kajian teori pengertian pendidik -...
TRANSCRIPT
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidik
Dalam UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik anak
usia dini adalah merupakan seorang yang melaksanakan tugas yakni membimbing
dan membantu anak untuk berkembang secara optimal sesuai dengan tahapan dan
tugas perkembangannya. Untuk melaksanakan hal tersebut maka setiap pendidik
hendaknya memiliki teknik dan menggunakan metode mengajar yang dapat
memberikan stimulasi anak usia dini untuk merespon setiap stimulus yang
disampaikan dalam pembelajaran melalui bermain. Bentuk dan sistem mengajar
seperti inilah yang disebut peran pendidik. Baik yang hasilnya mengarah ke arah
yang menunjang keberhasilan pembelajaran di Kelompok Bermain maupun yang
memang tidak mengubah apapun atau dapat dikatakan nihil hasil proses
pembelajarannya.
Kemampuan pendidik dapat dinilai dari kemampuannya dalam penguasaan
metode dan teknik mengajar yang diterapkan, hal ini dapat disebut juga bahwa
peran pendidik dapat dilihat dari wawasan dan pemahaman pendidik tentang tugas
pokok yang diembannnya, apakah sudah atau belum, maka dapat disimpulkan
bahwa peran pendidik sudah baik, cukup ataupun dirasa masih kurang sesuai
dengan tugas pokok pendidik yang seharusnya.
B. Ciri-ciri dan Karakteristik Pendidik PAUD
Undang-undang Guru No. 15 Tahun 2005 talah menegaskan bahwa
Guru adalah Pendidik yang mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional
yang memerlukan keahlian khusus. Sedangkan ciri-ciri Pendidik Anak Usia Dini
menurut Yufiarti (2008: 1.15) adalah sebagai berikut :
“(1) menuntut adanya keterampilan keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendasar, (2) menekankan suatu keahlian dalam bidang tertentu, (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai, (4) menuntut adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan, (5) memiliki kode etik, (6) memiliki klien dan, (7) diakui oleh masyarakat. “
Pendapat senada diungkapkan oleh Houle (2008: 11) menyatakan
karakteristik pendidik anak usia dini adalah :
“1) kejelasan fungsi yang dijabarkan dalam jabatan, 2) menguasai pengetahuan secara teoritis tentang karakteristik anak usia dini, 3) mampu memecahkan masalah terutama dalam pendidikan anak usia dini, 4) mendapatkan pelatihan dan pendidikan yang memadai, 5) menggunakan pengetahuan untuk praktek dan peningkatan diri.”
Mencermati kedua pendapat ini maka dapat dipahami bahwa seorang
pendidik dituntut memiliki pengetahuan yang memadai dalam tugas
profesionalismenya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Morrison (2008: 76)
menjelaskan karakteristik pendidik anak usia dini adalah :
“1)Mempunyai pengahasilan yang memadai sebagai kompensasi pengetahuan yang dimilikinya, 2) Memiliki pengetahuan tentang segala sesuatu yang ditanganinya sebagai seorang ahli sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif, 3) menunjukkan kinerja dengan kualitas tinggi yang mampu menerapkan keterampilannya dalam praktek sehari-hari.”
Dari pendapat-pendapat yang telah diuraikan jelaslah bahwa ciri-ciri
pendidik anak usia dini menuntut seorang pendidik anak usia dini untuk memiliki
kemampuan yang kompleks dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik anak
usia dini.
C. Kompetensi Pendidik PAUD
Spencer and spencer (dalam Uno, 2008:201) memandang bahwa
kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang
berhubungan dengan kinerja efektif dan atau superior dalam pekerjaan atau
situasi. Sejalan dengan hal tersebut R.M Guion (dalam Uno, 2008:201)
mendefenisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol
bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berfikir, dalam
segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Menurut
Usman (2006:4) menyatakan bahwa :
“Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang baik kualitatif maupun yang kuantitatif. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru”
Lebih lanjut, Mantja (2005:113) menyebutkan “Kompetensi sebagai
perilaku-perilaku khusus dengan cara-cara yang relevan dengan tugas-tugas
tertentu, perilaku yang berkaitan dengan penampilan yang diinginkan dan juga
menggabarkan tautan di mana perilaku-peilaku itu harus diunjukkerjan”. Artinya
bahwa kompetensi sebagai suatu kumpulan perilaku memgandung pola
penampilan yang spesifik yang menggambarkan pelaksanaan tugas yang relevan.
Sedangkan menurut Mc.Leod (Moh. Uzer Usman, 2006:14)“The state of legally
competent or qualified. “Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”“Keadaan
berwewenag atau memenuhi syarat ketentuan hukum Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Charles E (Moh. Uzer Usman, 2006:14) yang menyatakan bahwa
“Competency as a rational ferformance wich satisfatorily meets the objective for
a desired condition.” “Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari
perilaku guru yang tampak sangat berarti. Selanjutnya menurut Usman (2006:14)
“Teacher competency is the ability of teacher to responsibilty perform has or her
duties approprately” “Kompetensi Guru merupakan kemampuan seseorang guru
dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak”
Undang-undang Guru No. 15 Tahun 2005 Pasal 8 menjelaskan bahwa
“Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik
serta sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional”. Lebih lanjut pada pasal 10 menjelaskan bahwa
kompetensi pendidik yang dimaksud adalah : kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Tuntutan ini berlaku juga untuk pendidik anak usia dini.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan anak usia
dini seperti yang telah disebutkan lebih jelasnya adalah : 1) kompetensi
pedagogik, yakni kemampuan yang berhubungan dengan pengelolaan
pembelajaran, 2) kompetensi keprobadian, yakni kemampuan yang berhubungan
dengan personal, meliputi : kepribadian yang mantap, berahlak mulia, bijaksana
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik., 3) kompetensi profesional,
yakni kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam, 4) kompetensi sosial, mencakup kemampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain meliputi: berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar.
