bab iv hasil penelitian dan pembahasan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11870/6/ti...juga...

17
55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Partisipan Penelitian Hasil pengamatan dikelompokkan dalam karakteristik responden berdasarkan golongan usia dan jenis kelamin. Karakteristik ini tidak dipergunakan dalam analisis secara langsung namun dimanfaatkan sebagai data pendukung. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Bulan April 2016, (n:8) No Usia Frekuensi Presentase (%) 1 60 74 (elderly) 6 75 2 75 90 (old) 2 25 Total 8 100 Tabel 4.1 menunjukkan jumlah responden pada penelitian yaitu sebanyak 8 orang dengan penggolongan usia berdasarkan batasan-batasan lanjut usia menurut WHO. Responden yang paling banyak pada penelitian ini merupakan golongan lanjut usia 60 74 tahun (elderly) yang berjumlah 6 orang (75%). Sedangkan yang paling

Upload: ngokiet

Post on 04-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Partisipan Penelitian

Hasil pengamatan dikelompokkan dalam karakteristik

responden berdasarkan golongan usia dan jenis kelamin.

Karakteristik ini tidak dipergunakan dalam analisis secara

langsung namun dimanfaatkan sebagai data pendukung.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia,

Bulan April 2016, (n:8)

No

Usia

Frekuensi

Presentase

(%)

1 60 – 74 (elderly) 6 75

2 75 – 90 (old) 2 25

Total 8 100

Tabel 4.1 menunjukkan jumlah responden pada

penelitian yaitu sebanyak 8 orang dengan penggolongan

usia berdasarkan batasan-batasan lanjut usia menurut

WHO. Responden yang paling banyak pada penelitian ini

merupakan golongan lanjut usia 60 – 74 tahun (elderly)

yang berjumlah 6 orang (75%). Sedangkan yang paling

56

sedikit adalah pada golongan lanjut usia tua (old) dengan

usia 75 – 90 tahun yang berjumlah 2 orang (25 %) .

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin, Bulan April 2016, (n:8)

No

Jenis Kelamin

Frekuensi

Presentase

(%)

1 Laki-laki 5 62, 5

2 Perempuan 3 37, 5

Total 8 100

Tabel 4.2 menunujukkan jumlah responden pada

penelitian yaitu sebanyak 8 orang dengan penggolongan

berdasarkan jenis kelamin. Responden pada penelitian ini

yang paling banyak adalah laki-laki yang berjumlah 5 orang

(62,5%), sedangkan yang paling sedikit adalah perempuan

yang berjumlah 3 orang (37,5%).

57

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Mandiri Salatigapada

tanggal 18 April – 17 Mei 2016. Pelaksanaan penelitian ini,

meliputi persiapan dan proses pelaksanaan penelitian.

4. 2.1 Persiapan Penelitian

Setelah peniliti mendapatkan ijin dari Yayasan Sosial

Salib Putih Salatiga yaitu pada tanggal 16 April 2016,

peneliti kemudian melakukan diskusi dengan

pengasuh Panti Wredha Mandiri Salatiga untuk

menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini.

Selain itu, peneliti bersama dengan pengasuh panti

juga melakukan kontrak waktu kegiatan terapi yoga

yang akan dilakukan oleh responden di tempat

tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya

jadwal yang berbenturan antara kegiatan terapi yoga

dengan kegiatan harian responden di Panti

Wredha. Dari diskusi tersebut jadwal kegiatan terapi

yoga yang disepakati yaitu dilaksanakan setiap hari

Senin, Rabu, dan Jumat pada pukul 08.00

WIB.Kegiatan tersebut dimulai pada tanggal 20 April

– 16 Mei 2016 yang terhitung selama 4 minggu

sejumlah 12 kali pertemuan.

58

Pada tanggal 17 April 2016, peneliti

melakukan pendataan di Panti Wredha Mandiri

Salatiga yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi

penelitian.Peneliti menemukan 8 pasien yang

memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Kemudian

delapan responden tersebut diberikan penjelasan

terkait dengan kegiatan yoga yang akan diikuti

selama proses penelitian berlangsung. Setelah itu

responden menandatangani lembar persetujuan

responden yang telah disediakan oleh peneliti.

