bab ii kajian pustaka 2.1. teori pamsimaseprints.ung.ac.id/5780/9/2012-1-86205-121409051-bab2... ·...

24
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Pamsimas Sektor air minum dan sanitasi merupakan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan pengentasan kemiskinan. Tidak memadainya prasarana dan sarana air minum dan sanitasi, khususnya di perdesaan dan daerah pinggiran kota (peri-urban) berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan dan lingkungan yang memiliki dampak lanjutan terhadap tingkat perekonomian keluarga. Penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi yang baik akan memberi dampak pada peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta waktu yang dapat dihemat dari usaha untuk mendapatkan air minum dan sanitasi yang baik. Ketiga dampak tersebut akan memberikan dampak lanjutan berupa peningkatan produktivitas masyarakat. Pamsimas adalah kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang dananya berasal dari kontribusi masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan Bank Dunia. Kegiatan ini didukung oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai executing agency bersama dengan Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan. Tujuan Pamsimas secara umum adalah meningkatkan akses pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan dan daerah pinggiran kota (periurban) serta menerapkan praktik hidup bersih dan sehat dengan membangun model penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi berbasis 7

Upload: lamhanh

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Pamsimas

Sektor air minum dan sanitasi merupakan pelayanan publik yang

mempunyai kaitan erat dengan pengentasan kemiskinan. Tidak memadainya

prasarana dan sarana air minum dan sanitasi, khususnya di perdesaan dan daerah

pinggiran kota (peri-urban) berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan dan

lingkungan yang memiliki dampak lanjutan terhadap tingkat perekonomian

keluarga.

Penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi yang baik akan

memberi dampak pada peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan

masyarakat, serta waktu yang dapat dihemat dari usaha untuk mendapatkan air

minum dan sanitasi yang baik. Ketiga dampak tersebut akan memberikan dampak

lanjutan berupa peningkatan produktivitas masyarakat.

Pamsimas adalah kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis

masyarakat yang dananya berasal dari kontribusi masyarakat, pemerintah daerah,

pemerintah pusat dan Bank Dunia. Kegiatan ini didukung oleh Departemen

Pekerjaan Umum sebagai executing agency bersama dengan Departemen Dalam

Negeri dan Departemen Kesehatan.

Tujuan Pamsimas secara umum adalah meningkatkan akses pelayanan air

minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan dan daerah pinggiran kota

(periurban) serta menerapkan praktik hidup bersih dan sehat dengan membangun

model penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi berbasis

7

masyarakat yang berkelanjutan dan mampu diadaptasi oleh masyarakat. Program

ini akan menjadi model untuk direplikasi, diperluas (scalling up) dan

diarusutamakan (mainstreaming) di daerah lain, dalam upaya mencapai target

MDGs.

Pamsimas merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya, yaitu Water

Supply and Sanitation for Low Income Communities Project (WSLIC). Lokasi

kegiatan ditetapkan berdasarkan empat kriteria, yaitu termasuk desa miskin,

rendahnya ketersediaan air minum dan sanitasi, tingginya kejadian penyakit

terkait air, dan belum menerima bantuan sejenis dalam dua tahun terakhir.

Pemerintah menargetkan 15 provinsi, 110 kabupaten/kota, dan 4466

desa/kelurahan untuk proyek ini termasuk program replikasi 506 desa. Dengan

demikian Pamsimas diharapkan mampu mencakup 4466 desa dari 36000 desa

tertinggal yang memiliki keterbatasan terhadap sarana air minum dan sanitasi.

2.2. Hakikat Pengelolaan Pamsimas

Pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan

pelaksanaan fungsi-fungsi manajamen sehingga dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Encylpedia of the social science (dalam Manullang, 1996:1) dijelaskan

bahwa pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses denngan proses mana

pelaksanaan suatu tujuan tertentuk diselenggarakan dan diawasi. Handoko

mendefinisikan manajemen (pengelolaan) sebagai usaha untuk bekerja dengan

orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan, dan mencapai tujuan-

tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan personalia dan kepegawaian.

Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan hal ini

disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda.

Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang

meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada

prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang

sama. Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni menurut Wardoyo

(2011:41) memberikan definisi sebagai berikut pengelolaan adalah suatu rangkai

kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian pengerakan dan

pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya .

Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal

dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk

mengali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien

guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. Dari uraian

diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan adalah

suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan

sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah ditentukan.

Pengelolaan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menyesuaikan

strategi pengelola supaya mereka dapat mengatasi perubahan dalam interaksi

antara manusia. Ditinjau dari segi etimologi, istilah pengelolaan berasal dari

kata”kelola” dan kata kerjanya mengelola atau mengandalkan. Mengelola (kan)

berarti mengurus, melakukan, penyelenggarakan. Sedangkan ditinjau dari

terminologi atau pengertiannya, Drs Winarno Hamiseno sebagaimana dikutip oleh

Drs. Suharsim Arikunto menjelaskan pengelolaan adalah subtansi dan mengelola

berarti suatu tindakan yang dimulai dar penyusunan data, merencana,

mengorganisasikan, melaksanakan, sampai dengan pengawasan dan penilaian.

2.2.1. Fungsi-Fungsi Pengelolaan

Fungsi pengelolaan antara lain menentukan tujuan dan kerangka tindakan

yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentuk. Ini dliakukan dengan

mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menetukan kesempatan dan

ancaman, menentukan strategi kebijakan, taktik, dan program. Semua itu

dilakukan berdasarkan proeses pengambilan keputusan secara ilmiah.

Pengelolaan Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat) adalah pengelola bertanggung jawab untuk mengelola dari

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, pengawasan dan penilaian.

2.2.2. Perencanaan

Perencanaan adalah kegitan yang dilakukan proses manajemen.

Perencanaan untuk merupakan unsur yang sangat esensial dalam kegiatan

manajemen. Mengingat bahwa perencanaan mempersiapkan seperangkat

keputusan demi efektif dan efisiennya pencapaian tujuan organisasi. Siagian

(1997:108) mendefinisikan perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran

dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan dari masa yang

akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Pendapatan

tersebut mengisyaratkan bahwa kegiatan perencanaan dilakukan untuk

mengantisipasi berbagai ketidaksiapan yang akan dihadapi pada masa yang aan

datang, akibat ketidakpastian.

Oleh karena itu, kegiatan perencanaan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasis masyarakat (PAMSIMAS) meliputi:

1. Merencanakan jangka menengah program air minum, kesehatan dan sanitasi

adalah dokumen perencanaan jangka menengah Program air minum,

kesehatan dan sanitasi dirumuskan dari kajian/anlisa hasil identifikasi masalah

dan analisis situasi

2. Diskusi perencanaan jangkah menengah program air minum kesehatan dan

sanitasi dilakukan berjenjang mulai dari rembug warga tingkat dusun/RW

hingga pertemuan desa dan kelurahan.

3. Perumusan kegiatan-kegiatan yang direncanakan dilakukan pada tahun

pertama ditentukan dengan mempertimbangkan skala prioritas dan kebutuhan,

terutama akses masyarakat miskin terhadap pelayanan air minum, sanitasi dan

kesehatan.

4. Rencana kegiatan tahun pertama merupakan rencana kerja masyarakat yang

akan dibiayai oleh program Pamsimas.

5. Pada akhir periode program Pamsimas diharapka perencanaan jangka

menengah program air minu kesehatan dan sanitasi akan menjadi masukan/

bagian dari rencana pembangunan jangka menengah desa/kelurahan.

6. Bahan untuk perumusan perencanaan jangka menengah program air minum

kesehatan dan sinitasi adalah peta sosial dan kajian/analisa hasil identifikasi

masalah dan anlisis situasi.

7. Peserta rembug warga dan pertemuan perencanaan jangka menengah program

air minum kesehatan dan sinitasi mewakili semua elemen/kelompok yang ada

di masyarakat, terutam masyarakat miskin, kaum perempuan dan masyarakat

adat.

