bab iv hasil penelitian dan pembahasan...pada setiap siklusnya menunjukkan peningkatan keterampilan...
TRANSCRIPT
-
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan di kelas VB SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga,
dengan jumlah siswa 26 orang. Penerapan model pembelajaran talking chips
dilakukan dalam dua siklus. Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dengan materi
pembentukan tanah. Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan dengan materi struktur
bumi dan atmosfer bumi.
4.2 Kondisi Awal
Pada kegiatan pembelajaran guru lebih banyak berceramah dalam
menjelaskan materi pembelajaran dan saat kegiatan pembelajaran banyak siswa
yang mengobrol dengan teman sebangkunya, ada yang sibuk dengan kegiatannya
masing-masing, ada yang diam saja, dan ada juga yang mendengarkan. Pada saat
diskusi kelompok hanya beberapa siswa yang aktif menjawab/melakukan
kegiatan diskusi kelompok dan siswa yang lain lebih banyak diam. Guru kurang
memperhatikan keaktifan para siswa di kelas, saat guru menjelaskan materi dan
saat diskusi kelompok.
Hasil belajar siswa menunjukkan masing banyak siswa yang belum
mencapai KKM, hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes siswa pada tabel 13:
Tabel 13
Hasil Tes IPA Kondisi Awal
Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%)
≤ 66 10 38,46 67 – 73 1 3,85
74 – 80 2 7,69
81 – 86 6 23,08
87 – 93 5 19,23
94 – 100 2 7,69
Jumlah 26 100
Nilai Rata-rata 73,76
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
-
34
Tabel 13 menunjukkan hasil tes IPA kondisi awal dengan rata-rata 73,76
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥66. Terdapat 10 siswa yang memiliki
rentang nilai terendah ≤66 dan hanya 2 siswa yang mencapai rentang nilai 94-100
atau nilai tertinggi. Apabila ditunjukkan dalam diagram batang, dapat dilihat pada
gambar 3:
Gambar 3: Diagram Hasil Tes Kondisi Awal
Perbandingan ketuntasan hasil tes IPA kondisi awal kelas VB dapat dilihat
pada tabel 14:
Tabel 14
Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes IPA Kondisi Awal
Nilai Kategori Banyak Siswa Persentase (%)
≥ 66 Siswa Tuntas 16 61,54
< 66 Siswa Belum Tuntas 10 38,46
Jumlah 26 100
Pada kondisi awal hasil tes mata pelajaran IPA kelas VB SD Kristen 03
Eben Haezer Salatiga, dari 26 orang siswa hanya 16 atau 61,54% siswa yang
tuntas dan 10 orang siswa belum tuntas dengan KKM ≥66.
-
35
Hasil tes siswa kondisi awal dapat dibuat perbandingan jumlah siswa yang
tuntas dan tidak tuntas pada gambar 4:
Gambar 4: Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes IPA Kondisi Awal
4.3 Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe talking chips. Pada setiap siklusnya menunjukkan peningkatan keterampilan
sosial dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Berikut hasil yang
diperoleh dari siklus I dan siklus II:
4.3.1 Siklus I
4.3.1.1 Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
a) Rencana tindakan
Peneliti dan guru terlebih dahulu membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan menentukan SK, KD, dan alokasi waktu yang akan
digunakan. Alokasi waktu yang digunakan pada setiap pertemuan 2 x 35 menit.
Kemudian menyiapkan alat peraga yang akan digunakan, pada pertemuan 1
materi yang dibahas adalah tentang batuan. Peneliti dan guru menyiapkan macam-
macam batuan, paku, dan lembar diskusi kelompok. Batuan yang disiapkan antara
lain batu apung, batu kapur, batu marmer, batu pasir, dan batu obsidian.
b) Pelaksanaan tindakan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 17 Maret 2014 pukul 11.15-
12.25 WIB di ruang kelas VB dan lap IPA SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga.
-
36
Guru membuka pembelajaran dengan salam. Guru menyiapkan media
pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan dengan
melakukan apresepsi dengan menanyakan pada siswa. Siswa secara berebut saling
mengemukakan pendapatnya tentang batuan yang dibawa oleh guru.
Setelah memperoleh beberapa pendapat dari siswa guru kemudian
menjelaskan dan meluruskan jawaban dari para siswa, setelah itu guru
menjelaskan materi tentang batuan dan bertanya jawab dengan siswa tentang
materi yang dibahas.
Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, kemudian guru menjelaskan
langkah-langkah talking chips. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok.
Guru membagikan kancing secara rata pada setiap kelompok, masing-masing
siswa memperoleh 5 buah kancing yang harus mereka gunakan untuk
menyampaikan pendapat mereka. Guru mengajak siswa ke lap IPA. Guru
membagikan macam-macam batuan, paku, dan lembar diskusi pada setiap
kelompok.
Masing-masing kelompok memulai diskusi mereka. Siswa dalam
kelompok saling berpendapat tentang ciri-ciri masing-masing batuan dengan
menggores tiap batuan dengan paku untuk mengetahui kekerasan batuan, siswa
juga mengamati bentuk, tekstur, dan warna batuan. Bagi siswa yang ingin
berpendapat menaruh kancingnya ditengah meja diskusi, menuliskan nama dan
jawabannya pada lembar diskusi, begitu seterusnya sampai kancing yang dimiliki
selesai dan diskusi selesai.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan teman
dari kelompok lain saling menanggapi jawaban dari kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah semua kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya, siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberi penguatan, dan membuat kesimpulan mengenai materi
yang sudah dibahas.
-
37
2) Pertemuan Kedua
a) Rencana tindakan
Peneliti dan guru terlebih dahulu membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan menentukan SK, KD, dan alokasi waktu yang akan
digunakan. Alokasi waktu yang digunakan pada setiap pertemuan 2 x 35 menit.
Kemudian menyiapkan alat peraga yang akan digunakan, pada pertemuan 2
materi yang dibahas adalah tentang pelapukan batuan. Peneliti dan guru
menyiapkan batuan (berlumut dan tidak berlumut), paku, dan lembar diskusi
kelompok.
b) Pelaksanaan tindakan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Kamis, 20 Maret 2014 pukul 08.25-
09.50 WIB di ruang kelas VB dan lap IPA SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga.
Guru membuka pembelajaran dengan salam. Guru menyiapkan media
pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan dengan
melakukan apresepsi dengan meminta seorang siswa maju ke depan untuk
mengosok-gosokkan sebuah batu ke batu yang lain. Siswa secara berebut saling
mengemukakan pendapatnya.
