bab iv hasil pelitian dan pembahasan 4.1 hasil...

42
BAB IV HASIL PELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Bahwa pendalaman dan pengembangan nilai-nilai kewargaan ke arah tatanan masyarakat yang lebih partisipatoris dalam rangka membangun kebersamaan dan kepercayaan antara pemerintah, masyarakat warga dan masyarakat. Yang lebih luas, memerlukan wadah kelembagaan masyarakat warga yang didasarkan kepada kesadaran kritis akan kebutuhan untuk bersinergi, dan nilai-nilai kearifan lokal, dan mencerminkan pola pengelolaan kolektif berbasis moral yang merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang luhur di masyarakat. Bahwa gerakan penanggulangan kemiskinan melalui upaya pencapaian target pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman merupakan gerakan bersama yang harus berjalan secara mandiri dan berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat miskin serta bersinergi dengan kegiatan-kegiatan yang telah ada yang bertujuan untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat. Agar dapat mewujudkan hal tersebut diperlukan peran aktif seluruh komponen masyarakat secara luas mulai dari identifikasi masalah kemiskinan dan lingkungan permukiman serta potensi-potensi yang dapat digunakan untuk perencanaan program penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan sarana dan prasarana lingkungan pemukiman, pelaksanaan dan pengawasan sampai pada kesinambungan dan keberlanjutannya. 38

Upload: lamquynh

Post on 01-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IV

HASIL PELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Bahwa pendalaman dan pengembangan nilai-nilai kewargaan ke arah

tatanan masyarakat yang lebih partisipatoris dalam rangka membangun

kebersamaan dan kepercayaan antara pemerintah, masyarakat warga dan

masyarakat. Yang lebih luas, memerlukan wadah kelembagaan masyarakat warga

yang didasarkan kepada kesadaran kritis akan kebutuhan untuk bersinergi, dan

nilai-nilai kearifan lokal, dan mencerminkan pola pengelolaan kolektif berbasis

moral yang merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang luhur di masyarakat.

Bahwa gerakan penanggulangan kemiskinan melalui upaya pencapaian

target pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman merupakan

gerakan bersama yang harus berjalan secara mandiri dan berkelanjutan melalui

pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat miskin serta bersinergi dengan

kegiatan-kegiatan yang telah ada yang bertujuan untuk meningkatakan

kesejahteraan masyarakat.

Agar dapat mewujudkan hal tersebut diperlukan peran aktif seluruh

komponen masyarakat secara luas mulai dari identifikasi masalah kemiskinan dan

lingkungan permukiman serta potensi-potensi yang dapat digunakan untuk

perencanaan program penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan sarana

dan prasarana lingkungan pemukiman, pelaksanaan dan pengawasan sampai pada

kesinambungan dan keberlanjutannya.

38

Dalam penyusunan perencanaan pelaksanaan dan pengawasan sampai

dengan penikmatan dan pemeliharaan hasil-hasil kegiatan gerakan

penanggulangan kemiskinan tersebut harus berpegang pada prinsip keberpihakan

kepada kelompok yang lemah, mengembangkan partisipasi lokal, mendorong

kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan.

Dalam rangka mengorganisir aspirasi, kebutuhan, permasalahan serta

potensi masyarakat, maka perlu didirikan wadah kelembagaan yaitu suatu

lembaga keswadayan masyarakat yang berbentuk paguyuban/perkumpulan atas

dasar silaturahim perwakilan warga masyarakat desa/kelurahan.

Visi “pembangunan masyarakat warga sebagai suatu tatanan hidup

bermasyarakat, agar terwujud jaringan kemitraan antara pemerintah daerah

dan masyarakat yang berdaya dan mampu menciptakan lingkungan

perumahan dan permukiman yang sehat, layak dan produktif secara

mandiri dan berkelanjutan”

Misi “membangun modal sosial dengan menumbuhkan kembali ikatan-ikatan

sosial dan menggalang solidaritas serta kesatuan sosial sesama warga agar

saling bekerjasama demi kebaikan, kepentingan dan kebutuhan serta

kemajuan bersama serta dalam jangka panjang akan memperkuat

keswadayaan masyarakat warga.

LKM ini dimaksudkan sebagai wadah masyarakat warga dalam

menggalang kebersamaan seluruh warga dan menjalin kebersamaan dengan

berbagai pihak secara mandiri, terpadu, berkelanjutan dan berkesinambungan.

LKM bertujuan agar masyarakat warga memiliki :

1. Organisasi masyarakat warga yang merdeka dan memiliki posisi serta

kekuatan runding yang setara dengan para pelaku pembangunan di daerah.

2. Organisasi masyarakat warga yang dapat menampung aspirasi dan

kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan/sosial/ekonomi masyarakat

warga dalam kerangka ikut serta dalam menentukan kebijakan publik.

3. Sistem pengambilan keputusan masyarakat warga sesuai dengan norma

kemasyarakatan dan kearifan lokal.

4. Sistem kerjasama yang terlembaga antara masyarakat warga melalui LKM

dengan masyarakat yang peduli serta pihak lain dakam rangka

penanggulangan kemiskinan dan pembangunan lingkungan sebagai

perwujudan semangat kebersamaan dalam rangka menuju kemandirian.

5. Sistem dan mekanisme perancaan, pertangungjawaban, dan

pengembangan kelembagaan warga masyarakat.

Usaha yang dilakukan untuk mewujudkan maksud dan tujuan adalah

sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan perencanaan sumberdaya dan pengawasan program

pembangunan secara partisipatoris.

2. Memfasilitasi aspirasi dan prakarsa masyarakat warga

3. Membuka akses warga miskin ke sumber daya lain yang dapat digunakan

secara langsung oleh masyarakat miskin untuk upaya penanggulangan

kemiskinan dan pembangunan lingkungan permukiman.

4. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial dalam upaya

menunjang penciptaan peluang usaha baru, pengembangan usaha,

penciptaan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

5. Pembangunan jejaring kerja dengan pihak luar dalam rangka penguatan

program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan lingkungan

permukiman.

6. Pengelolaan sumber daya, sarana dan prasarana dasar lingkungan

permukiman serta sumber daya alam bagi peningkatan kegiatan ekonomi

atau komponen lain yang disepakati masyarakat.

4.1.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Tanah Putih adalah salah satu dari desa yang ke dua ,yang ada di

Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo. Desa Tanah Putih

di bagi atas 3 dusun, yang terdiri dari, dusun Saripi, dusun Dulamayo, dusun

Bubalango.

Adapun desa Tanah Putih moputi memiliki batas- batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Hutan negara

Sebelah Selatan : Desa Tana putih

Sebelah Timur : Desa Huta Karangetan

Sebelah Barat : Desa Karya Baru

Jumlah penduduk desa Tanah Putih Kecamatan Dengilo Tahun 2012

sebanyak 1.285 jiwa, desa Tanah Putih terbentuk pada tahun 2008. Dengan luas

wilayah Tanah Putih 2,964 H.

Pada tahun 2008 terjadi pemekaran wilayah Kecamatan Paguat dan

Kecamatan Dengilo, Desa Tanah Putih termasuk Kecamatan Dengilo. Desa Tanah

Putih tahun 2008 mengadakan pemilihan Kepala Desa.

Mata Pencaharian yang ada di desa Tanah Putih adalah pedagang sebanyak

26 jiwa, petani sebanyak 173 jiwa, PNS sebanyak 9 jiwa, penambang sebanyak 58

jiwa, swasta sebanyak 62 jiwa, dan sopir sebanyak 4 jiwa.

