bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 kondisi pra...
TRANSCRIPT
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Pra Siklus
Peneltian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Tegaron 02 dengan jumlah 31
siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Sebelum siklus I dilaksanakan,
peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal di SDN Tegaron 02 yang
dilakukan pada hari rabu tanggal 30 maret 2016 jam 07.00-09.00 dengan tujuan
untuk mengetahui keadaan belajar siswa dan bagaimana cara guru menyampaikan
pembelajaran, melalui hal tersebut peneliti mengetahui bagaimana keadaan awal
pembelajaran sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti
mendapatkan hasil belajar IPA siswa yaitu sebagai berikut:
Tabel 9
Data Hasil Belajar Pra Siklus
No Ketuntasan Belajar Nilai Pra Siklus
Banyak Siswa Presentase
1 Siswa Tidak Tuntas 12 39%
2 Siswa Tuntas 19 61%
Jumlah 31 100%
Melaluai penelitian yang telah dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Tegaron
02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran IPA telah meningkatkan hasil belajar siswa.
4.2 Pelaksanaan Tindakan
Hasil penelitian disajikan dengan deskripsi secara rinci mulai dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian
siswa disajikan mulai dari tahap pra tindakansamapai dengan akhir siklus.
Sebelum dideskripsikan hasil penelitian dan pembahasan, terlebih dahulu di
49
deskripsikan bagaimana keadaan siswa pada kegiatan pembelajaran sebelum
adanya tindakan, yakni pada tahap pra tindakan atau pra siklus.
4.2.1 Pelaksanaan Siklus I
4.2.1.1 Tahap Perencanaan Tindakan
Setelah memperoleh data mengenai hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri
Tegaron 02 pada kondisi awal, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru
kelas untuk melanjutkan dengan pelaksanaan siklus 1. Dalam siklus 1 peneliti
melakukan 3 kali pertemuan kegiatan belajar mengajar, atas kesepakatan guru
kelas 4 dengan peneliti pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tersebut akan
dilaksanakan setiap hari rabu, jumat dan sabtu. Sebelum mulai kegiatan belajar
mengajar peneliti menyiapkan semua perlengkapan yang diperlikan pada saat
mengajar yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga, menyiapkan soal
tes dan lembar observasi. Lembar observasi bertujuan untuk mengamati kegiatan
yang dilaukan oleh peneliti. Hasil observasi tersebut akan digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pertemuan berikutnya.
4.2.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 6 April 2016 hari
rabu dengan kompetensi dasar 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab
perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air
laut). Indikatornya menyebutkan tiga perubahan fisik yang disebabkan oleh angin,
hujan, matahari, dan gelombang laut, menjelaskan lingkungan fisik yang
disebabkan oleh angin, hujan, matahari, dan gelombang laut, mendeskripsikan
pengaruh pengaruh angin dan hujan terhadap daratan. Adapun kegiatan
pembelajaran mengucapkan salam pembuka, berdoa, absensi, menyiapkan siswa
secara fisik dan pisikis, pada apersepsi guru bertanya kepada siswa, guru
menanyakan pembelajaran yang kemarin, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran tentang perubahan lingkungan. Setelah itu menyampaikan tujuan
pembelajaran, guru memperlihatkan gambar perubahan lingkungan, siswa
mengamati gambar dan menyebutkan perubahan lingkungan pada gambar yang di
perlihatkan guru. Selanjutnya guru menjelaskan tentang model pembelajaran
50
kooperatif tipe jigsaw, yang akan digunakan selama proses belajar mengajar IPA
berlangsung, dimana siswa dapat menyampaikan materi secara bergantian setiap
kelompok tentang materi yang sudah disediakan oleh guru. Sebelum guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai tentang materi perubahan
lingkungan, setelah itu guru menyajikan garis-garis bersar materi salah satunya
menyebutkan contoh perubahan lingkungan fisik melalui gambar yang
diperlihatkan guru, meminta siswa untuk menjelaskan contoh perubahan
lingkungan fisik melalui gambar yang diperlihatkan guru, guru membimbingsiswa
saat menjelaskan contoh perubahan lingkungan fisik pada gambar. Guru
membentuk kelompok belajar siswa, guru memberikan lembar kerja siswa tentang
perubahan lingkungan fisik, setiap kelompok mendapatkan materi yang berbeda
dari kelompok lainnya. Setiap kelompok mempresentasikan materi yang sidah
dibagikan oleh guru, setelah selesai diskusi guru mengadakan kuis, setiap
kelompok yang dapat meteri yang dibacakan oleh guru tidak boleh menjawab
pertanyaan, yang boleh menjawab kelompok lain, setiap kelompok yang bisa
menjawab mendapat hadiah dari guru. Setelah selesai kuis, guru kembali
menjelaskan materi yang disajikan tentang perubahan lingkungan fisik seperti
angin, hujan, matahari, dan gelombang laut. Guru melakukan umpan balik kepada
siswa tentang materi pembelajaran yang dijelaskan masing-masing kelompok,
setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum jelas. Setelah itu guru bersama siswa menyimpulkan hasil
pembelajaranan yang telah dipelajari. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru
memberikan PR kepada siswa pembahasan pembelajaran pertemuan kedua,
kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, observasi merekam jalannya
pembelajaran melalui lembar observasi yang disediakan.dari rekaman tersebut
dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran
berlangsung.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 8 April 2016 pada jam