Standart kompetensi untuk pendidik PAUD yang dikembangkan oleh CDA, yaitu
dalam bentuk surat kepercayaan dari Lembaga Perkembangan Anak yang berada
di Amerika yakni : (1) menciptakan dan mempertahankan lingkungan belajar
yang aman dan sehat, (2) mingkatkan kompetensi intelektual dan fisik, (3)
mendukung perkembangan emosi dan sosial serta memberikan bimbingan yang
positif, (4) mengadakan hubungan yang produktif dan positif dengan keluarga, (5)
meyakinkan bahwa program mempunyai tujuan dan berjalan dengan baik dan
disesuaikan dengan kebutuhan stakeholder (pengguna), (6) mempertahankan
komitemen dan profesionalisme.” Chandrawati (2010: 3.29) . Kompetensi yang
dimaksud oleh Children Development Asociation tersebut tidak lain berdampak
pada perkembangan anak yang optimal.
Selain CDA (Children Development Asociation), lembaga dunia lain yang
mergerak dibidang perkembangan anak NAEYC (Wirwaty, 2009: 15)
menjelaskan bahwa kompetensi pendidik PAUD terdiri dari beberapa komponen,
antara lain aspek meningkatkan perkembangan anak dan belajar, yakni aspek
kemampuan pendidik dalam memberikan stimulasi dalam rangka meningkatkan
perkembangan anak. Pendidik pula harus dapat menjalin hubungan yang baik
antar keluarga. Seorang pendidik sebagai mahluk sosial tidak lepas dari interaksi
dengan orang lain, maka pendidik dituntut pula untuk dapat memahami dan
menilai keluarga anak dan masyarakat. lebih jelasnya komponen tersebut dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Kompetensi Pendidik PAUD menurut NAEYC
No Komponen/Aspek Kemampuan yang diharapkan
1. Meningkatkan perkembangan
anak dan belajar
1. Memahami siapa anak 2. Memahami faktor yang
mempengaruhi perkembangan 3. Menggunakan pemahaman
tersebut di atas, untuk menciptakan lingkungan yang dapat membuat maju dengan pesat
2 Menjalin hubungan yang baik
antar keluarga dan masyarakat
1. Memahami dan menilai keluarganya anak, dan masyarakat
2. Menciptakan hubungan saling membantu dan menghargai
3. Melibatkan semua keluarga dalam perkembangan dan belajar anak.
3. Mengobservasi,
mendokumentasi dan menilai
1. Memahami tujuan penilaian 2. Menggunakan strategi penilaian
yang efektif 3. Menggunakan penilaian secara
bertanggung jawab untuk mempengaruhi perkembangan dan belajar anak secara positif
4. Mengajar dan Belajar 1. Menjalin kedekatan hubungan anatar anak dan keluarga
2. Menggunkan startegi pembelajaran yang efektif
3. Mempunyai pengetahuan tentang disiplin ilmu
4. Menggunakan pengetahuan di atas untuk meningkatkan perkembangan belajar
5. Menjadi profesional 1. Mengidentifikasi anak-anak dengan profesi PAUD
2. Dibimbing secara etis dan standart profesi yang lain
3. Berkelanjutan dan berkolaborasi dengan anak
4. Berfikir secara kritis dan reflektif 5. Membimbing anak.
Hyson (2011) menjelaskan 15 kompetensi dasar yang harus dimiliki
pendidik PAUD. Pada dasarnya 15 kompetensi yang dimaksud Hyson tersebut
adalah merupakan esensi dari kompetensi yang telah diuraikan NAEC. Kelima
belas kompetensi yang dimaksud adalah : (1) memahami perkembangan anak dan
menggunakannya dalam proses pembelajaran, (2) mengenal anak melalui
pengamatan dan dokumen pertumbuhan dan perkembangan, termasuk perbedaan
individu, dan penyimpangan dari perkembangan yang normal, (3) menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk berkomunikasi antar anak dan teman sebaya, (4)
menciptakan lingkungan belajar yang memenuhi kebutuhan anak untuk bermain,
(5) menciptakan lingkungan belajar untuk memenuhi kebutuhan anak untuk
bermain, (6) menciptakan permainan yang edukatif dengan memanfatkan sumber-
sumber lokal, (7) menghargai kemampuan anak sebagai individu, (8)
meningkatkan perkembangan dan belajar anak yang memounyai kemampuan
kurang, (9) mengetahui tentang prinsip-prinsip penggunanaa dan keseimbangan
gisi, (10) mengetahui tentang pertolongan pertama pada anak-anak yang terluka,
(11) menciptakan kegiatan belajar (bermain) yang aktraktif pada anak-anak, (12)
menilai perkembangan anak dan belajar, (13) mampu berkomunikasi dengan baik
kepada anak, (14) memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak, (15)
mampu mengajar materi yang penting seperti sainsa dan matematika.
(www.Geogle.com)
Dalam Permen 58 Tahun 2009, Kompetensi pendidik PAUD sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan anak usia dini diuraikan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 1 : Kompetensi Pendidik PAUD menurut Permendiknas No. 58
Tahun 2009 No
KOMPETENSI GURU INDIKATOR
KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Kemampuan
merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
1) menyusun rencana tahunan, semesteran, bulanan, mingguan dann harian
2) Menetapkan kegiatan bermain yang mendukung tingkat pencapaian perkembangan anak
3) Merencanakan kegiatan yang disusun berdasarkan tingkat kelompok usia.
