bab iv hasil penelitian dan...

47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Bentuk Penggunaan Alih Kode pada Masyarakat Pengunjung/Pembesuk di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol 4.1.1.1 Bentuk Alih Kode Bahasa Buol (BB) ke Bahasa Indonesia (BI) Berikut merupakan percakapan penggunaan bentuk alih kode BB ke BI pada masyarakat pengunjung/pembesuk di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol yakni di lihat dalam dua bentuk perpindahan yaitu: 1) Bentuk Perpindahan Antarkode Bahasa Berikut percakapan bentuk perpindahan antarkode bahasa BB ke BI yakni sebagai berikut. Data 2 P1 : Nongoyo peema tii, ma? (Kenapa lagi ini, ma?) P2 : Too utatum, nipogumanon nailon momonggatagi ,diila kotauan kama mongoyo-ngoyo aagi adoyan diila malri tetu masala peema, Eh Sam, coba kau sms tantemu barangkali jadi rapat hari ini di kantor desa? (Itu kakakmu, sudah dibilang tidak usah berangkat kemari ,tidak tahu ada apa-apa di jalan, bukan jadi satu masalah lagi! Eh Sam, coba kau sms tantemu barangkali jadi rapat hari ini di kantor desa?) P1 : Kuani taante kongino, rapaato tatapo mojadi, ma ! (Kata tante tadi, rapat tetap jadi, ma!) Peristiwa alih kode di atas diawali dengan tuturan yang menggunakan bahasa Buol (BB) untuk menyampaikan kekesalan terhadap anaknya kemudian tiba- tiba mengubah pokok pembicaraan ke pembicaraan lain ke dalam bahasa Indonesia (BI).

Upload: dinhtruc

Post on 11-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Bentuk Penggunaan Alih Kode pada Masyarakat Pengunjung/Pembesuk

di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol

4.1.1.1 Bentuk Alih Kode Bahasa Buol (BB) ke Bahasa Indonesia (BI)

Berikut merupakan percakapan penggunaan bentuk alih kode BB ke BI pada

masyarakat pengunjung/pembesuk di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau

Kabupaten Buol yakni di lihat dalam dua bentuk perpindahan yaitu:

1) Bentuk Perpindahan Antarkode Bahasa

Berikut percakapan bentuk perpindahan antarkode bahasa BB ke BI yakni

sebagai berikut.

Data 2

P1 : Nongoyo peema tii, ma?

(Kenapa lagi ini, ma?)

P2 : Too utatum, nipogumanon nailon momonggatagi ,diila kotauan kama

mongoyo-ngoyo aagi adoyan diila malri tetu masala peema, Eh Sam,

coba kau sms tantemu barangkali jadi rapat hari ini di kantor desa?

(Itu kakakmu, sudah dibilang tidak usah berangkat kemari ,tidak tahu

ada apa-apa di jalan, bukan jadi satu masalah lagi! Eh Sam,

coba kau sms tantemu barangkali jadi rapat hari ini di kantor desa?)

P1 : Kuani taante kongino, rapaato tatapo mojadi, ma !

(Kata tante tadi, rapat tetap jadi, ma!)

Peristiwa alih kode di atas diawali dengan tuturan yang menggunakan bahasa

Buol (BB) untuk menyampaikan kekesalan terhadap anaknya kemudian tiba- tiba

mengubah pokok pembicaraan ke pembicaraan lain ke dalam bahasa Indonesia (BI).

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa tutur tersebut merupakan penutur yang berasal dari bahasa Buol (BB)

kemudian beralih kode ke bahasa Indonesia (BI) ke dalam tuturanya. Peristiwa

pergantian kode dari bahasa Buol (BB) ke dalam bahasa Indonesia (BI) di karenakan

faktor penutur yang beralih pokok pembicaraan yang awalnya penutur membicarakan

ke khawatiranya terhadap anaknya, kemudian tiba-tiba beralih ke masalah rapat,

sehingga tanpa di sadari penutur telah beralih pokok pembicaraan dengan tujuan

untuk menyatakan maksud kepada mitra tuturnya karena tiba-tiba teringat akan rapat

yang dilaksanakan di kantor desa. Peristiwa alih kode tersebut berlangsung dari pukul

03:05 sampai 03:30. Hal tersebut di lakukan penutur di sebabkan oleh faktor situasi

penutur yang mengganti pokok pembicaraan dari kode BI ke dalam tuturan BB.

Data 3

P1 : Ni urusumon surat cuti nikamu? Soalio ti ibu atasan gudup duma

paayu!

(Sudah kau urus surat cuti nikahmu? soalnya Ibu Pimpinan besok mau

ke Palu!)

P2 : Ooh sudayon koyaung, gudup aaku terakhiro momaso kareja tia, eh

Sudah makan kau Li? lapar skali saya ini eh!

(Sudah kemarin, besok saya terakhir masuk kerja ini! Eh sudah

makan kau Li, lapar sekali saya!)

P1 : Sudah makan dari tadi, makan saja!juga saya temani kekantin!

Peristiwa tuturan di atas alih kode terjadi pada P2 yang pada mulanya penutur

menggunakan BB kemudian beralih menggunakan BI. P2 dalam tuturan tersebut di

warnai oleh campuran dari BB ke BI yaitu Ooh sudayon koyaung, gudup aaku

terakhiro momaso kareja tia, eh Sudah makan kau Li? lapar skali saya ini eh!?

(Sudah kemarin, besok saya terakhir masuk kerja ini! Eh sudah makan kau Li? lapar

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

sekali saya ini eh?). Alih kode tersebut dilakukan P2 dengan maksud agar

percakapan antara keduanya terlihat lebih akrab dalam mengungkapkan kalimat yang

dituturkannya. Dalam setiap tuturan tidak selalu harus di awali dengan menggunakan

BB tetapi kadang di awali dengan BI. Penggunaan BB ke BI dalam tuturannya

disebabkan karena faktor situasi penutur merubah pokok pembicaraan nya ke

masalah yang lain. Hal ini karena PI dan P2 sudah saling mengenal sebelumnya,

sehingga peralihan kode bahasa yang dituturkanya tidak berpengaruh pada proses

penuturan antara keduanya.

Peristiwa percakapan di atas merupakan peristiwa tutur yang terjadi di sebuah

ruang keperawatan yang dilakukan oleh dua orang perawat rumah sakit umum daerah

Buol. Peristiwa alih kode di atas dengan tujuan bahwa penutur kedua (P2) merasa

lapar, sehingga pokok pembicaraan yang membahas masalah cuti kemudian beralih

ke masalah lapar yang berlangsung pada pukul 11:32-12:00.

2) Bentuk Perpindahan Antartingkatan Tutur

Berikut percakapan bentuk perpindahan antartingkatan tutur BB ke BI, yakni

sebagai berikut.

Data 4

P1 : Kodoyo arisano desa koyaung? noko cabu iko?

(Bagaimana arisan desa kemarin! dapat cabut kau?)

P2 : Diila ina kaati, diapo rojiki! ti Mari tan kocabu koyaung!

(Tidak ibu kasihan, belum rejeki! Si Mari yang dapat cabut kemarin!)

P1 : Aaku kama dukomonuan mokocabu arisano!

(Saya barangkali kapan dapat cabut arisan!)

P3 : Permisi! bu mau tanya ruangannya dokter Maryati Ismail di

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

sebelah mana-e?

P1 : Oh, napa di sebelah sana bu ruangannya, ibu masuk saja ada beliau

di dalam!

P3 : Terimakasih ya Bu?

P1 : Oh iya bu sama-sama!

Pada data peristiwa tutur di atas alih kode terjadi pada P1 yang awalnya

penutur memulai tuturannya dengan menggunakan kode BB kemudian karena ke

hadiran orang ke tiga (P3) dalam tuturannya bersama P2 kemudian pembicaraan

beralih menggunakan kode BI yaitu ‘aaku koyo tia kama dukomonuan mokocabu

arisan! Oh, napa di sebelah sana bu ruangannya, pas di depannya ada kursi! Ibu

masuk saja ada beliau di dalam‟. Alih kode terjadi karena faktor kehadiran orang ke

tiga dalam tuturanya yang datang dengan menggunakan kode BI sehingga tuturan

yang awalnya menggunakan BB kemudian beralih ke BI. Hal ini terjadi karena

ketidak sengajaan penutur yang tanpa disadari kedua penutur akan ada yang hadir di

tengah- tengah pembicaraannya yang sedang membahas masalah arisan kemudian

tiba-tiba beralih ke masalah ruangan.

Peristiwa percakapan di atas terjadi di sebuah ruang kepegawai rumah sakit

umum Kabupaten Buol. Tuturan terjadi antara tiga 3 orang, penutur pertama (P1)

merupakan seorang perawat , penutur kedua (P2) merupakan seorang suster ,

sedangkan penutur ketiga (P3) seorang tamu yang mencari sekertaris rumah sakit

umum. Peristiwa pencampuran bahasa seperti ini merupakan hal yang sering di

temukan pada penutur dimana saja yang menggunakan bahasa dalam berkomunikasi,

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

baik dalam lingkungan rumah sakit, lingkungan pergaulan, lingkungan keluarga,

lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah dan lain sebagainya.

Data 5

P1 : Ses, dugunio koviruso mokobahaya tii, hahaha!

(Ses, darahnya ada virus berbahaya itu, hahaha!

P2 : Ah, oyo tia iko Tajudin-e diila tutu to ses, kodoyo tio diila barani,

ondonge aaku malri pojadian conto! Kodoyo tutu diila? hehehe

(Ah, apa ini kau Tajudin, tidak betul it ses, bagaimana dia tidak berani,

lihat saya orangnya boleh dijadikan contoh, bagaiman betul

tidak?hehehe)

P3 : Betul itu Tajudin, kenapa kau tidak ikut donor darah juga?

P1 : Eh, Tidak! takut saya liat darahku!.

P2 : Payah kalo bagitu Tajudin! hahaha

Pada percakapan di atas alih kode terjadi karena masuknya penutur ketiga

(P3) yang menggunakan BI. Pada awal percakapan di atas P1 bermula dengan

menggunakan BB, kemudian P2 masih tetap mempertahankan BB kemudian tiba-tiba

penutur ketiga (P3) hadir dalam percakapan dengan membawa kode BI sehingga

terjadilah peralihan tinggkat tutur dari bahasa Buol kemudian beralih ketingkat tutur

bahasa Indonesia peralihan kode yang terjadi antara P1 dan P2 dikarenakan faktor

kehadiran orang ketiga dalam tuturan. Hal ini merupakan peralihan bahasa yang

sering terjadi pada penutur dimana saja. pencampuran bahasa ini pula terjadi karena

demi menghormati adanya penutur ketiga (P3), sehingga P1 dan P2 beralih

menggunakan BI.