8. Peserta pertemuan desa/kelurahan terdiri dari perwakialan semua kelompok

masyarakat dari setiap dusun/RW.

2.2.3. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan aktifitas yang dilakukan untuk mengatur atau

mengelompokan pekerjaan serta perangkat-perangkatnya untuk mendukung

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian merupakan kegiatan

kedua yang telah dilakukan setelah kegiatan perencanaan berhasil dilakukan.

Siagian (2002:81) mengemukakan bahwa penempatan fungsi pengorganisasian

segera setelah perencanaan menjadi hal yang sangat logis, karena suatu rencana

yang telah tersusun dengan rapi dan ditetapkan berdasarkan berbagai macam

perhitungan tidak terlaksana dengan sendirinya. Artinya, ada rencana tidak dengan

sendirinya mendekatkan organisasi pada tujuan yang hendak dicapai. Diperlukan

berbagai pengaturan yang menetapkan bukan saja wadah berbagai kegiatan

diselenggarakan, tetapi juga tatakrama yang harus ditaati oleh setiap orang dalam

satu-satuan kerja terbentuk maupun antar kelompok yang ada

Badan pengelola sarana penyediaan air minum dan sanitasi merupakan

unit otonom ”mempuyai kewenangan untuk mengatur dan mengelola organisasi

secara intern” namun tetap dibawah koordinasi pemerintah desa/kelurahan.

Adapun tugas dan fungsi Badan Pengelola Sarana dan Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi adalah:

1. Fungsi

a. Merealisasikan kegiatan yang tertuang dalam rencana kerja masyarakat yang

berkaitan dengan tahap pascakonstruksi dan perencanaan jangka menengah

program air minum kesehatan dan sanitasi.

b. Bersama masyarakat menetapkan tarif/iuran pemanfaatan sarana air minum

dan sanitasi untuk pengoperasian dan pemeliharaan.

c. Mengelola pelayanan air minum dan sanitasi sesuai kesepakatan masyarakat.

d. Mngorganisasi masyarakat untuk melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan

jika dalam jumlah volume yang besar.

e. Mengkoordinasi kegiatan pelestarian sumber daya air, termasuk pengetahuan

masyarakat tentang kelestarian sumber air.

f. Mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan pendanaan atau

pengembangan sarana.

g. Mengorganisasi kegiatan peningkatan praktek hidup bersih sehat dimasyarakat

dan sekolah.

h. Mengembangkan jaringan kerja dengan pihak-pihak lain.

2. Tugas

a. Melaksanakan anggaran dasar dan angaran rumah tangga termasuk hal-hal lain

yang telah ditetapkan oleh rapat anggota.

b. Menghimpun, mengadministrasikan dan mengelola keuangan yang berasal

dari iuran bulanan masyrakat atas pemanfaatan sarana air minum dan sanitasi

atau dana APBD kabupaten maupun dana lain yang tidak mengikat.

c. Menyelenggarakan rapat pengurus dan rapat anggota masyarakat pengguna

manfaat sarana dan pra sarana air minum dan sanitasi secara berkala,

menyusun pelaporan dan pertanggung jawaban pengurus Badan Pengelola

Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

d. Memberikan laporan pelaksanaan laporan pertanggung jawaban kepada

Lembaga Kewasdayaan Masyarakat dan pemerintah desa secara berkala (1

kali 6 bulan)

e. Mengelola pemakaian air sesuai pemakaian masyarakat.

f. Mengelola pengembangan sanitasi dan sesuai kesepakatan masyarakat.

g. Mengorganisasi masyarakat untuk pemeliharaan dan perbaikan sarana.

h. Mengiventarisasi permasalahan dan menyelesaikan permasalahan.

i. Mengidentifikasi sumber potensi kerusakan sarana air minum dan sanitasi,

antara lain:

1. Menginventarisasi sarana dan prasarana sarana air minum dan sanitasi

desa.

2. Menyusun rencana kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan sarana air

minum dan sanitasi.