2 Melaksanakan Proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
1) Mengelola kegiatan sesuai dengan rencana yang disusun berdasarkan kelompok usia
2) Menggunakan metode pembelajaran melalui bermain sesuai dengan karakteristik anak.
3) Memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan kegiatan dan kondisi anak.
4) Memberikan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan.
5) Memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan anak.
3 Melaksanakan penilian terhadap proses pengasuhan, dan perlindungan.
1) Memilih cara-cara penilaian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
2) Melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan cara-cara yang dutetapkan..
3) Mengolah hasil penilaian. 4) Menggunakan hasil-hasil penilaian
untuk berbagai kepentingan pendidikan.
5) Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk berbagai kepentingan pendidikan.
6) Mendokumentasikan hasil-hail penilaian.
KOMPETENSI KEPRIBADIAN 1 Bersikap dan berperilaku
sesuai dengan kebutuhan psikologis anak
1) Menyayangi anak secara tulus. 2) Berperilaku tenang, sabar, ceria,
serta penuh perhatian. 3) Memiliki kepekaan, responsif dan
humor terhadap perilaku anak.
4) Menampilkan sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan bijaksana
5) Berpenampilan bersih, sehat, dan rapi.
6) Berperilaku sopan santun, menghargai dan melindungi anak.
2 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak
1) Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, budaya, dan jender.
2) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat..
3) Mengembangkan sikap anak didik untuk menghargai dalam masayarakat.
3 Menampilkan diri sebagai pribadu yang berbudi pekerti luhur
1) Berperilaku jujur. 2) Bertanggung jawab terhadap tugas 3) Berperilaku sebagai teladan.
KOMPETENSI PROFESIONAL 1 memahami tahap
perkembangan anak. 1) Memahami kesinambungan tingkat
perkembangan anak 0-6 tahun. 2) Mamhami standar tingkat
pencapaian anak 3) Memahami bahwa setiap anak
mempunyai tingkat kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda
4) Memahami faktor penghambat dan pendukung tingkat pencapaian perkembangan.
2 memahami pertumbuhan
dan perkembangan anak
1) Memahami aspek-aspek perkembangan fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosi dan moral agama.
2) Memahami faktor-faktor yang menghambat dan mendukung aspek-aspek perkembangan di atas.
3) Memahami tanda-tanda kelaianan pada tiap aspek perkembangan anak.
4) Mengenal kebutuhan gizi anak sesuai dengan usia
5) Memahami cara memantau nutrisi, kesehatan dan keselamatan anak
6) Mengetahui pola asuh yang sesuai dengan usia anak.
7) Mengetahui pola asuh yang sesuai dengan usia anak.
8) Mengenal keunikan anak. 1. Memahami pemberian
rangsangan pendidikan, pengasuhan dan perlindungan
1) Mengenal cara-cara pemberian rangsangan dalam pendidikan , pengasuhan dan perlindungan secara umum.
2) Memiliki keterampilan dalam melakukan pemberaian rangsangan pada setiap aspek perkembangan.
2. membangun kerjasama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak.
1) Mengenal faktor-faktor pengasuhan anak, sosial ekonomi keluarga, dan sosial kemasyarakatan yang mendukung dan menghambat perkembangan anak.
2) Mengkomunikasikan program lembaga pemndidikan, pengasuhan, dan perlindungan kepada orang tua
3) Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam program di lembaga
4) Meningkatkan kesinambungan program lembaga dan lingkungan keluarga.
KOMPETENSI SOSIAL 1. Memahami dasar-dasar
pengasuhan 1) Memahami peran pengasuhan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Memahami pola makan dan kebutuhan gizi masing-masing anak.
3) Memahami layanan dasar kesehatan dan kebersihan anak.
4) Memahami tugas dan kewenangan dalam menbantu guru dan guru pendamping.
2. Terampil melaksanakan pengasuhan
1) Terampil dalam melakukan perawatan kebersihan anak.
2) Terampil bermain dan berkomunikasi secara verbal dan non verbal dengan anak.
3) Mengenali dan mengatasi ketidaknyamanan anak.
4) Terampil merawat kebersihan fasilitas bermain anak.
3. Bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak.
1) Menyayangi anak secara tulus. 2) Berperilaku sabar, tenang, ceria,
penuh 3) Memiliki kepekaan dan humoris
dalam menyikapi perilaku anak. 4) Menampilkan diri sebagai pribadi
yang dewasa, arif, dan bertanggung jawab.
5) Berpenampilan rapi, bersih, dan sehat.
6) Berperilaku santun, menghargai, dan hormat kepada orang tua anak.
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan tentang kompetensi
seorang guru, sesungguhnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pada
Intinya dapat diambil suatu kesimpulan tentang kompetensi Pendidik PAUD
adalah seperangkat tentang pengetahuannya mengenai pengelolaan pendidikan
yang harus dimilikinya sebelum ia diangkat sebagai pendidik PAUD karena
sesungguhnya di pundak seorang pendidik bergelayutan setumpuk harapan dan
cita-cita serta kekaguman semua anak didiknya. Pendidik yang senantiasa belajar
untuk dapat menjadi pendamping yang cerdas bagi murid-muridnya tentula akan
menjadi pendidik yang dihormati dan dikagumi. (www.Geogle.com)
D. Tugas Pokok Pendidik anak usia dini
Keberhasilan pengelolaan layanan pendidikan PAUD tentunya tidak lepas
dari peran pendidik dalam menjalankan tugas pokoknya. Herawaty, (2005: 5)
menjelaskan bahwa tugas dan fungsi dari seorang pendidik adalah sebagai peletak
dasar bagi anak usia dini dan membentuk serta memberikan stimulasi kepada anak
usia dini agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal di setiap aspek
perkembangannya. Makna dari pernyataan tersebut adalah bahwa seorang
pendidik PAUD adalah sebagai seorang penentu perilaku anak untuk kehidupan
selanjutnya. Oleh sebab itu tugas pokok dari pendidik anak usia dini harus
dijalankan secara serius dan penuh tanggung jawab.
