bab ii kajian pustaka 2.1.1 pengertian anak usia...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2.1.1 Pengertian Anak Usia Dini Pengertian tentang istilah anak usia dini atau ada pula yang mengatakan dini usia sangat bervariasi, namun pada intinya anak usia dini merupakan anak yang berusia sebelum memasuki lembaga pendidikan formal, yakni Sekolah Dasar atau madrasah Ibtidaiyah. Biasanya mereka tinggal lebih banyak memperoleh layanan pendidikan dari orang tua di lingkungan keluarga atau mengikuti layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah. Wynn (1970:126-127) memberi batasan anak usia dini dimulai dari periode kelahiran sampai dengan usia sekolah dasar, yaitu antara nol sampai enam (0-6 tahun) atau tujuh tahun. Pengertian ini dimaksudkan bahwa sejak anak lahir sampai dengan usia tujuh tahun memerlukan program-program pendidikan yang bervariasi agar anak dapat berkembang optimal. UU Nomor 20 tahun 2003 memberikan batasan anak usia dini mulai dari anak usia sejak lahir sampai usia enam tahun. Landasan berpikir yang digunakan dalam memberikan batasan ini adalah berkenaan dengan pemberian layanan pendidikan yang dikelola secara formal, informal dan non formal. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Abdulhak (2003:2) bahwa anak usia dini merupakan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Anak pada usia ini memerlukan upaya sadar untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan

Upload: phungdang

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

2.1.1 Pengertian Anak Usia Dini

Pengertian tentang istilah anak usia dini atau ada pula yang mengatakan dini

usia sangat bervariasi, namun pada intinya anak usia dini merupakan anak yang

berusia sebelum memasuki lembaga pendidikan formal, yakni Sekolah Dasar atau

madrasah Ibtidaiyah. Biasanya mereka tinggal lebih banyak memperoleh layanan

pendidikan dari orang tua di lingkungan keluarga atau mengikuti layanan pendidikan

yang diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah.

Wynn (1970:126-127) memberi batasan anak usia dini dimulai dari periode

kelahiran sampai dengan usia sekolah dasar, yaitu antara nol sampai enam (0-6 tahun)

atau tujuh tahun. Pengertian ini dimaksudkan bahwa sejak anak lahir sampai dengan

usia tujuh tahun memerlukan program-program pendidikan yang bervariasi agar

anak dapat berkembang optimal.

UU Nomor 20 tahun 2003 memberikan batasan anak usia dini mulai dari anak

usia sejak lahir sampai usia enam tahun. Landasan berpikir yang digunakan dalam

memberikan batasan ini adalah berkenaan dengan pemberian layanan pendidikan

yang dikelola secara formal, informal dan non formal.

Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Abdulhak (2003:2) bahwa anak

usia dini merupakan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Anak pada usia

ini memerlukan upaya sadar untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani melalui penyediaan pengalaman dan stimulasi yang kaya, terpadu,

dan menyeluruh agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

Sedangkan Slavin (1994:73) mendefinisikan anak usia dini dimulai dari usia 3 tahun

sampai 6 tahun.

Landasan berfikir yang digunakan utuk memberikan batasan ini adalah:

(a) Anak mencapai usia tersebut mengalami perubahan yang sangat cepat disegala

bidang perkembangan;

(b) Anak telah menguasai beberapa keterampilan motorik pada akhir periode usia

tersebut dan dapat menggunakan keterampilan fisik untuk mencapai tujuan;

(c) Secara kognitif, anak mulai mengembangkan pemahaman tentang kelompok,

hubungan antar hal dan menyerap banyak informasi tentang dunia fisik dan

sosial;

(d) Pada akhir usia 6 tahun, anak telah mampu menggunakan kematangan

kecakapannya untuk mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya serta berbagi

gagasan dan pengalaman; dan

(e) Secara sosial anak belajar berperilaku dan aturan sederhana, serta semakin

mampu berinteraksi dengan anak dan atau orang lain (Sudarmadji, 2007:90).

Anak usia dini merupakan anak yang berusia lebih dari 3 tahun sampai 6

tahun, pengertian ini secara kategori digunakan untuk membatasi layanan pendidikan

yang diberikan oleh penitipan anak dan usia pendidikan sekolah dasar (Direktorat

PAUD, 2002:2).

