bab iv hasil dan pembahasan 4.1 deskripsi kondisi pra...

13
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus (Kondisi Awal) Pada kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran IPA yang berlangsung. Pengamatan yang dilakukan mendasarkan pada lembar observasi yang telah disediakan. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap siswa tentang rasa keingin-tahuannya, keterbukaan terhadap pengalaman dan mau menerima resiko. Oleh karena pada kondisi pra siklus ini, belum ada tindakan yang diberikan maka pengamatan terhadap rasa keingin-tahuan siswa, diamati dari respon siswa terhadap apa yang diberikan oleh guru baik guru menjelaskan materi maupun guru memberi tugas, seperti adanya pertanyaan dari siswa kepada guru, kesediaan siswa mencatat penjelasan guru tanpa diminta guru, kesediaan siswa mengerjakan tugas dari guru. Sedangkan pengamatan terhadap keterbukaan terhadap pengalaman melalui adanya tanggapan siswa atas penjelasan guru dan berani menerima resiko diamati melalui kesediaan menjawab pertanyaan guru. Pengamatan tersebut tetap dilakukan meskipun pembelajaran yang terjadi tanpa ada tindakan yakni menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan menyampaikan materi. Pembelajaran berlangsung secara konvensional, artinya pembelajaran berpusat pada guru. Target guru adalah menyampaikan materi sampai selesai, sedangkan siswa mendengarkan penjelasan guru. Seluruh waktu didominasi oleh guru. Hanya sesekali saja, guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pembelajaran berjalan dari atas ke bawah (dari guru ke siswa) atau dengan kata lain komunikaksi searah, yang menyebabkan interaksi antara siswa dan guru menjadi terbatas. Dalam pembelajaran seperti ini, kreativitas siswa tidak dipacu untuk dikembangkan, sehingga siswa seperti dianggap benda mati yang tidak dapat menimbulkan inisitif dan mengembangkan kreativitasnya. Apalagi apabila guru tidak dapat mengajar di kelas, siswa diberi tugas untuk dikerjakan. Siswa belajar sendiri di dalam kelas, jarang sekali guru mendampingi siswa, ditambah lagi tanpa ada contoh penyelesaian permasalahan. Kondisi belajar seperti ini, berdasarkan pengamatan di

Upload: vanhanh

Post on 07-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus (Kondisi Awal)

Pada kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran IPA yang

berlangsung. Pengamatan yang dilakukan mendasarkan pada lembar observasi yang

telah disediakan. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap siswa

tentang rasa keingin-tahuannya, keterbukaan terhadap pengalaman dan mau

menerima resiko. Oleh karena pada kondisi pra siklus ini, belum ada tindakan yang

diberikan maka pengamatan terhadap rasa keingin-tahuan siswa, diamati dari respon

siswa terhadap apa yang diberikan oleh guru baik guru menjelaskan materi maupun guru

memberi tugas, seperti adanya pertanyaan dari siswa kepada guru, kesediaan siswa

mencatat penjelasan guru tanpa diminta guru, kesediaan siswa mengerjakan tugas dari

guru. Sedangkan pengamatan terhadap keterbukaan terhadap pengalaman melalui

adanya tanggapan siswa atas penjelasan guru dan berani menerima resiko diamati

melalui kesediaan menjawab pertanyaan guru. Pengamatan tersebut tetap dilakukan

meskipun pembelajaran yang terjadi tanpa ada tindakan yakni menggunakan model

pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.

Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan menyampaikan materi.

Pembelajaran berlangsung secara konvensional, artinya pembelajaran berpusat

pada guru. Target guru adalah menyampaikan materi sampai selesai, sedangkan siswa

mendengarkan penjelasan guru. Seluruh waktu didominasi oleh guru. Hanya sesekali

saja, guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pembelajaran berjalan dari atas ke

bawah (dari guru ke siswa) atau dengan kata lain komunikaksi searah, yang

menyebabkan interaksi antara siswa dan guru menjadi terbatas.

