mengenal kitab-kitab deuterokanonika

40
MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA PAROKI ST. FRANSISKUS ASISI, TEBET

Upload: dylan-gallegos

Post on 01-Jan-2016

204 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

PAROKI ST. FRANSISKUS ASISI, TEBET. MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA. Pertemuan 1. PENGANTAR. Apa Itu Alkitab?. ALKITAB. Catatan penting: setiap agama punya Kitab Suci, tapi pemahaman masing-masing agama tentang Kitab Suci tidak sama. CIRI CORAK ALKITAB. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

PAROKI ST. FRANSISKUS ASISI, TEBET

Page 2: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

PENGANTARPertemuan 1

Page 3: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Apa Itu Alkitab?

Page 4: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

ALKITAB

Catatan penting: setiap agama punya Kitab Suci, tapi pemahaman masing-masing agama tentang Kitab Suci tidak sama.

Page 5: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

CIRI CORAK ALKITAB

Bukan kitab yang “turun dari surga”. Ada keterlibatan manusia. Terbentuk melalui proses yang

panjang. Bukan kitab ilmu pengetahuan,

bukan kitab sejarah.

Page 6: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

DEFINISI ALKITAB

Kesaksian iman leluhur bangsa Israel (Perjanjian Lama) dan jemaat Gereja perdana (Perjanjian Baru).

Firman Allah dalam bahasa manusia.

Page 7: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Alkitab, Kanon, & Deuterokanonika

Page 8: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

TERBENTUKNYA ALKITAB

Alkitab, untuk sampai pada bentuk seperti yang kita miliki sekarang, memerlukan proses yang panjang.

Berawal dari tradisi lisan – lalu muncul tradisi-tradisi tertulis yang tersebar di berbagai tempat – kemudian dihimpun menjadi satu tulisan utuh – muncullah gulungan-gulungan yang berdiri sendiri-sendiri.

Page 9: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Dengan itu, orang Yahudi punya banyak tulisan yang dipandang suci, yang berfungsi untuk mendidik jemaat.

Tulisan-tulisan itu pada dasarnya berdiri sendiri-sendiri.

Akhirnya dipandang perlu untuk membuat ketetapan tulisan-tulisan apa saja yang layak disebut sebagai Kitab Suci.

Proses itu disebut “kanonisasi”.

Page 10: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

KANON

Arti harfiah: alang-alang, galah, ukuran, tongkat pengukur.

Arti metaforis: norma, aturan.

Page 11: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Arti kanon dalam dunia Alkitab: Daftar. Daftar kitab yang menjadi standar atau

aturan yang bersifat normatif bagi umat. Daftar kitab yang diyakini memiliki

otoritas sebagai Firman Allah dan layak menjadi tolok ukur bagi iman umat.

Daftar kitab yang diterima sebagai Kitab Suci.

Page 12: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

DEUTEROKANONIKA

Note: istilah Deuterokanonika baru muncul tahun 1566 – dicetuskan oleh Sixtus dari Siena (seorang teolog) – untuk menyebut kitab-kitab dalam Perjanjian Lama yang diterima sebagai kanon oleh Gereja Katolik, namun tidak ada dalam Kitab Suci Yahudi dan Gereja Reformasi.

Deutero: kedua.Deuterokanonika: kanon yang kedua.

Page 13: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Sejarah Kanonisasi Alkitab,Sejarah Munculnya Deuterokanonika

Page 14: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

PERLU DIKETAHUI

Kanonisasi Alkitab adalah sebuah proses yang berlangsung selama berabad-abad.

Proses ini melibatkan diskusi yang rumit mengenai kitab mana yang dianggap berwibawa dan kitab mana yang tidak.

Page 15: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

SEBELUM KANONISASI PERJANJIAN LAMA

Berbagai kitab diterima oleh orang Yahudi sebagai bahan pengajaran bagi umat atau yang disebut Kitab Suci.

Belum ada daftar yang diakui bersama oleh orang Yahudi di Palestina dan di luar Palestina.

Page 16: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

SEPTUAGINTA (LXX)

Pada abad 3 SM, kitab-kitab Yahudi diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani.

Septuaginta terutama ditujukan bagi orang Yahudi yang ada di perantauan, yang kebanyakan tidak menguasai bahasa Ibrani.

