indonesia university of education - digital repository...

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah anak selalu aktif bergerak, dan cenderung menyumbang pada perkembangan, baik terhadap fisik maupun secara psikis. Secara umum, bermain dilakukan di rumah, di tempat bermain, dan di sekolah serta di lingkungan masyarakat. Bila diamati secara cermat, lewat permainan anak-anak mampu mengembangkan kreativitas, bereksperimen, bereksplorasi, dan belajar secara aktif (Bachrudin, M. & A. Chaedar Alwasilah, (2008: 11) Partisipasi anak-anak dalam permainan dapat dikembangkan dan dibimbing oleh orang tua, pengasuh dan guru di sekolah. Pada usia tersebut, masing-masing bagian tubuh anak mengalami perkembangan yang berbeda. Menurut Papalia, Old, dan Feldman (2004: 319) bahwa perkembangan kemampuan anak usia 3–6 tahun, yang biasa juga disebut masa early childhood atau masa kanak-kanak awal, mengalami pertumbuhan fisik sangat meningkat namun dalam pertumbuhan tinggi dan berat badan mengalami perlambatan dibanding pada masa bayi atau belajar jalan (toddler). Sebagai gambaran pada masa tersebut, tinggi badan 2 (dua) kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi badannya pada waktu lahir, akan tetapi pertumbuhan ini satu setengah kali pada dua tahun pertama dalam kehidupannya. Begitu juga dengan berat badan yang terjadi pada anak usia 2–5 tahun lebih rendah 1

Upload: others

Post on 08-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah anak

selalu aktif bergerak, dan cenderung menyumbang pada perkembangan, baik terhadap

fisik maupun secara psikis. Secara umum, bermain dilakukan di rumah, di tempat

bermain, dan di sekolah serta di lingkungan masyarakat. Bila diamati secara cermat,

lewat permainan anak-anak mampu mengembangkan kreativitas, bereksperimen,

bereksplorasi, dan belajar secara aktif (Bachrudin, M. & A. Chaedar Alwasilah,

(2008: 11)

Partisipasi anak-anak dalam permainan dapat dikembangkan dan dibimbing

oleh orang tua, pengasuh dan guru di sekolah. Pada usia tersebut, masing-masing

bagian tubuh anak mengalami perkembangan yang berbeda. Menurut Papalia, Old,

dan Feldman (2004: 319) bahwa perkembangan kemampuan anak usia 3–6 tahun,

yang biasa juga disebut masa early childhood atau masa kanak-kanak awal,

mengalami pertumbuhan fisik sangat meningkat namun dalam pertumbuhan tinggi

dan berat badan mengalami perlambatan dibanding pada masa bayi atau belajar jalan

(toddler).

Sebagai gambaran pada masa tersebut, tinggi badan 2 (dua) kali lipat lebih

tinggi dibandingkan dengan tinggi badannya pada waktu lahir, akan tetapi

pertumbuhan ini satu setengah kali pada dua tahun pertama dalam kehidupannya.

Begitu juga dengan berat badan yang terjadi pada anak usia 2–5 tahun lebih rendah

1

Page 2: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

2

dibandingkan dengan satu tahun pertama dalam kehidupannya. Lebih lanjut, Rini

Hildayani (2005: 12), mengatakan bahwa secara umum perkembangan fisik dan

motorik pada masa early childhood digambarkan sebagai berikut:

a) Pertumbuhan tubuh meningkat, anak menjadi lebih ramping dan meninggi, penampilan menjadi seperti orang dewasa secara struktur pertumbuhan, serta tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

b) Kemampuan persepsi motorik meningkat anak tampak aktif dan energik, mereka lebih senang berlari dari pada berjalan.

c) Muncul masalah pada selera makan dan jadwal tidur (tidur menjadi lebih sedikit).

d) Mulai menentukan penggunaan tangan dominan (handedness). e) Fungsi tubuh menjadi teratur, sudah bisa mengontrol buang air besar dan air

kecil. f) Keterampilan motorik kasar (berlari, melompat, dan melempar bola) serta

motorik halus (menggambar, mewarnai, dan menuang air) meningkat pesat.