Dalam pembelajaran seperti ini, kreativitas siswa tidak dipacu untuk

dikembangkan, sehingga siswa seperti dianggap benda mati yang tidak dapat

menimbulkan inisitif dan mengembangkan kreativitasnya. Apalagi apabila guru tidak

dapat mengajar di kelas, siswa diberi tugas untuk dikerjakan. Siswa belajar sendiri di

dalam kelas, jarang sekali guru mendampingi siswa, ditambah lagi tanpa ada contoh

penyelesaian permasalahan. Kondisi belajar seperti ini, berdasarkan pengamatan di

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

38

lapangan menunjukkan bahwa ada kreativitas dari siswa, namun persentasenya kecil

yakni sebesar 10 %. Secara rinci hal ini dijelaskan melalui tabel 4.1 tentang distribusi

kreativitas belajar siswa berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Pada Kondisi Prasiklus

Ketersediaan Kreativitas

Aspek Kreativitas

1. Rasa ingin tahu

2.Keterbukaan terhadap

pengalaman

3. Mau menerima resiko

F % F % F %

Ada 2 10 2 10 2 10

Tidak Ada. 18 90 18 90 18 90

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Berdasarkan hasil penelitian pada pembelajaran siswa kelas IV SD Negeri

Tumbrep 02 Bandar Batang, sebelum dilaksanakan penelitian pada awal semester 2

Tahun Pelajaran 2011/2012, kreativitas siswa diamati dengan ada tidaknya kreativitas

siswa yang meliputi aspek rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap pengalaman dan mau

menerima resiko adalah hanya ada 2 siswa (10 %) dari seluruh siswa yang ada yang

berani mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang tidak diketahuinya atau

tidak jelas (aspek ingin tahu). Dalam hal ini, siswa yang lain diam saja. Sedangkan aspek

keterbukaan terhadap pengalaman yang nampak pada tanggapan siswa terhadap

pertanyaan guru atau respon siswa terhadap penjelasan guru, hanya ditunjukkan oleh 2

orang saja (10 %). Begitu juga aspek toleransi terhadap resiko yakni keberanian dalam

menjawab pertanyaan guru, juga ditunjukkan oleh 2 orang saja atau 10 % dari seluruh

siswa yang ada.

Distribusi kreativitas belajar siswa tersebut di atas, apabila di gambar melalui

diagram ditunjukkan melalui gambar 4.1 di bawah ini. Nampak jelas sekali, tingkat

kreativitas belajar siswa yang dapat dicapai melalui pembelajaran konvensional dengan

metode pembelajaran ceramah, yang sangat rendah. Kreativitas siswa tidak dapat

dikembangkan melalui penggunaan ceramah penuh oleh guru. Pendekatan

pembelajaran inkuiri tidak dilaksanakan dalam pra siklus.

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

39

Gambar 4.1 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Pada Kondisi Prasiklus

4.2 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 1

4.2.1 Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang diberikan dalam siklus 1 terdiri dari 3 tahapan yaitu;

1) perencanaan tindakan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan

(observation), dan 3) refleksi (reflection). Dalam perencanaan pembelajaran telah

didesain dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang dilakukan dalam

siklus 1 adalah:

1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa berupa menyiapkan materi pelajaran

dengan diawali berdoa, mengabsen siswa dan membentuk kelompok terdiri 4

siswa.

2. Guru merumuskan tujuan pembelajaran.

3. Menyiapkan masalah materi pelajaran yang akan dipecahkan. Materi yang akan

dipecahkan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.

4. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan (contoh pengaruh angin terhadap

gerak benda )

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

40

5. Menyiapkan RPP. RPP dirancang dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan

berlangsung 70 menit (2 X 35 menit). Dalam RPP terdapat 2 lembar kerja siswa

(LKS), butir soal tes formatif 1, yang semuanya disajikan dalam lampiran 1.

6. Membuat lembar observasi kreativitas siswa untuk melihat kondisi pembelajaran di

kelas, disajikan dalam lampiran 2.

7. Membuat lembar evaluasi untuk melihat hasil belajar yang dilakukan.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah tersusun dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan mengembangkan kreativitas

siswa, yaitu:

1. Membuka pelajaran

Guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, dengan diawali

mengucapkan salam, mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran,

menjelaskan langkah-langkah pembelajaran.

2. Apersepsi

Pada tahap ini guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati gerak ranting

pohon. Guru memberi skor kepada siswa yang mengamati pohon.