Setelah memperoleh beberapa pendapat dari siswa guru kemudian
menjelaskan dan meluruskan jawaban dari para siswa, setelah itu guru
menjelaskan materi tentang pelapukan batuan dan bertanya jawab dengan siswa
tentang materi yang dibahas. Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, kemudian
guru menjelaskan langkah-langkah talking chips. Kemudian dilanjutkan dengan
diskusi kelompok. Guru membagikan kancing secara rata pada setiap kelompok,
masing-masing siswa memperoleh 5 buah kancing yang harus mereka gunakan
untuk menyampaikan pendapat mereka. Guru mengajak semua kelompok ke lap
IPA. Guru membagikan batu berlumut, tidak berlumut, paku, dan lembar diskusi
pada setiap kelompok.
Masing-masing kelompok memulai diskusi mereka. Siswa dalam
kelompok saling berpendapat dan mendiskusikan tentang perbedaan batuan yang
ditumbuhi lumut dan batuan yang tidak ditumbuhi lumut. Siswa mengambil lumut
yang ada pada batuan tersebut, kemudian membandingkan permukaan batu bekas
-
38
ditumbuhi lumut dan batu yang tidak ditumbuhi lumut dengan menggores tiap
batuan dengan paku untuk mengetahui perbadaan permukaan batuan tersebut.
Bagi siswa yang ingin berpendapat menaruh kancingnya ditengah meja diskusi,
menuliskan nama dan jawabannya pada lembar diskusi, begitu seterusnya sampai
kancing yang dimiliki selesai dan diskusi selesai.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan teman
dari kelompok lain saling menanggapi jawaban dari kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah semua kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya, siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberi penguatan, dan membuat kesimpulan mengenai materi
yang sudah dibahas. Guru meminta siswa membawa gelas aqua pada pertemuan
berikutnya.
3) Pertemuan Ketiga
a) Rencana tindakan
Peneliti dan guru terlebih dahulu membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan menentukan SK, KD, dan alokasi waktu yang akan
digunakan. Alokasi waktu yang digunakan pada setiap pertemuan 2 x 35 menit.
Kemudian menyiapkan alat peraga yang akan digunakan, pada pertemuan 3 materi
yang dibahas adalah tentang tanah. Peneliti dan guru menyiapkan beberapa tanah
(tanah kapur, tanah pasir, tanah liat, dan tanah humus ), dan lembar diskusi
kelompok.
b) Pelaksanaan tindakan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Jumat, 21 Maret 2014 pukul 08.25-
09.50 WIB di ruang kelas VB dan halaman SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga.
Guru membuka pembelajaran dengan salam. Guru menyiapkan media
pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan dengan
melakukan apresepsi dengan menanyakan pada siswa. Siswa secara berebut saling
mengemukakan pendapatnya.
Setelah memperoleh beberapa pendapat dari siswa guru kemudian
menjelaskan dan meluruskan jawaban dari para siswa, setelah itu guru
-
39
menjelaskan materi tentang pelapukan batuan dan bertanya jawab dengan siswa
tentang materi yang dibahas.
Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, kemudian guru menjelaskan
langkah-langkah talking chips. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok.
Guru membagikan kancing secara rata pada setiap kelompok, masing-masing
siswa memperoleh 5 buah kancing yang harus mereka gunakan untuk
menyampaikan pendapat mereka. Guru membagikan macam-macam tanah,
lembar diskusi pada setiap kelompok dan meminta setiap siswa membawa gelas
aqua yang sudah mereka bawa dari rumah. Guru mengajak semua kelompok ke
halaman sekolah, setiap kelompok bebas memilih tempat untuk mereka berdiskusi
kelompok.
Masing-masing kelompok memulai diskusi mereka. Siswa dalam
kelompok saling berpendapat dan mendiskusikan tentang perbedaan warna dan
tekstur masing-masing tanah saat kondisi kering maupun basah dan tanah dapat
dengan mudah menyerap air atau tidak. Bagi siswa yang ingin berpendapat
menaruh kancingnya ditengah meja diskusi, menuliskan nama dan jawabannya
pada lembar diskusi, begitu seterusnya sampai kancing yang dimiliki selesai dan
diskusi selesai.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan teman
dari kelompok lain saling menanggapi jawaban dari kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah semua kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya, siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberi penguatan, dan membuat kesimpulan mengenai materi
yang sudah dibahas.
4.3.1.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Kegiatan Siswa Siklus I
a. Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama, pembelajaran berjalan dengan baik meskipun
masih ada kendala yaitu guru masih kelihatan bingung saat menjelaskan peraturan
kegiatan talking chips dan terjadi kekeliruan saat membagikan kancing pada
setiap kelompok, sehingga membuat siswa kebingungan dan banyak siswa yang
-
40
pada saat memberikan pendapat lupa memberikan kancing yang dimiliki yang
merupakan peraturan dari kegiatan talking chips. Hal ini dikarenakan guru belum
pernah menggunakan kegiatan talking chips dalam kegiatan pembelajaran. Namun
secara keseluruhan guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan RPP.
Berikut hasil observasi kegiatan mengajar guru dengan menerapkan
kegiatan pembelajaran talking chips:
Tabel 15
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I Pertemuan Pertama
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,1
2 Menjelaskan materi 3,3
3 Pembentukkan kelompok 3,0
4 Membagi kancing dan lembar
kerja 2,8
5 Diskusi masalah 3,3
6 Mempresentasikan hasil
diskusi 3,0
7 Kesimpulan 3,3
8 Melakukan kegiatan penutup 3,0
Jumlah skor 24,8
Rata-rata 3,1
Kategori Baik
Tabel 15 menunjukkan hasil observasi mengajar guru dalam menerapkan
kegiatan pembelajaran talking chips. Hasil observasi menunjukkan guru sudah
menyiapkan media pembelajaran yang digunakan dengan baik, guru juga sudah
menyiapkan alat peraga batuan yang dibutuhkan. Dalam menyampaikan materi
pembelajaran guru sudah menggunakan alat peraga sebaik mungkin dan mengajak
siswa untuk saling berinteraksi tanya jawab. Guru membagi siswa dalam
kelompok secara heterogen. Namun guru dalam menjelaskan kegiatan talking
chips guru masih kebingungan, dan saat membagikan kancing pada setiap
kelompok guru membagikan kancing dengan jumlah yang salah. Saat diskusi
kelompok guru kurang memantau perkembangan diskusi setiap kelompok, hanya
beberapa kelompok saja yang dipantau. Setiap kelompok sudah diberikan
-
41
kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dari hasil observasi
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru saat kegiatan pembelajaran, peneliti
dan observer memberikan saran kepada guru, sebaiknya guru terlebih dahulu
memahami langkah-langkah kegiatan talking chips, agar guru tidak kebingungan
saat menjelaskan kepada siswa. Sehingga pada pertemuan berikutnya guru dapat
menjelaskan langkah-langkah talking chips dengan benar.
