bab iv hasil analisis dan pembahasan...

44
55 Anggia Meytasari, 2013 Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang kontrol diri dan kedisiplinan siswa, beserta aspek dan indikatornya dan kontribusi antara kontrol diri dengan kedisiplinan siswa yang ditampilkan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012. 1. Gambaran Umum Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 Data mengenai gambaran umum kontrol diri dan kedisiplinan siswa diperoleh berdasarkan hasil penyebaran instrumen terhadap sampel penelitian. Berdasarkan data yang dikumpulkan diperoleh gambaran kontrol diri, aspek kontrol diri dan indikator kontrol diri yang dimiliki siswa. Secara umum gambaran kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Gambaran Umum Kontrol Diri Siswa SMK Negeri 2 Bogor Tahun Pelajaran 2011/2012 Kategori f Persentase Sangat Baik 3 1% Baik 198 92% Tidak Baik 14 7% Sangat Tidak Baik 0 0% Hasil penyebaran angket kontrol diri terbagi kedalam empat kategori yaitu, sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. Kategori sangat baik sebanyak 3 siswa (1%), berarti siswa sangat mampu untuk dapat mengontrol dirinya dengan mengatur tingkah laku dan melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak. Kategori baik sebanyak 198 siswa (92%) mampu

Upload: others

Post on 19-Dec-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

55

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil

penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan akan

dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang kontrol diri dan

kedisiplinan siswa, beserta aspek dan indikatornya dan kontribusi antara kontrol

diri dengan kedisiplinan siswa yang ditampilkan siswa Kelas XI SMK Negeri 2

Bogor Tahun Ajaran 2011/2012.

1. Gambaran Umum Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

Tahun Ajaran 2011/2012

Data mengenai gambaran umum kontrol diri dan kedisiplinan siswa diperoleh

berdasarkan hasil penyebaran instrumen terhadap sampel penelitian. Berdasarkan

data yang dikumpulkan diperoleh gambaran kontrol diri, aspek kontrol diri dan

indikator kontrol diri yang dimiliki siswa. Secara umum gambaran kontrol diri

siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada

Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Gambaran Umum Kontrol Diri Siswa SMK Negeri 2 Bogor

Tahun Pelajaran 2011/2012

Kategori f Persentase

Sangat Baik 3 1%

Baik 198 92%

Tidak Baik 14 7%

Sangat Tidak Baik 0 0%

Hasil penyebaran angket kontrol diri terbagi kedalam empat kategori yaitu,

sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. Kategori sangat baik sebanyak

3 siswa (1%), berarti siswa sangat mampu untuk dapat mengontrol dirinya dengan

mengatur tingkah laku dan melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum

memutuskan untuk bertindak. Kategori baik sebanyak 198 siswa (92%) mampu

Page 2: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

56

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk dapat mengontrol dirinya. Artinya, siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

mampu mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbagan terlebih dahulu

sebelum memutuskan untuk bertindak, dengan kata lain siswa pada kategori ini

memiliki kontrol diri yang baik.

Kategori tidak baik terdapat 14 siswa (7%) tidak mampu untuk dapat

mengontrol dirinya. Artinya siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tidak mampu

mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum

memutuskan untuk bertindak.

Kategori sangat tidak baik artinya siswa sangat kesulitan dalam mengontrol

dirinya, sehingga siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sangat tidak mampu untuk

mengatur tingkah lakunya sebelum bertindak.

Berdasarkan hasil penghitungan statistik kondisi objektif pada siswa Kelas XI

SMK Negeri 2 Bogor menunjukkan terdapat 198 siswa (92%) yang berada pada

kategori baik. Pada kategori baik siswa mampu untuk dapat mengontrol dirinya.

2. Gambaran Pencapaian Aspek dan Indikator Kontrol Diri Siswa Kelas XI

SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

Kontrol diri terdiri dari tiga aspek yaitu: kontrol perilaku (behavioral control),

kontrol kognitif (cognitive control) dan kontrol keputusan (decisional control).

Berikut ini penjelasan dari masing-masing aspek dan indikator.

a. Gambaran Kontrol Diri pada Aspek Kontrol Perilaku (Behavioral

Control)

Kontrol perilaku (behavioral control) menunjukkan kemampuan siswa untuk

memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Secara umum,

kemampuan aspek-aspek kontrol diri yang dimiliki siswa Kelas XI SMK Negeri

2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Persentase Skor Kontrol Diri

Berdasarkan Aspek Kontrol Perilaku (Behavioral Control)

Kategori f Persentase

Sangat baik 4 2%

Baik 185 86%

Page 3: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

57

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tidak Baik 25 12%

Sangat Tidak Baik 0 0%

Secara umum pencapaian kontrol diri dari ketiga aspek digambarkan melalui

besarnya persentase yang diperoleh berdasarkan kategori sangat baik, baik, tidak

baik, dan sangat tidak baik. Pada aspek kontrol perilaku terdapat 4 siswa ( 2%)

berada pada kategori sangat baik. Artinya siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

sangat mampu mengontrol dirinya dengan sangat baik untuk dapat memodifikasi

suatu keadaan yang tidak menyenangkan, ditandai dengan memiliki kemampuan

kontrol perilaku dari dalam diri dan kontrol stimulus dengan baik.

Kategori baik terdapat 186 siwa (87%) berada pada kategori baik. Artinya

siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu mengontrol dirinya dengan baik

untuk dapat memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan, ditandai

dengan kemampuan mengontrol perilaku yang berdasarkan faktor dari dalam diri

dan kemamuan mengontrol stimulus untuk dapat mengetahui waktu kemunculan

suatu stimulus yang tidak dikehendaki.

Kategori tidak baik terdapat 20 siswa (9%), artinya ketidakmampuan siswa

Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor untuk mengontrol dirinya agar dapat

memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan

siswa tidak memiliki kontrol diri yang berdasarkan dari dalam diri dan

ketidakmampuan mengontrol stimulus yang akan muncul.

Secara rinci, gambaran kemampuan mengontrol diri siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor berdasarkan indikator-indikator dari aspek kontrol perilaku

(behavioral control) dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Gambaran Indikator Kontrol Diri Siswa pada

Aspek Kontrol Perilaku (Behavioral Control)

No. Indikator f Kategori

1. Mampu mengontrol perilaku

13

Sangat Baik

(6%)

191

Baik

(89%)

11 Tidak baik

Page 4: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

58

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(5%)

0

Sangat tidak baik

(0%)

2 Mampu mengontrol stimulus

3

Sangat Baik

(1%)

157

Baik

(73%)

55

Tidak baik

(26%)

0

Sangat tidak baik

(0%)

Hasil penghitungan pada aspek perilaku (behavioral control) dilihat dari

indikator mampu mengontrol perilaku menunjukkan terdapat 13 siswa (6%)

berada pada kategori sangat baik. Kategori ini berarti siswa sangat mampu untuk

dapat mengontrol perilakunya, siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sangat

mampu menunjukkan kemampuan memodifikasi suatu keadaan yang tidak

menyenangkan berdasarkan faktor dari dalam dirinya.

Siswa yang mencapai kategori baik sebanyak 191 siswa (89%). Artinya

sebagian besar siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu menunjukkan

kemampuan memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan berdasarkan

faktor dari dalam dirinya.

Siswa yang mencapai kategori tidak baik sebanyak 11 siswa (5%), artinya

siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tidak mampu untuk mengontrol perilakunya

dengan baik, sehingga siswa tidak menunjukkan kemampuannya untuk

memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.

Adapun pada indikator mampu mengontrol stimulus terdapat 3 siswa (1%)

mencapai kategori sangat baik. Kategori ini berarti siswa Kelas XI SMK Negeri 2

Bogor sangat mampu mengontrol dirinya agar dapat mengetahui datangnya

stimulus. Siswa yang sangat mampu mengontrol stimulusnya dengan baik ditandai

mendahulukan pekerjaan yang lebih penting dan mengendalikan diri terhadap hal-

hal negatif dari lingkungan.

Siswa yang mencapai kategori baik sebanyak 157 siswa (73%), yang berarti

siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu mengontrol dirinya terhadap

Page 5: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

59

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

stimulus yang tidak dikehendaki, ditandai dengan siswa mampu mendahulukan

pekerjaan yang lebih penting dan mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dari

lingkungan.

Siswa yang mencapai kategori tidak baik sebanyak 55 siswa (26%), yang

berarti siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tidak mampu mengontrol diri dengan

baik terhadap stimulus yang tidak dikehendaki.

b. Gambaran Kontrol Diri pada Aspek Kognitif (Cognitive Control)

Kontrol kognitif menunjukkan kemampuan siswa untuk mengolah informasi

yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai atau memadukan

suatu kejadian. Secara umum,gambaran aspek kontrol kognitif (cognitive control)

siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4

Persentase Skor Kontrol Diri

Berdasarkan Aspek Kontrol Kognitif (Cognitive Control)

Kategori f Persentase

Sangat baik 4 2%

Baik 13 6%

Tidak Baik 20 9%

Sangat Tidak Baik 0 0%

Pada aspek yang kedua yaitu kontrol kognitif terdapat 4 siswa (2%) berada

pada kategori baik, artinya siswa sangat mampu untuk dapat mengolah informasi

yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai atau memadukan

suatu kejadian dengan sangat baik.

Kategori baik terdapat 13 siswa (6%), artinya siswa mampu mengolah

informasi dengan baik. Siswa tersebut mampu mengantisipasi peristiwa dengan

berbagi pertimbangan dan mampu menafsirkan suatu peristiwa atau keadaan

dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

Aspek terakhir ketercapaian dengan jumlah siswa yang terbanyak berada pada

kategori tidak baik, yaitu sebanyak 20 siswa (9%). Artinya siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor tidak mampu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan.

Pada aspek ini menunjukkan ketidakmampuan siswa untuk dapat mengolah

Page 6: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

60

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

informasi yang diinginkan yaitu dengan cara menginterpretasi, menilai, atau

memadukan suatu kejadian.