Septuaginta secara luas diterima dan digunakan oleh orang-orang Yahudi pada abad 1 M, juga jemaat Kristen perdana.

Page 17: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Septuaginta mencakup kitab-kitab yang nantinya menjadi Perjanjian Lama, Deuterokanonika, dan apokrif.

Page 18: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

KANONISASI ALKITAB IBRANI

Tahun 100 M (final tahun 200 M): orang Yahudi di Palestina menetapkan kanon – 39 kitab diterima sebagai Kitab Suci.

TaNaKh: Torah, Nebiim, Ketubim.Antilegomena: tulisan-tulisan yang

keotentikannya atau nilainya diragukan – antara lain Kidung Agung, Ester, Pengkhotbah.

Page 19: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

KRITERIA SEBUAH KITAB DITERIMA DALAM KANON YAHUDI

Ditulis dalam bahasa Ibrani. Punya otoritas, dalam arti dipakai

oleh komunitas-komunitas Yahudi. Contoh: kitab Ester diterima karena dipakai pada Hari Raya Purim, kitab Yudit tidak.

Page 20: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Kitab itu harus memuat tema-tema utama dalam iman Yahudi, misalnya “keterpilihan” atau “perjanjian”.

Contoh: Kidung Agung jika dilihat sebagai sebuah alegori.

Page 21: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Kitab itu harus ditulis sebelum zaman Ezra, karena diyakini tidak ada lagi inspirasi ilahi sesudah itu.

Contoh: Yunus diterima karena dulu diperkirakan ditulis sebelum kehancuran Niniwe (612 SM).

Page 22: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

SIKAP ORANG YAHUDI DI LUAR PALESTINA

Orang Yahudi di luar Palestina mula-mula punya daftar Kitab Suci yang lebih panjang, meliputi TaNaKh dan beberapa kitab dari Septuaginta.

Namun, mereka kemudian meninggalkannya, dan menerima TaNaKh.

Page 23: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

SIKAP JEMAAT KRISTEN PERDANA

Septuaginta secara luas diterima dan digunakan oleh orang-orang Yahudi pada abad 1 M, juga jemaat Kristen perdana.

Karena pengaruh Septuaginta, selain TaNaKh, jemaat Kristen menerima pula sejumlah tulisan yang tidak diterima sebagai Kitab Suci oleh orang Yahudi.

Page 24: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Kanon Perjanjian Lama yang diterima oleh Gereja ditetapkan oleh Paus Damasus I dalam Konsili Roma (382) – ditegaskan kembali dalam Konsili Hippo (393) dan Kartago (397) – ketika Protestantisme merebak, hal itu ditegaskan ulang di konsili Trente (1546).

Page 25: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

KANON PERJANJIAN LAMA

TaNakh (dengan urutan yang berbeda). Tobit. Yudit. Tambahan –tambahan pada Kitab Ester. Kebijaksanaan Salomo. Sirakh. Barukh dan Surat Nabi Yeremia. Tambahan-tambahan pada Kitab

Daniel. 1 Makabe. 2 Makabe.

Page 26: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

SIKAP JEMAAT REFORMASI

Pada tahun 1517, protestantisme merebak, dipelopori oleh Martin Luther.

Karena mengembangkan ajaran yang berbeda dengan ajaran Gereja Katolik, dapat dimengerti bahwa ia juga meninjau kembali kitab-kitab yang diterima sebagai Kitab Suci.

Akhirnya ditetapkan bahwa mereka mengikuti kanon yang ditetapkan orang Yahudi.

Page 27: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

ALASAN PENOLAKAN

Tidak pernah dikutip Yesus. Sebagian bapa Gereja menganggap teks-

teks itu tidak terinspirasi. Tidak diterima dalam kanon Alkitab Ibrani. Sejumlah kitab tidak ditulis dalam bahasa

Ibrani. Sejumlah kitab mutunya rendah, sehingga

tidak layak masuk dalam Kitab Suci. Kitab-kitab itu baru diakui dalam Konsili

Trente (1546).

Page 28: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

TANGGAPAN

Banyak kitab tidak dikutip oleh Yesus, sebaliknya di antara kitab yang ditolak ada yang cukup berpengaruh terhadap ajaran Yesus maupun Perjanjian Baru (lih. Sir. 10-18).