Berikut hasil observasi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan
pembelajaran talking chips:
Tabel 16
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan Pertama
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,0
2 Menjelaskan materi 2,6
3 Pembentukkan kelompok 3,0
4 Membagi kancing dan lembar
kerja 3,0
5 Diskusi masalah 3,0
6 Mempresentasikan hasil diskusi 3,3
7 Kesimpulan 3,5
8 Melakukan kegiatan penutup 2,8
Jumlah skor 24,2
Rata-rata 3,0
Kategori Baik
Tabel 16 menunjukkan hasil observasi belajar siswa dengan kegiatan
talking chips. Hasil observasi menunjukkan bahwa kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran sudah baik, terlihat siswa menyiapkan buku pelajaran
yang akan digunakan. Namun saat kegiatan pembelajaran siswa masih kurang
memperhatikan penjelasan guru dan ada siswa yang terlihat mengganggu
temannya. Pada saat diskusi kelompok terdapat beberapa siswa ketika
menyampaikan pendapatnya lupa menyerahkan kancing yang dimiliki, padahal
guru sudah menjelaskan langkah-langkah pembelajaran talking chips. Siswa
sudah mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan baik dan jelas, sehingga
kelompok lain bisa memahami apa yang dijelaskan/disampaikan, meskipun masih
ada yang terlihat ragu-ragu saat akan maju mempresentasikan hasil diskusi. Hanya
-
42
saja pada kegiatan penutup banyak siswa yang sudah mulai membereskan buku-
buku pelajaran untuk kembali ke kelas, sehingga mereka kurang memperhatikan
saat membuat rangkuman dan refleksi materi yang sudah dibahas.
b. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua, pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan
lancar, guru sudah tidak kebingungan dalam menjelaskan kegiatan talking chips.
Siswa juga sudah terlihat lebih memperhatikan penjelasan guru dan siswa sudah
paham dengan penggunaan kancing dalam diskusi. Guru sudah menjalankan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP.
Berikut hasil observasi kegiatan mengajar guru dengan menerapkan kegiatan
pembelajaran talking chips:
Tabel 17
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I Pertemuan Kedua
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,7
2 Menjelaskan materi 3,6
3 Pembentukkan kelompok 3,5
4 Membagi kancing dan lembar
kerja 3,3
5 Diskusi masalah 3,1
6 Mempresentasikan hasil
diskusi 3,0
7 Kesimpulan 3,0
8 Melakukan kegiatan penutup 4,0
Jumlah skor 27,2
Rata-rata 3,4
Kategori Baik
Sekali
Tabel 17 menunjukkan hasil observasi mengajar guru dalam menerapkan
kegiatan pembelajaran talking chips. Hasil observasi menunjukkan guru sudah
menyiapkan media pembelajaran yang digunakan dengan baik, guru juga sudah
menyiapkan alat peraga batuan berlumut dan tidak berlumut yang dibutuhkan dan
memanfaatkan alat peraga untuk menjelaskan materi dengan baik. Pembagian
kelompok dilakukan secara heterogen, sehingga setiap kelompok memiliki
-
43
kemampuan yang sama rata. Guru sudah tidak kebingungan dalam menjelaskan
kegiatan talking chips, dan guru sudah membagikan kancing dengan benar pada
setiap kelompok. Guru sudah melakukan kegiatan penutup dengan baik dan
melibatkan siswa dalam melakukan refleksi materi pembelajaran yang sudah
dibahas dan didiskusikan.
Berikut hasil observasi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan
pembelajaran talking chips:
Tabel 18
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan Kedua
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,5
2 Menjelaskan materi 2,8
3 Pembentukkan kelompok 3,0
4 Membagi kancing dan lembar
kerja 3,3
5 Diskusi masalah 3,5
6 Mempresentasikan hasil diskusi 3,0
7 Kesimpulan 3,5
8 Melakukan kegiatan penutup 3,0
Jumlah skor 25,6
Rata-rata 3,1
Kategori Baik
sekali
Tabel 18 menunjukkan hasil observasi belajar siswa. Siswa tampak sudah
menyiapkan buku pelajaran yang akan digunakan. Siswa antusias memperhatikan
penjelasan guru dan tetapi masih ada siswa yang mengganggu temannya saat
pembelajaran. Siswa membentuk kelompok dengan tertib dan tidak saling berebut
tempat duduk. Pada saat diskusi kelompok siswa sudah menggunakan kancing
yang dimiliki dengan baik dan saat menyampaikan pendapatnya siswa tidak lupa
memberikan kancing yang dimiliki sebagai tanda siswa sudah memberikan
pendapatnya. Meskipun pada saat pembentukan kelompok masing ada siswa yang
ribut, karena ada siswa yang lupa dengan kelompoknya dan ketika berpindah dari
ruang kelas menuju Lap IPA banyak kelompok yang bingung mencari tempat
-
44
duduk. Siswa terlihat sibuk mencatat dan memperhatikan guru saat membuat
kesimpulan dari materi yang sudah dibahas.
c. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga, pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan
lancar. Guru sudah menjalankan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP dan
siswa terlihat lebih antusias menerima pelajaran.
Berikut hasil observasi kegiatan mengajar guru dengan menerapkan
kegiatan pembelajaran talking chips:
Tabel 19
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I Pertemuan Ketiga
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,4
2 Menjelaskan materi 3,6
3 Pembentukkan kelompok 3,3
4 Membagi kancing dan lembar
kerja 3,3
5 Diskusi masalah 3,5
6 Mempresentasikan hasil
diskusi 3,5
7 Kesimpulan 3,2
8 Melakukan kegiatan penutup 3,5
Jumlah skor 27,3
Rata-rata 3,4
Kategori Baik
Sekali
Tabel 19 menunjukkan hasil observasi mengajar guru dalam menerapkan
kegiatan pembelajaran talking chips. Hasil observasi menunjukkan guru sudah
menyiapkan media pembelajaran yang digunakan dengan baik, guru juga sudah
menyiapkan alat peraga macam-macam jenis tanah dan saat menjelaskan materi
guru mengajak siswa berinteraksi dengan baik dengan memanfaatkan alat peraga
atau media pembelajaran yang ada. Guru membagi siswa dalam kelompok secara
heterogen dan mengajak semua kelompok untuk melakukan diskusi di luar
kelas/di halaman sekolah, sehingga membuat siswa menjadi lebih bersemangat
untuk berdiskusi.
