bab ii kajian pustaka a. pengertian...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Efektivitas
Kajian yang menyeluruh mengenai efektivitas dalam suatu akativitas
secara umum mengarah kepada proses pelaksanaan ataupun tingkat keberhasilan
kegiatan yang dilakukan seseorang. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan
yang memberikan manfaat dari hasil pekerjaan yang dilaksanakan. Mengenai
devinisi efektivitas itu sendiri, banyak ahli yang mengemukakan pandangannya
dengan sudut pandang yang berbeda.
Kata efektivitas berasal dari dasar efektif (kata sifat) yang berarti ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya). Sementara itu, efektivitas juga memiliki
pengertian keefektifan. Ahli sosiologi lebih menitikberatkan pengertian efektivitas
pada kemanfaatan bersama. Dalam kamus sosiologi, Soejono Soekento
membedakan dua pengertian yang sering disamakan artinya, yaitu efektivitas dan
efisiensi. Efektivitas (effectivities) adalah taraf sampai sejah mana suatu kelompok
mencapai tujuan. Sedangkan efisiensi (effeciency) adalah :
1) Pencapaian tujuan secara maksimal dengan sarana terbatas
2) Rasio dari keluarga aktual terhadaop keluarga standard
3) Derajat pencapaian tujuan
Jadi efektivitas merupakan suatu taraf sampai sejauh mana peningkatan
kesejatateraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena
kesejateraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan (Soekanto,
1989:48)
7
Menurut J.P Cambel efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat
kemampuan suatu organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas
pokoknya atau untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol dapat dilihat pada
beberapa indikator sebagai berikut :
1) Keberhasilan program
2) Keberhasilan sasaran
3) Kepuasan terhadap program
4) Tingkat input dan output
5) Pencapaian tujuan menyeluruh
Sehingga efektivitas program dapat diajukan dengan kemampuan
operasinal dalam melaksnakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan
yang telah diterapkan sebalumnya (Cambel, 1989:121).
Sementara menurut Sondang P. Siagian, bahwa efektivias adalah
penyesuaian pekerjaan tepat pada waktunya yang telah ditentukan sebelumnya.
Artinya bahwa efektivitas sehubungan dnegan dimensi waktu dan penyesuaian
pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila tujuan
dan sasaran yang dihasilkan tidak dapat penyelesaiannya dengan waktu yang telah
ditetunkan sebelumnya, dikatakan tidak efektif (Siagian, dalam manalu, 2008:12)
Komarudin (1994:269) mengemukakan bahwa efektivitas adalah keadaan
yang menunjukan bahwa ketercapaian sasaran atau tujuan yakni telah ditetapkan.
Menurut Bernard bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah
disepakati bersama (Bernard, 1992:27).
Menurut Komariah dan Aan Triatna Cepi (2005:4) sesuatu yang
menunjukan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya
menurut Starawaji (2009:1) “efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan /
disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejumlah mana
tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setip tindakan yang dilakukan”.
Berdasarkan definisi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa yang
dimaksud efektvitas ini adalah suatu keadaan dimana masih ditemukan Posyandu
yang sepi pengunjung karena belum dimanfaatkan secara maksimal oleh Ibu-ibu
rumah tangga dari keseluruhan ibu rumah tangga yang terdapat di suatu desa,
hanya beberapa orang saja yang secara rutin memanfaatkan Posyandu baik
sebagai tempat penimbangan dan pemeriksaan kesehatan bayi/balita, pengecekan
kehamilan oleh Ibu-ibu hamil, maupun untuk pemeriksaan kesehatan dan KB.
Belum efektifnya pelayanan posyandu sebagaimana diuraikan di atas
memerlukan suatu kajian yang mendalam antara lain melalui penelitian, karena
melalui penelitian tersebut akan diperoleh data mengenai berbagai hal terkait
dengan efektivitas pelayanan program Posyandu di Desa Padengo Kecamatan
Popayato Barat Kabupaten Pohuwato.
Istilah efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini memiliki makna
yang sama dengan keberhasilan. Jadi penggunaan istilah tersebut dapat digunakan
secara bergantian yang disesuaikan dengan konteks kalimat yang digunakan.
B. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan
terpadu antara program Keluarga Berencana Kesehatan di tingkat desa (Syakira,
2009:90). Posyandu merupakan perpanjangan tangan puskesmas yang
memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara
terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu
sebagai wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem pelayanan
pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia secara empirik telah
dapat meratakan pelayanan bidang kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi
pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu
dan anak (Aritonang, 2000:65).
Peran posyandu sangat penting karena posyandu sebagai wahana
pelayanan berbagai program. Guna meningkatkan derajat kesehatan serta melihat
kemunduran kinerja posyandu. Pos Pelayanan Terpadu merupakan tempat
pelayanan dalam suatu wilayah kerja tertentu dengan kegiatan terpadu yang
bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat secara terpadu dengan program-program
terkait untuk mencapai tujuan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
Sebagai suatu kegiatan pelayanan dari, oleh dan untuk melayani masyarakat yang
menjadi sasaran. Dengan demikian Posyandu dituntut peran sertanya untuk
mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Sebagai kegiatan terpadu, Posyandu
mempunyai tujuan akhir yaitu memberikan pengetahuan serta sikap masyarakat
tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan Keluarga Berencana (KB),
Kesehatan, serta usaha-usaha peningkatan pendapatan serta aspek pembangunan
yang ingin dicapai.
Landasan Hukum Posyandu yaitu: 1) Undang-undang Dasar tahun 1945,
pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 2) Undang-
undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan; 3) Peraturan Pemerintah Nomor
25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
daerah otonom; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 5) Surat
Edaran Mendagri Nomor 411.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi
Posyandu; 6) Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
7) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457 tahun 2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; 8) Undang-undang
Nomor 32 tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah; 9) Undang-undang Nomor 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah;
10) Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat
Daerah; 11) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 tahun 2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat; 12) Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 131 tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 13) Undang-
undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional 14) PP No.7 tahun 2005 tentang RPJMN.
