bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 kondisi pra...

24
48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Pra Siklus Peneltian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Tegaron 02 dengan jumlah 31 siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Sebelum siklus I dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal di SDN Tegaron 02 yang dilakukan pada hari rabu tanggal 30 maret 2016 jam 07.00-09.00 dengan tujuan untuk mengetahui keadaan belajar siswa dan bagaimana cara guru menyampaikan pembelajaran, melalui hal tersebut peneliti mengetahui bagaimana keadaan awal pembelajaran sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti mendapatkan hasil belajar IPA siswa yaitu sebagai berikut: Tabel 9 Data Hasil Belajar Pra Siklus No Ketuntasan Belajar Nilai Pra Siklus Banyak Siswa Presentase 1 Siswa Tidak Tuntas 12 39% 2 Siswa Tuntas 19 61% Jumlah 31 100% Melaluai penelitian yang telah dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Tegaron 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran IPA telah meningkatkan hasil belajar siswa. 4.2 Pelaksanaan Tindakan Hasil penelitian disajikan dengan deskripsi secara rinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian siswa disajikan mulai dari tahap pra tindakansamapai dengan akhir siklus. Sebelum dideskripsikan hasil penelitian dan pembahasan, terlebih dahulu di

Upload: vuongnguyet

Post on 19-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Pra Siklus

Peneltian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Tegaron 02 dengan jumlah 31

siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Sebelum siklus I dilaksanakan,

peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal di SDN Tegaron 02 yang

dilakukan pada hari rabu tanggal 30 maret 2016 jam 07.00-09.00 dengan tujuan

untuk mengetahui keadaan belajar siswa dan bagaimana cara guru menyampaikan

pembelajaran, melalui hal tersebut peneliti mengetahui bagaimana keadaan awal

pembelajaran sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti

mendapatkan hasil belajar IPA siswa yaitu sebagai berikut:

Tabel 9

Data Hasil Belajar Pra Siklus

No Ketuntasan Belajar Nilai Pra Siklus

Banyak Siswa Presentase

1 Siswa Tidak Tuntas 12 39%

2 Siswa Tuntas 19 61%

Jumlah 31 100%

Melaluai penelitian yang telah dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Tegaron

02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran IPA telah meningkatkan hasil belajar siswa.

4.2 Pelaksanaan Tindakan

Hasil penelitian disajikan dengan deskripsi secara rinci mulai dari

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian

siswa disajikan mulai dari tahap pra tindakansamapai dengan akhir siklus.

Sebelum dideskripsikan hasil penelitian dan pembahasan, terlebih dahulu di

49

deskripsikan bagaimana keadaan siswa pada kegiatan pembelajaran sebelum

adanya tindakan, yakni pada tahap pra tindakan atau pra siklus.

4.2.1 Pelaksanaan Siklus I

4.2.1.1 Tahap Perencanaan Tindakan

Setelah memperoleh data mengenai hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri

Tegaron 02 pada kondisi awal, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru

kelas untuk melanjutkan dengan pelaksanaan siklus 1. Dalam siklus 1 peneliti

melakukan 3 kali pertemuan kegiatan belajar mengajar, atas kesepakatan guru

kelas 4 dengan peneliti pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tersebut akan

dilaksanakan setiap hari rabu, jumat dan sabtu. Sebelum mulai kegiatan belajar

mengajar peneliti menyiapkan semua perlengkapan yang diperlikan pada saat

mengajar yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga, menyiapkan soal

tes dan lembar observasi. Lembar observasi bertujuan untuk mengamati kegiatan

yang dilaukan oleh peneliti. Hasil observasi tersebut akan digunakan sebagai

acuan dalam pelaksanaan pertemuan berikutnya.

4.2.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 6 April 2016 hari

rabu dengan kompetensi dasar 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab

perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air

laut). Indikatornya menyebutkan tiga perubahan fisik yang disebabkan oleh angin,

hujan, matahari, dan gelombang laut, menjelaskan lingkungan fisik yang

disebabkan oleh angin, hujan, matahari, dan gelombang laut, mendeskripsikan

pengaruh pengaruh angin dan hujan terhadap daratan. Adapun kegiatan

pembelajaran mengucapkan salam pembuka, berdoa, absensi, menyiapkan siswa

secara fisik dan pisikis, pada apersepsi guru bertanya kepada siswa, guru

menanyakan pembelajaran yang kemarin, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran tentang perubahan lingkungan. Setelah itu menyampaikan tujuan