Tugas pokok pendidik di Kelompok Bermain ialah: (1) Kemampuannya dalam merencanakan pembelajaran yakni; suatu kegiatan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam satuan kegiatan diartikan sebagai sejumlah waktu yang dirancang untuk mengajari anak usia dini suatu topik sederhana, bisa berupa konsep, keterampilan, proses, diskusi singkat. (2) Kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran yakni kemampuan melaksanakan pembelajaran meliputi dua perangkat kegiatan yaitu: a) mengajar dan, b) manajemen. (3) Kemampuannya dalam mengevaluasi pembelajaran, (4) Kemampuannya dalam mengembangkan pembelajaran. (Satori, 2008: 3.31)
Topik sederhana mengandung arti bahwa setiap satuan kegiatan adalah
hanya merupakan suatu ringkasan dari rangkaian-rangkaian pelajaran yang terkait
dan bekerja sama membantu anak sehingga anak bertumbuh dan berkembang
secara optimal. Satuan kegiatan yang dirancang adalah terdiri dari kegiatan awal,
inti dan penutup.
Kegiatan mengajar dimaksudkan untuk membantu peserta didik,
perencanaan pengajaran, penyajian informasi, mengajukan pertanyaan, dan
menilai kemajuan peserta didik. Sedangkan kegiatan manajerial dimaksudkan
untuk menciptakan dan memelihara kondisi yang memungkinkan pembelajaran
berlangsung dengan efektif dan efisien. Pemberian hukuman dan ganjaran,
pengembangan rapport (hubungan akrab) antara guru dan peserta didik,
pengembangan norma kelompok yang produktif merupakan contoh berbagai
kegiatan manajerial.
Evaluasi yang dilaksanakan adalah evaluasi pada bidang pengembangan
pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar. Kemampuan dasar yang
dimaksud adalah dengan tetap memperhatikan prinsip evaluasi di kelompok
Bermain yakni lebih mementingkan proses dari pada hasil, dengan menggunakan
alat penilaian yang relevan agar dapat diketahui kemajuan pembelajaran baik yang
dilakukan guru maupun yang telah dicapai anak.
Kemampuannya dalam mengembangkan pembelajaran yakni
Melaksanakan kegiatan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya, serta mendeteksi potensi bawaan yang dapat
dikembangkan melalui stimulasi terhadap anak TK.
Pengelolaan pembelajaran untuk anak usia dini yang telah dikemukakan di
atas akan dapat dijalankan oleh seorang pendidik yang mengetahui secara detail
karakteristik peserta didiknya, seperti hakikat pendidikan Anak usia Dini dan hal-
hal lain yang berhubungan dengan tugas dan peserta didik. Herawaty (2009: 6)
menjelaskan bahwa agar pendidik PAUD dapat menjalankan tugasnya maka
selain kebijakan PAUD beberapa hal penting yang perlu dipahami oleh seorang
pendidik yakni:
Hakikat Pendidikan Anak usia Dini, Hakikat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini, Hakikat Anak Usia Dini, Perkembangan Anak usia dini, Hal-hal yang harus dihindari oleh pendidik, Hal-hal yang harus dimiliki oleh pendidik Anak Usia Dini, Kata Yang dianjurkan untuk menjadi pembiasaan sehari-hari, manajemen PAUD, Metode Pembelajaran di PAUD, dan kurikulum PAUD. Mengingat pentingnya pengelolaan pembelajaran yang akan dijalankan
oleh guru maka dipandang perlu untuk menyusunya dalam suatu kurikulum yang
sistematis agar pembelajaran dapat dijalankan secara efektif dan efisien.
Departemen Pendidikan Nasional telah menyusun suatu kurikulum yang
harus dijalankan oleh setiap guru dalam proses pembelajarannya, meliputi
kegiatan pembelajaran penyiapan lingkungan bermain, kegiatan sebelum main,
kegiatan saat bermain dan kegiatan setelah bermain. Kegiatan ini harus disusun
oleh seorang guru dalam Rencana Pembelajaran Harian dengan alokasi waktu
yang memadai dan efektif untuk menstimulasi pembelajaran anak secara
integratig. Perencanaan pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Herawaty,
(2009: 28) adalah:
“Kegiatan penyiapan lingkungan bermain meliputi langkah-langkah berikut: a) Melihat Rencana Kegiatan Belajar harian yang sudah memuat jenis permainan, yang bisa memfasilitasi pencapaian kompetensi perkembangan tertentu, b) menentukan sentra bermain yang akan digunakan, c) menghitung jumlah anak yang akan bermain, d) Menghitung jumlah mainan yang telah tersedia, e) menghitung jumlah kesempatan untuk masing-masing jenis mainan dengan ketetntuan setiap anak disediakan 2 sampai 3 kali kesempatan main.
Jika kegiatan penyiapan lingkungan main dilakukan pendidik sebelum
pembelajaran dimulai, maka kegiatan sebelum main, kegiatan saat main dan
kegiatan setelah main dilakukan pendidik dan anak secara bersama-sama.
