bab iv - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/195/5/2013-2-88201-311409047-bab4-10012014113057.pdf ·...

30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan data yang ada, perlu dijelaskan terlebih dahulu istilah atau singkatan yang terdapat dalam hasil penelitian melalui tiga permasalahan, yakni (1) bagaimana bentuk dan makna yang muncul akibat gejala zeroisasi dalam tuturan BG di lingkungan masyarakat desa Tabumela, (2) bagaimana bentuk dan makna yang muncul akibat gejala anaptiksis dalam tuturan BG di lingkungan masyarakat desa Tabumela, dan (3) bagaimana gejala zeroisasi dan anaptiksis dalam tuturan BG di lingkungan masyarakat desa Tabumela. MH dan MS merupakan singkatan dari makna harfiah dan makna sebenarnya. Sedangkan lambang P merupakan singkatan dari penutur. 4.1.1 Bentuk dan makna yang muncul akibat gejala zeroisasi dalam tuturan bahasa Gorontalo di lingkungan masyarakat desa Tabumela Data 1: Percakapan antara dua orang ibu Topik : Melarang pergi ke sungai (Mongendela mona’o de dutula) Situasi : Dalam keadaan santai di ruang tengah P1 : Sisa Iya (46 tahun) P2 : Gula Pusa (44 tahun) P2 : Sisa Iya, poleya ma’o dele Agus didu pe’inaowa ode dutula boyito, sababu to dutula boyito wanu huyi woluwo tahe ondonga limongoliyo, wawu daadaata lati liyo lagi, wanu mongola-ngola mayi debo mo’o sikisa ilato olo. MH : Sisa Iya, bilang kasana pa Agus jangan lagi pigi di sungai itu, soalnya di sungai itu kalo malam ada makhluk alus yang dorang modapa lia, deng banyak depe setan lagi, kalo mo ta apa-apa kamari tetap bekeng siksa keluarga juga. MS : Sisa Iya, sampaikan kepada Agus jangan lagi pergi ke sungai itu, sebab pada malam hari di sungai itu ada makhluk halus yang akan mereka lihat. Di sungai itu juga banyak setannya, kalau terjadi sesuatu akan menyusahkan siksa keluarga juga. P1 : Masambe pobisala laatiya oliyo, dabo hila liyo dila modungohu pobisala’ u ma’a. MH : So ulang-ulang kita bilang pa dia, tapi dia tidak mo badengar apa yang kita bilang. MS : Sudah berulang-ulang saya katakan padanya, tetapi dia tidak mau mendengar apa yang saya katakan. P2 : Lapato bohuliya ma’o wala’o huhutu liyo odito? MH : Baru cuma mokase biar anak yang depe kalakuan bagitu? MS : Jadi akan dibiarkan saja anak yang perbuatannya seperti itu?

Upload: hadat

Post on 28-Apr-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang ada, perlu dijelaskan terlebih dahulu istilah atau singkatan yang

terdapat dalam hasil penelitian melalui tiga permasalahan, yakni (1) bagaimana bentuk dan

makna yang muncul akibat gejala zeroisasi dalam tuturan BG di lingkungan masyarakat desa

Tabumela, (2) bagaimana bentuk dan makna yang muncul akibat gejala anaptiksis dalam

tuturan BG di lingkungan masyarakat desa Tabumela, dan (3) bagaimana gejala zeroisasi dan

anaptiksis dalam tuturan BG di lingkungan masyarakat desa Tabumela. MH dan MS

merupakan singkatan dari makna harfiah dan makna sebenarnya. Sedangkan lambang P

merupakan singkatan dari penutur.

4.1.1 Bentuk dan makna yang muncul akibat gejala zeroisasi dalam tuturan bahasa

Gorontalo di lingkungan masyarakat desa Tabumela

Data 1: Percakapan antara dua orang ibu

Topik : Melarang pergi ke sungai (Mongendela mona’o de dutula)

Situasi : Dalam keadaan santai di ruang tengah

P1 : Sisa Iya (46 tahun)

P2 : Gula Pusa (44 tahun)

P2 : Sisa Iya, poleya ma’o dele Agus didu pe’inaowa ode dutula boyito, sababu to dutula

boyito wanu huyi woluwo tahe ondonga limongoliyo, wawu daadaata lati liyo lagi,

wanu mongola-ngola mayi debo mo’o sikisa ilato olo.

MH : Sisa Iya, bilang kasana pa Agus jangan lagi pigi di sungai itu, soalnya di sungai itu kalo

malam ada makhluk alus yang dorang modapa lia, deng banyak depe setan lagi, kalo

mo ta apa-apa kamari tetap bekeng siksa keluarga juga.

MS : Sisa Iya, sampaikan kepada Agus jangan lagi pergi ke sungai itu, sebab pada malam

hari di sungai itu ada makhluk halus yang akan mereka lihat. Di sungai itu juga banyak

setannya, kalau terjadi sesuatu akan menyusahkan siksa keluarga juga.

P1 : Masambe pobisala laatiya oliyo, dabo hila liyo dila modungohu pobisala’ u ma’a.

MH : So ulang-ulang kita bilang pa dia, tapi dia tidak mo badengar apa yang kita bilang.

MS : Sudah berulang-ulang saya katakan padanya, tetapi dia tidak mau mendengar apa yang

saya katakan.

P2 : Lapato bohuliya ma’o wala’o huhutu liyo odito?

MH : Baru cuma mokase biar anak yang depe kalakuan bagitu?

MS : Jadi akan dibiarkan saja anak yang perbuatannya seperti itu?

P1 : Bodiya otaawa limongoli olo huhutu liyo, boma wawu tahepo butola liyo, wau mahepo

tolo ulauwa ngaamila urusani liyo.

MH : Cuma ngoni tidak tawu olo depe kalakuan, kita yang salalu dia baku banta akan, yang

mana kita sering baku campur deng samua depe urusan.

MS : Kalian saja yang tidak tahu sikapnya, saya yang selalu dibantahnya, bahwa saya yang

sering mencampuri semua urusannya.

P2 : Wanu ito matihilamu, umo ngendela ma’o wawu dila ole Agus, asali wa’u malo

po’ingati mayi, alihu diyamali otolode mo le’e.

MH : Kalo bagitu tersera ngana mo batogor kasana deng tidak pate Agus, yang penting kita

sokase inga kamari, supaya tidak mo manyasal duluan.

MS : Kalau begitu terserah kau, mau menegur Agus atau tidak, yang terpenting saya sudah

mengingatkan, supaya tidak menyesal nanti.

No. Kata Utuh Zeroisasi (penghilangan fonem) Contoh penggunaan dalam kalimat

Aferesis Sinkope Apokope

1. Poleleya

‘sampaikan’.

Poleya

‘katakan’.

- Sisa Iya, poleya’mao dele Agus didu

pei’naowa ode dutula boyito.

Sisa Iya, sampaikan kepada Agus

jangan lagi pergi ke sungai itu.

2. Ilaato

‘keluarga’.

- Ilato ‘kilat’. - Wanu mongola-ngola mayi debo mo’o

sikisa ilato olo.

Kalau ada yang terjadi tetap membuat

siksa keluarga juga.

3. Diila ‘tidak’. - Dila ‘lidah’. - Masambe pobisala laatiya oliyo, dabo

hila liyo dila modungohu pobisala

u’maa.

Sudah berulang-ulang saya katakan

padanya, tetapi dia tidak mau dengar

apa yang saya katakan.

4. Lapata’o

‘kemudian/

sesudah itu’.

- Lapato

‘selesai’.

- Lapato bohuliya ma’o wala’o huhutu

liyo odito?

jadi hanya akan dibiarkan saja anak

yang perbuatannya seperti itu?

5. Odito

‘begitu’.

Ito ‘kita’. - - Wanu ito matihilamu, u mongendela

ma’o wawu dila ole Agus

Kalau begitu terserah kau, mau

menegurnya atau tidak pada Agus.

Data 2 : Percakapan antara seorang ibu dan anak

Topik : Membersihkan ikan (Mo po’oberesi uponula)

Situasi : Siang hari

P3 : Sisa Iya (44 tahun)

P4 : ULL (22 tahun)

P3 : Ponula tola po’olo ukukude mota!

MH : Ikan kobos dulu yang cukur kasana!

MS : Ikan gabus dahulu yang disisiki!

P4 : Boti ma’o mahe kukude’u.

MH : Napa kita jaga cukur skarang.

MS : Ini sementara aku sisiki.

P3 : Pongolamu botiya tola?

MH : Ngana mo bekeng apa ini kobos?

MS : Ikan Gabus ini akan dijadikan apa?

P4 : Laheelo, pohutuwala tabu lo lotingo, pohinggi toyutupo bulo’o. Tonu dupi? Diyaaluwo

podutongalo.

MH : Morebus, mobekeng akan kua asam, mobakase kaluar akan rasa pahit di leher. Mana

papan? Tidak ada yang moba tindis akan.

MS : Direbus dan dibuat kuah asam, untuk menghilangkan rasa pahit di leher. Di mana

papan? Tidak ada yang bisa digunakan untuk menekan/memotong ikan.

P3 : Donggo wulowapo. Lapata’o wulowalo, tuduwa lomota. Pata’o wanu mamolutu taniya

lomota to baskomu wawu dutuwa mota to tudu lo meja. Wanu timongoli mahila monga

poti a’alolo.

MH : Masih mo cuci dulu. Abis cuci teru kasana. Baru kalo so masak salin kasana di baskom

deng taru kasana di atas meja. Kalo ngoni so suka makan, makan jo.

MS : Masih akan di cuci dulu. Selesai dicuci rebuslah. Kemudian kalau sudah masak

tuangkan ke mangkok dan letakkan di atas meja. Kalau kalian ingin makan, makanlah.

P4 : Donggo butu-butuhu waatiya mama.

MH : Masi rasa kanyang saya mama.

MS : Saya masih kenyang, mama.

P3 : Wonu dipo monga, ta’ube pomota lo dopuhe ito ponula.

MH : Kalo bulum suka makan, tutup kasana dulu deng panutup saji itu ikan.

MS : Kalau belum ingin makan, tutup dulu ikan itu dengan penutup saji.

No. Kata Utuh Zeroisasi (penghilangan fonem) Contoh penggunaan dalam

kalimat Aferesis Sinkope Apokope

1. Uponula

‘ikan yang

masih

mentah’.