Guru menanyakan kepada siswa, apa yang menyebabkan ranting pohon bergerak.

Guru memberi skor kepada siswa yang menemukan penyebab gerak ranting.

Kemudian guru menanyakan gerak benda apa saja yang dipengaruhi oleh angin.

Guru memberi skor kepada siswa yang mengetahui pengaruh energi angina

terhadap gerak ranting.

3. Pembentukan kelompok

Pada tahap ini siswa membentuk kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 siswa.

Dalam kelompok, siswa diminta untuk merumuskan permasalahan yang terkait

dengan energy angin. Guru memberi skor kepada siswa yang dapat merumuskan

apakah energi angin dapat menyebabkan gerak benda.

Selanjutnya guru meminta siswa untuk menentukan alat dan bahan untuk membuat

baling-baling dari kertas. Bagi kelompok yang telah selesai dalam menentukan alat

dan bahan diberi skor. Guru meminta siswa untuk membuat baling-baling. Siswa

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

41

membuat baling-baling dan bekerja sama dalam kelompok. Siswa yang telah

selesai baling-balingnya, diberi skor oleh guru.

4. Penemuan

Siswa menampilkan dan menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya

sekelas dengan mendemonstrasikan cara kerja baling-baling, siswa yang lain diberi

kesempatan untuk menanggapi. Guru memberi skor kepada siswa yang paparan

dan memberi tanggapan.

5. Membuat kesimpulan

Siswa secara bersama-sama dalam kelas membuat kesimpulan dan diberi skor

oleh guru.

Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh observer. Observer

dalam penelitian dilakukan oleh teman sejawat.

Hasil penelitian menunjukkan adanya distribusi kreativitas belajar siswa dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri yang dapat ditunjukkan melalui

tabel. 4.2 di bawah ini

Tabel. 4.2 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 1

Ketersediaan Kreativitas

Aspek Kreativitas

1. Rasa ingin tahu

2.Keterbukaan terhadap

pengalaman

3. Mau menerima resiko

F % F % F %

Ada 16 80 15 75 17 85

Tidak Ada. 4 20 5 25 3 15

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan adanya kenaikan kreativitas belajar siswa

dalam pembelajaran inkuiri dibandingkan pada pembelajaran pra siklus, yakni rasa ingin

tahu mencapai 80 %, keterbukaan terhadap pengalaman mencapai 75 % dan mau

menerima resiko 85 %. Rasa ingin tahu tersebut nampak melalui indikator siswa

menyimak pohon, siswa menemukan penyebab gerak ranting, siswa mengetahui

pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling dan siswa dapat merumuskan

masalah angin dan gerak. Ternyata jika siswa melakukan pengamatan sendiri, maka

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

42

aktivitas yang diminta oleh guru dapat dilakukannya dengan baik, dan nampak rasa

keingin-tahuan terhadap gerak benda dan angin sangat besar. Begitu pula toleransi

terhadap resiko nampak pada keberanian siswa dalam menentukan alat dan bahan

untuk membuat baling-baling dan keberanian siswa untuk membuat baling-baling.

Keadaan ini, terbukti bahwa siswa juga dapat bekerja bersama dengan kelompoknya.

Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, nampak pada keberanian siswa

untuk mendemonstrasikan baling-baling dan mendiskripsikannya serta keberanian

untuk membuat kesimpulan. Jadi aktivitas yang diberikan kepada siswa, dapat

memotivasi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya melalui pendekatan

pembelajaran inkuiri. Untuk itu, lebih jelas lagi, deskripsi kreativitas pada siklus 1 ini

ditunjukkan melalui gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 1

4.2.3 Refleksi Siklus 1

Berdasarkan hasil observasi implementasi RPP menunjukkan adanya peningkatan

kreativitas belajar, namun belum maksimal karena belum dapat mencapai skor yang

diharapkan diharapkan. Ada beberapa penyebab kenaikan kreativitas belajar IPA

siswa kelas IV SD pada siklus 1, meskipun telah menggunakan pendekatan

pembelajaran inkuiri, antara lain:

1. Guru kurang mengorganisasi kelas dan ketika siswa belajar secara berkelompok

tanpa ada bimbingan dari guru.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

43

2. Guru terlalu cepat menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak dapat melaksanakan tugas

dengan baik.