Hampir pasti bahwa Kitab Suci yang dibaca Yesus maupun penulis Injil adalah Septuaginta.

Sejumlah Bapa Gereja mengutip dan menerima kitab-kitab itu sebagai Kitab Suci.

Page 29: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Pada masa penyusunan kitab-kitab suci, bahasa Yunani dipakai secara luas.

Mengapa mengikuti ketetapan orang Yahudi, padahal mereka menolak Kristus, Injil, dan Perjanjian Baru?

Mutu Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo sangat bagus. Gaya bercerita Tobit dan Yudit juga cukup konsisten dan jelas.

Gereja menetapkan kanon Perjanjian Lama sejak lama, konsili Trente hanya menegaskannya kembali.

Page 30: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

INFORMASI TAMBAHAN

Mulai tahun 1566, kitab-kitab yang dipersoalkan diberi julukan Deuterokanonika.

Meskipun menolak menyebutnya sebagai Kitab Suci, Martin Luther tetap menerjemahkannya .

Terjemahan itu diletakkan di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai tambahan.

1827 British and Foreign Bible Society mencoret Deuterokanonika dari Kitab Suci mereka.

Page 31: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Karena itu dapat dipastikan bahwa pada abad 16 sampai awal abad 19, kitab-kitab itu tetap ada dalam Kitab Suci jemaat Protestan.

Page 32: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

DUGAAN

Ada kitab yang ditolak Martin Luther karena tidak sesuai dengan ajaran yang dikembangkannya.

Kitab itu adalah 2 Makabe. 2 Makabe mengajarkan kita untuk

berdoa bagi keselamatan jiwa yang meninggal (2Mak. 12:38-45).

Itu bertentangan dengan ajaran Luther yang tentang sola fide.

Page 33: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

YANG MENARIK

Luther juga kurang menyukai sejumlah kitab dalam Perjanjian Baru dan ingin juga menolaknya masuk dalam Kitab Suci.

Kitab-kitab itu adalah Surat Yakobus, Surat kepada Orang Ibrani, Surat Yudas, dan kitab Wahyu.

Karena tokoh-tokoh reformasi lain keberatan, hal itu tidak jadi dilakukan.

Page 34: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Penutup

Page 35: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Tobit. Yudit. Tambahan –tambahan pada Kitab

Ester. Kebijaksanaan Salomo. Sirakh. Barukh dan Surat Nabi Yeremia. Tambahan-tambahan pada Kitab

Daniel. 1 Makabe. 2 Makabe.

Page 36: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

PENDAPAT GEREJA ORTODOKS

Gereja Ortodoks punya lebih banyak kitab Deuterokanonika: 1 Ezra, 3 Makabe, 4 Makabe, Doa Manasye, Mazmur 151, dan sebagainya.

Deuterokanonika Gereja Ortodoks yang satu berbeda dengan yang lain.

Page 37: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

ISTILAH “APOKRIF”

Apokrif: rahasia, tersembunyi.Kitab apokrif: kitab-kitab yang

dipandang tidak kanonik karena nilainya diragukan.

Apokrif menurut jemaat reformasi: kitab-kitab di luar Perjanjian Lama.

Apokrif menurut gereja Katolik: kitab-kitab di luar Perjanjian Lama dan di luar Deuterokanonika.

Page 38: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Apokrif menurut gereja Ortodoks: kitab-kitab di luar Perjanjian Lama dan di luar Deuterokanonika menurut versi mereka masing-masing.

Page 39: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

MAKNA KITAB-KITAB DEUTEROKANIKA

Deuterokanonika adalah bagian integral dari Perjanjian Lama. Kitab-kitab itu sungguh terinspirasi dan bukan kitab-kitab “kelas dua”.

Beberapa kitab dapat menjadi “jembatan” pemikiran antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, misalnya Kebijaksanaan Salomo yang berbicara tentang kebangkitan.

Page 40: MENGENAL KITAB-KITAB DEUTEROKANONIKA

Perlu disadari pula bahwa ketika mengutip teks Perjanjian Lama, Perjanjian Baru lebih sering mengacu pada Septuaginta daripada pada teks Ibrani. Dengan begitu Perjanjian Baru pasti mengetahui pula eksistensi kitab-kitab Deuterokanonika sebagai bagian dari Septuaginta.