Berdasarkan pada variasi pengertian tersebut, pengertian anak usia dini dalam

penelitian ini diartikan sebagai anak yang berusia 3 – 6 tahun. Anak yan telah

mencapai usia ini umumnya telah mengikuti pendidikan anak usia dini yang dikelola

secara formal seperti PAUD, taman kanak-kanak, Bustanul Athfal, Roudatul Athfal

dan kelompok bermain. Demikian pula dalam derajat tertentu anak usia enam tahun

telah mampu menguasai ketrampilan motorik, mampu memahami lingkungan dan

mampu mengembangkan perilaku dalam berinteraksi sosial serta telah terdidik secara

teratur.

2.1.2 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu

yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk

mengajar kebudayaan melewati generasi.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini

didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,

daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan

perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-

tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

2.1.3 Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan

berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus tujuan pendidikan anak usia

dini dalam (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 42 – 43) adalah:

1) Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta mencintai

sesamanya.

2) Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan

motorik kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan

sensorik.

3) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat

berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan

belajar.

4) Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah

dan menemukan hubungan sebab akibat.

5) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan

masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu

mngembangkan konsep diri yang positif dan kontrol diri.

6) Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta

menghargai karya kreatif.

Pendapat lain menyebutkan bahwa terdapat dua tujuan diselenggarakannya

pendidikan anak usia dini yaitu:

1) Tujuan utama adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas,

yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam

memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.

2) Tujuan penyerta adalah untuk membantu menyiapkan anak mencapai

kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

2.1.4 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip

sebagai berikut (Forum PAUD, 2007:23) :

1) Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada

kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya

pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik

perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio

emosional.

2) Belajar melalui bermain

Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui bermain anak

diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan

mengenai benda di sekitarnya.

3) Menggunakan lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan

menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat

mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

4) Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran

terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat

membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak

mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran

menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

5) Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses

pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri,

mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.

6) Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar

atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.

7) Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap,

dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat

dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berulang.

Menurut Wijana (2008:17) fungsi pendidikan anak usia dini yang utama

meliputi :

1) Fungsi adaptasi

Berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai

kondisi lingkungan dan menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.

2) Fungsi sosialisasi

Berperan dalam mebantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan

social yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana ia berada.

3) Fungsi pengembangan

Berperan dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak serta

menumbuh-kembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal

sehingga bemanfaat bagi dirinya dan lingkungan.

4) Fungsi bermain

Berkaitan dengan kesempatan bermain karena hakekat bermain merupakan

hak anak sepanjang rentang kehidupannya.

2.1.5 Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

Ada tiga hal yang dijadikan landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

yang dikutip peneliti dalam website (http://ebekunt.wordpress.com/2010/06/30/

konsep-konsep-dasar-pendidikan-anak-usia-dini-), yaitu :

1) Landasan Yuridis

2) Landasan Filosofis

3) Landasan Keilmuan

1) Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap

anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal

9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan

tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Dalam UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa

”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1)

Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2)

Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non

formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK,

RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur

pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh

lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.”

2) Landasan Filosofis Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya

melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar

manusia yang baik berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan

pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari

suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.

Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa

pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu

menjadikan manusia indonesia seutuhnya. Bangsa Indonesia juga sangat menghargai

perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka

Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa

Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan

yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang berhak

untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan

potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan.

Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa

pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu

menjadikan manusia indonesia seutuhnya. Sehubungan dengan pandangan filosofis

tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan,

pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses

pendidikan yang berlangsung.

3) Landasan Keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini

Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan PAUD

dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa displin

ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi,

humaniora, kesehatan, dan gizi serta neuro sains atau ilmu tentang perkembangan

otak manusia (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 10).

Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini

merupakan masa peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu

makanan, minuman, serta stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang

sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan

berpengaruh besar pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya

dengan perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak sekali penelitian yang

menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting, karena pada waktu

manusia dilahirkan, menurut Clark (dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009:21)

kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100 – 200 milyard sel otak yang siap

dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal,

tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai karena

kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak.