Penelitian ini dilaksanakan pada pengelolaan pamsimas (Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) Di desa Tanah Putih Kecamatan

Dengilo Kabupaten Pohuwato. Terbentuk mulai 15 April 2011 Untuk jangka

waktu yang tidak ditentukan lamanya. Pamsimas merupakan salah satu kegitan

yang termasuk dalam program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM)

Mandiri berbasis sektoral yang di laksanakan pada wilayah perdesaan atau

pinggiran kota.dan yang menjadi sasaran pamsimas adalah masyarakat miskin,

sehingga masyarakat miskin yang mendapatkan air pamsimas 80 KK, jumlah

pamsimas yang ada di desa Tana putih ada 19 bak pamsimas setiap 1 pamsimas

hanya 4 KK yang menggunakannya,pamsimas yang mereka pakai adalah sistim

pemboran(Pengangkatan) dan perpipaaan yang disalurkan melalui bak.dari

pemboran sampai mesin pompa dan diagkat ke bak penampung dan disalurkan ke

19 pipa induk untuk ke kran.Air itu sudah dikordinasi dengan kesehatan maupun

bapeda, sudah layak untuk di konsumsi dan sudah diujih dari dinas kesehatan.

4.1.2.1.Struktur Organisasi

Gambar I . Sumber Pengelolaan Pamsimas

S

4.1.2.1.1. Jumlah Penduduk Desa Tanah Putih

Tabel. 1 Jumlah Penduduk Desa Tanah Putih

No Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah KK

1 Saripi 279 269 548 136

2 Dulamayo 162 176 338 93

3 Bubalango 193 206 399 110

Jumlah 634 651 1285 339

Jumlah Penduduk yang Menggunakan Air Bersih

Tabel. 2 Jumlah Penduduk yang menggunakan Air BersihDesa Tanah Putih

No Dusun

Sumber Air

Sumur Gali

(Buah)

Air Sungai

(KK)

PDAM

(KK)

1 Saripi 8 37 11

2 Dulamayo 41 27 7

3 Bubabingo 9 41 4

PENGELOLA

Rusman Monoarfa

SEKRETARIS

Fatma Latief

BENDAHARA

Mince Monoarfa

UNIT PENGELOLA KEUANGAN

Yulan Djalima

UNIT KESEHATAN

Hoplen Hajiru

UNIT KERJA TEKNIK

Samsudin Lalewo

UNIT PENGADAAN MASYARAKAT

Maryam Abas

4.1.3. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian tentang Pengelolaan PAMSIMAS (Penyediyaan Air Minum

dan Sanitasi Berbasis Masyarakat)”. Di Desa Tanah Putih Kecamatan Dengilo

Kabupaten Pohuwato, menggunakan 5 (lima) indikator terdiri perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan/monitoring dan penilaian/evaluasi.

Penelitian tentang Pengelolaan PAMSIMAS (Penyediyaan Air Minum

dan Sanitasi Berbasis Masyarakat)”. Di Desa Tanah Putih Kecamatan Dengilo

Kabupaten Pohuwato akan dilihat pada deskripsi hasil penelitian berikut ini :

4.1.3.1. Perencanaan

Hal yang paling esensi dalam setiap pelaksanaan kegiatan suatu organisasi

adalah bagaimana organisasi tersebut mampu merencanakan setiap program yang

akan dilakukan untuk mencapai tujuannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dalam fungsi manajemen, tentulah perencanaan memegang peranan penting untuk

berjalannya suatu roda organisasi. Perencanan merupakan proses terpenting dari

semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi

perorganisasian, pengarahan dan pengontrolan tidak dapat berjalan. Perencanaan

merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam

menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi

ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis

dan bukan hanya pada intuisi dan firasat (dugaan). Hal inipun juga berlaku bagi

organisasi yang mengelola kegiatan pamsimas. Hasil wawancara dengan informan

selah seorang responden (RM tanggal 20 mei 2012) menyatakan bahwa :

“Kami merasa penting bahwa perancanaan dapat menggerakan roda

organisasi pada program Pamsimas. Selama ini kami telah melaksanakan

perencanaan pada setiap Program Air Minum dan Saniatasi Berbasis

Masyarakat sehingganya kami senantiasa berupaya untuk melaksanakan

kegiatan berdasarkan perencanaan yang kami telah susun”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

fungsi proses perencanan yang nantinya akan dilakukan organisasi selama ini

belumlah atau kurang mendapat perhatian dari pelaksana organisasi tersebut. Hal

ini dapat dilihat dari banyaknya anggota organisasi yang belum mampu

melaksanakan fungsi perencanaan sesuai dengan hakikat manajemen. Padahal

dengan selalu memfokuskan diri pada perencanaan yang ada maka setiap tujuan

dari organisasi akan lebih terarah. Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam

berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan ini merupakan proses dasar

manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan

diperlukan dalam setiap jenis kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan

maupun kegiatan dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi

manajemen, karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-

keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Hasil wawancara dengan

informan salah seorang responden (RM tanggal 20 mei 2012) menyatakan bahwa :

“Yang menjadi batasan perencanaan yang kami laksanakan adalah

berdasarkan tujuan program Pamsimas yang akan kami laksanakan,

dimana agar nantinya program-program yang ada dapat menyentuh

masyarakat miskin terutama dalam penyediaan air bersih dan sanitasi

lingkungan warga masyarakat”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

selama ini belumlah memahami betul tentang batasan-batasan yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan manajemen perencanaan. Pada dasarnya yang

dimaksud dengan perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

apa (what), siapa (Who), kapan (When) dimana (When), mengapa (why) dan

bagaimana (How). Jadi perencanaan yaitu merupakan fungsi seorang manajer

dalam hal ini pengelolaan organisasi yang berhubungan dengan pemilihan dari

sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-

kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan. Hasil wawancara dengan

informan salah seorang responden (RM tanggal 20 mei 2012) menyatakan bahwa :

“Bahwa dengan perencanaan yang ada, organisasi dapat mengetahui

tujuan-tujuan organisasi yang akan dicapai sesuai waktu yang nantinya

telah ditetapkan dan juga mengantisipasi hambatan-hambatan dalam yang

timbul dikemudian hari”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

pemahaman organisasi dalam memberikan alasan tentang perlunya perencanaan

dalam menjalankan organisasi belumlah dirasa cukup. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa alasan diperlukan suatu perencanaan dalam manajemen program Pamsimas

adalah tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, yaitu setiap kegiatan akan ada

pedoman bagi setiap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan pada

pencapaian tujuan program pamsimas. Organisasi harus mampu melihat adanya

perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan

ini dilakukan untuk mengenali seluruh potensi yang dimiliki oleh suatu organisasi

dan juga digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang kemungkinan

akan dihadapi dalam program Pamsimas. Organisasi harus memberikan

kesempatan untuk memilih cara terbaik dari berbagai pilihan yang ada atau

diberikan. Untuk itulah organisasi akan menyusun skala prioritas atau memilih

urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usaha

program Pamsimas. Adanya suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan

pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi akan menambah adanya

kemantapan dalam menjalankan program manajemen program Pamsimas. Hasil

wawancara dengan informan salah seorang responden (RM tanggal 20 mei 2012)

menyatakan bahwa :

