bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 hasil...

14
22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500- 1750 m dpl sudah mengalami degradasi akibat dampak dari letusan gunung berapi. Adanya aktifitas dari gunung berapi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem pada dataran tinggi. Hal tersebut berpengaruh terhadap perubahan bio-fisik dari lingkungan serta terancamnya kehidupan berbagai keragaman flora dan fauna yang terdapat di dataran tersebut. Pada ketinggian tersebut sudah sangat kurang vegetasi tumbuhan tinggi khususnya anggrek karena kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh uap panas, air dan udara yang berbau belerang yang menyengat dilepaskan keluar. Faktor tersebut mempengaruhi kehidupan ekosistem di kawasan tersebut. Berdasarkan strukturnya, Cagar Alam Gunung Ambang berkarakter curam, dengan puncak yang mengalami erupsi secara perlahan-lahan. Faktor lingkungan yang terdapat pada lokasi penelitian berkisar antara 22°C-34°C dengan kelembaban berkisar antara 75%-90%. Berdasarkan faktor lingkungan yang memiliki pengaruh terhadap ekosistem hutan, maka Cagar Alam Gunung Ambang termasuk dalam formasi klimatis. Formasi klimatis merupakan formasi hutan yang dalam pembentukannya sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim (Indriyanto, 2006). You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Upload: vanphuc

Post on 03-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-

1750 m dpl sudah mengalami degradasi akibat dampak dari letusan gunung

berapi. Adanya aktifitas dari gunung berapi sehingga menyebabkan terjadinya

perubahan ekosistem pada dataran tinggi. Hal tersebut berpengaruh terhadap

perubahan bio-fisik dari lingkungan serta terancamnya kehidupan berbagai

keragaman flora dan fauna yang terdapat di dataran tersebut.

Pada ketinggian tersebut sudah sangat kurang vegetasi tumbuhan tinggi

khususnya anggrek karena kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh uap panas,

air dan udara yang berbau belerang yang menyengat dilepaskan keluar. Faktor

tersebut mempengaruhi kehidupan ekosistem di kawasan tersebut. Berdasarkan

strukturnya, Cagar Alam Gunung Ambang berkarakter curam, dengan puncak

yang mengalami erupsi secara perlahan-lahan. Faktor lingkungan yang terdapat

pada lokasi penelitian berkisar antara 22°C-34°C dengan kelembaban berkisar

antara 75%-90%.

Berdasarkan faktor lingkungan yang memiliki pengaruh terhadap

ekosistem hutan, maka Cagar Alam Gunung Ambang termasuk dalam formasi

klimatis. Formasi klimatis merupakan formasi hutan yang dalam pembentukannya

sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim (Indriyanto, 2006).

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

23

4.1.2 Jenis Anggrek di Lokasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebanyak 25 spesies anggrek dari

14 genus yang dilakukan pada lokasi yang berbeda ketinggian di kawasan Cagar

Alam Gunung Ambang sub-kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

Sebanyak 14 genus yang ditemukan, 3 genus merupakan anggrek teresterial dan

11 genus lainya merupakan anggrek epifit. Penentuan nama spesies anggrek yang

ditemukan di lapangan sedikit mengalami kendala, karena anggrek yang

ditemukan dalam keadaan tidak berbunga. Sehingga penentuan nama spesies

anggrek hanya merujuk pada genus saja.

Jumlah individu spesies anggrek yang ditemukan di kawasan Cagar Alam

Gunung Ambang sub-kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

berdasarkan interval ketinggian berbeda berjumlah 296 individu. Pada ketinggian

700-1000 m dpl berjumlah 98 individu dari 10 spesies, ketinggian 1000-1300 m

dpl berjumlah 38 individu dari 15 spesies, ketinggian 1300-1500 m dpl berjumlah

160 individu dari 4 spesies yang ditemukan. Adapun jenis dan jumlah spesies

yang ditemukan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang sub-kawasan

Kabupaten Bolaang mongondow timur dapat dilihat pada gambar berikut.