4. 2. 2 Proses Pelaksanaan

Sebelum dimulai perlakuan, terlebih dahulu

dilakukan pre test kualitas tidur pada 8 responden

yang telah ditetapkan. Pre test dilakukan pada

tanggal 18 April 2016 dengan menggunakan

kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang

telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Delapan responden diwawancarai untuk mengisi

kuesioner PSQI. Dengan mempertimbangkan

karakteristik ataupun kondisi responden yang telah

lanjut usia sehingga dilakukannya wawancara sebab

tidak semua responden masih mampu menguasai

59

baca tulis dengan baik, ataupun masih dapat melihat

tulisan dengan jelas.

Pada tanggal 20 April 2016, peneliti mulai

memberikan perlakuan terhadap seluruh penelitian.

Setiap responden diberikan perlakuan yang sama

dengan waktu yang sama di ruang aula panti Wredha

Mandiri Salatiga. Terapi yoga dilakukan sesuai

dengan jadwal yang telah disepakati sebelumnya,

yaitu 3 kali dalam seminggu (pada hari senin, rabu,

jumat) pada pukul 08.30 WIB.Rata-rata waktu yang

ditempuh untuk terapi yoga setiap pertemuannya

adalah 15-30 menit.

Sebelum melakukan terapi yoga, terlebih

dahulu diawali dengan doa. Kemudian dimulai

dengan pemanasan yang ringan, dimulai dengan

gerakan peregangan pada leher, bahu, dan pinggang

sambil bernafas seperti biasa selama 5 menit.Tujuan

dilakukannya pemanasan sebelum dilakukan yoga

yaitu agar otot dan persendian lebih fleksibel

sertakondisi pikiran dalam keadaan tenang dan

stabil.Kemudian, dilakukan latihan terapi yoga selama

15-30 menit.Terapi yoga yang dilakukan ialah yoga

pranayama yang merupakan tekhnik pernapasan

60

yang dilakukan oleh pemula yang cocok untuk

dilakukan oleh lansia, dimana gerakan yang dilakukan

ialah dilakukan dengan posisi duduk, dengan tulang

belakang, leher dan kepala dalam garis lurus yang

dapat disebut dengan easy pose (pose mudah). Easy

pose atau sukhasana adalah pose relaksasi dan

meditasi yang dilakukan sambil mendengarkan musik

slow yang bernuansa alam. Hal ini untuk

menenangkan batin maupun pikiran, meluruskan

tulang belakang belakang, dan mengurangi

kelelahan.

Disamping itu, peneliti dibantu juga oleh 2

orang mahasiswa program studi pendidikan jasmani

kesehatan dan rohani yang sudah terlatih untuk

memberikan latihan yoga kepada responden serta

adanya pendampingan dari pengasuh panti terhadap

responden selama melakukan terapi yoga.Dalam

pelaksanaanya, selain sebagai instruktur, dalam

latihan peneliti juga tetap mendampingi responden

sekaligus mengobservasi pelaksanaan setiap

pertemuan.

Setelah selesai seluruh rangkaian perlakuan

sesuai yang telah dijadwalkan, pada tanggal 17 Mei

61

2016 dilakukan post test kualitas tidur pada 8

responden yang telah mengikuti terapi yoga. Prinsip

pelaksanaan post testsama dengan saat pre test.

Sehingga seluruh rangkaian penelitian berakhir pada

tanggal 17 Mei 2016.

Hambatan yang kerapkali mengiringi

perjalanan penelitian ini yakni adanya kunjungan

mendadak dari luar panti dan kondisi kesehatan

lansia yang sedang terganggu.Beberapa kali

pelaksanaan terapi yoga tidak berjalan dengan jadwal

yang semestinya dikarenakan pada hari tersebut

adanya kunjungan mendadak dari pihak yayasan

panti serta kondisi kesehatan lansia yang sedang

terganggu, sehingga tidak memungkinkan untuk

dilaksanakan terapi yoga.untuk menyiasati hal

tersebut, peneliti harus menjadwal ulang

pelaksanaanya di hari yang berbeda begitu pula

dengan seorang lansia yang tidak dapat ikut terapi

sebelumnya peneliti melakukan kontrak waktu untuk

melakukan terapi yoga bersama tanpa mengurangi

makna perlakuan.