-
45
Berikut hasil observasi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan
pembelajaran talking chips:
Tabel 20
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan Ketiga
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,5
2 Menjelaskan materi 3,3
3 Pembentukkan kelompok 3,0
4 Membagi kancing dan lembar
kerja 3,5
5 Diskusi masalah 4,0
6 Mempresentasikan hasil diskusi 3,0
7 Kesimpulan 4,0
8 Melakukan kegiatan penutup 3,3
Jumlah skor 27,3
Rata-rata 3,4
Kategori Baik
Sekali
Tabel 20 menunjukkan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran,
siswa tampak menyiapkan buku pelajaran yang akan digunakan dengan rapi.
Siswa terlihat antusias memperhatikan penjelasan guru dan banyak siswa yang
aktif bertanya pada guru saat guru sedang menjelaskan materi. Pada saat diskusi
kelompok siswa sudah menggunakan kancing yang dimiliki dengan baik dan
banyak siswa yang kehabisan kancing yang dimiliki karena sudah digunakan
untuk menyampaikan pendapatnya, bahkan siswa saling berebut untuk
menyampaikan pendapatnya terlebih dahulu. Siswa juga terlihat lebih semangat
melakukan kegiatan diskusi, karena kegiatan dilakukan di halaman sekolah,
sehingga siswa tidak merasa bosan. Siswa sangat senang saat mereka harus
mengamati ciri-ciri dari beberapa tanah secara langsung dan dapat memegangnya
langsung. Siswa merespon dengan baik pertanyaan dari guru tentang materi yang
sudah dibahas untuk membuat kesimpulan.
-
46
4.3.1.3 Hasil Angket Keterampilan Sosial Siswa Siklus I
Hasil angket keterampilan sosial siswa digunakan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan sosial siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan penerapan pembelajaran talking chips pada mata pelajaran IPA.
Hasil angket keterampilan sosial siswa pada siklus I dengan menggunakan
model pembelajaran talking chips dapat dilihat pada tabel 21:
Tabel 21
Hasil Keterampilan Sosial Siswa Siklus I
Skor Kategori Banyak Siswa Persentase (%)
≥ 60 Tinggi 25 96,15
40 – 59 Sedang 1 3,85
20 – 39 Rendah 0 0
Jumlah 26 100
Tabel 21 menunjukkan 25 atau 96,15% siswa memiliki kategori tinggi
dengan skor ≥ 60, 1 orang siswa memiliki kategori sedang dengan skor 40-59, dan
0 orang siswa dengan kategori rendah dengan skor 20-39. Dari hasil angket
keterampilan sosial siswa pada siklus I, maka dapat dibuat perbandingan jumlah
siswa yang memiliki keterampilan sosial tinggi, sedang, dan rendah pada gambar
5:
Gambar 5: Diagram Hasil Angket Siklus I
-
47
4.3.1.4 Hasil Tes Evaluasi Siswa Siklus I
Hasil tes siswa setelah menggunakan model pembelajaran talking chips
pada siklus I, terlihat adanya peningkatan hasil tes IPA siswa kelas VB. Rentang
nilai hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel 22:
Tabel 22
Hasil Tes IPA Siklus I
Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%)
≤ 66 3 11,54
67 – 73 0 0
74 – 80 1 3,85
81 – 86 5 19,23
87 – 93 6 23,08
94 – 100 11 42,30
Jumlah 26 100
Nilai Rata-rata 88,07
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 55
Dari tabel 22 dapat dilihat rata-rata yang diperoleh dari hasil tes siklus I
yaitu 88,07. Ada 11 siswa yang memperoleh nilai dengan rentang nilai antara 94-
100. Tetapi masih ada siswa yang memperoleh nilai rendah dengan rentang nilai ≤
66. Apabila dibuat diagram batang, maka dapat dilihat pada gambar 6:
Gambar 6: Diagram Hasil Tes Siklus I
-
48
Perbandingan ketuntasan hasil tes IPA siklus I kelas VB dapat dilihat pada
tabel 23:
Tabel 23
Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes IPA Siklus I
Keterangan Banyak Siswa Persentase (%)
Siswa Tuntas 23 88,46
Siswa Belum Tuntas 3 11,54
Jumlah 26 100
Dari hasil ketuntasan siswa pada tes siklus I pada tabel 23, dapat dilihat
adanya peningkatan hasil ketuntasan siswa pada tes IPA siklus I. Siswa yang
tuntas berjumlah 23 atau 88,46% siswa dan 3 atau 11,54% siswa belum tuntas.
Maka dapat dibuat perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas
sebagai berikut:
Gambar 7: Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes IPA Siklus I
4.3.1.5 Refleksi Siklus I
Dari hasil pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh pengamat, hasil
pendapat dari guru sebagai yang melakukan kegiatan pembelajaran dan siswa
sebagai pelaksana kegiatan talking chips, maka kekurangan dari pembelajaran
talking chips pada siklus I antara lain:
1) Pada pertemuan pertama masih ada beberapa anak yang masih kurang paham
dengan langkah-langkah pembelajaran talking chips, sehingga saat mereka
mengeluarkan pendapat mereka, mereka lupa memberikan kancing mereka.
-
49
2) Pada pertemuan pertama guru masing belum paham dengan pembagian
kancing dalam pembelajaran talking chips, sehingga pada saat pembagian
kancing guru salah dalam membagikan kancing pada setiap kelompok.
3) Pada saat berdiskusi atau menyampaikan pendapat para siswa saling berebut
untuk menyampaikan pendapat mereka masing-masing pada waktu yang
bersamaan.
4) Meskipun dalam peraturan talking chips setiap siswa harus menggunakan
semua kancing yang dimiliki, namun masing ada beberapa siswa yang malas
atau tidak mau berpendapat sehingga kancing yang dimiliki masing banyak.