Secara rinci, gambaran umum kemampuan kontrol diri siswa berdasarkan

indikator-indikator aspek kontrol kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

Gambaran Indikator Kontrol Diri Siswa pada

Aspek Kontrol Kognitif (Cognitive Control)

No. Indikator f Kategori

1. Mampu mengantisipasi peristiwa

6 Sangat Baik

(3%)

185 Baik

(86%)

24 Tidak baik

(11%)

0 Sangat tidak baik

(0%)

2 Mampu menafsirkan peristiwa

6 Sangat Baik

(3%)

181 Baik

(84%)

28 Tidak baik

(13%)

0 Sangat tidak baik

(0%)

Hasil penghitungan kontrol perilaku dilihat dari indikator mampu

mengantisipasi peristiwa, siswa yang mencapai kategori sangat baik terdapat 6

siswa (3%). Kategori ini berarti siswa sangat mampu untuk mengantisipasi suatu

peristiwa dengan sangat baik ditandai siswa mampu memilih tindakan untuk

mengatasi masalah yang sedang dialami.

Siswa yang mencapai kategori baik sebanyak 185 siswa (86%), artinya

sebagian besar siswa mampu untuk mengantisipasi suatu peristiwa dengan baik

yang ditandai dengan kemampuan siswa memilih tindakan untuk mengatasii

masalah yang sedang dialami.

Siswa yang mencapai kategori tidak baik terdapat 24 siswa (11%), artinya

siswa tidak mampu untuk mengantisipasi suatu peristiwa.

Page 7: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

61

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Selain indikator mampu mengatisipasi peristiwa, indikator yang yang kedua

yaitu mampu menafsirkan peristiwa menunjukkan terdapat 6 siswa (3%) berada

pada kategori sangat baik, artinya sepertiga dari jumlah siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor sangat mampu menafsirkan suatu peristiwa dengan baik yang

ditandai dengan kemampuan siswa berfikir manfaat dari suatu peristiwa.

Siswa yang mencapai kategori baik terdapat 182 siswa (85%). Pada kategori ini

dimaknai sebagian besar siswa mampu untuk dapat menafsirkan suatu peristiwa

yang ditandai dengan kemampuan siswa berfikir dengan baik mengenai manfaat

dari suatu peristiwa.

Siswa yang mencapai kategori tidak baik sebanyak 27 siswa (13%) pada

kategori ini dimaknai bahwa siswa tidak dapat menafsirkan suatu peristiwa,

sehingga siswa tidak dapat berfikir dengan baik mengenai manfaat dari suatu

peristiwa.

Dilihat berdasarkan hasil penghitugan data aspek kontrol kognitif menunjukkan

kedua indikator berada pada kategori baik, artinya siswa memiliki kemampuan

yang baik untuk dapat mengolah informasi dengan cara menginterpretasi, menilai

atau memadukan suatu kejadian.

c. Gambaran Kontrol Diri pada Aspek Kontrol Keputusan (Decision

Control)

Kontrol kognitif menujukkan kemampuan siswa untuk memilih tindakan baik

dengan yang diyakini atau disetujui, ditandai oleh kemampuan siswa untuk

mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab terhadap keputusan

berdasarkan keyakinan sendiri.

Tabel 4.6

Persentase Skor Kontrol Diri

Berdasarkan Aspek Kontrol Kontrol Keputusan (Decision Control)

Kategori f Persentase

Sangat baik 11 5%

Baik 13 6%

Tidak Baik 20 9%

Sangat Tidak Baik 0 0%

Page 8: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

62

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Aspek ketiga, yaitu kontrol keputusan menunjukkan terdapat 11 siswa (5%)

berada pada kategori sangat baik, artinya siswa sangat mampu untuk dapat

memilih tindakan baik dengan yang diyakini atau disetujui, ditandai dengan

kemampuan siswa mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab terhadap

keputusan berdasarkan keyakinan sendiri.

Kategori baik terdapat 13 siswa (6%) artinya siswa mampu untuk dapat

memilih tindakan baik dengan yang diyakini atau disetujui. Siswa tersebut mampu

mengambil keputusan dengan baik dan dapat mempertanggungjawabkannya.

Kategori tidak baik mencapai tingkat ketercapaian yang tinggi yaitu terdapat 20

siswa (9%) berada pada kategori tidak baik. Artinya pada kategori ini

menunjukkan siswa tidak mampu untuk dapat memilih tindakan baik dengan yang

diyakini atau disetujui.

Hasil penghitungan pada indikator mampu mengantisipasi peristiwa terdapat

185 siswa (86%) terdapat pada kategori baik, 19 siswa (9%) pada kategori tidak

baik dan pada kategori sangat tidak baik sebesar 0%. Artinya pada aspek ini

ketercapaian yang dimiliki siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor menunjukkan

bahwa sebagian besar siswa mampu untuk dapat mengambil keputusan dan dapat

bertanggung jawab berdasarkan keyakinan sendiri.

Secara rinci, siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012

Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7

Gambaran Indikator Kontrol Diri Siswa pada

Aspek Kontrol Keputusan (Decision Control)

No. Indikator f Kategori

1. Mampu Mengambil Keputusan

11 Sangat Baik

(5%)

185 Baik

(86%)

19 Tidak baik

(9%)

0 Sangat tidak baik

(0%)

Page 9: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

63

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Gambaran Umum Kedisplinan Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

Tahun Ajaran 2011/2012

Gambaran mengenai kedisiplinan berdasarkan kategori sangat sesuai terdapat

10 siswa (5%) yaitu siswa sangat disiplin. Artinya siswa Kelas XI SMK Negeri 2

Bogor sangat mampu untuk mengontrol diri dalam menaati tata tertib dan atau

peraturan lain yang ada di sekolah tanpa adanya paksaan dari orang lain dan dapat

mempertanggungjawabkannya. Pada kategori ini siswa berdisiplin sangat baik.

Kategori sesuai sebanyak 194 siswa (95%) yaitu siswa disiplin. Artinya siswa

Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu untuk mengontrol diri dalam menaati tata

tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab.

Pada kategori ini siswa berperilaku disiplin dengan baik.

Kategori tidak sesuai terdapat 11 siswa (5%) yaitu siswa tidak disiplin. Artinya

siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tidak mampu mengontrol diri dalam menaati

tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah. Pada kategori ini siswa

tidak dapat berdisiplin dengan baik.

Kategori sangat tidak sesuai yaitu siswa sangat kesulitan dalam mengontrol

dirinya artinya siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sangat tidak mampu

mengontrol diri dengan baik dalam menaati tata tertib dan atau peraturan lain

yang ada di sekolah.

Gambaran umum kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun

Ajaran 2011/2012 secara umum digambarkan melalui besarnya persentase yang

diperoleh berdasarkan kategori skor, dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

Gambaran Umum Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 2 Bogor

Tahun Ajaran 2011/2012

Kategori f Persentase

Sangat sesuai 10 5%

Sesuai 194 90%

Tidak Sesuai 11 5%

Sangat Tidak Sesuai 0 0%

Kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

sebagian besar berada pada kategori sesuai. Pada kategori ini siswa dapat

Page 10: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

64

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berperilaku disiplin dengan baik ditandai dengan adanya peraturan, hukuman,

penghargaan dan konsistensi.

4. Gambaran Pencapaian Aspek dan Indikator Kedisiplinan Siswa Kelas XI

SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

a. Gambaran Kedisiplinan pada Aspek Peraturan

Pencapaian kedisiplinan untuk aspek peraturan digambarkan melalui besarnya

persentase yang diperoleh berdasarkan pengkategorian sangat sesuai, sesuai, tidak

sesuai, dan sangat tidak sesuai. Secara umum, gambaran aspek peraturan siswa di

SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9

Persentase Skor Kedisiplinan Berdasarkan Aspek Peraturan

Kategori f Persentase

Sangat Sesuai 10 5%

Sesuai 186 86%

Tidak Sesuai 19 9%

Sangat Tidak Sesuai 0 0%

Pencapaian aspek kedisiplinan digambarkan melalui besarnya persentase yang

diperoleh berdasarkan pengkategorian. Kategori sangat sesuai sebanyak 10 (5%)

artinya siswa sangat disiplin sesuai dengan pola yang ditetapkan untuk berbuat

atau bertingkah laku di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Siswa yang

bertanggung jawab terhadap peraturan ditandai dengan siswa dapat mengatur

waktu saat masuk sekolah, belajar di kelas, istirahat dan pulang sekolah,

bertanggung jawab terhadap tugas-tugas sekolah, dan tidak melakukan tindakan

kekerasan, merokok atau membuat keributan di sekolah. Selain itu siswa juga

mampu berperilaku dan berpenampilan sesuai dengan tata terbib yang dibuat oleh

sekolah, dengan cara berbicara dan bersikap sopan terhadap kepala sekolah, guru,

staf TU, teman dan berpenampilan rapi sesuai dengan peraturan sekolah.

Kategori sesuai terdapat 186 siswa (86%) dapat dikatakan disiplin. Artinya,

siswa berperilaku disiplin sesuai dengan pola yang ditetapkan untuk berbuat atau

bertingkah laku disekolah sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Tujuannya

Page 11: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

65

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah membekali siswa dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi

dan kelompok tertentu berlaku dengan baik.

Kategori tidak sesuai terdapat 19 siswa (9%), artinya siswa tidak disiplin

berdasarkani dengan pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku

disekolah sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab.

Gambaran mengenai indikator dari kedisiplinan yang pertama yaitu peraturan.

Peraturan berfungsi sebagai patokan atau standar untuk bertingkah laku yang

harus dipenuhi oleh siswa di sekolah. Berikut gambaran mengenai indikator aspek

peraturan dapat dilihat dari Tabel 4.10 di bawah ini.

Tabel 4.10

Gambaran Indikator Kedisiplinan Siswa pada Aspek Peraturan

No Indikator f Kategori

1.