Tujuan umum Posyandu yaitu untuk menunjang percepatan penurunan
angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Adapun tujuan khusus posyandu antara lain: a) Meningkatnya peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB; b). Meningkatnya peran lintas sektor
dalam Penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan
AKB; c) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: 1) Bayi; 2) Anak
Balita; 3) Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui 4) Pasangan Usia
Subur (PUS).
Fungsi Posyandu yaitu: 1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat
dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar
sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB;
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Manfaat Posyandu antara lain: a) Memperoleh kemudahan untuk
mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB; b) Memperoleh bantuan secara profesional dalam
pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak;
c) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain
terkait.
C. Kedudukan Posyandu
a. Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan
Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan adalah sebagai
wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara
kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa/kelurahan.
b. Kedudukan Posyandu Terhadap Pokja Posyandu
Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang dibentuk di desa/kelurahan,
yang anggotanya terdiri dari aparat pemerintahan desa/kelurahan dan tokoh
masyarakat yang bertanggung jawab membina Posyandu. Kedudukan
Posyandu terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat
binaan aspek administratif, keuangan, dan program dari Pokja.
3. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM
UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan, yang salah satu diantaranya adalah Posyandu. Kedudukan
Posyandu terhadap UKBM dan pelbagai lembaga kemasyarakatan/LSM
desa/kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan adalah sebagai mitra.
4. Kedudukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan
Konsil Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang keshatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat di
kecamatan yang berfungsi menaungi dan mengkoordinir setiap Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Kedudukan Posyandu
Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi
yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan
Kecamatan.
5. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di
kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai
wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis
medis dibina oleh Puskesmas.
6. Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/ pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai
berikut:
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
1) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang
dilakukan oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas
ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan pemberian
imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan,
ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila
ditemkan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas; 2) Untuk lebih
meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelompok
Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai
dengan kesepakatan. Kegiatan kelompok Ibu Hamil antara lain
sebagai berikut:
a. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,
persiapan menyusui, KB dan gizi
b. Perawatan payudara dan pemberian ASI
c. Peragaan pola makanan ibu hamil
d. Peragaan perawatan bayi baru lahir
e. Senam ibu hamil
b. Ibu Nifas dan Ibu Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup:
1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan
kebersihan jalan lahir (vagina)
2. Pemberian vitamin A dan tablet besi
3. Perawatan payudara
4. Senam ibu nifas
5. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan,
dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan Anak Balita
Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara
menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika
ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan,
anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain
sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan
kader.
Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan
umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan
Posyandu untuk balita mencakup:
1. Penimbangan berat badan
2. Penentuan status pertumbuhan
3. Penyuluhan
4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader
adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dilakukan suntukan KB, dan konseling KB.
Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan
pemasangan IUD.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada
petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan
program, baikterhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah
bayi, balita, ibu hamil dan WUS. Jenis Pelayanan yang diberikan
meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,
penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian
sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan
pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang bertempat
tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan
tidak ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di
Posyandu dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula
garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit
yang disediakan
Kegiatan bulanan di Posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan
untuk : 1) Memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS). 2). Memberikan konseling gizi. 3. Memberikan pelayanan
gizi dan kesehatan dasar. Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita dilakukan
penimbangan balita setiap bulan di Posyandu dengan timbangan dacin, sedangkan
hasil penimbangan balita dicatat dalam KMS. Di dalam KMS berat badan balita
hasil penimbangan bulan tersebut diisikan dengan titik dan dihubungkan dengan
garis sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Berdasarkan garis
pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan naik
(N) atau tidak naik (T). Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan
dicatat pula jumlah anak ditimbang (D), jumlah anak yang ditimbang bulan lalu
(Q), jumlah anak baru pertama kali ditimbang (B), dan jumlah anak yang berat
badannya di bawah garis merah (BGM). Catatan lain yang ada di Posyandu adalah
jumlah seluruh balita yang ada di Posyandu (S), dan jumlah balita yang memiliki
KMS (K) (DepKes RI, 2003).
Pemantauan pertumbuhan balita yang merupakan salah satu kegiatan
utama perbaikan gizi, menitik beratkan pada upaya pencegahan dan peningkatan
gizi balita. Selain dilakukan penilaian pertumbuhan secara teratur melalui
penimbangan juga dilakukan penilaian hasil penimbangan dengan KMS. Dari
hasil KMS akan terlihat apakah balita mengalami gangguan pertumbuhan atau
tidak. Apabila terjadi kasus gangguan pertumbuhan, maka perlu dilakukan upaya
berupa konseling, penyuluhan dan rujukan guna mencegah memburuknya keadaan
gizi masyarakat. Tindak lanjutan berupa kebijakan dan program ditingkat
masyarakat, serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakan keluarga
(DepKes RI, 2003).
Menurut Zulkifli (2009:34) dalam pelaksanaan posyandu dikenal dengan
sistem 5 (lima) meja terdiri dari:
1) Meja pertama,
Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu–ibu, menuliskan nama
bayi/balita pada secarik kertas dan diselipkan pada KMS/buku KIA. Apabila
peserta baru, berikan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/KMS baru dan tuliskan
namanya kemudian selipkan secarik kertas bertuliskan nama bayi/balita pada buku
KIA/KMS. Kader mendaftar ibu hamil: menulis nama ibu hamil pada formulir
atau register ibu hamil. Apabila ibu hamil tidak membawa balita, langsung
dipersilahkan menuju meja 4. Untuk ibu hamil baru, atau belum mempunyai buku
KIA berikan buku KIA.
2) Meja kedua.
Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu–ibu, menuliskan nama
bayi/balita pada secarik kertas dan diselipkan pada KMS/buku KIA. Selanjutnya
menuju meja 3.
3) Meja ketiga.
Kader mencatat hasil timbangan yang ada disecarik kertas dipindahkan ke
dalam buku KIA/KMS. Cara pengisian buku KIA/KMS, sesuai petunjuk petugas
kesehatan.
4) Meja keempat.
Kader di meja 4 memberikan penyuluhan kepada ibu, sesuai dengan hasil
pencatatan di buku KIA/KMS pengamatan kepada anaknya. Penyuluhan ini tidak
hanya diberikan kepada balita yang tidak naik/turun timbangannya, tetapi yang
timbangannya naikpun juga perlu diberi penyuluhan untuk dapat menjaga
kesehatannya. Di meja 5 kader dapat melakukan rujukan ke tenaga kesehatan,
bidan, atau Puskesmas pada kasus-kasus yang perlu dirujuk.