Dari hasil refleksi dari siklus I maka akan dilakukan perbaikan pada siklus II
dengan:
1) Menjelaskan pada siswa langkah-langkah pembelajaran talking chips yang
benar dengan memberikan contoh terlebih dahulu.
2) Peneliti menjelaskan kembali pada guru tentang cara pembagian kancing
yang benar dalam penbelajaran talking chips. Bahwa setiap siswa dalam
kelompok mendapatkan 3-5 buah kancing (banyaknya kancing disesuaikan
dengan banyak/sedikitnya materi yang didiskusikan)
3) Agar siswa tidak saling berebut untuk menentukan pendapat mereka, setiap
kelompok menyiapkan beberapa kancing dari masing-masing siswa,
kemudian ketua kelompok menghitung 1-3 siapa yang mengambil kancing
terlebih dahulu maka dia yang akan diberi kesempatan menjawab terlebih
dahulu, begitu seterusnya. Namun ini hanya dilakukan pada beberapa
kelompok saja, karena ada beberapa kelompok yang saat sedang berdiskusi
mereka tidak saling berebut dan mereka berdiskusi dengan baik.
4) Guru memberikan peraturan apabila ada siswa yang tidak menggunakan
kancingnya maka siswa tersebut tidak akan mendapatkan nilai.
-
50
4.3.2 Siklus II
4.3.2.1 Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
a) Rencana tindakan
Peneliti dan guru terlebih dahulu membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan menentukan SK, KD, dan alokasi waktu yang akan
digunakan. Alokasi waktu yang digunakan pada setiap pertemuan 2 x 35 menit.
Kemudian menyiapkan alat peraga yang akan digunakan, pada pertemuan 1 materi
yang dibahas adalah tentang struktur bumi. Peneliti dan guru menyiapkan telur
rebus, lapisan struktur bumi yang terbuat dari sterofoam, tusuk sate, nama-nama
lapisan struktur bumi yang ditulis pada karton yang dipotong kecil-kecil dan
lembar diskusi kelompok.
b) Pelaksanaan tindakan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 3 April 2014 pukul
08.25-09.50 WIB di ruang kelas VB SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. Guru
membuka pembelajaran dengan salam. Guru menyiapkan media pembelajaran dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan dengan melakukan apresepsi
dengan bertanya pada siswa. Siswa secara berebut saling mengemukakan
pendapatnya tentang batuan yang dibawa oleh guru.
Setelah memperoleh beberapa pendapat dari siswa guru kemudian
menjelaskan dan meluruskan jawaban dari para siswa, setelah itu guru
menjelaskan materi tentang struktur bumi dan bertanya jawab dengan siswa
tentang materi yang dibahas.
Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, kemudian guru menjelaskan
langkah-langkah talking chips. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok.
Guru membagikan kancing secara rata pada setiap kelompok, masing-masing
siswa memperoleh 5 buah kancing yang harus mereka gunakan untuk
menyampaikan pendapat mereka.
Masing-masing kelompok memulai diskusi mereka. Siswa dalam
kelompok saling berpendapat untuk menusukkan nama-nama lapisan penyusun
bumi pada potongan lapisan penyusun bumi yang terbuat dari sterofom tersebut
-
51
sesuai pada bagiannya/tempatnya dengan tusuk sate dan siswa menyampaikan
pendapat mereka ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap lapisan penyusun bumi. Bagi
siswa yang ingin berpendapat menaruh kancingnya ditengah meja diskusi,
menuliskan nama dan jawabannya pada lembar diskusi, begitu seterusnya sampai
kancing yang dimiliki selesai dan diskusi selesai.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan teman
dari kelompok lain saling menanggapi jawaban dari kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah semua kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya, siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberi penguatan, dan membuat kesimpulan mengenai materi
yang sudah dibahas.
2) Pertemuan Kedua
a) Rencana tindakan
Peneliti dan guru terlebih dahulu membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan menentukan SK, KD, dan alokasi waktu yang akan
digunakan. Alokasi waktu yang digunakan pada setiap pertemuan 2 x 35 menit.
Kemudian menyiapkan alat peraga yang akan digunakan, pada pertemuan 2 materi
yang dibahas adalah tentang atmosfer bumi. Peneliti dan guru menyiapkan sebuah
lagu tentang atmosfer bumi, karton susunan lapisan atmosfer bumi, nama-nama
lapisan atmosfer bumi pada karton yang dipotong kecil-kecil, dan lembar diskusi
kelompok.
b) Pelaksanaan tindakan
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 7 April 2014 pukul 11.15-
12.25 WIB di ruang kelas dan luar kelas VB SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga.
Guru membuka pembelajaran dengan salam. Guru menyiapkan media
pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan dengan
melakukan apresepsi dengan mengajak siswa menyanyikan lagu tentang atmosfer
bumi. Guru meminta siswa untuk menghafalkan lagu atmosfer bumi agar siswa
mudah dalam menghafal urutan dari atmosfer bumi.
-
52
Setelah itu guru menjelaskan materi tentang atmosfer bumi dan bertanya
jawab dengan siswa tentang materi yang dibahas. Guru membagi siswa dalam 5
kelompok, kemudian guru menjelaskan langkah-langkah talking chips.
Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Guru membagikan
kancing secara rata pada setiap kelompok, masing-masing siswa memperoleh 5
buah kancing yang harus mereka gunakan untuk menyampaikan pendapat mereka.
Guru meminta 3 kelompok untuk berdiskusi di dalam kelas dan 2 kelompok di
luar kelas.
Masing-masing kelompok memulai diskusi mereka. Siswa dalam
kelompok saling berpendapat untuk menempelkan nama-nama lapisan atmosfer
bumi sesuai urutannya pada karton yang sudah diberi garis-garis penanda. Setelah
siswa menempelkan nama-nama atmosfer bumi, kemudian siswa mengeluarkan
pendapanya tentang ciri-ciri setiap lapisan atmosfer bumi pada karton tersebut
sesuai dengan nama atmosfer bumi yang sudah ditempel. Bagi siswa yang ingin
berpendapat menaruh kancingnya ditengah meja diskusi, menuliskan nama dan
jawabannya pada lembar diskusi, begitu seterusnya sampai kancing yang dimiliki
selesai dan diskusi selesai.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan teman
dari kelompok lain saling menanggapi jawaban dari kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah semua kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya, siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberi penguatan, dan membuat kesimpulan mengenai materi
yang sudah dibahas.
4.3.2.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Kegiatan Siswa Siklus II
a. Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama, pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan
lancar. Guru sudah menjalankan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP dan
siswa sangat senang dan antusias saat kegiatan diskusi kelompok.
