pengantar makna makna, informasi, dan maksud

12
1 PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD MAKALAH OLEH: SUGENG TRIYANTO UNIVERSITAS GUNADARMA 2021

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

1

PENGANTAR MAKNA

MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

MAKALAH

OLEH:

SUGENG TRIYANTO

UNIVERSITAS GUNADARMA

2021

Page 2: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

2

ABSTRAK

Salah satu pembahasan dalam ilmu tentang makna atau semantik adalah arti atau makna, informasi, dan

maksud. Makna menunjuk pada makna leksikal (semantik leksikal) dan makna gramatikal (semantik

gramatikal). Semantik gramatikal terdapat dalam tataran kata (morfologi) dan tataran frase dan kalimat

(sintaksis). Sedangkan, semantik leksikal menunjuk pada kata-kata dan pradasar yang masuk entri

leksikografis. Sementara, makna lain menunjuk pada kelas-kelas kata yang memiliki makna referensial

dan makna non-referensial. Referensi terbagi menjadi ekstoforis dan endoforis. Makna lainnya adalah

denotasi dan konotasi, makna ekstensional dan makna intensional, dan relasi atau hubungan makna

seperti sinonimi, antonimi, homonimi, homofoni, dan hiponimi. Makna yang tidak sesuai dengan

referennya disebut semantik maksud, maksud adalah subjektif, yakni maksud pengujar seperti metafora,

ironi, dan litotes. Sedangkan, informasi berada di luar dari ujaran kebahasaan yang memiliki arti objektif

sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Kata kunci: Makna leksikal dan gramatikal, makna referensial dan non-referensial, denotasi, konotasi,

hubungan makna, maksud, dan informasi

PENDAHULUAN

Ilmu tentang arti atau makna yang disebut dengan semantik merupakan bahasan dalam ilmu

bahasa (linguistik). Para ahli bahasa menempatkan semantik sebagai bahasan atau kajian yang lebih

tinggi daripada cabang ilmu yang lain seperti fonetik yang membahas mengenai bunyi bahasa yang

dihasilkan melalui organ bicara (organs of speech), fonologi yang membahas mengenai bunyi-bunyi

bahasa yang membedakan arti, morfologi yang membahas mengenai pembentukan kata, dan sintaksis

yang membahas mengenai pembentukan frase, klausa, dan kalimat.

Arti dalam bahasa Inggris adalah meaning, sedangkan makna adalah sense. Dan menurut hemat

penulis arti lebih ke permukaan daripada makna seperti arti kata-kata yang terdapat di kamus standar.

Sementara, makna lebih dalam seperti hasil pengamatan terhadap kata-kata yang hasilnya diberikan

makna, yakni makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang terdapat di

kamus dan makna gramatikal adalah makna yang didapat dari hasil pembentukan antara bentuk bahasa

yang satu dengan bentuk bahasa yang lain seperti hasil bentukan antara imbuhan (afiks) ke bentuk dasar.

Page 3: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

3

Selain arti dan makna, pembahasan lain diantaranya adalah informasi dan maksud. Informasi adalah

sesuatu yang objektif atau sesuatu yang nyata atau benar, sedangkan maksud menunjuk pada sesuatu

yang subjektif yang didasarkan oleh maksud pengujar.

Perbedaan arti, makna, informasi, dan maksud harus diketahui dulu sebelum melakukan

pembahasan selanjutnya yang mana pembahasan selanjutnya didukung oleh data (bahan data )

penelitian. Sementara, objek penelitian adalah arti, makna, informasi, dan maksud yang berada juga

dalam bagian judul penelitian ini. Dan berkaitan dengan tujuan penelitian, penelitian ini bertujuan untuk

memahami ujaran-ujaran (lisan dan tulisan) yang berkaitan dengan studi semantik sehingga pemelajar

memiliki kompetensi dalam bidang bahasa khususnya semantik.

PEMBAHASAN

Definisi Semantik

Para ahli bahasa yang membahas semantik dimulai dari definisi semantik, pengertian semantik,

atau apa itu semantik. Semantik diartikan dengan cara berbeda-beda tetapi pada dasarnya pengartiannya

memiliki tujuan yang sama. Semantik berarti teori makna atau teori arti dan dalam bahasa Inggris

semantik adalah semantics dengan kata sifatnya semantic, sedangkan dalam bahasa Indonesia adalah

semantik dengan kata sifatnya semantis. (Verhaar, 1992). Dalam buku yang lainnya, semantik

didefinisikan sebagai cabang linguistik yang meneliti arti atau makna (Verhaar, 1999). Begitu pula,

definisi yang lain dalam buku yang khusus membahas semantik, semantik secara tradisional diartikan

sebagai ilmu yang mempelajari arti (Lyons, 1996:3) atau semantik adalah istilah teknis yang menunjuk

pada pembelajaran tentang arti (Palmer, 1982:1).