Peristiwa percakapan di atas merupakan peristiwa percakapan yang terjadi di

ruang Laboratorium yang dilakukan oleh tiga orang penutur. Penutur pertama (P1)

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

adalah seorang teman pasien pendonor dan penutur kedua seorang pasien pendonor

darah (P2) kemudian penutur berikutnya adalah seorang pendonor yang hanya

menguasai dua bahasa antaranya BI (P3). Percakapan berlangsung pada pukul 09:45

sampai pukul 10:37 terlihat akrab dan santai. Tujuan percakapan di atas yaitu tentang

donor darah, yang awalnya bermula dari kekonyolan P1 yang mengatakan dengan

penuh humor bahwa darah yang di donorkan oleh P2 memiliki virus berbahaya tetapi,

P2 membantah apa yang disampaikan oleh P1 kemudian hadir penutur ketiga dengan

bahasa yang berbeda, sehingga terjadilah pengalihan alih kode dari tingkat tutur BB

ke tingkatan BI.

Data 6

P1 : Wey, kotaniu ti Lita Dinkes nikahnio guino salasa tayutayu,

ouyo Undanganiu aakunaku, dogudup doyonguagi!

(Wey, kalian tahu si Lita Dinkes pernikahanya malam selasa depan!

Ada undangannya kalian sama saya, nanti besok saya bawah

kemari!)

P2 : Ti Lita tam kareja adinaso kesehatan kundo! Dumonika dungani

nitai, diila dungani taa totoyun tahuno sunangan dunganio?

(Si Lita yang kerja di dinas kesehatan itu! menikah dengan siapa?

tidak dengan yang tiga tahun pacaran dengannya?)

P1 : Diila, dunganilo tauno reok, eh kodoyo pertemuan hari ini, apa kita

mulai saja?

(Tidak, dengan orang Leok, eh bagaimana pertemuan hari ini, apa

kita mulai saja?)

P3 : Mulai saja, emang apa ini yang disampaikan sebenarnya?

P1 : Ok kalau begitu! Begini, kemarin Ibu Maryati sampaikan sama saya

kalau sebentar malam ada acara 40 hari di rumahnya jam 07:00,

katanya mohon maaf tidak sempat buat undangan satu persatu, jadi

hanya bisa diamanatkan kepada saya ,jadi kalau yang tidak

berhalangan bisa hadir kerumahnya!

P2 : Oh, saya kira penyampaian apa eh! Ok pasti saya datang!

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa tuturan terjadi sebuah ruang keperawatan pada saat pertemuan

singkat yang di lakukan oleh P1. Tuturan P1 di mulai dengan menggunakan BB pada

awal tuturanya pada saat menyampaikan kabar pernikahan si Lita kepada lawan

tuturnya, kemudian P1 beralih menggunakan BI ketika menjawab pertanyaan P2 yang

kemudian membuka acara pertemuan singkat dengan maksud menyampaikan pesan

yang di sampaikan oleh ibu Maryati kepada P1. Peristiwa alih kode yang di lakukan

P1 karena adanya perubahan situasi yang awalnya situasi nonformal kemudian

beralih ke situasi formal. Peristiwa alih kode pada perakapan di atas yang

berlangsung pada pukul 10:07 sampai 11:47 yang dilakukan oleh tiga orang penutur.

Data 7

P1 : Maa urusanon tiatia kai diapo mopanggato yaut onu! Kuanum

koyaung mamo uruso kundo!

(Pergi urus saja sekarang supaya belum terlalu tinggi matahari! Kau

bilang kemarin mau urus hari ini!)

P2 : Kuanilo diapo mojadi, dondo ako tilo nongirimagi sms! Diapo mojadi

ai do gudup! soalio ti pak kapalano sikoya diauon!

(Katanya belum jadi hari ini, barusan mereka kirim sms! katanya nanti

besok! Soalnya si pak kepala sekolah tidak ada!)

P3 : Permisi bu, atas nama ibu Jula?

P1 : Iya ses, ada apa?

P3 : Ibu dokter suruh ke ruangan skarang!

P1 : Oh iya ses!

Peristiwa tutur terjadi bermula dari tuturan P1 dan P2 yang menggunakan

BB, karena kehadiran penutur lain atau penutur ketiga (P3) yang datang dengan

menggunakan bahasa yang berbeda yaitu bahasa Indonesia (BI) kemudian P1 beralih

menggunakan ke BI yang awalnya penutur bercakap dengan menggunakan BI.

Peralihan kode yang terjadi pada percakapan di atas karena faktor situasi bahasa yang

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

di bawah oleh penutur lain yakni penutur ketiga (P3), sehingga terjadilah peralihat

tingkat tutur dari nonformal ke informal atau dari bahasa Buol (BB) ke bahasa

Indonesia (BI).

4.1.1.2 Bentuk Alih Kode Bahasa Buol (BB) dan Bahasa Bugis (BBg)

Berikut merupakan data percakapan penggunaan bentuk alih kode BB ke BBg

pada masyarakat pengunjung/pembesuk di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan

Biau Kabupaten Buol yakni di lihat dalam dua bentuk percakapan, yaitu:

1) Bentuk Perpindahan Antarkode Bahasa

Berikut percakapan bentuk perpindahan antarkode bahasa BB ke BBg, yakni

sebagai berikut.

Data 8

P1 : Tilo dagi maino tia Pa?

(asli dari mana ini Pak?)

P2 : Dagi Makasar kebetulano noroelon mea aripu, buayiku tilo aatia,

bodu maafo tia Bu, iye halo engka mofaka di rumah saki‟e, iye cinapi

u‟jokka kuro! Ok De marigaga! Walaikum salam!

(Dari Makasar kebetulan sudah lama tinggal di Buol, istriku orang

sini! mohon maaf ini Ibu! Iya halo, walaikum salam! masih di rumah

sakit sekarang, iya nanti saya segera kesana! Ok tidak apa-apa!

Walaikum salam!)

P1 : Berarti noranjayon mobahasa buoy tia pak-e?

(Berarti sudah lancar berbahasa Buol ini pak-e?)

P2 : Hehe, diila boti moranjayo koyo, bu! Mopormisipo tia bu-e?

(Hehe, tidak terlalu lancar juga, bu! Mau permisi dulu bu-e?)

P1 : Oh, iyo!

Peristiwa percakapan di atas alih kode terjadi pada (P2) yang menggunakan

kode BB kemudian beralih pokok pembicaraan karena tiba-tiba mendapat telpon dari

penutur lain kemudian pembicaraan beralih tutur menggunakan BBg yaitu ‘dagi

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Makasar kebetulano noroelon mea aripu, buayiku tilo aatia, bodu maafo tia Bu, iye

halo engka mofaka di rumah saki‟e, iye cinapi u‟jokka kuro! Ok De marigaga!

Walaikum salam!. (Dari Makasar kebetulan sudah lama tinggal di Buol, istriku orang

sini! Mohon maaf ini Ibu! Iya halo, walaikum salam! masih di rumah sakit sekarang,

iya nanti saya segera kesana! Ok tidak apa-apa! Walaikum salam!). Alih kode terjadi

karena P2 yang tiba-tiba menerima telpon sehingga penutur beralih pokok

pembicaraan dengan lawan tuturnya yang hadir menggunakan BBg, yang awalnya

P2 menggunakan BB dalam tuturanya bersama P1. Hal ini terjadi karena ketidak

sengajaan penutur kedua (P2) akan beralih tutur menggunakan BBg dalam tuturanya.

Peristiwa percakapan terjadi di sebuah ruang tunggu pada rumah sakit umum

Kabupaten Buol. Tuturan terjadi antara 2 orang penutur. Penutur pertama (P1)

berprofesi sebagai Ibu rumah tangga sedangkan, penutur kedua (P2) sebagai kepala

keluarga dari suku Bugis. Peristiwa percakapan berlangsung santai, sekitar pukul

11:23 sampai 11:54 wita. Tuturan dilakukan secara langsung dan tidak langsung

antara penutur dan lawan tutur dalam bentuk peralihan antara BB ke BBg yang

dilakukan penutur kedua (P2). Peristiwa peralihan bahasa di atas merupakan hal yang

paling sering ditemukan pada setiap pengguna bahasa dimana saja demi kelancaran

dalam setiap komunikasi yang akan disampaiknya kepada setiap lawan tuturnya, baik

di lingkungan pergaulan, di lingkungan keluarga, masyarakat dan lain sebagainya.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Data 9

P1 : Kongino suvu aaku teetu oto dungan ibu Siar! Kuanio nai koreonge

acara gudup!

(Tadi pagi saya satu mobil dengan ibu Siar! Katanya jangan lupa

acara besok!)

P2 : Pogumana nako aaku tandu moyako agi, eh sianna nemmama

be‟ne‟na pak Salim?

(Katakan saja saya pasti datang kesana, eh kapan melahirkan istri-nya

pak Salim?)

P1 : Sangadi wenni‟!

(Kemarin dulu!)

Peristiwa alih kode pada percakapan di atas terjadi pada penutur kedua yaitu

seorang pegawai rumah sakit yang berprofesi sebagai perawat (P1) dan seorang ibu

rumah tangga. Peristiwa tutur terjadi di sebuah halaman rumah sakit umum

Kabupaten Buol, yang berlangsung pada 01:00 sampai 01:05. Alih kode terjadi

dengan menggunakan BB kepada lawan tuturnya kemudian mengubah pokok

pembicaraan dengan menggunakan BBg yaitu Pogumanan aaku tandu moyako agi,

eh sianna nemmama be‟ne‟na Pak Salim?(Katakan saja saya pasti datang kesana, eh

kapan melahirkan istri-nya pak Salim?). Peristiwa alih kode dalam bentuk perubahan

pokok pembicaraan yang di lakukan P2 yang menggunakan BB ke dalam BBg,

disebabkan karena P1 dan P2 merupakan penutur yang sebelumnya sudah saling

kenal yang mampu menguasai lebih dari dua bahasa di antaranya BB dan BBg. P2

merupakan masyarakat suku Bugis yang telah lama menetap menjadi masyarakat

suku Buol di Kabupaten Buol yang menguasai lebih dari dua bahasa, sehingga tidak

mengherankan lagi kedua penutur sering mengganti atau mengalihkan bahasanya

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

demi kelancaran komunikasinya kepada lawan tuturnya. Hal ini dikarenakan faktor

situasi penutur yang mengubah pembicaraan dari kode BB ke kode BBg.