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

24

Gambar 4.1 Diagram Jumlah spesies dan individu anggrek pada ketinggian 700-1000 m dpl

Berdasarkan gambar 4.1 diagram jumlah spesies anggrek pada ketinggian

700-1000 m dpl ditemukan sebanyak 10 spesies anggrek. Anggrek yang

ditemukan pada ketinggian ini yaitu spesies Eria pachystacya dengan jumlah

individu sebanyak 65, Flickingeria comate sebanyak 12 individu, Thrixspermum

centipede sebanyak 8 individu, Dendrobium crumenatum sebanyak 4 individu,

Dendrobium kuyperi, Coelogyne sp 2, Luisia zollingeri Rchb. F masing-masing

sebanyak 2 individu. Bulbophylum sp 2, Phalaenopsis amabilis dan Thelasis

pygmaea masing-masing sebanyak 1 individu. Jumlah keseluruhan individu yang

ditemukan sebanyak 98 individu dan yang paling banyak jumlah individu yang

ditemukan yaitu spesies Eria pachystacya.

0

10

20

30

40

50

60

70

Jum

lah

Indi

vidu

Spesies Anggrek

Bulbophylum sp 2

Luisia zollingeri Rchb. F

Dendrobium crumenatum

Dendrobium kuyperi

Flickingeria comata

Coelogyne sp 2

Thrixspermum centipeda

Phalaenopsis amabilis

Eria pachystacya

Thelasis pygmaea

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

25

Gambar 4.2 Diagram Jumlah spesies dan individu anggrek pada ketinggian 1000-1300 m dpl

Berdasarkan Gambar 4.2 diagram jumlah spesies dan individu anggrek

pada ketinggian 1000-1300 m dpl, ditemukan sebanyak 15 spesies. Spesies

anggrek yang ditemukan pada ketinggian ini yaitu Coelogyne sp 1, Appendicula

alba, Pholidota chinensis, Eria moluccana masing-masing sebanyak 1 individu.

Eria sp, Dendrobium sp, Bulbophylum sp 3 masing-masing sebanyak 2 individu.

Apostasia sp, Ceratostylis subulata, Phaius tankervilliae, Coelogyne sp 2

Phalaenopsis sp, Eria pachystacya masing-masing sebanyak 3 individu.

Bulbophylum stelis dan Cymbidium bicolor merupakan spesies yang paling

banyak jumlah individunya yaitu 5 individu.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

Jum

lah

Indi

vidu

Spesies Anggrek

Coelogyne sp 1Apostasia Sp Appendicula albaCeratostylis subulataPhaius tankervilliaePholidota chinensisEria spBulbophylum steliscoelogyne sp 2Phalaenopsis spEria moluccanaCymbidium bicolorEria pachystacyaDendrobium spBulbophylum sp 3

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

26

Gambar 4.3 Diagram jumlah spesies dan individu anggrek pada ketinggian 1300-1500 m dpl

Berdasarkan Gambar 4.3 diagram jumlah spesies dan individu anggrek

pada ketinggian 1300-1500 m dpl, ditemukan sebanyak 4 spesies anggrek. spesies

yang paling banyak jumlah individu yaitu spesies Bulbophylum sp 1 sebanyak 102

individu, kemudian Bulbophylum sp 2 sebanyak 52, selanjutnya Agrostophyllum

laxum dan Apostasia sp masing-masing berjumlah 3 individu.

4.1.3 Keragaman Jenis Anggrek

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menggunakan rumus

Shanon-Winner, indeks keragaman yang ditemukan pada masing-masing

ketinggian yaitu 700-1000 m dpl, 1000-1300 m dpl dan 1300-1500 m dpl dapat

dilihat pada gambar 4.4 berikut :

0

20

40

60

80

100

120

Jum

lah

Indi

vidu

Spesies

Bulbophylum sp 1

Bulbophylum sp 2

Agrostophyllum laxum

Apostasia sp

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

27

Gambar 4.4 Diagram Indeks Keragaman Jenis Anggrek Berdasarkan Ketingggian

Tempat

Berdasarkan gambar 4.4 indeks keragaman jenis anggrek yang paling

tinggi terdapat di ketinggian 1000-1300 m dpl dengan nilai 1,06, kemudian

ketinggian 700-1000 m dpl dengan nilai 0,54 dan yang terakhir ketinggian 1300-

1500 m dpl dengan nilai 0,35, dengan demikian keanekargaman jenis anggrek

yang terdapat di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sub-kawasan Kab.

Bolaang Mongondow Timur masuk kategori rendah.