Dalam buku linguistics for non-linguists oleh Parker (1986), Parker menempatkan pembahasan

semantik lebih dulu setelah pragmatik dan sebelum sintaksis, morfologi, dan fonologi yang

membedakan dengan Verhaar dan Fromkin, et all yang menempatkan pembahasan semantik setelah

fonetik, fonologi, morfologi, dan sintaksis. Parker mengatakan “Semantics is the study of linguistic

meaning; that is, the meaning of words, phrases, and sentences” (Semantik adalah ilmu yang

mempelajari arti linguistis atau arti bahasa, yakni arti kata, frase, dan kalimat). Begitu pula, “Semantics:

Page 4: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

4

the meaning of language” (Fromkin, et all, 1974;200) atau bahasa Indonesianya adalah ilmu yang

mempelajari arti bahasa.

Pengertian semantik diberikan oleh Chaer (1995;2) yang mulai pembahasannya dari asal kata

semantik. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda atau

lambang” dan semaino (kata kerja) yang berarti “menandai atau melambangkan”. Maka, semantik juga

dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

ditandainya. Hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya merupakan teori

semantik yang berasal dari Ferdinand de Saussure (1966) sebagaimana yang dinyatatkan oleh Chaer

(1995).

Pembedaan antara language, langue, dan parole

Pembedaan antara langage, langue, dan parole berasal dari Ferdinand de Saussure

(1974) sebagaimana yang sering dinyatakan oleh para ahli bahasa termasuk para ahli bahasa

yang melakukan kajian semantik. Langage memiliki arti ‘bahasa pada umumnya’, yakni bahasa

manusia, langue berarti ‘bahasa tertentu’ seperti bahasa Inggris, dan parole berarti ‘logat’,

‘ucapan’, atau ‘perkataan’. Kata langage meliputi langue dan parole (Verhaar, 1992:1).

Ketiga istilah tersebut merupakan bahasa Perancis. Istilah yang pertama adalah langage yang

menunjuk bahasa manusia yang mempunyai dua perwujudan, yakni langue dan parole. Sementara,

istilah yang kedua menunjuk pada dua konsep yang dipergunakan untuk membedakan bahasa sebagai

sistem bentuk dan kontras yang tersimpan di dalam akal budi pemakai bahasa. Istilah yang ketiga, yakni

parole menunjuk pada bahasa sebagai perbuatan berbicara oleh seorang individu pada waktu tertentu

(Kridalaksana, 1993:125).

Dijelaskan selanjutnya bahwa langue adalah istilah yang diperkenalkan oleh seorang ahli

bahasa Swiss yakni Ferdinand de Saussure untuk membedakan satu dari makna kata ‘bahasa

(language)’. Langue menunjuk pada sistem bahasa yang digunakan oleh masyarakat tutur. Istilah ini

berlawanan dengan parole yang mana parole merupakan tindak tutur yang kongkrit dalam situasi yang

nyata oleh penutur individu (Crystal, 1980;204).

Page 5: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

5

Pembedaan diakronik dan sinkronik

Saussure tidak hanya membedakan antara langage, langue, dan parole tetapi juga membedakan

istilah penyelidikan bahasa secara diakronis dan secara sinkronis. Penyelidikan bahasa secara diakronis

adalah penyelidikan bahasa pada waktu lampau yang dihubungkan dengan waktu sekarang. Hal ini

berbeda dengan penyeldikan bahasa secara sinkronis karena yang kedua ini menyelidiki bahasa pada

waktu sekarang. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Saussure bahwa penyelidikan bahasa sebelumnya

secara diakronis, dan ia menyatakan bahwa bahasa tidak hanya dapat diselidiki secara diakronis tetapi

juga bisa secara sinkronis (Kentjono, 1982).