pertama. Pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama. Guru
melanjutkan materi dengan kompetensi dasar yang sama yaitu 10.1
51
Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,
cahaya matahari, dan gelombang air laut). Pertemuan kedua dengan indikator
menyebutkan langkah-langkah dalam menyusun laporan perubahan lingkungan
fisik, membuat laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi
atau laporan surat kabar / media lain tentang peristiwa alam misalnya banjir,
gempa bumi, gunung melletus, tsunami, puting beliung, tanah longsor,
menjelaskan isi laporan berdasarkan hasil pengamatannatau pengalaman pribadi
serta surat kabar / media lain tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi,
gunung melletus, tsunami, puting beliung, tanah longsor. Guru membuka
pelajaran dengan memberikan salam, berdoa, absensi, menyiapkan siswa secara
fisik dan pisikis. Apersebsi: guru bercerita sekilas terjadinya perubahan
lingkungan yang disebabkan angin, dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Guru memgingatkan pembelajaran minggu lalu kepada siswa, selanjutnya
menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang akan
digunakan selama proses belajar mengajar IPA berlangsung. Guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai tentang materi perubahan lingkungan fisik yaitu
membuat laporan tentang perubahan lingkungan fisik. Guru memberikan lembar
kerja siswa tentang perubahan fisik yaitu membuat laporan tentang perubahan
lingkungan fisik, secara berkelompok siswa diminta untuk mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelompok lainnya, guru membimbing siswa
saatmenjelaskan, kemudian guru menerangkan semua materi merefleksi
pembelajaran dengan melakukan umpan balik tentang materi yang belum
dipahami, setelah itu guru dan siswa membuat kesimpulan bersama, selanjutnya
guru memberi penguatan dan mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan ketiga siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 9 April 2016 pada
hari sabtu jam pertama. Pada pertemuan ketiga pembelajaran dilakukan dengan
singkat, hanya ada beberapa materi yang akan dibahas, tetapi masih mengenai
kompetensi dasar yang sama mengenai pembahasan tentang perubahan
lingkungan fisik seperti angin, hujan, matahari, dan gelombang laut, karena pada
akhirnya pembelajaran akan dilakukannya evaluasi maka menyampaikan
pembelajaran dilakukan dengan singkat. Berikut langkah-langkah pembelajaran
52
yang akan disampaikan. Seperti biasa guru mengucapkan salam pembuka, doa
serta mengabsen kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa pada pembelajaran.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memotivasi keingintahuan siswa
tentang materi “perubahan lingkungan fisik” guru memperlihatkan gambar
tentang dampak perubahan lingkungan fisik, siswa mengamati gambar yang
ditempelkan di depan kelas. Guru meminta siswa untuk menjelaskan kepada
kelompok lain bagimana keadaan yang ada pada gambar, dan menyebutkan
contoh dampak perubahan lingkungan seperti angin, hujan, matahari, dan
gelombang laut, setiap kelompok memberikan pendapat masing-masing kepada
kelompok yang sudah menjelaskan, secara bergiliran. Setelah itu guru dan siswa
menyimpulkan pembelajaran, guru memberikan penguatan tentang materi yang
sudah dijelaskan, kembali guru mengulas tentang materi yang disajikan pada
pertemuan 1 dan 2, kemudian guru memberikan kesempatan bertanya mengenai
materi yang belum dimengerti. Selanjutnya guru membagikan soal evaluasi yaitu
melihat hasil belajar siswa pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga.
4.2.1.3 Observasi
Pada pertemuan pertama siklus 1 hasil observasi yang diperoleh guru
sudah melaksanakan pembelajaran dengan runtut, sudah menyampaikan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan sudah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya melalui gambar, serta
melibatkan siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Akan tetapi pada saat berlangsungnya pembelajaran, masih kurang pengontrolan,
masih banyak siswa yang sibuk sendiri tidak mendengarkan penjelasan
temannyasehingga suasana kelas menjadi ribut. Penjelasan materi yang dijelaskan
guru masih kurang tepat, ada materi yang terlewatkan yaitu penjelasan tentang
materi yang tidak dijelaskan kepada siswa. Pengamatan siswa pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung, belum sesuai dengan yang diharapkan peneliti yaitu
mewujudkan siswa yang cakep berbicara menjelaskan pembelajaran dan
menciptakan rasa ketertarikan pada diri siswa untuk mengemukakan ide atau
pendapat. Siswa masih membaca teks tanpa menjelaskandengan pendapat atau ide
53
sendiri jadi siswa masih fokus pada bacaan. Kemungkinan siswa belum terbiasa
dengan model pembelajaran tersebut sehingga siswa merasa canggung.
Hasil observasi dari pertemuan kedua siklus 1 adalah sebagai berikut: pada
pertemuan kedua siklus 1 kegiatan belajar mengajar terlihat sudah baik anak-anak
mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar
mengajar dan cara guru memotivasi siswa juga sudah mulai terlihat lebih baik dan
membuat siswa mulai lebih tertarik dalam mengikuti proses belajar. Namun masih
ada beberapa kekurangan yang dilihat dari siswa, yaitu keaktifan dalam belajar
siswa belum menunjukkan sebagaimana mestinya, masih ada siswa yang malu
bertanya materi yang belum dimengerti. Masih ada siswa yang menertawakan
temannya jika salah menjelaskan atau berbicara pada saat mempresentasikan hasil
kerja di depan teman lainnya. Hal ini membuat siswa yang menjelaskan materi
menjadi kurang percaya diri.