Sejalan dengan kemampuan fisik yang terjadi, lebih lanjut menurut Rini

Hildayani (2002; 12) anak usia 4-6 tahun, yang mulai memasuki masa preschool

memiliki banyak keuntungan dalam hal fisik motorik bila dilakukan lewat permainan-

permainan. Setiap bentuk kegiatan permainan anak pra sekolah mempunyai nilai

positif terhadap perkembangan kemampuan kepribadiannya, dan juga berpengaruh

terhadap perkembangan kemampuan motorik, meskipun perkembangan tersebut

berbeda pada setiap anak, hal ini sesuai dengan perkembangan usianya.

Kemudian Rini Hildayani (2002: 16) menambahkan, lebih kurang dari 80%

dari sejumlah anak mengalami gangguan perkembangan, juga mengalami kesulitan

pada pengaturan keseimbangan tubuh. Pengaturan keseimbangan tubuh ini diperlukan

anak dalam kegiatan bermain. Lewat bermain anak memiliki kesempatan untuk

mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain anak

Page 3: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

3

sebenarnya memperaktekkan keterampilan dan mengembangkan dirinya sendiri

sehingga anak mendapatkan kepuasan dalam melakukan permainan.

Pada umumnya, anak yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak

belum memiliki motorik kasar yang baik seperti anak yang sudah duduk di bangku

sekolah dasar. Dengan demikian untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar

yang berfungsi untuk menjaga kestabilan yang mantap perlu dilatih melalui sebuah

permainan yang tertata dan terencana sesuai dengan tahapan perkembangan anak

dalam sebuah adegan pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan Kepala Sekolah Taman

Kanak-kanak di Kota Jayapura masih banyak guru Taman Kanak-kanak yang belum

mengerti tentang perlunya permainan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik

kasar dan kemampuan kognitif anak. Maka dari hasil pengamatan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan masih belum maksimal,

terutama dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kognitif anak, hal ini

juga disebabkan oleh karena belum semua guru memahami tentang manfaat

kemampuan motorik kasar dan kognitif anak, yang sangat perlu merndapat perhatian

dan diperkenalkan mulai sejak usia dini. Dalam masa ini anak senang bermain

sesama teman sekelas dan teman sebaya, walaupun kadang-kadang guru tidak

memperhatikan dengan baik apa yang dilakukan oleh anak, karena dengan bermain

anak dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan juga dapat meningkatkan

kemampuan kognitifnya melalui bermain.

Page 4: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

4

Melalui pembelajaran yang mengacu pada karakteristik anak, kemampuan

motorik kasar dan kognitif anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal,

apabila kemampuan untuk bergerak bebas didukung oleh situasi lingkungan yang

memungkinkan untuk kegiatan tersebut. Pada prinsipnya anak senang bermain, yang

penting bagi anak mendapat kesempatan bermain merupakan kebahagiaan tersendiri

bagi dirinya. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik untuk

menstimulus kemampuan otot anak, seperti di lingkungan sekolah. Selain di luar

ruangan, kegiatan tersebut juga dapat dilaksanakan dalam ruangan dengan cara

menata dan memaksimalkan ruangan sebagai tempat bermain demi kebebasan anak

untuk bergerak, berlari, melompat, menangkap, melempar dan menendang.

Lebih lanjut, anak juga bebas menggerakkan seluruh tubuhnya dengan cara

yang tidak terbatas dan terbebas dari bahaya. Lingkungan di luar ruangan sangat

cocok dijadikan sebagai tempat untuk meningkatkan semua kemampuan atau

keterampilan anak, karena diluar ruangan anak merasa bebas dan tidak terkekang

seperti didalam kelas. Jika ruangan yang dijadikan menjadi tempat bermain maka

guru perlu membuat ruangan menjadi aman. Pengembangan situasi tersebut menuntut

guru untuk memperhatikan keselamatan untuk mengatur ruangan dengan baik dan

aman bagi anak. Penataan lingkungan belajar tersebut juga dilakukan bila dilakukan

di luar ruangan, misalnya dengan penyediaan peralatan bermain yang dapat

mendorong anak untuk memanjat, berlari, melompat, mengembangkan koordinasi

dan kemampuan kekuatan tubuh baik bagian atas maupun bagian bawah.

