampunan. Bulan ini juga lebih baik dari seribu bulan bagi orang yang menjalankan perintah Allah dengan iman dan taqwa. Pada bulan ini, segala amal baik umat Islam di dunia akan dibalas berlipat ganda oleh Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita semua un-tuk tidak menjalankan ibadah puasa yang telah difardukan pada bulan ini.

Karena itu, momentum bulan suci ini patut kita jadikan media untuk mereflek-sikan amal ibadah kita selama satu tahun sehingga menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan ibadah kita untuk mengga-pai ridho dan magfirahnya. Di samping itu, spirit kebersamaan, kejujuran dan perdamaian yang terkandung dalam pe-san puasa Rama dhan ini patut kita jadikan ruang untuk menata kehidupan.

Menata kehidupan sesungguhnya ba-gian dari proses mawas diri atau intros-peksi. Proses mawas diri melibatkan eval-uasi diri ke wilayah kedalaman hati untuk dinyatakan kembali dalam keseharian sebagai akhlak dan perilaku mulai yang membumi.

Selain itu, evaluasi juga mencakup taksiran untuk kehidupan di masa depan, baik di dunia maupun di akhirat nanti melalui jihad melawan hawa nafsu. Jihad melawan nafsu adalah ungkapan untuk menyucikan dan memurnikan nafsu kita untuk kembali semurni-murninya, yaitu dalam keadaan fitri. Sehingga akan tim-bul sebuah sikap untuk menghargai orang lain, dan solidaritas dan umat Islam akan merasakan kesejahteraan, ketentraman. Oleh karena itu mari kita sambut bulan suci Ramadhan ini dengan penuh kepedu-lian terhadap sesama melalui pembersi-han menyucikan hati.

Page 2: Bedug Edisi 116

Edisi Ramadhan No. 116 Jum'at Kliwon/Juli 2012TADARUS RAMADHAN 2

Menyucikan HatiMenyambut Bulan Suci

Alhamdulillah akhirnya kita dipertemukan kembali dengan bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat islam di muka bumi ini yaitu bulan suci Rama-dhan. Karenanya pada bulan ini diwajibkan umat is-

lam untuk berpuasa. Hikmah dan tujuan utama diwajibkannya puasa adalah untuk mencapai takwa kepada Allah  SWT yang hakikatnya adalah kesucian jiwa dan kebersihan hati. Maka bu-lan Ramadhan merupakan kesempatan berharga bagi seorang muslim untuk berbenah diri guna meraih takwa kepada Al-lah SWT.

Puasa adalah sebuah kegiatan keagamaan yang dilakukan pada setahun sekali, yang bertepatan pada bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman;. “Hai orang-orang yang beriman, diwa-jibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S Al Baqoroh 183). Puasa pada yang diwajibkan oleh Allah SWT semata-mata un-tuk menahan ‘hawa nafsu’. Hawa nafsu yang dimaksud adalah nafsu ammârah  (nafsu jahat), nafsu  lawwâmah  (nafsu berbuat baik tapi masih berbuat maksiat). Hakikat puasa adalah untuk menghancurkan dua nafsu tersebut dan merubah kedua nafsu tersebut menjadi nafsu muthmainnah (nafsu kebaikan). 

Hakikatnya, puasa di bulan Ramadhan hanya sebagai sta-siun awal bagi umat muslim yang diajarkan Rasulullah SAW dalam tatanan syariat Islam dan banyak pula puasa-puasa sun-nah lainnya untuk menjadi stasioner membakar hawa nafsu am-mârah, dan lawwâmah. Problematika kehidupan di negeri ini sudah terlihat banyaknya masyarakat yang terjebak pada nafsu nafsu ammârah dan lawwâmah. Karena itu melalui momentum bulan suci ramadhan ini, kesempatan bagi kita untuk menata diri dan mensucikan hati dari hal-hal yang berbau maksiat un-tuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah.

Meraih Takwa dan Kesucian JiwaImam Ibnu Katsir mengatakan bahwa dalam ayat ini Al-

lah  SWT  berfirman kepada orang-orang yang beriman dan memerintahkan mereka untuk (melaksanakan ibadah) puasa, yang berarti menahan (diri) dari makan, minum dan hubungan suami-istri dengan niat ikhlas karena Allah  (semata), karena puasa (merupakan sebab untuk mencapai) kebersihan dan ke-sucian jiwa, serta menghilangkan noda-noda buruk (yang men-gotori hati) dan semua tingkah laku yang tercela.