62

4.3 Hasil Penelitian

Perhitungan dalam analisis data dilakukan dengan bantuan

SPSS (Statistical Product & Service Solution) seri 16.0 for

windows. Bagian ini akan mendiskripsikan analisis hasil

penelitian kualitas tidur lansia sebelum dan sesudah terapi

yoga.

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Kualitas Tidur

Lansia Sebelum Terapi Yoga (Pre Test)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pretest 8 6 17 11.50 3.505

Valid N (listwise) 8

Jumlah responden 8 orang lansia. Rata-rata nilai kualitas

tidur lansia sebelum melakukan terapi yoga adalah 11,50. Sehingga

dari hasil ini, dapat dikatakan rata-rata lansia tergolong dalam

kategori gangguan tidur sedang.Gangguan tidur sedang ini ditandai

dengan waktu yang dibutuhkan untuk tertidur 30-60 menit,

terbangun lebih cepat pada pagi hari, jumlah jam tidur 5-6 jam,

sering terbangun pada malam hari serta tetap terjaga di siang hari.

63

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Kualitas Tidur

Lansia Sesudah Terapi Yoga (Post Test)

Jumlah responden sebanyak 8 orang lansia. Rata-rata

nilai kualitas tidur lansia sesudah terapi yoga adalah 7,13. Dari hasil

ini, dapat dikatakan rata-rata lansia tergolong dalam kategori

gangguan tidur ringan. Gangguan tidur ringan ini ditandai dengan

waktu yang dibutuhkan untuk tertidur hanya 15-30 menit, jumlah

jam tidur 6- 7 jam, terbangun pada malam hari hanya 2 kali, tidak

mudah terbangun lebih cepat pada pagi hari, dan siang hari bisa

tertidur walau hanya 15-20 menit.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

posttest 8 4 10 7.13 2.100

Valid N (listwise) 8

64

Tabel 4.5 Penghitungan mean dan standar deviasi masing-

masing komponen PSQI pada pre test dan post test

Komponen PSQI

Pre Test

Post Test

Selisih Mean Pre

Test dan Pos Test

M

SD

M

SD

Kualitas Tidur Subjektif 2.12 0.83 1.12 0.35 1.00

Tidur Laten 2.25 0.88 1.25 0.70 1.00

Durasi Tidur 2.12 0.64 1.38 0.51 0.74

Efisiensi Tidur 1.38 0.91 0.62 0.51 0.76

Gangguan Tidur 1.62 0.51 1.25 0.46 0.37

Penggunaan Obat

Tidur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Disfungsi di siang hari

dalam kehidupan

sehari-hari

2.00

0.75

1.50

0.53

0.50

Total 11.50 - 7.13 - 4.37

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan dari ketujuh

komponen PSQI, hampir keseluruhan komponen mengalami

penurunan mean dan standar deviasi. Kecuali pada komponen

nomor 6 yaitu tentang penggunaan obat tidur tidak mengalami

perubahan angka pada saat pre test maupun post test. Penurunan

65

angka saat post test mengandung makna yaitu adanya peningkatan

kualitas tidur secara keseluruhan.

Tabel 4.6 Hasil Uji paired t-test

Paired Differences

T Df Sig. (2-

tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest –

posttest 4.375 2.134 .754 2.591 6.159 5.799 7 .001

Berdasarkan uji paired t-test yang dilakukan untuk

mengetahui apakah ada pengaruh terapi yoga terhadap

peningkatan kualitas tidur lansia. Hasil pengujian t-test pada

penelitian ini, diketahui nilai t adalah 5,799dengan signifikansi 0,001

(P<0,05). Artinya terapi yoga berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan kualitas tidur pada lansia di Panti Wredha Mandiri

Salatiga.