Bersungguh-sungguh

menjalankan tata tertib dengan

penuh tanggung jawab

14 Sangat Sesuai (7%)

183 Sesuai (85%)

18 Tidak sesuai (8%)

0 Sangat tidak sesuai(0%)

2

Berperilaku dan berpenampilan

sesuai dengan tata tertib yang

dibuat oleh sekolah

18 Sangat Sesuai (8%)

174 Sesuai (81%)

23 Tidak sesuai (11%)

0 Sangat tidak sesuai (0%)

Gambaran umum aspek peraturan pada indikator bersungguh-sungguh

menjalankan tata tertib dengan penuh tanggung jawab menunjukkan 183 siswa

(85%) berada pada kategori sesuai, artinya sebagian siswa disiplin untuk

bersungguh-sungghuh menjalankan tata tertib dengan penuh tanggung jawab yang

ditunjukkan dengan siswa dapat mengatur waktu saat masuk sekolah,belajar di

kelas, istirahat dan pulang sekolah, bertanggung jawab terhadap tugas-tugas

sekolah dan tidak melakukan tindakan kekerasan, merokok atau membuat

keributan di sekolah.

Indikator berperilaku dan berpenampilan sesuai dengan tata tertib yang dibuat

oleh sekolah menunjukkan 174 siswa (81%) berada pada kategori sesuai, artinya

siswa disiplin dalam berperilaku dan berpenampilan yang baik sesuai dengan tata

tertib yang dibuat oleh sekolah ditandai dengan kemampuan siswa berbicara dan

Page 12: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

66

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bersikap sopan terhadap kepala sekolah, guru, staf TU, teman, dan berpenampilan

rapi sesuai dengan peraturan sekolah.

b. Gambaran Kedisiplinan pada Aspek Hukuman

Pencapaian kedisiplinan untuk aspek peraturan digambarkan melalui besarnya

persentase yang diperoleh berdasarkan pengkategorian sangat sesuai, sesuai, tidak

sesuai, dan sangat tidak sesuai. Secara umum, gambaran aspek peraturan siswa di

SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11

Persentase Skor Kedisipinan

Berdasarkan Aspek Hukuman

Kategori f Persentase

Sangat Sesuai 26 12%

Sesuai 166 77%

Tidak Sesuai 23 11%

Sangat Tidak Sesuai 0 0%

Siswa yang mencapai kategori sangat sesuai sebanyak 166 siswa (77%).

Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa sangat disiplin yang berdasarkan pada

hukuman pihak sekolah dalam upaya menegakkan tata tertib sekolah. Hukuman

merupakan salah satu penyebab tingginya kedisiplinan. Walaupun demikian

kondisi ini juga berarti bahwa kesadaran siswa dalam berdisiplin terbentuk bukan

dari kesadaran akan pentingnya kedisiplinan namun sebagai bentuk kuatnya

lingkungan dalam mempengaruhi perilaku disiplin siswa.

Kategori sesuai menunjukkan siswa dapat berdisiplin sebanyak 166 siswa

(77%), artinya disiplin yang dimiliki siswa berdasarkan pada hukuman pihak

sekolah. Apabila hukuman yang diterapkan cukup berat maka dimungkinkan

kedisiplinan itu akan terwujud walau terkesan dipaksakan.

Kategori tidak sesuai terdapat 23 siswa (11%), artinya siswa tidak mampu

untuk berperilaku disiplin yang berdasarkan pada hukuman pihak sekolah

melainkan karena adanya rasa tanggung jawab sebagai siswa.

Hukuman merupakan sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap siswa

yang melakukan pelanggaran dalam upaya menegakkan peraturan atau tata tertib

Page 13: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

67

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sekolah, sehingga siswa dapat bertanggung jawab untuk menerima sanksi atas

pelanggaran yang dilakukan. Gambaran mengenai indikator aspek hukuman dapat

dilihat dari Tabel 4.12.

Tabel 4.12

Gambaran Indikator Kedisiplinan Siswa pada Aspek Hukuman

Hasil penghitungan menunjukan semua indikator penerimaan terhadap sanksi

yang diberikan sekolah berada pada kategori sesuai sebesar 73% dengan jumlah

siswa 157 siswa. Artinya, sebagian siswa memiliki kontrol diri untuk dapat

berdiplin mematuhi tata tertib yang didasarkan pada hukuman dari pihak sekolah

dalam upaya menegakan kedisiplinan di sekolah, sehingga siswa dapat

bertanggung jawab untuk menerima sanksi atas pelanggaran yang dilakukan.

c. Gambaran Kedisiplinan pada Aspek Penghargaan

Pencapaian kedisiplinan untuk aspek penghargaan digambarkan melalui

besarnya persentase yang diperoleh berdasarkan pengkategorian sangat sesuai,

sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.

Secara umum, gambaran aspek penghargaan siswa di SMK Negeri 2 Bogor

dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13

Persentase Skor Kedisipinan

Berdasarkan Aspek Penghargaan

Kategori f Persentase

Sangat Sesuai 22 10%

Sesuai 168 78%

Tidak Sesuai 25 12%

Sangat Tidak Sesuai 0 0%

No Indikator f Kategori

1. Penerimaan terhadap sanksi

yang diberikan sekolah

45

Sangat Sesuai

(21%)

157

Sesuai

(73%)

12

Tidak sesuai

(6%)

1

Sangat tidak sesuai

(0%)

Page 14: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

68

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada aspek penghargaan terdapat 22 siswa (10) berada pada kategori sangat

sesuai. Artinya siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sangat mampu untuk dapat

mengontrol dirinya agar dapat berperilaku disiplin yang didasarkan pada

pemberian hadiah (reward). Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi

dapat juga berbentuk pujian, kata-kata,dan senyuman.

Kategori sesuai terdapat 168 siswa (78%), artinya siswa mampu untuk dapat

mengontrol dirinya agar dapat berperilaku disiplin yang didasarkan pada

pemberian hadiah (reward). Aspek penghargaan yang dirasakan lebih dari

setengah total siswa menyatakan bahwa mendapatkan penghargaan ketika

menampilkan kedisiplinan. Namun demikian, tidak sedikit pula siswa yang masih

belum merasakan penghargaan sebagai bentuk penguatan kedisiplinan atas hasil

yang baik berupa pujian, kata-kata, senyuman, atau tepukan tangan.

Kategori tidak sesuai 25 siswa (12%), artinya siswa tidak mampu untuk

berperilaku disiplin yang didasarkan pada pemberian hadiah (reward).

Aspek penghargaan diukur berdasarkan penerimaan penghargaan terhadap

sikap disiplin yang ditunjukkan bagi siswa seperti menerima hadiah atas sikap

disiplin berupa pujian dari personil sekolah. Gambaran mengenai indikator aspek

penghargaan dapat dilihat dari Tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14

Gambaran Indikator Kedisiplinan Siswa pada Aspek Penghargaan

Indikator penerimaan penghargaan terhadap sikap disiplin menunjukkan

terdapat 168 siswa (78%) berada pada kategori sesuai, artinya siswa mampu untuk

dapat mengontrol dirinya agar dapat berperilaku disiplin yang didasarkan pada

No Indikator f Kategori

1.

Penerimaan

penghargaan

terhadap sikap

disiplin

22 Sangat Sesuai

(10%)

168 Sesuai

(78%)

25 Tidak sesuai

(12%)

0 Sangat tidak sesuai

(0%)

Page 15: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

69

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pemberian hadiah (reward). Namun demikian, tidak sedikit pula siswa yang masih

belum merasakan penghargaan sebagai bentuk penguatan kedisiplinan.

d. Gambaran Kedisiplinan pada Aspek Konsistensi

Pencapaian aspek konsistensi digambarkan melalui persentase yang diperoleh

berdasarkan pengkatogorian. Secara umum, gambaran aspek peraturan siswa di

SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15

Persentase Skor Kedisipinan

Berdasarkan Aspek Penghargaan

Kategori f Persentase

Sangat Sesuai 19 9%

Sesuai 166 77%

Tidak Sesuai 30 14%

Sangat Tidak Sesuai 0 0%

Aspek yang terakhir yaitu konsistensi terdapat 19 siswa (9%) berada pada

kategori sangat sesuai, hal ini berarti bahwa siswa sangat disiplin yang didasarkan

pada komitmen terhadap peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan

kesadaran diri tanpa adanya paksaan dan tekanan dari luar, sehingga siswa dapat

menjalankan peraturan tanpa ada paksaan dari orang lain.

Kategori sesuai terdapat 166 siswa (77%), artinya siswa disiplin yang

didasarkan pada komitmen terhadap peraturan yang timbul atas dasar tanggung

jawab dan kesadaran diri.

Kategori tidak sesuai terdapat 30 siswa (14%), hal ini berarti siswa tidak

berdisiplin. Artinya sebagian siswa masih belum mampu untuk berkomitmen

terhadap peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan kesadaran sendiri.

Aspek konsistensi merupakan komitmen terhadap peraturan yang timbul atas

dasar tanggung jawab dan kesadaran diri tanpa adanya paksaan dan tekanan dari

luar, sehingga siswa dapat menjalankan peraturan tanpa ada paksaan dari orang

lain. Berikut gambaran mengenai indikator aspek konsistensi dapat dilihat dari

Tabel 4.16 di bawah ini.

Tabel 4.16

Page 16: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

70

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambaran Indikator Kedisiplinan Siswa pada Aspek Konsistensi

Gambaran umum indikator komitmen dalam menjalankan peraturan sekolah

berada pada karegori sesuai dengan perolehan sebesar 77 % dengan jumlah siswa

sebesar 166 siswa. Artinya siswa memiliki komitmen yang baik terhadap

peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan kesadaran diri tanpa adanya

paksaan dan tekanan dari luar, sehingga siswa dapat menjalankan peraturan tanpa

ada paksaan dari orang lain.

5. Gambaran Kontribusi Kontrol Diri Siswa terhadap Kedisiplinan Siswa

Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

Guna untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh kontrol diri terhadap

kedisiplinan siswa pada sampel yang telah dipilih, maka dilakukan perhitungan

analisis korelasi dan koefisien determinasi sebagai berikut.

a. Analisis Koefisien Korelasi

Berikut merupakan analisis mengenai hubungan antara kontrol diri (self

control) (X) dengan kedisiplinan siswa (Y) yang dihitung berdasarkan jumlah

skor yang diperoleh masing-masing sampel.

Statistik Uji :

rxy =

2222 yynxxn

yxxyn

= 215. 4121672 -(30666)( 28679)

215.4409636 − 30666 2 {215.3867811 − (28679)2 }

No Indikator f Kategori

1.