Ponula ‘ikan

yang sudah

masak (lauk-

pauk)’.

- - Ponula tola po’olo u’kukude

mota!.

Ikan gabus dulu yang disisiki!

2. Botiya ‘ini

(pada

pembicara)’.

Boti ‘ini

(pada orang

yang diajak

- - Boti ma’o mahe kukude’u.

Ini sementara aku sisiki.

bicara)’.

3. Toonu

‘mana/di

mana’.

- Tonu ‘ton

(ukuran

timbangan)’.

-

Tonu dupi? Diyaaluwo

podutongalo.

Di mana papan? Tidak ada yang

bisa digunakan untuk

menekan/memotong ikan.

4. Boyito ‘itu’. Ito ‘kita’. - - Wonu dipo monga, ta’ube pomota

lo dopuhe ito ponula.

Kalau belum ingin makan, tutup

dulu ikan itu dengan penutup saji.

Data 3 : Percakapan antara seorang ibu dan anak.

Topik : Seorang ibu menyuruh anaknya untuk makan.

Situasi : Sedang mencuci pakaian (Hemombo’a kayini)

P5 : Sisa Iya (45 tahun)

P6 : Ull (22 tahun)

P5 : Pongaapo ila, uponulamu tahu-tahu to lamari hock. Wonu hila mo muhuta teyi woluwo

hula to buluwa ito, pohamama’o ngobolu yi’o teeto.

MH: Makan dulu nasi, ngana pe ikan ta simpan di lamari hock. Kalo suka mo basiram teh ada

gula di peti itu, ba ambe kasana satu bungkus ngana di situ.

MS: Makan nasi dulu, ikanmu tersimpan di lemari hock. Kalau ingin menyiram teh, ada gula

di peti itu. Ambillah satu bungkus di situ.

P6: Donggo butu-butuhu waatiya mama, sababu donggo yilonga mayi nasi kuning

engondidumodupo to kantin lo kampus.

MH: Masi kanyang saya mama, soalnya masi ada makan kamari nasi kuning tadi pagi di

kantin lo kampus.

MS: Saya masih kenyang, mama. Karena masih sempat makan nasi kuning pagi tadi di kantin

kampus.

P5: Bo yilonga engondidumodupo tiyaali, debo mamo’o rasa polango boti.

MH: Cuma ada makan tadi pagi ngana, tatap somo dapa rasa lapar ini.

MS: Kau hanya makan pagi tadi, sekarang mestinya sudah terasa lapar.

P6: Delapato waatiya monga mama.

MH: Nanti abis itu saya mo makan mama.

MS: Nanti saja saya makan, mama.

No. Kata Utuh Zeroisasi (penghilangan fonem) Contoh Penggunaan dalam Kalimat

Aferesis Sinkope Apokope

1. Boyito ‘itu’. Ito ‘kita’. - - Wonu hila mo muhuta teyi

woluwo hulato to buluwa ito.

Kalau ingin menyiram teh, ada

gula di peti itu.

2. Botii ‘ini (pada

orang yang diajak

bicara)’.

- - Boti

‘terlalu’.

Bo yilonga engondidumodupo

tiyaali, debo mamo’o rasa

polango boti.

Kau hanya makan pagi tadi, tetap

sudah merasa lapar ini.

3. Delapata’o

‘sesudah

itu/kemudian,

nanti’.

- Delapato

‘selesai’.

- Delapato waatiya monga mama.

Nanti saja saya makan, mama.

Data 4: Percakapan antara kakak beradik

Topik : Sakit mata (Mongogoto mato)

Situasi : Santai

P7: Agus (21 tahun)

P8: Ull (22 tahun)

P8: Mongongoto mato’u.

MH: Saki kita pe mata.

MS: Sakit mataku.

P7: Woli mota yinulo bongo to tudu lo mato ngo’indi, alihu mokaluwari patu.

MH: Oles kasana deng minya kalapa sadiki di atas mata, supaya mokaluar panas.

MS: Oleskan dengan sedikit minyak kelapa di kelopak mata, supaya panasnya hilang.

P8: Utie wunemo londo tonu?

MH: Ini obat dari mana?

MS: Obat dari mana seperti ini?

P9: Utiya mapilomake mayi lo mongo panggola. Wonu dila padeti mota lo wunemo tetes

mato.

MH: Ini obat orang-orang tua dulu pernah pake-pake kamari. Kalo tidak obat kasana deng

tetes mata.

MS: Obat ini sudah pernah digunakan oleh kaum tua kita dulu. Kalau tidak mau, obatlah

dengan obat tetes mata.

P8: Dila botii po’odaata bisala yi’o, ma’odiya lolowo mato’u.

MH: Jangan talalu banyak bacirita ngana di situ, pe pidis skali kita pe mata.

MS: Jangan terlalu banyak bicara kau di situ, sungguh pedis mataku.

No. Kata Utuh Zeroisasi (penghilangan fonem) Contoh Penggunaan dalam Kalimat

Aferesis Sinkope Apokope

1. Uwoli ‘Oles’. Woli

‘dengan’

si (untuk

wanita).

- - Woli mota yinulo bongo to tudu lo

mato ngo’indi, alihu mokaluwari

patu.

Oleskan dengan sedikit minyak

kelapa di kelopak mata, supaya

panasnya hilang.

2. Toonu

‘Mana, di

mana, siapa’.

- Tonu

‘ton (ukuran

timbangan)’.

- Utie wunemo londo tonu?

Dari mana obat ini?

3. Diila

‘tidak’.

- Dila ‘lidah’. - Wonu dila padeti mota lo wunemo

tetes mato.

Kalau tidak mau, obatlah dengan

obat tetes mata.

Data 5: Percakapan antara seorang Ayah dan anak.

Topik: Akan pergi ke danau (Mamona’o de bulalo)

Situasi: Panik

P9: Pasisa Unu (46 tahun)

P10: Agus (21 tahun)

P10: Papa tonu bite?

MH: Papa mana panggayu?

MS: Papa mana dayung?

P9: Bilehi mota tupi-tupilo to libalaka lo buluwa boyito.

MH: Lia kasana ada tasambunyi di balakang peti itu.

MS: Lihatlah, terselip di belakang peti itu.

P10: Diya papa.

MH: Tidak ada, papa.

MS: Tidak ada, papa.

P9: De bilehi pomota piyo-piyohu, wanu bohebilehemu lolo?

MH: Coba lia kasana dulu bae-bae, kalo cuma ngana lia deng apa?

MS: Coba lihat dulu baik-baik, mungkin kau hanya melihat dengan apa?

P10: Papa boti dila parcaya olaatiya, ponga akali waatiya moomelele udiya otutu?

MH: Papa ini tidak parcaya pa saya, tidak mungkin saya moba bilang yang tidak butul?

MS: Papa ini tidak percaya pada saya, tidak mungkin saya mengatakan yang tidak benar?

P9: Awasi mota bilehe’u wawu mo’otapu’u, de utiye yi’o mayi popo denggulu’u to

lunggongumu ito bite.

MH: Awas kita modatang lia deng kita modapa itu panggayu, nanti ini ngana, kita mokase

toki pa ngana pe kapala itu panggayu.

MS: Awas saya akan lihat dan kalau saya temukan dayung itu, nanti akan, saya kenakan ke

kepalamu.

P10: Mola bilehi li papa wanu dila paracaya.

MH: Sana papa lia sandiri kalo tidak parcaya.

MS: Sana papa lihat sendiri kalau tidak percaya.

P9: Yi’o ti dila mowali polame, tima’o herikiyolo ma mona’o de bulalo, bo donggo

o’olaanga.

MH: Ngana ini tidak bole mobariki akang, napa yang jaga riki mopigi ka dano, tapi kau

terlalu berlama-lama.

MS: Kau ini tidak bisa disuruh cepat, sekarang sudah harus buru-buru ke danau, tapi kau

terlalu berlama-lama.

P10: Wonu odito, ti papa tuwawu jo ta pona’olo.

MH: Kalo bagitu papa sandiri jo yang pigi.

MS: Kalau begitu, papa sendiri saja yang pergi.

No. Kata Utuh Zeroisasi (penghilangan fonem) Contoh Penggunaan dalam Kalimat

Aferesis Sinkope Apokope 1. Toonu

‘mana, di mana, siapa’.

- Tonu ‘ton (ukuran timbangan)’.

- Papa tonu bite? Papa mana dayung?

2. Diyaa ‘tidak ada’.

- - Diya ‘sikap hendak (memukul, mengambil dsb)’.

Diya papa. Tidak ada, papa.

3. Loolo ‘apa’.

- Lolo artinya bibit (padi atau ketela rambat yang akan ditanam, panjangnya kira-kira 25 cm).

- De bilehi pomota piyo-piyohu, wanu bohebilehemu lolo? Coba lihat dulu baik-baik, mungkin kau hanya melihat dengan apa?

4. Botii ‘ini (pada orang yang diajak bicara)’.

- - Boti ‘terlalu’.

Papa boti dila parcaya olaatiya, ponga akali waatiya mo melele udiya otutu? Papa ini tidak percaya sama saya, tidak mungkin saya mengatakan yang tidak benar?

5. Boyito ‘itu’.

Ito ‘kita’.

- - Awasi mota bileheu wawu mo’otapuu, de utiye yio mayi popo denggulu’u to lunggongumu ito bite. Awas saya akan lihat dan saya temukan dayung itu, nanti ini kau, saya akan kenakan ke kepalamu

Data 6: Percakapan antara seorang ibu dan kakek

Topik: Membahas tentang mata pencaharian (Hipobisalawa lo popeehu)

Situasi: Malam hari di ruang tengah

P11: Sisa Iya (45 tahun)

P12: Kaci’i Lahama (60 tahun)

P11: Gelong tonu?

MH: Gelong yang mana?

MS: Galon yang mana?

P12: Ito hipopa’a to gelong. Iii diya ma’a tilali.

MH: Itu ta isi di gelong. Iii nyanda bili.

MS: Itu tertuang di galon. Oh ya, tidak dibeli?

P11: Cirita wolo uti?

MH: Cirita apa ini?

MS: Cerita tentang apa ini?

P12: Boyito bolo ngangango tutuluhe yito.