-
53
Berikut hasil observasi kegiatan mengajar guru dengan menerapkan
kegiatan pembelajaran talking chips:
Tabel 24
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II Pertemuan Pertama
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,2
2 Menjelaskan materi 3,5
3 Pembentukkan kelompok 3,0
4 Membagi kancing dan lembar
kerja 3,6
5 Diskusi masalah 3,5
6 Mempresentasikan hasil diskusi 3,5
7 Kesimpulan 3,3
8 Melakukan kegiatan penutup 3,3
Jumlah skor 26,9
Rata-rata 3,4
Kategori Baik
Sekali
Tabel 24 menunjukkan guru sudah menyiapkan media pembelajaran yang
digunakan dengan baik dan melakukan kegiatan apresepsi dengan menunjukkan
struktur bumi dengan contoh lapisan dalam telur rebus yang membuat siswa
menjadi lebih antusias memperhatikan penjelasan guru bahkan ada siswa yang
ingin maju ke depan untuk membantu guru membelah telur rebus yang dibawa
oleh guru, guru juga sudah menyiapkan alat peraga struktur bumi yang terbuat
dari sterofoam. Saat menjelaskan materi guru mengajak siswa berinteraksi dengan
baik, merespon pertanyaan dan jawaban yang disampaikan oleh siswa. Dalam
pembagian kelompok guru membagi siswa secara heterogen, sehingga setiap
kelompok memiiki kemampuan yang sama rata. Pembagian kancing pada setiap
kelompok dilakukan guru dengan baik yaitu dengan memanggil perwakilan
kelompok untuk maju ke depan mengambil kancing sesuai dengan warna yang
diperoleh tiap kelompok, hal ini untuk menghemat waktu agar guru tidak
menghabiskan waktu untuk membagikan kancing pada setiap kelompok. Dilihat
dari hasil observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru selama kegiatan
pembelajaran, peneliti dan observer memberikan masukkan kepada guru
sebaiknya saat kegiatan apresepsi guru merespon siswa yang ingin maju ke depan
-
54
untuk membantu guru agar siswa menjadi lebih bersemangat dan antusias untuk
memperhatikan.
Berikut hasil observasi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan
pembelajaran talking chips:
Tabel 25
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan Pertama
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,5
2 Menjelaskan materi 2,9
3 Pembentukkan kelompok 3,0
4 Membagi kancing dan lembar kerja 3,5
5 Diskusi masalah 4,0
6 Mempresentasikan hasil diskusi 4,0
7 Kesimpulan 3,5
8 Melakukan kegiatan penutup 3,3
Jumlah skor 27,2
Rata-rata 3,4
Kategori Baik
Sekali
Tabel 25 menunjukkan hasil observasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa
selama kegiatan pembelajaran, siswa terlihat menyiapkan buku pelajaran yang
akan digunakan. Siswa terlihat lebih antusias memperhatikan penjelasan guru dan
banyak siswa yang berebut menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru saat
penjelasan materi, karena siswa saling berebut menjawab sehingga kelas menjadi
sedikit gaduh oleh jawaban siswa. Saat pembagian kelompok, siswa bergabung
dalam kelompok dengan tertib dan tidak saling berebut tempat duduk. Pada saat
diskusi kelompok banyak siswa yang kehabisan kancing, karena sudah habis
digunakan untuk menyampaikan pendapatnya. Siswa sudah mempresentasikan
hasil diskusi mereka dengan baik dan jelas, sehingga kelompok lain paham
dengan apa yang dijelaskan/disampaikan.
b. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua, pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan
lancar. Guru sudah menjalankan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP dan
siswa terlihat lebih antusias menerima pelajaran.
-
55
Hasil observasi kegiatan mengajar guru dengan menerapkan kegiatan
pembelajaran talking chips dapat dilihat pada tabel 26:
Tabel 26
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II Pertemuan Kedua
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,7
2 Menjelaskan materi 3,5
3 Pembentukkan kelompok 3,3
4 Membagi kancing dan lembar
kerja 3,5
5 Diskusi masalah 3,8
6 Mempresentasikan hasil diskusi 4,0
7 Kesimpulan 3,8
8 Melakukan kegiatan penutup 4,0
Jumlah skor 29,6
Rata-rata 3,7
Kategori Baik
Sekali
Tabel 26 menunjukkan hasil observasi mengajar guru dalam menerapkan
kegiatan pembelajaran talking chips. Hasil observasi menunjukkan guru sudah
menyiapkan media pembelajaran yang digunakan dengan baik dan melakukan
kegiatan apresepsi dengan mengajak siswa bernyanyi tentang urutan atmosfer
bumi berulang-ulang sehingga siswa hafal dengan lirik lagu tersebut dan meminta
siswa menghafalkan lagu atmosfer bumi, sehingga siswa lebih mudah
menghafalkan urutan atmosfer bumi dengan benar. Guru sudah menyiapkan alat
peraga urutan atmosfer bumi. Guru membagi beberapa kelompok untuk berdiskusi
di dalam kelas dan di luar kelas, hal ini membuat siswa menjadi lebih
bersemangat untuk melakukan diskusi. Setiap kelompok mendapatkan
kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya dengan urutan yang sudah
ditentukan oleh guru, sehingga setiap kelompok tidak berebut untuk maju
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru melibatkan siswa dengan bertanya
jawab tentang materi yang sudah dibahas saat kegiatan penutup.
-
56
Berikut hasil observasi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan
pembelajaran talking chips:
Tabel 27
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan Kedua
No Aspek yang diamati Skor
rata-rata
1 Persiapan 3,0
2 Menjelaskan materi 3,2
3 Pembentukkan kelompok 3,5
4 Membagi kancing dan lembar
kerja 3,8
5 Diskusi masalah 4,0
6 Mempresentasikan hasil diskusi 3,5
7 Kesimpulan 3,5
8 Melakukan kegiatan penutup 3,5
Jumlah skor 28
Rata-rata 3,5
Kategori Baik
Sekali
Tabel 27 menunjukkan siswa terlihat menyiapkan buku pelajaran yang
akan digunakan. Siswa terlihat lebih antusias memperhatikan penjelasan guru,
siswa saling berebut menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru saat
penjelasan materi. Siswa dengan tertib bergabung dengan kelompoknya, tanpa
harus berebut tempat duduk dengan teman sekelompoknya. Perwakilan kelompok
dengan tertib membagikan kancing pada setiap anggotanya. Siswa sangat antusias
dalam menyampaikan pendapat yang dimiliki, sehingga banyak siswa yang
kehabisan kancing, karena habis digunakan untuk berpendapat. Siswa sudah
mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan baik dan jelas, siswa tampak
sudah menguasai apa yang dipresentasikan.