2) Bentuk Perpindahan Antartingkatan Tutur

Berikut analisis data percakapan bentuk perpindahan antartingkatan tutur BB

ke BBg, yakni sebagai berikut.

Data 10

P1 : Itaimoo giginit pak?

(Siapa yang sakit pak?)

P2 : Monugongu mogiginit! Too durawaton aruango VIP!

(Mertuaku sakit! Itu sedang di rawat di ruangan VIP!

P3 : Daeng, isuroki ri inorena kiruanganna makkukuwe!

(Kakak, disuruh tante keruangan sekarang?)

P2 : Magaki‟?

(Ada apa?)

P3 : De wissengi!

(Tidak tahu!)

Pada percakapan di atas alih kode terjadi karena masuknya penutur ketiga

(P3) dalam proses tuturan. Pada awal percakapan di atas penutur pertama (P1)

bermula dengan menggunakan BB, kemudian penutur kedua (P2) masih tetap

mempertahankan BB, tiba-tiba hadirlah penutur ketiga (P3) dengan membawa kode

bahasa lain yakni bahasa Bugis (BBg), sehingga terjadilah peralihan tinggkat tutur

dari BB yang dilakukan penutur kedua (P2) dan akhirnya beralih ketingkat tutur BBg.

Peralihan kode yang terjadi pada percakapan penutur kedua (P2) dikarenakan faktor

kehadiran orang ketiga atau penutur ketiga (P3) dalam situasi percakapan.

Pencampuran bahasa ini terjadi karena penutur kedua (P2) ingin menghormati adanya

penutur ketiga (P3) yang datang dengan kode BBg. Peristiwa pencampuran BB dan

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

BBg dalam setiap tuturan tidak jarang ditemukan pada setiap kalangan masyarakat

pengguna bahasa, yang secara sadar atau tanpa sadar melakukan pencampuran bahasa

dalam setiap tuturannya. Peristiwa tersebut berlangsung pada pukul 09:45 sampai

pukul 10:37.

Data 11

P1 : Komonua oprasion?

(Kapan di operasi?)

P2 : Gudup agu diila motaya sih!

(Besok kalau tidak salah sih!)

P3 : Tennang bawanni, nappai yopperasi! Poko‟na pamega nabaca-baca

doa! mamuare malemma mua!

(Tenang saja, operasi tetap berlangsung! Pokok banyak- banyaklah

berdoa! Semoga di mudahkan!)

P2 : Iyo, Amiin!

(Iya, amin!)

Pada percakapan di atas alih kode terjadi karena masuknya penutur ketiga

(P3) dalam percakapan yang membawa kode BBg. Yang awal percakapan di atas

penutur pertama (P1) bermula dengan menggunakan BB, kemudian penutur kedua

(P2) masih tetap mempertahankan BB, tiba-tiba penutur ketiga (P3) hadir dalam

percakapan dengan membawa kode BBg, sehingga terjadilah peralihan tinggkat tutur

dari BB kemudian beralih ketingkat tutur BBg. Peralihan kode yang terjadi pada

percakapan di atas dikarenakan faktor kehadiran orang ketiga dalam tuturan. Hal ini

merupakan peralihan bahasa yang sering terjadi pada penutur dimana saja .

Pencampuran bahasa ini terjadi karena menghormati adanya penutur ketiga (P3)

dalam peristiwa yang pada pukul 09:45 sampai pukul 10:37.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

4.1.2 Bentuk Penggunaan Campur Kode pada Masyarakat Pengunjung/

Pembesuk di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan Biau

Kabupaten Buol

4.1.2.1 Bentuk Campur Kode Bahasa Buol (BB) dan Bahasa Indonesia (BI)

Berikut merupakan data percakapan penggunaan bentuk campur kode BB dan

BI pada masyarakat pengunjung/pembesuk di lingkungan rumah sakit umum

Kecamatan Biau Kabupaten Buol yakni di lihat dalam beberapa bentuk percakapan

yaitu.

1) Bentuk Campur Kode Kata

Kata adalah satuan bebas yang paling kecil yang dapat berdiri sendiri dan

mempunyai arti, Keraf (dalam Kridalaksana 1990: 25). Berikut percakapan dalam

bentuk kata, yaitu sebagai berikut.

Data 12

P1 : Ponganopo?aaku maa apotik paagi!

(Makan dulu? Saya mau ke apotik dulu!)

P2 : Sudayon!

(Sudah selesai!)

P1 : Nai koreonge monginum obat pokorutine!

(Jangan lupa minum obat dikasih rutin!)

P2 : Oh iyo, nai moroe aagi-e?

(Oh iya, jangan lama juga-e?

P1 : Iyo!

(Iya!)

Peristiwa tutur di atas CK terjadi pada penutur pertama (P1) yang

menyisipkan kata bahasa Indonesia (BI) dalam tuturanya yaitu pada kata „obat‟, yang

jika dituturkan ke dalam bahasa Buol (BB) yaitu „peel‟. CK dilakukan penutur karena

dirinya ingin memperjelas maksud kepada lawan tuturannya. Hal ini dikarenakan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

faktor ketidaksengajaan atau dilakukan secara spontan oleh penutur, untuk

kemudahan dirinya dalam berkomunikasi dengan lawan tuturnya.

Data 13

P1 : Somburi aaku monginum peel nai aaku igia jarum susundik

pokabutangu!

(Lebih baik saya minum obat jangan saya di kasih jarum suntikan

saya lari akan!)

P2 : Mosuakiko, agu kunaku susundik sapi aamu diila mougo!

(Parah kau, kalau saya suntikan sapi saja tidak takut!)

Peristiwa tuturan di atas CK yang berbentuk sisipan BI di atas terlihat pada

kedua penutur yaitu pada kata „jarum‟ yang jika dituturkan dalam BB yaitu

„dudoum‟. Kata „jarum‟ atau „dudoum‟ adalah kata benda. Sedangkan pada tuturan

berikut terlihat kata „sapi‟ yang jika dituturkan dalam BB yaitu „saapi‟ . Kata „sapi

atau „saapi‟. CK yang terjadi di atas merupakan faktor kebiasaan penutur yang sering

menggunakan dua bahasa dalam setiap komunikasi yang dituturkannya. CK

dilakukan oleh penutur secara spontan dan refleks yang sering ditemukan di

lingkungan rumah sakit umum maupun di lingkungan masyarakat lainnya.

Data 14

P1 : Mamaino iko tii?

(Mau kemana kau ini?)

P2 : Dumaa ruango laboratoriumo mouruso kir dokter, ambilo maino

ruango laboratorium-e?

(Mau ke ruang laboratorium mengurus kir dokter, di sebelah mana

ruang laboratorium- e?)

P1 : Ambilo too, dupongoyomu kir dokter?

(Di sebelah sana, kau bikin apa kir dokter?

P2 : Pokonio ouyo too, aaku motitmuyon-e?

(Pokoknya ada itu, saya duluan-e?)

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa tuturan CK di atas terjadi dalam bentuk kata BI terlihat pada

penutur pertama (P1) dan penutur kedua (P2) yaitu menyisipkan kata ‘kir dokter‟

yang berasal dari BI, jika di tuturkan ke dalam BB yaitu „kiiro dokuter‟. Penyisipan

kata ‘kir dokter‟ atau „kiiro dokuter‟ merupakan penyisipan bentuk kata benda.

Peristiwa CK di atas terjadi karena faktor kebiasaan penutur yang terbiasa

menggunakan BI atau sebagian besar penutur di temukan lebih menggunakan kata

‘kir dokter‟ yang berasal dari BI ketimbang menggunakan kata „kiiro dokuter‟ yang

berasal dari BB. Hal ini, pula di lakukan agar penutur dapat mudah memahami yang

di sampaikan oleh penutur dan lawan tuturnya, sehingga komunikasi berjalan dengan

baik.

Data 15

P1 : Arif, dupo aatia?

(Arif, kesini dulu?)

P2 : Nongoyo bu?

(Ada apa bu?)

P1 : Nai koreonge gudup membersikan kundia-e? Norebuyon yaut tia!

(Jangan lupa besok membersihkan ini-e? Sudah terlalu kotor ini!)

P2 : Oh iyo, gudup aaku moyako aagi lebe auay!

(Oh iya, besok saya datang kemari lebih awal!)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk kata BI dilihat pada tuturan

penutur pertama (P1) yaitu pada kata ‘membersihkan‟ yang jika dituturkan dalam BB

yaitu „mopokobirisi‟. Kata sisipan „membersihkan‟ atau „mopokobirisi‟ merupakan

penyisipan kata kerja. CK terjadi karena dengan menggunakan sisipan BI dapat

mempermudah penutur menyatakan maksud yang dituturkannya. Hal ini dikarenakan

faktor kebiasaan penutur yang sering mencampurkan dua bahasa ke dalam

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

tuturannya, baik itu disengaja maupun tanpa sengaja oleh penutur itu sendiri

mencampurkan kode bahasa dalam setiap tuturanya.

Data 16

P1 : Kuani dokuter mengobati pakit duayom to inume peel! Kai pakit inggat

mogongu!

(Kata dokter mengobati luka dalam itu minum obat! supaya luka cepat

kering!)

P2 : O‟o tutu too, tia taaditi diila mogu yaut monginum peel, Kama oyo

anduk!

(Iya, betul itu, ini anak tidak mau sekali minum obat, tidak tahu apa

maunya!)

Peristiwa percajapan di atas CK dalam bentuk kata BI terlihat pada penutur

pertama (P1) yaitu kata ‘mengobati‟ yang jika dituturkan dalam BB yaitu

„mongunom‟. Sisipan kata ‘mengobati‟ atau „mongunom‟ merupakan sisipan kata

kerja yang terjadi pada penutur pertama (P1). Peristiwa CK tersebut terjadi karena

penutur merasa dengan menggunakan kata BI ke dalam tuturannya dapat

mempermudah penutur untuk menjelaskan maksud dalam tuturanya dan juga di

pengaruhi oleh kebiasaan penutur mencampurkan kode bahasanya agar lawan

tuturnya merasa jelas dan mengerti dengan apa yang di sampaikan kepada lawan

tuturnya. Peristiwa tersebut adalah hal yang paling sering ditemukan kepada

masyarakat tutur yang menggunakan dua bahasa atau lebih bahasa dalam tuturannya.

Data 17

P1 : Potari aagi peel misagrip, meredahkan popeno unggakmu to!

(Beli kemari obat mixagrif, meredahkan sakit kepalamu itu!)

P2 : Anagi doakuyon tam talri obat, misagrip too, Ma?

(Sini nanti saya saja yang beli obat obat ,mixagrif kan, Ma?)