Observasi yang diperoleh pada pertemuan 2 yang dilakukan oleh observasi
dapat disimpulkan bahwa pertemuan 2 pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan oleh guru, sedikit peningkatan
dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal ini dikarenakan guru telah
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw, secara maksimal walaupun masih ada
sebagian siswa yang bercanda dan berbicara sendiri dengan temannya saat guru
menjelaskan pelajaran. Sedangkan observasi siswa yang dilakukan oleh guru
observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan 2 pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan oleh siswa sudah baik, hal ini sudah
cukup meningkat dari pertemuan sebelumnya, siswa sudah memahami
pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw sehingga siswa tidak
merasa canggung lagi, saat diminta untuk maju menjelaskan pelajaran siswa mau
maju melakukan hal tersebut, walaupun saat menjelaskan terkadang siswa merasa
tidak percaya diri dengan penjelasan yang disampaikannya.
Observasi yang diperoleh pada pertemuan 3 yang dilakukan oleh observer
dapat disimpulkan bahwa pertemuan 3 pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan oleh guru. Pada pertemuan ketiga ini guru
dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan berlangsung dengan
54
maksimal, guru melibatkan siswa pada pembelajaran dengan memberikan tanya
jawab pada siswa untuk memotivasi siswa mengemukakan pendapat masing-
masing. Sedangkan observasi siswa yang dilakukan oleh observer dapat
disimpulkan bahwa pada pertemuan 3 pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan oleh siswa sudah sesuai, karena pada
pertemuan ketiga kegiatan pembelajaran yang dilakukan sudah baik dan
terlaksana sesuai dengan sintak model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Tabel 10
Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa Siklus 1
Pertemuan Hasil Observasi
Guru Siswa
Keterlaksanaan Keterlaksanaan
Ya Tidak Ya Tidak
1 25 2 8 3
2 27 - 10 1
3 27 - 11 -
Untuk memperbaiki kesalahan yang ditemukan pada siklus 1 tersebut,
diharapkan pada siklus 2 dapat memberikan perubahan yang sangat baik pada
sikap anak saat melaksanakan pembelajaran dan melakukan kegiatan sesuai
dengan sintak yang diharapkan sesuai dengan model kooperatif tipe jigsaw.
4.2.1.4 Refleksi
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus 1, diketahui bahwa selama
guru mengajar siswa sudah mulai aktif, meskipun ada beberapa siswa yang tingkat
keaktifannya masih kurang, yaitu pada saat diminta untuk menjelaskan
pembelajaran didepan siswa lainnya,siswa masih malu untuk
berbicara/mengemukakan pendapat, ada beberapa siswa terkesan kaku dan saat
mempresantasikan hasil belajar ada yang membaca tanpa adanya penjelasan yang
diucapkan secara spontan, sehingga kesan siswa tersebut tidak rileks seakan takut
berbicara. Hal tersebut disebabkan karena siswa kurang yakin dan percaya diri apa
55
yang disampaikan pada saat menjelaskan pelajaran, apalagi saat menjelaskan
siswa lain menertawakan. Begitu juga saat menyampaikan materi, guru harus
mampu memanfaatkan waktu agar pada saat jam pelajaran berakhir materi sudah
tersampaikan dengan baik, sehingga apa yang dirancangkan pada pelaksanaan
pembelajaran sudah dapat terlaksana, dan saat menjelaskan materi guru harus bisa
mengontrol dan menguasai kelas agar siswa dapat fokus pada penjelasan tidak
sibuk kegiatan masing-masing sehingga membuat suasana kelas menjadi ribut.
Guru juga harus bisa mendekati siswa dan memotivasi siswa untuk dapat
menumbuhkanrasa berani pada diri siswa berbicara mengemukakan pendapat di
depan siswa lainnya sehingga siswa dapat melaksanakan tindakan tersebut tanpa
dipaksa dan tidak takut mengemukakan pendapat, tidak merasa malu dan penuh
percaya diri. Tindakan yang dilakukan pada siklus 1 dapat memberikan perubahan
pada hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan pra siklus.
Tabel 11
Instrumen lembar observasi aktivitas siswa
Siklus 1 pertemuan 1, 2, dan 3.
No Keterlaksanaan Sintak
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
1 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
2 8 2 10 1 11 -
4.2.1.5 Pelaksanaan Siklus II
Sebelum melaksanakan siklus II peneliti perlu melakukan persiapan yang
matang agar saat proses pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilaksanakan dengan baik dan hasil
yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II dilakukan 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
56
4.2.1.6 Perencanaan Siklus II
Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan siklus II, terlebih dahulu
dilakukan persiapan. Persiapan dilakukan sebaik mungkin agar dalam proses
pelaksanaan tindakan pada pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini pertama-tama peneliti
mempersiapkan instrumen berupa RPP dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dengan menyesuaikan indikator dan tujuan serta kegiatan
pembelajarannya, materi ajar yang sesuai dengan SK, KD, alat dan bahan yang
diperlukan seperti gambar pada saat pembelajaran berlangsung dan sumber-
sumber lain (buku) untuk KBM agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.