-
57
4.3.2.3 Hasil Angket Keterampilan Sosial Siswa Siklus II
Hasil angket keterampilan sosial siswa digunakan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan sosial siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan penerapan pembelajaran talking chips pada mata pelajaran IPA.
Hasil angket keterampilan sosial siswa pada siklus II dengan
menggunakan model pembelajaran talking chips dapat dilihat pada tabel 28:
Tabel 28
Hasil Keterampilan Sosial Siswa Siklus II
Skor Kategori Banyak Siswa Persentase (%)
≥ 60 Tinggi 26 100
40 – 59 Sedang 0 0
20 – 39 Rendah 0 0
Jumlah 26 100
Tabel 28 menunjukkan 26 atau 100% siswa memiliki kategori tinggi
dengan skor ≥ 60. Dari hasil angket keterampilan sosial siswa pada siklus I, maka
dapat dibuat perbandingan jumlah siswa yang memiliki keterampilan sosial tinggi,
sedang, dan rendah pada gambar 8:
Gambar 8: Diagram Hasil Angket Siklus II
-
58
4.3.2.3 Hasil Tes Evaluasi Siswa Siklus II
Hasil tes siswa setelah menggunakan model pembelajaran talking chips
pada siklus II, terlihat adanya peningkatan hasil tes IPA siswa kelas VB. Rentang
nilai hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel 29:
Tabel 29
Hasil Tes IPA Siklus II
Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%)
≤ 66 1 3,85
67 – 73 1 3,85
74 – 80 4 15,38
81 – 86 2 7,69
87 – 93 12 46,15
94 – 93 6 23,08
Jumlah 26 100
Nilai Rata-rata 88,96
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 56
Dari tabel 29 dapat dilihat rata-rata yang diperoleh dari hasil tes siklus I
yaitu 88,96. Hanya terdapat 1 siswa yang belum mencapai ketuntasan dengan
rentang nilai ≤ 66. Apabila disajikan dalam diagram batang, dapat dilihat pada
gambar 9:
Gambar 9: Diagram Hasil Tes Siklus II
-
59
Perbandingan ketuntasan hasil tes IPA siklus II kelas VB dapat dilihat
pada tabel 30:
Tabel 30
Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes IPA Siklus II
Keterangan Banyak Siswa Persentase (%)
Siswa Tuntas 25 96,15
Siswa Belum Tuntas 1 3,85
Jumlah 26 100
Dari hasil ketuntasan siswa pada tes siklus II pada tabel 30, dapat dilihat
adanya peningkatan hasil ketuntasan siswa pada tes IPA siklus II. Siswa yang
tuntas berjumlah 25 atau 96,15% siswa dan hanya 1 atau 3,85% siswa belum
tuntas.
Maka dapat dibuat perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas
sebagai berikut:
Gambar 10: Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes IPA Siklus II
4.3.3 Perbandingan Hasil Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Pada bagian ini akan dijelaskan perbandingan hasil penelitian yang
meliputi hasil keterampilan sosial siswa dan hasil belajar siswa untuk mengetahui
peningkatan yang diperoleh sebelum dan sesudah menggunakan model
pembelajaran talking chips.
-
60
4.3.3.1 Perbandingan Hasil Keterampilan Sosial Siswa Siklus I dan Siklus II
Penggunaan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa pada siklus I dan siklus II. Berikut perbandingan
keterampilan sosial siswa siklus I dan siklus II:
Tabel 31
Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa Siklus I dan Siklus II
Skor Kategori Siklus I Siklus II
≥ 60 Tinggi 25 26
40-59 Sedang 1 -
20-39 Rendah - -
Jumlah 26 26
Dari tabel 31 menunjukkan keterampilan sosial siswa pada siklus I, 25
siswa memiliki keterampilan sosial dengan kategori tinggi dengan skor ≥60 dan 1
siswa dengan kategori sedang dengan skor 40-59. Pada siklus II keterampilan
sosial siswa mengalami peningkatan, 26 siswa memiliki keterampilan sosial tinggi
dengan skor ≥ 60.
Perbandingan peningkatan keterampilan sosial dapat dilihat pada diagram
batang pada gambar 11:
Gambar 11: Diagram Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa Siklus I dan
Siklus II
-
61
Dilihat dari hasil perbandingan pada gambar 11 keterampilan sosial dari
26 siswa pada siklus I dengan kategori tinggi mencapai 96,15%, kategori sedang
3,85% dan pada siklus II keterampilan sosial siswa dengan kategori tinggi
meningkat menjadi 100%. Dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa.
4.3.3.2 Perbandingan Hasil Tes Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Penggunaan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran talking chips,
berikut perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II:
Tabel 32
Perbandingan Hasil Tes Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Nilai Kategori
Kondisi awal Siklus I Siklus II
Jumlah Persentase
(%) Jumlah
Persentase
(%) Jumlah
Persentase
(%)
≥ 66 Siswa Tuntas 16 61,54 23 88,46 25 96,15
< 66 Siswa Tidak
Tuntas 10 38,46 3 11,54 1 3,85
Jumlah 26 100 26 100 26 100
Rata-rata 73,76 88,07 88,96
Nilai Tertinggi 100 100 100
Nilai Terendah 40 55 56
Dari tabel 32 menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa setelah
menggunakan model pembelajaran talking chips pada siklus I dan siklus II. Pada
kondisi awal sebelum menggunakan model pembelajaran talking chips, 16 siswa
tuntas dan 10 siswa tidak tuntas dengan rata-rata yang diperoleh hanya 73,76
dengan KKM ≥66. Terjadi peningkatan pada siklus I setelah menggunakan model
pembelajaran talking chips, 23 siswa tuntas dan 3 siswa tidak tuntas dengan rata-
rata meningkat menjadi 88,07. Siklus II meningkat kembali, 25 siswa tuntas dan
hanya 1 siswa tidak tuntas dengan rata-rata 88,96.