P1 : Iyo na, nai moroe koyo!

(Iya nak, jangan lama juga!)

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk sisipan BI terlihat pada

penutur pertama (P1) yaitu kata ‘meredahkan‟ yang jika dituturkan ke dalam BB

yaitu „mopokeredah‟. Sisipan kata „meredahkan‟ atau „mopokeredah‟ merupakan

sisipan kata kerja yang di tuturkan oleh penutur. CK terjadi karena penutur merasa

dengan menggunakan kata BI dalam tuturanya, dapat mempermudah penutur

menyampaikan maksud dan tujuan dalam tuturanya, serta merupakan kebiasaan di

lingkungan keluarga penutur yang sering menggunakan daerah dan bahasa Indonesia

dalam setiap tuturan yang di lakukan penutur. Petistiwa CK tersebut terjadi di

lingkungan rumah sakit umum yang dilakukan oleh kedua orang penutur yakni

seorang Ibu rumah tangga dan seorang kakak dari pasien yang sedang mengalami

sakit kepala.

Data 18

P1 : Kodoyo monugongum tiatia?

(Bagaimana mertuamu sekarang?)

P2 : Alhamdulillah nopolrelon, koyaung nomuay jaamo 11!

(Alhamdulillah, sudah baikan, kemarin keluar jam 11!)

P1 : Ondo dumo uruso oyo tii?

(Terus lagi urus apa ini?)

P2 : Dumo menyelesaikan biayano perawatani tabunggeleku!

(Lagi menyelesaikan biaya selama perawatannya orang tuaku!)

Peristiwa perakapan di atas CK terlihat pada penutur kedua (P2) yang

menyisipkan kata BI yaitu pada kata „menyelesaikan‟ yang jika di tuturkan ke dalam

BB yaitu „mopokoyaud‟. Sisipan kata „menyelesaikan‟ atau „mopokoyaud‟ merupakan

penyisipakan kata yang berbentuk kata kerja. CK terjadi dikarenakan faktor penutur

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

yang ingin menyampaikan maksud dengan jelas kepada lawan tuturnya. Pada CK

yang dilakukan penutur di atas merupakan hal yang sering terjadi pada masyarakat

yang ada di lingkungan rumah sakit umum maupun di lingkungan masyarakat di

Kabupaten Buol, yang dituturkan secara spontan atau tidak di sengaja oleh penutur

demi memperlancar proses komunikasinya dengan lawan bicaranya.

Data 19

P1 : Pogi sundikon?

(Suruh suntik saja?)

P2 : Tutu yaut, kai moinggat sehat! Kopianum abolreno mogiginit turus?

(Betul sekali, supaya cepat sehat! Kau suka tinggal di rumah sakit

terus!)

P3 : Pongoyo aaku diila mogu!

(Buat apa saya tidak mau!)

Peristiwa percakapan CK di atas terlihat pada penyisipan kata BI dalam yaitu

pada kata„sehat‟, dan jika di tuturkan ke dalam BB yaitu „yuuri„, yang dilakukan oleh

penutur kedua (P2) pada tuturanya. Kata yang di sisipkan ke dalam tuturannya

merupakan bentuk penyisipan kata sifat. CK terjadi secara spontan oleh penutur

karena maksud ingin meyakinkan lawan tuturnya, agar dapat mendengarkan

pernyataannya. Hal ini dikarenakan faktor dalam lingkungan keluarga yang sering

menggunakan atau menguasai dua bahasa dalam tuturanya.

Data 20

P1 : Nongoyono lambat aagi iko? Konginopo aaku moguyat kunimu!

(Kenapa lambat sekali kau? Dari tadi saya ada tunggu kau!)

P2 : Noguyatopo oto moroe yaut! Amaino ruangano ti Suriani irawato?

(Menunggu mobil lama sekali! Di mana ruangan si Suriani dirawat?)

P1 : Aato ruango IGD!

(Di ruangan IGD!)

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa perakapan di atas CK berbentuk sisipan BI terlihat pada penutur

pertama (P1) yang menyisipkan kata ‘lambat‟ yang jika dituturkan ke dalam BB yaitu

„aame‟. Sisipan kata BI yang dilakukan oleh penutur pertama (P1) di atas merupakan

sisipan kata sifat yang secara spotan dilakukan oleh penutur. Hal ini, dilakukannya

agar mempermudah penutur memperjelas pertanyaanya kepada penutur kedua (P2).

CK terjadi di depan gerbang rumah sakit umum daerah Kabupaten Buol yang

dilakukan oleh kedua remaja yang hendak membesuk seorang sahabat yang sedang

dirawat di rumah sakit.

Data 21

P1 : Ina katii! Kama ouyo kumalri banduongu!

(Ibu kenapa! Barangkali ada yang bisa saya bantu!)

P2 : Oh, ruango pelayanano rawat inap kukundianon?soalio do kundia

nagi arumah sakito!

(Oh, ruang pelayanan rawat inap yang ini? Soalnya baru kali ini

datang ke rumah sakit)

P1 : Iyo bu, kukundianon, tia bu tuturit!

(Iya bu, yang in, ini bu tertulis!)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk kata BI dalam tuturan BB

terlihat pada penutur kedua (P2) yaitu pada kata „rawat inap‟ yang berasal dari kata

BI, jika ditururkan ke dalam BB yaitu „rawato inaap‟, Penyisipan bentuk ini

merupakan penyisipan bentuk kata sifat. Peristiwa CK yang di lakukan penutur

merupakan hal yang di lakukan secara spontan yang tidak di sadari penutur telah

menggunakan campuran bahasa ke dalam tuturannya. Hal ini, bertujuan agar penutur

dan lawan tutur saling memahami dan menghargai, sehingga tuturan terlihat akrab

walaupun kedua penutur tidak saling kenal sebelumnya.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Data 22

P1 : Ato sebelah maino tambato posamayangan atia-e?

(Di sebelah mana tempat ibadah di sini-e? )

P2 : Beebong!dom lewat balakango geduungo rehabili asi medik! Ondo

moko tamo tambato posamayangano!

(Sangat jauh, nanti lewat belakang gedung rehabli asi medik!

baru bisa ketemu tempat ibadah!)

P1 : Oo boong koyo-e!

(Oo, jauh juga-e!)

Peristiwa perakapan di atas CK berbentuk sisipan BI terlihat pada kata

„sebelah‟ yang jika dituturkan ke dalam BB yaitu „ambilo‟. Penyisipan kata „sebelah‟

atau „ambilo‟ merupakan kata sisipan dalam bentuk kata sifat yang di tuturkan oleh

penutur. Sedangkan CK juga terlihat pada penutur kedua (P2) yang menggunakan

sisipan kata ‘lewat‟ yang jika di tuturkan ke dalam BB yaitu „nareb‟. Penyisipan kata

‘lewat‟ atau „nareb‟ merupakan penyisipan kata sifat atau kata keterangan. CK terjadi

antara dua orang penutur yang menggunakan CK dalam bentuk kata BI dalam tuturan

BB. Peristiwa CK tersebut di lakukan penutur demi mempermudah tuturannya untuk

menyatakan maksud kepada lawan tuturnya. Hal ini terjadi karena faktor

ketidaksengajaan penutur menyisipkan kata BB ke dalam tuturanya karena tuturan

tersebut di lakukan secara spontan oleh penutur itu sendiri. Penyisipan CK dalam

bentuk kata yang di lakukan penutur dalam tuturannya merupakan hal yang sering

terjadi pada masyarakat tutur di lingkungan rumah sakit umum daerah Kabupaten

Buol.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Data 23

P1 : Oyo sebab sambe tio noisilaka?

(Apa sebab sampai dia celaka?)

P2 : Nikiyumbakan motoro paaso amukano bolrenio!

(tertabrak motor tepat didepan rumahnya!)

P1 : Kaati koyo taaditi!

(Kasihan juga ini anak!)

Peristiwa percakapan di atas CK berupa bentuk kata BI terlihat pada kata

„sebab‟ yang jika dituturkan ke dalam BB yaitu „sabaap‟. Kata ‘sebab’ atau ‘sabaap’

merupakan penyisipan dalam bentuk kata sifat yang di tuturkan oleh penutur pertama

(P1). CK terjadi karena faktor ketidak sengajaan penutur yang dilakukannya secara

spontan atau secara refleks, karena ingin menanyakan kejelasan kepada lawan

tuturnya mengenai sebab kecelakaan yang terjadi pada anak sedang dilihatnya.

Pencampuran yang terjadi merupakan hal yang sering terjadi pada setiap penutur

yang berada di lingkungkungan rumah sakit umum Kabupaten Buol, yang dilakukan

secara tidak di sengaja oleh penutur itu sendiri demi kelancaran komunikasinya

kepada lawan bicaranya.

Data 24

P1 : Monuyon aanakum skarango, Jula?

(Berapa anakmu sekarang, Jula?)

P2 : Goni duia, kumaane dan kubuayi! Iyo kunimu monu?

(Masih dua, yang laki dan yang perempuan! Kalau kau punya

berapa?)

P1 : Goni duia koyo kuongu, kubuayi miinda!

(Masih dua juga saya punya, perempuan semua!)

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Pada peritiwa percakapan di atas CK dalam bentuk kata BI dapat dilihat pada

kata sambung yaitu berupa sisian kata „dan‟ yang jika di tuturkan ke dalam BB

menjadi kata “daan‟. Peristiwa CK ini dikarenakan salah satu faktor lingkungan

dalam pergaulan yang sering menggunakan bahasa lebih dari satu atau bilingualisme,

demi mempermudah dirinya menyatakan maksudnya kepada lawan tuturnya.

2) Bentuk Campur Kode Frase

Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas, Ramlan (dalam Putrayasa 2007: 2). Berikut campur kode dalam

bentuk frase dapat di lihat pada percakapan berikut ini.

Data 25

P1 : Ida, Pa bolre agi nitanteemu, noyavungon pakain kotor! Pipie paagi

diauon kuurion papamu!

(Ida, pergi ke rumahnya tantemu, sudah banyak pakaian kotor! Cuci

dulu tidak ada yang di pakai bapakmu?)

P2 : Londrianon, ma eh!

(Di loundri saja, ma eh!)

P1 : Kuanum boi doi bodupuyutonagi!

(Kamu kira uang tinggal di pungut kemari!)