Kegiatan sebelum main dilakukan dengan posisi duduk melingkar selama lebih
kuran 30 menit. Kegiatan saat main dilakukan sekurang-kurangnya 60 menit
dengan tugas utama dari seorang pendidik adalah sebagai fasilitator, mediator
yang dapat menstimulasi setiap aspek perkembangan anak.
Kegiatan setelah main adalah kegiatan rangkuman dari seleuruh kegiatan
yang telah dilaksanakan selama satu hari. Pendidik merangsang anak untuk
mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling menceritakan pengalaman
lainnya. Sebagai akhir dari kegiatan ini adalah pendidik dan anak secara bersama-
sama membereskan mainan yang telah digunakan untuk bermain dan belajar.
E. Hakikat Pembelajaran di PAUD
Departemen Pendidikan Nasional dalam Garis-Garis Besar Program
Pembelajaran di PAUD telah mencantumkan bahwa kegiatan belajar bagi anak
usia dini harus didasarkan pada tugas perkembangan anak. Halini sejalan dengan
pendapat Ki Hadjar (Zaman 2009: 1.14) yang menjelaskan bahwa anak lahir
dengan kodrat atau pembawaannya masing-masing. Kekuatan kodrati yang ada
pada anak ini tiada lain adalah kekuatan dalam kehidupan lahir batin anak yang
ada karena kodrat. Dengan pemahaman ini Dewantara memandang bahwa
pendidikan itu sifatnya hanya menuntun bertumbuh dan berkembangnya
kekuatan-kekuatan kodrati yang dimiliki anak. Karenanya anak akan belajar
dengan berbagai cara yang menurutnya akan memberikan kenyamanannya untuk
mencari pengetahuan dan pengalaman hidup yang baru.
Perubahan tingkah laku diperoleh individu dari pengalaman belajarnya, hal
ini sesuai pendapat Djamarah (2008: 12) yang menyatakan :
“Belajar secara umum adalah suatu rangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman anak dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. “
Hal ini sejalan dengan Slameto (2008:14) yang menjelaskan bahwa:
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan anak untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi den gan lingkungannya. Kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui interaksi anak dengan lingkungan.” Perubahan yang ditegaskan oleh kedua ahli di atas menyangkut perubahan
tingkah laku atau kejiwaan anak dari pengalaman yang diperolehnya melalui
interaksi dengan lingkungan di sekitarnya maupun perubahan fisiknya secara terus
menerus (tidak statis). Nurlaila NQ dkk ( 2004: 13) menjelaskan anak belajar
melalui pembelajaran yang dilakukannya secara bermain. Bermain yang dimaksud
adalah bermain yang mengacu pada karakteristik bermain anak, karena hanya
dengan karakteristik bermain tersebut syarat bermain yang merupakan belajar
anak terpenuhi. Sejalan dengan hal tersebut Montolalu, (2009: 2.4) menjelaskan
Karakteristik bermain adalah bahwa, anak bermain secara sukarela, anak bermain
berdasarkan pilihan anak, anak bermain secara bergairah dan menyenangkan, anak
bermain secara simbolik, anak bermain secara aktif melakukan kegiatan.
Pengertian bermain oleh Montalalu tersebut menunjukkan bahwa motivasi,
lingkungan dan perilaku anak akan sangat berpengaruh pada kegiatan bermain
anak. Oleh karena itu sangat dibutuhkan peran guru dalam kegiatan bermain anak.
Peran guru dalam kegiatan bermain anak menurut Dwiyana (2009: 1.5) adalah:
“pengamatan guru terhadap kegiatan bermain meliputi, cara memainkan alat bermain, sikap anak waktu bermain, aktif atau diam, bermain ikut-ikut, berapa waktu yang digunakan ketika anak bermain, anak mandiri atau tidak, mengalah atau tidak dan sebagainya. “
Pendapat di Dwiyana tersebut menunjukkan bahwa peran guru yang
dimaksud adalah perilaku keaktifan guru dalam mengamati kegiatan bermain anak
dan menyediakan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan main anak.
F. Prinsip-prinsip Pembelajaran pada Anak Usia Dini
Pembelajaran di PAUD hendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip
pembelajaran yang ditujukan untuk anak usia dini. Faizah, ( 2010: 5) menjelaskan
prinsip-prinsip pembelajaran di PAUD adalah sebagai berikut. (1) Didasarkan
pada tingkat perkembangan anak, (2) Dapat menstimulasi anak, (3) Kegiatan
belajar dilaksanakan berkaitan dengan tujuan khusus pendidikan anak usia dini,
(4) Kegiatan pembelajaran di PAUD dilaksanakan secara terencana dan
sistematis. Pemikiran tersebut diatas didasarkan pada oleh beberapa ahli yang
mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini harus dilaksanaka secara
terprogram dengan b erdasarkan kebutuhan anak.
Zaman, (2009. 1.21) menjelaskan bahwa anak adalah pembangun pengetahuan yang aktif. Anak mengkonstruksi pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dipelajarinya. Peztalozzi (dalam Montolalu: 2009: 1.22) menjelaskan Pengalaman anak harus diperoleh secara bebas dan penuh rasa kasih agar potensi yang dimilikinya akan dapat berkembang. Pendapat-pendapat yang telah dikemukakan memberikan makna bahwa
selayaknya pembelajaran pada anak usia dilakukan dengan berdasarkan
karakteristik dan kebutuhan anak.