Page 5: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

5

Stimulan-stimulan lewat permainan di dalam ruangan dan di luar ruangan

membantu mengoptimalkan motorik kasar, yang secara perlahan-lahan meningkatkan

kekuatan fisik, berkembangnya koordinasi dan stamina, serta keseimbangan yang

semakin kokoh, lewat permainan yang dilakukan. Lebih lanjut menurut Rini

Hildayani,dkk (2005 : 8.11), berkaitan dengan keseimbangan, pada usia 4–6 tahun

tidak semua anak sama dalam memperoleh kemampuan yang sempurna sesuai

dengan perkembangan usianya.

Lebih lanjut, Rini Hildayani, dkk. (2005: 8.16) kurang lebih 80% anak

memiliki gangguan perkembangan, dan mengalami kesulitan pada pengaturan

keseimbangan tubuh. Pengaturan keseimbangan tubuh diperlukan anak untuk

melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih sulit dan kompleks seperti melompat, berdiri

di atas satu kaki, atau berjalan di titian. Dampak dari ketidakseimbangan pada anak

adalah kesulitan dalam mengatur dan mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga

terkesan gerakannya ragu-ragu dan tampak canggung. Masalah keseimbangan tubuh

berhubungan dengan vestibular atau system yang mengatur keseimbangan tubuh.

Dampak lain ketidakseimbangan, kalau tidak cepat ditangani sampai saat anak

masuk sekolah, maka dapat mengakibatkan masalah lain terutama dalam membaca

dan menulis, kemampuan membaca dan menulis pada dasarnya berhubungan dengan

kemampuan untuk menangkap informasi oleh sistem keseimbangan.

Selain itu, aspek yang perlu diperhatikan dalam masa kanak-kanak adalah

reaksi pada umumnya anak usia antara 4 - 6 tahun memiliki reaksi kurang cepat dan

koordinasi kurang baik, hal ini disebabkan pada masa anak-anak belum terlatih,

Page 6: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

6

sehingga gerakan kurang sempurna sebagaimana orang yang sudah sering melakukan

latihan secara rutin dan terprogram dengan baik.

Pada masa kanak-kanak kemampuan motorik berkembang sejalan dengan

motorik kasar dan halus hal ini terungkap dalam Papalia, Old, dan Feldman (2004:

327). Selanjutnya Piaget memberi tanggapan bahwa perkembangan kemampuan

motorik kasar anak berkembang sejalan dengan perkembangan kemampuan kognitif

anak. Perkembangan kognitif merupakan sesuatu yang penting dikembangkan sejak

masa kanak-kanak (Yudha M Saputra & Rudyanto, 2005: 20). Merujuk pada

pendapat tersebut, orang tua banyak menyuruh anaknya ikut les atau pelajaran

tambahan sedini mungkin untuk mengembangkan kemampuan kognitif anaknya.

Dengan demikian sekolah mendapat tantangan yang begitu besar karena orang

tua memaksakan anaknya agar mampu bersaing dengan anak lain. Sebagai akibat

perilaku dan tuntutan orang tua murid tersebut berpengaruh pada kemampuan guru di

sekolah. Guru harus mengembangkan metode-metode pembelajaran yang paling tepat

bagi anak, khususnya guru Taman Kanak-kanak. Pengembangan metode tersebut

berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana para ahli

sering menyebut dengan istilah DAP (developmentally appropriate practice).

Dalam konteks kognitif, Piaget (1952) dalam Rini Hildayani (2005: 37)

menjelaskan ada beberapa tahapan dalam perkembangan anak yaitu sensori motorik,

praoperasional, konkrit operasional, formal operasional. Pada anak Taman Kanak-

kanak dimana usia 4 – 6 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada masa ini anak

sudah dapat berfikir dalam simbol, namun belum dapat menggunakan logika.

Page 7: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

7

Mengacu pada karakteristik anak tersebut, maka seorang guru harus dapat merancang

sebuah skenario pembelajaran dengan dilengkapi peralatan serta lingkungan yang

mendukung proses pembelajaran dalam bentuk konkrit.

Berdasarkan fakta tersebut yang menjadi perhatian guru pada masa usia 4 - 6

tahun adalah meningkatkan kemampuan reaksi, koordinasi baik kordinasi mata dan

tangan maupun koordiansi mata dan kaki serta ketangkasan dan kesadaran terhadap

keseimbangan tubuh, secara keseluruhan perlu menjadi perhatian. Semua unsur

tersebut penting dan dibutuhkan pada tahapan perkembangan berikutnya.

