barangkali anda ingin icip-icip seperti apa buku ini...

14
Finding You Sample Finding You P a g e 1 BARANGKALI ANDA INGIN ICIP-ICIP SEPERTI APA BUKU INI BERCERITA? SIMAK SALAH SATU BAGIAN BAB DALAM BUKU INI Bertemu saya Saya membalik balikkan kembali halaman buku panduan hipnosis itu. Kali ini dengan kesadaran penuh; alert, dan menghindari mencoba “tabrak masuk” saat sedang membaca. Tujuan: agar saya dapat mengecap esensi teorinya dengan baik. Saya menelisik tahap demi tahap dengan hati- hati, kata demi kata. Menanyai diri saya apakah benar-benar siap untuk ini. Siap.. saya mau bertualang kedalam lagi. Kali ini saya memilih berbaring di sebelah suami saya, in case saya perlu bantuan, saya rasa suami saya dalam jangkuan saya. Beliau pasti bisa menolong saya. Soalnya sudah kursus.. Saya lebih tertarik segera mulai daripada menganalisis apakah suami saya nanti mampu membantu. Saya mengajak diri saya relaksasi, dari atas ke bawah, kemudian memperdalam keadaan hipnosis, dengan menghitung 10 hingga 1… Yang terjadi ? Pyet! Gelap gulita! Aduh, saya orang yang penakut…. Sekarang saya ada dalam keadaan gelap. Apa yang salah, ya? Saya belum sempat memikirkan jawabannya, ketika saya sadari perasaan

Upload: hoangcong

Post on 03-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

1

BARANGKALI ANDA INGIN ICIP-ICIP SEPERTI APA BUKU

INI BERCERITA? SIMAK SALAH SATU BAGIAN BAB

DALAM BUKU INI

Bertemu saya

Saya membalik balikkan kembali halaman buku

panduan hipnosis itu. Kali ini dengan kesadaran penuh; alert,

dan menghindari mencoba “tabrak masuk” saat sedang

membaca. Tujuan: agar saya dapat mengecap esensi teorinya

dengan baik. Saya menelisik tahap demi tahap dengan hati-

hati, kata demi kata. Menanyai diri saya apakah benar-benar

siap untuk ini. Siap.. saya mau bertualang kedalam lagi.

Kali ini saya memilih berbaring di sebelah suami saya,

in case saya perlu bantuan, saya rasa suami saya dalam

jangkuan saya. Beliau pasti bisa menolong saya. Soalnya

sudah kursus.. Saya lebih tertarik segera mulai daripada

menganalisis apakah suami saya nanti mampu membantu.

Saya mengajak diri saya relaksasi, dari atas ke bawah,

kemudian memperdalam keadaan hipnosis, dengan

menghitung 10 hingga 1…

Yang terjadi ?

Pyet! Gelap gulita!

Aduh, saya orang yang penakut…. Sekarang saya ada

dalam keadaan gelap. Apa yang salah, ya? Saya belum

sempat memikirkan jawabannya, ketika saya sadari perasaan

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

2

yang saya takutkan muncul, begitu saja. Seketika.

Mencengkeram saya dan melilitkan kekuatannya jauh.. jauh

dalam diri saya yang paling dalam. Saya takut. Ketakutan

meneror saya. Gelap, total tanpa sinar, adalah mediator yang

paling sempurna untuk menendang bebas rasa takut saya

keluar dari persembunyiannya yang paling dalam. Keluar

hanya untuk memamerkan pada saya bahwa dia ada.

Ada dan menguasai saya, sekalipun saya tidak

bersedia. Saya sangat ketakutan !! Saya tidak mampu melihat

apapun. Saya sedikit menyesal masuk dalam keadaan ini.