66

4. 4 Pembahasan

Dari hasil pegujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh

hasil bahwa secara signifikansi terdapat pengaruh terapi yoga

terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Panti Wredha

Mandiri Salatiga.Penelitian ini memberikan pengaruh yang positif

terhadap seluruh responden, khususnya pada pola tidur lansia yang

jauh lebih baik dari sebelumnya.

Hasil penelitian ini, menunjukkan adanya peningkatan

kualitas tidur yang dapat dilihat dari penurunan skor pada 6

komponen PSQI. Adapun komponen yang mengalami penurunan

skor yaitu kualitas tidur subjektif, tidur lanten, durasi tidur, efisiensi

tidur, gangguan tidur dan disfungsi di siang hari yang dialami

sehari-hari. Sementara pada komponen penggunaan obat tidur,

baik pada saat pre test maupun post test tidak menunjukkan

adanya perubahan skor karena seperti kenyataan yang ada

responden tidak pernah mengkonsumsi obat tidur untuk mengatasi

masalah tidur mereka.

Dari keeanam komponen tersebut yang memiliki selisih

paling besar pada pre test dan post test yaitu komponen kualitas

tidur subjektif dan komponen tidur laten, dengan nilai selisih mean

pre test dan post test sebesar 1,00. Selisih angka yang cukup besar

ini menjelaskan bahwa pada saat seseorang melakukan yoga

akanmemberikan pengaruh positif sehingga akan melepaskan rasa

67

kaku, pikiran menjadi tenang sehingga lebih mudah untuk tidur

pada malam hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Suhesti (2014) tentang pengaruh terapi yoga terhadap tingkat

insomnia pada lansia yang mengatakan bahwa terapi yoga

berpengaruh terhadap kualitas tidur lansia karena yoga

mendatangkan keseimbangan yang baru dalam tubuh sehingga

dirasakan lebih nyaman dan membantu tubuh rileks dan lebih

mudah untuk tertidur di malam hari.

Melakukan yoga merupakan cara yang baik untuk

mengatasi masalah tidur. Latihan yoga membantu mengalahkan

stress yang merupakan penyebab utama gangguan tidur.

Kebutuhan untuk tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,

aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya sebab setiap individu

membutuhkan tidur maupun istirahat untuk memulihkan kembali

kesehatannya. Yoga membantu menurunkan aktivitas tubuh dan

pikiran yang akhirnya mendorong untuk tidur.Latihan pernapasan

yang paling dikenal dengan yoga pranayama sangat baik untuk

menghilangkan stress, depresi, dan masalah mental lainnya

(Pangkalan, 2008). Dari hasil wawancara yang dilakukan pada saat

proses penelitian, lansia di Panti Wredha juga mengatakan bahwa

latihan yoga ini memberikan efek yang sangat baik bagi kesehatan

mereka, selain membantu untuk lebih mudah tetapi secara

psikologis juga mampu membawa pikiran dan tubuh mereka yang

68

lebih rileks dan menenangkan jiwa mereka yang sedang mengalami

masalah.

Respon yang diberikan pada saat relaksasi (pranayama)

yang dihubungkan dengan sistem saraf parasimpatik sehingga saat

relaksasi mencatatkan diri dalam tubuh dan pikiran, sistem saraf

parasimpatik akan mendorong masuk, menghasilkan sensasi dari

dilepasnya ketegangan (pernafasan yang lebih lambat dan penuh)

pikiran menjadi lebih lebih tenang dengan lebih banyak ruang

diantara keruwetan berbagai pikiran (Padilla, 2013). Dengan

perasaan yang tenang dapat menimbulkan rasa ngantuk, sehingga

kita lebih mudah untuk tertidur. Manfaat dari tidur yang cukup

menurut (Bangun, 2014) antara lain : Tubuh tetap

bugar,meningkatkan produksi hormon, meningkatkan kekebalan

tubuh, memulihkan tekanan darah & memulihkan jaringan otot dan

membantu meningkatkan daya ingat sedangkan manfaat lain dari

pola tidur yang tepat adalah meningkatkan konsentrasi, fokus, dan

mengurangi risiko serangan jantung serta stroke. Dengan

dilakukannya latihannya yoga secara teratur mampu menurunkan

kadar ketokolamin, yang merupakan suatu hormon yang dihasilkan

oleh kelenjar adrenalin sebagai respon terhadap kejadian stress

sehingga membuat responden menjadi lebih tenang sehingga lebih

mudah untuk tertidur.