Saat anak dalam melakukan permainan yang kompleks, seperti bermain bola,

selain dibutuhkan reaksi yang cepat untuk menendang atau menangkap bola, juga

dibutuhkan koordinasi yang baik antara mata dan tungkai sehingga dapat menendang

bola, mengoper bola ke teman sepermainan, dan memasukkan bola ke dalam gawang.

Selain itu, unsur-unsur tersebut juga dibutuhkan dalam permainan seperti sepak bola,

bola voli dan bola tangan dan permainan yang lainnya. Seperti dalam permainan

sepak bola, bola voli dan bola tangan sangat dibutuhkan koordinasi mata, kaki dan

tangan, karena sangat bermanfaat dalam suatu permainan.

Pada umumnya anak mengalami kendala dalam melakukan reaksi, hal ini

disebabkan karena reaksi anak masih lambat, gerak koordinasi belum baik. Hal ini

merupakan dampak pada anak, karena kurang diberi kesempatan untuk berlatih

menajamkan kemampuannya terutama melakukan reaksi dan koordinasi dalam

gerakan. Selain itu bisa juga disebabkan karena syaraf motoriknya yang belum

berkembang dengan baik, maka pengembangannya melalui sebuah pembelajaran.

Page 8: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

8

Melalui permainan, anak dituntun untuk mengetahui cara melakukan gerakan

tersebut, memahami manfaat gerakan bagi anak, dan mampu menujukkan perilaku-

perilaku positif selama pembelajaran (kerjasama, disiplin, mau berbagi tempat, alat,

jujur dan lain-lain) dengan temannya.

Dalam era sekarang ini pembelajaran yang dilakukan guru, khususnya Taman

Kanak-kanak belum memperhatikan perkembangan anak. Artinya, pembelajaran di

Taman Kanak-kanak masih mengikuti kemauan anak dan mengikuti tata urutan yang

terdapat dalam kurikulum yang kurang memperhatikan karakteristik anak. Dampak

tersebut menyebabkan unsur-unsur reaksi, kesimbangan, kesetimbangan, daya tahan,

dan kognitif anak kurang berkembang. Pada hal tujuan akhir dari pembelajaran

adalah penampilan gerakan yang efektif, efisien, dan terampil serta merangsang

kognitif anak, hal tersebut diatas dapat dipengaruhi melalui sebuah pembelajaran

yang tertata, terencana dan terprogram lewat sebuah pembelajaran berdasarkan

karakteristik anak.

Fenomena yang dipaparkan di atas jika tidak dapat teratasi dalam waktu yang

cepat, kemungkinan besar akan memberi dampak yang kurang baik terhadap tahapan

perkembangan anak berikutnya. Untuk itu maka perlu dicari solusi atau alternatif

pemecahannya. Dalam hal ini sebenarnya banyak cara untuk mengatasi permasalahan

tersebut, salah satu alternatif yaitu melalui sebuah pembelajaran permainan

modifikasi. Pembelajaran dengan cara permainan yang dimodifikasi adalah

merupakan pembelajaran yang memperhitungkan karakteristik anak.

Page 9: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

9

Permainan modifikasi, menurut Ngasmain & Soepartono, (1997: 4),

modifikasi sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada

kegembiraan, kecakapan jasmani dan pengayaan gerak anak. Karakteristik permainan

modifikasi adalah mengubah bentuk permainan dengan memodifikasi peraturan, alat,

jumlah pemain, lama permainan. Dalam hal ini karakteristik yang dimaksud adalah

disesuaikan dengan karakteristik anak Taman Kanak-kanak terutama kemampuan

motorik, afektif dan kognitif. Artinya, pada fase ini dibutuhkan kegiatan yang dapat

merangsang perkembangan kemampuan anak baik fisik, mental, emosional maupun

sosial.

Berdasarkan paparan yang di kemukakan diatas maka menjadi isu sentral

dalam penelitian ini adalah pengaruh permainan modifikasi terhadap kemampuan

motorik kasar dan kognitif pada anak usia Taman Kanak-kanak.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini yang ingin diselidiki adalah bagaimana dampak

permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif

anak usia Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja Jayapura. Untuk

keperluan penelitian ini dipilih dua kelompok, satu kelompok eksperimen, dan satu

kelompok kontrol yang keduanya dilatih dengan menggunakan metode yang berbeda,

yaitu pendekatan konvensional dan pendekatan melalui permainan modifikasi.