“Kami menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit hambatan-hambatan

yang ditemui dalam menentukan perencanaan. Hal ini kurangnya

partisipasi anggota organisasi dalam memberikan masukan-masukan guna

dijadikan ide ataupun pertimbangan dalam merumuskan perencanaan yang

nantinya akan dilaksanakan”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diketahui bahwa

kurangnya partisipasi anggota dalam menyusun suatu perencanaan pada dasarnya

itu merupakan hambatan awal dari organisasi tersebut. Hal ini akan menyebabkan

perencanaan yang akan disusun tidaklah menjadi maksimal sehingga akan timbul

hal-hal seperti : a). Tujuan yang tidak tepat dimana tujuan yang tidak tepat

mempunyai banyak bentuk. Tujuan juga tidak tepat jika tujuan itu menepatkan

terlalu banyak penekanan pada ukuran kuantitatif maupun kalitatif dari

keberhasilan. b). Sistem penghargaan yang tidak tepat sehingga dalam beberapa

lingkungan, sistem penghargaan yang tidak tepat merupakan hambatan dalam

penetapan tujuan dan perencanaan. c). Lingkungan yang dinamis dan kompleks

sehingga sifat dari suatu lingkungan organisasi juga merupakan hambatan bagi

penetapan tujuan dan perencanaan yang efektif. Perubahan yang cepat, inovasi

teknologi, dan persaingan yang ketat juga dapat meningkatkan kesulitan bagi

suatu organisasi untuk secara akurat mengukur kesempatan dan ancaman di masa

mendatang. d). Keengganan untuk menetapkan tujuan sehingga perencanaan yang

efektif adalah tujuan bagi mereka sendiri dan untuk unit-unit yang merupakan

tanggung jawab mereka. Alasan untuk ini mungkin adalah kurangnya rasa percaya

diri atau takut akan kegagalan. Jika seorang pengelolaan menetapkan suatu tujuan

spesifik, ringkas, dan berhubungan dengan waktu, maka apakah ia mencapai atau

tidak mencapai tujuan tersebut akan tampak nyata. Pengelolaan yang secara sadar

atau tidak sadar berusaha untuk menghindari tingkat tanggung jawab ini lebih

mungkin untuk menghindari usaha perencanaan organisasi. e). Penolakan

terhadap perubahan sehingga perencanaan pada intinya terkait dengan perubahan

sesuatu dalam organisasi. f). Keterbatasan yaitu membatasi apa yang dapat

dilakukan organisasi merupakan hambatan utama yang lain.

Hal yang harus dilakukan oleh pengelolaan organisasi adalah a).

Memberikan pemahaman maksud tujuan dan rencana. Salah satu cara terbaik

untuk memperlancar penetapan tujuan dan proses perencanaan adalah dengan

maksud dasarnya. Pengelolaan seharusnya juga mengetahui bahwa terdapat

keterbatasan pada efektivitas penetapan tujuan dan pembuatan rencana. Dan

penetapan tujuan dan perencanaan yang efektif tidak selalu memastikan

keberhasilan, penyesuaian dan pengecualian diharapkan dari waktu ke waktu. b).

Komunikasi dan partisipasi. Meskipun mungkin dibuat pada tingkat tinggi, tujuan

dan rencana tersebut harus dikomunikasikan kepada pihak yang lain dalam

organisasi. Setiap orang yang terlibat dalam proses perencanaan seharusnya tahu

landasan apa yang mendasari strategi fungsional, dan bagaimana strategi-strategi

tersebut diintegrasikan dan dikoordinasikan. Orang-orang yang bertanggung

jawab untuk mencapai tujuan dan mengimplementasikan rencana harus didengar

pendapatnya dalam mengembangkan strategi tersebut. Setiap orang hampir selalu

memiliki informasi yang berharga untuk disumbangkan/dan karena mereka yang

akan mengimplementasikan rencana/keterlibatan mereka sangat penting orang

biasanya lebih berkomitmen pada rencana yang pembentukannya mereka bantu

.bahkan ketika suatu organisasi agar bersifat sentralistis atau menggunakan staf

perencanaan, manajer dari berbagai tingkan dalam organisasi seharusnya

dilibatkan dalam proses perencanaan. c). Konsistensi /revisi /dan pembaruan.

Tujuan seharusnya konsisten baik secara horizontal maupun secara vertikal.

Konsistensi horizotal berarti bahwa tujan seharusnya konsisten diseluruh

organisasi/dari satu bidang ke bidang lainnya. Konsistensi vertikal berarti bahwa

tujuan seharusnya konsisten dari atas hingga ke bawah organisasi : tujuan

stategis, taktis, dan operasional harus selaras. Karena penetapan tujuan dan

perencanaan merupakan proses yang dinamis, tujuan dan perencanaan juga harus

direvisi dan diperbarui secara berkala. Banyak organisasi melihat perlunya

merevisi dan memperbarui dengan frekuensi yang semakin sering. d). Sistem

penghargaan yang efektif. Secara umum, orang seharusnya diberi penghargaan

baik karena menetapkan tujuan dan rencana yang efektif, maupun karena berhasil

mencapainya. Karena kegagalan terkadang berasal dari faktor-faktor di luar

pengendalian manajemen, orang seharusnya dipastikan bahwa kegagalan dalam

mencapai tujuan tidak akan selalu memiliki konsekuensi hukuman.

4.1.3.2. Pengorganisasian

Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber

daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk

menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.

Hasil wawancara dengan informan salah seorang responden (FL tanggal 21 Mei

2012) menyatakan bahwa :

“Kami mengidenifikasi pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh

organisasi dan siapa yang bertanggung jawab pada beban kerja tersebut,

sehingga dengan ini seluruh kebutuhan pekerjaan dapat diketahui

manfaatnya”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

pemahaman organisasi mengenai tahapan yang perlu diambil dalam

pengorganisasian sudah bisa dilakukan oleh organisasi. Proses pengorganisasian

terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1). Perincian seluruh pekerjaan yang harus

dilaksanakan setiap individu dalam mencapai tujuan organisasi, 2). Pembagian

beban pekerjaan menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logika dapat dilaksanakan

oleh setiap individu. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak

dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak

efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu. 3). Pengadaan dan pengembangan

mekanisme kerja sehingga ada koordinasi pekerjaan para anggota organisasi

menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini

akan membuat para anggota organisasi memahami tujuan organisasi dan

mengurangi ketidakefisiensian dan konflik. Hasil wawancara dengan informan

salah seorang responden (FL tanggal 21 mei 2012) menyatakan bahwa :

“Pada prinsipnya organisasi yang kami kelola ini terus berupaya secara

maksimal untuk bagaimana mampu melaksanakan seluruh program

Pamsimas secara maksimal guna mencapai cita-cita yang telah tersusun

sebelumnya”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

pengelolaan organisasi belum mampu menjelaskan prinsip-prinsip organisasi yang

mereka anut. Namun hal ini sudahlah cukup jika dilihat dari niat untuk terus

memajukan organisasi ini ke depannya. Prinsip organisasi dapat dijelaskan bahwa

tiap organisasi harus mempunyai tujuan yang tertentu dan jelas sehingga suatu

organisasi harus didirikan diatas fungsi-fungsi utama yang diperlukan untuk

mencapai tujuan efisien. Berbagai bagian dari organisasi harus mempunyai

kebutuhan yang berimbang sesuai dengan fungsi bagian tersebut dalam mencapai

tujuan organisasi sehingga organisasi harus dibagi sehingga aktiftas seseorang

anggota organisasi sedapat mungkin dibatasi pada pelaksanaan satu fungsi saja.