Topik penyuluhan yang diberikan sesuai dengan permasalahan yang
ada dapat memberikan penyuluhan gizi misalnya Pemberian Makanan
Tambahan, pertolongan dasar, pemberian Vitamin A, oralit, menurunkan demam
ringan pada anak dan sebagainya.
Tidak kalah pentingnya juga memberikan pujian kepada balita/ibunya, bila
mereka rajin menimbang dan bagus hasil timbangannya atau perkembangannya.
5) Meja kelima.
Khusus di meja 5, yang memberi pelayanan adalah petugas
kesehatan/bidan. Layanan yang diberikan antara lain: (a) Imunisasi (b) Keluarga
Berencana (c) Pemeriksaan ibu hamil (d) Pemberian tablet tambah darah, kapsul
yodium, dan lain lain.
D. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu adalah suatu
pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh
pelayanan KB dan kesehatan. Tujuan diselenggarakan posyandu adalah (1)
memelihara dan meningkatkan kesehatn dalam rangka mewujudkan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga, (2) meningkatkan kegotongroyongan masyarakat, (3)
sebagai tempat untuk saling memperoleh dn memberikan berbagai informasi.
Posyandu menurut Dirjen Bina Pemberdayaan Masyarakat 2001 dalam
revitalisasi Posyandu pada hakikatnya adalah sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan kesehatan dasar peningkatan gizi masyarakat, yang secara umum
terpuruk sebagai akibat langsung mapupun tidak lansung adanya krisis multi
dimensi di indonesia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan setiap
keluarga dalam memaksimalkan potensi pengembangan kualitas sumber daya
manusia, diperlukan suatu revitalisasi posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan
dasar masyarakat yang langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan
kebutuhandasar pengemabngan kualitas manusia dini, sekaligus merupakan salah
satu komponen perwujudan kesejahteraan keluaga.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa posyandu adalah merupakan
kegiatan milik masyarakat diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam
menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, sedangkan
instansi/lembaga terkait hanya memberikan bimbingan teknis dan fasilitas.
Pelayanan posyandu yang diberikan kepada masyarakat pada saat kegiatan
posyandu adalah :
a. Jenis pelayanan minimal, meliputi: penimbangan untuk memantau
pertumbuhan anak, pemberian makana pendamping ASI dan vit A dua kali
setahun, pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya,
memantau atau melakukan pelayanan imunisasi, memantau kejadian ISPA dan
Diare, serta melakukan rujukan bila diperlukan.
b. Paket pengembangan atau pilihan, adalah peket layanan yang dapat
ditambahkan atau dikembangkan bagi posyandu yang telah mapan. Paket
kegiatan pilihan ini merupakan perluasan kegiatan posyandu yang disesuaikann
dengan kebutuhan masyarakat/kelompok sasaran di daerah, yang meiputi
tambahan berbagai program, antara lain : a) Program pengembangan Anak
Dini Usia (PADU) yang diintegrasikan dengan program Bina Keluarga Balita
(BKB) dan kelompok bermain lainnya; b) Program Dana Sehat/ atau JPKM
dan sejenisnya, seperti TABULIN, TAUMAS dan sebagainya; c) Program
penyuluhan penanggulangan penyakit endemis setempat seperti malaria,
demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lainnya; d) Penyediaan
air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP); e) Usaha
kesehatan Gizi masyarakat Desa (UKGMD); f) Program iversifikasi Pertanian
Tanaman Pangan; g) Program saran air minum dan jamban keluarga
(SAMIJAGA) dan perbaikan lingkungan pemukiman; h) Pemanfaatan
pekarangan; i) Kegiatan Ekonomi produktif, seperti usaha simpan pinjam dan
lain-lain; j) Dan kegiatan lainnya seperti : TPA, Pengajian, Tman bermain,
Arisan, Peragaan Teknologi tepat guan dan sejenisnya.
c. Pelayanan Ibu Hamil dan Ibu menyusui
Bagi ibu hamil dan menyusui, pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan
baik oleh bidan Desa maupun tenaga kesehatan dari Puskesmas di meja V saat
posyandu dibuka, berupa : a) tambahan bagi ibu hamil yang mengalami KEK,
pemberian tablet Ibu hamil, meliputi: Pemeriksaan kehamilan, pemberian
makanan tambahan darah, penyuluhan gizi dan kesehatan reproduksi; b) Ibu
menyusui, meliputi: Pemberian vitamin A, pemberian makanan tambahan,
pelayanan nifas dan pembeian tablet tambahan darah, penyuluhan tentang
pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI ekslusif, perawatan nifas dan
perawatan nifas bayi baru lahir, pelayanan KB.
Keragaman kondisi atau situasi anak dan ibu diberbagai daerah menuntut
posyandu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat. Salah satunya adalah dengan pendekatan melalui pemberlakuan pilihan
sistem kafetaria (pilihan jenis layanan) sesuai dengan kebutuhan kelompok
sasaran, meskipun secara umum setiap posyandu mampu memberikan pelayanan
mulai dari paket minimum sampai paket tambahan.
Pelayanan dengan pendekatan untuk memilih sendiri jenis layanan sesuai
kebutuhan masyarakat, hendaknya tetap tidak menghilangkan tugas pokok
posyandu untuk menjadi unit pemantau tumbuh kembang anak, khususnya guna
melindungi kelompok sasaran yang paling rawan dalam proses tumbuh
kembangnya, yakni Baduta. Selain itu, posyandu diharapkan selalu dapat
memberikan layanan dalam pendidikan pada para ibu untuk memelihara balita
secara tepat melalui peningkatan kemampuan untuk mengamati adanya tanda-
tanda penyimpangan dalam tumbuh kembang anak seperti
psikomotorik/kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta), psikososial/emosi,
bahasa dan jasmani
E. Tugas dan Tanggungjawab Para Pelaksana Posyandu
Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun
tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan
Posyandu adalah sebagai berikut.
a. Kader
Sebelum hari buka Posyandu, antara lain: a) Menyebarluaskan hari buka
Posyandu melalui pertemuan warga setempat; b) Mempersiapkan tempat
pelaksanaan Posyandu; c. Mempersiapkan sarana Posyandu; d. Melakukan
pembagian tugas antar kader; e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan
petugas lainnya; f) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.