Tanda bahasa dan yang ditandai

Makna leksikal dan gramatikal

Teori tanda (sign) berasal dari Saussure dan ini adalah teori struktural karena bunyi bahasa yang

bersistem yang disebut dengan signifier sebagai yang menandai dan makna atau arti yang disebut

dengan signified sebagai yang ditandai. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Verhaar (1992) yaitu kata

meja dibentuk oleh bunyi m-e-j-a dan yang ditandai adalah makna atau arti ‘meja’. Makna ‘meja’ adalah

makna leksikal yang bisa ditemukan di kamus standar bahasa Indonesia. Sementara, selain makna

leksikal ada makna gramatikal, yakni makna yang tidak ditemukan di kamus standar bahasa Indonesia

melainkan didapat karena hasil pembentukan kata dengan imbuhan, misalnya, dan hasil pembentukan

frase, klausa, dan kalimat.

Berkaitan dengan makna gramatikal, imbuhan atau afiks dalam bahasa inggris dalam kata im-

polite adalah yang menandai. Sedangkan, yang ditandai adalah makna ‘not’. Sementara, untuk

pembentukan kalimat, misalnya, She writes a book, yang menandai salah satunya adalah bunyi –s yang

pemunculannya karena subjek yang tunggal dan waktunya present tense. Jadi, yang ditandai adalah

makna ‘subjek singular atau tunggal untuk orang ke tiga dan present tense’. Dengan demikian, makna

gramatikal terdapat dalam tataran morfologi dan tataran sintaksis.

Page 6: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

6

Dijelaskan lebih lanjut pada tataran fonologi yang dikatakan oleh Verhaar bahwa fonetik dan

fonologi tidak ada maknanya. Fonetik hanyalah ilmu yang berkaitan dengan bunyi-bunyi bahasa yang

keluar melalui organ bicara. Sedangkan, fonologi hanya berkaitan dengan bunyi-bunyi bahasa yang

membedakan makna atau arti seperti yang dicontohkan dalam pasangan minimal like dengan bike yang

bunyi l dan b membedakan makna atau arti dari dua kata ini.

Dalam sintaksis, dijelaskan pula, fungsi sebagai subjek atau objek tidak bersemantik gramatikal

karena hanya sebagai tempat saja. Sedangkan, peran ada makna gramatikal seperti peran benefaktif dan

lokatif dalam saya membelikan anak saya pisang dan anak itu menduduki kursi. Kategori verba

memiliki makna atau arti gramatikal “dinamis” verb transitif “mengubah sesuatu”. Kategori nomina

memiliki arti lebih “stabil”, sedangkan adjektif artinya agak ambigu di antara nomina dan verba.

Sementara, untuk semantik leksikal kata pokok atau pradasar seperti susul, bantu, dan juang ada di entri

leksikografis tetapi akar tidak.

Makna referensial dan non-referensial

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Verhaar bahwa kata di dalam kamus memiliki

makna atau arti yang berbeda-beda. Selain itu, kata-kata di dalam kamus juga memiliki kelas

yang berbeda-beda. Kelas benda memiliki referensi yang jelas seperti kata roti yang memiliki

makna leksikal tetapi juga memiliki referensi yang jelas yang mengacu pada makanan tertentu.

Namun, tidak semua kata memiliki referensi yang jelas seperti kata sifat, misalnya indah, dan

kata kerja, misalnya, makan. Sedangkan, kata yang tidak ada referensinya adalah interjeksi

seperti kata “aduh”. Selain interjeksi, yang tidak ada referensinya adalah kata penghubung

seperti meskipun, walaupun, sedangkan, dan sebagainya. Dengan demikian, yang ditandai

“makna’ terdapat makna leksikal, makna gramatikal, makna referensial, dan makna non-

referensial. Pada kelas sifat dan kerja, Verhaar menyatakan referensinya tidak begitu jelas.

Referensi ektoforis dan endoforis

Page 7: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

7

Dijelaskan oleh Verhaar bahwa ada dua jenis referensi yakni ektoforis dan endoforis.

Ektoforis memiliki referensi di luar dari ujaran dan memiliki makna leksikal seperti roti dalam

roti yang anda makan. Endoforis bersifat intralingual dan bermakna gramatikal yang terbagi ke

dalam anaforis yang menunjuk ke belakan dalam roti yang sudah kita beli kemarin, saya sudah

memakannya dan kataforis yang menunjuk ke depan dalam orang yang mendaftarkan diri harus

membawa kartu penduduk.