Peristiwa percakapan di atas CK terlihat pada penutur pertama yang

menyisipkan kata frase BI yaitu dengan kata „pakaian kotor‟ yang jika di tuturkan

kedalam BB yaitu „pakean morevbu‟. Penyisipan kata ‘pakaian kotor‟ atau „pakean

revbu‟ merupakan penyisipan dari frase kata benda, yang tidak sengaja di selipkan

oleh penutur ke dalam tuturannya. CK terjadi pada penutur dikarenakan faktor

lingkungan dalam keluarga yang menjadi kebiasaan penutur yang sering

menggunakan dua bahasa dalam tuturan di lingkungan keluarganya. Hal ini karena

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

penutur merasa dengan mencampurkan dua bahasa ke dalam komunikasi dapat

mempermudah tuturan yang di gunakannya sehari-hari.

Data 26

P1 : Aanaku goni umuru dua tahun ku buayi, naari duko tumuyan panyaki

cacaro unggag tongo aakio!

(Anak saya masih umur dua tahun yang perempuan, jadi ditumbuhi

cacar air seluruh badannya!)

P2 : Nipogi parakisamuyon kun dokuter?

(Sudah kau suruh periksa sama dokter?)

P2 : Sudayon kongino, too notitimunoyon ngamburing dungan tatiamo!

(Sudah tadi, itu sudah duluan pulang dengan bapaknya!)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk kata yang berbentuk frase

terlihat pada penyisipan kata „dua tahun‟ yang jika tuturkan ke dalam BB menjadi

‘duian taahuno‟. CK dituturkan secara tidak sengaja oleh si penutur. Hal ini

dikarenakan demi mempermudah penutur dalam berkomunikasi untuk mengutarakan

pernyataannya kepada lawan bicaranya.

Data 27

P1 : Kogui pestani Lia a kandanan niko undanganiko?

(Tadi malam pestanya Lia di Kantanan dapat undangan kau?)

P2 : O‟o ouyo, kodoyo poyako baju pesta diilauon!

(Iya ada, bagaimana bisa pergi baju pesta tidak ada!)

P1 : Katoo diila noguman kunaku, padahayo ouyo boduku peperei!

(Kenapa tidak bilang ke saya, padahal ada bajuku yang lain!)

P1 : Diadun kino pikirangu koyo!

(Tidak sempat terpikirkan lagi!)

Peristiwa percakapan di atas terdapat CK dalam bentuk penyisipan unsur frase

benda BI yaitu pada frase „baju pesta‟ yang jika dituturkan ke dalam BB menjadi

„bodu porame, yang dilakukan oleh penutur kedua (P2). Peristiwa CK terjadi karena

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

faktor ketidaksengajaan penutur. Dengan demikian CK juga karena faktor kebiasaan

dalam lingkungan pergaulan yang sering menggunakan kata „baju pesta‟ dalam setiap

tuturannya.

Data 28

P1 : Katii, maino ti Uci? tio diila magi mongondong taantenio!

(Kenapa, di mana si Uci? dia tidak datang melihat tante-nya?)

P2 : Aato bolre niteangu aagi sedang memasak dungani utatio buayi!

Doyaud tio moyako aagi kuanio!

(Ada di rumah saya tinggal kemari sedang memasak dengan

saudaranya perempuan! Sebentar dia datang katanya!)

P1 : Ooh, kuangu kama diila moyako aagi tio!

(Oh, saya kira tidak datang kemari dia!)

Peristiwa percakapan di atas terjadi dalam bentuk penyisipan bentuk frase

kerja yakni terlihat pada frase ‘sedang memasak‟ yang jika dituturkan ke dalam BB

menjadi „dumo koyutu‟, yang dilakukan oleh penutur kedua (P2). CK terjadi karena

faktor lingkungan keluarga yang hanya menguasai dua bahasa dalam tuturannya,

karena ingin menyesuaikan dengan keadaan berbahasa, sehingga dapat

mempermudah penutur mengungkapkan maksud yang disampaikanya kepada lawan

tuturnya.

Data 29

P1 : Maino utatum, nonganakon?

(Mana saudaramu sudah melahirkan?)

P2 : Too sedang melahirkan a ruango persalinano, pogile mosayamat

kaati!

(Itu sedang melahirkan di ruang persalinan, semoga selamat kasihan!)

P1 : Oo, amiin pogile kaati!

(Oo, amin semoga kasihan!)

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa percakapan di atas CK terjadi dalam bentuk penyisipan frase BI

dalam bentuk kata kerja yaitu ‘sedang melahirkan‟ yang dituturkan ke dalam BB

menjadi „dumo nganak‟ yang dilakukan oleh penutur kedua (P2). CK dilakukan

penutur karena faktor ketidaksengajaan atau dilakukan secara spontan. Hal ini karena

mempermudah penuturannya kepada lawan tuturnya.

Data 30

P1 : Oyo kuanilo?

(Apa kata mereka?)

P2 : Kuanagi ni dokuter gejalano darah tinggi, diila mongoyo!

(Kata dokter gejalah darah tinggi, tidak mengapa!)

P1 : Diila mongoyo kodoyo? Roroe aako too mamojadi!

(Tidak mengapa bagaimana? Lama kelamaan akan menjadi!)

Peristiwa percakapan di atas CK terlihat pada penutur yang menyisipkan

kata frase BI yaitu dengan frase ‘darah tinggi‟ yang jika di tuturkan ke dalam BB

yaitu „dugumo panggat‟. Penyisipan kata „darah tinggi‟ atau „dugum panggat‟

merupakan penyisipan frase sifat atau keterangan yang sering di gunakan oleh

penutur di lingkungan rumah sakit umum. CK terjadi karena penutur merasa dengan

mencampurkan dua bahasa ke dalam tuturanya dapat mempermudah tuturannya. Hal

ini, dikarenakan adanya faktor kebiasaan yang dilakukan penutur. Kata „darah tinggi‟

atau „dugumo panggat' dituturkan penutur kedua (P2) secara spontan dan refleks

kepada lawan bicaranya. Hal ini pula merupakan kebiasaan yang sering ditemukan

pada masyarakat tutur yang ada di lingkungan rumah sakit umum Kabupaten Buol.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

3) Bentuk Campur Kode Baster

Baster merupakan penyisipan yang berbentuk kata campuran menjadi

serpihan dari bahasa yang dimasukinya. Berikut percakapan dalam bentuk baster

yaitu sebagai berikut.

Data 31

P1 : Mogile tuyung tia maari? aaya pagi unggag inumon aaku digayas doka-e?

(Meminta tolong ini boleh? Ambilkan air minum saya di gelas besar-e?)

P2 : Maari yaut!

(Boleh sekali!)

P1 : Mopokako yaut tia buyoko!

(Haus sekali ini leher!)

Peristiwa percakapan di atas CK yang berbentuk baster yang menyisip pada

penutur pertama (P1) di atas yaitu ‘digayas‟ yang berasal dari bentuk baster awalan

di- pada kata „gayas‟. Awalan di- merupakan sisipan dari BI sedangkan kata „gayas‟

adalah sisipan dari BB. Kata „gayas‟ jika di tuturkan ke dalam BI yaitu „gelas‟ yang

menyatakan suatu benda, sedangkan awalan –di‟ dalam BI yaitu menyatakan suatu

tempat. CK terjadi pada penyisipan unsur di-. Hal ini terjadi karena penutur

bermaksud agar lawan tuturnya dapat memahami apa yang di maksud oleh penutur

tersebut.

Data 32

P1 : Mama maino doi kupotalri peeli papa?

(Mama mana uang dibelikan obatnya papa?)

P2 : Too parakisanako dipupuji puyukanya mama kumo itom aduyaom

taaso!”

(Itu periksa kesana di kantung celananya mama warna hitam di dalam

tas!)

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa tuturan di atas CK dalam bentuk penyisipan baster terlihat pada

penutur kedua (P2) yang di sisipkan pada tuturanya yaitu ‘dipupuji‟ yang berasal dari

bentuk baster dari awalan di- yang berasal dari BI dan pada kata „pupuji‟ berasal dari

BB, pada penyisipan kata baster „dipupuji‟ jika di tuturkan ke dalam BI yaitu

„dikantung‟. Kemudian CK dalam bentuk baster masih terjadi pada penutur pertama

(P1) yaitu „puyukanya‟ yang berasal dari bentuk baster akhiran –nya yang berasal dari

BI sedangkan kata „puyuka‟ berasal dari BB yang jika di tuturkan ke dalam BI yaitu

„celana‟. Awalan di- menyatakan suatu tempat, sedangkan pada kata ‘pupuji’atau

„kantung‟ termasuk nomina yang menyatakan suatu benda. Demikian pula pada

bentuk baster akhiran –nya yang menyatakan kepunyaanya atau mengandung makna

„milik‟, sedangkan „puyuka‟ atau „celana‟ yang menyatakan suatu benda yang

menjadi milik si penutur. Peristiwa CK terjadi karena faktor kebiasaan penutur yang

sering menggunakan dwibahasa atau dua bahasa ke dalam tuturannya.

4) Bentuk Campur Kode Perulangan Kata

Perulangan kata maksudnya penyisipan perulangan kata ke dalam bahasa inti

atau bahasa utama dari suatu kalimat. Berikut data percakapan dalam bentuk

perulangan kata, yaitu sebagai berikut.

Data 33

P1 : Nongo durakayon minda anak- anak buayimu -e?

(Sudah besar semua anak-anak perempuanmu-e?)

P2 : Oo, kaati, diila korasaanak!

(Oo, tidak terasa kesana!)

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk sisipan perulangan kata dapat

di lihat pada kata ‘anak- anak‟ yang berasal dari BI yang jika di tuturkan ke dalam

BB yaitu „diti-diti, yang dituturkan oleh penutur pertama (P1). CK di lakukan

penutur karena faktor kebiasaan yang ada di lingkungan masyarakat, maupun di

lingkungan keluarganya. Penyisipan CK ini di lakukan untuk mempermudah penutur

menyatakan kebanggaan kepada anak- anak dari seorang lawan tuturnya yang terlihat

mulai tumbuh dewasa.

Data 34

P1 : Jula, aayambagi bodu dasteri mama kumoidu aduayom lamari abolre,

doyoanako motoro? hati-hati koyo adoyan!”

(Jula, ambil kemari baju dasternya mama warna biru di dalam almari

di rumah bawa kesana motor? hati-hati juga di jalan!)

P2 : Oh iyo, agu diila motapuyu kodoyo, ma?

(Oh iya, kalau tidak didapat bagaimana, ma?)

P1 : Dastero kugigilon!

(Daster yang lain saja!)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk penyisipan perulangan kata

dapat di lihat pada kata ‘hati-hati‟yang berasal dari BI dan jika di tuturkan kedalam

BB yaitu „pohati-haati‟. Sisipan kata ulang „hati-hati‟ yang di lakukan penutur

pertama (P1), karena ingin menyampaikan pesan dengan jelas kepada lawan tuturnya

agar lawan tuturnya dapat berhati- hati dalam perjalanan ke rumah. Dengan demikian

CK terjadi karena faktor kebiasaan penutur di lingkungan keluarganya. Hal ini terjadi

secara spontan agar lawan tuturnya dapat mendengarkan apa yang di sampaikannya.