3. Mengeporasikan dan memelihara sarana air minum dan sanitasi

j. Mengorganisasi kegiatan : pelestarian sumber air minum, peningkatan

perilaku hidup bersih dan sehat (di masyarakat dan sekolah), kegiatan

kesehatan lingkungan (di masyarakat dan sekolah) termasuk meningkatkan

penggunaan jamban.

2.2.4. Pelaksanaan

Pelaksanaan (Actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar

semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan

perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya

menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan

kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif.

Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah pengelolaan. Actuating adalah pelaksanaan

untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut,

maka manajer mengambil tindakan-tindakannya ke arah itu. Seperti : Leadership (

pengelolaan ), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat). Actuating disebut

juga “gerakan aksi“ mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk

mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur

perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Dari seluruh

rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi

manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian

lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen,

sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang

berhubungan lansung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini,

George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha

menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka

berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran

anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin

mencapai sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak

lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan

melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap masyarakat dapat

melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung

jawabnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini

adalah bahwa masyarakat akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika

merasa yakin akan mampu mengerjakan.

Fungsi dari Pelaksanaan (actuating) adalah sebagai berikut (1)

Mengimplementasikan proses pengelolaan, pembimbingan, dan pemberian

motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam

pencapaian tujuan. (2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai

pekerjaan. (3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan. (4) memotivasi agar semua

pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran

dan produktifitas yang tinggi.

2.2.5. Pengawasan

Pengawasan bertujuan untuk melihat kesesuaian antara rencana kegiatan

masyarakat dengan kenyataan pelaksanaan kegiatan di masyarakat. Secara umum

tahap ini adalah membandingkan antara apa yang direncanakan di Rencana Kerja

Masyarakat (RKM) dengan kondisi setelah konstrusi (kegiatan) selesai kaitannya

dengan kualitas dan potensi akses di masyarakat. Tahap ini membantu masyarakat

untuk melihat kemungkinan untuk meningkatkan pengelolaan, keuangan,

operasional dan pemeliharaan praktis agar pelayanan dapat berkelanjutan dan

pemanfaatannya lebih merata.

Herujito (2001:242) mengemukakan bahwa pengawasan memiliki prinsip:

(1)Mencerminkan sifat dari apa yang diawasi, (2) Dapat diketahui dengan cara

penyimpangan yang terjadi, (3) Luwes, (4) Mencerminkan pola organisasi, (5)

Ekonomis, (6) Dapat mudah dipahami, dan (7) Dapat sejalan diadakan perbaikan.

Soetepo (2002:261) mengemukakan bahwa aktifitas pengentrolan terdiri dari: (1).

Penentuan standar atau ukuran baku, (2). Mengadakan pengukuran dan atau

penilaian terhadap pekerjaan yang telah dan sedang berlangsung, (3).

Membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran baku untuk mengetahui

kesesuaian (keberhasilan), (4). Mengadakan perbaikan terhadap penyimpangan

yang terjaidi.

Sedangkan Sutisna (2000:240-241) berpandangan bahwa dalam proses

tindakan pengawasan, terhadap empat langkah utama: (1). Ukuran sesuatu kritera

atau standar pengukuran/penilaian, (2). Pengukur/penilaian perbuatan

(perpormance) yang sedang atau sudah dilakukan, (3). Membandingkan perbuatan

dengan standar yanag ditetapkan dan menetapkan perbedaanya jika ada, (4).

Memperbaiki penyimpangan dari standar (jika ada) dengan tindakan perbaikan.

2.2.6. Penilaian

Penilaian merupakan fungsi organik manajemen terakhir. Siagian

(1997:141) membatasi penilaian sebagai proses pengukuran dan perbandingan

dari pada hasil-hasil pekerjaan yang nyata dicapai dengan hasil-hasil yang

seharusnya dicapai. Sedangakan Purwanto (1997-22) mengemukakan bahwa

penilaian adalah aktifitas untuk meneliti dan mengetahui pelaksanan yang

dilakukan dalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai rencana/

program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Jika dicermati, hakikat penilain terarah pada tiga aspek pokok yaitu: (1).