MH: Itu Cuma tabuka mulu ada tidor itu.

MS: itu dia hanya sedang tidur dengan mulut terbuka.

P11: Mmm… Polee li Iji olaango, oliyo ma’a anu bodiya bo’onggo potali watingo Sisa,

mamo’i pasangi prabola wawu mamotali elpiji, mo’ipaasangi taluhu. De pilele ma’a boti

ma’a lato taliya mota anu mato ulu’u doyi lato taliya.

MH: Mmm… Ti Iji bilang kalamarin, diya bilang kalo nyanda masi mobabili akang garam

sisa, somo suru pasang prabola deng mobabili elpiji, mosuru pasang aer. Ada bilang kasana

ini capat bili kasana kalo so ditangan doyi capat bili.

MS: Mmm… Kemarin Iji menyatakan, kalau tidak untuk membeli garam Sisa, dia akan

memasangkan antena parabola dan membeli elpiji, serta memasang air. Sudah ku katakan

cepatlah dibeli kalau sudah ada ditangan.

P12: Bo bulota-bulota’o wawu mola doyi to ola’u mola to paatali diya po bulota mota.

MH: Cuma bapinjam-pinjam kong sana doyi yang pa kita di pasar sana tidak mobapinjam

akang.

MS: Hanya pinjam-meminjam saja sementara uangku yang ada di pasar sana tidak digunakan

untuk dipinjam.

dayung itu.

6. Diila ‘tidak’.

- Dila ‘lidah’.

- Mola bilehi li papa wanu dila paracaya. Sana papa lihat sendiri kalau tidak percaya.

7. Tutuwawu ‘sendiri’.

Tuwawu ‘satu’.

- - Wonu odito, ti papa tuwawu jo ta ponao’lo. Kalau begitu, papa sendiri saja yang pergi.

P11: Diya otaawa.

MS: Tidak tawu.

MS: Entahlah.

P12: Mota mo’ingaku ola’u doyi satu juta mota to uwolo.

MH: Mosuru mangaku pa kita bapinjam doyi satu juta di sana.

MS: Aku disuruh bertanggung jawab untuk meminjam uang satu juta rupiah di sana.

P11: O’o.

MH: Iyo.

MS: Iya.

P12: Ta’ombongo. Ma’a wolo uti. Polele ma’a haku lotawu diya piye-piyehe boti, hesambela

lo doyi ti, wohiya liyo mayi wa’u boti. Helo’iya liyo wawu oliyoma’a mo rorombokiya ti

Kaci’i ti, morombokiya boti tanggulo lo hilawo taa mota lo hama boti ayi, delo-delo mota

doyi te’I ka Kudi. Mapotali liyo mootoro te le Idu ito.

MH: Ta’ombongo So apa ini. Bilang kasana hak lo orang nyanda bae-bae ini, tacukup akang

doyi ini, dia kase kamari kita ini. Diya bilang kata kita ini so baku-baku akor, baku-baku akor

ini nama sandiri yang datang baambe ini, ada bawa kasana doyi pati ka Kudi. Dia somo bili

akang motor pa te Idu itu.

MS: Kurang ajar (pecah perut). Apa ini? Sampaikanlah hak orang yang tidak baik ini. Uang

ini tercukupi dan dia berikan padaku. Dia menyampaikan bahwa saya ini sudah kerja sama,

padahal namanya sendiri yang datang mengambil uang, dan membawanya kepada pak Kudi.

Dia akan gunakan untuk membeli motor pada pak Idu.

P11: Pata’o diya lomata?

MH: Baru tidak jadi?

MS: Kemudian tidak jadi?

P12: Bo mota pilohama li Tima boti ayi rande wawu olo wawu bu’aliyo. Te Tamu lo hilawo

taa mota lohama.

MH: Cuma sana dia baambe akang li Tima ini ee, rante deng apa, deng dape buwa rante. Te

Tamu sandiri yang datang baambe.

MS: Di sana hanya Tima ambilkan ini, kalung dan buah kalung. Tamu sendiri yang datang

mengambil.

P11: Itoolo de po’i taliya loma’o poli masina, mamo pulito poli to minuman.

MH: Soitu co suru bili kasana jo masina, somo abis poli diminuman.

MS: Makanya, nanti suruh beli saja mesin, dari pada uangnya dibelikan minuman.

P12: Ambungu. Poli ambungu de mo’o polayahe galangi uwolo.

MH: Mana mungkin. Paling mungkin nanti modapa kase gade galang ini.

MS: Tidak mungkin. Kecuali nanti kalau sudah digadaikan gelang ini.

P11: Bohee etanggula wawu.

MH: Cuma jaga cumu-cumu kong.

MS: Hanya disebut-sebut.

P12: Ambungu de mo’o polayahe galangi.

MH: Kacuwali nanti mokase gade akang galang.

MS: Kecuali nanti menggadaikan gelang.

P11: Wawu hiburan liyo boyito mowali?

MH: Kong dape hiburan itu masi bole?

MS: apakah alat-alat hiburannya masih boleh?

P12: Mowali, bo diya mowali moo.

MH: Bole, bo tida bole moo.

MS: Boleh, tetapi tidak boleh diapakan.

P11: Anu pongola ma’a hemo-motali. Anu lo dayahu po’olo, araba’a loombu. Mahale da’a

ponula. Diyaa talona’o-na’o. Diyaa tamo dayahu, donggo lo malam tanggal satu.

MH: Kalo mobekeng apa moba bili-bili. Kalo bajala dulu. Hari rabu beso. Mahal skali ikan.

Tida ada yang mopigi. Tida ada yang bajala, masi mo malam tanggal satu.

MS: Kalau dipikir-pikir untuk apa membeli. Lebih baik mencari ikan dulu. Hari rabu besok.

Mahal sekali harga ikan. Tidak ada yang mau berlayar. Tidak ada yang ingin mencari

ikan, masih ingin meramaikan malam tahun baru.

P12: Donggo lo janjiya ma’a lo tamongilu-ngilu ta’u bolo uwaliyo.

MH: Masi ada baku janji kasana deng orang yang moba minum-minum ta’u, mana mungkin.

MS: Masih punya janji dengan orang yang ingin minum-minum juga, tidak mungkin.

P11: Malopaangeya lo taminuman ito amm. Malena’o lo tayinawo mongilu. Masambe boti

popehu limongoliyo ti. Onggo dulu mayi hiputu-pututa ti peyangga, debo diyaa. polele

liyo diya hepo balanjawa timongoli.

MH: So tabaku par deng minuman itu amm. Soterlanjur pigi deng orang-orang yang suka

baminum. Soulang-ulang ini dorang pemancari ini. Kalo dulu kamari banya-banya ini

peyangga, tetap tida ada. Dia bilang tidak jaga ba balanja ngoni.

MS: Sudah terlanjur bergaul dengan peminum/pemabuk. Sudah terlanjur pergi dengan orang-

orang yang doyan minuman. Sudah berkali-kali mata pencaharian mereka seperti itu. Kalau

dulu banyak sekali ikan yang kecil-kecil, tetap tidak ada perkembangan. Dia mengatakan

bahwa kalian tidak pernah berbelanja.

P12: Palata hilawo, uwaliyo pobulotopo mayi oli papamu oh Iji. Polele ma’a bohitulu-tuluhe

timongoli ti.

MH: Bekeng saki hati, dia bilang bapinjam akang pa ngana pe papa Iji. Kita bilang bo ada

tidor ngoni ini.

MS: Membuat aku jengkel, katanya pinjamkan dulu ke papamu Iji. Saya katakan hanya tidur

kalian ini.

P11: Polee liyo olatiya diya hepobalanjawa timongoli donggolo ti Tima lomayi kikingo.

MH: Dia bilang pa kita tidak jaga babalanja ngoni masi ti Tima kacili kamari.

MS: Dia sampaikan pada saya bahwa kalian tidak pernah berbelanja, semasa Tima masih

kecil.

P12: Delo undungi dolo noolo boti?

MH: Masi untung barapa ini?

MS: Masih untung berapa ini?

P11: Diya doyi boti hiputu-pututa peyangga.Bilehi timota boheli botiyama’o boyito.

MH: Bukan doyi ini pebanya-banya peyangga. Lia kasana masi baru-baru itu.

MS: Bukankah ini uang?, banyak sekali ikan-ikan kecil. Lihatlah dalam waktu yang belum

lama itu.

P12: Diya teetetoma’a pikirangi liyo.

MH: Bukan fokus di situ depe pikiran.

MS: pikirannya tidak fokus ke situ.

P11: Bo do udu, ulo lapita le Oma.

MH: Cuma moka minuman, te oma dapa rebe.

MS: Hanya fokus pada minuman, sudah didahului oleh Pak oma.

P12: Ao’o. O’ya boyito bo ole Oma boyito ju. Ponu boli odito bo gaga uwoliyo boyito.

MH: O iyo. Ado itu cuma Oma punya juu biar cuma bagitu bo gaga dape ruma itu.

MS: O iya. Aduh itu rumah pak Oma meskipun hanya seperti itu pencahariannya tetapi bagus

rumahnya.

P11: Boyito ole Yunu, dipo ngotawunu hemopehu, mapilele mayi li dokteri tiyo istirahat,

dudu mali momiheta aki. Malo bale lo lombuli. Bohuliyo malotali kulkas duluwo, patao malo

longgalo bele boyito, mawato-watopo, ma suda. Odito mopeehu, woluwo odutuwa liyo.

MH: Itu te Yunu, bulum satu tahun mancari, so bilang kamari li dokter dia istirahat, sotidak

bole mobaangka aki. So bapindah badagang. Dape partama sodapa bili kulkas dua, baru so

babongkar ruma itu, so ta’atap, so suda. Bagitu momancari, ada dape hasil.

MS: Itu pak Yunu, belum setahun bekerja, meskipun sudah disampaikan oleh dokter dia

harus istirahat, dan tidak bisa mengangkat aki. Kini dia sudah pindah jadi pedagang. Awalnya

sudah mampu membeli kulkas dua buah, kemudian sudah merenovasi rumah itu, di atap,

hingga selesai. Seperti itulah kalau bekerja, jelas kelihatan hasilnya.

P12: Huli takeke’ingaa iii.

MH: Mumpung ana-ana iii.

MS: Sementara anak-anak.