3. Guru sudah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran namun belum optimal .

4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.

5. Belum adanya diskusi antara siswa dan guru.

Kekurangan-kekurangan tersebut diperbaiki dalam siklus 2. yakni:

1. Guru harus dapat mengorganisasi kelas dengan baik.

2. Kegiatan belajar siswa ada pendampingan dari guru

3. Guru memberikan penjelasan dengan baik

4. Guru menggunakan alat peraga yang maksimal, memberikan penguatan dalam

pembelajaran

5. Guru memberikan pengarahan dengan berdiskusi dengan siswa

6. Guru memberikan penghargaan dalam pembelajaran.

Refleksi dari hasil kreativitas menunjukkan peningkatan yang signifikan disbanding

dengan adanya kreativitas pada pra siklus. Kenaikan itu secara rata-rata mencapai 70

% dari seluruh siswa yang ada, berarti menyangkut 14 siswa dari 20 siswa yang ada.

Kenaikan kreativitas yang sungguh bermakna. Oleh karena itu, dalam siklus ke 2

diadakan pemantapan terhadap pelaksanaan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan

mengembangkan kreativitas siswa, agar siswa dapat menemukan sendiri.

4.3 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 2

4.3.1 Perencanaan Tindakan

Dalam siklus 2 ini terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan berlangsung 70

menit (2 X 35 menit). Perencanaan yang dilakukan seperti pada perencanaan siklus 1,

namun untuk merencanakan bentuk kegiatan dalam pemberian tindakan mendasarkan

pada hasil refleksi siklus 1 yakni RPP dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

inkuiri dan mengembangkan kreativitas siswa dan lembar observasi guru dan siswa,

serta lembar LKS. RPP disajikan dalam lampiran 2, lembar observasi lampiran 3 dan 4.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

44

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Dalam pelaksanaan tindakan ini, siswa menyelesaikan materi belajar sesuai

dengan kompetensi dasar yang akan dicapai secara berkelompok. Pembelajaran

dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Membuka Pelajaran

Dalam mengorganisasi kelas. Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan

salam, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan mengatur suasana

kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan langkah-langkah

pembelajaran.

2. Apersepsi

Pada tahap ini guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati gerak ranting

pohon. Guru memberi skor kepada siswa yang mengamati pohon. Guru

menanyakan kepada siswa, apa yang menyebabkan ranting pohon bergerak. Guru

memberi skor kepada siswa yang menemukan penyebab gerak ranting. Kemudian

guru menanyakan gerak benda apa saja yang dipengaruhi oleh angin. Guru

memberi skor kepada siswa yang mengetahui pengaruh energi angina terhadap

gerak ranting.

3. Pembentukan kelompok

Pada tahap ini siswa membentuk kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa diminta

belajar secara berkelompok. Selanjutnya guru menjelaskan tentang kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran, yakni

upaya penentuan alat dann bahan untuk membuat parasut dan membuat parasut.

4. Penemuan

Beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil pekerjaannya

kepada teman-temannya sekelas serta mendemonstrasikannya, siswa lain diberi

kesempatan untuk menanggapi. Guru dapat juga mengajukan pertanyaan untuk

membantu siswa memahami topik yang sedang dipelajari. Siswa diminta

memperhatikan kembali hasil pekerjaannya pada fase kedua dan memperbaiki jika

ternyata setelah didiskusikan terdapat kesalahan. Guru mengecek kembali

pemahaman siswa dengan memberikan soal latihan. Siswa dapat juga

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

45

mengajukan permasalahan atau pertanyaan jika ada hal-hal yang kurang dipahami

dan topik yang sedang dipelajari.

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus 1 yang dilakukan di SDN

Tumbrep 02 Bandar Batang, menunjukkan bahwa kenaikan kreativitas siswa terlihat

signifikan. Pemantapan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam siklus 2 yakni dimulai

dengan guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, siswa diminta belajar

secara kelompok. Dalam mengorganisasi kelas, nampak guru melakukan

pendampingan ke kelompok-kelompok. Observasi terhadap tindakan siklus 2

dilakukan selama proses pembelajaran dilaksanakan oleh observer yaitu teman

sejawat, yaitu guru yang mengajar di kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang.