2.1.6 Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Seringkali orang tua menganggap masa awal kanak-kanak sebagai usia

mainan karena anak muda menghabiskan sebagian besar waktunya bermain dengan

mainan. Penyediaan tentang permainan menunjukkan bahwa bermain dengan mainan

mencapai puncaknya pada tahun-tahun awal masa kanak-kanak, kemudian mulai

menurun saat anak mencapai usia sekolah.

Selanjutnya Hurlock (1994:15) tentang pentingnya masa pra sekolah yaitu

pada saat anak berusia antara 2 – 5 tahun dan ia mengemukakan bahwa “Kurun usia

ini merupakan periode keemasan (golden age) dalam proses perkembangan seorang

anak manusia. Dalam proses perkembangan anak membutuhkan orang lain. Orang tua

adalah pihak yang sangat berperan dalam keseluruhan perkembangan anak. Dalam

hal ini Gunarsa (1975:28), mengemukakan “anak membutuhkan orang lain dalam

perkembangannya dan orang lain yang paling utama yang bertanggung jawab adalah

orang tua”. Disini jelas terlihat bahwa yang bertanggung jawab dalam perkembangan

fisik dan psikis anak adalah orang tua.

Menurut Taqiyuddin (2008:204) bahwa manfaat Pendidikan Anak Usia Dini

yaitu :

a) Belajar berkumpul dengan anak-anak yang lain. Anak – anak usia ini tidak

lagi senang bermain dalam kamarnya sendiri, seperti waktu mereka masih

bayi. Mereka ingin berkumpul bersama anak-anak yang lain dan meski

mereka tidak sedang bermain bersama, mereka tetap merasa lain bila sedang

bersama-sama.

b) Belajar bergaul dengan yang lain. Dengan berkumpul bersama anak berarti

belajar bergaul dengan yang lain, dan dari sini akan terpupuk jiwa kesabaran.

Pelajaran terpenting mereka dapatkan dari sikap teman-temannya sendiri,

yakni bila ada seorang anak yang bermain maka yang lain sabar menunggu

giliran.

c) Menghantar anak untuk mandiri. Dengan mengikuti Pendidikan Anak Usia

Dini anak-anak senang bermain dengan teman-temannya tanpa dihantui rasa

takut, cemas atau tekanan emosi termasuk lupa terhadap kehadiran mereka di

sisinya, dengan demikian anak-anak terbiasa bermain sendiri atau bersama

kelompoknya serta dibimbing oleh guru dengan serius dan rasa senang. Hal

ini membuat anak semakin percaya diri akan kemampuannya, serta dapat

beradaptasi dengan orang lain di luar lingkungan keluarga.

d) Mengenal figur selain ibu. Hal ini penting bagi perkembangan anak terutama

dalam menanamkan pondasi yang baik dalam diri anak, kaitannya untuk

menjalin hubungan dengan orang dewasa lainnya. Anak akan mendapatkan

sjumlah pengalaman dari berbagai cara berbicara, berperilaku, bersikap dan

sebagainya.

Adapun pentingnya pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah

sebagai berikut:

a) PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah

perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi

kepribadian anak.

b) PAUD sebagai titik sentral strategi pembangunan sumber daya manusia dan

sangat fundamental.

c) Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang akan berdampak pada

peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktivitas, pada akhirnya anak

akan mampu lebih mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

d) Merupakan Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari perkembangan otak

manusia, maka tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati

posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak.

e) Cerminan diri untuk melihat keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang

mendapatkan layanan baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih

besar untuk meraih keberhasilan dimasa mendatang. Sebaliknya anak yang

tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan

perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan hidup selanjutnya.

2.2 Hakikat Keterlibatan Masyarakat

2.2.1 Pengertian Keterlibatan Masyarakat

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan komunikasi

menjadi lebih cepat dan mudah. Ditambah lagi sejalan dengan era globalisasi dimana

dunia ini seolah-olah ruang kecil tanpa sekat maka komunikasi dan pertukaran

informasi dapat dilakukan dimanapun dan kapan pun dengan segera. Akibat

berikutnya adalah timbulnya perubahan yang cepat diseluruh aspek kehidupan. Salah

satu perubahan itu adalah perubahan sikap dan perilaku seseorang baik sebagai

individu maupun sebagai anggota masyarakat termasuk sebagai anggota suatu

organisasi di lingkungan pendidikan.