4.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 13 April 2016.
Guru melanjutkan materi dengan kompetensi dasar 10.2 Mendeskripsikan
pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan
longsor). Dengan indikator menjelaskan tentang kerusakan lingkungan,
menjelaskan pengaruh perubahan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan
longsor). Kondisi tanah terhadap bahaya erosi melakukan percobaan sesuai
dengan prosedur yang ada mengenai ketahanan tanah, menyimpulkan hasil dari
percobaan.
Guru membuka pelajaran dengan memberi salam, doa, mengabsen siswa,
serta mempersiapkan kelengkapan belajar siswa. Guru mengajak siswa
menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “tik-tik-tik bunyi hujan” dari lagu yang
dinyanyikan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pembelajaran saat itu. Guru memperlihatkan beberapa gambar pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan erosi, abrasi, banjir, dan longsor,
siswa mengamati gambar yang diperlihatkan guru. Guru bersama siswa
melakukan tanya jawab melalui gambar, guru mengarahkan pemahaman siswa
57
pada materi, setelah itu guru menjelaskan pengaruh lingkungan fisik terhadap
daratan seperti erosi, abrasi, banjir, dan longsor. Kemudian guru membagi siswa
dalam beberapa kelompok dan membagikan lembar kerja kelompok, setiap
kelompok mendapatkan lembar kerja yang berbeda, setelah itu setiap kelompok
masuk ke kelompok lain untuk mempresentasikan materi yang dibagikan oleh
guru, setelah selesai presentasi ke kelompok lain, semua kelompok kembali ke
kelompok asal, kemudian guru kembali menerangkan materi yang disajikan saat
itu, guru melakukan umpan balik kepada siswa melalui pertanyaan dan
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai materi yang belum
jelas. Setelah itu guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan
memberikan kesempatan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan
memberikan kesempatan siswa mencatat hasil kesimpulan setelah itu guru
menutup pelajaran dan mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
Pertemuan kedua siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 15 April 2016.
Pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan siklus II. Guru
melanjutkan materi dengan kompetensi dasar yang sama yaitu 10.2
Mendeskripsikan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,
abrasi, banjir, dan longsor).
Guru membuka pelajaran dengan memberi salam, doa, mengabsen
kehadiran siswa, serta mempersiapkan perlengkapan siswa untuk belajar dan
melakukan apersepsi yaitu: guru bertanya kepada siswa “anak-anak apa yang akan
terjadi apa bila membuang sampah sembarangan secara terus-menerus? Kemudian
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai saat itu, selanjutnya
menjelaskan tentang model pembelajaran yang akan dilakukan selama proses
belajar mengajar berlangsung. Guru menyampaikan garis besarmateri yang akan
disampaikan, setelah itu, guru menugaskan siswa untuk membaca materi yang
akan diajarkan, guru menstimulus siswa agar dapat mengeluarkan pendapatnya
dengan melakukan tanya jawab mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi
akhir-akhir ini (contohnya tanya jawab mengenai banjir) “anak-anak, coba siapa
yang tahu bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini apa?” anak-anak
menyebutkan berbagai macam bencana alam dan salah satunya adalah banjir
58
“mengapa banjir bisa terjadi?, tanya bu guru” siswa memberi tanggapan
mengenai masalah kerusakan lingkungan tersebut (masalah banjir). Guru
menugaskan siswa untuk melakukan eksperimen secara berkelompok mengenai
ketahanan kondisi tanah terhadap bahaya erosi. Guru menjelaskan bagaimana
langkah kerjannya ada adal lembar kegiatan siswa, setelah itu menugaskan siswa
untuk mengisi lembar kerja yang telah disediakan tentang hasil eksperimen,.
Siswa melakukan percobaan, guru membimbing dalam melkukan percobaan,
setelah selesai melakukan percobaan, siswa melakukan diskusi atas pertanyaan
yang ada dalam lembar kerja dengan melihat hasil percobaan dan menyimpulkan
hasil diskusi tentang percobaan yang telah dilakukan, siswa dengan bimbingan
guru membahas dan menyimpulkan hasil dari percobaan yang telah dilaksanakan.
Kegiatan akhir guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang hal-
hal yang belum dipahami, kemudian guru dan siswa membuat kesimpulan
bersama, dan memberikan kesempatan siswa mencatat hasil kesimpulan
selanjutnya guru menutup pelajaran dan mengakhiri pelajaran dengan
mengucapkan salam penutup.
Pada pertemuan ketiga siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 16 April
pada jam pertama. Pada pertemuan ketiga, disini guru hanya memberikan soal
evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan
kedua siklus II. Sebelum guru mengulas kembali secara singkat tentang
pembahasan materi pada pertemuan sebelumnya, setelah itu guru membagikan
soal ealuasi. Siswa terlihat penuh konsentrasi mengerjakan soal evaluasi yang
diberikan oleh guru.