Pada hari buka Posyandu, antara lain: a) Melaksanakan pendaftaran
pengunjung Posyandu; b) Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang
berkunjung ke Posyandu; c) Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS
dan mengisi buku register Posyandu. d) Pengukuran LILA pada ibu hamil dan
WUS. e) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT; f) Membantu petugas
kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya; g)
Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan melengkapi
pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.
Di luar hari buka Posyandu, antara lain: a) Mengadakan pemutakhiran data
sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta bayi dan anak
balita; b) Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang mempunyai
Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang Datang pada hari
buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya Naik; c)
Melakukan tindak lanjut terhadap: 1) Sasaran yang tidak datang; 2) Sasaran yang
memerlukan penyuluhan lanjutan; d) Memberitahukan kepada kelompok sasaran
agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka; e) Melakukan kunjungan tatap muka
ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau
organisasi keagamaan.
b. Petugas Puskesmas
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu satu
kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas
tidak pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka lebih dari 1 kali
dalam sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka Posyandu antara lain
sebagai berikut:
a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah
5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan
kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali
sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka Posyandu lebih dari satu kali
dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader
Posyandu sesuai dengan kewenangannya.
c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi
kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.
d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada
Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya
perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.
e. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu Hamil, bayi dan
anak balita serta melakukan rujukan ke Puskesmas apabila dibutuhkan.
3. Stakeholder (Unsur Pembina dan Penggerak Terkait)
a. Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal)
Posyandu kecamatan: 1) Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak
lanjut kegiatan Posyandu; 2) Memberikan dukungan dalam upaya
meningkatkan kinerja Posyandu; 3) Melakukan pembinaan untuk
terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.
b. Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab Pokja
Posyandu desa/kelurahan: 1) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan
dana untuk penyelenggaraan Posyandu. 2) Mengkoordinasikan
penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada hari buka Posyandu; 3)
Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan tokoh
masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu; 4)
Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Kemasyarakatan atau sebutan
lainnya. 5) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan
Posyandu secara teratur.
c. Instansi/Lembaga Terkait:
1) Badan / Kantor / Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa (BPMPD) berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan
pembinaan, penggerakan peran serta masyarakat, pengembangan
jaringan kemitraan, pengembangan metode pendampingan masyarakat,
teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan dan sebagainya.
2) Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan
sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan,distribusi
Buku KIA atau KMS, obat-obatan dan vitamin) serta dukungan
bimbingan tenaga teknis kesehatan.
3) SKPD KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota, berperan dalam
penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat melalui BKB dan
BKL.
4) BAPPEDA, berperan dalam koordinasi perencanaan umum, dukungan
program dan anggaran serta evaluasi.
5) Kantor Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas
Perindustrian dan UKM, Dinas Perdagangan dan sebagainya, berperan
dalam mendukung teknis operasional Posyandu sesuai dengan peran
dan fungsinya masing-masing, misalnya:
a) Kantor Kementerian Agama, berperan dalam penyuluhan melalui
jalur agama, persiapan imunisasi bagi calon pengantin, penyuluhan
di pondok-pondok pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan,
mobilisasi dana-dana keagamaan, dsb;
b) Dinas Pertanian, berperan dalam hal pendayagunaan tenaga
penyuluh lapangan, koordinasi program P4K, dsb;
c) Dinas Perindustrian dan UKM, Dinas Perdagangan, berperan dalam
hal penyuluhan gizi, khususnya penggunaan garam beryodium, dsb.
d) Dinas Pendidikan, berperan dalam penggerakan peran serta
masyarakat sekolah dan pendidikan luar sekolah, misalkan melalui
jalur program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), PAUD, dsb;
e) Dinas Sosial, berperan dalam hal penyuluhan dan pendayagunaan
Karang Taruna, Taman Anak Sejahtera (TAS), penyaluran berbagai
bantuan sosial, dsb; f) Lembaga Profesi, misalkan Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Ikatan Dokte Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI), Himpunan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia
(HIMPAUDI) dan tenaga layanan sosial terkait yang dapat berperan
dalam pelayanan kesehatan dan sosial.
Selain dinas/institusi/lembaga tersebut diatas, kemungkinan masih terdapat
beberapa unsur dinas/instansi/lembaga yang dapat melakukan peran dan fungsinya
dalam Posyandu namun untuk daerah-daerah tertentu mungkin tidak terdapat
unsur dinas / instansi / lembaga sebagaimana tersebut diatas, karena struktur
organisasi pada jajaran Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten /Kota saat ini
cukup bervariasi. apabila dinas /instansi/lembaga sebagaimana tersebut di atas
tidak terdapat di daerah, maka perlu dipertimbangkan fungsi yang sesuai dalam
organisasi Pokjanal Posyandu setempat.
d. Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu:
1) Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan
Posyandu.
2) Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-
sumber pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu.
3) Melakukan analisis masalah pelaksanaan program berdasarkan alternatif
pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan
desa/kelurahan.
4) Melakukan bimbingan dan pembinaan, fasilitasi, pamantauan dan
evaluasi terhadap pengelolaan kegiatan dan kinerja kader Posyandu
secara berkesinambungan.
5) Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan
swadaya masyarakat dalam mengembangkan Posyandu.
6) Mengembangkan kegiatan lain sesuaidengan kebutuhan.
7) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Posyandu kepada Kepala
Desa/Lurah dan Ketua Pokjanal Posyandu Kecamatan.
e. Tim Penggerak PKK:
1) Berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu.
2) Penggerakkan peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu.
3) Penyuluhan, baik di Posyandu maupun di luar Posyandu.
4) Melengkapi data sesuai dengan Sistim Informasi Posyandu (SIP) atau
Sistim Informasi Manajemen (SIM).
f. Tokoh Masyarakat/Forum Peduli Kesehatan Kecamatan (apabila telah
terbentuk):
1) Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Posyandu.
2) Menaungi dan membina kegiatan Posyandu.
3) Menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam
kegiatan Posyandu.
g. Organisasi Kemasyarakatan/LSM:
1) Bersama petugas Puskesmas berperan aktif dalam kegiatan Posyandu,
antara lain: pelayanan kesehatan masyarakat, penyuluhan, penggerakan
kader sesuai dengan minat dan misi organisasi.
2) Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan kegiatan
Posyandu.
h. Swasta/Dunia Usaha:
1) Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan kegiatan
Posyandu.
2) Berperan aktif sebagai sukarelawan dalam pelaksanaan kegiatan
Posyandu.
F. Peningkatan Kesehatan Masyarakat Melalui Pelayanan Posyandu
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang kompleks. Mulai dari
ilmu yang digunakan dalam penyelesaian merupakan multidisiplin, sektor yang
terkait pun multisektoral, serta subjek yang melaksanankannya pun berasal dari
berbagai pihak. Masyarakat memiliki porsi yang perlu diperhitungkan dalam
penyelesaian masalah kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan.
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari fungsi pelayanan
kesehatan daerah setempat sebagai fasilitator masyarakat untuk memainkan
perannya dalam pembangunan kesehatan di daerahnya sendiri. Selain itu, masalah
kesehatan masyarakat masyarakat menjadi hal yang harus dicermati oleh
pemerintah mengingat mulai dikembangkannya paradigma sehat di Indonesia.
Penerapan paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan
dalam jangka panjang agar mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam memelihara kesehatan, melalui peningkatan pelayanan promotif
dan preventif disamping kuratif dan rehabilitatif untuk mewujudkan Indonesia
Sehat (Castro, 2008).
Pelayanan kesehatan merupakan setiap bentuk pelayanan atau program
kesehatan yang ditujukan pada perseorangan atau masyarakat dan dilaksanakan
secara perseorangan atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi, dengan
tujuan untuk memelihara ataupun meningkatkan derajat kesehatan yang dipunyai.
Selain itu terdapat lima fungsi utama pelayanan kesehatan di antaranya adalah; 1)
mendorong masyarakat melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan
persoalan mereka sendiri, 2) memberi petunjuk kepada masyarakat tentang cara-
cara menggali dan menggunakan sarana yang ada secara efektif dan efisien, 3)
memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, 4) memberi bantuan
yang bersifat teknis, bahan-bahan serta rujukan, 5) bekerja sama dengan sektor
lain dalam melaksanakan program kerja posyandu.
Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi
mempunyai kewenangan yang besar dalam menciptakan inovasi model pelayanan
kesehatan di aras basis. Artinya, posyandu memiliki satu peran strategis untuk
mengorganisir masyarakat dalam mengupayakan kesehatan masyarakat. Hal ini
pun telah tertuang di dalam Sistem Kesehatan Nasional, dalam bab keempat:
subsistem upaya kesehatan, disebutkan di dalamnya bahwa subsistem upaya
kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat
(UKM) dan upaya kesehatan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuan dari upaya kesehatan yang saling mendukung ini adalah
terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau
(afforrdable), dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Dengan demikian, pemerintah maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak dapat bekerja sendiri untuk membangun kesehatan masyarakat.
Baik masyarakat maupun individu dari masyarakat itu sendiri juga harus memiliki
pemahaman yang sama dengan pemerintah. Oleh karena itulah, sudah menjadi
konsekuensi pemerintah atau petugas pelayanan kesehatan (posyandu) untuk
memberdayakan dan mengorganisasikan masyarakat. Seperti yang telah
disebutkan pada paragraf sebelumnya, posyandu memiliki peran untuk
memberdayakan masyarakat, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman
dalam membangun kesehatan masyarakat.
Telah disebutkan pula pada paragraf awal bahwa masalah kesehatan
masyarakat ini pun muncul akibat tercetusnya paradigma sehat demi
meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat. Pentingnya pemberdayaan
masyarakat pun disebutkan Winslow (1920) dalam teorinya tentang kesehatan
masyarakat.
Pengertian dan fungsi pengorganisasian dan kesehatan masyarakat,
sebagai bentuk upaya peningkatan fungsi Posyandu. Pengorganisasian masyarakat
dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan masyarakat, pada hakikatnya
adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada di
dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya, yaitu: preventif, kuratif,
promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri. Dari sumber lain,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakt diartikan sebagai teknologi yang
digunakan untuk melakukan intervensi pada faktor pendukung (enabling factors)
sebagai salah satu prasyarakat untuk terjadinya proses perubahan perilaku.
Dengan teknologi pengorganisasian dan pengembangan sumber daya yang ada
pada masyarakat sehingga mampu mandiri untuk meningkatkan derajat
kesehatannya (Sasongko, 2000).
Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk mendorong secara efektif
modal sosial masyarakat agar mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam hal kesehatan secara mandiri. Melalui proses
pengorganisasian, masyarakat diharapkan mampu belajar untuk menyelesaikan
ketidakberdayaannya dan mengembangkan potensinya dalam mengontrol
kesehatan lingkungannya dan memulai untuk menentukan sendiri upaya-upaya
strategis di masa depan; Memperkokoh kekuatan komunitas basis:
Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk membangun dan menjaga
keberlanjutan kelompok-kelompok kesehatan (Posyandu, Polindes, Dokter Kecil
dan lainnya).
Peran Posyandu bukan saja persoalan teknis medis tetapi juga bagaimana
keterampilan sumber daya manusia yang mampu mengorganisir modal sosial yang
ada di masyarakat. Program-program posyandu yang berbasis atu diantarnya
adalah upaya perbaikan gizi masyarakat: pembinaan pengembangan UPGK dan
pelayanan gizi. Pembinaan UPGK merupakan kegiatan kunjungan petugas
Puskesmas ke tiap posyandu desa atau RW. Selain itu, Kegiatan ini meliputi
penyuluhan, pemberian nasehat pada masyarakat ataupun kader atau volunter di
desa/RW tersebut. Tindak lanjut dari penyuluhan ini biasanya diterapkan para
kader kesehatan di desa atau RW setempat dalam kegiatan Posyandu, misalnya
saja dengan pemberian makanan tambahan pada masyarakat yang menimbang
anaknya ke posyandu serta transfer ilmu dari kader kesehatan pada masyarakat
setempat.