Data 35

P1 : Kodoyo ti taante Ma?

(Bagaimana si tante, Ma?)

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

P2 : Oo, diila mongoyo, baik-baik to kaati ti taantemu!

(Oo, tidak apa! baik- baik itu kasihan si tantemu!)

P1 : Alhamdulilh kaati!

(Alhamdulillah kasihan!)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk perulangan kata dapat di lihat

pada penutur kedua (P2) yang menggunakan kata „baik- baik‟ yang berasal dari BI

yang jika dituturkan ke dalam BB yaitu menjadi „pio- pio‟. Sisipan kata perulangan

yang di lakukan penutur kepada lawan tuturnya karena karena faktor lingkungan

dalam keluarganya yang sering menggunakan bahasa lebih dari satu bahasa. CK

terjadi karena sudah menjadi hal biasa di lakukan penutur pada saat berkomunikasi

dengan lawan tuturnya dengan menggunakan BB dalam tuturan di lingkungan

keluarganya.

Data 36

P1 : Goni pagi-pagi mopotopodi, diila malri moko dugong susah!

(Masih pagi-pagi berpangku dagu! Tidak boleh bikin tambah susah!)

P2 : Ah, diilauo to! Memango kumo susayon koyo, duoyombo!

(Ah, tidak ada itu! memang sudah susah begini, di apakan lagi!)

P1 : Nai mosirita kodoto?

(Jangan bicara seperti itu?)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk perulangan kata yang di

lakukan penutur terlihat lagi pada penutur pertama (P1) yaitu dengan menggunakan

perulangan kata „pagi- pagi‟ yang berasal dari BI dan jika di artikan ke dalam BB

yaitu menjadi ‘suvu-suvu‟. CK dalam bentuk penyisipan kata ulang di atas di lakukan

penutur secara spontan karena tiba- tiba melihat lawan tuturnya yang sedang

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

berpangku dagu di dalam ruangan pasien rawat inap, yang tanpa di sadari penutur

menyelipkan kata „pagi-pagi‟ dalam tuturanya. Hal ini di karenakan faktor

lingkungan sehingga tidak mengherankan lagi bahasa yang di lakukan setiap penutur

sering bercampuran. Dengan demikian karena keduanya sudah saling kenal dan

mampu menguasai BB dan BI sehingga komunikasi yang di lakukan penutur tidak

lagi menjadi masalah bagi penutur dan lawan tuturnya.

5) Bentuk Campur Kode Ungkapan atau Idiom

Campur kode dalam bentuk ungkapan atau idiom adalah berupa penyisipan.

Berikut data percakapan dalam bentuk ungkapan atau idiom, yaitu sebagai berikut.

Data 37

P1 : Ajal manusia diila uwon tamtotau, taada nio dakoto minda!

(Ajal manusia tidak ada yang tahu, semua pas ti kembali padanya!)

P2 : Iyo tutu, taandanio rahasiano kayangan!

(Iyo betul, semuanya rahasia tuhan!)

Peristiwa tuturan CK dalam bentuk ungkapan atau idiom terlihat pada kalimat

„ajal manusia‟ yang di sisipkan ke dalam ungskapan BB yang jika di ungkapkan ke

dalam BB yaitu „ajalo maanusia‟. Sisipan berbentuk idiom tersebut di ungkapkan

penutur kepada lawan tuturnya untuk memberikan nasihat bahwa setiap yang

bernyawa pasti akan mati dan semua akan kembali kepada yang maha kuasa. Hal

tersebut di lakukan penutur secara tidak sengaja atau secara spontan, di lakukan

penutur pertama (P1) karena maksud ingin menguatkan lawan tuturnya menanggapi

setiap yang terjadi dalam kehidupan manusia.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Data 38

P1 : Dokuter kovu malri mongunom, tuhan yang menentukan taandanio!

Nalri nai potayae dokuter!

(Dokter hanya mengobati, tuhan yang menentukan semuanya!Jadi

jangan salahkan dokter!)

P2 : Naari pomikiropo agu mogoya tindakanno gigina!

(Jadi pikirkan dulu kalau mengambil tindakan sendiri!)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk idiom di atas dapat di lihat

pada sisipan kata „tuhan yang menentukan‟ yang jika di ungkapkan ke dalam BI yaitu

„kayangan taa monandu‟. CK dalam betuk idiom ini merupakan ungkapan yang

berupa nasihat yang disampaikan kepada lawan tuturnya yang menyalakan dokter.

Sisipan BI dalam bentuk ungkapan atau idiom yakni „tuhan yang menentukan‟ yaitu

dilakukan penutur dalam tuturannya karena dirinya percaya bahwa tuhanlah yang

memiliki kekuatan melebihi dari segalahnya. Dengan demikian CK tersebut terjadi

secara spontan dan refleks di lakukan penutur untuk meyakinkan lawan tuturanya

agar tidak berpikiran negatif terhadap seorang dokter.

6) Bentuk Campur Kode Klausa

Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat baik

disertai objek, pelengkap, keterangan ataupun tidak, Ramlan (dalam Putrayasa 2006:

2). Berikut data percakapan dalam bentuk ungkapan atau idiom, yaitu sebagai berikut.

Data 39

P1 : Nokoponuyon kaati taaitoyu tidak tau kapan mopuli!

(Bikin sayang kasihan orang tuaku tidak tahu kapan sembuh!)

P2 : Sabaro ina pogile du‟a tayutayu kayangan! Pogile taitoyum inggat

mopuli!

(Sabar bu, minta doa menghadap tuhan! Semoga orang tuamu cepat

sembuh!

P1 : Amiin!

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

(Amin!)

Peristiwa tutur CK di atas dalam bentuk penyisipan klausa terlihat pada

penyisipan ‘tidak tau kapan‟ yang berasal dari BI yang jika di tuturkan ke dalam BB

yaitu „diila kotauan komonu‟. Bentuk CK ini dilakukan penutur secara spontan

sehingga penutur tidak menyadari bahwa tuturan yang di sampaikannya telah

menggunakan dwibahasa dalam tuturan penutur pertama (P1). Hal tersebut terjadi

karena penutur ingin menyampaikan masalah kesedihanya mengenai orang tuanya

kepada lawan tuturnya yang belum juga sembuh dari sakitnya, kepada lawan tuturnya

yang merupakan seorang ibu rumah tangga yang menjadi bagian dari keluarganya.

Peristiwa CK terjadi di sebuah ruang pasien rawat inap di rumah sakit umum

Kabupaten Buol.

Data 40

P1 : Noperelon nako tii, kogui niampalio ulango undungio inggat

ditangani dokter agu diila kama diaduyon tiatia!

(Sudah membaik sekarang, tadi malam di ampal ulang untung saja

cepat ditangani dokter kalau tidak, kemungkinan sudah tidak ada

sekarang!)

P2 : Nai mogopat kodoto! Posabaro!

(Jangan bicara begitu! Yang sabar!)

Peristiwa CK dalam bentuk penyisipan klausa di atas dapat di lihat pada

penyisipan ‘ditangani dokter‟ yang merupakan tuturan dari BI, jika di tuturkan ke

dalam BB yaitu „nitaangani dokuter‟. Hal ini terjadi karena faktor ketidak sengajaan

penutur pertama (P1) yang menyampaikan kepada lawan tuturnya, bahwa masalah

yang di hadapi orang tuanya semalam untung saja cepat di tangani doter. Peristiwa

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

CK ini seringkali terjadi pada kelompok keluarga di lingkungan rumah sakit umum

yang memiliki masalah suka maupun duka pada sanak keluarganya, sehingga penutur

yang bersangkutan sering mengeluhkan masalahnya kepada orang lain atau orang

terdekatnya, tentunya menggunakan bahasa yang sering bercampuran dengan bahasa

lain, baik itu di sadari penutur maupun tidak di sadari penutur menggunakan CK

dalam setiap tuturanya.

4.1.2.2 Bentuk Campur Kode Bahasa Buol (BB) dan Bahasa Bugis (BBg)

Berikut merupakan data percakapan penggunaan bentuk campur kode BB dan

BBg pada masyarakat pengunjung/pembesuk di lingkungan rumah sakit umum

Kecamatan Biau Kabupaten Buol yakni di lihat dalam beberapa bentuk percakapan,

yaitu:

1) Bentuk Campur Kode Kata

Berikut data percakapan yang membahas bentuk kata BBg di dalam tuturan

BB, yaitu sebagai berikut.

Data 41

P1 : Daeng ni inputumon data koyaung?

(Kakak sudah kau input data kemarin?)’

P2 : sudayon!

(Sudah!)

Peristiwa percakapan di atas, CK dalam bentuk kata sisipan BBg dapat di lihat

pada penyisipan kata „daeng‟ yang berasal BBg, jika di tuturkan ke dalam BB yaitu

„guguyang‟ dan jika diartikan ke dalam BI yaitu menjadi „kakak‟ yang merupakan

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

penyisipan kata orang atau benda. Ck dilakukan oleh penutur pertama (P1). Hal ini

dilakukan penutur karena kebiasaan penutur di suku Bugis ketika menyapa yang lebih

tua dari mereka menggunakan kata „daeng‟ dalam BBg yang berati „kakak‟. Dengan

demikian karena kedua penutur sudah saling mengenal, sehingga tidak mengherankan

kedua penutur mudah memahami maksud dari setiap tuturan yang disampaikan oleh

setiap mitra tutur.

Data 42

P1 : Maino ti ambo, nonganon tio?

(Mana si bapak, sudah makan dia?)

P2 : Nonganon kuanio kongino, nongano aato sentral tio!

(Sudah makan katanya tadi, makan di sentral dia!)

P1 : Oo, kuangu tia ambo‟mu diapo nongaan!

(Oo, saya kira ini bapakmu belum makan!)

Peristiwa percakapan di atas, CK dalam bentuk kata terlihat pada kata ‟ambo‟

yang berasal dari BBg, jika di tuturkan ke dalam BB yaitu menjadi „taaitoy‟ dan

kemudian jika diartikan kedalam BI yaitu menjadi „bapak‟. CK terjadi karena faktor

kebiasaan dalam keluarga yang berasal dari suku Bugis yang telah menetap lama di

Kabupaten Buol yang sering menggunakan dua atau lebih bahasa dalam setiap

tuturanya dalam komunikasi sehari-hari dengan masyarakat tutur suku Buol.