Penilaian di tujukan kepada satu pase tertentu dalam satu proses setelah itu

seluruhnya selesai di kerjakan, (2). Penilaian bersifat korektif terhadap fase yang

telah sesui dikerjakan, (3). Penilaian bersifat perspektif atau mengobati.

Penilaian dilaksanakan minimal 1 tahun konstruksi selesai, penilaian

kembali dilakukan untuk mengetahui bagaimana dampak kegiatan yang dilakukan

Lembaga Keswadayaan Masyarakat dan masyrakat melalui Rencana Kerja

Masyarakat terhadap sarana yang dibangun melalui program PAMSIMAS. Tahap

penilaian ini juga membantu masyarakat untuk melakukan identifikasi

kemungkinan yang akan terjadi jika sistem yang terbangun mereka bermasalah

dan dapat membuat keputusan untuk langkah-langkah pengamanan agar hasil

Pamsimas dapat terus berkelanjutan.

2.3. Tujuan Pamsimas

Tujuan Pamsimas secara umum adalah meningkatkan akses pelayanan air

minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin pedesaan dan daerah pinggiran kota

(peri-urban) serta menerapkan praktik hidup bersih dan sehat dengan membangun

model penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi berbasis

masyarakat yang yang berkelanjutan dan mampu diadaptasi oleh masyarakat.

Program ini akan menjadi model untuk direplikasi, diperluas, dan diarusutamakan

Malalui program Pamsimas yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan

diharapkan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air minum dan

sanitasi yang layak dapat terpenuhi sehingga pada akhirnya mampu

meningkatakan kesehatan dan tingkat ekonomi sosial masyarakat secara

berkalanjutan.

2.4. Manfaat Pamsimas

Untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat

berpenghasilan rendah, menjadikan masyarakat desa/pinggiran kota dapat

berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat meningkatkan produktifitas

kerja, meningkatkan pendapatan keluarga serta dapat meningkatkan kualitas hidup

masyarakat, meningkatkan akses pelayanan air minum dan sanitasi bagi

masyarakat dan menciptakan perilaku hidup bersih melalui promosi kesehatan

lingkungan dan penyediaan sarana dan prasarana air minum serta sanitasi berbasis

masyarakat yang berkelanjutan.

2.5. Pemeliharaan Pamsimas

2.5.1. Penangkapan Mata Air (PMA)

Melakukan pengecekan rutin ke lokasi mata air untuk upaya pemeliharaan

(pembersihan, pencucian, dan lain-lain) lestarikan lingkunan di sekitar sumber air

(penghijauan dan penanaman pohon-pohon baru yang berguna)

2.5.2. Sumur Gali

Perawatan Saringan Penampung Air Limbah secara teratur Pengecekan

sambungan antar buis beton atau dinding sumur yang berpotensi bocor

2.6. Perbaikan Kerusakan Lantai Sumur

2.6.1. Penampung Air Hujan

Bersihkan talang dari kotoran yanga ada, agar talang tidak tersumbat.

Bersihkan lantai dasar resevoir dari tanah dan kotoran. Bersihkan saluran drainase

dari daun-daun dan kotoran agar saluran sekitar penampung air hujan tidak

tersumbat. Periksa apakah ada kebocoran pada talang, sambungan talang, saringan

dan kran pengambilan.

2.6.2. Saringan Pasir Lambat/Sarigan Kasar

Lakukan pencucian media,bila air yang keluar mengecil atau air keluar

dari saluran pelimpah bak saringan, ganti media saringan jika dirasa sudah tidak

efektif melakukan penyaringan.

2.6.3. Sumur Bor dan Pompa

Perbaikan sumur dalam diperlukan bila kemampuan sumur untuk

mengeluarkan air mengecil, bahkan kering sama sekali, hal ini disebabkan karena

pada konstruksi sumur saringannya tersumbat kotoran atau lempung, atau sumur

tertutup oleh pasir halus. Melakukan perawatan dengan cara mengengkat pompa

untuk mengecek dan mengganti beberapa segel.