Dengan demikian, harapan dari adanya penyuluhan sekaligus pemberian
makanan yang memenuhi gizi ini dapat menjadi awal dari tindakan masing-
masing keluarga untuk menggalakkan peningkatan gizi kesehatan. Dengan begitu,
kita kembali menyimpulakan bahwa posyandu perlu memberdayakan dan
mengorganisir masyarakat, paling tidak kader kesehatan di tiap daerah, untuk ikut
serta dalam pembangunan kesehatan di lingkungan tempat tinggal mereka karena
pemerintah kita pun memiliki keterbatasan petugas kesehatan profesional dan
pendanaan yang kurang optimal untuk mendukung semua program kesehatan
daerah. Dari contoh-contoh program kesehatan posyandu yang melibatkan
pemberdayaan masyarakat, kita dapat lihat bahwa keterlibatan masyarakat dalam
upaya-upaya kesehatan ternyata cukup besar, mulai dari sebagai sumber informasi
dan data, tataran pelaksanaan termasuk pendanaan, sampai penilaian program itu
sendiri.
Meskipun sekarang ini sudah muncul banyak Posyandu di tiap desa atau
RW namun peran Puskesmas tetap dibutuhkan sebab penyelenggara Posyandu
merupakan masyarakat setempat yang masih membutuhkan pengarahan dari
petugas kesehatan, dalam hal ini adalah petugas Posyandu. Pemberdayaan
masyarakat dalam program-program kesehatan berbasis masyarakat bukan
merupakan upaya lepas tangan seperti yang dilakukan pemerintah mulai dari
kurangnya sumber daya manusia profesional, dana, kurangnya kemampuan
pemerintah pusat dalam memantau masalah kesehatan di daerah-daerah.
G. Standar Pelayanan Posyandu
Standar Pelayanan Posyandu di Indonesia (Notoatmodjo, 2003:77)
No Jenis Pelayanan
Indikator Kinerja Pembilang Penyebut Definisi Operasional Keterangan
1 2 3 5 6 7 8
1 UPAYA PROMOSI
KESEHATAN
1.1 Penyuluhan
Prilaku
Sehat
% Rumah Tangga
Sehat
Jumlah Rumah
tangga sehat
diwilayah kerja
Puskesmas
Jumlah seluruh
rumah tangga di
wilayah kerja
puskesmas
% Rumah tangga
yang telah
melaksanakan
paling sedikit 7 -
10 indikator
Prilaku hidup
bersih dan sehat.
10 indikator
adalah :
pertolongan
persalinan
oleh nakes,
balita diberi
ASI
ekslusif,
JPKM, tidak
merokok,
melakukan
aktivitas
fisik setiap
hari, makan
sayur dan
buah setiap
hari,
tersedia
jamban,
kesesuaian
luas lantai
dengan
jumlah
penghuni,
lantai rumah
bukan dari
tanah.
% Bayi yang
mendapat Asi
Ekslusif
Jumlah Bayi 0 -
6 bulan yg hanya
mendapat ASI
sampai usia 6
bulan di wilayah
kerja Puskesmas
Jumlah seluruh
bayi 0 - 6 bulan
di wilayah kerja
puskesmas
% Bayi 0 - 6 bulan
yg mendapat ASI
saja sampai usia 6
bulan di wilayah
kerja puskesmas.
% Desa dengan
garam
beryodium baik.
Jumlah Desa
yang terdapat
paling banyak 1
sampel garam
yang tidak
memenuhi syarat
SNI di wilayah
kerja Puskesmas
Jumlah seluruh
desa di wilayah
kerja
puskesmas
% Desa yang secara
sampling telah
memenuhi
persyaratangaram
yang baik sesuai
SNI di wilayah
kerja puskesmas.
% Posyandu
Purnama dan
Mandiri
Jumlah
posyandu
purnama dan
mandiri di
Jumlah seluruh
posyandu di
wilayah kerja
puskesmas
% posyandu dengan
cakupan 5
program atau
lebih yang
wilayah kerja
Puskesmas
melaksanakan
kegiatan 8 kali
atau lebih per
tahun.
1.2 Penyuluhan
(P3) NAPZA
% Upaya
Penyuluhan P3
NAPZA oleh
petugas.
Jumlah kegiatan
penyuluhan
dibidang P3
NAPZA di
wilayah kerja
puskesmas.
Jumlah seluruh
kegiatan
penyuluhan
dibidang
pencegahan dan
penanggulangan
penyalahgunaan
(P3) NAPZA
oleh petugas
kesehatan.
% Upaya
penyuluhan
dibidang
Pencegahan dan
penanggulangan
penyalahgunaan
(P3) NAPZA oleh
petugas
kesehatan.
2 UPAYA KESEHATAN
LINGKUNGAN
2.1 Pelayanan
Kesehatan
Lingkungan
% Institusi yang
dibina
Jumlah Institusi
yang dibina
dalam 1 tahun
Jumlah seluruh
Institusi yang
ada dalam
waktu yang
sama.
% Institusi yang
melakukan
pengamatan,
monitoring,
bintek.
2.2 Pelayanan
Hygiene
Sanitasi
Tempat
Umum
% Tempat Umum
yang memenuhi
syarat
Jumlah tempat
umum yang
memenuhi syarat
dalam 1 tahun
Jumlah tempat
umum yang ada
dalam waktu
yang sama.
% Tempat umum
yang mempunyai
akses sanitasi
dasar (Air bersih,
Jamban, Limbah,
Sampa)
penerangan dan
sirkulasi udara
yang cukup.
2.3 Pelayanan
pengendalian
vektor
% Rumah
bangunan bebas
jentik nyamuk
Aedes
Jumlah
rumah/bangunan
bebas jentik
nyamuk Aedes
dalam 1 tahun
Jumlah rumah
yang diperiksa
dalam 1 tahun.
% Rumah/bangunan
yang bebas jentik
nyamuk Aedes.
3 UPAYA KESEHATAN IBU
ANAK DAN KB
3.1 Pelayanan
Kesehatan
Ibu dan
Bayi.