Organisasi harus mengambarkan jenjang kenaikan tingkat dalam strukturnya agar

suplai kemampuan manajerial yang sangat diperlukan untuk menjamin

kelangsungan hidupnya dapat terlaksana secara berkesinambungan. Untuk itu

organisasi dan rencana kerjanya harus lentur untuk menghadapi keadaan usaha

yang terus menerus berubah, rencana organisasi harus sederhana sedemikian rupa

agar dapat mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Setiap

organisasi memerlukan seorang pengelolaan tunggal dan setiap bawahan harus

mempunyai hanya seorang atasan agar kemampuan seseorang untuk

mengendalikan bawahan dengan efektif dan efisien, karena itu perlu ada jumlah

bawahan seseorang. Suatu organisasi harus diperlengkapi dengan garis

kepengawsan secara tegas dari pucuk pengelolaan sampai kepada para pelaksana.

Organisai harus memungkinkan hubungan yang baik untuk pelaksanaan tiap tugas

untuk organisasi harus memungkinkan koordinasi yang baik dari tiap fungsi agar

dicapai efisiensi yang maksimal dan memungkinkan efisiensi yang maksimum

disertai dengan minimum usaha dan pengeluaran-pengeluaran lainnya dalam

mencapai tujuannya. Hasil wawancara dengan informan salah seorang responden

(FL tanggal 21 Mei 2012) menyatakan bahwa :

“Kami menyusun struktur organisasi berdasarkan kebutuhan organisasi.

Setiap personil yang menempati posisi dalam stuktur organisasi

dipertimbangkan sesuai kemampuan yang dimiliki. Sehingga dengan

penempatan posisi sesuai kebutuhan dan kemampuan personil akan

menunjang tujuan-tujuan organisasi”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

upaya organisasi dalam memperhatikan bagaimana pekerjaan dibagi,

dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Ada enam elemen kunci yang

perlu diperhatikan oleh para pengelolaan ketika hendak mendesain struktur, yaitu :

1). Spesialisasi pekerjaan ialah sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-

bagi ke dalam beberapa pekerjaan tersendiri. 2). Departementalisasi ialah dasar

yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama.

Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan. 3).

Rantai komando ialah garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari

puncak organisasi ke eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung

jawab kepada siapa. 4). Rentang kendali ialah jumlah bawahan yang dapat

diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif. 5). Sentralisasi dan

Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan

keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah

lawan dari sentralisasi. 6). Formalisasi ialah sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di

dalam organisasi dibakukan. Hasil wawancara dengan informan salah seorang

responden (MM tanggal 22 Mei 2012) menyatakan bahwa:

“Dengan tersusunnya struktur organisasi yang dilaksanakan oleh

organisasi sehingga setiap anggota organisasi bertanggung jawab penuh

terhadap peran dan beban pekerjaan yang diberikan kepadanya. Sehingga

dengan ini organisasi akan mudah melakukan pengawasan terhadap tugas

dan tanggung jawab masing-masing anggota”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

fungsi pengorganisasian yaitu : a). Wewenang (hak melakukan sesuatu atau

memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu), b). Kekuasaan (kemampuan

untuk melakukan wewenang tersebut), c). Tanggungjawab (kewajiban untuk

melakukan sesuatu), d). Akuntabilitas (diluar individu dan perasaan pribadinya),

e). Komunikasi dalam organisasi (komunikasi ini seperti pemberian perintah,

permintaan akan suatu informasi, dan penerangan tentang keputusan manajemen

sering mengalir dari atas ke bawah melalui struktur tingkatan organisasi), f).

Hubungan lini dan staf (pendekatan yang berbeda untuk menentukan deskripsi

wewenang dalam organisasi), g). Wewenang lini adalah memberikan perintah-

perintah atau melaksanakan kegiatan, h). Wewenang staf adalah memberi bantuan

dan nasehat,tetapi tidak memberikan perintah, (i). Rentang kendali (beberapa

orang jumlah bawahan yang dapat di kendalikan secara efektif oleh seorang

manajer atau atasan), j). Rantai wewenang kalar (bersangkutan dengan jumlah

tingkatan dalam suatu organisasi dan secara otomatis pada kapan saja seorang

individu dijadikan bawahan pada seorang atasan), k). Kesatuan perintah

(dimaksudkan untuk memudahkan koordinasi).

4.1.3.3. Pelaksanaan

Pelaksanaan (actuating) merupakan implementasi dari sebuah plan atau

rencana yang sudah terorganisir sangtlah penting, dan tentunya semua actuating

atau implementasi tersebut ingin mencapai sesuatu hal yang maksimal/efektif.

Pelaksanaan merupakan tindakan yang mengusahakan agar anggota suatu

kelompok organisasi, baik organisasi perusahaan ataupun organisasi nonprofit

untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dalam perencanaan manajerial, serta

usaha-usaha manejerial.

Dan tentunya pelaksanaan sangat penting dan merupakan bagian yang

terpenting, bisa kita bayangkan kita merencanakan dan mengorganasir tapi tidak

ada implementasi. Pelaksanaan khusunya berhubungan dengan orang-orang. Dan

Bahkan banyak praktisi manager menyatakan bahwa pelaksanaan merupakan

intisari dari manajemen.

Dan pada prinsipnya pelaksanaan merupakan usaha baik normal dicari

dengan jalan memperlakukan pekerja sebagai manusia dengan jalan merangsang

perkembangan, serta merangsang agar pekerja adanya keinginan untuk lebih baik

daripada yang lain, atau sistem berlomba, yang pada dasarnya memotivasi.Hasil

wawancara dengan informan salah seorang responden (MM tanggal 22 Mei 2012)

menyatakan bahwa:

“Cara pengarahan yang kami lakukan adalah memberikan tugas pokok dan

tanggungjawab anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.

Setiap anggota organisasi diberikan beban kerja sesuai dengan tugas dan

tanggungjawabnya sehingga dengan itu organisasi akan mampu

melaksanakan fungsi pengawasan dan penilaian program-program yang

telah terencana sebelumnya”.

Berdasarkan informasi yang didapat dari informan tersebut diperoleh

bahwa pada dasarnya pengelolaan organisasi sudah berupaya melaksanakan

pengarahan terhadap anggota organisasi lainnya. Namun hal ini belum terlalu

dipahami oleh anggota organisasi lainnya. Pada umumnya pengelolaan

menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia

untuk bekerja sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-

prinsip yang telah ada. Cara-cara pengarahan yang dilakukan dapat berupa : 1).

Orientasi (cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu supaya

kegiatan dapat dilakukan dengan baik) 2). Perintah (permintaan dari pengelolaan

kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan atau mengulangi suatu

kegiatan tertentu pada keadaan tertentu) 3). Delegasi wewenang (Dalam

pendelegasian wewenang ini pengelolaan melimpahkan sebagian dari wewenang

yang dimilikinya kepada bawahannya). Hasil wawancara dengan informan salah

seorang responden (MM tanggal 22 Mei 2012) menyatakan bahwa:

“Yang kami lakukan agar setiap anggota organisasi mampu termotivasi

dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya adalah selalu melakukan

pendekatan-pendekatan secara kekeluargaan sehingga dengan ini para

anggota organisasi akan merasa bahwa berkembang tidaknya organisasi ini

juga sangat bergantung pada dirinya. Anggota organisasi akan

menganggap bahwa dirinya sangat dibutuhkan oleh organisasi ini dan

merasa mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memajukan

organisasi ini”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informaan ini diketahui bahwa

pengelolaan organisasi berusaha melakukan pendekatan-pendekatan secara

terkoordinir sehingga akan memberikan pengaruh positif guna kelangsungan roda

organisasi. Ada beberapa petunjuk mencapai motivasi yang efisien dalam bidang

manajemen adalah berusaha agar orang-orang merasa dirinya penting, coba

kenalilah perbedaan masing-masing individu, jadilah menjadi pendengar yang

baik, hindari timbulnya perdebatan-perdebatan, hormati/pahami perasaan orang

lain, gunakan kata-kata yang pas untuk mengajak orang lain bekerja keras, jangan

berusaha untuk mendominasi, beri perintah-perintah yang jelas dan juga lengkap

dan lakukanlah pengawasan yang efektif. Pengarahan merupakan aspek hubungan

antar manusiawi dalam pengelolaan yang mengikat para bawahan untuk bersedia

mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai

tujuan. Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena

disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari

manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang

berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Hasil

wawancara dengan informan salah seorang responden (YD tanggal 23 Mei 2012)

menyatakan bahwa:

“Prinsip kerja yang kami lakukan adalah dengan selalu memberikan

perhatian-perhatian dan juga nilai-nilai budaya kerja kepada setiap anggota

organisasi. Anggota organisasi harus mampu menterjemahkan setiap

tujuan-tujuan organisasi. Senantiasa organisasi memberikan motivasi

kepada setiap anggota organisasi untuk terus tumbuh semangat dalam

dirinya”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informaan ini diperoleh bahwa

organisasi berupaya untuk menanamkan semangat kerja pada setiap anggota

organisasi. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pengelolaan harus

berpegang pada beberapa prinsip, yaitu: a). Prinsip mengarah pada tujuan (tujuan

pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin

efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap

usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam

melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari

factor-faktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang

cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan

pengetahuan serta kemampuan bawahan), b). Prinsip keharmonisan dengan tujuan

(orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak

mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian

dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan

mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan

perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu.

Motivasi yang baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya

dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat

bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan

kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi), Prinsip kesatuan komando

(prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan

tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu

jalur didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu

pengelolaan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat

dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil

maksimal).

Untuk hal itulah setiap komponen anggota organisasi harus mampu

melakasanakan tugas dan wewenang yang berikan tanggungjawab kepadanya.

Hasil wawancara dengan informan salah seorang responden (YD tanggal 23 Mei

2012) menyatakan bahwa:

“Pemberian motivasi dalam hal pelaksanaan tugas adalah hal yang kami

selalu perhatikan guna terus memberikan semangat. Kami tidak segan-

segan memuji kepada para bawahan apabila pekerjaan yang dibebankan

selesai tepat waktu, demikian juga kepada sesama rekan kerja. Kamipun

tidak segan-segan memberikan peringatan apabila ada anggota organisasi

yang belum mampu melaksanakan tugas dengan benar berupa pembinaan

yang sifatnya pendekatan persahabatan ataupun kekeluargaaan. Sehingga

dengan cara ini maka anggota organisasi akan merasa sangat dihargai

peranan mereka bagi roda organisasi”.

Berdasarkan informasi yang didapat dari informan tersebut diperoleh

bahwa organisasi dalam memberikan motivasi kepada anggota organisasi sudah

dirasa cukup walaupun belum maksimal. Hal yang penting untuk diperhatikan

dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan

termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) Merasa yakin akan mampu

mengerjakan, (2) Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi

dirinya, (3) Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih

penting, atau mendesak, (4) Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang

bersangkutan dan (5) Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

4.1.3.4. Pengawasan

Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan

penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan

dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah

digariskan semula. Dalam melaksanakan kegiatan kontrol, atasan mengadakan

pemeriksaan, mencocokan, serta mengusahakan agar kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta tujuan yang

dicapai. Hasil wawancara dengan informan salah seorang responden (YD tanggal

23 Mei 2012) menyatakan bahwa :

“Pengawasan yang kami laksanakan berupa memonitoring sampai sejauh

mana tahapan-tahapan kegiatan tersebut memenuhi target ataupun capaian

yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingganya dengan pengawasan ini

setiap kegiatan dapat dievaluasi seberapa besar tepat sasaran”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

fungsi pengawasan belumlah menjawab secara keseluruhan tujuan organisasi.

Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan

organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan manajemen adalah usaha

sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,

membandingkan kegiatan nyata dengan tujuan-tujuan perencanaan,

membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang ditetapkan sebelumnya,

menentukan dan mengukur penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang

diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan

untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan

cara paling efektif dan efisiensi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Hasil

wawancara dengan informan salah seorang responden (YD tanggal 23 Mei 2012)

menyatakan bahwa:

“Dengan melaksanakan pengawasan ini sangat dirasa manfaatnya dimana

fungsi pengawasan setiap kegiatan-kegiatan program Pamsimas dapat

diketahui tingkat keberhasilannya dalam mencapai target yang telah

ditetapkan pada perencanaan sebelumnya”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

selama ini organisasi tersebut sudah melaksanakan fungsi pengawasan guna

memonitoring dan mengevaluasi program-program yang ada. Pengawasan

merupakan langkah pengendalian agar pelaksanaan dapat sesuai dengan apa yang

direncanakan serta untuk memastikan apakah tujuan organisasi tercapai, karena

rencana merupakan patokan atau kriteria penting agar pengawasan dapat

terlaksana dengan efektif, Adapun manfaat yang diperoleh dari pengawasan

tersebut dapat mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan, dapat

mengetahui adanya penyimpangan, dapat mengetahui apakah waktu & sumber

daya mencukup, dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan, dapat

mengetahui staff yang perlu diberikan penghargaan/promosi. Hasil wawancara

dengan informan salah seorang responden (SL tanggal 24 Mei 2012) menyatakan

bahwa:

“Yang kami jadikan tahap yang perlu untuk mendapat perhatian lebih

adalah pada pelaksanaan program dan juga pada pengelolaan keuangan

organisasi. Hal ini perlu mengingat fungsi pengawasan pada tahap tersebut

bahwa tidak sedikit organisasi yang mengalami kehancuran dengan kurang

memperhatikan hal tersebut. Pengawasan ini sangat diperlukan setiap

waktu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan infoman tersebut diketahui bahwa

organisasi tersebut sudah mampu menjabarkan apa yang menjadi fungsi

pengawasan namun masih perlu dilakukan pemahaman mengenai pada tahap-

tahap yang mana fungsi pengawasan itu perlu penekanan. Tahapan terbut

antaranya a).Terjadi penurunan pendapatan atau profit, namun tidak jelas faktor

penyebabnya, b). Penurunan kualitas pelayanan (teridentifikasi dari adanya

keluhan pelanggan), c). Ketidakpuasan pegawai (teridentifiasi dari adanya

keluhan pegawai, produktifitas kinerja yang menurun dan lain sebagainya), d).

Berkurangnya kas perusahaan, e). Banyak pegawai atau pekerja yang

menganggur, f). Tidak terorganisasinya pekerjaan dengan baik, g). Biaya

melebihi anggaran, h). Adanya pengahamburan dan inefisiensi. Hasil wawancara

dengan informan salah seorang responden (SL tanggal 24 Mei 2012) menyatakan

bahwa:

“Kami melaksanakan pengawasan pada setiap saat terutama untuk

mengawal tujuan perencanaan awal organisasi. Hal ini penting mengingat

setiap tahapan-tahapan yang dilaksanakan perlu mendapat pengawasan

organisasi agar setiap kegiatan yang dilakukan dapat termonitoring dengan

baik”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan infoman tersebut diketahui bahwa

organisasi tersebut sudah mampu menjabarkan waktu yang tepat untuk

dilaksanakan waktu untuk melakukan pengawasan. Bisa dijelaskan disini adalah

bahwa pengawasan dibedakan menurut sifat dan waktunya yang antara lain : a).

Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Pengelolaan

mengawasi perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan hingga persiapan yang

dilakukan, termasuk rekruitmen anggota, b). Pengawasan yang dilakukan setelah

kegiatan berlangsung, dengan mengawasi hasil yang dari pelaksanaan kegiatan,

serta evaluasi dan laporan yang didapatkan (melakukan pengukuran capaian

hasil), c). Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan proses, sehingga

langsung mengikuti proses dan mengadakan korkesi jika ada penyimpangan, d).

Pengawasan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kesepakatan,

e). Pengawasan yang dilaksanakan mendadak untuk melihat kinerja staff sehari-

hari dan menghindari terjadinya penyimpangan, f). Pengawasan yang dilakukan

secara dekat terhadap staff, hal ini sering dilakukan untuk tujuan-tujuan yang

spesifik dan bersifat khusus, sehingga menghindarkan sekecil-kecilnya terjadi

penyimpangan atau kesalahan.

4.1.3.5. Penilaian

Hasil wawancara dengan informan salah seorang responden (SL tanggal

24 2012) menyatakan bahwa:

“Kami selalu melaksanakan penilaian untuk mengetahui sampai sejauh

mana pelaksanaan program. Penilaian ini berfungsi untuk mendapatkan

seberapa besar kinerja anggota organisasi dalam melaksanakan setiap

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya ”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

selama ini organisasi selalu memantau perkembangan organisasi di setiap waktu.

Namun hal ini belumlah cukup karena dapat dilihat dari kurangnya perhatian

anggota organisasi terhadap tujuan-tujuan organisasi. Penilaian kinerja adalah

sistem untuk menilai kinerja karyawan dalam periode tertentu misalnya per 6

bulanan atau tahunan. Tujuan dari penilaian kinerja antara lain untuk melatih dan

pengembangan karyawan, remunerasi, promosi dan sudah barang tentu untuk

dokumentasi perusahaan. Dokementasi? Ya, sederhananya kalau organisasi ingin

mengetahui karyawan mana yang mempunyai kinerja bagus dan konsisten akan

mudah dilakukan sepanjang organisasi mempunyai sistem dokumentasi yang baik.

Hasil wawancara dengan informan salah seorang responden (HH tanggal 25 Mei

2012) menyatakan bahwa:

“Adapun yang kami jadikan faktor dalam penilaian adalah faktor

kelemahan dan kekurangan dalam orgnisasi, fakkor realistik dan obyektif,

hasil penilaian mengandung unsur nilai positif, negatif dan kesempatan

memahami tugas-tugas, faktor dokumentasi dan arsip kepegawaian, faktor

bahan pertimbangan dalam setiap keputusan yang diambil menyangkut

kepegawaian”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

ada bebarapa faktor utama yang menjadi perhatian organisasi yaitu : pertama,

karakteristik situasi dimana organisasi harus mampu mengetahui kemampuan

orgasnisasi dalam menetapkan tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut. Kedua,

deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar kinerja pekerjaan dimana

organisasi mampu menetapkan tugas dan tanggung jawab kepada anggota

orgasniasi dan target-target yang harus dapat dicapai. Ketiga, tujuan-tujuan

penilaian kinerja dimana organisasi harus mampu mengevaluasi setiap kegaiatan-

kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Keempat, sikap para anggota dan

pengelolaan terhadap evaluasi dimana setiap orang harus mau dikoreksi dan mau

melakukan inovasi dan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik lagi. Hasil

wawancara dengan informan salah seorang responden (HH tanggal 25 Mei 2012)

menyatakan bahwa:

“Yang kami jadikan tujuan untuk penilaian dalam organisasi ini yaitu

untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang obyektif dalam

pembinaan PNS berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja. Ini

mengandung arti bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya

penilaian prestasi kerja adalah : pertama, sebagai sumber data untuk

administrasi organisasi seperti perencanaan kepegawaian dan kegiatan

pengembangan jangka panjang bagi organisasi yang bersangkutan. Kedua,

untuk memberikan konseling kepada setiap anggota organisasi. Ketiga,

memberikan umpan balik yang mendorong kearah kemajuan dan

kemungkinan memperbaiki ataupun meningkatkan kualitas kerja setiap

anggota organisasi”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

tujuan diadakannya penilaian kinerja bagi para karyawan dapat kita ketahui dibagi

menjadi dua, yaitu: 1). Tujuan evaluasi yaitu : seorang pengelolaan organisasi

menilai kinerja dari masa lalu seorang anggota organisasi dengan menggunakan

ratings deskriptif untuk menilai kinerja dan dengan data tersebut berguna dalam

keputusan-keputusan promosi, demosi, terminasi dan kompensasi. 2). Tujuan

pengembangan yaitu : seorang pengelolaan organisasi mencoba untuk

meningkatkan kinerja seorang anggota organisasi dimasa yang akan datang.

Sedangkan tujuan pokok dari sistem penilaian kinerja anggota organisasi adalah:

sesuatu yang menghasilkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan

prilaku dan kinerja anggota organisasi atau organisasi. Hasil wawancara dengan

informan salah seorang responden (MA tanggal 25 Mei 2012) menyatakan bahwa:

“Adapun yang menjadi manfaat dari penilaian adalah menjamin operasi

organisasi berjalan secara efektif dan efisien melalui pemotivasian setiap

anggota organisasi. Hal ini penting guna memperoleh semangat kerja dari

setiap anggota organisasi dalam pelaksanaan tugas-tugas dan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diperoleh bahwa

manfaat diadakannya penilaian kinerja bagi para karyawan bahwa pada umumnya

orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia

sependapat bahwa penilaian ini merupakan bagian penting dari seluruh proses

kekaryaan karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan

dimana karyawan tersebut bekerja. Bagi karyawan, penilaian tersebut berperan

sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan,

kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan

tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir. Dan bagi organisasi atau

perusahaan sendiri, hasil penilaian tersebut sangat penting artinya dan peranannya

dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan

program pendidikan dan pelatihan, rekruitment, seleksi, program pengenalan,

penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari proses dari

manajemen sumber daya manusia secara efektif.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Perencanaan

Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang

akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa

yang akan mengerjakannya. Beishline (1957) mengungkapkan bahwa;

Perencanaan menentukan apa yang harus dicapai (menentukan waktu secara

kualitatif), dan bila hal itu harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana

hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggungjawab, mengapa hal itu harus

dicapai. Dari pendapat tersebut jelas diketahui bahwa pada dasarnya membuat

perencanaan itu menyangkut 5 W+I H (What, Who, Why, When, Where dan How)

yang secara singkatnya akan dijelaskan sebagai berikut;

1. What : Apa yang harus dikerjakan

2. Why : Mengapa pekerjaan itu harus dilakukan

3. Who : Siapa yang akan mengerjakan

4. When : Kapan pekerjaan tersebut dikerjakan

5. Where : Dimana pekerjaan itu dilakukan

6. How : Bagaimana cara mengerjakannya

Untuk itulah dalam membuat sebuah perencanaan yang baik, seorang

pengelolaan harus benar-benar tanggap terhadap kondisi lingkungan sekitarnya

dan bisa memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul di masa

yang akan datang. Lebih lanjut Roger A. Kauffman (1972) menjelaskan bahwa

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai

dan menetapkan jalan serta sumber yang diperlukan untuk seefisien dan seefektif

mungkin. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam membuat perencanaan

membutuhkan data dan informasi agar keputusan yang diambil tidak lepas

kaitannya dengan masalah yang dihadapi pada masa yang akan dating. Sesuai

dengan yang diungkapkan oleh E. Mc. Farland dalam bukunya Supervision

Management bahwa ; Perencanaan adalah Suatu keaktifan pengelolaan untuk

meramalkan keadaan yang akan datang dalam mencapai harapan, kondisi dan

hasil yang akan datang.