Komitmen dalam

menjalankan

peraturan sekolah

19 Sangat Sesuai (9%)

166 Sesuai(77%)

30 Tidak sesuai(14%)

0 Sangat tidak sesuai(0%)

Page 17: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

71

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

= 886159480-879470214

948071740 − 940403556 {831579365 − 822485041}

= 6689266

7668184.9095324

= 6689266

8350865,212

r = 0,801

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, diketahui bahwa kontrol diri (X)

memiliki hubungan positif dengan variabel kedisiplinan siswa (Y) dengan

koefisien korelasi sebesar 0,801 sehingga termasuk pada kategori kuat. Hal

tersebut berarti bahwa jika kualitas kontrol diri yang dimiliki siswa di SMK

Negeri 2 Bogor meningkat, maka kedisiplinan para siswa tersebut pun secara

otomatis juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya.

Tingkat signifikansi korelasi dapat diketahui dengan melihat nilai t hitung.

Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel pada alpha 0,05 dan dk = 215 – 2 = 213

sebesar 1,971, maka H0 ditolak dan begitu pula sebaliknya.

Langkah selanjutnya yaitu menguji hipotesis, dengan menggunakan uji

signifikansi:

t hit = 0,598629

11,6905998

thit = 19,528

Berdasarkan hasil penghitungan tingkat signifikansi korelasi dapat diketahui

dengan melihat nilai t hitung. Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel pada alpha 0,05

dan dk = 215 – 2 = 213 sebesar 1,971, maka H0 ditolak dan begitu pula

sebaliknya. Berdasarkan hasil terlihat besarnya nilai thitung lebih besar dari nilai

ttabel (19,528 > 1,971). Dengan demikian maka koefisien korelasi dinyatakan

t hit = 21

2

r

nr

Page 18: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

72

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

signifikan. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol

diri dengan kedisiplinan siswa di SMK Negeri 2 Bogor.

b. Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya persentase kontribusi variabel independen terhadap variabel

dependen, dapat dilihat melalui harga koefisien determinasi (KD) yang dihitung

dengan rumus:

KD = 0,8012

x100%

KD = 0, 0,6416 x100% KD = 64,16

Koefisien determinasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah derajat

keberpengaruhan variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji koefisien

determinasi dalam model yang dianalisis ini sebesar 0,641 (R2 = 0,801

2).

Dalam menafsirkan makna hubungan variabel X terhadap variabel Y, harga

thitung dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk (n-2) dan taraf tingkat

kepercayaan 95%. Kriteria pengujiannya yaitu hipotesis alternatif diterima apabila

thitung lebih besar daripada ttabel , maka terdapat hubungan yang signifikan antara

variabel X dengan variabel Y dan sebaliknya.

B. Pembahasan

1. Profil Kontrol Diri Siswa SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

Kontrol diri dalam penelitian didefinisikan sebagai kemampuan siswa kelas XI

SMK Negeri 2 Bogor untuk dapat mengatur tingkah laku dengan melakukan

pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk

bertindak. Kemampuan siswa untuk mengontrol diri memungkinkan siswa

berperilaku lebih terarah serta dapat menyalurkan dorongan-dorongan dalam diri

kearah yang positif atau tidak menyimpang dari peraturan yag berlaku di

lingkungan sekitar. Kontrol diri digunakan oleh siswa untuk mengatur dan

KD = r2 x % 100

Page 19: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

73

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengarahkan perilakunya agar tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan

yang telah ditetapkan di sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian, kontrol diri yang dimiliki siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor berada pada kategori baik. Pada kategori baik, siswa mampu

untuk mengontrol dirinya. Artinya, siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu

mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbagan terlebih dahulu sebelum

memutuskan untuk bertindak, dengan kata lain siswa pada kategori ini memiliki

kontrol diri yang baik. Kategori ini ditandai dengan siswa memiliki kemampuan

untuk mengontrol perilaku (behavioral control), mengontrol kognitif (cognitive

control) dan mengontrol keputusan (decisional control).

Gambaran hasil penelitian menunjukan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

memiliki kontrol diri yang baik. Goldfried dan Merbaum (Muharsih, 2008:16)

mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,

membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa

individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri pada satu individu dengan

individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang

tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Sebagai seorang

pelajar yang bertugas untuk belajar, bila mempunyai kontrol diri yang tinggi,

mereka akan mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia

yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian dalam bidang tertentu.

Siswa SMK berada pada masa remaja yang memiliki tugas perkembangan untuk

mengembangkan kontrol diri. Salah satu tugas perkembangan yang dikemukakan

oleh Keys (Yusuf, 2001:72) yaitu memperkuat self control (kemampuan

mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

Siswa-siswi yang memiliki kontrol diri yang sangat baik dapat dikatakan telah

memenuhi salah satu tugas perkembangan dalam hal memperkuat self-control atas

dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.

Kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan bertambahnya usia.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari

Page 20: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

74

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

apa yang diharapkan oleh kelompok darinya dan kemudian mau membentuk

perilakunya agar baik dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi,

didorong dan diancam seperti hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.

Saat memasuki usia remaja, kemampuan mengontrol diri berkembang seiring

dengan kematangan emosi.

Hurlock (1992 : 213) remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila

pada akhir masa remaja emosinya tidak meledak di hadapan orang lain, melainkan

menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya

dengan cara-cara yang lebih diterima dan tidak mengganggu orang lain. Peran

kontrol diri dalam diri siswa sangat berguna untuk mencegah terjadinya

pelanggaran disiplin, hal ini dikarenakan dengan adanya kontrol diri maka siswa

memiliki kemampuan untuk menyusun, mengatur dan mengarahkan perilaku

mereka.

Dilihat berdasarkan aspek yang digunakan untuk mengukur kontrol diri,

diketahui bahwa kontrol perilaku yang dimiliki para siswa merupakan aspek yang

paling tinggi persentasenya yaitu terdapat 186 siwa (87%) dibanding aspek

lainnya dalam hal kontrol diri mereka. Kontrol perilaku terkait dengan hubungan

antara arah perilaku yang akan dilakukan dengan peristiwa yang dihadapi. Kontrol

perilaku berada pada kategori baik, artinya siswa mampu mengontrol dirinya

dengan baik untuk dapat memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan,

ditandai dengan kemampuan mengontrol perilaku yang berdasarkan faktor dari

dalam diri dan kemampuan mengontrol stimulus untuk dapat mengetahui waktu

kemunculan suatu stimulus yang tidak dikehendaki. Stimulus yang dimaksud

berhubungan dengan siswa mendahulukan pekerjaan yang lebih penting dan

mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dari lingkungan.

Pada aspek yang kedua yaitu kontrol kognitif terdapat 20 siswa (9%) yang

berada pada kategori tidak baik. Hal ini dimaknai bahwa siswa tidak mampu

dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan. Pada aspek ini menunjukkan

ketidakmampuan siswa untuk dapat mengolah informasi yang diinginkan yaitu

dengan cara menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian. Intensitas

kontrol kognitif yang tidak baik ini dapat dimaknai bahwa siswa cenderung tidak

Page 21: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

75

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat menggunakan proses berpikirnya untuk dapat mengantisipasi peristiwa atau

keadaan melalui berbagai pertimbangan dan kemampuan menafsirkan suatu

peristiwa atau keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara

subjektif agar tehindar dari pelanggaran kedisiplinan yang ada di sekolah.

Aspek ketiga yaitu kontrol keputusan menunjukkan terdapat 20 siswa (9%)

yang mencapai kategori tidak baik. Artinya pada kategori ini menunjukkan siswa

tidak mampu untuk dapat memilih tindakan baik dengan yang diyakini atau

disetujui.

Terdapat beberapa standar yang dapat dijadikan pijakan untuk

mengembangkan kontrol diri ke arah yang positif. Ladd (Novian, 2011 :84)

menjelaskan terdapat tiga langkah yang diperlukan agar tetap berada di jalur

kontrol diri yang positif. Ketiga langkah tersebut antara lain yaitu: (1) menetapkan

standar untuk dapat mengetahui apa yang akan dilakukan;(2) menyadari makna

dari kegagalan atau perilaku berdasarkan standar yang telah dibuat; (3) harus

memperbaiki perilaku berdasarkan standar yang telah di tentukan.

2. Profil Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

Adanya sikap disiplin yang harus dimiliki oleh setiap siswa sangat perlu dalam

kehidupan, karena ketika siswa mempunyai sifat disiplin maka hidup akan

menjadi teratur. Tu’u (2004: 53) menyatakan bahwa siswa cenderung melanggar

dan mengabaikan tata tertib sekolah karena siswa tersebut memiliki masalah

dalam disiplin dirinya. Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak terdapat siswa

yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah maupun

kelas.

Disiplin banyak dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang harus ditaati.

Disiplin yang seperti itu bersifat eksternal karena adanya tekanan dari luar.

Disiplin yang baik adalah yang bersifat internal yaitu disiplin disertai tanggung

jawab dan kesadaran. Disiplin eksternal disebut sebagai disiplin yang negatif,

sedangkan disiplin internal disebut disiplin yang positif.

Disiplin positif dan disiplin negatif yang dikemukakan di atas sejalan dengan

pendapat Hurlock (Yusuf, 1989: 22) mengemukakan bahwa ada dua konsep

Page 22: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

76

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengenai disiplin, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif. Disiplin positif sama

artinya dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan di

dalam diri (inner growth) yang mencakup disiplin diri (self discipline) dan

pengendalian diri (self control). Disiplin positif ini mengarahkan kepada motivasi

dari dalam diri sendiri. Adapun disiplin yang negatif artinya pengendalian dengan

kekuasaan luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa dan dengan cara yang

kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut hukuman (punishment).

Berdasarkan hasil penelitian, kedisiplinan yang dimiliki siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012 terdapat 20 siswa (190%) berada pada

kategori baik berarti siswa Kelas XI disiplin. Pada kategori ini siswa memiliki

kontrol diri yang baik dalam menaati tata tertib dan atau peraturan lain yang ada

di sekolah dengan rasa tanggung jawab, sehingga siswa mampu berperilaku yang

baik dalam berdisiplin. Siswa yang memiliki disiplin yang baik akan

memperlihatkan perilaku yang baik dengan peraturan yang ada dengan penuh rasa

tanggungjawab. Disiplin diri terbentuk melalui proses internalisasi terhadap

kontrol luar atau batasan-batasan norma yang berlaku.