4.1.4 Bioekologis Anggrek

Berdasarkan data hasil pengukuran bio-ekologis yang dilakukan

dikawasan Cagar Alam Gunung Ambang pada masing-masing ketinggian, pada

ketinggian 700-1000 m dpl spesies anggrek yang ditemukan merupakan anggrek

epifit. Jenis pohon yang paling banyak terdapat spesies anggrek yaitu Moringa

oleifera atau pohon kelor dan Laucaena leucocephal atau pohon lamtoro, selain

itu juga jenis pohon yang terdapat anggrek yaitu Persea americana, Artocarpus

integra dan Cocus nucifera. Spesies anggrek yang ditemukan terdapat di cabang,

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

700-1000 m dpl 1000-1300 m dpl 1300-1500 m dpl

0.54

1.06

0.35

Inde

ks K

eane

kara

gam

an

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

28

batang dan ranting pohon dengan ketinggian di pohon berkisar 1-4 m dan

memiliki hubungan asosiasi dengan tumbuhan sarang semut, paku, lumut serta

berinteraksi dengan semut. Spesies anggrek yang ditemukan pada ketinggian ini

berada pada habitat dengan suhu berkisar antara 27-24°C dengan kelembaban 71-

85%.

Pada ketinggian 1000-1300 m dpl jenis pohon yang menjadi inang untuk

anggrek epifit yaitu Mangifera indica, coffea sp, Laucaena leucocephal,

Artocarpus intera, Cyathea sp dan Switenia sp. Spesies anggrek epifit yang

ditemukan pada ketinggian ini terdapat pada batang dan cabang pohon,

Selanjutnya habitat untuk anggrek teresterial yaitu pada serasah kayu yang mati

dan tanah yang lembab. Suhu dan kelembaban pada ketinggian ini berkisar 24-

26,4°C dan 79-89%. Anggrek yang terdapat di pohon berasosiasi dengan paku,

lumut dan berinteraksi dengan semut.

Hasil pengukuran bioekologis anggrek pada ketinggian 1300-1500 m dpl

untuk pohon inang dan habitat anggrek menunjukkan kurangnya vegetasi pohon,

karena jenis pohon yang ditemukan hanya 5 jenis pohon yaitu, Cyathea sp, Acacia

coa dan Pandanus tectorius. Spesies anggrek yang ditemukan terdapat pada

batang dan cabang dengan tinggi dari permukaan tanah 1-8 m, berasosiasi dengan

paling banyak dengan lumut dan paku, serta berinteraksi dengan rayap dan semut.

Anggrek yang ditemukan pada ketinggian ini berada pada suhu 22-25,9°C dengan

kelembaban 75-82%.

Hasil pengukuran bio-ekologis yang dilakukan dikawasan Cagar Alam

Gunung Ambang dapat dilihat pada lampiran 3 dan rekapitulasi data tersaji dalam

tabel 4.1 :

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

29

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

30

4.2 Pembahasan

Berdasarkan analisis data yang tercantum pada hasil penelitian, indeks

keragaman jenis anggrek di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang sub-kawasan

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur menunjukkan keragaman rendah sesuai

dengan besarnya indeks keragaman jenis menurut Facrul (dalam Yahman, 2009).

Indeks keragaman anggrek di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang sub-

kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur berkisar antara 0,35-1,06 atau

berada pada kategori H≤1, hal ini menunjukkan keragaman spesies pada kawasan

tersebut rendah. Bila dikaitkan dengan faktor fisik Cagar Alam Gunung Ambang

yang juga merupakan gunung berapi, adanya aktivitas gunung berapi

menyebabkan vegatasi pohon yang menjadi habitat dan pohon inang anggrek

berkurang karena terjadi degradasi dan pembukaan lahan pertanian oleh

masyarakat yang tinggal di bawah kaki gunung.

Adanya aktivitas gunung berapi sehingga pada ketinggian 1300-1500 m

dpl menunjukkan indeks keragaman paling rendah karena jumlah jenis anggrek

yang didapat sedikit yaitu 4 spesies, spesies yang paling banyak ditemukan pada

ketinggian ini yaitu Bulbophyllum sp 1 dan Bulbophylum sp 2 paling banyak

ditemukan menempel di batang paku pohon atau Cyathea sp, cabang Acacia coa

dan Pandanus tectorius. Selanjutnya spesies Agrostophyllum laxum ditemukan

pada cabang Acacia coa setinggi 8 m dari permukaan tanah, Apostasia sp

ditemukan di serasah kayu yang sudah mati yang setelah diidentifikasi serasah

kayu tersebut merupakan serasah dari paku pohon yang sudah mati.