Denotasi dan Konotasi

Pembedaan dua istilah yang lain yakni denotasi dan konotasi. Denotasi didefinisikan

sebagai referensi pada sesuatu yang ekstralingual menurut makna yang bersangkutan seperti

contoh kata penjara yang menunjuk pada kemampuan kata itu untuk berferensi pada sebuah

penjara. Sedangkan, konotasi memiliki arti yang dapat muncul pada penutur akibat penilaian

afektif atau emosional seperti contoh kata penjara yang memiliki konotasi negatif untuk hampir

semua penutur “penghuni penjara sudah tidak memiliki kebebasan lagi untuk hidup menurut

kehendaknya sendiri” (Verhaar, 1999).

Makna Ekstensional dan intensional

Makna berikutnya adalah makna ekstensional dan makna intensional. Makna

ekstensional adalah kata-kata yang merujuk pada hal-hal yang bermacam-macam seperti kata

perabot merujuk pada perabot yang bermacam-macam bisa kursi, bisa meja, atau yang lainnya.

Sedangkan, makna intensional sebagaimana yang dikatakan Verhaar (1999) merujuk pada

sifat-sifat semantis tertentu. Sifat semantis ini diapit oleh tanda petik tunggal di sebelah kiri

dan tanda petik tunggal di sebelah kanannya. Sifat semantis ini tidak hanya merujuk pada kata-

kata yang merujuk pada hal-hal yang bersifat ekstralingual tetapi juga pada macam-macam atau

Page 8: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

8

jenis-jenis dari kata-kata tersebut seperti perabot ‘perlengkapan’, ‘rumah tangga’, dan

sebagainya, sedangkan kursi ‘perabot’, ‘untuk duduk’, ‘berkaki’, bersandaran, dan sebagainya.

Hubungan Makna

Terdapat berbagai macam hubungan atau relasi makna pada tataran morfem, kata, frase,

dan kalimat. Hubungan atau relasi makna tersebut adalah sinonimi, antonimi, homonimi

(homonym), homofoni (homophony), hiponimi (hyponym), dan idiom. Sinonimi sering

dikatakan maknanya sama (seperti Parker, 1986). Menurut Verhaar (1992), dalam sinonimi

maknanya kurang lebih sama dan informasinya sama. Hubungan kesinoniman berlaku timbal

balik A sinonim dengan B, B sinonim dengan A. Untuk menguji kesinoniman, kata yang

bersinonim dapat dipertukarkan dalam sebuah kalimat.

Antonimi menunjuk pada makna yang kurang lebih saling berlawanan. Hubungan

makna berlaku timbal balik tetapi berlawanan. Sementara, homonimi menunjuk pada bentuk

yang sama tetapi maknanya berbeda seperti contoh kata mengukur dari kukur dan mengukur

dari ukur. Selanjutnya, homofoni menunjuk pada kesamaan bentuk fonemisnya atau sama

bunyinya tetapi maknanya berbeda seperti read /red/ kata kerja bentuk 2 atau past tense dan red

/red/ yang berarti ‘merah’. Hiponimi memiliki relasi makna satu arah yang membedakan

dengan sinonimi yang memiliki relasi dua arah. Dalam hiponimi maknanya merupakan bagian

dari makna ungkapan lain seperti berwarna merupakan hiponim dari kata merah yang

merupakan hipernimi. Dan yang terakhir adalah idiom yang merupakan satuan tidak terpisah.

Dengan kata lain, arti atau maknanya merupakan kesatuan tunggal seperti tamu tidak diundang

yang berarti pencuri dan look for yang berarti mencari (Verhaar, 1992).

Page 9: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

9

Makna, Informasi, dan Maksud

Bentuk secara lisan maupun tulisan yang merupakan sistem bahasa selain bisa memiliki

makna leksikal dan gramatikal juga bisa memiliki makna yang tidak sesuai dengan

referesinnya. Makna yang tidak sesuai dengan referensinya disebut dengan semantik maksud.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Verhaar (1992) bahwa yang menyimpang bukan maknanya

tetapi penerapan maknanya. Penerapan makna yang tidak sesuai dengan referensinya karena

adanya maksud-maksud tertentu. Dikatakan secara jelas bahwa semantik maksud adalah

penafsiran metaforis yang tergantung dari maksud pengujar bukan tergantung dari ujaran atau

makna kata yang bersangkutan.