Kedisiplinan terdiri dari beberapa aspek yaitu peraturan, hukuman,

penghargaan dan konsistensi. Dilihat berdasarkan aspek yang digunakan untuk

mengukur kedisiplinan siswa, diketahui bahwa peraturan merupakan aspek yang

paling tinggi dibanding aspek-aspek lainnya yaitu aspek peraturan terdapat 186

siswa (87%) berada pada kategori baik, artinya siswa dapat disiplin dalam hal

mematuhi tata tertib yang baik pada peraturan. Peraturan dibuat sebagai pedoman

perilaku bagi siswa yang harus diikuti. Hal ini disebabkan konsekuensi yang

diterapkannya pun cukup berat bagi siswa yang melanggar aturan.

Hurlock (1978:84-85), menyatakan peraturan dianggap efektif apabila setiap

pelanggaran atas peraturan itu mendapat konsekuensi yang setimpal. Jika tidak,

maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang efektif akan

membantu seorang anak agar merasa terlindungi sehingga anak tidak perlu

melakukan hal-hal yang tidak pantas.

Salah satu aspek yang sangat memengaruhi siswa Kelas XI SMK Negeri 2

Bogor untuk berperilaku disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah pola yang

Page 23: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

77

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku, tujuannya adalah membekali anak

dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi dan kelompok tertentu.

Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggaran atas peraturan itu mendapat

konsekuensi yang setimpal. Jika tidak, maka peraturan tersebut akan kehilangan

maknanya. Peraturan yang efektif dapat membantu seorang anak agar merasa

terlindungi sehingga anak tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak pantas.

Adanya peraturan menjadikan siswa untuk tetap bersiplin baik dengan yang

sudah ditetapkan di sekolah. Walaupun demikian kondisi ini juga berarti bahwa

kesadaran siswa dalam berdisiplin terbentuk bukan dari kesadaran akan

pentingnya kedisiplinan namun sebagai bentuk kuatnya lingkungan dalam

mempengaruhi perilaku disiplin siswa.

Kedua yaitu aspek penghargaan terdapat 168 siswa (78%) pada kategori baik,

artinya siswa disiplin dalam mematuhi tata tertib yang didasarkan pada pemberian

hadiah (reward). Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga

berbentuk pujian, kata-kata, senyuman atau tepukan di punggung. Penghargaan

mempunyai tiga peranan penting yaitu, (1) penghargaan mempunyai nilai

mendidik; (2) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku

yang disetujui secara sosial; dan (3) penghargaan berfungsi untuk memperkuat

perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan melemahkan

perilaku tersebut.

Ketiga aspek konsistensi terdapat 166 siswa (77%) pada kategori baik, artinya

siswa disiplin untuk mematuhi tata tertib yang didasarkan pada komitmen

terhadap peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan kesadaran diri

tanpa adanya paksaan dan tekanan dari luar, sehingga siswa dapat menjalankan

peraturan tanpa ada paksaan dari orang lain.

Siswa yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai komitmen terhadap

peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan kesadaran diri tanpa adanya

paksaan dan tekanan dari luar, sehingga siswa dapat menjalankan peraturan tanpa

ada paksaan dari orang lain.

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, mempunyai tiga fungsi

yaitu, (1) mempunyai nilai mendidik yang besar; (2) konsistensi mempunyai nilai

Page 24: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

78

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik di masyarakat dan

menjauhi tindakan buruk, dan yang terakhir; (3) konsistensi membantu

perkembangan anak untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai

otoritas. Anak-anak yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi

yang lebih kuat untuk berperilaku baik dengan standar sosial yang berlaku

dibanding dengan anak-anak yang berdisiplin secara tidak konsisten.

Aspek terakhir yaitu hukuman terdapat 166 siswa (77%) berada pada kategori

baik, artinya siswa disiplin mematuhi tata tertib yang didasarkan pada hukuman

pihak sekolah dalam upaya menegakan tata tertib sekolah. Sehingga siswa dapat

bertanggung jawab untuk menerima sanksi atas pelanggaran yang dilakukan.

Aspek kedisiplinan siswa tidak dapat mencapai nilai ideal karena masih

terdapat kurangnya kesadaran bagi siswa mengenai pentingnya kedisiplinan dalam

pembelajaran dan juga kurangnya pengawasan serta ketegasan dari pihak sekolah

terhadap pelanggaran-pelanggaran tata tertib sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh

Tu’u (2004:9) mengenai pentingnya pihak sekolah dalam memenamkan disiplin

kepada seluruh siswanya, bahwa sekolah merupakan tempat kelanjutan

pendidikan disiplin yang sudah dilakukan oleh keluarganya. Oleh karena itu

kepala sekolah dan guru perlu memempatkan disiplin kedalam prioritas program

pendidikan di sekolahnya. Untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa, siswa

harus benar-benar menyadari bahwa dengan berdisiplin dalam menaati peraturan

yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu akan berdampak pada keberhasilan

dirinya pada masa depannya.

Secara keseluruhan rata-rata persentase tingkat ketercapain kedisiplinan siswa

belum mencapai persentase yang sangat baik pada aspek dan indikatornya,

sehingga perlu ditingkatkan lagi.

3. Kontribusi Kontrol Diri terhadap Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 2

Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

Hasil penelitian kedisiplinan yang ditunjukkan siswa Kelas XI SMK Negeri 2

Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 salah satunya dipengaruhi kontrol diri yang

dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung dengan koefisien korelasi antara kontrol diri

Page 25: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

79

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan kedisiplinan sebesar 0,801. Baik dengan pedoman interpretasi koefisien

korelasi, nilai tersebut memenuhi kategori hubungan yang sangat kuat, artinya

kontrol diri memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan. Hal tersebut berarti

bahwa semakin mampu siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor untuk mengontrol

dirinya, maka akan semakin disiplin dan begitu pula sebaliknya.

Kontrol diri memberi kontribusi terhadap kedisiplinan siswa dengan koefisien

determinasi (derajat keberpengaruhan) sebesar 64,1%. Artinya besarnya

sumbangan variabel kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor adalah sebesar 64,1% sedangkan sisanya sebesar 35,9%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan, diketahui bahwa kontrol diri

mempunyai kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kedisiplinan siswa.

Hal ini mengindikasikan kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor dapat

ditentukan oleh kualitas kontrol diri yang dimiliki para siswa.

Baik tidaknya kontrol diri yang dimiliki para siswa secara langsung maupun

tidak, akan berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa. Apabila kontrol diri yang

dimiliki para siswa meningkat, maka hal tersebut akan mendorong kedisiplinan

siswa meningkat. Sebaliknya, apabila kontrol diri siswa mengalami perubahan ke

arah negatif maka kedisiplinan siswa juga akan mengalami penurunan.

Menurut Goldfried & Marbaum (Muharsih, 2008:16) kontrol diri diartikan

sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan

bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Kemampuan

mengontrol diri berkaitan dengan bagaimana seseorang mengendalikan emosi

serta dorongan-dorongan dalam dirinya. Mengendalikan emosi berarti mendekati

situasi dengan menggunakan sikap yang rasional untuk merespon situasi tersebut

dan mencegah reaksi yang berlebihan.

Hubungan antara derajat kontrol diri yang dimiliki siswa dengan kedisipilinan

sangat erat hubungannya. Siswa yang memiliki kontrol diri yang baik mampu

mengarahkan dan mengatur perilakunya ke arah yang positif, serta siswa mampu

menginterprestasikan stimulus yang dihadapi dan mempertimbangkan segala

konsekuensi yang akan dihadapi dan memilih untuk meminimalisir akibat-akibat

Page 26: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

80

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang tidak diinginkan ketika mereka melakukan pelanggaran kedisiplinan yang

diterapkan di sekolah. Siswa yang tidak memiliki memiliki kontrol diri yang baik,

mereka tidak mampu pula untuk menginterprestasikan stimulus dari perilakunya

dan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi yang akan diterima oleh siswa

tersebut ketika mereka melakukan pelanggaran sekolah.

Menurut Tu’u (2004: 48-49) terdapat empat hal yang dapat memengaruhi dan

membentuk kedisiplinan individu, yaitu.

a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi

kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif

sangat kuat terwujudnya disiplin.

b. Mengikuti dan menaati aturan sebagai langkah penerapan dan praktek atas

peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai

kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan

kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya mendorong,

menekan dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga

peraturan-peraturan diikuti dan dipraktikkan.

c. Alat pendidikan untuk memengaruhi, mengubah, membina dan membentuk

perilaku yang baik dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah

sehingga orang kembali pada perilaku yang baik dengan harapan.

Berdasarkan hasil peneletian mengenai kontribusi kontrol diri terhadap

kedisiplinan siswa dapat disimpulkan bahwa semakin mampu siswa untuk

mengontrol dirinya, maka akan semakin disiplin siswa tersebut serta sebaliknya

siswa yang tidak mampu mengontrol dirinya maka siswa tersebut tidak dapat

berdisiplin dengan baik. Dengan demikian, salah satu cara untuk menghindari

ketidakmampuan dalam berdisiplin ialah dengan meningkatkan kontrol diri yang

terdapat pada diri siswa.

Page 27: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

81

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Implikasi Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan

Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran

2011/2012

Berdasarkan hasil penelitian diketahui gambaran umum kontrol diri siswa kelas

XI SMK Negeri 2 Bogor pada umumnya mencapai perkembangan yang baik atau

dengan katalain siswa memiliki kontrol diri yang baik. Hanya sebagian kecil yang

mencapai perkembangan yang sangat baik, tidak baik dan sangat tidak baik. Data

yang telah dipaparkan merupakan dasar untuk membuat rancangan layanan

bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kontrol diri siswa kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor. Konteks pelayanan yang lebih luas, bimbingan dan konseling di

sekolah adalah layanan untuk semua siswa yang mengacu pada keseluruhan

perkembangan siswa dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya. Salah satu

upaya bimbingan dan konseling untuk mencegah dan menanggulangi masalah

kedisiplinan siswa di sekolah.