P11: Polame’a wala’o dipo hiposikolawa uwolo, ambala olo’iya li Mira tiya, harapu lotau

hemoposikola olo tandede’inga ti hemo’o diyaalu.Wala’a le Epi lo tolobalango ongondiye,

Epi li Kaita. Oluwo kios hindeyanga a’ato wawu rupa-rupa, o doromu lo minya tana. Ma’a

wala’o wopato. Tamohula boyito ta semester tiga. Tolobalangiyo engondiye, ma’a hepolele li

Gula. Hepolele li Gula wawu tiye londo tolobalango mayi, pata’o heyinduwo’u tolobalango

lita? Wala’e Epi bohali smester tiga. Ola’u ma’a mehelu noolo wala’e Epi? Wopato, ula’I

totolu, boyito tabuwa ta moo hula.

MH: Mumpung anak bulum ada yang skola tinggi, sedangkan ta Mira bilang ini, dorang kira

mokase skola pa anak-anak talalu mobekeng susah. Anak li ka Epi ada baantar harta tadi, Epi

li Kaita. Ada kios yang tagantong-gantong sasapu deng rupa-rupa, ada dorom lo minya tana.

So ada anak ampa. Yang tuwa itu yang smester tiga. Dape antar harta tadi, napa ti Gula

bilang. Ti Gula bilang kita dari antar harta kamari, baru kita ada tanya antar harta li sapa?

Anak li ka Epi yang masi smester tiga. Kita bilang barapa orang anak li ka Epi? Ampa, laki-

laki tiga, itu parampuan yang tuwa.

MS: Mumpung belum ada anak yang sekolah tinggi, begitu kata ibu Mira. Mereka pikir

menyekolahkan anak-anak terlalu menyusahkan. Anaknya pak Epi sudah selesai

peminangannya hari ini. Epi saudaranya Kaita. Ada warung yang banyak bergantungan sapu

dan macam-macam dan punya drum minyak tanah. Sudah punya anak empat. Anak sulung

itu yang sudah semester tiga. Peminangannya hari ini, disampaikan oleh Gula. Gula

mengatakan sama saya bahwa dia baru saja dari acara. Kemudian saya tanya peminangannya

siapa? Anaknya pak Epi yang masih smester tiga. Saya katakan berapa orang anaknya pak

Epi? Empat, anak laki tiga orang, dan yang itu anak perempuan yang sulung.

P12: Mamona’o wa’u. Deme bilehela teya.

MH: Somo pigi kita, nanti molia di sini.

MS: Saya permisi dulu nanti akan dilihat lagi.

P11: Matihila li Bapu liyo, diya moloolopu? O’u wola lo hutodu.

MH: Tersera pati Bapu, tidak momati? Mokana akang aer busuk.

MS: Terserah sama Kakek, ikannya tidak akan mati? Nanti akan terkena air busuk.

P12: Bo’u diila?. Boti mota poli.

MH: Bo apa? Ini sana lagi.

MS: Mengapa tidak? Sekarang akan ke sana lagi.

P11: Ii, o’o. Mahama-hama limongoliyo.

MH: O iyo. Dorang somo ambe-ambe.

MS: O iya. Nanti mereka akan ambil.

P12: Mahilama loma’o limongoliyo, botimota poli hi’ambuwa to uwola boyito, jabo

mpulo’apingo lota.

MH: Dorang somo ambe ini, sana poli baku kumpul di sana itu, paling-paling sekitar spuluh

orang.

MS: Mereka akan ambil ini, mereka berkumpul di sana, kira-kira sekitar sepuluh orang.

P11: Pata’o le Yunu boyito? Teemota pato’o le Yunu. Boyito to tampungan le tono to

pato’iyo.

MH: Baru li ka Yunu itu? Di sana panongka le ka Yunu. Itu di tampa kurungan ada ta tono

padape panongka.

MS: Kemudia punya pak Yunu itu? Di sana ada kayu penangkal pak Yunu. Tempat kurungan

terendam di dalam penangkal.

P12: Ponu wa’u moohe, tingga to ulu’u ma’a le Agusi wawu.

MH: Biar, kita tako, masi pa dape tangan le Agus.

MS: Biarlah, saya takut. Masih ditangannya Agus.

P11: Bolo alo lo udu wawu, iii. Asalipo maahama li Bapu liyo odito.

MH: Sapa tawu tikus mo makan kong. Yang penting ti Bapu somo ambe bagitu.

MS: Siapa tahu dimakan tikus. Terpenting kakek setuju dengan kesepakatan itu.

P12: Taa’ambuwa boyito to li Iji, mahama liyo loma’a ngobotu dulobotu.

MH: Banya orang pa ti Iji, dorang somo ambe kasana satu dua ekor.

MS: Di rumahnya Iji banyak orang, khawatirnya mereka akan ambil satu dua ekor.

P11: Anu mowali li Bapu liyo lo delo mota. Maalipata poleleya mola eh, anu to duluhu lo

bala maandulu liyo loma’o jaring uti, maamolahi. Wawu tita-tita ta to bele?

MH: Kalo bole Bapu bawa jo kasana. Sodapa lupa ada bilang kasana eh, kalo dipinggir pagar

dia somo kase robe kasana itu jaring, somo talapas. Kong sapa-sapa yang di rumah?.

MS: Kalau boleh kakek bawa saja sekarang. Sudah lupa aku sampaikan ke sana, kalau di tepi

pagar dia akan merobek jaring, akan terlepas. Dan siapa-siapa yang ada di rumah?.

P12: Aaa?

MH: Aaa?

MS: Apa?

P11: Hepolele li Bapu hihulo’a tita-tita?

MH: Bapu bilang yang ada dudu sapa-sapa?

MS: Siapa yang kakek katakan sedang duduk?

P12: Ta’ati, te Aburahi, te Ima ta mo’wali mo’hepita uwolo.

MH: Dorang, ka Aburahi, ka Ima yang salalu mobasingga-singga ini.

MS: Mereka, pak Aburahi, pak Ima yang selalu mampir.

P11: To bele li Bapu liyo?

MH: Pa ti bapu pe rumah?

MS: Di rumahnya kakek?

P12: O’o taa boyito.

MH: Iyo so dorang.

MS: Iya, mereka.

P11: Pohama Limongoliyo, po’uwoli mongoliyo ayi olalango limongoliyo uti.

MH: Dorang moambe akan, dorang mobakar akang ini.

MS: Mereka akan ambil, mereka akan bakar ini.

P12: Bo’u diila. Ma hi’ambuwa butulu yito.

MH: Cuma apa. Sotakumpul itu botol.

MS: Jadi apa. Sudah terkumpul botol itu.

No. Kata Utuh Zeroisasi (penghilangan fonem)

Contoh penggunaan dalam kalimat

Aferesis Sinkope Apokope 1. Toonu

‘mana, siapa, di mana’.

- Tonu ‘ton (ukuran timbangan)’.

- Gelong to tonu? Di mana galon?

2. Boyito ‘itu’.

Ito ‘kita’.

- - Ito hipopaa to gelong. Iii diya maa tilali. Itu tertuang di galon, oh ya tidak dibeli?

3. Diyaa ‘tidak ada’.

Diya ‘sikap hendak (memukul, mengambil dsb)’.

- - Polele maa haku lotawu diya piye-piyehe boti, hesambela lo doyi ti. Sampaikanlah hak orang yang tidak baik ini.

4. Boyito ‘itu’.

Yito ‘adapun tentang’.

- - Boyito bolo ngangango tutuluhe yito. Itu dia hanya sedang tidur dengan mulut terbuka.

5. Polee ‘sudah tidak mau (makan, karena sakit hati atau yang dikehendakinya tidak sesuai dengan yang diinginkannya)’.

- Polele ‘disampaikan/dikatakan’.

- Polee li iji olaango. Kemarin Iji menyatakan.

6. Botii ‘ini (pada orang

- - Boti ‘terlalu’.

Masambe boti popehu limongoliyo ti.

yang diajak bicara)’.

Sudah berkali-kali mata pencaharian mereka seperti ini.

7. Hihilawo ‘sendiri’.

Hilawo ‘hati’.

Hilawo ‘hati’.

- Heloiya liyo wau oliyoma’a mo rorombokiya ti Kacii ti, morombokiya boti tanggulo lo hilawo taa’mota lo hama boti ayi. Dia menyampaikan bahwa saya ini sudah kerja sama, padahal namanya sendiri yang datang mengambil uang.

8. Boyito ‘itu’.

Ito ‘kita’.

- - Mapotali liyo mootoro te le idu ito. Dia akan gunakan untuk membeli motor pada pak Idu.

9. Wolo ‘apa’.

Olo ‘juga’.

- - Bo mota pilohama li Tima boti ayi rande wawu olo wawu bualiyo. Di sana hanya Tima ambilkan ini, kalung dan buah kalung.

10. Uponula ‘ikan yang masih mentah’.

Ponula ‘ikan yang sudah masak atau yang biasa disebut lauk’.

- - Mahale da’a ponula. Mahal sekali harga ikan.

11. Boti ‘terlalu’.

Ti ‘si (kata penunjuk kelamin perempuan)’.

- - Harapu lotau hemoposikola olo tandedeinga ti hemo’o diyaalu. Mereka pikir menyekolahkan anak-anak terlalu menyusahkan.

12. Ngoolo ‘berapa’.

- Noolo ‘nol’.

- Ola’u ma’a mehelu noolo wala’e Epi? Saya katakan berapa orang anaknya pak Epi?

14. Woluwo ‘ada’.

Oluwo ‘dua (urutan hitungan)’.

- - Oluwo kios hindeyanga a’ato wawu rupa-rupa, o doromu lo minya tana. Ada warung yang banyak bergantungan sapu dan macam-macam, yang punya drum minyak tanah.

15. Huhula ‘anak sulung’.

Hula ‘gula’.

Hula ‘gula’.

- Tabuwa ta moo hula. Anak perempuan yang sulung.

16. Aalo ‘makan’.

Alo ‘sebangsa enggang, warna bulunya ada yang putih

Alo ‘sebangsa enggang, warna bulunya ada yang

- Bolo alo lo udu wawu, iii. Siapa tahu dimakan tikus.