Tapi menyesal kemudian tak berguna. Lebih baik tidak

menyesal. Coba lihat sisi baiknya, biasanya ada. Keadaan

baiknya, bulu kuduk saya tidak berdiri, jadi bukan tentang

hantu. Lebih tentang ketakutan dalam diri karena ada dalam

pengaruh sikap orang lain. Takut akan orang. Ya, takut akan

orang. Sangat takut!

Pertanyaan baru menyeruak: Takut terhadap siapa?

Dan ada dimana saya? Saya berusaha menggerakkan kaki

saya seinci demi seinci, khawatir, jangan sampai saya

terjungkal ke jurang saat berjalan dalam gelap.

Saya takut sekali akan ketidakjelasan keberadaan

saya. SANGAT.

Takut. Begitu takut, hingga saya menangis, dan saya

menangis ketakutan. Sejadi-jadinya. Saya menangis

ketakutan di dunia antah berantah itu. Pada saat yang sama ,

air mata (AIR MATA) saya keluar berderai-derai membasahi

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

3

pipi saya yang berbaring di atas tempat tidur, di dunia

nyata… Saya ada di dua dunia. Didunia nyata saya terisak

ketakutan, seperti anak kecil melolong ketakutan karena

ditinggal ibunya di keramaian. Suami saya terbangun dari

tidurnya , menggosok-gosok badan saya : “Cup cup cup” kata

suami saya.

Saya ingin menepis bujukan suami saya, meski tidak

bisa karena terkunci. Bukan itu yang saya butuhkan. Saya

ketakutan! Di dalam! Di dunia antah berantah di dalam....,

entah dimana koordinatnya, saya tidak tahu. Ini bukan

seperti yang tampak di luar…, bukan di kesadaran saat ini.

Saya masih tersadar, saya seorang wanita dewasa, menangis

terisak sangat ketakutan dengan airmata tidak berdaya;

sebab tidak tahu ada dimana. Begitu tidak berdaya, hingga

saya mengusap airmata saya seperti anak kecil ketakutan.

Dan saya tidak malu. Sesungguhnya saya memang INGIN

menangis tersedan dan sesenggukan seperti anak kecil :

hu…hu… dan tidak ada seorangpun yang menemani untuk

membantu mengatasi takut saya.

Saya mengusap air mata saya seperti anak kecil, ya

anak kecil. Anak kecil, anak Sekolah Dasar (SD…). Ketika saya

membuka mata saya dalam gelap yang menakutkan itu ;

ternyata saya melihat seorang anak kecil. Upps , setelah saya

perhatikan dengan seksama. Astaga, itu diri saya saat SD. YA,

SAYA SAAT SD dengan rambut panjang saya di kepang dua.

Berdiri ketakutan di gerbang sekolah saya hingga tak berani

bergeming 1 mm pun. Saya menangis terisak isak sambil

mengusap airmata saya yang berderai-derai ( pada

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

4

kenyataannya, saya saat itu masih berbaring di sebelah

suami saya dengan airmata membanjir membasahi kasur ! )

Saya sangat bingung melihat diri saya dalam gelap

itu. Itu jelas-jelas saya saat kecil. Dilihat oleh saya saat ini.

Pada satu waktu! Saat ini. Saya tidak mimpi, saya tidak tidur.

Wow, seperti dalam mesin waktu..…….

Pertanyaan selanjutnya : Apa yang harus saya

lakukan?

Saya dewasa sangat ketakutan, sama ketakutannya

seperti saya saat SD itu. Kali ini ditambah pertanyaan:

bagaimana seharusnya sikap saya ; melihat diri saya yang

demikian nyata, diwaktu yang lalu, pada saat ini. Dalam

keadaan sangat menderita.

Ini tidak ada di buku manual…………

He eh….Saya menggeleng melihat petualangan diri

saya di tempat yang tak saya sangka ini. Now what ?? Apa

yang harus saya lakukan, baik terhadap diri saya…, sang

wanita dewasa yang ketakutan dalam gelap itu…, dan saya

sang anak kecil, yang juga sangat ketakutan, dan tampaknya

jauh lebih ketakutan dari saya yang saat ini??