Program bimbingan yang dimaksud adalah program hipotetik yang digunakan

dalam kegiatan bimbingan secara terpadu dalam proses bimbingan dan konseling

di SMK Negeri 2 Bogor. Program disusun mengacu kepada analisis konseptual

tentang kontrol diri yang dimiliki siswa. Oleh karena itu program dibuat dengan

lebih mengutamakan mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan pada siswa kelas XI

sebagai upaya penanganan secara preventif.

Layanan Bimbingan untuk mengembangkan kontrol diri siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor sebagai berikut.

A. Rasional

Sekolah sebagai salah satu jalur pendidikan tidak hanya mendidik siswa dalam

aspek kognitif, tetapi juga ditekankan pada fungsi sosialnya. Sebagai makhluk

sosial, siswa memang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan dalam upaya

memenuhi kebutuhan, salah satunya hubungan dengan kehidupan di sekolah. Di

sekolah siswa dihadapkan pada sejumlah harapan yang harus dipenuhi, di

antaranya untuk menaati tata tertib di sekolah dan kelas. Jika sekolah ingin

siswanya memiliki perilaku disiplin baik harapan, maka sekolah harus memiliki

aturan atau norma yang dapat membentuknya.

Page 28: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

82

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tata tertib sekolah dapat berjalan dengan baik apabila sikap disiplin terhadap

tata tertib atau peraturan sekolah, berperan sebagai faktor eksternal siswa, dan

sebagai dasar berperilaku. Apabila terjadi pelanggaran terhadap tata tertib, maka

akan berakibat negatif bagi hasil pembelajaran itu sendiri. Maka dari itu

memahami dan menyadari kedisiplinan bagi individu maupun lingkungan itu

sangat penting, selain untuk melatih mengendalikan diri, menghormati dan

bertanggung jawab terhadap tata tertib di sekolah.

Disiplin sekolah diartikan sebagai usaha sekolah untuk memelihara perilaku

siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku baik

dengan norma, peraturan, dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Disiplin apabila

dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan

berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Dengan kata lain siswa

harus memiliki disiplin diri. Disiplin diri siswa didasarkan atas tanggung jawab

dan kesadaran dari siswa tersebut untuk menaati tata tertib sekolah dan kelas.

Peserta didik jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan umumnya

berada pada masa remaja, termasuk kelas XI. Remaja sering didefinisikan sebagai

periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini merupakan

masa yang sangat penting dalam kehidupan individu, di mana banyak

pertentangan-pertentangan yang memungkinkan remaja mengalami mal–

adjutsment.

Salah satu penyebab terjadinya masalah kedisiplinan di sekolah disebabkan

oleh kualitas kontrol diri yang rendah. Menurut Goldfried & Marbaum (Muharsih,

2008:16) kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun,

membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa

ke arah konsekuensi positif. Kemampuan mengontrol diri berkaitan dengan cara

seseorang mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya.

Mengendalikan emosi berarti mendekati situasi dengan menggunakan sikap yang

rasional untuk merespon situasi tersebut dan mencegah reaksi yang berlebihan.

Siswa yang memiliki kontrol diri yang tinggi, siswa tersebut akan mampu

menginterprestasikan setiap stimulus yang diberikan, mempertimbangkannya dan

memilih tindakan yang akan dilakukan dengan meminimalkan konsekuensi atau

Page 29: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

83

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dampak yang tidak diinginkan. Seorang pelajar akan mengatur stimulus tersebut

dan bertindak kepada hal-hal yang akan menunjang atau memberikan dampak

positif dalam proses belajar mereka. Kondisi yang berbeda akan ditampilkan oleh

siswa yang memiliki kontrol diri yang rendah. Siswa yang memiliki kontrol diri

yang rendah, mereka akan kesulitan dalam mengarahkan dan mengatur prilaku

mereka sehingga dapat digambarkan bahwa siswa yang memiliki kontrol diri yang

rendah mereka akan cenderung menunda-nunda pekerjaan mereka sebagai sebagai

siswa dan mengalihkannya kepada kegiatan yang lebih.

Berdasarkan hasil penghitungan statistik kondisi objektif pada siswa kelas XI

SMK Negeri 2 Bogor menunjukkan menunjukkan sebanyak 198 siswa (92%)

berada kategori baik, maka disusunlah program bimbingan untuk

mengembangkan kontrol diri siswa berada pada pendekatan preventif dan

pengembangan. Artinya, meskipun secara umum siswa telah memiliki kontrol diri

dalam kategori baik, siswa tetap perlu diberikan layanan bimbingan dan

konseling. Hal ini menitikberatkan pada kontrol diri yang berdasarkan pada hasil

kedisiplinan yang dimiliki siswa sehingga bertujuan untuk memelihara dan

mengembangkan kontrol diri.

B. Kompetensi yang Dikembangkan

Pengembangan kompetensi secara umum dititikberatkan kepada

pengembangan kemampuan siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor untuk

mengontrol perilaku maupun mengontrol stimulus untuk dapat berdisiplin.

Program yang disusun dapat membantu siswa dalam memahami diri,

mengendalikan diri, mengenali sejumlah pengaruh dan masalah atas tidak dapat

berperilaku disiplin.

Secara khusus, layanan yang diberikan dalam program bimbingan

dikembangkan berdasarkan profil aspek dan indikator kontrol diri siswa yang

tidak dapat berdisiplin dengan baik. Walaupun secara umum tingkat pencapaian

kemampuan mengontrol diri siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran

2011/2012, hal tersebut dirasa belum optimal dan perlu upaya pengembangan ke

Page 30: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

84

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

arah yang lebih berarti. Kompetensi yang diharapkan setelah pemberian layanan

adalah sebagai berikut.

a. Pencapaian kemampuan siswa dalam kontrol perilaku (behavioral control)

ditandai dengan siswa memiliki kemampuan mengontrol perilaku yang

berdasarkan faktor dari dalam diri dengan kemampuan mengontrol stimulus

dengan cara siswa mendahulukan pekerjaan yang lebih penting dan

mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dari lingkungan

b. Pencapaian kemampuan siswa dalam kontrol kognitif (cognitive control)

ditandai siswa memiliki kemampuan mengantisipasi peristiwa atau keadaan

melalui berbagai pertimbangan, serta siswa memiliki kemampuan menafsirkan

suatu peristiwa atau keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif

secara subjektif

c. Pencapaian kemampuan siswa dalam kontrol keputusan (decisional control)

ditandai oleh kemampuan siswa untuk mengambil keputusan dengan dapat

bertanggung jawab terhadap keputusan berdasarkan keyakinan sendiri

C. Visi dan Misi Program

Sejalan dengan Visi dan Misi Sekolah, program bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan kemampuan mengontrol diri siswa mempunyai visi :

“Menjadikan Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sebagai Generasi Muda

Penerus Bangsa yang Mampu Berperilaku dan Berakhlak Mulia Baik

dengan Tuntutan Lingkungan”. Maka dari itu untuk mendukung visi tersebut,

dirumuskan misi program sebagai berikut.

a. Memfasilitasi seluruh siswa memperoleh dan menguasai kompetensi dibidang

pribadi sosial khususnya kemampuan mengontrol dirinya yang menjadikan

siswa aktif, kreatif, inovatif, komunikatif dan mandiri.

b. Memfasilitasi seluruh siswa mengembangkan kemampuan kontrol diri yang

diwujudkan melalui mampu mengontrol perilaku, mampu mengontrol

stimulus, mampu mengantisipasi peristiwa, mampu menafsirkan peristiwa,

dan mampu mengambil keputusan.

Page 31: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

85

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Deskripsi Kebutuhan

Berdasarkan temuan penelitian yang merupakan hasil kajian gambaran umum

dan aspek kontrol diri siswa, maka diperoleh kebutuhan siswa terhadap layanan

bimbingan dan konseling yang dirancang dibuat berdasarkan hasil analisis

perolahan data siswa yang mencapai perkembangan tidak baik pada setiap aspek

dan indikator. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.17 sebagai berikut.

Tabel 4. 17

Gambaran Kontrol Diri Berdasarkan Indikator

Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

Aspek Indikator Persentase

Kontrol Perilaku Mampu mengontrol perilaku 5%

Mampu mengontrol stimulus 26%

Kontrol Kognitif Mampu mengantisipasi peristiwa 11%

Mampu menafsirkan peristiwa 13%

Kontrol Keputusan Mampu mengambil keputusan 9%

Pencapaian kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor per indikator,

pada aspek kontrol perilaku, indikator mampu mengontrol stimulus menunjukkan

pencapaian yang tidak baik dengan persentase mencapai 26% dibandingkan

dengan pencapaian indikator lainnya, artinya bahwa siswa tidak memiliki

kemampuan yang baik untuk dapat mengetahui stimulus yang tidak dikehendaki

akan muncul yang ditandai dengan siswa mendahulukan pekerjaan yang lebih

penting dan mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dari lingkungan.

Pada aspek kontrol kognitif, kemampuan untuk menafsirkan peristiwa dengan

persentase mencapai 13%. Artinya siswa pada indikator ini siswa tidak memiliki

kemampuan yang baik untuk dapat menafsirkan suatu peristiwa atau keadaan.

Indikator berikutnya yaitu mampu mengantisipasi peristiwa mencapai persenatse

sebesar 11%, artinya siswa tidak memiliki kemampuan yang baik untuk dapat

mengantisipasi peristiwa yang dihadapi.

Pada aspek kontrol keputusan pencapaian indikator yaitu mampu mengambil

keputusan yang berada pada kategori tidak baik dengan persentase 9%, artinya

siswa tidak memiliki kemampuan yang baik untuk dapat mengambil keputusan

dan dapat bertanggung jawab atas keputusannya berdasarkan keyakinan sendiri.

Page 32: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

86

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Data yang dihasilkan terkait dengan masing-masing aspek dan indikatornya,

maka diperoleh kebutuhan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan kontrol diri siswa dapat dilihat pada Tabel 4.18 sebagai berikut.