pembelajaran, guru memperlihatkan gambar perubahan lingkungan, siswa

mengamati gambar dan menyebutkan perubahan lingkungan pada gambar yang di

perlihatkan guru. Selanjutnya guru menjelaskan tentang model pembelajaran

50

kooperatif tipe jigsaw, yang akan digunakan selama proses belajar mengajar IPA

berlangsung, dimana siswa dapat menyampaikan materi secara bergantian setiap

kelompok tentang materi yang sudah disediakan oleh guru. Sebelum guru

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai tentang materi perubahan

lingkungan, setelah itu guru menyajikan garis-garis bersar materi salah satunya

menyebutkan contoh perubahan lingkungan fisik melalui gambar yang

diperlihatkan guru, meminta siswa untuk menjelaskan contoh perubahan

lingkungan fisik melalui gambar yang diperlihatkan guru, guru membimbingsiswa

saat menjelaskan contoh perubahan lingkungan fisik pada gambar. Guru

membentuk kelompok belajar siswa, guru memberikan lembar kerja siswa tentang

perubahan lingkungan fisik, setiap kelompok mendapatkan materi yang berbeda

dari kelompok lainnya. Setiap kelompok mempresentasikan materi yang sidah

dibagikan oleh guru, setelah selesai diskusi guru mengadakan kuis, setiap

kelompok yang dapat meteri yang dibacakan oleh guru tidak boleh menjawab

pertanyaan, yang boleh menjawab kelompok lain, setiap kelompok yang bisa

menjawab mendapat hadiah dari guru. Setelah selesai kuis, guru kembali

menjelaskan materi yang disajikan tentang perubahan lingkungan fisik seperti

angin, hujan, matahari, dan gelombang laut. Guru melakukan umpan balik kepada

siswa tentang materi pembelajaran yang dijelaskan masing-masing kelompok,

setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang

materi yang belum jelas. Setelah itu guru bersama siswa menyimpulkan hasil

pembelajaranan yang telah dipelajari. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru

memberikan PR kepada siswa pembahasan pembelajaran pertemuan kedua,

kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Selama proses belajar mengajar berlangsung, observasi merekam jalannya

pembelajaran melalui lembar observasi yang disediakan.dari rekaman tersebut

dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran

berlangsung.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 8 April 2016 pada jam

pertama. Pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama. Guru

melanjutkan materi dengan kompetensi dasar yang sama yaitu 10.1

51

Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,

cahaya matahari, dan gelombang air laut). Pertemuan kedua dengan indikator

menyebutkan langkah-langkah dalam menyusun laporan perubahan lingkungan

fisik, membuat laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi

atau laporan surat kabar / media lain tentang peristiwa alam misalnya banjir,

gempa bumi, gunung melletus, tsunami, puting beliung, tanah longsor,

menjelaskan isi laporan berdasarkan hasil pengamatannatau pengalaman pribadi

serta surat kabar / media lain tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi,

gunung melletus, tsunami, puting beliung, tanah longsor. Guru membuka

pelajaran dengan memberikan salam, berdoa, absensi, menyiapkan siswa secara

fisik dan pisikis. Apersebsi: guru bercerita sekilas terjadinya perubahan

lingkungan yang disebabkan angin, dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Guru memgingatkan pembelajaran minggu lalu kepada siswa, selanjutnya

menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang akan

digunakan selama proses belajar mengajar IPA berlangsung. Guru menyampaikan

kompetensi yang ingin dicapai tentang materi perubahan lingkungan fisik yaitu

membuat laporan tentang perubahan lingkungan fisik. Guru memberikan lembar

kerja siswa tentang perubahan fisik yaitu membuat laporan tentang perubahan

lingkungan fisik, secara berkelompok siswa diminta untuk mempresentasikan

hasil diskusi di depan kelompok lainnya, guru membimbing siswa

saatmenjelaskan, kemudian guru menerangkan semua materi merefleksi

pembelajaran dengan melakukan umpan balik tentang materi yang belum

dipahami, setelah itu guru dan siswa membuat kesimpulan bersama, selanjutnya

guru memberi penguatan dan mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam.

Pertemuan ketiga siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 9 April 2016 pada

hari sabtu jam pertama. Pada pertemuan ketiga pembelajaran dilakukan dengan

singkat, hanya ada beberapa materi yang akan dibahas, tetapi masih mengenai

kompetensi dasar yang sama mengenai pembahasan tentang perubahan

lingkungan fisik seperti angin, hujan, matahari, dan gelombang laut, karena pada

akhirnya pembelajaran akan dilakukannya evaluasi maka menyampaikan

pembelajaran dilakukan dengan singkat. Berikut langkah-langkah pembelajaran

52

yang akan disampaikan. Seperti biasa guru mengucapkan salam pembuka, doa

serta mengabsen kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa pada pembelajaran.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memotivasi keingintahuan siswa

tentang materi “perubahan lingkungan fisik” guru memperlihatkan gambar

tentang dampak perubahan lingkungan fisik, siswa mengamati gambar yang

ditempelkan di depan kelas. Guru meminta siswa untuk menjelaskan kepada

kelompok lain bagimana keadaan yang ada pada gambar, dan menyebutkan

contoh dampak perubahan lingkungan seperti angin, hujan, matahari, dan

gelombang laut, setiap kelompok memberikan pendapat masing-masing kepada

kelompok yang sudah menjelaskan, secara bergiliran. Setelah itu guru dan siswa

menyimpulkan pembelajaran, guru memberikan penguatan tentang materi yang

sudah dijelaskan, kembali guru mengulas tentang materi yang disajikan pada

pertemuan 1 dan 2, kemudian guru memberikan kesempatan bertanya mengenai

materi yang belum dimengerti. Selanjutnya guru membagikan soal evaluasi yaitu

melihat hasil belajar siswa pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga.

4.2.1.3 Observasi

Pada pertemuan pertama siklus 1 hasil observasi yang diperoleh guru

sudah melaksanakan pembelajaran dengan runtut, sudah menyampaikan

kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan sudah memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya melalui gambar, serta

melibatkan siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Akan tetapi pada saat berlangsungnya pembelajaran, masih kurang pengontrolan,

masih banyak siswa yang sibuk sendiri tidak mendengarkan penjelasan

temannyasehingga suasana kelas menjadi ribut. Penjelasan materi yang dijelaskan

guru masih kurang tepat, ada materi yang terlewatkan yaitu penjelasan tentang

materi yang tidak dijelaskan kepada siswa. Pengamatan siswa pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung, belum sesuai dengan yang diharapkan peneliti yaitu

mewujudkan siswa yang cakep berbicara menjelaskan pembelajaran dan

menciptakan rasa ketertarikan pada diri siswa untuk mengemukakan ide atau

pendapat. Siswa masih membaca teks tanpa menjelaskandengan pendapat atau ide

53

sendiri jadi siswa masih fokus pada bacaan. Kemungkinan siswa belum terbiasa

dengan model pembelajaran tersebut sehingga siswa merasa canggung.