Data 43

P1 : Koyaung dovu onu aaku abola‟mu?

(Kemarin sore saya ke rumahmu?)

P2 : Katoo diila no SMS koyaung, diila a bola‟ aaku to!

(Kenapa tidak SMS kemarin, tidak di rumah saya itu!)

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa CK bentuk penyisipan BBg dalam sisipan kata benda di atas terlihat

pada kata „bola‟ yang jika di tuturkan ke dalam BB yaitu „bolre‟ , kemudian jika di

artikan ke dalam BI yaitu menjadi kata „rumah‟. CK dilakukan penutur di karenakan

faktor kebiasaan yang terjadi di lingkungan keluarga yang merupakan masyarakat

pengunjung/ pembesuk orang sakit di rumah sakit umum Kabupaten Buol, yang

sering mencampurkan bahasanya, dengan tujuan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan bahasanya.

Data 44

P1 : Katii?

(Kenapa?)

P2 : Mallajang turuso aaku tia, monganduk kovu diila malri mokopoyong!

(Menguap terus saya ini, mengantuk tapi tidak bisa tertidur!)

P1 : Pokonio poyongepo?

(Pokoknya tidur dulu?)

Peristiwa tuturan CK di atas yang berbentuk sisipan kata BBg terdapat pada

kata ‘mallajang‟ yang berasal dari BBg, jika dituturkan ke dalam BB yaitu menjadi

„moguab‟, kemudian diartikan ke dalam BI yaitu menjadi kata „menguap‟. CK dalam

bentuk sisipan kata tersebut terjadi karena ditandai dengan masuknya unsur BBg ke

dalam tuturan BB. Penggunaan BBg pada penutur kedua (P2) dikarenakan agar

mempermudah komunikasinya kepada lawan tuturnya.

Data 45

P1 : Diapo noyaud urusanum?

(Belum selesai urusanmu?)

P2 : Diapo, nalri pusingio unggakaku!

(Belum, jadi pusing kepalaku!)

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

P1 : Pokomonu aamu pourusanako, malomo yaut too!

(Berapa lama diurus akan, mudah sekali itu!)

P2 : Ih, kuanumo koyo!

(Ih, kau kira ini!)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk kata dapat di lihat pada kata

‘malomo‟ yang jika di tuturkan ke dalam BB yaitu „gambang‟ dan jika di artikan ke

dalam BI yaitu „mudah. Ck terjadi faktor ketidak sengajaan penutur atau di lakukan

secara spontan oleh penutur. Hal ini karena ditandai masuknya unsur BBg ke dalam

penutur pertama (P1) karena ingin mempermudah dirinya sendiri dalam menyatakan

maksudnya kepada lawan tuturnya.

2) Bentuk Campur Kode Frase

Berikut data percakapan dalam bentuk CKF BBg di dalam tuturan BB, antara

lain sebagai berikut.

Data 46

P1 : Ondonge paagi dombeti mama abolre?

(Lihat kemari dompetnya mama di rumah?)

P2 : Dutian aduayom karanjeng maloppo a lamari!

(Cari di dalam keranjang besar di almari!)

P1 : Agu diila motapuyu Ma?

(Kalau tidak saya dapat, Ma?)

P2 : SMS-e agi ti mama!

(SMS kemari si mama!)

Peristiwa percakapan di atas terdapat CK terdapat pada penutur kedua (P2)

yaitu pada kata yang berbentuk frase yaitu kalimat „karanjang malopo‟ kalimat

tersebut merupakan penyisipan BBg, yang jika dituturkan kedalam BB „karanjing

doka‟ , kemudian jika di artikan kedalam BI yaitu „keranjang besar‟. Hal ini

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

diakibatkan karena faktor lingkungan yang memiliki berbagai macam bahasa dan

suku di tambah lagi kebiaasan dalam menggunakan kata „karanjang molopo‟ dalam

lingkungan keluarga.

Data 47

P1 : Kukundinon, kumoko pope matomu!

(Sudah ini dia, yang buat sakit matamu!)

P2 : Oyo too, ma?

(Apa itu, ma?)

P1 : Nai kabiasae maluru mannennung moporikid, tiino moko guyat

matomu!

(Jangan kebiasaan sering membaca berbaring ini bikin rusak matamu!)

Pada peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk frase dalam BBg yang

dilakukan penutur pertama (P1) yaitu pada frase ‘maluru mannennung‟ yang jika

dituturkan kedalam BB yaitu menjadi „gitetek mobaca‟, kemudian jika di artikan

kedalam BI yaitu „sering membaca‟. CK terjadi karena farktor ketidak sengajaan

yang dituturkan secara spontan dan refleks oleh penutur kepada lawan tuturnya.

Data 48

P1 : Koyaung aaku nokotamoo dungani Asis aato kandor dinas!

(Kemarin saya bertemu dengan Asis di kantor dinas!)

P2 : Aa iyo, kodoyoyon habari too taadi -e!

(Aa Iya, bagaimana sudah kabarnya itu anak-e?)

P1 : Ee tii, malampe sunge‟ goni dondo aako isebutan tanguio, taunio

ouoyon atii!

(Ee itu, panjang umur masih baru disebut namanya, orangnya sudah

ada disini!)

P2 : Maino?

(Mana?)

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa percakapan di atas terdapat pada penutur pertama (P1), CK dalam

bentuk frase BBg yaitu pada frase ‘malampe sunge‟‟ yang jika dituturkan ke dalam

BB yaitu menjadi „moyanggat uumur‟, kemudian diartikan ke dalam BI yaitu

„panjang umur‟. CK terjadi karena di tandai dengan masuk unsur BBg ke dalam

tuturan penutur pertama (P1) dalam tuturan BB, peristiwa CK tersebut karena

ketidaksengajaan penutur atau dilakukannya secara spontan dan refleks, karena

melihat yang di ceritakannya sudah ada di depan matanya.

3) Bentuk Campur Kode Baster

Berikut data percakapan dalam bentuk CKB BBg di dalam tuturan BB, antara

lain sebagai berikut.

Data 49

P1 : Anakitai to diriwa kunii Bu Irna?

(Anaknya sapa dipangku sama Bu Irna?)

P2 : Oo anakio!

(Oo Anaknya!)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk baster di lihat pada kata

„diriwa‟ yang jika dituturkan ke dalam BB yaitu menjadi „nipanggu, kemudian di

artikan ke dalam BI menjadi „dipangku‟ yang menggunakan bentuk baster awalan di-

yang berasal dari BI dan disambung ke dalam BBg „riwa‟. Kemudian jika di tuturkan

ke dalam BBg bentuk baster awalan di- jika dituturkan kedalam BBg menjadi awalan

i- ,kemudian disambung menjadi „riwa‟ yang berasal dari BBg. CK dalam bentuk

baster dilakukan karena faktor ketidaksengajaan penutur pertama (P1). Hal ini,

dilakukannya bertujuan agar mitra tuturnya memahami apa yang ditanyakanya

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

kepada lawan tuturnya, sehingga penutur tidak menyadari bahwa tuturan yang

dituturkanya telah tercampur dalam bentuk BBg ke dalam tuturan BB.

4) Bentuk Campur Kode Perulangan Kata

Berikut data percakapan dalam bentuk CKPK BBg di dalam tuturan BB,

antara lain sebagai berikut.

Data 50

P1 : Diila mogiginit tio ya‟jai peema too gugutuanio-e!

(Tidak sakit dia pura- pura lagi itu kerjaannya!)

P2 : Wee, tutu mogiginit tio kaati, iko tii!

(Wee, betul sakit dia kasihan, kau ini!)

P1 : Yah, kotanun tio kodoyo!

(Yah! taulah dia bagaimana!)

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk perulangan kata dapat di lihat

pada pentur pertama (P1) yang menyisipkan perulangan kata „ya‟jai‟ dalam

tuturanya yang berasal dari BBg, jika di tuturkan ke dalam BB menjadi „Pogugutu‟

kemudian jika di artikan ke dalam BI yaitu „pura- pura‟. CK dalam bentuk sisipan

perulangan kata yang di lakukan penutur karena faktor kebiasaan penutur yang sering

menyisipakan BBg ke dalam tuturanya. Hal ini, dikarenakan penutur di lingkungan

keluarganya sering menggunakan BBg setiap komunikasi yang di lakukanya karena

ingin menyesuaikan kondisi bahasa yang sering di gunakan di lingkungan rumah

sakit umum yang sering menggunakan BB, sehingga tidak jarang bahasa yang di

komunikasikannya sering tercampur dengan sisipan dari BBg. Peristiwa CK ini

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

dilakukannya karena penutur mampu menguasai lebih dari dua bahasa di antaranya

bahasa Buol (BB).

Data 51

P1 : Kui ketikum noyaudon?

(Yang kamu ketik sudah selesai?)

P2 : Diapo lanjute paako, aaku pope tian!

(Belum lanjutkan dulu, saya sakit perut!)

P1 : ih, melo mogutu alasano iko ti?

(Ih,Wey, lagi- lagi bikin alasan kau ini?)

P2 : Diila kaati oo!

(Tidak kasihan oo!)

Peristiwa percakapan di atas Ck dalam bentuk sisipan BBg perulangan kata

dapat di lihat pada penutur pertama (P1) yang menggunakan sisipan perualangan kata

‘melo‟ yang berasal dari BBg, yang jika dituturkan ke dalam BB menjadi „todi-

todipo‟, kemudian jika di artikan ke dalam BI yaitu ‘lagi-lagi. CK di lakukan karena

faktor lingkungan dalam pergaulan, karena kedua penutur sudah saling mengenal dan

mampu menguasai lebih dari dua bahasa, sehingga penutur dan lawan tutur tidak

memperhatikan bahasa yang di gunakan telah tercampur dengan BBg dalam tuturan

BB.

5) Bentuk Campur Kode Ungkapan atau Idiom

Berikut data percakapan bentuk CKUI BBg di dalam tuturan BB, antara lain

sebagai berikut.

Data 52

P1 : Oh, kaati nden susayon tia tutumuyu!

(Oh, kasian sangat susah ini hidupku!)

P2 : Kokodotoono tutumuy ouyo kalanio ri yase‟ kadang koyo apanau!

(Sabar! Sudah begitu hidup ada kalanya di atas kadang pula di

bawah!)