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

31

Kurangnya vegetasi pohon pada ketinggian 1300-1500 m dpl karena

vegetasi pohon yang paling banyak terdapat pada ketinggian ini yaitu paku pohon

(Cyathea sp). Vegetasi paku pohon yang banyak menyebabkan anggrek jenis

Bulbophyllum melimpah, karena anggrek jenis Bulbophyllum sangat suka

menempel di paku pohon atau pakis. Pakis dapat mengikat air dengan baik,

rongga-rongga di antara serat pakis membuatnya memiliki aliran udara yang baik,

seperti yang dikemukakan Rahmatia (2007) bahwa serat pakis yang lapuk banyak

mengandung unsur hara, banyak menyerap air dan menahan air.

Pada ketinggian 1000-1300 m dpl indeks keragaman masuk dalam

ketegori keragaman sedang atau H 1 s/d 3. Hal ini disebabkan vegetasi pohon

dengan kanopi rapat yang mendominasi sehingga cahaya sulit untuk masuk dan

anggrek tidak secara langsung mendapatkan cahaya. Hal ini juga diungkapkan

oleh Yahman (2009) bahwa apabila anggrek menempel di naungan pohon yang

tajuk maka anggrek tersebut tidak akan mendapatkan cahaya, oleh sebab itu

anggrek epifit dominan menempel di atas. Spesies yang paling banyak ditemukan

yaitu Bupbophyllum stelis dan Cymbidium bicolor terdapat di batang dan cabang

pohon kopi dan paku pohon. Coelogyne sp 2 dan Eria pachystacya ditemukan

pada batang dan cabang pohon Lamtoro (Laucaena leucocephal). Eria moluccana

dan Dendrobium sp ditemukan pada cabang dan batang Artocarpus integra,

kemudian Coelogyne sp 1, Ceratostylis subulata dan Pholidota chinensis

ditemukan pada batang kayu yang sudah lapuk. Eria sp ditemukan pada batang

Mangifera indica dan Bulbophylum sp 3 pada batang Switenia sp. Phalaenopsis sp

pada cabang Coffea sp, Sementara spesies Appendicula alba, Apostasia sp dan

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

32

Phaius tankerviliae merupakan anggrek terrestrial yang ditemukan pada

ketinggian ini dan ditemukan pada serasah kayu yang sudah mati dengan tekstur

tanah yang lembab dibawah naungan pohon Coffea sp.

Indeks keragaman jenis anggrek pada ketinggian ini tinggi karena dilihat

dari banyaknya jenis pohon yang menjadi inang bagi anggrek epifit dan menaungi

anggrek teresterial belum terganggu. Pada ketinggian ini kondisi hutan di

dalamnya masih terjaga, karena jauh dari kawah gunung berapi dan lahan

pertanian masyarakat, sehingga ekosistem di dalamnya masih terjaga dari

kerusakan alam dan gangguan manusia.

Indeks keragaman pada ketinggian 700-1000 m dpl juga termasuk dalam

kategori keragaman rendah. karena pada ketinggian ini sebagian daerahnya sudah

masuk hutan produksi yang dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan pertanian

yang berada dibawah kaki gunung. Seperti yang dijelaskan Kartikaningrum,

(2010) bahwa kerusakan habitat dan pemanfaatan (termasuk perdagangan) yang

tidak terkendali, penyebab utama bahaya kepunahan spesies. Kerusakan habitat

disebabkan oleh pembukaan hutan untuk kepentingan konversi bagi pemanfaatan

lahan, dengan tidak memperhitungkan keragaman hayati. Sehingga banyak tajuk

pohon yang lebat tidak lagi menghalangi cahaya yang masuk melalui celah tajuk

pohon.

Menurut Yahman (2009), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh

terhadap anggrek baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara

langsung yaitu pada proses fotosintesis sedangkan pangaruh tidak langsung yaitu

terhadap pertumbuhan, perkecambahan dan perbungaan. Pada ketinggian ini jenis

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

33

anggrek yang ditemukan merupakan jenis anggrek yang tumbuh pada daerah yang

kondisi iklimnya sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya yang

membutuhkan cahaya. Spesies anggrek yang sesuai dengan kondisi lingkungan

pada ketinggian ini yaitu Eria pachystacya terdapat di pohon kelor atau Moringa

oleifera dan pohon Lamtoro atau Laucaena leucocephal. Kedua jenis pohon ini

banyak terdapat anggrek dengan jenis yang beragam, yaitu Bulbophylum sp 2,

Luisia zollingeri Rchb. F, Dendrobium crumenatum, Flickingeria comate,

Ceologyne sp 2, Thrixspermum centipede dan Thelasis pygmaea, sedadangkan

Dendrobium kuyperi terdapat pada Persea americana dan Phalaenopsis amabilis

terdapat pada Artocarpus integra.