Hasil observasi implementasi RPP menunjukkan bahwa tahapan-tahapan inkuiri telah

dilaksanakan oleh guru sesuai dengan rencana yang tertuang dalam RPP IPA tentang

Pengaruh angin terhadap gerak suatu benda.

Tahapan-tahapan pendekatan inkuiri itu meliputi tahap orientasi, tahap verifikasi,

tahap eksperimentasi, tahap merumuskan peristiwa yang terjadi dan tahap analisis

proses penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi kreativitas belajar IPA

siswa kelas IV dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri secara

terperinci dapat ditunjukkan dalam tabel 4.3 berikut ini

Tabel. 4.3 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 2

Ketersediaan Kreativitas

Aspek Kreativitas

1. Rasa ingin tahu

2.Keterbukaan terhadap

pengalaman

3. Mau menerima resiko

F % F % F %

Ada 18 90 18 90 19 95

Tidak Ada. 2 10 2 10 1 5

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan adanya kenaikan kreativitas belajar siswa

dalam pembelajaran inkuiri dibandingkan pada pembelajaran siklus 1, yakni rasa ingin

tahu mencapai 90 %, keterbukaan terhadap pengalaman juga mencapai 90 % dan

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

46

mau menerima resiko 95 %. Rasa ingin tahu tersebut nampak melalui indikator siswa

menyimak pohon, siswa menemukan penyebab gerak ranting, siswa mengetahui

pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling dan siswa dapat merumuskan

masalah angin dan gerak. Ternyata jika siswa melakukan pengamatan sendiri, maka

aktivitas yang diminta oleh guru dapat dilakukannya dengan baik, dan nampak rasa

keingin-tahuan terhadap gerak benda dan angin sangat besar. Begitu pula toleransi

terhadap resiko nampak pada keberanian siswa dalam menentukan alat dan bahan

untuk membuat baling-baling dan keberanian siswa untuk membuat baling-baling.

Keadaan ini, terbukti bahwa siswa juga dapat bekerja bersama dengan kelompoknya.

Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, nampak pada keberanian siswa

untuk mendemonstrasikan baling-baling dan mendiskripsikannya serta keberanian

untuk membuat kesimpulan. Jadi aktivitas yang diberikan kepada siswa, dapat

memotivasi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya melalui pendekatan

pembelajaran inkuiri. Untuk itu, lebih jelas lagi, deskripsi kreativitas pada siklus 2 ini

ditunjukkan melalui gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 2

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

47

4.3.3 Refleksi Siklus 2

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan kreativitas

belajar yang sudah optimal. Kenaikan kreativitas dibanding dengan peningkatan

kreativitas dari pra siklus ke siklus 1 lebih besar daripada kenaikan kreativitas dari

siklus 1 ke siklus 2. Hal ini dapat dipahami, bahwa pada siklus 1 merupakan

pemberian tindakan yang benar-benar baru, sementara pada siklus ke 2, pemberian

tindakan sudah mengulang, sehingga kreativitas yang dikembangkan tidak dapat

mencapai maksimal. Dengan demikian, diperlukan pemberian motivasi yang lebih

serius terutama kepada dua siswa yang belum kreatif. Ada beberapa penyebab

kenaikan kreativitas belajar, antara lain:

1. Guru sudah mengorganisasi kelas, siswa belajar secara berkelompok tanpa ada

bimbingan.

2. Guru menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan cermat

dan teliti, sehingga siswa dapat melaksanakan tugas dengan baik.

3. Guru memberikan penguatan kepada siswa.

Refleksi kreativitas berdasarkan lembar observasi menunjukkan hasil yang baik

dan menggembirakan, meski belum mencapai 100% seluruh siswa kreatif. Hal ini

menunjukkan bahwa kreativitas siswa kurang optimal pada materi pengaruh energi

angin terhadap gerak benda terutama dalam pembuatan parasut. Masih ada 2 siswa

atau 1 siswa saja yang tidak optimal terhadap rasa ingin-tahu, toleransi terhadap

pengalaman dan mau menerima resiko.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan observasi baik observasi dari penskoran kreativitas siswa,

maupun observasi dari implementasi RPP, yang diperoleh dari proses perbaikan

pembelajaran yang dilaksanakan, terbukti menunjukkan ada perubahan kreativitas belajar

terhadap jumlah siswa yang signifikan dengan mengembangkan kreativitas siswa yang di

desain dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dalam IPA pada setiap

siklusnya.