G. Karakteristik Belajar dan pembelajaran Anak usia Dini
Ada beberapa karakteristik belajar anak usia dini yang menonjol. Ki
Hadjar (Montolalu, 2009: 1.21) memandang bahwa anak sebagai kodrat yang
memiliki pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta
mengatur diri sendiri, karenanya anak memiliki karakteristik belajar yang berbeda
dari orang dewasa. Dengan demikian anak belajar sesuai dengan karakteristik
perkembangannya. Dalam hal ini Zaman, (2009: 1.14) mengungkapkan:
“karakteristik belajar anak yaitu unik, egosentris, aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang, mengekspresikan perilaku secara relatif spontan, kaya dengan fantastik/khayalan, mudah frustasi, kurang pertimbnagan dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih pendek, bergairah untuk belajar dan dari pengalaman, serta semakin menunjukkan
minat terhadap teman. Karena anak belajar seraya bermain maka belajar harus memenuhi karakteristik bermain pula. Pernyataan Zaman tersebut menunjukkan bahwa karakteristik anak yaitu
unik, egosentris, aktif, dan energik, merasa ingin tahu yang tinnggi, eksploratif
dan berjiwa petualang. Hal ini menunut para pendidik untuk benar-benar
memperhatikan karakteristik anak dalam proses pembelajaran. Setiap anak
diberikan kesempatan belajar sepuas-puasnya melalui bermain. Frost, (Montolalu,
2009: 1.3) menjelaskan arti belajar dalam bermain anak yakni:
(1) anak memperoleh kesempatan mengembangkan pengalaman dan potensi-potensi yang ada padanya. (2) anak akan menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya, kemampuannya serta minat dan kebutuhannya, (3) memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seluruhya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (psikososial serta emosional. (4) Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indera sehingga terlatih dengan baik., (5) Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.
Sejalan dengan pendapat tersebut, pada kesempatan lain Faizah
(2008: 155) berpandangan bahwa Cara belajar anak usia dini sama seperti anak
remaja atau orang dewasa belajar yakni melalui Audio, Visual, dan kinestetik.
Gaya belajar auditori yakni mengandalkan indera pendengaran. Anak akan
mendengar penjelasan pendidik, pentanyaan pendidik dan pernyataan pendidik.
Gaya belajar visual yakni: anak yang belajar melalui indera penglihatan.
Sedangkan gaya belajar kinestetik adalah mereka yang belajar melalui indera
perabaan. Anak akan belajar karena dia telah menyentuh sesuatu, hal ini akan
menjadi pengetahuannya sendiri dan akan diungkapkan ketika ditanyakan
padanya. Pendapat faizah tersebut memberikan pemahaman bahwa belajar adalah
melibatkan indera penglihatan, indera pendengaran, dan indera peraba. Potensi
anak akan dapat dikembangkan melalui gaya belajar seperti ini.
Pendapat senada dikemukakakan oleh Montolalu (2009: 1.3) bahwa
belajar bagi anak usia dini adalah bermain. Anak akan memperoleh kesempatan
mengembangkan potensi-potensi diri, menemukan kelemahan dan kelebihan
dirinya, berkembang seutuhnya serta memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu
secara lebih dalam. Pendapat Montolalu ini mensinyalir bahwa jika anak sedang
bermain maka ia menggunakan otaknya untuk belajar.
Dalam formulasi lain Given (2007: 21) berpendapat bahwa cara kerja otak
anak yang sedang belajar dan bermain karena mereka memfungsikan otak mereka
dalam bermain. Mereka akan berlatih menggunakan informasi-informasi yang
sudah mereka dengar sebelumnya dengan menggabungkan informasi-informasi
baru dengan keterampilan-keterampilan yang sudah dikenal. Vygostksy
(Montolalu, 2009: 1.11) memandang bahwa hal tersebut memiliki peran langsung
dalam perkembangan kecerdasan (kognisi) anak. Berikut gambar otak ketika
dipergunakannya untuk bermain.
Gambar 2.1. Anatomi Otak
Corpus callosum
Anteriorr cingulate cortex
cerebellumBatang otak
Dikutip dari Sheppar ( 2007:57)
Otak bekerja dengan menggunakan prinsip sirtkuit, bukan kerja sendiri.
Sebuah fungsi dapat terjadi karena semua bagian otak bekerja dalam sebuah
sirkuit canggih. Setiap bagian menyumbang kelebihannnya masing-masing dalam
sirkuit itu. Kerenanya kegiatan bermain anak yang melibatkan seluruh syaraf anak
yang dikendalikan melalui otaknya merupakan kegiatan belajar. Hal ini karena
melalui pelibatan fungsi syaraf yang berpusat pada otaknya menunjukkan bahwa
otak anak bekerja menerima informasi-informasi baru sebagai pengetahuan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa anak yang sedang bermain adalah
anak yang sedang belajar, karena anak usia dini belajar melalui bermain.
H. Hakekat Pengelolaan Kegiatan di Kelompok Bermain
Menurut Asmawaty, (2009:1.15) Kelompok Bermain adalah wadah
pembinaan sebagai usaha kesejahteraan anak dengan mengutamakan kegiatan
bermain dan menyelenggarakan pendidikan prasekolah bagi anak yang berusia
sekurang-kurangnya 3 tahun sampai dengan memasuki pendidikan dasar
(Direktorat PAUD, 2006:1.15). Selain itu, Kelompok bermain adalah suatu bentuk
pendidikan anak usia dini pada jalur nonformal yang menyelenggarakan program
pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan
6 tahun.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak
usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun . Perkembangan anak usia dini
khususnya pada jenjang Kelompok bermain dalam menyelenggarakan pendidikan
memfokuskan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
motorik kasar dan motorik halus, kecerdasan dalam berfikir, mencipta, kecerdasan
spiritual, kecerdasan bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-
tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini, dan sebaiknya kegiatan
yang disediakan harus sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan setiap anak.