Hasil observasi dari pertemuan kedua siklus 1 adalah sebagai berikut: pada

pertemuan kedua siklus 1 kegiatan belajar mengajar terlihat sudah baik anak-anak

mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar

mengajar dan cara guru memotivasi siswa juga sudah mulai terlihat lebih baik dan

membuat siswa mulai lebih tertarik dalam mengikuti proses belajar. Namun masih

ada beberapa kekurangan yang dilihat dari siswa, yaitu keaktifan dalam belajar

siswa belum menunjukkan sebagaimana mestinya, masih ada siswa yang malu

bertanya materi yang belum dimengerti. Masih ada siswa yang menertawakan

temannya jika salah menjelaskan atau berbicara pada saat mempresentasikan hasil

kerja di depan teman lainnya. Hal ini membuat siswa yang menjelaskan materi

menjadi kurang percaya diri.

Observasi yang diperoleh pada pertemuan 2 yang dilakukan oleh observasi

dapat disimpulkan bahwa pertemuan 2 pembelajaran menggunakan model

kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan oleh guru, sedikit peningkatan

dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal ini dikarenakan guru telah

menggunakan model kooperatif tipe jigsaw, secara maksimal walaupun masih ada

sebagian siswa yang bercanda dan berbicara sendiri dengan temannya saat guru

menjelaskan pelajaran. Sedangkan observasi siswa yang dilakukan oleh guru

observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan 2 pembelajaran menggunakan

model kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan oleh siswa sudah baik, hal ini sudah

cukup meningkat dari pertemuan sebelumnya, siswa sudah memahami

pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw sehingga siswa tidak

merasa canggung lagi, saat diminta untuk maju menjelaskan pelajaran siswa mau

maju melakukan hal tersebut, walaupun saat menjelaskan terkadang siswa merasa

tidak percaya diri dengan penjelasan yang disampaikannya.

Observasi yang diperoleh pada pertemuan 3 yang dilakukan oleh observer

dapat disimpulkan bahwa pertemuan 3 pembelajaran menggunakan model

kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan oleh guru. Pada pertemuan ketiga ini guru

dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan berlangsung dengan

54

maksimal, guru melibatkan siswa pada pembelajaran dengan memberikan tanya

jawab pada siswa untuk memotivasi siswa mengemukakan pendapat masing-

masing. Sedangkan observasi siswa yang dilakukan oleh observer dapat

disimpulkan bahwa pada pertemuan 3 pembelajaran menggunakan model

kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan oleh siswa sudah sesuai, karena pada

pertemuan ketiga kegiatan pembelajaran yang dilakukan sudah baik dan

terlaksana sesuai dengan sintak model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Tabel 10

Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa Siklus 1

Pertemuan Hasil Observasi

Guru Siswa

Keterlaksanaan Keterlaksanaan

Ya Tidak Ya Tidak

1 25 2 8 3

2 27 - 10 1

3 27 - 11 -

Untuk memperbaiki kesalahan yang ditemukan pada siklus 1 tersebut,

diharapkan pada siklus 2 dapat memberikan perubahan yang sangat baik pada

sikap anak saat melaksanakan pembelajaran dan melakukan kegiatan sesuai

dengan sintak yang diharapkan sesuai dengan model kooperatif tipe jigsaw.

4.2.1.4 Refleksi

Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus 1, diketahui bahwa selama

guru mengajar siswa sudah mulai aktif, meskipun ada beberapa siswa yang tingkat

keaktifannya masih kurang, yaitu pada saat diminta untuk menjelaskan

pembelajaran didepan siswa lainnya,siswa masih malu untuk

berbicara/mengemukakan pendapat, ada beberapa siswa terkesan kaku dan saat

mempresantasikan hasil belajar ada yang membaca tanpa adanya penjelasan yang

diucapkan secara spontan, sehingga kesan siswa tersebut tidak rileks seakan takut

berbicara. Hal tersebut disebabkan karena siswa kurang yakin dan percaya diri apa

55

yang disampaikan pada saat menjelaskan pelajaran, apalagi saat menjelaskan

siswa lain menertawakan. Begitu juga saat menyampaikan materi, guru harus

mampu memanfaatkan waktu agar pada saat jam pelajaran berakhir materi sudah

tersampaikan dengan baik, sehingga apa yang dirancangkan pada pelaksanaan

pembelajaran sudah dapat terlaksana, dan saat menjelaskan materi guru harus bisa

mengontrol dan menguasai kelas agar siswa dapat fokus pada penjelasan tidak

sibuk kegiatan masing-masing sehingga membuat suasana kelas menjadi ribut.

Guru juga harus bisa mendekati siswa dan memotivasi siswa untuk dapat

menumbuhkanrasa berani pada diri siswa berbicara mengemukakan pendapat di

depan siswa lainnya sehingga siswa dapat melaksanakan tindakan tersebut tanpa

dipaksa dan tidak takut mengemukakan pendapat, tidak merasa malu dan penuh

percaya diri. Tindakan yang dilakukan pada siklus 1 dapat memberikan perubahan

pada hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan pra siklus.

Tabel 11

Instrumen lembar observasi aktivitas siswa

Siklus 1 pertemuan 1, 2, dan 3.