KH. Azis Fadhal Rois Suryah PCNU Kota Probolinggo men-gatakan, unsur-unsur takwa yang terkandung dalam ibadah

Page 3: Bedug Edisi 116

Edisi Ramadhan No. 116 Jum'at Kliwon/Juli 2012TADARUS RAMADHAN3

puasa, ialah; pertama, orang yang berpuasa (berarti) mening-galkan semua yang diharamkan Allah (ketika berpuasa), berupa makan, minum, berhubungan suami-istri dan sebagainya, yang semua itu diinginkan oleh nafsu manusia, untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan balasan pahala dari-Nya dengan meninggalkan semua itu, ini adalah termasuk takwa (kepada-Nya). Kedua Orang yang berpuasa (berarti) melatih dirinya untuk (merasakan)  muraqabatullah  (selalu merasakan pengawasan Allah SWT), maka dia meninggalkan apa yang di-inginkan hawa nafsunya padahal dia mampu (melakukannya), karena dia mengetahui Allah maha mengawasi (perbuatan)nya.

Ketiga, sesungguhnya puasa akan mempersempit jalur-jalur (yang dilalui) setan (dalam diri manusia), karena sesungguh-nya setan beredar dalam tubuh manusia di tempat mengalirnya darah, maka dengan berpuasa akan lemah kekuatannya dan berkurang perbuatan maksiat dari orang tersebut. Keempat, orang yang berpuasa umumnya banyak melakukan ketaatan (kepada Allah SWT), dan amal-amal ketaatan merupakan ba-gian dari takwa. Dan kelima, orang yang kaya jika merasakan beratnya (rasa) lapar (dengan berpuasa) maka akan menimbul-kan dalam dirinya (perasaan) iba dan selalu menolong orang-orang miskin dan tidak mampu, ini termasuk bagian dari takwa.

Karena itu, bulan Ramadhan bisa disebut musim kebaikan untuk melatih dan membiasakan diri untuk memiliki sifat-sifat mulia sesuai ajaran Islam diantaranya sifat sabar. “Sifat ini san-

gat agung kedudukannya dalam Islam, bahkan tanpa adanya si-fat sabar berarti iman seorang hamba akan pudar,”jelas Kiai Azis yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hidayah Kade-mangan Kota Probolinggo.

Bagaimana Menyambut Bulan Ramadhan?Dalam kesempatan yang berbeda KH. Lubabul Khair Penga-

jar Pondok Pesantren Zainul Islah Kanigaran Kota Probolinggo mengatakan bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh ke-muliaan dan keberkahan, padanya dilipat gandakan amal-amal kebaikan, disyariatkan amal-amal ibadah yang agung, di buka pintu-pintu surga dan di tutup pintu-pintu neraka. Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan ingin meraih ridha-Nya.

Dari saking agungnya keutamaan bulan suci ini, Rasu-lullah  SAW selalu menyampaikan kabar gembira kepada para sahabat ra, akan kedatangan bulan yang penuh berkah ini. Abu Hurairah  ra  berkata, bahwa Rasulullah  SAW bersabda, yang artinya, “Telah datang bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, Allah mewajibkan kalian berpuasa padanya, pintu-pintu surga di buka pada bulan itu, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam (kemuliaan/lailatul qadr) yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terha-langi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung).

Imam Ibnu Rajab, ketika mengomentari hadits ini, beliau berkata, “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gem-bira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mung-kin orang yang pernah berbuat dosa (dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala) tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang ber-akal tidak gembira ketika para setan dibelenggu.

Karena itu menjelang masuknya bulan suci ini kita harus mempersiapkan diri dengan baik. Persiapan diri yang dimak-sud di sini tentu bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa.

Tapi, persiapan yang dimaksud adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebai-knya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah SAW. “Karena balasan kebaikan/keutamaan dari semua amal shaleh yang dikerjakan manusia, sempurna atau tidaknya, tergantung dari sempurna atau kurangnya keikhlasannya, dan jauh atau dekat-nya praktek amal tersebut dari petunjuk Nabi SAW,”tandas Kiai Lubab.

Page 4: Bedug Edisi 116

bedugEdisi Ramadhan No. 116 Jum'at Kliwon/Juli 2012

•Pertanyaan: Ustadz yang saya hormati, saya ingin bertanya, banyak orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa yang melakukan perobatan seperti disuntik atau diinfus. Nah apakah seseorang yang sedang sakit kemudian disuntik, baik suntik pengobatan maupun suntik infus, bagaimana hukumnya puasa orang tersebut?

Shofiana Fitri (Wonoasih)

Jawab: Saudaraku yang saya hormati, pada hakikatnya sehat itu adalah hak semua manusia, karena itu kita berkewajiban menjaga kesehatan kita diri kita sendiri baik itu dalam keadaan puasa maupun tidak. Jadi tidak ada masalah orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa kemudian berobat dengan disuntik atau diinfus, asalkan tidak melalui lubang-lubang lain seperti; mulut, kuping, hidung, kubul dan dzubur. Terima kasih. (Referensi; Kitab I’anatut Thalibin Juz II hlm 229, Cet. Al Hidayah dan Kifayatul Akhyar hlm 205).