4.1.2 Bentuk dan makna yang muncul akibat gejala anaptiksis dalam tuturan bahasa

Gorontalo di lingkungan masyarakat desa Tabumela.

Data 1: Percakapan antara dua orang ibu

Topik : Melarang pergi ke sungai (Mongendela mona’o de dutula)

Situasi : Dalam keadaan santai di ruang tengah

P1 : Sisa Iya (46 tahun)

P2 : Gula Pusa (44 tahun)

P2 : Sisa Iya, poleya ma’o dele Agus didu pe’inaowa ode dutula boyito, sababu to dutula

boyito wanu huyi woluwo tahe ondonga limongoliyo, wawu daadaata lati liyo lagi, wanu

mongola-ngola mayi debo mo’o sikisa ilato olo.

MH : Sisa Iya, bilang kasana pa Agus jangan lagi pigi di sungai itu, soalnya di sungai itu kalo

malam ada yang dorang mo dapa lia, deng banyak depe setan lagi, kalo mo ta apa-apa

apa kamari tetap bekeng siksa keluarga juga.

MS : Sisa Iya, sampaikan kepada Agus jangan lagi pergi ke sungai itu, sebab pada malam

hari di sungai itu ada makhluk halus yang akan mereka lihat. Di sungai itu juga banyak

setannya, kalau terjadi sesuatu akan menyusahkan keluarga juga.

P1 : Masambe pobisala laatiya oliyo, dabo hila liyo dila modungohu pobisala’u ma’a.

MH : So ulang-ulang kita bilang pa dia, tapi dia tidak mo badengar apa yang kita bilang.

MS : Sudah berulang-ulang saya katakan padanya, tetapi dia tidak mau mendengar apa yang

saya katakan.

P2 : Lapato bohuliya ma’o wala’o huhutu liyo odito?

MH : Baru cuma mokase biar anak yang depe kalakuan bagitu?

MS : Jadi akan dibiarkan saja anak yang perbuatannya seperti itu?

P1 : Bodiya otaawa limongoli olo huhutu liyo, boma wawu tahepo butola liyo. wau mahepo

tolo ulauwa ngaamila urusani liyo.

ada yang hitam, paruhnya besar, tingginya ½m, hidup di hutan’.

putih ada yang hitam, paruhnya besar, tingginya ½m, hidup di hutan’.

17. Molalango

‘membakar atau membahang’.

Olalango ‘air hujan yang tergenang sedikit’.

- - Olalango limongoliyo uti. Mereka akan bakar ini.

MH : Cuma ngoni tidak tawu olo depe kalakuan, kita yang salalu dia baku banta akan, yang

mana kita sering baku campur deng samua depe urusan.

MS : Kalian saja yang tidak tahu sikapnya, saya yang selalu dibantahnya, bahwa saya yang

sering mencampuri semua urusannya.

P2 : Wanu ito matihilamu, umo ngendela ma’o wawu dila ole Agus, asali wa’u malo

po’ingati mayi, alihu diyamali otolode mo le’e.

MH : Kalo bagitu tersera ngana mo batogor kasana deng tidak pate Agus, yang penting kita

sokase inga kamari, supaya tidak mo manyasal duluan.

MS : Kalau begitu terserah kau, mau menegur Agus atau tidak, yang terpenting saya sudah

mengingatkan, supaya tidak menyesal nanti.

No. Kata Utuh Anaptiksis (penambahan fonem) Contoh Penggunaan dalam kalimat Protesis Epentesis Paragog

1. Mongola ‘apa, untuk apa’.

- - Mongola-ngola ‘apa-apa’.

Wanu mongola-ngola mayi debo mo’o sikisa ilato olo. Kalau terjadi sesuatu akan menyusahkan keluarga juga.

2. Wau ‘aku, saya’.

- Wawu ‘dan’.

- boma wawu tahepo butola liyo, saya yang selalu dibantahnya,

Data 2 : Percakapan antara seorang Ibu dan anak

Topik : Membersihkan ikan (Mo po’oberesi uponula)

Situasi : Siang hari

P3 : Sisa Iya (44 tahun)

P4 : Ull (22 tahun)

P3 : Ponula tola po’olo ukukude mota!

MH : Ikan kobos dulu yang cukur kasana!

MS : Ikan gabus dahulu yang disisiki!

P4 : Boti ma’o mahe kukude’u.

MH : Napa kita jaga cukur skarang.

MS : Ini sementara aku sisiki.

P3 : Pongolamu botiya tola?

MH : Ngana mo bekeng apa ini kobos?

MS : Ikan gabus ini akan dijadikan apa?

P4 : Laheelo, pohutuwala tabu lo lotingo, pohinggi toyutupo bulo’o. Tonu dupi? Diyaaluwo

podutongalo.

MH : Morebus, mobekeng akan kua asam, mobakase kaluar akang rasa pahit di leher. Mana

papan? Tidak ada yang moba tindis akan.

MS : Direbus dan dibuat kuah asam, untuk menghilangkan rasa pahit di leher. Di mana

papan? Tidak ada yang bisa digunakan untuk menekan/memotong ikan.

P3 : Donggo wulowapo. Lapatao woluwalo, tuduwa lomota. Patao wanu mamolutu taniya

lomota to baskomu wawu dutuwa mota to tudu lo meja. Wanu timongoli mahila monga

poti a’alolo.

MH : Masih mo cuci dulu. Abis cuci teru kasana. Baru kalo so masak salin kasana di baskom

deng taru kasana di atas meja. Kalo ngoni so suka makan, makan jo.

MS : Masih akan di cuci dulu. Selesai dicuci rebuslah. Kemudian kalau sudah masak

tuangkan ke mangkok dan letakkan di atas meja. Kalau kalian ingin makan, makanlah.

P4: Donggo butu-butuhu waatiya mama.

MH : Masi rasa kanyang saya mama.

MS : Saya masih kenyang, mama.

P3 : Wonu dipo monga, ta’ube pomota lo dopuhe ito ponula.

MH : Kalo bulum suka makan, tutup kasana dulu deng panutup saji itu ikan.

MS : Kalau belum ingin makan, tutup dulu ikan itu dengan penutup saji.

Data 3 : Percakapan antara seorang ibu dan anak.

Topik : Seorang ibu menyuruh anaknya untuk makan.

Situasi : Sedang mencuci pakaian (Hemombo’a kayini)

P5 : Sisa Iya (45 tahun)

P6 : Ull (22 tahun)

P5 : Pongapo ila, uponulamu tahu-tahu to lamari hock. Wonu hila mo muhuta teyi woluwo

hula to buluwa ito, pohamama’o ngobolu yio teeto.

MH: Makan dulu nasi, ngana pe ikan ta simpan di lamari hock. Kalo suka mo basiram the ada

gula di peti itu, ba ambe kasana satu bungkus ngana di situ.

MS: Makan nasi dulu, ikanmu tersimpan di lemari hock. Kalau ingin menyiram teh, ada gula

di peti itu. Ambillah satu bungkus di situ.

P6: Donggo butu-butuhu waatiya mama, sababu donggo yilonga mayi nasi kuning

engondidumodupo to kantin lo kampus.

MH: Masi kanyang saya mama, soanya masi ada makan kamari nasi kuning tadi pagi di

kantin lo kampus.

MS: Masih kenyang saya mama, karena masih sempat makan nasi kuning pagi tadi di kantin

kampus.

P5: Bo yilonga engondidumodupo tiyaali, debo mamo’o rasa polaango boti.

MH: Cuma ada makan tadi pagi ngana, tatap somo dapa rasa lapar ini.

MS: Kau hanya makan pagi tadi, sekarang mestinya sudah terasa lapar.

P6: Delapato waatiya monga mama.

MH: Nanti abis itu saya mo makan mama.

No. Kata Utuh Anaptiksis (penambahan fonem) Contoh Penggunaan dalam Kalimat Protesis Epentesis Paragog

1. Lotingo ‘asam/cuka’.

Lo lotingo ‘sudah asam’.

- - Laheelo, pohutuwala tabu lo lotingo. Direbus dan dibuat kuah asam.

2. Lapato ‘selesai’.

- Lapatao ‘kemudian, sesudah itu’.

- Lapatao woluwalo, tuduwa lomota. Selesai dicuci rebuslah.

MS: Nanti saja saya makan, mama.

Data 4: Percakapan antara kakak beradik

Topik : Sakit mata (Mongogoto mato)

Situasi : Santai

P7: Agus (21 tahun)

P8: Ull (22 tahun)

P8: Mongongoto mato’u.

MH: Saki kita pe mata.

MS: Sakit mataku.

P7: Woli mota yinulo bongo to tudu lo mato ngoi’ndi, alihu mokaluwari patu.

MH: Oles kasana deng minya kalapa sadiki di atas mata, supaya mokaluar panas.

MS: Oleskan dengan sedikit minyak kelapa di kelopak mata, supaya panasnya hilang.

P8: Utie wunemo londo tonu?

MH: Ini obat dari mana?

MS: Obat dari mana obat seperti ini?

P9: Utiya mapilomake mayi lo mongo panggola. Wonu dila padeti mota lo wunemo tetes

mato.

MH: Ini obat orang-orang tua dulu pernah pake-pake kamari. Kalo tidak obat kasana deng

tetes mata.

MS: Obat ini sudah pernah digunakan oleh kaum tua kita dulu. Kalau tidak mau, obatlah

dengan obat tetes mata.

P8: Dila botii po’odaata bisala yio, maodiya lolowo mato’u.

MH: Jangan talalu banyak bacirita ngana di situ, pe pidis skali kita pe mata.

MS: Jangan terlalu banyak bicara kau di situ, sungguh pedis mataku.

No. Kata Utuh Anaptiksis (penambahan fonem) Contoh Penggunaan dalam Kalimat

Protesis Epentesis Paragog 1. Daata

‘banyak’. Po’odaata ‘memperbanyak’.

- - Dila botii po’odaata bisala yio, maodiya lolowo mato’u. Jangan terlalu banyak bicara kau di situ, sungguh pedis mataku.

Data 5: Percakapan antara seorang Ayah dan anak.

No. Kata Utuh Anaptiksis (penambahan fonem Contoh Penggunaan dalam Kalimat

Protesis Epentesis Paragog 1. Hula

‘gula’. - - Hulato

‘garam’. Wonu hila mo muhuta teyi woluwo hula to buluwa ito. Kalau ingin menyiram teh, ada gula di peti itu. Ambillah satu bungkus di situ.