Dalam situasi yang demikian dimana lingkungan serba tidak menentu dan

persaingan semakin ketat maka inovasi dalam suatu organisasi menjadi sangat

penting. Inovasi dalam organisasi pada prakteknya membutuhkan perencanaan

strategis yang tidak hanya ditentukan oleh pimpinan organisasi tetapi harus

melibatkan seluruh jajaran organisasi termasuk didalamnya keterlibatan orang tua

dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) keterlibatan

masyarakat harus dilakukan supaya komitmen dan tanggung jawab masyarakat dapat

terjaga. Disamping itu, seperti telah dikemukakan di depan bahwa dalam suatu

organisasi banyak sekali kepentingan yang terlibat. Kepentingan ini dapat dibagi

dalam dua kelompok yakni kelompok kepentingan individu dalam organisasi dan

kepentingan organisasi itu sendiri. Dengan keterlibatan diharapkan dapat mencegah

dan menghadapi conflict of interest dimana pihak-pihak yang terkait dilibatkan untuk

mewakili kepentingan departemennya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

organisasi secara keseluruhan (Popalo, 2007:23).

Menurut Davis dan Newstrom (1990:179) keterlibatan didefinisikan sebagai

keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang

mendorong untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai

tanggung jawab dalam mencapai tujuan tersebut. Ada tiga gagasan penting dalam

definisi itu yakni keterlibatan, kontribusi dan tanggung jawab.

Keterlibatan mental dan emosional dimaksudkan sebagai keterlibatan

psikologis dan egonya yang melebihi keterlibatan fisik. Seseorang yang ber-

keterlibatan berarti orang tersebut termotivasi untuk memberikan kontribusi yang

diwujudkan dalam bentuk menyalurkan sumber inisiatif dan kreativitasnya guna

mencapai tujuan organisasi lebih dari itu seseorang yang ber-keterlibatan akan

terdorong untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompok. Pada saat

orang-orang mulai menerima tanggung jawab aktivitas kelompok maka mereka

melihat adanya peluang untuk menemukan hal-hal yang mereka inginkan yakni

merasa bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaannya. Situasi yang demikian akan

membawa kepada suatu sistem kerja tim yang berhasil.

Dalam pandangan Brown dan Moberg (1990:180) keterlibatan merupakan

proses dimana dua orang atau lebih saling mempengaruhi dalam membuat keputusan,

yang akan berguna pada waktu mendatang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam

proses keterlibatan terkandung tiga hal mendasar, yakni pengarahan (direction),

konsultasi (consultation) dan delegasi (delegation).

Sedangkan Kramer dan Specht (1983:103) mendefinisikan keterlibatan adalah

pembagian dan keikutsertaan dalam proses pembuatan keputusan kelompok.

Keterlibatan yang dimaksud berkaitan dengan siapa, apa, kapan, dimana dan

bagaimana. Pendefinisian di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Siagian

(1995:113) bahwa pimpinan organisasi bersedia melibatkan bawahannya dalam

proses pengambilan keputusan bukan hanya yang menyangkut diri sendiri, seperti

pekerjaan, jabatan dan penghasilan tetapi mengenai semua aspek kehidupan dalam

organisasi.

Keterlibatan menurut Schermerhorn (1996:140) diwujudkan dalam bentuk

pegawai bekerja bersama-sama menanggapi dan menaruh perhatian terhadap sasaran

maupun tujuan organisasi. Anthony, seperti dikutip oleh Sutarto (1996:143)

menambahkan apabila para manager dan bawahan sama-sama menanggung

wewenang, pengaruh sinergetik akan timbul, artinya dalam kesatuan ada kekuatan.

2.2.2 Indikator Keterlibatan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program PAUD

Pengertian keterlibatan dalam penelitian ini memiliki makna yang hampir

sama dengan partisipasi. Hal ini berdasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Ach.

Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang

secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu,

seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam

kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,

perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama." Sehingga dalam

penelitian ini kata partisipasi dan keterlibatan digunakan secara bergantian disesuaikan

dengan konteks kalimat yang mengikutinya.