Hasil observasi implementasi RPP menunjukkan, bahwa guru telah memulai

pelajaran dengan mengorganisasi kelas, siswa diminta belajar secara berkelompok, guru

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

48

sudah menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam proses

pembelajaran, guru mengarahkan pendapat siswa, melanjutkan mempelajari suatu topic.

Siswa sudah memulai melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan, siswa aktif

bekerjasama dengan teman dalam kelompok, guru memberikan jawaban masalah secara

langsung kepada siswa, beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan

hasil pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas, siswa lain diberi kesempatan untuk

menanggapi. Guru mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami topik yang

sedang dipelajari. Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya dan

memperbaiki, guru mengecek kembali pemahaman siswa dengan memberikan soal

latihan. Siswa mengajukan permasalahan atau pertanyaan, guru menilai atau melakukan

evaluasi belajar tentang materi yang dipelajari.

Perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dari keadaan pra siklus, siklus 1 dan

siklus 2 disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini.

Tabel. 4.4 Perbandingan Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Antar Siklus

Ketersediaan Kreativ

itas

Aspek Kreativitas

1. Rasa ingin

tahu

2.Keterbukaan terhadap

pengalaman

3. Mau menerima resiko

Pra Siklus

Siklus 1

Siklus 2

Pra Siklus

Siklus 1

Siklus 2

Pra Siklus

Siklus 1

Siklus 2

Ada 10 80 90 10 75 90 10 85 95

Tidak Ada

90 20 10 90 25 10 90 15 5

Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Besarnya skor kreativitas belajar pada pra siklus untuk ke 3 aspek masing-masing

10 %. Keadaan ini mengalami perubahan, yakni terjadi kenaikan yang drastis mulai dari

siklus 1 untuk ke 3 aspek yakni 80 %, 75 % dan 85%. Sedangkan pada siklus 2 untuk ke

3 aspek tersebut naik menjadi 90 % , 90 % dan 95 %. Persentase kenaikan kreativitas

nampak pada skor 1 terendah adalah keterbukaan yang mencapai 75 % dan skor tertinggi

mencapai 85 % yakni mau menerima resiko. Kenaikan yang tinggi pula dalam siklus 2,

dengan kenaikan terendah 90 dan teringgi 95 %. Adanya kreativitas yang muncul ini

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/5/T1_262010756_BAB IV.pdf · kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran

49

disebabkan diterapkannya pendekatan pembelajaran inkuiri. Pendekatan pembelajaran

inkuiri merupakan sebuah pembelajaran yang menekankan pada penemuan, sehingga

proses pembelajarannya dimulai dari tahap orientasi yakni melakukan pengamatan,

mencari penyebab benda bergerak berarti disini siswa sudah berupaya untuk

menemukan, menjawab permasalahan pengaruh angina terhadap gerak benda apa saja

berarti siswa harus kreatif menemukan jawaban itu, membuat rumusan masalah,

menentukan alat dan bahan, melakukan percobaan, menjelaskan dan

mendemonstrasikan hasil percobaan dan membuat kesimpulan. Langkah-langkah inilah

yang mendorong siswa untuk kreatif dalam menemukan dan mencari. Jadi penggunaan

pendekatan pembelajaran inkuiri terbukti dapat mengembangkan kreativitas siswa, hal ini

sejalan dengan Sullivan, Florence R dalam penemuan penelitian mengatakan bahwa

terdapat 4 aspek yang terbukti sangat penting dalam pengembangan kreatifitas siswa

dapat tercapai dalam pembelajaran inkuiri. Di samping iitu, Longo juga menunjukkan

penemuannya dari hasil penelitiannya yang dilakukan, dengan membuktikan bahwa

metode inkuiri membantu siswa dalam meningkatkan kreatifitasnya.