Topik: Akan pergi ke danau (Mamona’o de bulalo)

Situasi: Panik

P9: Pasisa Unu (46 tahun)

P10: Agus (21 tahun)

P10: Papa tonu bite?

MH: Papa mana panggayu?

MS: Papa mana dayung?

P9: Bilehi mota tupi-tupilo to libalaka lo buluwa boyito.

MH: Lia kasana ada tasambunyi di balakang peti itu.

MS: Lihatlah, terselip di belakang peti itu.

P10: Diya papa.

MH: Tidak ada, papa.

MS: Tidak ada, papa.

P9: De bilehi pomota piyo-piyohu, wanu bohebilehemu lolo?

MH: Coba lia kasana dulu bae-bae, kalo cuma ngana lia deng apa?

MS: Coba lihat dulu baik-baik, mungkin kau hanya melihat dengan apa?

P10: Papa boti dila parcaya olaatiya, ponga akali waatiya moomelele udiya otutu?

MH: Papa ini tidak parcaya pa saya, tidak mungkin saya moba bilang yang tidak butul?

MS: Papa ini tidak percaya pada saya, tidak mungkin saya mengatakan yang tidak benar?

P9: Awasi mota bilehe’u wawu mo’otapu’u, de utiye yi’o mayi popo denggulu’u to

lunggongumu ito bite.

MH: Awas kita modatang lia deng kita modapa itu panggayu, nanti ini ngana, kita mokase

toki pa ngana pe kapala itu panggayu.

MS: Awas saya akan lihat dan kalau saya temukan dayung itu, nanti akan, saya kenakan ke

kepalamu.

P10: Mola bilehi li papa wanu dila paracaya.

MH: Sana papa lia sandiri kalo tidak parcaya.

MS: Sana papa lihat sendiri kalau tidak percaya.

P9: Yi’o ti dila mowali polame, tima’o herikiyolo ma mona’o de bulalo, bo donggo

o’olaanga.

MH: Ngana ini tidak bole mobariki akang, napa yang jaga riki mopigi ka dano, tapi masi

lama-lama.

MS: Kau ini tidak bisa disuruh cepat, sekarang sudah harus buru-buru ke danau, tapi kau

terlalu berlama-lama.

P10: Wonu odito, ti papa tuwawu jo ta ponao’lo.

MH: Kalo bagitu papa sandiri jo yang pigi.

MS: Kalau begitu, papa sendiri saja yang pergi.

No. Kata Utuh Anaptiksis (penambahan fonem) Contoh Penggunaan dalam Kalimat

Protesis Epentesis Paragog 1. Molele

‘mengatakan/- Moomelele

‘akan -

Data 6: Percakapan antara seorang ibu dan kakek

Topik: Membahas tentang mata pencaharian (Hipobisalawa lo popeehu)

Situasi: Malam hari di ruang tengah

P11: Sisa Iya (45 tahun)

P12: Kaci’I Lahama (60 tahun)

P11: Gelong tonu?

MH: Gelong di mana?

MS: Galon yang mana?

P12: Ito hipopa’a to gelong. Iii diya ma’a tilali.

MH: Itu ta isi di gelong. Iii nyanda bili.

MS: Itu tertuang di galon. Oh ya, tidak dibeli?

P11: Cirita wolo uti?

MH: Cirita apa ini?

MS: Cerita tentang apa ini?

P12: Boyito bolo ngangango tutuluhe yito.

MH: Itu Cuma tabuka mulu ada tidor itu.

MS: Itu dia hanya sedang tidur dengan mulut terbuka.

P11: Mmm… Polee li iji olaango, oliyo ma’a anu bodiya bo’onggo potali watingo Sisa,

ma’moi pasangi prabola wawu mamotali elpiji, mo’ipaasangi taluhu. De pilele ma’a boti

ma’a lato taliya mota anu mato ulu’u doyi lato taliya.

MH: Mmm… Ti Iji bilang kalamarin, diya bilang kalo nyanda masi mobabili akang garam

sisa, somo suru pasang prabola deng mobabili elpiji, mosuru pasang aer. Ada bilang kasana

ini capat bili kasana kalo so ditangan doyi capat bili.

MS: Mmm...Kemarin Iji menyatakan, kalau tidak untuk membeli garam sisa, dia akan

memasangkan antena parabola dan membeli elpiji, serta memasang air. Sudah ku katakan

cepatlah dibeli kalau sudah ada di tangan.

P12: Bo bulota-bulota’o wawu mola doyi to ola’u mola to paatali diya po bulota mota.

MH: Cuma bapinjam-pinjam kong sana doyi yang pa kita di pasar sana tidak mobapinjam

akang.

MS: Hanya pinjam-meminjam saja sementara uangku yang ada di pasar sana tidak digunakan

untuk dipinjam.

P11: Diya otaawa.

MS: Tidak tawu.

MS: Entahlah.

P12: Mota moi’ngaku ola’u doyi satu juta mota to uwolo.

MH: Mosuru mangaku pa kita bapinjam doyi satu juta di sana.

MS: Aku disuruh bertanggung jawab untuk meminjam uang satu juta rupiah di sana.

P11: O’o.

MH: Iyo.

MS: Iya.

menyampaikan’.

menyampaikan’.

P12: Ta’ambongo. Ma’a wolo uti. Polele ma’a haku lotawu diya piye-piyehe boti, hesambeya

lo doyi ti, wohiya liyo mayi wa’u boti. Helo’iya liyo wawu oliyoma’a mo rorombokiya ti

Kaci’i ti, morombokiya boti tanggulo lo hilawo taa’mota lo hama boti ayi, delo-delo mota

doyi te’I ka Kudi. Mapotali liyo mootoro te le Idu ito.

MH: Ta’ambongo. So apa ini. Bilang kasana hak lo orang nyanda bae-bae ini, tacukup akang

doyi ini, dia kase kamari kita ini. Diya bilang kata kita ini so baku-baku akor, baku-baku akor

ini nama sandiri yang datang baambe ini, ada bawa kasana doyi pati ka Kudi. Dia somo bili

akang motor pa te Idu itu.

MS: Kurang ajar (pecah perut). Apa ini? Sampaikanlah hak orang yang tidak baik ini. Uang

ini tercukupi dan dia berikan padaku. Dia menyampaikan bahwa saya ini sudah kerja sama,

padahal namanya sendiri yang datang mengambil uang, dan membawanya kepada pak Kudi.

Dia akan gunakan untuk membeli motor pada pak Idu.

P11: Pata’o diya lomata?

MH: Baru tidak jadi?

MS: Kemudian tidak jadi?

P12: Bo mota pilohama li Tima boti ayi rande wawu olo wawu bualiyo. Te Tamu lo hilawo

taa’mota lohama.

MH: Cuma sana dia baambe akang li Tima ini ee, rante deng apa, deng dape buwa rante. Te

Tamu sandiri yang datang baambe.

MS: Di sana hanya Tima ambilkan ini, kalung dan buah kalung. Tamu sendiri yang datang

mengambil.

P11: Itoolo de po’I taliya loma’o poli masina, mamo pulito poli to minuman.

MH: Soitu co suru bili kasana jo masina, somo abis poli diminuman.

MS: Makanya, nanti suruh beli saja mesin, dari pada uangnya dibelikan minuman.

P12: Ambungu. Poli ambungu de mo’o polayahe galangi uwolo.

MH: Mana mungkin. Paling mungkin nanti modapa kase gade galang ini.

MS: Tidak mungkin. Kecuali nanti kalau sudah digadaikan gelang ini.

P11: Bohee etanggula wawu.

MH: Cuma jaga cumu-cumu kong.

MS: Hanya disebut-sebut.

P12: Ambungu de mo’o polayahe galangi.

MH: Kacuwali nanti mokase gade akang galang.

MS: Kecuali nanti menggadaikan gelang.

P11: Wawu hiburan liyo boyito mowali?

MH: Kong dape hiburan itu masi bole?

MS: Apakah alat-alat hiburannya masih bole?

P12: Mowali, bo diya mowali moo.

MH: Bole, bo tida bole moo.

MS: Boleh, tetapi tidak boleh diapakan.

P11: Anu pongola ma’a hemo-motali. Anu lo dayahu po’olo, araba’a loombu. Mahale da’a

ponula. Diyaa talona’o-na’o. Diyaa tamo dayahu, donggo lo malam tanggal satu.

MH: Kalo mobekeng apa moba bili-bili. Kalo bajala dulu. Hari rabu beso. Mahal skali ikan.

Tida ada yang mopigi. Tida ada yang bajala, masi mo malam tanggal satu.

MS: Kalau diipikir-pikir untuk apa membeli. Lebih baik mencari ikan dulu. Hari rabu besok.

Mahal sekali harga ikan. Tidak ada yang mau berlayar. Tidak ada yang ingin mencari ikan,

masih ingin meramaikan malam tahun baru.

P12: Donggo lo janjiya ma’a lo tamongilu-ngilu ta’u bolo uwaliyo.

MH: Masi ada baku janji kasana deng orang yang moba minum-minum ta’u, mana mungkin.

MS: Masih punya janji dengan orang yang ingin minum-minum juga, tidak mungkin.

P11: Malopaangeya lo taminuman ito amm. Malena’o lo tayinawo mongilu. Masambe boti

popehu limongoliyo ti. Onggo dulu mayi hiputu-pututa ti peyangga, debo diyaa. polele liyo

diya hepo balanjawa timongoli.

MH: So tabaku par deng minuman itu amm. Soterlanjur pigi deng orang-orang yang suka

baminum. Soulang-ulang ini dorang pemancari ini. Kalo dulu kamari banya-banya ini

peyangga, tetap tida ada. Dia bilang tidak jaga ba balanja ngoni.

MS: Sudah terlanjur bergaul dengan peminum/pemabuk. Sudah terlanjur pergi dengan orang-

orang yang doyan minuman. Sudah berkali-kali mata pencaharian mereka seperti itu. Kalau

dulu banyak sekali ikan yang kecil-kecil, tetapi tidak ada perkembangan. Dia mengatakan

bahwa kalian tidak pernah berbelanja.

P12: Palata hilawo, uwaliyo pobulotopo mayi oli papamu oh Iji. Polele ma’a bohitulu-tuluhe

timongoli ti.