Pada kenyataannya sebagian besar orang tua dan pendidik tidak memahami akan
potensi luar biasa yang dimiliki oleh anak usia dini. Kondisi itu disebabkan oleh
keterbasan orang tua dan pendidik akan pengetahuan dan informasi yang
berkaitan dengan pengasuhan dan perlindungan pada anak usia dini. Keterbatasan
itu pada akhirnya mengakibatkan multipotensi dan multikecerdasan yang dimiliki
oleh anak tidak dapat berkembang dengan optimal.
I. Karakteristik perkerbangan Anak Usia Dini
Perkembangan diartikan sebagai perubahan yang kontinu dan sistematika
dalam diri seseorang sejak tahap konsepsi sampai meninggal dunia (Asmawaty,
2009: 1.16). perkembangan berkaitan dengan kematangan secara biologis dan
proses belajar. Demikian pula dalam perkembangan anak, secara biologis anak
harus berada dalam kondisi sesuai usianya. Pada tahap tertentu terdapat pola
kesamaan perkembangan dalam diri seorang anak lainnya. Pola khas yang terjadi
dalam setiap tahap usia disebut dengan perkembangan normatif (normative
development) dan perkembangan ideografik. (Suyanto, 2005:1.16). tahapan ini
kemudian dikenal dengan standar perkembangan normatif yang diasumsikan
sebagai pola universal tugas perkembangan yang harus dilalui oleh seorang anak.
Perkembangan normati yang harus dilalui anak adalah merupakan ciri
karakteristik anak secara umum yang dapat dijadikan acuan dalam setiap tahap
usia. Pengetahuan pendidik dan orang tua tentang tugas perkembangan dapat
diperoleh dari berbagai informasi. (1) Aspek perkembangan Fisik misalnya Sudah
dapat berjalan sendiri, berjinjit, dan melompat,mulai mencoba untuk naik turun
tangga walaupun masih hasus dibimbing, dapat mengayuh sepeda roda tiga,
menendang bola, mulai memakai baju sendiri dengan bantuan dalam
mengancingkan, mulai dapat memakai sepatu sediri walaupun belum dapat
menalikan, mulai makan dengan sendok dan garpu walapun kadang masih
tumpah, mulai belajar buang air kecil dan air besar di kabar mandi. (b) Aspek
perkembangan kognitif contohnya: Mulai mengetahu namanya, berimajinasi,
menggunakan kalimat sederhana, senang bernyanyi lagu sederhana, mengenali
bunyi-bunyi yang sering didengar tanpa melihat bendanya, mendengar cerita
sederhana dengan antusias, menyukai cerita yang dikenal dan dibacakan berulang-
ulang, mulai mengenal arti sekarang, dan natgi tetapi tidak dapat menunggu,
menggunakan kata tanya apa, siapa, mengapa, dan di mana, dapat menyatukan
puzzel yang terdiri dari 4 hingga 6 keping, mulai mengenal konsep mencocokan
benda dengan gambar, dapat mengidentifikasi warna dasar, mulai mengenal
konsep bilangan, tertarik pada kesamaan dan perbedaan, tertarik pada binatang
peliharaan. (c) aspek perkembangan sosial emosional: usia Kelompok Bermain
anak mempunyai berbagasi keinginan, selalu mengamati, melihat dan meniru.
Hari-hari selalu diisi berbagai kegiatan untuk memgeksplorasi dunia di sekitarnya.
Usia kelompok Bermain adalah tahap dengan keinginan untuk kemadirian. Anak-
anak diusia ini sering kali melakuakan segalanya sendiri yang sering kali ini
membuatnya frustasi karena perkembangan kemampuan dasarnya terbatas. Anak
usia Kelompok Bermain juga selalu ingin tahu. Mereka sering kali ingin
mengambil apa saja yang dilihatnya dan menarik perhatiannya meskipun kadang
terdapat bahaya yang tidak diketahuinya. Sebagai contoh anak ingin atau
mengambil memegang makan yang baru diangkat dari oven. Mereka belum atau
tidak tahu bahwa panasnya bisa menimbulkan luka bakar.
Berdasarkan informasi dan perkembangan secara normatif tersebut
diharapkan orang tua dan pendidik dapat menyiapkan dan mendesain suatu
kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan memperlihatkan
keunikan setiap anak sehingga kegiatan perkembangannya dapat berhasil dengan
efektif. Oleh karenannya pendidik (guru dan orang tua) harus merencanakan
kegiatan pengembangan dengan sebaik-baiknya, dengan memperhatikan
kebutuhan tiap anak karena walaupun karakteristik anak usia Kelompok Bermain
aktif dan memiliki rasa keingin tahuan yang besar, tetapi perkembangan motorik
halusnya belum matang, dan kemampuan konsentrasinyapun masih singkat. Hal
tersebut akan menyebabkan anak usia dini mudah mengalami frustasi apabila
menerima kegiatan keterampilan yang tidak dapat atau tidak mudah
diselesaikannya karena waktu yang lama atau jenis pekerjaannya yang rumit dan
kompleks.
Karakteristik lain anak usia Kelompok Bermain adalah senang bermain
dengan teman sebaya tetapi anak belum dapat berbagi dengan baik. Oleh sebab itu
pendidik perlu menyiapkan sejumlah alat permainan sejenis yang banyak atau alat
permainan sesuai jumlah anak. Sebagai contoh, untuk 10 anak paling tidak 3-5
bola sehingga anak tidak terlalu lama menunggu dan proses belajar berbagi dapat
lebih lancar.