Yang termasuk dalam semantik maksud adalah metafora, ironi, dan litotes. Metafora

adalah perkataan yang mirip dengan referennya. Kata mirip bukan berarti sama seperti contoh

frase kaki gunung, tangan kursi, dan mulut gua yang kaki berarti ‘bagian bawah’, tangan berarti

‘bagian samping’, dan mulut berarti ‘bagian muka terbuka’. Selain frase, contoh yang diberikan

adalah kata menangis dalam dia menangis? Ah, itu sandiwara saja. Kata sandiwara memiliki

makna ‘pura-pura’. Selanjutnya, ironi adalah perkataan halus dimaksudkan sebagai ungkapan

yang tidak halus atau kasar seperti dalam kalimat “tak usah saudara kuatir” yang berarti ‘jangan

saudara campur tangan’. Dan litotes adalah ungkapan untuk memperkecil sesuatu seperti dia

tidak begitu pandai ‘dia bodoh sekali’.

Pembedaan arti atau makna, informasi, dan maksud diperjelas oleh Verhaar (1999).

Makna tidak sama dengan informasi. Makna berada dalam ujaran kebahasaan seperti makna

aktif dan makna pasif dalam kalimat aktif dan kalimat pasif. Selain itu, kalimat pasif yang

ditandai dengan preposisi “oleh” tidak bersifat manasuka. Dengan kata lain, preposisi ini ada

dalam kalimat pasif karena lebih menonjolkan sifat agentif atau menonjolkan pelaku perbuatan.

Sementara, informasi berada di luar kebahasaan seperti kalimat aktif dan kalimat pasif

meskipun berbeda maknanya tetapi memiliki informasi yang sama. Dan contoh ini adalah

Page 10: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

10

contoh pada tataran kalimat yang disebut dengan semantik kalimat, ada makna gramatikal dan

ada makna leksikal. Selain informasi berada di luar dari kebahasaan, informasi dikatakan

objektif dari apa yang dibicarakan. Sedangkan, maksud adalah subjektif menurut pemakai

bahasa dan ini disebut jenis semantik maksud.

KESIMPULAN

Semantik yang diartikan dengan gaya parafrase atau diartikan dengan cara-cara berbeda-beda

oleh pakar semantik pada dasarnya sama yakni diartikan sebagai ilmu yang memelajari tentang arti atau

makna. Terdapat berbagai macam jenis makna, yakni makna leksikal, makna gramatikal, makna

referensial dan makna non-referensial, dan relasi atau hubungan makna, yakni sinonimi, antonimi,

homonimi, homofoni, dan hiponimi. Jenis yang lain adalah semantik kalimat dan semantik maksud.

Semantik kalimat berada di dalam ujaran kebahasaan, sementara semantik maksud berkaitan dengan

subjektif penutur bahasa seperti dalam metafora, ironi, dan litotes. Yang lainnya adalah jenis semantik

yang berada di luar dari ujaran kebahasaan, yakni informasi yang mana informasi berkaitan dengan

objektivitas dari apa yang dibicarakan.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Crystal, David. 1980. A First Dictionary of Linguistics and Phonetics. London: Universtiy

Press

Saussure, Ferdinand de. 1974. Course in General Linguistics. New York: Mc graw-Hill Book

Company

Fromkin, et all. 1974. An Introduction to Language. New York: Holt

Hood, Benny H. 2014. Semiotik. Depok: Komunitas Bambu

Kentjono, Djoko. 1982. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas

Indonesia

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Lyons, John. 1996. Linguistic Semantics (An Introduction). London: Cambridge University

Press

Page 11: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

11

Palmer, F.R. 1981. Semantics. London: Cambridge University Press

Parker, Frank. 1986. Linguistics for Non-Linguists. London: Taylor & Francis Ltd

Sudaryanto. 2001. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana

University Press

Verhaar, J.W.M. 1992. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Page 12: PENGANTAR MAKNA MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUD

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE

BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIANPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Nomor Pengunggahan

SURAT KETERANGANNomor: 133/PERPUS/UG/2021

Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : Sugeng TriyantoNomor Penulis : 980306Email Penulis : [email protected] Penulis : Perum Puri Pinastika Blok D No. 8

Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma,dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : FSB/SA/PENELITIAN/133/2021Judul Penelitian : PENGANTAR MAKNA: MAKNA, INFORMASI, DAN MAKSUDTanggal Penyerahan : 01 / 03 / 2021

Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.

Dicetak pada: 01/03/2021 11:28:59 AM, IP:115.178.209.172 Halaman 1/1