MH: Bekeng saki hati, dia bilang bapinjam akang pa ngana pe papa Iji. Kita bilang bo ada

tidor ngoni ini.

MS: Membuat aku jengkel, katanya pinjamkan dulu ke papamu Iji. Saya katakan hanya tidur

kalian ini.

P11: Polee liyo olatiya diya hepobalanjawa timongoli donggolo ti Tima lomayi kikingo.

MH: Dia bilang pa kita tidak jaga babalanja ngoni masi ti Tima kacili kamari.

MS: Dia sampaikan pada saya bahwa kalian tidak pernah berbelanja, semasa Tima masih

kecil.

P12: Delo undungi dolo noolo boti?

MH: Masi untung barapa ini?

MS: Masih untung berapa ini?

P11: Diya doyi boti hiputu-pututa peyangga. Bilehi timota boheli botiyama’o boyito.

MH: Bukan doyi ini pebanya-banya peyangga. Lia kasana masi baru-baru itu.

MS: Bukan ini uang?, banyak sekali ikan-ikan kecil. Lihatlah dalam waktu yang belum lama

itu.

P12: Diya teetetoma’a pikirangi liyo.

MH: Bukan fokus di situ depe pikiran.

MS: Pikirannya tidak fokus ke situ.

P11: Bo do udu, ulo lapita le Oma.

MH: Cuma moka minuman, te oma dapa rebe.

MS: Hanya fokus pada minuman, sudah didahului oleh Pak oma.

P12: A’oo. O’ya boyito bo ole Oma boyito ju. Ponu boli odito bo gaga uwoliyo boyito.

MH: O iyo. Ado itu cuma Oma punya juu biar cuma bagitu bo gaga dape ruma itu.

MS: O iya. Aduh itu rumah pak Oma meskipun hanya seperti itu pencahariannya tetapi bagus

rumahnya.

P11: Boyito ole Yunu, dipo ngotawunu hemopehu, mapilele mayi li dokteri tiyo istirahat,

dudu mali momiheta aki. Malo bale lo lombuli. Bohuliyo malotali kulkas duluwo, patao malo

longgalo bele boyito, mawato-watopo, ma suda. Odito mopeehu, woluwo odutuwa liyo.

MH: Itu te Yunu, bulum satu tahun mancari, so bilang kamari li dokter dia istirahat, sotidak

bole mobaangka aki. So bapindah badagang. Depe partama sodapa bili kulkas dua, baru so

babongkar ruma itu, so ta’atap, so suda. Bagitu momancari, ada depe hasil.

MS: Itu pak Yunu, belum setahun bekerja, meskipiun sudah disampaikan oleh dokter dia

harus istirahat, dan tidak bisa mengangkat aki. Kini dia sudah pindah jadi pedagang. Awalnya

sudah mampu membeli kulkas dua buah, kemudian sudah merenovasi rumah itu, di atap,

hingga selesai. Seperti itulah kalau bekerja, jelas kelihatan hasilnya.

P12: Huli takekei’ngaa iii.

MH: Mumpung ana-ana iii.

MS: Sementara anak-anak.

P11: Polame’a wala’o dipo hiposikolawa uwolo, ambala olo’iya li Mira tiya, harapu lotau

hemoposikola olo tandede’inga ti hemo’o diyaalu.Wala’a le Epi lo tolobalango ongondiye,

Epi li Kaita. Oluwo kios hindeyanga a’ato wawu rupa-rupa, o doromu lo minya tana. Ma’a

wala’o wopato. Tamohula boyito ta semester tiga. Tolobalangiyo ongondiye, ma’a hepolele li

Gula. Hepolele li Gula wawu tiye londo tolobalango mayi, pata’o heyinduwo’u tolobalango

lita? Wala’e Epi bohali smester tiga. Ola’u ma’a mehelu noolo wala’e Epi? Wopato, ula’I

totolu, boyito tabuwa ta moo hula.

MH: Mumpung anak bulum ada yang skola tinggi, sedangkan ta Mira bilang ini, dorang kira

mokase skola pa anak-anak talalu mobekeng susah. Anak li ka Epi ada baantar harta tadi, Epi

li Kaita. Ada kios yang tagantong-gantong sasapu deng rupa-rupa, ada dorom lo minya tana.

So ada anak ampa. Yang tuwa itu yang smester tiga. Depe antar harta tadi, napa ti Gula

bilang. Ti Gula bilang kita dari antar harta kamari, baru kita ada tanya antar harta li sapa?

Anak li ka Epi yang masi smester tiga. Kita bilang barapa orang anak li ka Epi? Ampa, laki-

laki tiga, itu parampuan yang tuwa.

MS: Mumpung belum ada anak yang sekolah tinggi, begitu kata ibu Mira. Mereka pikir

menyekolahkan anak-anak terlalu menyusahkan. Anaknya pak Epi sudah selesai

peminangannya hari ini. Epi saudaranya Kaita. Ada warung yang banyak bergantungan sapu

dan macam-macam dan punya drum minyak tanah. Sudah punya anak empat. Anak sulung

itu yang sudah semester tiga. Peminangannya hari ini, disampaikan oleh Gula. Gula

mengatakan pada saya bahwa dia bari saja dari acara. Kemudian saya tanya peminangannya

siapa? Anaknya pak Epi yang masih semester tiga. Saya katakan berapa orang anaknya pak

Epi? Empat, anak laki tiga orang, dan yang itu anak perempuan yang sulung.

P12: Mamona’o wa’u. Deme bilehela teya.

MH: Somo pigi kita, nanti molia di sini.

MS: Saya permisi dulu nanti akan dilihat lagi.

P11: Matihila li Bapu liyo, diya moloolopu? O’u wola lo hutodu.

MH: Tersera pati Bapu, tidak momati? Mokana akang aer busuk.

MS: Terserah sama Kakek, ikannya tidak akan mati? Nanti akan terkena air busuk.

P12: Bo’u diila?. Boti mota poli.

MH: Bo apa? Ini sana lagi.

MS: Mengapa tidak? Sekarang akan ke sana lagi.

P11: Ii, o’o. Mahama-hama limongoliyo.

MH: O iyo. Dorang somo ambe-ambe.

MS: O iya. Nanti mereka akan ambil.

P12: Mahilama loma’o limongoliyo, botimota poli hi’ambuwa to uwola boyito, jabo

mpulo’apingo lota.

MH: Dorang somo ambe ini, sana poli baku kumpul di sana itu, paling-paling sekitar spuluh

orang.

MS: Mereka akan ambil ini, mereka berkumpul di sana, kira-kira sekitar sepuluh orang.

P11: Pata’o le Yunu boyito? Teemota pato’o le Yunu. Boyito to tampungan le tono to

pato’iyo.

MH: Baru li ka Yunu itu? Di sana panongka le ka Yunu. Itu di tampa kurungan ada ta tono

padape panongka.

MS: Kemudian punya pak Yunu itu? Di sana ada kayu penangkal pak Yunu. Tempat

kurungan terendam di dalam penangkal.

P12: Ponu wa’u moohe, tingga to ulu’u ma’a le Agusi wawu.

MH: Biar, kita tako, masi pa depe tangan le Agus.

MS: Biarlah, saya takut. Masih ditangannya Agus.

P11: Bolo alo lo udu wawu, iii. Asalipo maahama li Bapu liyo odito.

MH: Sapa tawu tikus mo makan kong. Yang penting ti Bapu somo ambe bagitu.

MS: Siapa tahu dimakan tikus. Terpenting kakek setuju dengan kesepakatan itu.

P12: Taa’ambuwa boyito to li Iji, mahama liyo loma’a ngobotu dulobotu.

MH: Banya orang pa ti Iji, dorang somo ambe kasana satu dua ekor.

MS: Di rumahnya Iji banyak orang, khawatirnya mereka akan ambil satu dua ekor.

P11: Anu mowali li Bapu liyo lo delo mota. Maalipata poleleya mola eh, anu to duluhu lo

bala maandulu liyo loma’o jaring uti, maamolahi. Wawu tita-tita ta to bele?

MH: Kalo bole Bapu bawa jo kasana. Sodapa lupa ada bilang kasana eh, kalo dipinggir pagar

dia somo kase robe kasana itu jaring, somo talapas. Kong sapa-sapa yang di rumah?.

MS: Kalau boleh kakek bawa saja sekarang. Sudah lupa aku sampaikan ke sana, kalao di tepi

pagar dia akan merobek jaring, akan terlepas. Dan siapa-siapa yang ada di rumah?.

P12: Aaa?

MH: Aaa?

MS: Apa?

P11: Hepolele li Bapu hihulo’a tita-tita?

MH: Bapu bilang yang ada dudu sapa-sapa?

MS: Siapa yang kakek katakan sedang duduk?

P12: Ta’ati, te Aburahi, te Ima ta mo’wali mo’hepita uwolo.

MH: Dorang, ka Aburahi, ka Ima yang salalu mobasingga-singga ini.

MS: Mereka, pak Aburahi, pak Ima yang selalu mampir.

P11: To bele li Bapu liyo?

MH: Pa ti Bapu pe rumah?

MS: Di rumahnya kakek?

P12: O’o taa boyito.

MH: Iyo so dorang.

MS: Iya, mereka.

P11: Pohama Limongoliyo, pou’woli mongoliyo ayi olalango limongoliyo uti.

MH: Dorang moambe akan, dorang moba bakar akang ini.

MS: Mereka akan ambil, mereka akan bakar ini.

P12: Bo’u diila. Mahi’ambuwa butulu yito.

MH: Cuma apa. Sotakumpul itu botol.

MS: Jadi apa. Sudah terkumpul botol itu.

No. Kata Utuh Anaptiksis (penambahan fonem) Contoh Penggunaan dalam Kalimat

Protesis Epentesis Paragog 1. Wau

‘saya, aku’. - Wawu ‘dan,

dengan’. - Heloiya liyo wawu oliyoma’a mo

rorombokiya ti Kacii ti, Dia menyampaikan bahwa saya ini sudah kerja sama.

2. Bohituluhe ‘hanya tidur’.

- Bohitulu-tuluhe ‘hanya tidur-tiduran’.

- Polele ma’a bohitulu-tuluhe timongoli ti. Saya katakan hanya tidur kalian ini.