Mau tanya suami, saya juga tidak yakin-seandaipun

saya bisa bangun dari kondisi hipnosis saya, dan bisa diskusi-

apa advisnya. Ingin bangun, badan saya terasa berat, direkat

semen ditempat tidur.

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

5

Ditambah, saya tidak yakin orang yang baru kemarin

dapat pelatihan hipnosis dasar: Apa sudah mampu

menangani kasus saya ?

Hah.., lalu bagaimana dengan saya sendiri ?

Saya bahkan tidak ikut pelatihan! Saya hanya seorang

curious yang baru menyadari kesistimewaannya beberapa

menit lalu!!

Oke, back to basic

Fakta satu. Ini tidak ada di buku manual. Kendali

otomatis saya juga tidak jalan. Tampaknya saya harus

menggunakan modus alternatif: berpikir.

Fakta dua : Saya orang istimewa, saya seorang wanita

dewasa, saya seorang ibu yang penyayang. Saya seorang

dokter anak yang penuh perhatian, bukan saja pada pasien

saya, tapi seluruh keluarga mereka. Saya lebih dari sekali

mendapat penghargaan untuk intelektualitas dan

kemanusiaan sepanjang hidup singkat ini. Harusnya modal

saya sudah cukup untuk memecahkan kasus ini. Saya

mestinya bisa menghadapi seorang anak kecil, meskipun

anak kecil itu saya, dan meskipun saya yang itu belum jelas

statusnya : tidak nyata atau nyata ? Mari saya coba, sebab

saya juga tidak suka status quo dalam gelap ini.

Saya mendekati anak kecil yang SAYA anggap saya itu

(tapi juga jelas, itu saya di jaman SD). Saya mengumpulkan

seluruh kebaikan dan ketulusan yang ada pada diri saya saat

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

6

menyapa :

“ Halo, kenapa menangis, nak? ”

Hm.., aneh juga menyapa “nak” pada diri saya

sendiri. Tapi kalau dipikir sebaliknya, tentu lebih aneh lagi.

Saya mengenal diri saya saat kecil, tapi diri saya saat kecil ,

logikanya, pasti tidak kenal saya saat dewasa.

Jadi, setidaknya saya kecil pasti senang ada yang memberi

perhatian.

Begitulah, coba saya lihat responnya… Secara

instingtif, saya dewasa tidak memperkenalkan diri.

(Belakangan saya tahu, memang demikian seharusnya, kata

para ahli)

Saya kecil menoleh kepada saya dewasa… Saya

dewasa menenangkan diri, berusaha tidak memihak, tidak

sok kenal, tidak menggampangkan…, dan saya ingin beliau

bisa merasakan, saya ingin menolong beliau.

Saya kecil menyahut terbata, sedikit lega sebab

tampaknya ada orang yang punya niat baik : lalu tangis saya

kecil lepas lagi : “Takut………………..”

“Kenapa takut, Nak?” Saya dewasa mendekat dan

mengelus kepala, lalu mendekap saya kecil dengan sepenuh

hati.

“Takut sama bu guru…………..”

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

7

Glekkkk…saya tercekat!! Ya, saya memang pernah

mengalami trauma saat SD kelas 3. Saat itu saya ke sekolah

dengan baju baru buatan ibu dan saya diijinkan ikut ayah ke

Denpasar hari itu sepulang sekolah. Ayah akan menjemput

saya ke sekolah dari tempat kerjanya. Itu personal previleges

yang luar biasa. Mengingat kami biasanya berangkat ke

Denpasar sekeluarga. Ke Denpasar, berarti : makan enak, beli

buah dan coklat import, buku cerita terbaru. Hari itu, hanya

saya yang bisa ikut, karena jam sekolah saya berakhir lebih

pagi dari kakak-kakak saya.