Berdasarkan teori-teori di atas dapatlah disimpulkan peneliti bahwa yang

dimaksud dengan keterlibatan masyarakat terhadap pelaksanaan program PAUD

adalah peran serta masyarakat baik secara mental maupun emosional dengan

indikator (1) Keterlibatan dalam bentuk ekonomi (2) Keterlibatan dalam bentuk

Tenaga (3) Keterlibatan dalam bentuk fikiran / gagasan.

1) Keterlibatan dalam hal ekonomi

Bentuk keterlibatan masyarakat berikutnya terlihat dari partisipasi masyarakat

dalam hal ekonomi. Keterlibatan masyarakat dalam bentuk pemberian dana/ekonomi

ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan bentuk lainnya karena disebabkan

wujud uang lebih bersifat fleksibel, sehingga dapat digunakan pada bermacam-

macam keperluan seperti pembelian Alat Permainan Edukatif (APE), pembelian

buku-buku, media pembelajaran dan berbagai hal yang dapat menunjang pelaksanaan

program PAUD tersebut.

2) Keterlibatan dalam hal Tenaga

Pada sebagian masyarakat yang mau ikut terlibat dalam suatu pelaksanaan

program di Desa termasuk program pendidikan anak usia dini, mereka cenderung

untuk terlibat dan berpartisipasi dalam bentuk menyumbang tenaga dibandingkan

dengan bentuk-bentuk lainnya. Keterlibatan masyarakat dalam hal sumbangan tenaga

dapat juga diartikan bahwa bentuk partisipasi masyarakat berkaitan dengan

kemampuannya untuk berkontribusi. Hal ini dapat dipahami dengan jelas oleh karena

pola hidup masyarakat desa masih kental dengan sistem kegotong royongan, dimana

apabila ada sesuatu kegiatan yang melibatkan sekelompok warga tertentu, maka

dengan spontan warga masyarakat lainnya akan ikut membantu, apalagi bila kegiatan

tersebut adalah kegiatan pembangunan infrastruktur yang manfaatnya langsung

dirasakan oleh masyarakat. Jadi yang dimaksud keterlibatan masyarakat dalam

bentuk tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk

pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan program Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD).

3) Keterlibatan dalam hal fikiran / gagasan

Keterlibatan masyarakat berikutnya dalam bentuk partisipasi fikiran / gagasan

dimana lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah

pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program PAUD maupun untuk

memperlancar pelaksanaan program PAUD tersebut dan juga untuk mewujudkannya

dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan

yang diikutinya.

Beberapa aspek penting dalam keterlibatan masyarakat dalam proses

pendidikan anak usia dini yaitu:

1. Terlibatnya masyarakat, serta ikut serta dalam menentukan arah, strategi dan kebijakan pendidikan anak usia dini.

2. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam pendidikan anak usia dini.

3. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipasi dalam pendidikan anak usia dini berencana, yang secara langsung memberikan dan menyangkut pendidikan anak usia dini.

2.3 Keterlibatan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program PAUD

Pendidikan merupakan proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keterampilan dan aspek perilaku-perilaku lainnya kepada generasi ke generasi.

Dengan pengertian tersebut, sebenarnya upaya diatas sudah dilakukan sepenuhnya

oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang dipelajari adalah

hasil dari hubungan individu dengan orang lain, baik dirumah, sekolah, tempat

bermain, pekerjaan dan lainnya. Dengan kata lain dimanapun kita berada kita pasti

akan belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan.

Pendidikan anak usia dini merupakan tanggungjawab bersama antara

pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan

anak usia dini tidak akan berhasil dengan maksimal. Bagi suatu masyarakat, hakikat

pendidikan diharapkan mampu berfungsi menunjang kelangsungan kemajuan

hidupnya, agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka diteruskan

nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya bagi generasi

muda. Tiap masyarakat selalu berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses

adaptasi tertentu sesuai coraknya masing-masing periode zamannya kepada generasi

muda melalui pendidikan atau secara khusus melalui interaksi sosial.