Tabel 4.18

Kebutuhan Layanan Bimbingan dan Konseling

untuk Mengembangkan Kontrol Diri

Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

Kondisi Umum Siswa Kebutuhan Siswa

1. Gambaran umum kemampuan

kontrol diri siswa terdapat 3

siswa berada pada kategori sangat

baik dengan persentase 1%, siswa

berada pada kategori baik

sebanyak 198 siswa dengan

persentase 92% dan pada kategori

tidak baiki terdapat 14 siswa

dengan persentase 7%.

Gambaran aspek penyesuaian sosial

siswa kelas X SMK 2 BogorTtahun

Ajaran 2011/2012 yaitu sebagai

berikut :

a. Aspek kontrol perilaku

(behavioral control) berada pada

kategori baik dengan persentase

sebesar 87% ditandai dengan

indikator siswa mampu

mengontrol perilaku dan

mengontrol stimulus

b. Aspek kontrol kognitif

(cognitive control) berada pada

kategori baik dengan persentase

sebesar 6% ditandai oleh

Siswa yang berada pada kategori tidak

baik membutuhkan layanan responsif yang

bersifat kuratif dalam bentuk konseling

kelompok dan siswa yang berada pada

kategori baik membutuhkan layanan

berupa layanan dasar, yaitu bimbingan

klasikal dan bimbingan kelompok untuk

mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan kontrol diri yang dimilikinya

dan dapat mencapai perkembangan yang

optimal. Siswa yang berada pada kategori

sangat baik membutuhkan layanan

perencanaan individual agar siswa mampu

merumuskan dan melakukan serangkaian

aktivitas yang berkaitan dengan sejumlah

rencana untuk mempertahankan dan

memelihara kemampuan penyesuaian

sosial yang dimilikinya.

Siswa membutuhkan layanan dasar dengan

pemberian bimbingan klasikal mengenai.

a) Memiliki kemampuan mengontrol

perilaku berdasarkan faktor dari dalam

dirinya .

b) Memiliki kemampuan mengontrol

stimulus dengan cara mengendalikan

diri terhadap hal-hal negatif dari luar

dan mendahulukan pekerjaan yang

penting.

Untuk mengoptimalkan kontrol diri pada

aspek kontrol kognitif, siswa

membutuhkan layanan dasar dengan

pemberian layanan bimbingan klasikal

dan bimbingan kelompok mengenai :

Page 33: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

87

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

indikator mampu mengantisipasi

peristiwa dan mampu

menafsirkan peristiwa.

c. Aspek kontrol keputusan

(decisional control) berada pada

kategori baik dengan persentase

6% ditandai dengan mampu

mengambil keputusan dengan

persentase sebesar 6%.

a) Mampu mengantisipasi peristiwa

ditandai siswa memilih tindakan untuk

mengatasi masalah yang sedang

dialami.

b) Mampu menafsirkan peristiwa ditandai

siswa mampu berfikir mengenai

manfaat dari suatu peristiwa.

Siswa membutuhkan layanan dasar dengan

pemberian layanan bimbingan klasikal dan

bimbingan kelompok mengenai

kemampuan mengambil keputusan dan

dapat bertanggung jawab berdasarkan

keyakinan sendiri.

E. Dasar dan Landasan Operasional

Landasan hukum yang mendasari penyusunan program bimbingan pribadi

sosial untuk mengembangkan kontrol diri siswa adalah sebagai berikut.

a. UU No.20 tahun 2003 ayat 1 “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia,serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”.

b. UU No.20 tahun 2003 ayat 6 “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,

tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang baik dengan kekhususannya,

serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.

c. Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 pasal 27, yaitu bimbingan

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya

menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.

Page 34: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

88

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Tujuan Program

Secara umum tujuan disusunnya program bimbingan dan konseling adalah

untuk mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2

Bogor tahun ajaran 2011/2012, memiliki kontrol diri sebagai berikut.

a. Siswa dapat membangun pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya

memiliki kontrol diri yang baik dalam kehidupan sehari-hari (Pengenalan)

b. Siswa dapat membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan kontrol

diri sebagai kemampuan yang harus dimiliki (Akomodasi)

c. Siswa dapat mewujudkan kemampuan mengontrol diri yang diperlihatkan

dalam tindakan nyata sehari-hari (Tindakan)

Secara khusus, tujuan program bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

Tahun Ajaran 2011/2012 yaitu .

a. Siswa memiliki kemampuan mengontrol perilaku yang berdasarkan faktor dari

dalam diri

b. Siswa mampu mengontrol stimulus berdasarkan dari kemampuan siswa

megendalikan diri terhadap hal-hal negatif di lingkungan dan siswa mampu

mendahulukan pekerjaan yang penting

c. Siswa mampu untuk mengantisipasi peristiwa

d. Siswa mampu untuk menafsirkan peristiwa

e. Siswa mampu mengambil keputusan

G. Komponen Program

1. Layanan Dasar

Layanan dasar ditunjukkan untuk membantu siswa Kelas XI SMK Negeri 2

Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 agar mampu berperilaku disiplin dalam menaati

tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah tanpa adanya paksaan dari

orang lain dan dapat mempertanggungjawabkannya.

Layanan dasar ditujukan untuk seluruh siswa melalui pembekalan keterampilan

cara-cara memperoleh kesenangan dengan memperbanyak aktivitas-aktivitas yang

produktif dan keterampilan mengambil keputusan. Adapun yang menjadi fokus

Page 35: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

89

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengembangan pelayanan dasar mencakup hal-hal memahami pentingnya kontrol

diri dari dalam diri sendiri, memahami peran diri sendiri terhadap pencapaian

tujuan, memahami pentingnnya daya tahan terhadap kesulitan.

2. Layanan Responsif

Layanan responsif merupakan bantuan bagi siswa Kelas XI SMKN 2 Bogor

Tahun Ajaran 2011/2012 yang berada pada kategori tidak baik kontrol dirinya.

Layanan responsif diasumsikan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan

atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera (immediate needs and

concerns). Layanan responsif dapat membantu siswa dalam memenuhi

kebutuhannya terutama dalam mencapai perkembangan pribadi dan sosialnya

khususnya dalam mengontrol dirinya terhadap lingkungan.

Layanan re sponsif juga diberikan kepada siswa yang selama mengikuti

pelayanan dasar cenderung masih memiliki pemahaman yang kurang terhadap

pentingnya memiliki kemampuan kontrol diri. Bentuk intervensi yang dilakukan

oleh guru BK melalui pendekatan krisis atau kuratif dengan strategi yang

digunakan yaitu konseling kelompok.

Fokus pengembangan ditunjukkan untuk membantu siswa dalam upaya

memberikan keyakinan bahwa setiap peristiwa yang terjadi berada di bawah

kontrol diri dan tanggung jawab dirinya.

3. Layanan Perencanaan Individual

Layanan perencanan individual merupakan layanan bagi siswa kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 agar mampu merumuskan dan

melakukan serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan sejumlah rencana untuk

tetap mengembangkan dan memelihara aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan

pengenbangan kontrol dirinya.

Tujuan utama dari layanan perencanaan individual adalah membantu siswa

agar memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya memiliki

kemampuan kontrol diri dan menyadari dampak yang ditimbulkan dari

ketidakmampuannya melakukan pengontrolan terhadap dirinya sendiri. Fokus

Page 36: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

90

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengembangan layanan perencanaan individual mencakup pengembangan masa

depan berdasarkan tingkat kontrol diri yang dimiliki.

4. Dukungan Sistem

Dukungan sistem merupakan kegiatan yang secara tidak langsung dapat

membantu memfasilitasi kelancaran pelaksanaan program bimbingan dan

konseling untuk mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa.

Layanan dukungan sistem yang dimaksud dalam program meliputi strategi

kerjasama yang dilakukan dalam pemberian layanan dengan melibatkan wali kelas

sebagai fungsi controling dan monitoring perkembangan kontrol diri di sekolah,

kerjasama dengan orangtua dalam mendukung ketercapaian tujuan program

sekolah dengan memberikan pengawasan pada perilaku siswa di luar sekolah atau

rumah, kerjasama dengan pihak manajemen sekolah dan memasukan program

bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dalam program atau kegiatan

khusus di SMK Negeri 2 Bogor.

H. Personel yang Dilibatkan

Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari keseluruhan

proses pendidikan di sekolah. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling

menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah. Personel yang paling

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa adalah guru

pembimbing/konselor. Secara lebih rinci berikut dikemukakan beberapa personel

yang akan dilibatkan.

1. Kepala SMK Negeri 2 Bogor.

Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan

kemampuan mengontrol diri siswa, kepala sekolah mempunyai tugas sebagai

berikut.

a. Memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana bagi pelaksanaan program

bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kontrol diri siswa.

Page 37: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

91

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Memberikan dukungan positif bagi para personel dalam melaksanakan layanan

bimbingan dan konseling.

c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan

program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling

untuk mengembangkan kontrol diri siswa.

2. Guru Bimbingan dan Konseling kelas XI SMK Negeri 2 Bogor. Sebagai

pelaksana utama, tenaga dan ahli, guru pembimbing atau konselor, bertugas.

a. Melakukan studi kelaykan dan need ssesment pelayanan bimbingan dan

konseling lebih lanjut.

b. Merencanakan program bimbingan dan konseling pada satuan-satuan dan

waktu tertentu.

c. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan

kontrol diri siswa.

d. Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling

untuk mengembangkan kontrol diri siswa.

e. Menganalisis hasil penilaian pelayanan bimbingan dan konseling

f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pelayanan bimbingan

dan konseling

g. Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling

yang dilaksanakannya

h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam pelayanan bimbingan dan

konseling secara menyeluruh kepada Koordinator Bimbingan dan Konseling

serta Kepala Sekolah

i. Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak terkait

dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling dalam mengembangkan

kontrol diri siswa.

3. Staf administrasi memiliki peranan yang penting dalam memperlancar

pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Mereka diharapkan membantu

Page 38: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

92

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

para konselor dalam memelihara data serta sarana dan fasilitas bimbingan dan

konseling yang ada.