Kurangnya keragaman vegetasi pohon yang berada pada ketinggian 700-

1000 m dpl karena adanya pemanfaatan lahan oleh masyarakat yang menebang

sebagian pohon dengan tajuk yang lebat untuk membuka lahan pertanian dan

hanya menyisahkan beberapa pohon yang dianggap masyarakat perlu,

menyebabkan jenis anggrek yang ditemukan banyak terdapat pada pohon yang

sama, yaitu Moringa oleifera dan Laucaena leucocephal.

Hasil pengukuran faktor bio-ekologis pada lokasi penelitian menunjukkan

bahwa suhu dan kelembaban berdasarkan pembagian tipe anggrek menurut

Sessler dalam Solvia (2005), suhu lingkungan tersebut termasuk suhu yang

dibutuhkan anggrek untuk tumbuh yaitu 22°C-34°C dengan kelembaban antara

75%-90%. Anggrek yang ditemukan merupakan anggrek epfif dan teresterial yang

ditemukan terdapat pada pohon dan tanah atau serasah kayu. Selain itu beberapa

jenis anggrek berasosiasi dengan tumbuhan paku dan tumbuhan sarang semut.

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

34

Hubungan asosiasi anggrek dengan tumbuhan paku, sarang semut dan juga pohon

inang merupakan interaksi yang menguntungkan bagi anggrek, karena akar

tumbuhan paku mudah untuk menyerap air yang dibutuhkan anggrek, sama halnya

dengan tumbuhan sarang semut yang dapat menyimpan air serta keberadaan

semut yang tinggal dalam umbi sarang semut dapat membantu anggrek dalam

penyerbukan, kemudian pohon inang menjadi tempat tinggal bagi anggrek epifit

dan tempat bernaung bagi anggrek teresterial. Tipe interaksi antara anggrek,

tumbuhan paku, tumbuhan sarang semut dan pohon inang merupakan tipe

interaksi komensalisme, seperti yang dijelaskan Indriyanto (2006) bahwa interaksi

komensalisme yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang salah satu pihak

beruntung, sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh. Begitu juga asosiasi

dengan lumut, karena lumut dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan

anggrek. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Rahmatia (2007) bahwa lumut

mangandung zat hara yang diperlukan, lumut juga dapat mengikat air dengan

baik, serta dapat mengalirkan air dan udara dengan baik. Selain berasosiasi

dengan tumbuhan, serangga juga ditemukan pada akar-akar anggrek.

Kehadiran serangga yang terdapat di anggrek juga memiliki fungsi sebagai

pengurai yang membantu anggrek dalam mendapatkan unsur hara dari pohon

inang dan habitatnya. Hal ini di dukung oleh pernyataan Solvia (2005) bahwa

keberadaan serangga untuk mendegradasi kayu yang tumbang, ranting, daun yang

jatuh, hewan yang mati dan sisa kotoran hewan dari bahan organik menjadi bahan

anorganik yang berfungsi untuk regenerasi dan penyubur tanaman juga berperan

sebagai pengendali fitofagus (serangga hama bagi tanaman).

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

35

Interaksi antar spesies merupakan suatau kejadian wajar dalam suatu

komunitas. Menurut Indriyanto (2006), interaksi antar spesies tidak terbatas pada

hewan dan hewan, tetepi interaksi terjadi secara menyeluruh termasuk terjadi pada

tumbuhan, bahkan antar tumbuhan dengan hewan. Hal tersebut dapat menjelaskan

bahwa beberapa spesies anggrek yang ditemukan bersama tumbuhan paku, sarang

semut dan lumut, serta serangga seperti semut dan rayap. Interaksi yang terjadi

antara anggrek dengan serangga seperti rayap dapat digolongkan sebagai interaksi

protokooperasi, yaitu interaksi yang saling menguntungkan bagi masing-masing

spesies. Anggrek membutuhkan serangga untuk proses penyerbukan dan

penyebaran biji, karena anggrek tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri,

sedangkan serangga membutuhkan anggrek untuk mendapatkan serbuk sari.

You created this PDF from an application that is not licensed to print to novaPDF printer (http://www.novapdf.com)