No Keterlaksanaan Sintak

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

1 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

2 8 2 10 1 11 -

4.2.1.5 Pelaksanaan Siklus II

Sebelum melaksanakan siklus II peneliti perlu melakukan persiapan yang

matang agar saat proses pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilaksanakan dengan baik dan hasil

yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran

pada siklus II dilakukan 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

56

4.2.1.6 Perencanaan Siklus II

Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan siklus II, terlebih dahulu

dilakukan persiapan. Persiapan dilakukan sebaik mungkin agar dalam proses

pelaksanaan tindakan pada pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini pertama-tama peneliti

mempersiapkan instrumen berupa RPP dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dengan menyesuaikan indikator dan tujuan serta kegiatan

pembelajarannya, materi ajar yang sesuai dengan SK, KD, alat dan bahan yang

diperlukan seperti gambar pada saat pembelajaran berlangsung dan sumber-

sumber lain (buku) untuk KBM agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara

optimal.

4.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 13 April 2016.

Guru melanjutkan materi dengan kompetensi dasar 10.2 Mendeskripsikan

pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan

longsor). Dengan indikator menjelaskan tentang kerusakan lingkungan,

menjelaskan pengaruh perubahan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan

longsor). Kondisi tanah terhadap bahaya erosi melakukan percobaan sesuai

dengan prosedur yang ada mengenai ketahanan tanah, menyimpulkan hasil dari

percobaan.

Guru membuka pelajaran dengan memberi salam, doa, mengabsen siswa,

serta mempersiapkan kelengkapan belajar siswa. Guru mengajak siswa

menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “tik-tik-tik bunyi hujan” dari lagu yang

dinyanyikan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada

pembelajaran saat itu. Guru memperlihatkan beberapa gambar pengaruh

perubahan lingkungan fisik terhadap daratan erosi, abrasi, banjir, dan longsor,

siswa mengamati gambar yang diperlihatkan guru. Guru bersama siswa

melakukan tanya jawab melalui gambar, guru mengarahkan pemahaman siswa

57

pada materi, setelah itu guru menjelaskan pengaruh lingkungan fisik terhadap

daratan seperti erosi, abrasi, banjir, dan longsor. Kemudian guru membagi siswa

dalam beberapa kelompok dan membagikan lembar kerja kelompok, setiap

kelompok mendapatkan lembar kerja yang berbeda, setelah itu setiap kelompok

masuk ke kelompok lain untuk mempresentasikan materi yang dibagikan oleh

guru, setelah selesai presentasi ke kelompok lain, semua kelompok kembali ke

kelompok asal, kemudian guru kembali menerangkan materi yang disajikan saat

itu, guru melakukan umpan balik kepada siswa melalui pertanyaan dan

memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai materi yang belum

jelas. Setelah itu guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan

memberikan kesempatan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan

memberikan kesempatan siswa mencatat hasil kesimpulan setelah itu guru

menutup pelajaran dan mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

Pertemuan kedua siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 15 April 2016.

Pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan siklus II. Guru

melanjutkan materi dengan kompetensi dasar yang sama yaitu 10.2

Mendeskripsikan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,

abrasi, banjir, dan longsor).

Guru membuka pelajaran dengan memberi salam, doa, mengabsen

kehadiran siswa, serta mempersiapkan perlengkapan siswa untuk belajar dan

melakukan apersepsi yaitu: guru bertanya kepada siswa “anak-anak apa yang akan

terjadi apa bila membuang sampah sembarangan secara terus-menerus? Kemudian

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai saat itu, selanjutnya

menjelaskan tentang model pembelajaran yang akan dilakukan selama proses

belajar mengajar berlangsung. Guru menyampaikan garis besarmateri yang akan

disampaikan, setelah itu, guru menugaskan siswa untuk membaca materi yang

akan diajarkan, guru menstimulus siswa agar dapat mengeluarkan pendapatnya

dengan melakukan tanya jawab mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi

akhir-akhir ini (contohnya tanya jawab mengenai banjir) “anak-anak, coba siapa

yang tahu bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini apa?” anak-anak

menyebutkan berbagai macam bencana alam dan salah satunya adalah banjir

58

“mengapa banjir bisa terjadi?, tanya bu guru” siswa memberi tanggapan

mengenai masalah kerusakan lingkungan tersebut (masalah banjir). Guru

menugaskan siswa untuk melakukan eksperimen secara berkelompok mengenai

ketahanan kondisi tanah terhadap bahaya erosi. Guru menjelaskan bagaimana

langkah kerjannya ada adal lembar kegiatan siswa, setelah itu menugaskan siswa

untuk mengisi lembar kerja yang telah disediakan tentang hasil eksperimen,.

Siswa melakukan percobaan, guru membimbing dalam melkukan percobaan,

setelah selesai melakukan percobaan, siswa melakukan diskusi atas pertanyaan

yang ada dalam lembar kerja dengan melihat hasil percobaan dan menyimpulkan

hasil diskusi tentang percobaan yang telah dilakukan, siswa dengan bimbingan

guru membahas dan menyimpulkan hasil dari percobaan yang telah dilaksanakan.

Kegiatan akhir guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang hal-

hal yang belum dipahami, kemudian guru dan siswa membuat kesimpulan

bersama, dan memberikan kesempatan siswa mencatat hasil kesimpulan

selanjutnya guru menutup pelajaran dan mengakhiri pelajaran dengan

mengucapkan salam penutup.

Pada pertemuan ketiga siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 16 April

pada jam pertama. Pada pertemuan ketiga, disini guru hanya memberikan soal

evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan

kedua siklus II. Sebelum guru mengulas kembali secara singkat tentang

pembahasan materi pada pertemuan sebelumnya, setelah itu guru membagikan

soal ealuasi. Siswa terlihat penuh konsentrasi mengerjakan soal evaluasi yang

diberikan oleh guru.