Merujuk pada pendapat tersebut, berdasarkan kurun waktunya sering kita

kenal dengan perencanaan tahunan atau jangka pendek (kurang dari 5 tahun),

rencana jangka menengah/sedang (5-10 tahun) dan rencana jangka panjang (diatas

10 tahun). Memang benar untuk membuat perencanaan yang baik seorang

pengelolaan harus mampu memprediksi jauh kedepan, kemungkinan-

kemungkinan yang mungkin terjadi, baik itu kesalahan maupun kegagalan

sehingga hasil yang dicapai akan sesuai dengan harapan. Untuk membuat

perencanaan yang baik harus memuat beberapa hal sebagai berikut;

a. Penjelasan dan perincian kegiatan yang dibutuhkan, sumber daya apa yang

harus diperlukan dalam melaksanakan kegiatan tersebut agar apa yang

menjadi tujuan bisa dihasilkan.

b. Penjelasan mengapa rencana itu harus dilakukan atau dikerjakan dan mengapa

tujuan tertentu harus dicapai.

c. Penjelasan tentang lokasi secara fisik dimana dimana rencana tindakan harus

dilakukan sehingga tersedia fasilitas sumber daya yang dibutuhkan.

d. Penjelasan tentang kapan dimulainya tindakan dan kapan kapan selesainya

tindakan itu di setiap unit organisasinya dengan menggunakan standar waktu

yang telah ditetapkan dalam unitnya.

e. Penjelasan tentang para petugas yang akan mengerjakan pekerjaannya baik

mengenai kualitas dan kuantitas yang dikaitkan dengan standar mutu.

f. Penjelasan secara rinci tentang teknik-teknik mengerjakan tindakan yang telah

ditetapkan, sehingga tindakan yang dimaksud akan dapat dijalankan dengan

benar.

Sedangkan untuk membuat rencana yang baik, sehingga hasilnya sesuai

dengan harapan maka perlu melalui beberapa macam proses perencanaan sebagai

berikut;

a. Pendekatan Perkembangan yang menguntungkan (Profitable Growth

Approach).

Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat kita semakin hari semakin

berkembang. Dengan perkembangan yang terus menerus tersebut akan terjadi

ketidakseimbangan antara sarana dan kebutuhan masyarakat. Untuk itulah

diperlukan adanya proses perencanaan yang baik sehingga lembaga bisa terus

berkembang dan tetap dipercaya oleh masyarakat. Proses perencanaan tersebut

dapat lakukan dengan menganalisa sarana dan prasarana yang dimiliki, kemudian

menghubungkannya dengan kebutuhan masyarakat sehingga akan diketahui

kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul, mencari solusi yang terbaik

dan perkembangan yang menguntungkan bagi lembaga pasti akan diperoleh.

b. Pendekatan SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity, Treath).

Perencanaan memang sangat penting untuk dilakukan. Untuk membuat

suatu rencana yang baik maka kita perlu memperhatikan dan menganalisa

beberapa factor baik ekstern maupun intern. Factor-faktoir tersebut harus

menyangkut kelebihan (Strength) yang dimiliki, kelemahannya (Weaknesses),

kemungkinan yang mungkin terjadi (Opportunity), dan hambatan yang mungkin

dihadapi (Treath).

Setelah keempat factor tersebut diketahui, maka kita dapat menyusun

rencana yang strategis yang kemudian diterjemahkan dalam rencana-rencana

operasional dengan mencantumkan target-target yang harus dicapai dari rencana

operasional tersebut. Di mana secara jelas dapat digambarkan dalam bagan

berikut;

Gambar II: Rencana Operasional

Adapun kegunaan dalam suatu perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Untuk membedakan arah dari setiap kegiatan dengan jelas sehingga hasil yang

diperoleh bisa seefektif dan seefisien mungkin.

b. Untuk mengevaluasi setiap tujuan-tujuan yang sudah dilakukan sehingga

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga bisa dihindari lebih awal.

c. Memudahkan pelaksanaan kegiatan untuk mengidentifikasi hambatan-

hambatan yang mungkin muncul sehingga sehingga lebih waspada dan dan

dapat diselesaikan dengan cepat.

d. Menghindari pertumbuhan dan perkembangan yang tak terkendali

4.2.2. Pengorganisasian

Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :

1. Strategi organisasi pencapaian tujuan.

2. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output akan

membedakan bentuk struktur organisasi.

3. Kemampuan dan cara berfikir para anggota serta kebutuhan mereka juga

lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur

perusahaan.

4. Besarnya organisasi dan satuan kerjanya mempengaruhi struktur organisasi.

Unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari :

1. Spesialisasi kegiatan

2. Koordinasi kegiatan

3. Standarisasi kegiatan

4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan

5. Ukuran satuan kerja

Lima aspek utama struktur organisasi, yaitu :

1. Pembagian kerja

2. Rantai perintah

3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan

4. Pengelompokkan segmen-segmen pekerjaan

5. Tingkatan manajemen

Ada 4 bagan struktur organisasi menurut Henry G. Hodges, yaitu :

1. Bentuk Piramidal, merupakan bentuk yang paling banyak digunakan,

sederhana, jelas, dan mudah dimengerti.

2. Bentuk Vertikal, hampir sama dengan bentuk piramidal dalam pelimpahan

kekuasaan.

3. Bentuk Horizontal, aliran wewenang dan tanggung jawab digambarkan dari

kiri ke kanan.

4. Bentuk Melingkar, menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan

jabatan lainnya.

Bentuk-Bentuk organisasi dapat dibedakan atas :

1. Organisasi Garis

Merupakan bentuk organisasi tertua dan paling sederhana, diciptakan oleh

Henry Fayol. Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu organisasi masih kecil, jumlah

karyawan sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi.

Kebaikannya :

a. Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pengelolaan berada pada satu

tangan.

b. Garis komando berjalan secara tegas, karena pengelolaan berhubungan

langsung dengan bawahan.

c. Proses pengambilan keputusan cepat.

d. Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat

segera diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas.

e. Rasa solidaritas tinggi.

Kelemahannya :

a. Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak mampu

melaksanakan tugas, maka seluruh organisasi terancam kehancuran.

b. Adanya kecenderungan pengelolaan bertindak secara otokratis.

c. Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.

2. Organisasi Garis dan Staf

Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang

tugas yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf

yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu, yang tugasnya memberi nasihat dan

saran dalam bidang kepada pejabat pengelolaan didalam organisasi.

Kebaikannya :

a. Dapat digunakan dalam organisasi yang besar maupun kecil serta apapun

tujuan perusahaan.

b. Terdapatnya pembagian tugas antara pengelolaan dengan pelaksana sebagai

akibat adanya staf ahli.

c. Bakat yang berbeda yang dimiliki oleh setiap karyawan dapat dikembangkan

menjadi suatu spesialisasi.

d. Prinsip penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.

e. Pengambilan keputusan dapat cepat walaupun banyak orang yang diajak

berkonsultasi, karena pengelolaan masih dalam satu tangan.

f. Koordinasi lebih baik karena adanya pembagian tugas yang terperinci.

g. Semangat kerja bertambah besar karena pekerjaannya disesuaikan dengan

bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Kelemahannya :

a. Rasa solidaritas menjadi berkurang, karena karyawan menjadi tidak saling

mengenal.

b. Perintah menjadi kabur dengan nasehat dari staf, karena atasan dengan staf

dapat terjadi adanya perintah sendiri-sendiri padahal kewenangannya berbeda.

c. Kesatuan komando berkurang.

d. Koordinasi kurang baik pada tingkat staf dapat mengakibatkan adanya

hambatan pelaksanaan tugas.