% Cakupan
Kunjungan Ibu
Hamil K-4
Jumlah Ibu
hamil diwilayah
kerja puskesmas
yang
memperoleh
Jumlah Seluruh
Ibu hamil
diwilayah kerja
puskesmas yang
bersalin.
% Ibu hamil yang
telah memperoleh
pelayanan
antenatal 4 kali
sesuai standart
Sasaran Ibu
hamil 2,7
Jumlah
Penduduk
diwilayah
pelayanan
antenatal sesuai
standart.
diwilayah kerja
Puskesmas.
kerja
Puskesmas.
% Cakupan
pertolongan oleh
bidan atau
tenkes yang
memiliki
kompetensi
kebidanan.
Jumlah Ibu
bersalin
diwilayah kerja
puskesmas yang
persalinannya
memperoleh
pertolongan dari
tenkes yang
memiliki
kompetensi
kebidanan.
Jumlah sasaran
Ibu bersalin
diwilayah kerja
puskesmas.
% Ibu bersalin yang
mendapat
pertolongan
persalinan oleh
bidan atau tenkes
yang memiliki
kompetensi
kebidanan
diwilayah kerja
puskesmas.
Sasaran Ibu
bersalin 2,7
kali Jumlah
Penduduk
diwilayah
kerja
Puskesmas.
% Ibu hamil resiko
tinggi.
Jumlah Ibu
hamil resiko
tinggi dirujuk.
Jumlah ibu
hamil yang ada
diwilayah kerja
Puskesmas.
% Ibu hamil resiko
tinggi dirujuk di
wilayah kerja
puskesmas.
Sasaran Ibu
bersalin 2,7
x Jumlah
Penduduk
diwilayah
kerja
Puskesmas.
% Cakupan
Kunjungan
neonatus.
Jumlah bayi baru
lahir yang
memperoleh
pelayanan
kesehatan paling
sedikit 2 kali.
Jumlah sasaran
bayi baru lahir
diwilayah kerja
Puskesmas.
% Neonatus (bayi
umur <28 hari
yang memperoleh
pelayanan
kesehatan oleh
tenkes paling
sedikit 2 kali
diwilayah kerja
puskesmas
Sasaran
Neonatus
2,53% x
Jumlah
Penduduk
diwilayah
kerja
Puskesmas.
% Cakupan bayi
berat badan lahir
rendah/ BBLP
yang ditangani.
Jumlah
Kunjungan bayi
baru lahir
dengan BBLP.
Jumlah Bayi
baru lahir
dengan BBLP
yang ada
diwilayah kerja
Puskesmas.
% BBLP <2500
gram yang
ditangani sesuai
dengan standart
oleh tenaga
kesehatan
diwilayah kerja
Puskesmas.
% Cakupan
Kunjungan Bayi.
Jumlah bayi (1-
12 bulan)
Jumlah sasaran
bayi (1-12
% Anak Balita yang
dideteksi tumbuh
Sasaran
bayi (1-12
diwilayah kerja
puskesmas yang
memperoleh
pelayanan
kesehatan
minimal 4 x
pertahun.
bulan)
diwilayah kerja
Puskesmas.
kembang minimal
2 x pertahun.
bulan)
2,53%
Jumlah
Penduduk
diwilayah
kerja
Puskesmas.
3.2 Pelayanan
Kesehatan
Anak
Prasekolah
dan Anak
Sekolah.
% Cakupan deteksi
dini tumbuh
kembang anak
balita dan
Prasekolah
Jumlah anak
Balita (1-5
Tahun) yang
dideteksi tumbuh
kembang
minimal 2 x
setahun
Jumlah sasaran
anak balita yang
ada diwilayah
kerja
puskesmas
% Anak Balita yang
dideteksi tumbuh
kembang minimal
2 x pertahun
Sasaran
Balita
10,3%
Jumlah
Penduduk
diwilayah
kerja
Puskesmas.
% Cakupan
pemeriksaan
siswa SD dan
sederajat.
Jumlah siswa SD
dan sederajat
yang diperiksa
oleh tenkes/
tenaga terlatih
minimal 2 x
pertahun.
Jumlah sasaran
siswa SD
diwilayah kerja
puskesmas.
% Siswa SD
sederajat yang
diperiksa oleh
tenkes/tenaga
terlatih minimal 2
x pertahun.
Sasaran
siswa SD
adalah
Jumlah
siswa SD
yang ada.
% Cakupan
Pelayanan
Kesehatan
Remaja.
Jumlah Remaja
(10-19 Tahun) di
SLTP, dan SMU
yang
memperoleh
pelayanan
Kesehatan
Jumlah sasaran
remaja (10-19
Tahun) yang
ada diwilayah
kerja
Puskesmas.
% remaja (10-19
Tahun) di SLTP
dan SMU yang
memperoleh
pelayanan
kesehatan
diwilayah kerja
Puskesmas.
Sasaran
Remaja
21,8% x
Jumlah
Penduduk
diwilayah
kerja
Puskesmas.
3.3 Pelayanan
Keluarga
Berencana.
% Cakupan peserta
baru KB
Jumlah pasangan
usia subur (15-
49 Tahun) yang
baru mendapat
pelayanan
kontrasepsi
sesuai dengan
standart.
Jumlah sasaran
pasangan usia
subur (15-19
Tahun)
diwilayah kerja
puskesmas.
% PUS yang baru
menggunakan
kontrasepsi
diwilayah kerja
puskesmas.
Sasaran
PUS 16,6%
Jumlah
Penduduk
diwilayah
kerja
Puskesmas.
% Cakupan peserta
aktif KB
Jumlah pasangan
usia subur (15-
Jumlah sasaran
pasangan usia
% PUS yang baru
menggunakan
49 Tahun) yang
mendapat
pelayanan
kontrasepsi
sesuai dengan
standart.
subur (15-19
Tahun)
diwilayah kerja
puskesmas.
kontrasepsi
diwilayah kerja
puskesmas.
3.4 Pelayanan
Imunisasi
% Desa Kelurahan
UCI
Jumlah
desa/kelurahan
UCI
Jumlah seluruh
desa/kelurahan
% Desa kelurahan
dimana 90% dari
bayi yang ada
didesa sudah
mendapat
Imunisasi dasar
lengkap.
% Cakupan BIAS Jumlah Anak
SD/sederajat
yang mendapat
Imunisasi.