4.3.1 Observasi

Dari hasil observasi siklus II dapat diketahui bahwa bagaimana

keterlaksanaannya sintak pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Dalam

menyampaikan pembelajaran guru sudah menguasai materi dengan baik serta

dapat menumbuhkan motivasi bagi siswa sehingga siswa dapat melakukan

pembelajaran sesuai dengan sintak model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dengan baik dan maksimal. Saat kegiatan belajar berlangsung siswa terliahat

antusias dan mengikuti pembelajaran dengan tertib. Pada saat guru meminta siswa

59

untuk menjelaskan pelajaran di depan siswa lainnya, sudah ada siswa yang berani

mengacungkan tangan tanpa adanya paksaan dari guru untuk maju menjelaskan

pelajaran di depan siswa lainnya dengan pendapat masing-masing sesuai ide dan

pemahaman siswa, saat menjelaskan pembelajaran sudah sesuai dengan harapan

yang diinginkan peneliti.

Pada pertemuan kedua siklus II kegiatan belajar mengajar sudah cukup

memuaskan, siswa sudah terbiasa berbicara di depan siswa lainnya dengan

menguangkapkan ide dan pendapat masing-masing. Siswa semakin aktip untuk

menjelaskan pelajaran dikarenakan oleh dorongan dan motivasi guru pada siswa.

Saat menyampaikan pembelajaran gurunmelakukannya dengan semangatnpula

dan memberikan pendekatan kepada siswa dan khususnya melakukan kesibukan

sendiri saat guru menjelaskan, dan guru melibatkan siswa tersebut untuk

berpendapat menjelaskan pembelajaran pada siswa lainnya. Suasana kelas

menjadi hidup karena siswa aktip terlibat, saat menjelaskan materi guru guru

dapat menyajikan semua materi sampai terselesaikan.

Pada pertemuan ketiga guru dapat melakukan evaluasi dengan baik dan

semua siswa terlibat melaksanakan tugas tersebut.

Tabel 12

Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa Siklus 2

Pertemuan Hasil Observasi

Guru Siswa

Keterlaksanaan Keterlaksanaan

Ya Tidak Ya Tidak

1 27 - 10 1

2 27 - 11 -

3 27 - 11 -

60

4.3.2 Refleksi

Terlihat dari observasi yang ada pada pertemuan pertama, pertemuan

kedua dan pertemuan ketiga pada siklus II, pembelajaran sudah dikatakan baik

dan kondusif sesuai yang diharapkan peneliti. Siswa dalam belajarnya dapat

dikatakan baik karena keterlaksanaan sintak pada pelaksanaan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dikatakan lebih baik

karena adanya peningkatan pada hasil belajar siswa dibandingkan sebelumnya.

Tabel 13

Lembar instrumen lembar observasi aktivitas siswa

Siklus 2 pertemuan 1, 2, dan 3.

No Keterlaksanaan Sintak

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

1 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

2 10 1 11 - 11 -

4.4 Deskripsi Data Siklus I

Pada hasil penelitian akan disajikan deskripsi data dan analisis data,

dimana akan dijelaskan mengenai hasil pelaksanaan yang telah dilakukan baik itu

berupa hasil observasi saat kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa, berikut

akan diuraikan :

4.4.1 Deskripsi Data Siklus I

Distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I siswa kelas 4 SD Negeri

Tegaron 02 Semester 2 2015/2016, disajikan pada tabel 13 sebagai berikut:

jangkauan (J) = nilai tertinggi – nilai terendah

= 82 – 60

= 22

banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 31

61

= 1+ 3,3 (1,49)

= 1 + 4,92

= 5,92 (dibulatkan menjadi 6)

panjang kelas = J/K

= 22/6

= 3,67 (dibulatkan menjadi 4)

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I

Siswa kelas 4 SD Negeri Tergaron 02

Semester 2 2015/2016

No Interval Frekuensi Presentase

1 60 – 63 3 10%

2 64 – 67 1 3%

3 68 – 71 13 42%

4 72 – 75 9 29%

5 76 – 79 3 10%

6 80 – 83 2 6%

Jumlah 31 100%

Rata-rata 71,3

Nilai tertinggi 82

Nilai terendah 60

4.4.2 Data Siklus II

Distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus II siswa kelas 4 SD Negeri

Tegaron 02 Semester 2 2015/2016, disajikan pada tabel 14 sebagai berikut:

jangkauan (J) = nilai tertinggi – nilai terendah

= 95 – 60

= 35

banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 31

= 1+ 3,3 (1,49)

= 1 + 4,92

62

= 5,92 (dibulatkan menjadi 6)

panjang kelas = J/K

= 35/6

= 5,83 (dibulatkan menjadi 6)

Tabel 15

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II

Siswa kelas 4 SD Negeri Tergaron 02

Semester 2 2015/2016

No Interval Frekuensi Presentase

1 60 – 65 1 3%

2 66 – 71 1 3%

3 72 – 77 2 6%

4 78 – 83 8 26%

5 84 – 89 12 39%

6 90 – 95 7 23%

Jumlah 31 100%

Rata-rata 84

Nilai tertinggi 95

Nilai terendah 60

4.4.3 Analisis Data

Pada analisis data dilakukan 2 tahap, yaitu analisis ketuntasan dan analisis

komparetif. Analisis ketuntasan dilakukan untuk membandingkan antara hasil

belajar siswa terhadap KKM yang dilakukan. Bila dari hasil pembandingan itu

hasil belajar siswa berada di atas KKM kelas, maka hasil belajar siswa tuntas, dan

sebaliknya jika berada di bawah KKM kelas, maka hasil belajar siswa tidak

tuntas. Analisis komparratif akan dilakukan untuk menyajkan data dari pra siklus,

siklus I dan siklus II, berikut akan disajikan analisis ketuntasan dan analisis

komparatif.