69

Bagi para lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga latihan

yoga yang rutin dilaksanakan selama empat minggu dengan

frekuensi tiga kali dalam seminggu ini, sekaligus menjadi wadah

bagi mereka untuk merefleksikan diri dan menangkan pikiran dan

tubuh mereka.Yoga membawa perdamaian dan keseimbangan

dalam batin, agar bisa terlepas dari segala bentuk keduniawian.

Yoga adalah kegiatan yang melibatkan pikiran dan tubuh dan

digunakan untuk mencapai peningkatan kesehatan dan relaksasi.

Oleh karena itu, yoga tidak saja bermanfaat dalam meningkatkan

kesehatan secara fisik tetapi yoga juga berperan dalam

meningkatkan kesehatan secara psikologis. Hal ini ditegaskan oleh

Padilla (2013), yang menjelaskan bahwa melatih relaksasi secara

mendalam dapat meningkatkan kualitas tidur dan jumlah waktu

tidur, mengurangi rasa sait melepaskan ketegangan, membantu

dalam mengaatur stres, mengembalikan dan mempertahankan

kesehatan serta menimbulkan rasa damai dan penerimaan. Selain

itu relaksasi secara mendalam dan pelepasan ketegang.

Penelitian ini juga, responden mengatakan bahwa latihan

yoga yang mereka ikuti selama dua belas kali dalam rentang waktu

empat minggu sangat bermakna dan memiliki nilai tersendiri bagi

diri mereka khususnya dalam peningkatan kualitas tidur mereka.

Seperti halnya yang dilaporkan oleh responden bahwa yang

awalnya sulit untuk memulai tidur, sering terbangun dimalam hari

70

ataupun bangun lebih awal tetapi dengan mengikuti latihan yoga ini

secara rutin membantu mereka untuk lebih mudah tertidur di malam

hari, memiliki jam tidur lebih lama dan merasakan tidur lebih

nyenyak dari sebelumnya. Disamping itu, pada siang hari juga

responden sudah dapat tidur walaupun hanya 30-60 menit dari

pada sebelumnya tidak bisa tidur disiang hari sama kali. Mereka

mengatakan sekecil apapun perubahan yang terjadi demi

meningkatkan kesehatan mereka itu sudah sangatlah berarti

terkhususnya bagi para penderita gangguan tidur dengan adanya

peningkatan lama tidur merupakan hal yang cukup berarti bagi

mereka.Selain itu dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

pada siang hari dari kedelapan responden yang mengikuti terapi

yoga 4 orang diantaranya sudah merasakan ngantuk pada siang

hari dan dapat tertidur sekitar 15 – 30 menit begitu pula hasil

observasi yang dilakukan oleh pengasuh dipanti pada malam hari

yang diberikan kepada peneliti bahwa setelah mengikuti latihan

yoga para lansia lebih mudah untuk tertidur dan mempunyai durasi

tidur 5 – 6 jam dari sebelumnya.

Di samping itu, manfaat lain yang peneliti dapatkan pada

penelitian ini yang dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan, peneliti

rutin mengukur tekanan darah seluruh responden sebelum maupun

sesudah melakukan latihan yoga rata-rata mengalami penurunan

tekanan darah yang awalnya 140/90 MmHg menjadi 125/80 MmHg.

71

Hal ini dilakukan tidak untuk mempengaruhi varibel penelitian

maupun perlakuan penelitian tetapi menjadi pelayanan khusus bagi

peneliti sebagai bentuk pelayananaplikasi tindakan keperawatan

sekaligus memberi dampak positif bagi di Panti Wredha Mandiri

Salatiga untuk mengetahui tekanan darah mereka.