Aktifitas pendidikan terutama pendidikan anak usia dini sebenarnya sudah

dimulai sejak anak dilahirkan kedunia yaitu keluarga. Didalam keluargalah anak

pertama menerima pendidikan dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini

merupakan pendidikan utama atau terpenting terhadap perkembangan pribadi anak.

Pada didalam kehidupan keluarga memberi corak pola kepribadian anak yang hidup

di dalam keluarga. Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama sejak

timbulnya adapt kemanusiaan hingga sekarang, hidup keluarga itu selalu

mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia (Dewantara dalam

Suwarno, 1972 : 72).

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata masyarakat dunia secara

global telah ikut mempengaruhi iklim Pendidikan Anak Usia Dini. Pengaruh

modernisasi di berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter pendidikan yang

hampir sama di seluruh dunia, memiliki mempunyai ciri khas tertentu di tiap- tiap

Negara. Dalam masyarakat yang sudah maju, proses pendidikan untuk anak usia dini

sebagian dilaksanakan dalam lembaga pendidikan yang disebut lembaga PAUD dan

pendidikan dalam lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih teratur dan

terprogram dengan baik.

Bentuk aktualisasi dan pernyataan penyadaran diri masyarakat secara kolektif

dapat berupa keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan kebutuhan pelaksanaan program PAUD dalam komunitas yang

melingkupinya. Bentuk – bentuk keterlibatan masyarakat bisa teraktualisasikan dalam

bentuk musyawarah dan juga terbentuknya institusi lokal oleh masyarakat itu sendiri.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dan partisipasi

masyarakat dalam kegiatan pembangunan disegala bidang adalah untuk :

1. Memiliki tanggung jawab bersama di dalam rangka mensukseskan programprogram

pendidikan anak usia dini melalui dukungan sepenuhnya terhadap cita-cita

pendidikan anak usia dini, sehingga tercipta masyarakat yang kreatif dan aktif.

2. Menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tentang kegiatan

pendidikan anak usia dini sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik untuk

menghadapi hari esok.

3. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi

dalam mensukseskan setiap program-program pendidikan anak usia dini yang

bersifat partisipatif untuk mencapai kesejahteraan sosial yang lebih baik.

Peran serta keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program pendidikan

bagi anak usia dini diantaranya adalah memfasilitasi lembaga PAUD yang telah ada

agar orang tua dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan mengikutkan

anak mereka dalam kegiatan belajar dan bermain yang diselenggarakan oleh lembaga

PAUD tersebut. Selama ini pemahaman orangtua tentang perkembangan anak masih

sangat tradisional, kurang mau berubah, masih sangat konkret dalam berpikir,

motivasi yang rendah karena kebutuhan yang masih sangat mendasar, serta masih

sangat dipengaruhi oleh budaya setempat yang sempit.

Rendahnya tingkat kesadaran orang tua agar anak usia dini dapat mengikuti

pendidikan prasekolah dipengaruhi oleh beberapa hal antara lainkarena masih terbatas

dan tidak meratanya lembaga layanan PAUD yang ada di masyarakat terutama di

pedesaan. Pada umumnya orang tua memandang pendidikan belum perlu diberikan

kepada anak usia dini. Hal ini sangat wajar mengingat bahwa pemahaman orang tua

terhadap pentingnya PAUD masih sangat rendah serta pada umumnya mereka

berpandangan bahwa pendidikan identik dengan sekolah, sehingga bagi anak usia dini

pendidikan dipandang belum perlu. Keterlibatan masyarakat hendaknya

didayagunakan karena dapat membantu pelaksanaan pendidikan anak usia dini, baik

dalam bentuk pembinaan moral, bakat, pengajaran, maupun budaya. Dengan

demikian masyarakat akan ikut menaruh kepentingan dan bertanggungjawab terhadap

kelangsungan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini disatuan-satuan pendidikan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya masyarakat itu sendiri

juga perlu meningkatkan keterlibatannya secara aktif dalam pelaksanaan, pembinaan,

dan pelembagaan program Anak Usia Dini. Karena program PAUD ini menjadi

sangat penting dilaksanakan sebab kualitas generasi mendatang sangat bergantung

kepada kualitas anak-anak usia dini pada masa sekarang.