63

4.4.3.1 Analisis Ketuntasan

Analisis Ketuntasan Siklus I

Setelah pembelajaran menggunakan kooperatif tipe jigsaw yang terdiri

dari tiga kali pertemuan pada siklus I diperoleh hasil belajar pada siklus I pada

pertemuan ketiga seperti pada tabel berikut:

Tabel 16

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I

Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegaron 02

Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016

No Ketuntasan Frekuensi Presentase

1 Tuntas 26 84%

2 Tidak tuntas 5 16 %

Rata-rata 71,3

Nilai Tertinggi 60

Nilai Terendah 82

Tabel 16 menunjukkan bahwa setiap siswa yang mencapai KKM sebanyak

26 siswa, sedangkan siswa belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa. Berdasarkan

analisis tentang ketuntasan belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

IPA siklus I pada siswa SDN Tegaron 02 kelas 4 yang sudah tuntas atau mencapai

KKM sebanyak 26 siswa atau 84% tuntas, sedangkan siswa yang belum mencapai

KKM sebanyak 5 siswa atau 16% tidak tuntas. Pada siklus I nilai rata-rata

mencapai 71,3 sedangkan nilai minimum 60 dan nilai maksimum 82.

Analisis Ketuntasan Siklus II

Berdasarkan hasil belajar IPA pada siklus II masih ada siswa yang belum

mencapai KKM (70). Berikut akan disajikan hasil belajar IPA SDN Tegaron 02

pada siswa kelas 4 melalui tabel ketuntasan siklus II.

64

Tabel 17

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II

Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegaron 02

Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016

No Ketuntasan Frekuensi Presentase

1 Tuntas 30 97%

2 Tidak tuntas 1 3%

Rata-rata 84

Nilai Tertinggi 60

Nilai Terendah 95

Berdasarkan tabel 4 pada hasil belajar IPA siklus II yang dilaksanakan di

SDN Tegaron 02 bahwa siswa yang sudah mencapai nilai KKM ≥ sebanyak 30

siswa dari 31 siswa, sedangkan yang ≤ KKM ada 1 siswa. Jadi dapat disimpulkan

pada pelaksanaan siklus II siswa yang mencapai nilai ≥ KKM sebanyak 97% atau

30 anak yang tuntas sedangkan siswa yang ≤ KKM mencapai 3% atau 1 anak

yang belum tuntas.

4.4.3.2 Analisis Komparatif

Tabel 18

Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegaron 02

Semester 2 2015/2016

No Ketuntasan Pra siklus Siklus I Siklus II

F % f % F %

1 Tuntas 19 61% 26 84% 30 97%

2 Tidak tuntas 12 39% 5 16% 1 3%

Rata-rata 68,4 71,3 84

Nilai Tertinggi 80 82 95

Nilai Terendah 47 60 60

Dari tabel 5 tentang analisis komparatif hasil belajar siswa dari pra siklus,

siklus I, dan siklus Iidapat dibandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal

65

dengan adanya tindakan yang dilakukan peneliti yaitu menerapkan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw. Ada perubahan yang

terjadi pada hasil belajar siswa, sebelum menerapkan model pembelajaran

Kooperatif tipe jigsaw, dapat dilihat pada nilai rata-rata siswa mencapai 68,4

dengan nilai minimum 47 dan nilai maksimum 80. Pada pembelajaran awal atau

pra siklus masih banyak siswa yang belum tuntas pada hasil belajar IPA yaitu

sebanyak 12 siswa atau 39%, sedangkan yang tuntas sebanyak 19 anak atau 61% .

penelitian melakukan tindakan pada siklus I dengan menerapkan model

Kooperatif tipe jigsaw guna eningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I hasil

belajar IPA kelas 4 di SD Negeri Tegaron 02 tersebut mengalami peningkatan,

yaitu dengan nilai rata-rata 71,3 walaupun masih ada siswa yang belum mencapai

KKM (70) yaitu dengan nilai minimum 60 sebanyak 5 siswa dengan presentase

16% ≤ KKM, sedangkan siswa yang ≥ KKM (70) dengan nilai maksimal 82

sebanyak 26 siswa atau 84% dikatakan tuntas.

Dari hasil belajar IPA pra siklus dan siklus I ada perubahan yang

meningkat pada hasil belajar siswa, tetapi masih ada nilai siswa yang belum tuntas

atau ≤ KKM (70). Untuk melakukan pemantapan peneliti melanjutkan ke siklus II.

Setelah dilakukannya siklus II, peneliti mendapatkan hasil yang memuaskan

walaupun masih ada siswa yang belum tuntas pada hasil belajar IPA. Pada siklus

II tersebut siswa yang ≤ KKM mendapat nilai 60 atau 3%, sedangkan siswa yang

sudah mencapai ≥ KKM sebanyak 30 siswa atau 97% tuntas dengan nilai rata-rata

84. Mulai siklus II hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Tegaron 02

mengalami peningkatan.