Jadi, saya berangkat ke sekolah hari itu dengan hati

riang. Ibu sudah menyisir rambut saya dengan rapi, dan

menggelung rambut panjang saya dengan pita. Apa daya, di

sekolah cerita duka yang terjadi. Saya tidak bisa

mengerjakan soal matematika: ons dan pon. Bu guru tidak

suka dan membenturkan kepala saya di papan tulis. Gelung

rambut saya lepas bersamaan dengan jatuhnya harga diri

saya di depan kelas dan punahnya keriangan dan kecantikan

yang disiapkan ibu pagi itu.

Saya sering menganggap itu adalah pengalaman

paling traumatis saya di SD.

Tapi saya belajar dari pengalaman berhadapan

dengan diri saya di kedalaman antah berantah hipnosis hari

itu. Tampaknya yang paling traumatis bukan itu…

Pengalaman masa kecil paling traumatis saya, bukanlah

trauma yang paling saya sadari.

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

8

Pengalaman paling traumatis saya, tidak saya sadari!

Saya kecil yang di depan saya dewasa, rupanya

sangat ketakutan pada guru kelas 4 SD saya. Ingatan saya

melayang ke kelas 4 SD. Saya ingat guru kelas 4 SD saya

sering memperlakukan saya “aneh”, tapi saya tidak mampu

mendeskripsikan atau memahaminya saat itu.

Saya saat SD senang sekali belajar. Saya rajin

mengerjakan PR dan bersemangat berangkat ke sekolah. Di

sekolah, teman akan bertanya, apakah saya mengerjakan PR.

Saya mengiyakan dan mempersilahkan teman-teman

mencontoh. Jawaban saya pasti benar. Bila tidak bisa

menjawab saya bertanya pada ayah. Ayah saya seorang

dokter yang sangat disegani, bukan saja di kota kami tapi

seluruh Bali. Ayah saya pasti sangat bisa menjawab PR saya.

Jadi pasti benar semua. Faktanya memang demikian.

Saat guru kami bertanya, siapa sudah buat PR?

Semua angkat tangan. Siapa bisa nomor satu? Semua angkat

tangan. Tapi sepanjang tahun, saya mungkin hanya

mendapat satu kali kesempatan, itupun tanpa pujian,

padahal semua jawaban yang diberikan teman mendapat

pujian.

Guru saya juga selalu memberi nilai 6 untuk hasil

keterampilan tangan saya, sedangkan teman mendapat 8.

Bukan apa-apa, umumnya saya yang mengajari teman-

teman. Saya sudah mendapat pelatihan magang saat

menemani kakak saya melakukan hal yang sama saat saya

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

9

kelas 2. Guru saya memberi pujian untuk bunga model baru

yang saya ajarkan pada teman, tapi pujian itu tidak pernah

diberikan pada saya. Saya maklum bahwa beliau mungkin

tidak tahu siapa yang mengajarkan. Tapi, fakta bahwa saya

mendapat nilai 6 untuk pekerjaan yang saya ajarkan,

sedangkan pekerjaan teman sebagai murid saya mendapat

nilai 8, sungguh tidak menyenangkan. Terutama dari sisi

pekerjaan teman tidak lebih rapi karena baru belajar.

Tambah tidak menyenangkan, karena saya tidak mengerti

kenapa beliau memperlakukan saya seperti itu.

Fakta terakhir adalah bu guru sering sekali

mengangkat dagu saya, menjentikkannya sambil

mengatakan: “aih.. cantiknya.”, tapi dengan muka yang aneh

(setelah dewasa, saya baru mengerti itu namanya : sinis).

Sebagai anak kecil, saya sering diperlakukan manis sambil

dagu saya dijentikkan oleh teman-teman ayah dan ibu, tapi,

muka mereka sejalan dengan ekspresi dan kalimat yang

dicetuskan. Sama manis. Saya bisa memahami maksudnya :

mereka sayang.