4.3.1 Observasi
Dari hasil observasi siklus II dapat diketahui bahwa bagaimana
keterlaksanaannya sintak pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Dalam
menyampaikan pembelajaran guru sudah menguasai materi dengan baik serta
dapat menumbuhkan motivasi bagi siswa sehingga siswa dapat melakukan
pembelajaran sesuai dengan sintak model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan baik dan maksimal. Saat kegiatan belajar berlangsung siswa terliahat
antusias dan mengikuti pembelajaran dengan tertib. Pada saat guru meminta siswa
59
untuk menjelaskan pelajaran di depan siswa lainnya, sudah ada siswa yang berani
mengacungkan tangan tanpa adanya paksaan dari guru untuk maju menjelaskan
pelajaran di depan siswa lainnya dengan pendapat masing-masing sesuai ide dan
pemahaman siswa, saat menjelaskan pembelajaran sudah sesuai dengan harapan
yang diinginkan peneliti.
Pada pertemuan kedua siklus II kegiatan belajar mengajar sudah cukup
memuaskan, siswa sudah terbiasa berbicara di depan siswa lainnya dengan
menguangkapkan ide dan pendapat masing-masing. Siswa semakin aktip untuk
menjelaskan pelajaran dikarenakan oleh dorongan dan motivasi guru pada siswa.
Saat menyampaikan pembelajaran gurunmelakukannya dengan semangatnpula
dan memberikan pendekatan kepada siswa dan khususnya melakukan kesibukan
sendiri saat guru menjelaskan, dan guru melibatkan siswa tersebut untuk
berpendapat menjelaskan pembelajaran pada siswa lainnya. Suasana kelas
menjadi hidup karena siswa aktip terlibat, saat menjelaskan materi guru guru
dapat menyajikan semua materi sampai terselesaikan.
Pada pertemuan ketiga guru dapat melakukan evaluasi dengan baik dan
semua siswa terlibat melaksanakan tugas tersebut.
Tabel 12
Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa Siklus 2
Pertemuan Hasil Observasi
Guru Siswa
Keterlaksanaan Keterlaksanaan
Ya Tidak Ya Tidak
1 27 - 10 1
2 27 - 11 -
3 27 - 11 -
60
4.3.2 Refleksi
Terlihat dari observasi yang ada pada pertemuan pertama, pertemuan
kedua dan pertemuan ketiga pada siklus II, pembelajaran sudah dikatakan baik
dan kondusif sesuai yang diharapkan peneliti. Siswa dalam belajarnya dapat
dikatakan baik karena keterlaksanaan sintak pada pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dikatakan lebih baik
karena adanya peningkatan pada hasil belajar siswa dibandingkan sebelumnya.
Tabel 13
Lembar instrumen lembar observasi aktivitas siswa
Siklus 2 pertemuan 1, 2, dan 3.
No Keterlaksanaan Sintak
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
1 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
2 10 1 11 - 11 -
4.4 Deskripsi Data Siklus I
Pada hasil penelitian akan disajikan deskripsi data dan analisis data,
dimana akan dijelaskan mengenai hasil pelaksanaan yang telah dilakukan baik itu
berupa hasil observasi saat kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa, berikut
akan diuraikan :
4.4.1 Deskripsi Data Siklus I
Distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I siswa kelas 4 SD Negeri
Tegaron 02 Semester 2 2015/2016, disajikan pada tabel 13 sebagai berikut:
jangkauan (J) = nilai tertinggi – nilai terendah
= 82 – 60
= 22
banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 31
61
= 1+ 3,3 (1,49)
= 1 + 4,92
= 5,92 (dibulatkan menjadi 6)
panjang kelas = J/K
= 22/6
= 3,67 (dibulatkan menjadi 4)
Tabel 14
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I
Siswa kelas 4 SD Negeri Tergaron 02
Semester 2 2015/2016
No Interval Frekuensi Presentase
1 60 – 63 3 10%
2 64 – 67 1 3%
3 68 – 71 13 42%
4 72 – 75 9 29%
5 76 – 79 3 10%
6 80 – 83 2 6%
Jumlah 31 100%
Rata-rata 71,3
Nilai tertinggi 82
Nilai terendah 60
4.4.2 Data Siklus II
Distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus II siswa kelas 4 SD Negeri
Tegaron 02 Semester 2 2015/2016, disajikan pada tabel 14 sebagai berikut:
jangkauan (J) = nilai tertinggi – nilai terendah
= 95 – 60
= 35
banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 31
= 1+ 3,3 (1,49)
= 1 + 4,92
62
= 5,92 (dibulatkan menjadi 6)
panjang kelas = J/K
= 35/6
= 5,83 (dibulatkan menjadi 6)
Tabel 15
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II
Siswa kelas 4 SD Negeri Tergaron 02
Semester 2 2015/2016
No Interval Frekuensi Presentase
1 60 – 65 1 3%
2 66 – 71 1 3%
3 72 – 77 2 6%
4 78 – 83 8 26%
5 84 – 89 12 39%
6 90 – 95 7 23%
Jumlah 31 100%
Rata-rata 84
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 60
4.4.3 Analisis Data
Pada analisis data dilakukan 2 tahap, yaitu analisis ketuntasan dan analisis
komparetif. Analisis ketuntasan dilakukan untuk membandingkan antara hasil
belajar siswa terhadap KKM yang dilakukan. Bila dari hasil pembandingan itu
hasil belajar siswa berada di atas KKM kelas, maka hasil belajar siswa tuntas, dan
sebaliknya jika berada di bawah KKM kelas, maka hasil belajar siswa tidak
tuntas. Analisis komparratif akan dilakukan untuk menyajkan data dari pra siklus,
siklus I dan siklus II, berikut akan disajikan analisis ketuntasan dan analisis
komparatif.