3. Donggo ‘masih’.

- - Donggolo ‘lagi’.

Polee liyo olatiya diya hepo balanjawa timongoli donggolo ti Tima lomayi kikingo. Dia sampaikan pada saya bahwa kalian tidak pernah berbelanja, semasa Tima masih kecil.

4. Teetoma’a ‘ke situ’.

- Teetetoma’a ‘fokus ke situ’.

- Diya teetetoma’a pikirangi liyo. Bukan fokus ke situ pikirannya.

5. Moposikola ‘menyekolahkan’.

Hemoposikola ‘sedang menyekolahkan’.

- - Harapu lotau hemoposikola olo tandedeinga ti hemo’o diyaalu. Mereka pikir menyekolahkan anak-anak terlalu menyusahkan.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gejala zeroisasi dan anaptiksis dalam tuturan

bahasa Gorontalo di lingkungan masyarakat desa Tabumela, data yang dapat diperoleh dapat

diklasifikasikan dalam dua unsur gejala bahasa. Data dalam penelitian ini belum bisa

dikatakan sebagai data yang kompleks namun sudah dapat dijadikan sebagai data yang akan

diteliti.

4.2.1 Bentuk dan makna kata akibat terjadinya zeroisasi

Data ini berupa kata-kata yang mengalami zeroisasi dalam bahasa Gorontalo,

ditemukan dalam 3 bentuk yaitu : zeroisasi pada awal (aferesis), tengah kata (sinkope), dan

akhir kata (apokope).

4.2.1.1 Zeroisasi pada awal kata

Zeroisasi pada awal kata tampak terjadi pada beberapa kata yang mengalami zeroisasi

atau penghilangan satu atau dua fonem awal sebuah kata. Hal ini terjadi, karena penutur

terburu-buru mengucapkan bunyi bahasa. Namun, dalam komunikasi yang dilakukan oleh

penutur dapat dipahami oleh lawan tutur karena sudah terbiasa dan kata-kata tersebut sudah

lazim digunakan. Hal ini dapat dilihat pada contoh kata yang mengalami zeroisasi pada awal

kata di bawah ini :

1) Ponula (kata utuh uponula)

Kata Ponula yang diujarkan oleh seorang ibu saat menyuruh anaknya untuk menyisiki

ikan gabus, sebenarnya makna yang dipahami oleh anak tersebut yaitu ikan yang masih

mentah. Sedangkan kata asli BG dari kata ikan yang masih mentah adalah uponula dan

makna sebenarnya kata ponula yaitu ikan yang sudah siap saji atau disebut lauk-pauk.

2) Ito (kata utuh boyito dan odito)

Kata ito yang diujarkan oleh penutur kepada lawan tutur saat menegur Agus,

sebenarnya makna yang dipahami oleh lawan tutur yaitu kata odito yang bermakna begitu.

Sedangkan kata odito yang diujarkan oleh penutur kepada lawan tuturan tidak jelas

pengucapannya, sehingga yang terdengar adalah kata ito yang bermakna kita.

3) Oluwo (kata utuh woluwo)

Kata oluwo yang diujarkan oleh seorang ibu saat menceritakan warung pak Epi

kepada lawan tutur, sebenarnya makna yang dipahami oleh lawan tutur adalah kata woluwo

yang bermakna ada . Sedangkan kata woluwo yang diujarkan oleh seorang ibu tidak jelas

pengucapannya, sehingga yang terdengar adalah kata oluwo yang bermakna dua (dalam

urutan hitungan).

4) Hula (kata utuh huhula)

Kata hula yang diujarkan oleh penutur kepada lawan tutur saat menyampaikan bahwa

anak perempuan pak Epi sudah melakukan peminangan, sebenarnya makna yang dipahami

oleh lawan tutur adalah kata huhula yang bermakna anak sulung . Sedangkan kata yang

diujarkan oleh penutur terlalu cepat, sehingga penutur secara tidak sengaja mengucapkan kata

hula yang bermakna gula.

5) Tuwawu (kata utuh tutuwawu)

Kata tuwawu yang diujarkan oleh seorang anak kepada ayahnya saat menyuruh

ayahnya untuk pergi ke danau sendirian, sebenarnya makna yang dipahami oleh seorang ayah

tersebut adalah kata tutuwawu yang bermakna sendiri . Sedangkan kata yang diujarkan oleh

seorang anak tidak jelas pengucapannya sehingga yang terdengar kata tuwawu yang

bermakna satu.

4.2.1.2 Zeroisasi pada tengah kata

Zeroisasi pada tengah kata tampak terjadi pada beberapa kata yang mengalami

zeroisasi atau penghilangan satu atau dua fonem tengah sebuah kata. Hal ini dapat dilihat

pada contoh kata yang mengalami zeroisasi pada awal kata di bawah ini :

1) Delapato (kata utuh delapatao)

Kata delapato yang diujarkan oleh seorang anak saat ibu menyuruhnya makan,

sebenarnya makna yang dipahami oleh seorang ibu tersebut adalah kata delapatao yang

bermakna nanti/kemudian. Sedangkan kata yang diujarkan oleh seorang anak tidak jelas

pengucapannya sehingga yang terdengar kata delapato yang bermakna selesai.

2) Noolo (kata utuh ngoolo)

Kata noolo yang diujarkan oleh penutur saat menanyakan berapa anaknya pak Epi

kepada lawan tutur , sebenarnya makna yang dipahami oleh lawan tutur tersebut adalah kata

ngoolo yang bermakna berapa. Sedangkan kata yang diujarkan penutur tidak jelas

pengucapannya sehingga yang terdengar kata noolo yang bermakna nol.

3) Tonu (kata utuh toonu)

Kata tonu yang diujarkan oleh penutur saat menanyakan dayung kepada lawan tutur,

sebenarnya makna yang dipahami oleh lawan tutur tersebut adalah kata toonu yang bermakna

di mana. Sedangkan kata yang diujarkan penutur terlalu cepat dan tidak menampakkan nada

panjang dalam berkomunikasi, sehingga yang terdengar kata tonu yang bermakna ton (ukuran

timbangan).

4.2.1.3 Zeroisasi pada akhir kata

Zeroisasi pada akhir kata tampak terjadi pada beberapa kata yang mengalami zeroisasi

atau penghilangan satu atau dua fonem akhir sebuah kata. Hal ini dapat dilihat pada contoh

kata yang mengalami zeroisasi pada akhir kata di bawah ini :

1) Boti (kata utuh botii)

Kata boti yang diujarkan oleh penutur saat menyuruh lawan tutur untuk makan,

sebenarnya makna yang dipahami oleh lawan tutur tersebut adalah kata botii yang bermakna

ini. Sedangkan kata yang diujarkan oleh penutur tidak menampakkan nada panjang, sehingga

yang terdengar hanya kata boti yang bermakna terlalu.

2) Diyaa (kata utuh diya)

Kata diya yang diujarkan oleh seorang anak saat menjawab pertanyaan seorang ayah

menanyakan di mana dayung , sebenarnya makna yang dipahami oleh seorang ayah tersebut

adalah kata diya’a yang bermakna tidak ada. Sedangkan kata yang diujarkan oleh seorang

anak tidak menampakkan hentian atau jeda pada kata diya’a, sehingga yang terdengar hanya

kata diya yang bermakna sikap hendak (memukul atau mengambil).

4.2.2 Bentuk dan makna akibat terjadinya anaptiksis.

Data ini berupa kata-kata yang mengalami anaptiksis dalam bahasa Gorontalo,

ditemukan dalam 3 bentuk yaitu : anaptiksis pada awal (protesis), tengah kata (epentesis), dan

akhir kata (paragog).

4.2.2.1 Anaptiksis pada awal kata

Anaptiksis pada awal kata tampak terjadi pada beberapa kata yang mengalami

anaptiksis atau penambahan satu atau dua fonem awal sebuah kata. Hal ini terjadi, karena

penutur terburu-buru mengucapkan bunyi bahasa. Namun, dalam komunikasi yang dilakukan

oleh penutur dapat dipahami oleh lawan tutur karena sudah terbiasa dan kata-kata tersebut

sudah lazim digunakan. Hal ini dapat dilihat pada contoh kata yang mengalami anaptiksis

pada awal kata di bawah ini :

1) Po’odaata (kata utuh daata)

Kata po’odaata yang diujarkan oleh penutur saat menyuruh kepada lawan /tutur untuk

mengoleskan obat tetes mata, sebenarnya makna yang dipahami oleh penutur tersebut adalah

kata daata yang bermakna banyak. Sedangkan kata yang diujarkan oleh penutur

menampakkan tekanan yang panjang, sehingga yang terdengar kata po’odaata yang

bermakna memperbanyak.

4.2.2.2 Anaptiksis pada tengah kata

Anaptiksis pada tengah kata tampak terjadi pada beberapa kata yang mengalami

anaptiksis atau penambahan satu atau dua fonem tengah sebuah kata. Hal ini dapat dilihat

pada contoh kata yang mengalami anaptiksis pada tengah kata di bawah ini :

1) Wawu (kata utuh wau)

Kata wawu yang diujarkan oleh penutur saat menyatakan kepada lawan tutur bahwa

dia yang selalu dibantah oleh Agus, sebenarnya makna yang dipahami oleh penutur tersebut

adalah kata wa’u yang bermakna saya. Sedangkan kata yang diujarkan oleh penutur tidak

menampakkan hentian atau jeda pada kata wa’u, sehingga yang terdengar hanya kata wawu

yang bermakna dan.

4.2.2.3 Anaptiksis pada akhir kata

Anaptiksis pada akhir kata tampak terjadi pada beberapa kata yang mengalami

anaptiksis atau penambahan satu atau dua fonem akhir sebuah kata. Hal ini dapat dilihat pada

contoh kata yang mengalami anaptiksis pada akhir kata di bawah ini :

1) Hulato (kata utuh hula)

Kata hulato yang diujarkan oleh penutur saat menyuruh lawan tutur untuk mengambil

gula di dalam peti, sebenarnya makna yang dipahami oleh lawan tutur tersebut adalah kata

hula yang bermakna gula. Sedangkan kata yang diujarkan oleh penutur terlalu cepat

pengucapannya, sehingga yang terdengar kata hulato yang bermakna garam.