-
62
Perbandingan hasil belajar siswa dapat dituangkan dalam diagram batang
pada gambar 12:
Gambar 12: Diagram Perbandingan Hasil Tes Kondisi awal, Siklus I, dan Siklus
II
Dari gambar 12 menunjukkan peningkatan hasil tes siswa sebelum
menggunakan model pembelajaran talking chips hanya 16 atau 61,54% siswa
tuntas dan 10 siswa tidak tuntas. Setelah menggunakan model pembelajaran
talking chips terlihat peningkatan ketuntasan siswa, 23 atau 88,46% siswa tuntas
dan 3 siswa tidak tuntas. Terjadi peningkatan kembali pada siklus II, 25 atau
96,15% siswa tuntas dan hanya 1 siswa tidak tuntas. Dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
4.4 Pembahasan
Pembelajaran talking chips dapat membuat siswa menjadi lebih aktif
dalam menyampaikan pendapat/gagasan/ide yang dimiliki. Di SD Kristen 03 Eben
Haezer Salatiga, guru kurang memperhatikan keaktifan siswa saat kegiatan
pembelajaran dan kegiatan diskusi kelompok. Siswa yang aktif lebih
mendominasi, sedangkan siswa yang pasif menjadi lebih bergantung pada siswa
-
63
yang lebih aktif dan pintar. Oleh karena itu guru harus menggunakan model
pembelajaran yang dapat melatih keterampilan sosial siswa, agar siswa menjadi
lebih aktif dan berani dalam menyampaikan pendapatnya yaitu dengan
pembelajaran talking chips. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Miftahul (2011: 55) bahwa siswa harus diajari keterampilan sosial untuk bekerja
sama secara efektif dan dimotivasi untuk menerapkan keterampilan tersebut dalam
kelompok-kelompok kooperatif agar terwujud suasana yang produktif
Model pembelajaran talking chips (kancing gemerincing) adalah model
pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya
mendapatkkan/memperoleh kesempatan yang sama untuk memberikan pendapat
mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran orang lain/anggota
kelompok lain. Langkah-langkah pembelajaran talking chips terdiri dari 7
fase/tahapan yaitu persiapan yang dilakukan oleh guru, menjelaskan materi,
pembentukan kelompok, membagi kancing, diskusi masalah, mempresentasikan
hasil diskusi dan memberikan kesimpulan.
Merancang kegiatan talking chips dapat meningkatkan keterampilan sosial
siswa pada pembelajaran IPA, sebab pembelajaran menjadi lebih menyenangkan,
siswa menjadi antusias, dan siswa tidak menjadi bosan. Pada kondisi awal
keterampilan sosial siswa masih rendah. Peningkatan keterampilan sosial siswa
terlihat pada siklus I, 25 atau 96,15% siswa memiliki keterampilan sosial dengan
kategori tinggi dan 1 siswa dengan kategori keterampilan sosial sedang.
Sedangkan pada siklus II, 26 atau 100% siswa memiliki keterampilan sosial
dengan kategori tinggi. Keterampilan sosial siswa menjadi meningkat, hal ini
dikarenakan pembelajaran talking chips mengajarkan siswa menjadi lebih aktif
mengeluarkan pendapatnya dalam kegiatan diskusi, semua siswa harus ikut
terlibat dalam menyelesaikan permasalahan dalam diskusi, tidak ada siswa yang
lebih dominan dalam kelompok, dan tidak ada siswa yang bergantung pada
jawaban/pendapat temannya. Dalam kegiatan talking chips siswa harus
menghabiskan kancing yang dimiliki, jika kancing tidak habis maka kelompok
harus mengulang diskusi mereka sampai kancing semua anggotanya habis. Hal
tersebut yang membuat siswa menjadi lebih aktif berbicara untuk menyampaikan
-
64
pendapat/pemikirannya dalam kelompok, sehingga masing-masing siswa dapat
saling bertukar pendapat/informasi yang dimiliki.
Keterampilan sosial siswa yang tinggi membuat hasil belajar siswa
menjadi meningkat. Menurut Nana Sudjana (2004: 39) hasil belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan
faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor internal
yang berasal dari dalam diri siswa meliputi kemampuan atau keahlian yang
dimiliki oleh siswa itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar
diri siswa dapat berupa dorongan belajar, seperti meningkatkan minat belajar,
motivasi belajar, keterampilan sosial, sikap dan kebiasaan siswa. Siswa harus
dilatih untuk mengembangkan keterampilan sosial yang dimiliki, karena dengan
keterampilan sosial yang tinggi, membuat siswa menjadi lebih semangat untuk
belajar seperti pada pembelajaran tentang jenis-jenis tanah siswa melihat dan
memegang beberapa jenis tanah secara langsung (tanah berkapur, tanah pasir,
tanah humus, dan tanah liat), siswa lebih semangat membaca materi tentang jenis-
jenis tanah, sehingga ketika berdiskusi kelompok dapat/bisa memberikan
pendapat saat memecahkan permasalahan dalam diskusi kelompok. Hal ini
membuat hasil belajar siswa menjadi meningkat, karena siswa menjadi lebih rajin
belajar dan membaca materi yang dipelajari. Peningkatan hasil belajar siswa
terlihat dari kondisi awal hanya 16 siswa yang tuntas dengan persentase 61,54%
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥66. Siklus I ketuntasan siswa
mengalami peningkatan menjadi 23 siswa dengan persentase 88,46% dengan rata-
rata 88,07, dan siklus II ketuntasan siswa mengalami peningkatan lagi menjadi 25
siswa dengan persentase mencapai 96,15% dengan rata-rata 88,96.
Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa dengan merancang
pembelajaran model talking chips dapat meningkatkan keterampilan sosial dan
hasil belajar siswa kelas VB SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. Penelitian ini
relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dita Prawintasiwi (2013) dalam
skripsinya yang berjudul “Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Di Kelas 4 SDN
Ngipik Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun
-
65
Pelajaran 2012/2013” Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan model
pembelajaran tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa. Penelitian ini juga relevan dengan yang dilakukan Ade Sri Rahayu
(2013) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Tipe Kancing Gemerincing
Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Materi Sumber Daya Alam
(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas
IV SD Negeri Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun
Pelajaran 2012/2013)”. Penerapan model pembelajaran tipe Kancing Gemerincing
pada pembelajaran IPA tentang materi sumber daya alam dapat menarik perhatian
siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
meningkatnya nilai hasil tes penguasaan konsep siswa yang dilakukan pada siklus
I sampai pada siklus III.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa dengan merancang kegiatan
pembelajaran talking chips dapat meningkatkan keterampilan sosial dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V di SD Kristen 03 Eben Haezer
Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014.