Secara umum karakteristik anak usia KB ditandai dengan beberapa
periode atau masa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
bagaiman seharusnya seorang pendidik memnghadapi anak usia dini.
J. Tujuan Pengelolaan Kegiatan Kelompok Bermain
Menurut Asmawaty (2009:1.29) tujuan umum dalam pengelolaan kegiatan
di kelompok Bermain adalah memberikan pelayanan pada anak usia 2-4 tahun di
kelompok bermain sesuai dengan amanat Undang-undang dasar 1945 dan UU RI
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab II pasal 3 yaitu
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemauan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Sedangkan yang menjadi tujuan khusus pengelolaan pendidikan anak usai
dini di Kelompok bermain yang dimaksud dalam Undang-undang No 20 Tahun
2003 adalah memberikan pelayanan pada anak usia 2-4 tahun yang diuraikan
sebagai berikut.(1) Mengembangkan kehidupan beragama sedini mungkin, agar
anak memiliki moral dan budi pekerti yang luhur. (2) Mengembangkan
kemandirian agar anak dapat melayani dirinya sendiri/mandiri dalam kehidupan
sehari-hari. (3) Mengembangkan kemampuan berbahasa agar anak mampu
berkomunikasi secara aktif dan pasif dengan lingkungannya. (4) Mengembangkan
kognitif agar anak memiliki kemampuan menghubungkan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki dengan pengetahuan atau pengalaman yang
sudah dimiliki spontanitas dalam bertutur kata dan berfikir. (5) Mengembangkan
kreatifitas anak, (6) Mengembangkan perasaan atau emosi agar anak mampu
mengendalikan emosi dan sikap proposional serta dapat menunjukkan reaksi yang
wajar. (7) Mengembangkan kemampuan bermasyarakat agar anak mampu bergaul
dan dapat mengembangkan kemampuan prososial secara wajar. (8)
Mengembangkan keterampilan motorik halus anak. (9) Mengembangkan jasmani
agar anak dapat mengembangkan keterampilan motorik kasarnya. (10)
Meningkatkan proses tumbuh kembang anak secara wajar dalam rangka
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas sejak usia dini dengan belajar
melalui bermain. (11) Mengembangkan pengelolaan kegiatan secara sistematis,
holistik, dan integraratif.
Penjelasan yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa tujuan pendidikan
anak usia dini di Kelompok Bermain sangat penting karena pendidikan yang akan
diberikan akan memberikan dasar pada pendidikan selanjutnya. Dari sinilah akan
tercipta generasi yang handal, kompetitif dan dapat memecahkan persoalan
dirinya sendiri.
K. Pendekatan dalam Pengelolaan Kegiatan di kelompok Bermain
Menurut Asmawi (2009:1.31) Ada tiga prinsip pendekatan dalam
pengelolaan kegiatan di kelompok bermain. Berikut adalah penjelasan dari ketiga
prinsip tersebut.
a. Prinsip pendekatan anak usia dini
Prinsip pendekatan anak usia dini adalah dengan: 1) berorientasi pada
anak, 2) kegiatan pengembangan dilakukan melalui bermain, 3) merangsang
munculnya kreativitas dan pemikiran yang inovatif, 4) menyediakan lingkungan
yang mendukung proses pengembangan lingkungan harus diciptakan menjadi
lingkungan yang aman, nyaman mendukung, menarik dan menyenangkan bagi
anak selama mereka bermain, 5) mengembangakan kecakapan hidup anak, 6)
menggunakann berbagai sumber dan media pengembangan yang ada di
lingkungan sekitar anak, 7) dilaksanakan secara bertahap dengan mengacu pada
prinsip perkembangan anak, 8) rangsangan pendidikan mencakup semua aspek
perkembangan, rangsangan pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup
semua aspek perkembangan anak. Saat anak melakukan sesuatau sesungguhnya ia
sedang mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasannya.
b. Prinsip perkembangan anak
Prinsip perkembangan anak yang telah dikemukakan oleh banyak ahli
dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Anak akan belajar dengan baik apabila
kebutuhan fisiknya terpenuhi dan merasakan aman serta nyaman dalam
lingkungannya, 2) Anak belajar secara terus menerus dimulai dari membangun
pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali
tentang sesuatu konsep hingga mampu membuat sesuatu yang berharga, 3) Anak
belajar dari yang sederhanan ke yang kompleks, dari yang konkret ke yang
abstrak, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sendiri sosial.
Prinsip pendidikan pada kelompok bermain adalah belajar melakukan
bermain. Hal penting yang perlu diingat bahwa: Setiap anak itu unik, mereka
tumbuh dan berkembang dari kemampuan, kebutuhan, keinginan, pengalaman,
dari latar belakang keluarga yang berbeda. Anak usia 2-6 tahun adalah anak yang
senang bermain, oleh karena itu pendidik yang bertugas dalam kegiatan bermain
adalah pendidik yang memiliki kemauan dan kemampuan mendidik, memahami
anak, bersedia mengembangkan potensi yang dimiliki anak, penuh kasih sayang
dan kehangatan serta bersedia bermain dengan anak.
Dari seluruh uraian yang telah dikemukakan dapat memberikan
pemikiran bahwa peran pendidik kelompok bermain yang ideal adalah seorang
yang berkompeten melaksanakan seluruh kegiatan pengelolaan pemgembangan
anak usia 2-6 tahun.