Untuk lebih lelas peneliti menyajikan dalam bentuk diagram batang

analisis komparatif hasil belajar IPA dari pra siklus, siklus I dan siklus II sebagai

berikut:

66

Gambar diagram batang analisis komparatif hasil belajar IPA dari pra

siklus, siklus I dan siklus II

Jadi melalui penelitian yang dilakukan di SD Negeri Tegaron 02 dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 dengan adanya perbandingan yang

meningkat pada hasil belajar IPA.

4.5 Pembahasan

Dari hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas

4 SD Negeri tegaron 02 bahwa hasil belajar IPA siswa masih rendah, hal ini

disebabkan pemahaman siswa mengenai materi masih kurang perlu adanya

bimbingan dan penggunaan metode yang tepat saat menyampaikan pelajaran.

Proses pembelajaran sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan siswa masih

pasif selama pembelajaran, yang aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung

mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan,

ketika guru bertanya dan minta pendapat dari siswa banyak yang tidak bisa

mengemukakan ide atau pendapat mereka. Siswa keliru memanfaatkan waktu,

saat belajar, terkadang digunakan siswa untuk bermain-main atau saling

berkomunikasi dengan temannya. Ketika guru menjelaskan pembelajaran, banyak

siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, mereka sibuk dengan kegiatan

sendiri ada yang berbicara dengan temannya ada juga yang sibuk dengan aktifitas

sendiri, sehingga apa yang dijelaskan guru tidak didengar apalagi untuk

memahami pelajaran dan ikut aktif berpendapat saat diberikan kesempatan. Siswa

0

5

10

15

20

25

30

pra siklus Siklus I siklus II

19

26

30

12

5

1

Tuntas

Tidak tuntas

67

terlihat jenuh karena proses pembelajaran seakan menoton karena guru hanya

berceramah dan terfokus pada buku paket, sehingga hasil belajar siswa rata-rata

masih rendah khususnya pada materi “perubahan lingkungan fisik”. Hasil belajar

siswa dalam rata-rata sebelum tindakan adalah 68,4. Siswa yang mencapai kriteria

ketuntasan minimal (KKM 70) hanya 19 siswa atau 61%, sedangkan siswa yang

belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 12 siswa atau 39%. Nilai

tertinggi yang berhasil didapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 80

sedangkan nilai terendah 47. Ada perbandingan yang cukup erata di kelas 4 SD

Negeri Tegaron 02 antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa

yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sudah dapat menerima

materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan metode ceramah saja,

karena ke-19 siswa ini memang mempunyai daya tangkap materi pembelajaran

yang lebih dibandingkan teman-teman yang lain walaupun guru menyampaikan

materi dengan menggunakan metode ceramah saja, sebaliknya 12 siswa yang lain

belum bisa menerima materi pembelajaran yang disajikan oleh guru menggunakan

metode ceramah karena 12 siswa dalam hal penguasaan materi pembelajaran

masih rendah jika guru hanya menggunakan meyode ceramah saja, sehingga

diperlukan suatu tindakan yaitu bagaimana guru harus menekankan aktifitas siswa

di kelas agar tidak hanya mengandalkan metode konvensional (ceramah) yang

sedikit membosankan dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak sekolah

dasar yang masih dalam tahap operasional konkrit (7-11 tahun) dan keadaan siswa

yang suka berkomunikasi dengan teman sebangku atau sibuk sendiri saat guru

menjelaskan pelajaran. Siswa akan lebih dapat menguasai materi jika dihadapkan

pada suatu yang konkrit dan sesuai dengan keadaan kelas maka pelajaran yang

menyenangkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang berarti serta siswa

dapat terlihat aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memperbanyak pengalaman

serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa,

seperti yang dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:20) dalam Prasetyo.

Pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

68

meningkatkan penguasaan akademik. Melalui model pembelajaran tersebut dapat

memotivasi siswa aktif dalam keterlibatan pembelajaran, siswa menguasai materi

dan aktif mengemukakan pendapat melalui ide-ide, sehingga siswa terlihat

berbicara dan memiliki kemampuan berpendapat di depan siswa lainnya.

Pendapat yang dikemukakan oleh ahli mengenai model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw di atas juga selaras dengan apa yang peneliti terapkan pada

saat melaksanakan tindakan di kelas 4 SD Negeri Tegaron 02 yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa tidak lagi terlihat

pasif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, siswa terlihat aktif,

melakukan interaksi melalui kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan ide

atau pendapat siswa masing-masing. Sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi

hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar IPA didapatkan dari hasil

perolehan nilai siswa siklus I dan siklus II.

Siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM =70) sebanyak 26 siswa

atau 84% tuntas, dimana ketuntasan hasil belajar IPA pada siklus I sudah

mendekati indikator kinerja yaitu 90% dan masih ada 5 siswa yang ≤ KKM

dengan presentase 16%. Nilai rata-rata siswa adalah 71,3 sedangkan nilai

maksimum 82 dan nilai minimum 60. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

pada siklus I, sudah terlaksana dengan baik walaupun masih ada siswa belum

tuntas, peneliti berusaha mencari faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Setelah

diselidiki melalui observasi yang dilakukan, ternyata masih ada beberapa diantara

siswa yang belum fokus pada penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.