•Pertanyaan: Ustadz, saya adalah orang yang suka berkelana, di perjalanan (bus, pesawat dan kapal laut) seringkali menyaksikan orang muntah, padahal ia sedang melaksanakan ibadah puasa, tapi ia masih melanjutkan puasanya. Apakah puasa orang tersebut sah atau batal?

Amin (Kedupok)

Jawab: Saudaraku yang saya hormati. Muntah itu banyak faktornya ada yang disengaja atau tidak, misalnya, kita sengaja mengotak atik mulut kita sampai muntah. Kemudian ada juga orang muntah karena perutnya mulas dan lain sebagainya.

KONSULTASI

P U A S A

Dengan demikian jika muntahnya disengaja bearti puasanya batal dan jika muntahnya tanpa disengaja maka puasanya tetap sah. (referensi;Kitab I’anatut Thalibin Juz II hlm 227-228 dan Kifayatul Akhyar hlm 207). Terima kasih.

•Pertanyaan: Ustadz, saya seorang perkelana, saya sering melakukan perjalan jauh, baik itu bulan puasa maupun bukan bulan puasa. Nah karena sekarang menjelang bulan puasa saya ingin meminta penjelasan mengenai jarak perjalanan yang membolehkan seorang musafir berbuka puasa, sekian terima kasih?

Hasanuddin (Wonoasih)

Jawab: Saudaraku yang saya banggakan dalam kitab-kitab klasik para ulama sepakat bahwa jarak bagi perjalanan musyafir yang diperbolehkan berbuka puasa ialah; dua marhalah atau dalam hitungan 85 Km. Jadi seorang musyafir bisa berbuka puasa jika ia menempuh perjalanan 85 Km. (Referensi; Kitab Assarwani Juz II hlm 379 Cet; Darul Hikam).Terima kasih.

•Pertanyaan: Ustadz, apa hukumnya seorang yang musafir dan tidak berpuasa Ramadhan, kemudian dia melakukan hubungan dengan istrinya di siang hari dengan alasan safar. Bagaimana hukumnya?

Arief (Sumber Taman)

Jawab: Saudaraku yang saya hormati, Allah memang telah memberi keringanan kepada seorang musyafir untuk berbuka

puasa asalkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan. Kemudian, musafir yang melakukan hubungan dengan istrinya di siang hari-hari hukumnya boleh-boleh saja asalkan safar, kalau tidak safar tidak diperbolehkan hukumnya haram. Terima kasih (Referensi; Kitab Assarwani Juz III hlm 430 cet. Darul Hikam) .

•Pertanyaan: Ustadz yang saya muliakan, pada saat saya berpuasa di bulan Ramadhan saya dalam keadaan hamil. Tetapi tiba-tiba saya keguguran, namun saya tetap meneruskan puasa tersebut. Apakah sah puasa saya atau bagaimana?

Mardiyah (Sumber Taman)

Jawab: Saudaraku yang saya hormati; sebaiknya saudara tidak melanjutkan puasanya, karena puasa saudara sudah batal. Puasa orang yang keguguran hukumnya tidak sah. Jadi saudara harus membatalkan puasanya. Terima kasih(Referensi; Assarwani Juz III hlm 414, Cet; Darul Hikam).

•Pertanyaan: Ustadz, bagaimana hukum shalat dan puasa bagi musafir, apakah menyempurnakan shalat dan puasa lebih utama daripada mengambil rukhsoh? Karena saat ini masalah jauh dan dekatnya tempat sangat relatif?

Ihya’ (Sumber Taman)

Jawab: Saudaraku yang saya hormati, kalau shalat dengan mencapai perjalan tiga marhalah, maka mengambil Qashar ialah lebih utama. Sedangkan kalau puasa, lebih utama apabila tidak menerima madharat atau lelah. Hal ini dikarenakan agar kita segera terbebas dari tanggungan puasa. Puasa yang demikian ini sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Terima Kasih(Referensi; Kitab Assarwani Juz II hlm 393. Cet; Darul Hikam).

Rubrik ini dapat dikerjasamakan dengan Dinas, Badan, Kantor dan pihak lain dengan materi ucapan, himbauan, ajakan terhadap kebajikan sosial-kemanusiaanTAKMIRIYAH

Rubrik ini untuk berkonsultasii seputar permasalahan puasa dan yang bersangkutan. Anda bisa berpartisipasi melalui email: [email protected]

Diasuh Oleh: KH. Lubabul Khair (Pengasuh PP. Zainul Islah)