Yang dilakukan bu Guru saya tak tahu.., saya tak

mengerti. Saat bertemu dengan saya kecil dalam kondisi

terhipnosis itu, saya sadar telah mengalami keadaan tidak

menyenangkan secara kronis. Keadaan kronis ini tak

ditampakkan secara tajam, namun terasa oleh diri saya,

membuat saya merasa tidak aman, tapi tak ada tempat

untuk mengadu. Sebab itu tidak jelas. Saya tidak diancam,

saya tidak dimarah, hal-hal yang biasanya ditunjukkan oleh

seseorang yang tidak suka. Ini beda. Sebagai anak kecil, saya

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

1

0

tak mampu menjabarkan. Tidak tahu apa itu. Tapi saya bisa

merasa, saya insecure.

Saya kasihan sekali pada diri saya kecil. Karena

pernah mengalami masalah yang tak teridentifikasi. Alhasil,

tak ada yang melakukan sesuatu untuk membantu, termasuk

diri saya juga tidak berusaha. Dan itu mempengaruhi saya.

Seumur hidup, saya sangat ketakutan, di alam bawah sadar

saya. Pasti dampaknya banyak, dalam kehidupan saya

setelah kejadian itu.

Apa dampaknya? Saya tahu jawabannya setelah

kisah hipnosis ini berakhir…

Dalam penyadaran di kondisi hipnosis itu, saya

dewasa mendekap diri saya kecil dengan sepenuh hati dan

membujuknya sebagaimana saya membujuk pasien saya atau

anak saya. ” Ayo, sama ibu saja masuk ke kelas!”

“Takut….” Saya kecil masih meraung ketakutan.

“Tidak apa, nanti belajarnya sama ibu saja. Bu Guru

yang itu sudah tidak ada. Sudah pensiun (saya juga main

hantam saja maju mundur dalam fakta, antara hidup

sekarang dan hidup sewaktu SD. Yang penting target

menenangkan saya kecil ini harus tercapai, karena saya

dewasa juga merasa sama merasa takut seperti beliau. Hanya

saja, buat saya kecil jelas terhadap Bu Guru, sedang saya

dewasa tidak tahu apa sumber takut saya, entah.. Keadaan

baiknya, adalah, saya dewasa merasa lebih nyaman setelah

bisa mendekati dan menemani saya kecil ).

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

1

1

“Takut, kelasnya gelap sekali…“, rintih saya kecil.

Memang kelas tersebut gelap. Dindingnya hitam, bahkan

kaca jendelanyapun hitam, berselaput jelaga. Dan, saya

dewasa juga takut masuk kelas itu.

Saya dewasa paham, bahwa saya memiliki andil

besar dalam penyelamatan saya kecil. Dan saat itu adalah

saat terbaik kami. Saya dewasa tak pernah tahu, kapan bisa

terlempar lagi ke masa itu di waktu yang lain, seandainyapun

saya bisa masuk lorong waktu lagi. Timing kejadian ini

tampaknya random. Apakah bisa diatur? Tidak tahu. Saya

tidak mau ambil risiko bagi diri saya. Sekarang. Saya dewasa

mengambil inisiatif : ”Gimana kalau kita cat saja dindingnya ,

yuk ?”.

Saya kecil menghentikan tangis. Menengadah ke

saya dewasa sambil terisak menatap : “Boleh??”

“Boleh……” (Siapa takut ? Saya biasa mendatangi

sekolah dimana pasien saya sebagai murid mendapat

perlakuan tidak pantas dalam konteks sakitnya. Saya bisa

bicara lantang bahkan dingin pada orangtua murid serta

para guru yang berperilaku tidak pantas buat anak kecil

yang sakit. Masa untuk diri saya sendiri saya tidak bisa)

“Ayo…kan, Bu guru yang itu juga sudah pensiun.