2.6.4. Pompa

Memelihara sekeliling pompa agar tetap bersih, sumber listrik tetap stabil,

perhatikan jadwal penggantian pelumas, ikuti petunjuk dar pabrik, pastikan

dudukan pompa kokoh dan kuat sehingga tidak menyebabkan terjadnya getaran.

Getaran pompa akan mempercepat terjadinya kerusakan.

2.6.5. Motor Diesel

Membersihkan mesin setiap hari, mengganti saringan dan minyak

pelumas, mengencangkan baut-baut dan mur.

2.6.6. Perpipaan

Bersihkan rumput-rumput penghalang, periksa dan beri tanda bila terjadi

kelongsoran tanah dan kebocoran pipa, untuk mempermudah perbaikan.

2.6.7. Kran Umum

Jika terjadi kerusakan segera lakukan perbaikan, lantai kran umum harus

selalu dibersihkan agar tdak licin dan berlumut.

2.6.8. Hidran Umum

Periksa dan bersihkan keadaan sekeliling hidran umum seperi saluran air

bak HU, lantai HU, periksa keadaan air dalam bak HU apabila kualitas air

menunjukan perubahan dari keadaan yang biasanya terjadi.

2.6.9. Jamban Komunai

1. Lubang jongkok/kloset. Bersihkan lubang jongkok setiap hari/kloset,

menggunakan sikat kloset

2. Lantai/dinding Jamban. Setiap hari bersihkan lantai dan dinding menggunakan

sikat (gunakan bahan pembersih) setiap hari bersihkan saringan dilantai

jamban dari kotoran/sampah.

3. Bak Air. Setiap hari kuras bak dengan menggunakan sikat (penggunaan bahan

pembersih).

2.7. Cara penyaluran PAMSIMAS

Pengelola menjelaskan kepada masyarakat, bahwa dalam penyusunan

Rencana Kerja Masyarakat menyangkut pembangunan sarana air minum

berdasarkan kepada prinsip tanggap terhadp kebutuhan masyarakat, hurus

melibatkan keterwakilan kaum perempuan sama dengan laki-laki dan

perlindungan terhadap kelompok miskin untuk mendapat hak yang sama dengan

kelompok kaya. Kepada masyarakat perlu dijelaskan bahwa sesuai dengan

keadaan daerah dan masyarakat pedesaan maka dalam memilih bentuk sarana

penyediaan air minum adalah sederhana dalam teknologi sehingga murah biaya

pembangunanya dan mudah pengoprasian serta pemeliharaanya sehingga sedikit

biaya iurannya.

Setelah masyarakat memahami penjelasan yang disampaikan pada langkah

sebelumnya, saatnya pengelola mendampingi menayakan dan menjelaskan

kepada masyarakat mengenai sumber-sumber air apa yang ada atau yang

dipergunakan masyarakat sampai saat ini, selanjutnya dijelaskan sifat air dari

masing-masing sumber air tersebut terutama menyangkut jumlah keberadaannya

atau kuantitas dan kualitasnya serta faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas

dan kualitas. Diharapkan dengan mengetahui jenis sumber air kuantitas dan

kualitaasnya air dari masing-masing sumber,masyarakat mulai mengetahui,

memahami bila mana akan menentukan sumber air untuk sarana air minum yang

menjadi pilihan.

2.8. Sumber Air Yang Baku

2.8.1. Mata Air

Mata air adalah sumber air yang mengalir air secara alami dari tanah

kepermukaan tanah. Kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi oleh keadaan vegetasi

sekeliling sumber mata air dan juaga aktifitas masyarakat, kadang debit air sangat

terbatas sehingga diperlukan pengukuran akurat saat musim kemarau, yang ketika

itu debit air cenderung mengecil hal ini untuk menghindari kesalahan perencanaan

antisipasi perhitungan kebutuhan air pada saat musim kemarau agar masyarakat

tetap mendapat air.