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

Peristiwa percakapan di atas CK dalam bentuk ungkapan atau idiom terlihat

pada penutur yang menyisipkan CK dalam bentuk ungkapan atau idiom terlihat pada

kata „ri yase‟ yang jika di dituturkan ke dalam BB yaitu menjadi „adulri‟ kemudian

jika diartikan ke dalam BI yaitu menjadi „di atas‟. Hal tersebut di lakukan penutur

secara spontan dan refleks untuk menyatakan maksudnya kepada lawan tuturnya

sehingga penutur tidak menyadari bahwa telah menggunakan sisipan BBg ke dalam

tuturanya. Dengan demikian, CK tersebut merupakan nasihat yang dituturkan oleh

penutur kedua (P2) untuk disampaikan kepada lawan tuturnya penutur pertama (P1)

yang mengeluh dengan kehidupannya.

6) Campur Kode Dalam Bentuk Klausa

Berikut data percakapan dalam bentuk CKKL BBg di dalam tuturan BB,

antara lain sebagai berikut.

Data 53

P1 : Dagi komonu irujuko, ondo irujuk dako maino kaati ti Salu?

(Dari kapan di rujuk, terus di rujuk ke mana kasian si Salu?)

P2 : Dagi iwenni arewengna kuanio irujuko dako Makasar!

(Dari kemari sore katanya dirujuk ke Makasar!)

Peristiwa percakapan di atas CK terjadi dalam bentuk klausa dapat di lihat

pada penyisipan kata ‘iwenni arewengna‟ yang berasal dari BBg, jika dituturkan ke

dalam BB yaitu menjadi „dagi koyaung dovuonu‟ jika di artikan ke dalam BI yaitu

„dari kemarin sore‟ yang tuturkan oleh penutur kedua (P2) merupakan penyisipan

yang berbentuk klausa yang tersusun dalam subjek, predikat, objek. CK terjadi karena

faktor ketidaksengajaan atau di lakukan penutur secara spontan karena kedua penutur

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

yang telah kenal sebelumnya yang berasal dari suku Bugis yang sering menggunakan

lebih dari satu bahasa ketika berinteraksi dengan penutur lain. Hal ini sering terjadi

kepada siapa saja, yang bahkan tidak pernah mempedulikan bentuk bahasa yang di

gunakannya, karena ingin menyesuaikan dengan mitra bicaranya yang menggunakan

bahasa lain dalam tuturannya, sehingga kadang sering mencampurkan bahasanya

dengan bahasa yang mudah di pahami oleh mitra tutur lainya. Peristiwa CK yang

terjadi di atas biasanya banyak terjadi pada masyarakat pendatang yang telah lama

menetap di Kabupaten Buol sehingga ingin menyesuaikan diri dengan bahasa yang

lain, sehingga bahasa yang di gunakannya sering bercampuran atau di alihkan ke

dalam bahasa yang mudah di pahami oleh penutur dan lawan tutur.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Bentuk Penggunaan Alih Kode di Lingkungan Rumah Sakit Umum

Kecamatan Biau Kabupaten Buol

Daerah Buol memiliki bahasa tersendiri dalam berinteraksi dengan

masyarakat suku Buol lainnya. Seperti halnya dengan daerah lain yang memiliki

bahasa daerah tersendiri yang patut dipelihara dan di jaga oleh masing-masing

penutur di daerah tersebut. Dari kesadaran masyarakat keberadaan bahasa tersebut

sehingga bahasa yang menjadi bahasa persatuan pada daerah tertentu tidak akan

hilang dan punah. Dengan demikian, hadirnya kelompok-kelompok masyarakat dari

berbagai suku yang ada di Kabupaten Buol dan menetap di lingkungan bahasa yang

yang memiliki bahasa tersendiri dalam berkomuniksasi dengan masyarakat yang

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

lainya. Sehingga menjadikan penutur tersebut sering peralihan bahasa atau mengganti

bahasanya ke bahasa yang lain, dikarenakan seorang penutur ingin menyesuaikan diri

dengan lingkungan bahasa yang baru ditempatinya. Dalam hal ini masyarakat di

lingkungan rumah sakit umum, sering menggunakan satu atau lebih bahasa dalam

tuturannya bersama penutur yang akan ditemuinya. Sehingga terjadilah pergantian

atau perpindahan bahasa yang digunakannya yakni dari satu kode bahasa, ke kode

bahasa yang lainnya.

Dengan demikian, hal ini disesuaikan dengan teori yang dikemukakan oleh

Rahardi, bahwa dalam bentuk alih kode adalah berupa perpindahan antar kode bahasa

dan antartingkatan tutur pada analisis data percakapan yang dikemukakan dalam

aspek penelitian ini. Oleh karena itu, penyesuaian antara teori yang ada dengan

penelitian ini bahwa pada bentuk perpindahan antar kode bahasa dan antartingkatan

tutur ini, merupakan peralihan bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat tutur di

lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol yakni, pada

pengunjung/pembesuk orang sakit di rumah sakit umum Kabupaten Buol.

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan dua bahasa pada data percakapan alih

kode, terjadi ke dalam beberapa bentuk peralihan bahasa yang digunakan oleh

masyarakat pengunjung/ pembesuk orang sakit di rumah sakit umum Kecamatan Biau

Kabupaten Buol yang diklasifikasikan kedalam dua bentuk peralihan bahasa yaitu

bahasa Buol yang beralih ke bahasa Indonesia, dan bahasa Buol yang beralih ke

bahasa pada masyarakat tutur yang menguasai dua atau lebih bahasa di rumah sakit

umum daerah Kabupaten Buol.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

4.2.2 Bentuk Campur Kode di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan

Biau Kabupaten Buol

Pada lingkungan yang sifatnya multilingual banyak hal yang dapat kita lihat

dari aspek pencampuran bahasa yang digunakan oleh masyarakat pengunjung/

pembesuk di rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol yang

mencampurkan bahasanya ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda, disesuikan dengan

teori yang digunakan oleh Suwito (dalam Pateda dan Yeni), bahwa campur kode

dibagi ke dalam bentuk kata, frase, baster, perulangan kata, ungkapan atau idiom, dan

klausa. Oleh karena itu, teori yang kemukakan oleh Suwito (dalam Pateda dan Yeni),

merupakan teori yang digunakan oleh peneliti dalam mengungkapkan bentuk campur

kode pada masyarakat pengunjung/pembesuk di lingkungan rumah sakit umum

Kabupaten Buol.

Berdasarkan hasil penelitian, pada data percakapan campur kode, terlihat

bahwa bentuk pencampuran bahasa pada masyarakat tutur di lingkungan rumah sakit

umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol, sebagian besar merupakan masyarakat

pendatang dari berbagai suku, salah satunya yaitu masyarakat suku Bugis yang sering

pula pencampuran bahasa dari kode bahasa yang satu ke bahasa yang lain yakni

bahasa Buol dan bahasa Indonesia, bahasa Buol dan bahasa Bugis.

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

4.2.3 Faktor- Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Penggunaan Alih Kode

dan Campur Kode di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan Biau

Kabupaten Buol

4.2.3.1 Faktor- Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Alih Kode

Dalam berbahasa, kita tentunya akan menemukan situasi yang formal dan

nonformal. Situasi formal yang mengacu pada tuturan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat, lingkungan pekerjaan, baik dalam proses belajar mengajar, pertemuan

rapat, kegiatan resmi lainnya. Sedangkan untuk situasi nonformal mengacu pada

tuturan yang terjadi di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat seperti tuturan

antara suami istri, anak dan orang tuanya, teman dalam lingkungan pergaulannya dan

di luar dari kegiatan resmi lainnya.

Oleh karena itu, yang menyangkut pada data percakapan sebelumnya yakni

mengenai alih kode bahwa yang terlihat pada data percakapan masyarakat

pengunjung/pembesuk orang sakit di rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten

Buol dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan situsi tutur dan perubahan pokok

pembicaraan di karenakan penutur teringat sesuatu yang belum sempat di

kerjakannya. Hal ini pula, bahwa peralihan bahasa yang dipaparkan di dalam data

percakapan masyarakat pengunjung/pembesuk orang sakit di rumah sakit umum

mengenai peralihan kode bahasa juga di pengaruhi oleh hadirnya orang ketiga dalam

pembicaraan, biasanya orang pertama dalam pembicaraan beralih menggunakan

bahasa yang di kuasai orang ketiga, karena untuk menetralisasi atau untuk

menghormati hadirnya orang ketiga tersebut.

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

4.2.3.2 Faktor- Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Campur Kode

Dalam kehidupan sehari- hari masyarakat di lingkungan rumah sakit umum

menggunakan bahasa lebih dari satu bahasa yang di sebut sebagai bilingulisme. Yang

telah di jelaskan pada data sebelumnya, bahwa penyebab terjadinya campur kode

yang di gunakan masyarakat di lingkungan rumah sakit umum, yakni di pengaruhi

oleh keadaan lingkungan berbahasa yang sering mencampurkan bahasa dari kode

yang satu ke kode yang lain.

Demikian pula, hal ini disebabkan oleh kebiasaan penutur yang sering

menggunakan lebih dari dua bahasa, sehingga ragam bahasa yang di gunakannya

sering bercampur dengan unsur-unsur bahasa yang lain. Pada data percakapan

sebelumnya, yang membahasa tetang faktor yang mempengaruhi campur kode yaitu

karena adanya kebiasaan berbahasa yang di bawah dari kebiasaan dalam lingkungan

keluarga, masyarakat, pergaulan yang sering menggunakan bahasa ibu atau bahasa

daerah. Salah satu contoh yang menjadi kebiasaan di lakukan masyarakat tutur di

lingkungan rumah sakit biasanya di warnai oleh beberapa faktor kebiasaan yang

sering kali di dengar di lingkungan rumah sakit umum, salah satunya yaitu, seperti

kata dokter, suster, obat, jarum, sehat, dan lain sebagainya. Hal ini, menggambarkan

bahwa kata- kata yang di ambil peneliti tersebut merupakan suatu kebiasaan penutur

dalam berkomunikasi di lingkungan rumah sakit umum Kabupaten Buol.

Campur kode yang digunakan oleh masyarakat pengguna jasa atau

pengunjung/pembesuk orang sakit di rumah sakit umum, juga dapat dilihat melalui

tingkat pendidikan yang berbeda pada tutur masyarakat penutur itu sendiri. Misalnya

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/224/5/2013-2-88201-311409058-bab4-11012014010017.pdf · di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan ... coba kau sms tantemu barangkali

seorang dokter bercakap bersama seorang ibu rumah tangga, seorang pasien bercakap

bersama seorang pembesuk yang memiliki gelar seorang guru, seorang ibu rumah

tangga bercakap bersama anaknya, seorang istri bercakap dengan suaminya. Hal ini

terjadi karena adanya perbedaan tingkat sosial atau kedudukan seseorang, sehingga

cara tutur yang digunakanya setiap penutur memiliki perbedaan pada bahasa yang

digunakanya.