Ayo…” lanjut saya dewasa

“Mau cat warna apa ? Pink pastel, biru muda, kuning

muda? Pakai pelangi, yuk…”, saya dewasa melanjutkan

sambil menggandeng tangan saya kecil masuk kelas. Kami

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

1

2

berdua merasa sama-sama nyaman karena pertemanan dan

kebersamaan.

“Ayo.., isi gambar didindingnya, ada gajah, si Bona

dan Rongrong juga.”( Rongrong, si tokoh kucing pada

majalah Bobo saat saya SD).

“Ayo…”, saya kecil berteriak senang…

“Eh, kacanya dibersihin juga biar tidak aneh, hitam

sendiri.”

“Ya, ayo… gosok-gosok.” Kami berdua bahu

membahu membersihkan kaca jendela kelas, hingga ruangan

kelas menjadi terang benderang dan playful.

“Eh, kursinya ganti juga yuk, jadi yang cakep-cakep,

kuning, pink, pastel.”, saya dewasa menambahkan ide

terkini. “Terus, ajak aja teman-teman yang kamu suka buat

belajar di kelas yang bagus ini,” himbau saya dewasa.

“Boleh?”

“Boleh…, kan sekarang ibu, bu gurunya…”

“Boleh sedikit orang saja?”

“Boleh sekali, lebih sedikit lebih baik. Ibu bisa kasi

perhatian yang besar pada setiap orang….” Wow,

saya merasa saya kecil sangat tersanjung akan

perlakuan saya dewasa. Beliau merasa istimewa.

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

1

3

“Boleh bawa mainan ke kelas ?” saya kecil

menambahkan

“Boleh…Boleh….belajar itu menyenangkan, kalau

kamu mau lebih senang saat belajar, bawa aja. Kalau

kamu senang, pelajaran lebih gampang masuk…”

Saya kecil memandang saya dewasa dengan takjub.

Saya dewasa, dengan bangga melihat diri saya dalam

keadaan sudah dewasa dan berkuasa atas kelas saya saat SD.

Karenanya mengijinkan segala kebahagiaan dan keriangan

masuk ke kelas saya.

Belajar itu menyenangkan……..

Ilmu itu indah, makin disenangi, makin indah. Makin nyantai,

makin kuat masuknya.

Makanya lambangnya Dewi Saraswati, sangat cantik.

Saya kecil sangat excited dan berlari keluar halaman

mencari teman-teman saya saat kecil. Saya kecil berusaha

menemukan Sulastri, teman saya dari desa yang sangat

polos. Saya kecil menggenggam tangan Sulastri.

“Sulastri….ada guru baru, orang nya baik sekali. Kita boleh

bawa mainan di kelas, dan boleh belajar hanya sama teman-

teman yang sayang sama kita saja. Kelasnya bagus.., terang

dan banyak gambarnya.”

“Hore…..” Sulastri ikut senang. Saya kecil senang lihat Sulastri

Finding You

Sa

mp

le F

ind

ing

Yo

u

P a

g e

1

4

senang dan berlari keliling halaman dengan perasaan riang

riang…… dan riang…………. begitu riang………………………………

hingga saya melambung jauh melesat mengelingi Bali di

angkasa, bahkan keliling Indonesia dan….

Saya dewasa terbangun dari hipnosis saya. Saya merasa

sangat riang dan ringan. Seperti kapas. Tanpa beban, tanpa

gaya tarik bumi. Saya juga berdebar. Pengalaman yang luar

biasa !

Saya membangunkan suami saya.

Hm.. Suami saya masih ingin melanjutkan tidur.

Saya memilih duduk, mengheningkan cipta atas semua

pengalaman saya tadi. Terlalu luar biasa. Keriangan saya

masih terlalu kental. Dada saya membuncah. Masih terbang.

Saya kemudian memutuskan mengisi waktu dengan

menonton TV. Untuk apa ?