a. Pemanfaatan

Dalam pemanfaatannya, diperlukan sistem dipanisasi untuk mengalirkan

air dengan cara gravitasi atau dengan sistem pemompaan. Pemompaan

membutuhkan biaya relatif besar dibandingkan gravitasi.

b. Keuntungan

Kualitas air pada umumnya lebih baik dibandingkan sumber air yang lain,

resiko terjadi pencemaran lebih kecil, dan tidak memerlukan banyak pengelolaan

c. Kerugian

Debit air sangat dipengaruhi oleh musim “fluktuasi debit besar”

eksploitasi memerlukan biaya yang lebih besar bila jauh dari pelayanan,

tergantung kelastarian daerah resapan

2.8.2. Air Permukaan

Air pemukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, seperti

sungai, danau, waduk, embung, dan saluran irigasi. Air permukaan kurang baik

jika dikonsumsi langsung oleh manusia karena sering mengalami pencemaran

cukup tinggi, terutama di daera aliran sungai yang dikawasan padat penduduk.

a. Pemanfaatan

Pemanfaatan untuk pelayanan air minum memerlukan biaya cukup besar

untuk untuk konstruksi. Sebagai sumber air baku, lokasi penyadapan dan

bangunan pengelahan sebaiknya dipertimbangkan. Kualitas air permukaan harus

selalu dijaga dengan uji laboratorim terhadap air olahan.

b. Keuntungan

Debit air yang tersdia cukup banyak, air cukup jernih (danau/dam) fluktasi

debit pada musim kemarau dan hujan tidak begitu tinggi dan air yang mengalir

memungkinkan terjadinya pergantian setiap saat.

c. Kerugian

Kerugian air permukaan terletak di daerah yang rendah dan harus dengan

sistem pemompaan, mudah tercemar oleh limbah, kotoran, kekeruhan, dan lain-

lain membutuhkan proses pengelolaan.

2.8.3. Air Tanah

Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan

dibawa permukaan tanah air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang

keberadaanya terbatas. Keberadaan air tanah tergantung pada lingkungan vegetasi

di sekitar lokasi yang mempengaruhi adanya resert poir (tampungan) di dalam

tanah. Pada musim kemarau, suatu lokasi yang terdapat sumber air tanah dapat

mengalami kekurangan air, tetapi pada musim hujan terkena banjir. Salah satu

masalah yang mungkin timbul adalah apakah air yang disimpan tersebut masih

berada dalam reser poir yang kita inginkan atau barang kali sudah berpindah

ketempat lain.

a. Keuntungan

Kualitas air lebih baik dibandingkan dengan air dari sumber air yang lain,

resiko terjadi pencemaran lebih kecil tidak memerlukan banyak pengelolaan

pengambilan bisa dilakukan di dearah pelayanan.

b. Kerugian

Berada dibawa tempat pelayanan sehingga pengambilan menggunakan alat

(timba dan pompa), debit tergantung pada musim dan struktur tanah yang ada.

2.8.4. Air Hujan

Air Hujan adalah air yang berasal dari uap air yang naik ke udara menjadi

awan dan dengan proses kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang

sangat kecil), membentuk tetes air yang lebih besar, kemudian jatuh kepermukaan

bumi. Kualitas air hujan banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, air hujan

juga mengandung lebih banyak macam-macam gas dari pada air tanah, terutama

CO2 dan O

2. Air hujan biasanya tidak mengandung garam-garam mineral, zat-zat

racun, atau zat yang mengganggu kesehatan. Air hujan yang bersih dapat

digunakan sebagai sumber air bersih. Air hujan termasuk air lunak batas nilai rata-

rata. Air hujan merupakan nilai yang dianggap normal air hujan bersifat asam.

a. Keuntungan

Tersedia banyak di wilayah bercurah hujan tinggi dan mudah didapat dan

dikumpulkan

b. Kerugian

Kandungan mineral rendah perlu wadah penampung untuk

mengumpulkannya.