Sehingga itu membuat siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan yang

disampaikan. Pada saat guru memberikan tugas melalui kelompok, ada beberapa

siswa yang tidak aktif mengerjakan hanya melibatkan beberapa siswa saja yang

fokus pada kegiatan tersebut, sehingga saat dilakukan evaluasi pada siklus I masih

ada 5 siswa yang mendapat nilai ≤ KKM, dan 26 siswa yang sudah mencapai

KKM itu semua disebabkan karena saat pembelajaran berlangsung siswa tidak

fokus, sehingga tidak menyimak apa yang disampaikan dan otomatis siswa

tersebut tidak memahami materi yang disampaikan. Walaupun pada siklus I masih

69

ada hasil belajar IPA ≤ KKM, dapat diketahui bahwa siklus I lebih baik dari

keadaan pra siklus. Sebelum adanya tindakan dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau pra siklus ketuntasan siswa mencapai

61% dengan jumlah siswa 19, dan siswa yang belum tuntas 39% dengan jumlah

12 siswa yang belum mencapai KKM. Sehingga dapat disimpulkan siklus I

meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada pelaksanaan siklus II peneliti berharap hasil belajar dapat lebih baik

dari siklus I, peneliti juga mengarahkan guru untuk mengontrol siswa saat

kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga siswa dapat memperhatikan

penjelasan guru serta mau ikut serta pada saat diberikan kesempatan untuk

menjelaskan pelajaran yang sudah direncanakan. Saat siklus II dilaksanakan,

peneliti melihat bahwa ada perubahan yang baik pada siswa, karena saat guru

menjelaskan siswa menyimak dengan baik dan tertib, ketiga guru memberikan

kesempatan kepada siswa hampir semua siswa mau menjelaskan/mengemukakan

pendapat tentang pelajaran di depan siswa lainnya. Sehingga dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II, didapat hasil belajar

siswa yang memuaskan. Siswa yang memiliki kriteria ketuntasan minimal

(KKM=70) sebanyak 30 siswa atau 97%, walaupun masih ada siswa yang belum

tuntas ≤ KKM dengan presentase 3%. Nilai rata-rata adalah 84 sedangkan nilai

tertinggi 95 dan nilai terendah adalah 60. Pelaksanaan siklus II memberikan

perubahan yang sangat baik bagi hasil belajar siswa, presentase yang dicapai 97%

sudah melebihi indikator kinerja yang menjadi acuan pada penelitian ini.

Pelaksanaan yang sudah dilakukan peneliti mulai 2 siklus, terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar IPA dimana siswa dapat dilihat untuk menjelaskan

pembelajaran menggunakan ide atau pendapat siswa masing-masing. Penelitian

ini diperkuat oleh adanya penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti-

peneliti lainnya yang dapat membuktikan meningkatkan hasil belajar siswa

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil penelitian

tersebut diantaranya: (1) Agus Wiyanto (2009) dengan judul penelitian,

“penggunaan Cooperatif Learning Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Gandu I Kecamatan

70

Bogorejo Kabupaten Blora. Model Pembelajaran”, tanggal 16 Januari 2009, hasil

penelitiannya adalah penggunaan model pembelajaran kooperatip tipe jigsaw

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yaitu

peningkatan keaktifan bertanya dan keaktifan menyampaikan pendapat. Pada hasil

penelitian Agus Wiyanto pada kondisi awal perangkat pembelajaran yang

dikembangkan kooperatif tipe jigsaw memiliki presentase rata-rata

sebesar76,27%, kemudian pada langkah berikutnya dilakukan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran meningkat dengan presentase 79,39%

termasuk dalam kategori baik. Penelitian yang dilakukan Agus Wiyanto dengan

menggunakan model kooperatif tipe jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas 5 SD Negeri Gandu 1 Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

(2) Lutfi Rahmawati (2009) menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw

dengan kesimpulan bahwa model pebelajaran kooperatif jigsaw dapat

meningkatkan aktifitas dan kemampuan siswa dalam belajar kelompok serta

nebingkatkan hasil belajar IPS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lutfi

Rahmawati yang dilakukan melalui 3 siklus, yaitu siklus I dengan rata-rata69,48

dengan presentase ketuntasan klasikal 71,88%, siklus II dengan rata-rata 71,41

dengan presentase 84,38%, dan siklus III dengan rata-rata 76,56 presentase

87,50%, disimpulkan secara berturut-turut dari pelaksanaan siklus I,II, dan III

mengalami peningkatan pada hasil belajar IPS pada siswa kelas 5 SDN 2 Bajur

Tahun pelajaran 2009.

Adapun kendala-kendala yang ditemukan peneliti saat pelaksanaan

penelitian adalah:

a. Adanya sikap siswa yang berbeda saat merespon pembelajaran, ada siswa yang

tidak aktif dan sebagian siswa aktif saat berlangsungnya pembelajaran.

b. Sebagian siswa masih malu saat diminta untuk menjelaskan pelajaran di depan

siswa lainnya.

c. Saat siswa menjelaskan di depan kelompok, sebagian siswa menertawakan

temannya sehingga menggangu konsentrasi siswa yang menjelaskan di depan.

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa penelitian yang

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

71

meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat dibuktikan dari hasil belajar siswa pada

pra siklus siswa tuntas belajar berjumlaj 19 siswa dengan presentase 61%,

kemudian pada siklus I meningkat menjadi 26 anak yang tuntas dengan presentase

84% dan pada pelaksanaan siklus II semakin meningkat lagi menjadi 30 anak

yang tuntas dari 31 siswa seluruhnya dengan presentase 97%. Sesuai dengan

indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 90% ketuntasanbelajar siswa, maka dapat

disimpulkan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil.

Keberhasilan pada peningkatan hasil belajar siswa dikerenakan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu model pembelajaran yang lebih

menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam mengungkapkan pendapat serta

menjelaskan pelajaran dengan menggunakan ide siswa itu sendiri, sehingga pada

akhirnya siswa lebih mudah memahami materi serta menguasai materi pelajaran

IPA tentang “Perubahan Lingkungan Fisik” yang pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Tegaron 02 semester 2

tahun ajaran 2015/2016.