Jumlah seluruh
anak
SD/sederajat
yang ada.
% Anak
SD/sederajat yang
mendapat
Imunisasi.
% Cakupan
Imunisasi Ibu
Hamil.
Jumlah Ibu
hamil yang
mendapat
TT2/TT ulang
Jumlah sasaran
ibu hamil yang
ada diwilayah
kerja
puskesmas.
% Jumlah Ibu hamil
yang mendapat
TT2/TT ulang
diwilayah kerja
Puskesmas.
3.5 Pelayanan
Kesehatan
Usila
% Cakupan
pelayanan
kesehatan
Prausila dan
Usila
Jumlah
penduduk
prausila (45-59
th) dan usila
(>=60 th) yang
memperoleh
pelayanan
kesehatan.
Jumlah sasaran
pra usila (45-59
th) dan usila
(>=60 th)
diwilayah kerja
puskesmas.
% Pra usila (45-59
th) dan usila
(>=60 th) yang
memperoleh
pelayanan
kesehatan
diwilayah kerja
puskesmas.
Sasaran Pra
usila dan
usila 5,76%
x Jumlah
Penduduk
diwilayah
kerja
Puskesmas.
4 UPAYA PERBAIKAN GIZI
4.1 Pemantauan
Pertumbuhan
Balita
% Balita yang naik
berat badannya
(N/D)
Jumlah balita
yang ditimbang
yang berat
badannya naik.
Jumlah balita
yang ditimbang
% Balita yang
ditimbang di
Posyandu maupun
diluar Posyandu
yang berat
badannya naik.
% Cakupan Balita
Bawah Garis
Merah
Jumlah balita
yang ditimbang
yang pada KMS
berat badannya
dibawah garis
merah.
Jumlah balita
yang ditimbang
% Balita BGM yang
ditimbang di
Posyandu maupun
diluar Posyandu.
4.2 Pelayanan
Gizi
% Cakupan Balita
yang dapat
Kapsul Vit.A 2x
pertahun.
Jumlah Balita
dapat Vit.A 2x
pertahun dan
bayi 1x pertahun
Jumlah sasaran
Balita yang ada
diwilayah kerja
Puskesmas
% Balita dapat
Kapsul Vit.A 2x
pertahun (bayi 1x
pertahun).
% Cakupan Ibu
hamil dapat 90
Tablet Fe
Jumlah Ibu
hamil mendapat
Tab Fe selama
priode
kehamilannya
Jumlah Ibu
hamil diwilayah
kerja
puskesmas
% Ibu hamil yang
mendapat tab Fe
selama periode
kehamilannya.
% Cakupan
Pemberian
makanan
pendamping ASI
bagi bayi BGM
dari Gakin
Jumlah bayi gizi
kurang usia 6-11
bln dari gakin
mendapat MP-
ASI selama 90-
120 hari
diwilayah kerja
puskesmas.
Jumlah seluruh
bayi 6-11 bulan
dengan gizi
kurang dari
gakin diwilayah
kerja
Puskesmas.
% pemberian MP-
ASI pada bayi 6-
11 bulan gizi
kurang dari Gakin
selama 90-120
hari diwilayah
kerja Puskesmas.
% Balita Gizi
buruk mendapat
perawatan
Jumlah balita
gizi buruk yang
datang/ditemuka
n, dirawat dan
dirujuk.
Jumlah seluruh
balita gizi buruk
diwilayah kerja
Puskesmas.
% Balita gizi buruk
yang
datang/ditemukan,
dirawat dan
dirujuk..
5 UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
5.1 Pencegahan
dan
Pemberantas
an penyakit
polio
% AFP rate Jumlah kasus
AFP usia <15
tahun dalam
waktu 1 tahun.
Jumlah
penduduk <15
tahun dalam
waktu yang
sama
% Jumlah kasus
AFP non polio
yang ditemukan
diantara 100.000
anak <15 tahun
pertahun.
5.2 Pencegahan
dan
% Kesembuhan
penderita TBC
Jumlah penderita
TBC baru BTA+
Jumlah
penderita TBC
% penemuan
penderita TBC
pemberantas
an penyakit
TB Paru
BTA+ yang sembuh. BTA+ yang
diobati.
BTA+ yang
sembuh diakhir
pengobatan
5.3 Pencegahan
dan
pemberantas
an penyakit
ISPA
% Cakupan Balita
dengan
pneumonia yang
ditangani.
Jumlah kasus
pneumonia balita
ditemukan/ditan
gani.
Jumlah target
kasus
pneumonia
balita.
% penemuan dan
pengobatan
penderita
pneumonia.
5.4 Pencegahan
dan
pemberantas
an penyakit
DBD
% Penderita DBD
yang ditangani
Jumlah penderita
DBD dalam
waktu 1 tahun
yang ditangani
Jumlah
penderita DBD
yang
berkunjung ke
Sarkes
% Penderita DBD
yang ditangani
sesuai standar.
5.5 Pencegahan
dan
pemberantas
an penyakit
Diare
% Balita dengan
diare yang
ditangani.
Jumlah penderita
diare balita yang
ditemukan dan
ditangani
Target
penderita diare
balita yang
datang ke
Sarkes
% penderita diare
balita yang
mendapat
pelayanan
Target :
10% Jumlah
Balita
Pelayanan posyandu merupakan setiap bentuk pelayanan atau program
kesehatan yang ditujukan pada perseorangan atau masyarakat dan dilaksanakan
secara perseorangan atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi, dengan
tujuan untuk memelihara ataupun meningkatkan derajat kesehatan yang dipunyai.
Selain itu terdapat lima fungsi utama pelayanan posyandu di antaranya adalah; 1)
mendorong masyarakat melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan
persoalan mereka sendiri, 2) memberi petunjuk kepada masyarakat tentang cara-
cara menggali dan menggunakan sarana yang ada secara efektif dan efisien, 3)
memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, 4) memberi bantuan
yang bersifat teknis, bahan-bahan serta rujukan, 5) bekerja sama dengan sektor
lain dalam melaksanakan program kerja posyandu.
Dengan demikian, pemerintah maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak dapat bekerja sendiri untuk membangun kesehatan masyarakat.