3. Organisasi Fungsional

Organisasi yang disusun atas dasar fungsi yang harus dilaksanakan.

Organisasi ini dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan

dengan jelas.

Kebaikannya :

a. Pembidangan tugas menjadi lebih jelas.

b. Spesialisasi karyawan lebih efektif dijalankan dan dikembangkan.

c. Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.

d. Koordinasi berjalan lancar dan tertib.

Kelemahannya :

a. Karyawan terlalu memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja.

b. Koordinasi menyeluruh sukar dilaksanakan.

c. Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang sama

sehingga sering timbul konflik.

4. Organisasi Panitia

Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas

selesai maka selesailah organisasi tersebut.

Kebaikannya :

a. Segala keputusan dipertimbangkan masak-masak dalam pembahasan yang

dalam dan terperinci.

b. Kemungkinan pengelolaan bertindak otoriter sangat kecil.

c. Koordinasi kerja telah dibahas oleh suatu team.

Kelemahannya :

a. Proses pengambilan keputusan memerlukan diskusi yang berlarut-larut yang

menghambat pelaksanaan tugas.

b. Tanggung jawabnya tidak jelas, karena tanggung jawabnya sama.

c. Kreativitas karyawan terhambat dan sukar untuk dikembangkan, karena faktor

kolektivitas lebih dipentingkan.

4.2.3. Pelaksanaan

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)

merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan

pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses

manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan

yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating

merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa

hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan

dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu

juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan

upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui

berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan

kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal

yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa

seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :

a. Merasa yakin akan mampu mengerjakan

b. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya.

c. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih

penting, atau mendesak.

d. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan.

e. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan

dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada

bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat

dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah

ditetapkan semula. Directing atau Commanding merupakan fungsi manajemen

yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak

melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasikan

kegiatan berbagai unsur organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan

yang ditetapkan sebelumnya

Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi

a. Mengimplementasikan proses pengelolaan, pembimbingan, dan pemberian

motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien

dalam pencapaian tujuan

b. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan

c. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

Adapun cara yang biasa dikenal adalah sebagai berikut :

a. Pengarahkan dilakukan dengan cara memberikan informasi yang di perlukan

terutama yang berhubungna denga masalah yagn dihadapi karyawan.

Pengarahan semacam ini biasanya dilakukan untuk mengangani karyawan-

karyawan yang barusaja diterima sebagai karyawan baru di perusahaan.

Adapun pengarahan tersebut bisa mencakup tugas yang harus dilakukan, cara-

cara yang digunakan, hubungan antar sesame karyawan, tugas melaksanakan

kegiatan dan seaagainya

b. Pengarahan dengan cara memberikan perintah yang harus dilakukan oleh

bawahan. Perintah tersebut dapat dilakukan dengan cara tertulis ataupun lisan

dimana perintah tersebut perlu untuk dimengerti secara baik oleh atasan. Jadi

atasan harus dapat menyesuaikan kapan atasan memberikan perintah secara

pormal atau tertulis maupun perintah secara lisan dan kapan atasan harus

memberikan perintah yang harus dilakukan seluruh bawahan (umum) maupun

hanya bagian tertentu saja (khusus).

4.2.4. Pengawasan

Pengawasan merupakan apakah semua kegiatan tersebut memberikan

hasil yang efektif dan efisien serta bernilai guna dan berhasil guna.

Ada tiga tipe pengawasan, yaitu :

1. Pengawasan pendahuluan

Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari standar atau

tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu

diselesaikan.

2. Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan.

Merupakan proses di mana aspek tertentu dari suatu prosedur harus

disetujui dulu atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan - kegiatan

bias dilanjutkan, untuk menjadi semacam peralatan "double check" yang telah

menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.

3. Pengawasan umpan balik

Ada beberapa tahap proses pengawasan antara lain:

1. Penetapan standard kegiatan

2. Penentuan pengukuran kegiatan

3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata

4. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisaan

penyimpangan-penyimpangan.

5. Mengambil tindakan pengoreksian bila dianggap perlu.

4.2.5. Penilaian

Sistem “penilaian kinerja” yang dipaksa dipakai untuk tugas “manajemen

kinerja” pasti menimbulkan kesulitan untuk bos, karyawan, maupun organisasi.

Dengan menganggap “penilaian kinerja” sebagai salah satu langkah dalam

“manajemen kinerja”, banyak kesulitan bisa diatasi, atau paling tidak dikurangi.

Penilaian dianggap sebagai konfrontasi. Jika tujuan penilaian kinerja

hanyalah merencanakan program kerja yang akan datang, tidak perlu ada

konfrontasi. Menyalahkan karyawan atas pekerjaan masa lalu tidaklah relevan.

Manajer memimpin diskusi dari perspektif “Inilah kenyataan masa lalu.

Bagaimana cara kerja kita tahun depan supaya bisa mencapai sasaran?”

Memfokus pada masa depan membantu mengurangi sikap defensif; karena tidak

perlu ada sikap defensif untuk hal-hal yang belum dilakukan.

Karena manajemen kinerja meliputi usaha mengatasi kekeliruan pada saat

kejadian, maka tidak perlu diadakan diskusi panjang lebar mengenai hal itu ketika

diadakan diskusi penilaian kerja. Kekeliruan telah dicoba diperbaiki pada saat

kejadian; sekarang masalah itu hanyalah merupakan catatan untuk pertimbangan

dalam menyusun program kerja untuk masa depan. Dengan mengurangi atau

mencegah terjadinya kon¬frontasi, semakin terbuka kesempatan kerjasama lebih

baik untuk masa depan.

Manajer harus menilai kemarnpuan tiap karyawan. Idealnya, penilaian

tentang kemampuan karyawan hendaknya tidak dimasukkan dalam penilaian

kinerja. Tetapi ini sulit dilakukan kalau penilaian kinerja ini dipakai juga sebagai

penentu besar-kecilnya gaji. Banyak perusahaan yang progresif mengkaitkan

masalah gaji dengan kinerja karyawan, tetapi sistem ini tidak menuntut penilaian.

Yang diperlukan adalah, apakah kinerja karyawan berhasil mencapai sasaran atau

tidak; dan ini erat kaitannya dengan manajemen kinerja, artinya peran manajer

sebagai pembimbing juga perlu diperhitungkan.

Kalau tujuan penilaian kinerja adalah memberikan masukan untuk

perencanaan masa depan, penilaian lebih mudah dikaitkan dengan kinerja di masa

lampau, bukan untuk menilai kemarnpuan karyawan. Dengan perkataan lain,

fokus perencanaan membantu manajer mengarahkan masukan untuk mengubah

perilaku dan pencapaian, bukan untuk mengeahui kemarnpuan karyawan.

Penilaian kinerja sering dilakukan tanpa sasaran yang jelas. Pada waktu

para manajer memberikan penilaian tanpa memikirkan apa tujuannya, maka

timbul keraguan. Mereka kemudian menyebut saja sebagai alasan-alasannya

“menciptakan pengertian”, “memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik”, atau

bahkan “karena saya harus melakukannya”. Dengan cara manajemen kinerja,

penilaian dilakukan dengan sasaran tunggal yang jelas: meninjau kembali kinerja

di waktu lampau untuk landasan data bagi perencanaan kinerja di waktu yang

akan datang.