4. Orang tua, konselor bekerjasama dengan orang tua dalam pengentasan

masalah-masalah siswa dan pemberian dukungan dan perhatian terhadap siswa

dalam kaitannya dengan upaya untuk mengembangkan kontrol diri siswa di

sekolah.

I. Rencana Operasional

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan

kemampuan kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran

2011/2012 perlu dirumuskan rencana operasional untuk setiap kegiatan dalam

keseluruhan program layanan dan kompetensi yang dikembangkan. Berdasarkan

kegiatan operasional program bimbingan pribadi sosial terlampir.

J. Pengembangan Tema

Tabel pengembangan tema dan topik program bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan kontrol diri siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran

2011/2012 terlampir.

I. Pengembangan Satuan Layanan

Satuan kegiatan layanan yang disusun yaitu 10 satuan layanan yang

dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa dengan menggunakan

instrumen yaitu berupa angket. Satuan layanan yang disusun terlampir.

Berikut merupakan contoh SKLBK dalam layanan bimbingan untuk

mengembangkan kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor.

Tabel 4.19

Contoh Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling

A. Topik “Mematuhi peraturan”

B. Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial

C. Strategi Layanan Bimbingan Kelompok

D. Fungsi Layanan Pengembangan

E Standar Kompetensi Kematangan Landasan Perilaku Etis

Page 39: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

93

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F Kompetensi Dasar Mempelajari kemampuan diri dan manfaat

dari suatu kejadian

G Indikator -Siswa memiliki kemampuan mengontrol

perilaku yang berdasarkan faktor dari

dalam diri

H Tujuan Layanan

1. Tujuan Umum

Siswa mampu mematuhi peraturan yang

berlaku di sekolah

2. Tujuan Khusus 1. Siswa memiliki pemahaman mengenai

pentingnya pendidikan

2. Siswa mampu bersikap disiplin

I Sasaran Layanan Siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

J Uraian Kegiatan

1. Teknik Penyajian

Kajian Film

2. Materi ”Video perilaku negatif siswa”

K Tempat Penyelenggaraan Ruangan kelas

L Waktu 1 x pertemuan (45 menit)

M Penyelenggara Layanan Konselor

N Alat dan Perlengkapan Proyektor, laptop

O Eksperientasi 1. Tahap Awal

a. Konselor memulai kegiatan dengan

berdoa

b. Konselor mengucapkan salam

c. Konselor menjelaskan tujuan kegiatan

d. Konselor melakukan icebreaking

2. Tahap Inti

a. Konselor menayangkan sebuah video

tentang “perilaku negatif siswa”

b. Konselor memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyatakan

pendapatnya

3. Tahap Penutup

a. Konselor bersama siswa menyimpulkan

materi yang telah disampaikan

b. Konselor menutup pertemuan

P. Identifikasi 1. Apa pendapat anda dari tayangan tadi?

2. Apakah penerapan peraturan di sekolah

merupakan faktor penting untuk

mengurangi perilaku menyimpang

siswa?

3. Apakah teman anda memiliki pendapat

yang sama dengan anda?

Q. Analisis 1. Apa makna yang anda tangkap dari

tayangan tadi?

2. Bagaimana peran peraturan di sekolah?

3. Sudahkah anda mematuhi peraturan

yang berlaku di sekolah?

Page 40: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

94

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Bagaimana anda menyikapi peraturan

yang berlaku di sekolah?

R. Generalisasi 1. Bagaimanakah cara anda menerapkan

peraturan yang berlaku di sekolah?

2. Jika anda menganggap penting

peraturan, apa yang akan anda lakukan

jika mengetahui ada teman yang

melanggar peraturan?

S. Evaluasi 1. Dapat dilakukan di ruang kelas atau

ruang media.

2. Dilakukan untuk mengetahui pandangan

siswa mengenai peraturan di sekolah.

3. Apakah siswa menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari?

T. Sumber Rusmana, N. (2008). Bimbingan dan

Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung:

Rizqi Press.

J. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling untuk mngembangkan kontrol

diri siswa didasarkan pada sejumlah kompetensi yang di kembangkan baik dengan

hasil analisis kebutuhan memerlukan waktu satu semester.

K. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program

bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa

adalah sebagai berikut.

1. Sarana

a. Alat pengumpul data

Seperti : format-format (simulasi), pedoman observasi pelaksanaan program,

angket, catatan harian/kartu kontrol pelaksanaan program, pedoman

wawancara, dan kartu konseling individual/kelompok.

b. Alat penyimpan data

Seperti : kartu pribadi, buku pribadi, dan map.

c. Perlengkapan teknis

Page 41: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

95

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Seperti: buku pedoman/petunjuk program, buku informasi/materi yang akan

disampaikan (SKLBK), paket bimbingan (individual/kelompok), alat-alat tulis.

2. Prasarana

a. Ruang layanan konseling yang harus lebih ditata dengan rapih

b. Ruang bimbingan dan konseling kelompok/individual atau ruang diskusi

c. Ruang kelas untuk bimbingan klasikal

d. Perangkat elektronik seperti laptop, LCD/infocus, OHP, dan proyektor.

L. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Penilaian program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan lebih

difokuskan pada evaluasi hasil yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut; a)

pengaruh layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan terhadap sikap

siswa; b) respon siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling yang

kompetensi yang dikembangkan dalam program/layanan; c) perubahan kemajuan

siswa dilihat dari tujuan dan kompetensi yang dikembangkan dalam

program/layanan.

Kriteria keberhasilan dalam evaluasi program ini dilihat dari dampaknya

terhadap kemajuan oerilaku siswa berdasarkan tujuan program yang

dikembangkan, yaitu siswa memiliki keyakinan bahwa peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada dirinya dapat dikendalikan oleh kekuasaan dari dalam diriya;

meningkatkan kemauan, kesungguhan dan kerja keras untuk mencapai

keberhasian; mengetahui dan memehami sebab akibat dari peristiwa. Terdapat

beberapa cara untuk dapat melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-

langkah berikut.

1. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan

Karena tujuan evaluasi adalah untuk memeproleh data yang diperlukan untuk

mengambil keputusan, maka konselor perlu memprsiapkan pertanyaan-pertanyaan

yang terkait denga hal-hal yang akan dievaluasi yaitu tingkat keterlaksanaan

program (aspek proses) dan tingkat ketercapaian tujuan program (aspek hasil).

Adapun pertanyaan yang disusun dalam evaluasi sebagai berikut.

Page 42: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

96

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Apakah siswa merasakan manfaat dari materi-materi yang telah

disampaikan?

b. Apakah materi yang disampaikan guru pembimbing cukup jelas,

menarik, dan dapat dipahami?

c. Apakah rencana yang akan dilakukan para siswa setelah memperoleh

materi?

d. Apakah para siswa telah mampu mengembangkan kontrol dirinya?

e. Apakah para siswa memahami pentingnya memiliki kontrol diri?

2. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat

keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka pembimbing perlu menyusun

instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrumen yang dianggap

relevan dalam program ini adalah angket, pedoman wawancara, pedoman

observasi dan dokumentasi.

a. Mengumpulkan dan menganalisis data

Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang

program yang telah dan belum dilaksanakan.

b. Melakukan tindak lanjut

Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan tindak lanjut.

Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan yaitu :

1) Memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat dan kurang

relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.

2) Mengembangkan program dengan cara mengubah atau menambah beberapa

hal yang dapat meningkatkan kualitas program.

M. Anggaran biaya

Anggaran biaya pada program ini merupakan komponen yang penting dalam

managemen program bimbingan dan konseling, oleh karena itu anggaran program

Page 43: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

97

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ini dibuat secara cermat untuk mendukung implementasi program dan

mempermudah pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang terkait.

Tabel 4.20

Anggaran Biaya Program Bimbingan Konseling Untuk Mengembangkan

Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

No. PENGELUARAN

Nama Barang Jumlah Rp.

1. Foto Copy Instrumen @500x 215 107.000

2 Foto Copy Draft

Program @5000x31 155.000

3 Akomodasi @50000x1 50000

4

Foto copy form

perencanaan

individual

@150x10x15 22.500

5 Fotocopy Form

Evaluasi @150x31 4.650

6 Fotocopy Materi

Satuan layanan @150x25 3750

JUMLAH 342.900

C. Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitaian yang dilakukan tentu tidak luput dari kekurangan atau

kelemahan. Beberapa keterbatasan dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai

berikut.

1. Pada desain penelitian kuantitatif penelitian menggunakan angket/skala/test

sehingga hasil penelitian hanya terbatas pada hal yang tercantum dalam

angket. Dalam menjawab angket yang menyediakan empat alternatif jawaban,

kemungkinan responden cenderung lebih mengamankan dirinya dengan

memilih jawaban atau opsi yang ditengah (central tendency).

2. Pada tahap penyusunan instrumen kelemahan yang dirasakan adalah belum

sempurnanya item-item pernyataan yang dibuat oleh peneliti. Terdapat

beberapa pernyataan yang dibuat peneliti yang maknanya dirasa kurang jelas

oleh siswa.

3. Pada tahap penyebaran instrumen di lapangan perlu memperhatikan setting

ruangan yang lebih memadai. Karena pada saat penelitian setting yang

dipergunakan bukan di dalam kelas melainkan di luar kelas dengan

Page 44: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703846_chapter_iv.pdfBimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

98

Anggia Meytasari, 2013

Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program

Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggunakan jam bengkel atau jam praktek. Hal tersebut dirasa kurang

optimal karena siswa kurang terfokus untuk dapat mengisi instrumen

penelitian.

4. Hasil penelitian menunjukkan ada kesenjangan antara asumsi awal peneliti

bahwa kontrol diri yang dimiliki siswa dan kedisiplinan di SMK Negeri

Bogor rendah, tetapi setelah diteliti ternyata hasil yang didapatkan bahwa

siswa mampu mengontrol dirinya dan juga berdisiplin dengan baik. Hal ini

diduga karena pada awal teknik pengumpulan data menggunakan skala nilai

dari guru, sedangkan saat penelitian menggunakan angket yang dibuat peneliti

sehingga terdapat kemungkinan siswa lebih memilih jawaban yang dirasa

cukup aman.