63
4.4.3.1 Analisis Ketuntasan
Analisis Ketuntasan Siklus I
Setelah pembelajaran menggunakan kooperatif tipe jigsaw yang terdiri
dari tiga kali pertemuan pada siklus I diperoleh hasil belajar pada siklus I pada
pertemuan ketiga seperti pada tabel berikut:
Tabel 16
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegaron 02
Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 26 84%
2 Tidak tuntas 5 16 %
Rata-rata 71,3
Nilai Tertinggi 60
Nilai Terendah 82
Tabel 16 menunjukkan bahwa setiap siswa yang mencapai KKM sebanyak
26 siswa, sedangkan siswa belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa. Berdasarkan
analisis tentang ketuntasan belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
IPA siklus I pada siswa SDN Tegaron 02 kelas 4 yang sudah tuntas atau mencapai
KKM sebanyak 26 siswa atau 84% tuntas, sedangkan siswa yang belum mencapai
KKM sebanyak 5 siswa atau 16% tidak tuntas. Pada siklus I nilai rata-rata
mencapai 71,3 sedangkan nilai minimum 60 dan nilai maksimum 82.
Analisis Ketuntasan Siklus II
Berdasarkan hasil belajar IPA pada siklus II masih ada siswa yang belum
mencapai KKM (70). Berikut akan disajikan hasil belajar IPA SDN Tegaron 02
pada siswa kelas 4 melalui tabel ketuntasan siklus II.
64
Tabel 17
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II
Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegaron 02
Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 30 97%
2 Tidak tuntas 1 3%
Rata-rata 84
Nilai Tertinggi 60
Nilai Terendah 95
Berdasarkan tabel 4 pada hasil belajar IPA siklus II yang dilaksanakan di
SDN Tegaron 02 bahwa siswa yang sudah mencapai nilai KKM ≥ sebanyak 30
siswa dari 31 siswa, sedangkan yang ≤ KKM ada 1 siswa. Jadi dapat disimpulkan
pada pelaksanaan siklus II siswa yang mencapai nilai ≥ KKM sebanyak 97% atau
30 anak yang tuntas sedangkan siswa yang ≤ KKM mencapai 3% atau 1 anak
yang belum tuntas.
4.4.3.2 Analisis Komparatif
Tabel 18
Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegaron 02
Semester 2 2015/2016
No Ketuntasan Pra siklus Siklus I Siklus II
F % f % F %
1 Tuntas 19 61% 26 84% 30 97%
2 Tidak tuntas 12 39% 5 16% 1 3%
Rata-rata 68,4 71,3 84
Nilai Tertinggi 80 82 95
Nilai Terendah 47 60 60
Dari tabel 5 tentang analisis komparatif hasil belajar siswa dari pra siklus,
siklus I, dan siklus Iidapat dibandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal
65
dengan adanya tindakan yang dilakukan peneliti yaitu menerapkan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw. Ada perubahan yang
terjadi pada hasil belajar siswa, sebelum menerapkan model pembelajaran
Kooperatif tipe jigsaw, dapat dilihat pada nilai rata-rata siswa mencapai 68,4
dengan nilai minimum 47 dan nilai maksimum 80. Pada pembelajaran awal atau
pra siklus masih banyak siswa yang belum tuntas pada hasil belajar IPA yaitu
sebanyak 12 siswa atau 39%, sedangkan yang tuntas sebanyak 19 anak atau 61% .
penelitian melakukan tindakan pada siklus I dengan menerapkan model
Kooperatif tipe jigsaw guna eningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I hasil
belajar IPA kelas 4 di SD Negeri Tegaron 02 tersebut mengalami peningkatan,
yaitu dengan nilai rata-rata 71,3 walaupun masih ada siswa yang belum mencapai
KKM (70) yaitu dengan nilai minimum 60 sebanyak 5 siswa dengan presentase
16% ≤ KKM, sedangkan siswa yang ≥ KKM (70) dengan nilai maksimal 82
sebanyak 26 siswa atau 84% dikatakan tuntas.
Dari hasil belajar IPA pra siklus dan siklus I ada perubahan yang
meningkat pada hasil belajar siswa, tetapi masih ada nilai siswa yang belum tuntas
atau ≤ KKM (70). Untuk melakukan pemantapan peneliti melanjutkan ke siklus II.
Setelah dilakukannya siklus II, peneliti mendapatkan hasil yang memuaskan
walaupun masih ada siswa yang belum tuntas pada hasil belajar IPA. Pada siklus
II tersebut siswa yang ≤ KKM mendapat nilai 60 atau 3%, sedangkan siswa yang
sudah mencapai ≥ KKM sebanyak 30 siswa atau 97% tuntas dengan nilai rata-rata
84. Mulai siklus II hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Tegaron 02
mengalami peningkatan.
Untuk lebih lelas peneliti menyajikan dalam bentuk diagram batang
analisis komparatif hasil belajar IPA dari pra siklus, siklus I dan siklus II sebagai
berikut:
66
Gambar diagram batang analisis komparatif hasil belajar IPA dari pra
siklus, siklus I dan siklus II
Jadi melalui penelitian yang dilakukan di SD Negeri Tegaron 02 dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 dengan adanya perbandingan yang
meningkat pada hasil belajar IPA.