2.9. Tugas Pengelola

Tugas pengelola PAMSIMAS adalah dapat menyediakan data dengan

baik. Telah diupayakan kerjasama dengan Menteri Koordinator Kesejahteraan

Rakyat (Menko Kesra) untuk membuat website khusus informasi pelayanan air

minum untuk masyarakat miskin. Pengelolaan merupakan perencanaan kebutuhan

pembangunan, terhadap sarana air minum dan sanitasi yang dibutuhkan tanpa

melihat besaran dari dana yang disalurkan oleh PAMSIMAS.

Tugas utama pengelola adalah mendorong masyarakat lebih aktif. Selain

itu, kurangnya keterlibatan perempuan dalam program PAMSIMAS, juga menjadi

perhatian. Alasannya, karena perempuan adalah pengelola air rumah tangga yang

baik, untuk itu keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan dan

pelibatan dalam pembangunan dan pengelolaan sarana air minum dan sanitasi

perlu ditingkatkan.

2.10 Kesehatan Masyarakat

Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi

Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut

Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai

meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,

tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan

bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik. Hegeia, seorang

asistenya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya kesehatan. Bedanya

antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan

adalah;

a. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit

tersebut terjadi pada seseorang.

b. Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan

melalui “hidup seimbang”, seperti mengindari makanan/minuman yang

beracun, makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat dan melakukan

olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan

melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya

tersebut, anatara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan

yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.

Dari cerita dua tokoh di atas, berkembanglah 2 aliran/pendekatan dalam

menangani masalah kesehatan. Kelompok pertama cenderung menunggu

terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan

kuratif/pengobatan. Kelompok ini pada umumnya terdiri terdiri dari dokter, dokter

gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan fisik, mental

maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia,

cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan

kesehatan (promosi) sebelum terjadi penyakit. Ke dalam kelompok ini termasuk

para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah/institusi kesehatan

masyarakat dari berbagai jenjang.

Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah terjadi dikotomi antara

kelompok kedua profesi, yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care),

dan pelayanan pencegahan/preventif (preventive health care). Kedua kelompok

ini dapat dilihat perbedaan pendekatan : a) Pendekatan kuratif: 1) Dilakukan

terhadap sasaran secara individual; 2) Cenderung bersifat reaktif (menunggu

masalah datang, misal dokter menunggu pasien datang di Puskesmas/tempat

praktek); 3) Melihat dan menangani klien/pasien lebih kepada sistem biologis

manusia/pasien hanya dilihat secara parsial (padahal manusia terdiri dari bio-

psiko-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan lainnya. b) Pendekatan

preventif: 1) Sasaran/pasien adalah masyarakat (bukan perorangan). 2)

Menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu masalah datang,

tetapi mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat mencari dan

mengidentifikasi masalah dan melakukan tindakan. 3) Melihat klien sebagai

makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik. Terjadiya penyakit tidak semata

karena terganggunya sistem biologis tapi aspek bio-psiko-sosial.

Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health)

adalah Ilmu dan Seni: mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan

meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat“

untuk : a) Perbaikan sanitasi lingkungan; b) Pemberantasan penyakit-penyakit

menular; c) Pendidikan untuk kebersihan perorangan; d) Pengorganisasian

pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan;

e) Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi

kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah

ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat

melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan

masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu

kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan

itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.

Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,

mencakup : a) Ilmu biologi; b) Ilmu kedokteran; c) Ilmu kimia; d) Fisika; e) Ilmu

Lingkungan; f) Sosiologi; g) Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada

masyarakat); h) Psikologi; i) Ilmu pendidikan

Masalah Kesehatan Masyarakat adalah multikausal, maka pemecahanya

harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni

atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung

maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan

(promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan

(rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.

Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau

penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut: a)

Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular; b) Perbaikan

sanitasi lingkungan; c) Perbaikan lingkungan pemukiman; d) Pemberantasan

Vektor; e) Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat; f) Pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak; g) Pembinaan gizi masyarakat; h) Pengawasan Sanitasi

Tempat-Tempat Umum; i) Pengawasan Obat dan Minuman; j) Pembinaan Peran

Serta Masyarakat