4.5 Pembahasan
Dari hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas
4 SD Negeri tegaron 02 bahwa hasil belajar IPA siswa masih rendah, hal ini
disebabkan pemahaman siswa mengenai materi masih kurang perlu adanya
bimbingan dan penggunaan metode yang tepat saat menyampaikan pelajaran.
Proses pembelajaran sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan siswa masih
pasif selama pembelajaran, yang aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung
mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan,
ketika guru bertanya dan minta pendapat dari siswa banyak yang tidak bisa
mengemukakan ide atau pendapat mereka. Siswa keliru memanfaatkan waktu,
saat belajar, terkadang digunakan siswa untuk bermain-main atau saling
berkomunikasi dengan temannya. Ketika guru menjelaskan pembelajaran, banyak
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, mereka sibuk dengan kegiatan
sendiri ada yang berbicara dengan temannya ada juga yang sibuk dengan aktifitas
sendiri, sehingga apa yang dijelaskan guru tidak didengar apalagi untuk
memahami pelajaran dan ikut aktif berpendapat saat diberikan kesempatan. Siswa
0
5
10
15
20
25
30
pra siklus Siklus I siklus II
19
26
30
12
5
1
Tuntas
Tidak tuntas
67
terlihat jenuh karena proses pembelajaran seakan menoton karena guru hanya
berceramah dan terfokus pada buku paket, sehingga hasil belajar siswa rata-rata
masih rendah khususnya pada materi “perubahan lingkungan fisik”. Hasil belajar
siswa dalam rata-rata sebelum tindakan adalah 68,4. Siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM 70) hanya 19 siswa atau 61%, sedangkan siswa yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 12 siswa atau 39%. Nilai
tertinggi yang berhasil didapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 80
sedangkan nilai terendah 47. Ada perbandingan yang cukup erata di kelas 4 SD
Negeri Tegaron 02 antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa
yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sudah dapat menerima
materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan metode ceramah saja,
karena ke-19 siswa ini memang mempunyai daya tangkap materi pembelajaran
yang lebih dibandingkan teman-teman yang lain walaupun guru menyampaikan
materi dengan menggunakan metode ceramah saja, sebaliknya 12 siswa yang lain
belum bisa menerima materi pembelajaran yang disajikan oleh guru menggunakan
metode ceramah karena 12 siswa dalam hal penguasaan materi pembelajaran
masih rendah jika guru hanya menggunakan meyode ceramah saja, sehingga
diperlukan suatu tindakan yaitu bagaimana guru harus menekankan aktifitas siswa
di kelas agar tidak hanya mengandalkan metode konvensional (ceramah) yang
sedikit membosankan dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak sekolah
dasar yang masih dalam tahap operasional konkrit (7-11 tahun) dan keadaan siswa
yang suka berkomunikasi dengan teman sebangku atau sibuk sendiri saat guru
menjelaskan pelajaran. Siswa akan lebih dapat menguasai materi jika dihadapkan
pada suatu yang konkrit dan sesuai dengan keadaan kelas maka pelajaran yang
menyenangkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang berarti serta siswa
dapat terlihat aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memperbanyak pengalaman
serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa,
seperti yang dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:20) dalam Prasetyo.
Pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
68
meningkatkan penguasaan akademik. Melalui model pembelajaran tersebut dapat
memotivasi siswa aktif dalam keterlibatan pembelajaran, siswa menguasai materi
dan aktif mengemukakan pendapat melalui ide-ide, sehingga siswa terlihat
berbicara dan memiliki kemampuan berpendapat di depan siswa lainnya.
Pendapat yang dikemukakan oleh ahli mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw di atas juga selaras dengan apa yang peneliti terapkan pada
saat melaksanakan tindakan di kelas 4 SD Negeri Tegaron 02 yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa tidak lagi terlihat
pasif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, siswa terlihat aktif,
melakukan interaksi melalui kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan ide
atau pendapat siswa masing-masing. Sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi
hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar IPA didapatkan dari hasil
perolehan nilai siswa siklus I dan siklus II.
Siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM =70) sebanyak 26 siswa
atau 84% tuntas, dimana ketuntasan hasil belajar IPA pada siklus I sudah
mendekati indikator kinerja yaitu 90% dan masih ada 5 siswa yang ≤ KKM
dengan presentase 16%. Nilai rata-rata siswa adalah 71,3 sedangkan nilai
maksimum 82 dan nilai minimum 60. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
pada siklus I, sudah terlaksana dengan baik walaupun masih ada siswa belum
tuntas, peneliti berusaha mencari faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Setelah
diselidiki melalui observasi yang dilakukan, ternyata masih ada beberapa diantara
siswa yang belum fokus pada penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
Sehingga itu membuat siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan yang
disampaikan. Pada saat guru memberikan tugas melalui kelompok, ada beberapa
siswa yang tidak aktif mengerjakan hanya melibatkan beberapa siswa saja yang
fokus pada kegiatan tersebut, sehingga saat dilakukan evaluasi pada siklus I masih
ada 5 siswa yang mendapat nilai ≤ KKM, dan 26 siswa yang sudah mencapai
KKM itu semua disebabkan karena saat pembelajaran berlangsung siswa tidak
fokus, sehingga tidak menyimak apa yang disampaikan dan otomatis siswa
tersebut tidak memahami materi yang disampaikan. Walaupun pada siklus I masih
69
ada hasil belajar IPA ≤ KKM, dapat diketahui bahwa siklus I lebih baik dari
keadaan pra siklus. Sebelum adanya tindakan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau pra siklus ketuntasan siswa mencapai
61% dengan jumlah siswa 19, dan siswa yang belum tuntas 39% dengan jumlah
12 siswa yang belum mencapai KKM. Sehingga dapat disimpulkan siklus I
meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada pelaksanaan siklus II peneliti berharap hasil belajar dapat lebih baik
dari siklus I, peneliti juga mengarahkan guru untuk mengontrol siswa saat
kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga siswa dapat memperhatikan
penjelasan guru serta mau ikut serta pada saat diberikan kesempatan untuk
menjelaskan pelajaran yang sudah direncanakan. Saat siklus II dilaksanakan,
peneliti melihat bahwa ada perubahan yang baik pada siswa, karena saat guru
menjelaskan siswa menyimak dengan baik dan tertib, ketiga guru memberikan
kesempatan kepada siswa hampir semua siswa mau menjelaskan/mengemukakan
pendapat tentang pelajaran di depan siswa lainnya. Sehingga dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II, didapat hasil belajar
siswa yang memuaskan. Siswa yang memiliki kriteria ketuntasan minimal
(KKM=70) sebanyak 30 siswa atau 97%, walaupun masih ada siswa yang belum
tuntas ≤ KKM dengan presentase 3%. Nilai rata-rata adalah 84 sedangkan nilai
tertinggi 95 dan nilai terendah adalah 60. Pelaksanaan siklus II memberikan
perubahan yang sangat baik bagi hasil belajar siswa, presentase yang dicapai 97%
sudah melebihi indikator kinerja yang menjadi acuan pada penelitian ini.
Pelaksanaan yang sudah dilakukan peneliti mulai 2 siklus, terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar IPA dimana siswa dapat dilihat untuk menjelaskan
pembelajaran menggunakan ide atau pendapat siswa masing-masing. Penelitian
ini diperkuat oleh adanya penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti-
peneliti lainnya yang dapat membuktikan meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil penelitian
tersebut diantaranya: (1) Agus Wiyanto (2009) dengan judul penelitian,
“penggunaan Cooperatif Learning Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Gandu I Kecamatan
70
Bogorejo Kabupaten Blora. Model Pembelajaran”, tanggal 16 Januari 2009, hasil
penelitiannya adalah penggunaan model pembelajaran kooperatip tipe jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yaitu
peningkatan keaktifan bertanya dan keaktifan menyampaikan pendapat. Pada hasil
penelitian Agus Wiyanto pada kondisi awal perangkat pembelajaran yang
dikembangkan kooperatif tipe jigsaw memiliki presentase rata-rata
sebesar76,27%, kemudian pada langkah berikutnya dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran meningkat dengan presentase 79,39%
termasuk dalam kategori baik. Penelitian yang dilakukan Agus Wiyanto dengan
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas 5 SD Negeri Gandu 1 Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.
(2) Lutfi Rahmawati (2009) menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw
dengan kesimpulan bahwa model pebelajaran kooperatif jigsaw dapat
meningkatkan aktifitas dan kemampuan siswa dalam belajar kelompok serta
nebingkatkan hasil belajar IPS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lutfi
Rahmawati yang dilakukan melalui 3 siklus, yaitu siklus I dengan rata-rata69,48
dengan presentase ketuntasan klasikal 71,88%, siklus II dengan rata-rata 71,41
dengan presentase 84,38%, dan siklus III dengan rata-rata 76,56 presentase
87,50%, disimpulkan secara berturut-turut dari pelaksanaan siklus I,II, dan III
mengalami peningkatan pada hasil belajar IPS pada siswa kelas 5 SDN 2 Bajur
Tahun pelajaran 2009.
Adapun kendala-kendala yang ditemukan peneliti saat pelaksanaan
penelitian adalah:
a. Adanya sikap siswa yang berbeda saat merespon pembelajaran, ada siswa yang
tidak aktif dan sebagian siswa aktif saat berlangsungnya pembelajaran.
b. Sebagian siswa masih malu saat diminta untuk menjelaskan pelajaran di depan
siswa lainnya.
c. Saat siswa menjelaskan di depan kelompok, sebagian siswa menertawakan
temannya sehingga menggangu konsentrasi siswa yang menjelaskan di depan.
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
71
meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat dibuktikan dari hasil belajar siswa pada
pra siklus siswa tuntas belajar berjumlaj 19 siswa dengan presentase 61%,
kemudian pada siklus I meningkat menjadi 26 anak yang tuntas dengan presentase
84% dan pada pelaksanaan siklus II semakin meningkat lagi menjadi 30 anak
yang tuntas dari 31 siswa seluruhnya dengan presentase 97%. Sesuai dengan
indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 90% ketuntasanbelajar siswa, maka dapat
disimpulkan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil.
Keberhasilan pada peningkatan hasil belajar siswa dikerenakan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu model pembelajaran yang lebih
menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam mengungkapkan pendapat serta
menjelaskan pelajaran dengan menggunakan ide siswa itu sendiri, sehingga pada
akhirnya siswa lebih mudah memahami materi serta menguasai materi pelajaran
IPA tentang “Perubahan Lingkungan Fisik” yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Tegaron 02 semester 2
tahun ajaran 2015/2016.