Selanjutnya akan diteliti pengaruh permainan modifikasi terhadap kemampuan

Page 10: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

10

motorik kasar dan kemampuan kognitif anak Taman Kanak-kanak sebagai dampak

instruksional dalam pembelajaran.

Untuk anak usia dini dalam hal ini Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII

Cigombong Kotaraja Jayapuara peneliti ingin mengetengahkan suatu bentuk

pembelajaran permainan modifikasi dalam mengungkap kemampuan motorik kasar

dan kemampuan kognitif anak.

Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada beberapa aspek saja yaitu

mengenai seberapa besar pengaruh permainan modifikasi terhadap kemampuan

motorik kasar dan kemampun kognitif pada anak Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII

Cigombong Kotaraja Jayapura.

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang ingin diselidiki adalah bagaimana dampak permainan

modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif anak Taman

Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja Jayapura. Untuk keperluan penelitian

ini dipilih dua kelompok, satu kelompok eksperimen, dan satu kelompok kontrol

yang keduanya dilatih dengan menggunakan metode yang berbeda, yaitu pendekatan

permainan modifikasi dan pendekatan konvensional. Selanjutnya akan diteliti

pengaruh permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar dan kemampuan

kognitif anak Taman Kanak-kanak sebagai dampak instruksional dalam

pembelajaran.

Page 11: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

11

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh permainan modifikasi

terhadap kemampuan motorik kasar dan kognitif pada anak usia Taman Kanak-kanak

Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja Distrik Abepura Kota Jayapura Provinsi Papua.

Rumusan masalah tersebut secara rinci dapat dijabarkan kedalam pertanyaan

sebagai berikut:

1. Bagaimana aplikasi permainan modifikasi di Taman Kanak-kanak Pertiwi

XIII Cigombong Kotaraja Jayapura Provinsi Papua.

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan motorik kasar anak Taman Kanak-

kanak Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja Jayapura Provinsi Papua sebelum

perlakuan dan sesudah perlakuan antara anak yang memperoleh permainan

modifikasi dengan anak yang memperoleh metode pembelajaran

konvensional?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan kognitif anak Taman Kanak-kanak

Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja Jayapura Provinsi Papua sebelum perlakuan

dan sesudah perlakuan antara anak yang memperoleh permainan modifikasi

dengan anak yang memperoleh metode pembelajaran konvensional?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan

pokok penelitian adalah :

Page 12: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

12

1. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi permainan modifikasi di Taman

Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja Jayapura Provinsi Papua.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan motorik kasar anak

Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja Jayapura Provinsi

Papua sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan antara anak yang

memperoleh permainan modifikasi dengan anak yang memperoleh metode

pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan kognitif anak

Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja Jayapura Provinsi

Papua sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan antara anak yang

memperoleh permainan modifikasi dengan anak yang memperoleh metode

pembelajaran konvensional.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk kepentingan teoretis

dan praktis.

1. Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk :

a. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoretis, metodologis dan

empiris bagi kepentingan sekolah Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigombong

Kotaraja Jayapura dalam bidang pengkajian mengembangkan kemampuan

Page 13: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

13

motorik kasar dan kemampuan kognitif anak usia Taman Kanak-kanak melalui

Permainan modifikasi.

b. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi guru TK dalam proses mengembangkan

kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif anak Taman Kanak-kanak

melalui Permainan modifikasi.

c. Dapat dijadikan sebuah alternatif pembelajaran bagi yang membutuhkan dalam

membantu pengembangan kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif

anak usia Taman Kanak-kanak.

2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan :

a. Informasi bagi para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan

kemampuan motorik kasar dan kognitif anak Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII

Cigombong Kotaraja Jayapura.

b. Sebagai bahan masukan bagi Yayasan Pemda Provinsi Papua sebagai pengelola

TK Pertiwi XIII Jayapura, dalam merencanakan, melaksanakan, menempatkan

dan melakukan pengawasan serta mengevaluasi konsep pembelajaran dan

pengembangan kemampuan motorik kasar dan kognitif anak usia Taman

Kanak-kanak sesuai dengan rencana dan strategi yang sudah ditentukan.

c. Masukan bagi Pimpinan Sekolah TK Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja

Jayapura untuk dijadikan pertimbangan kontekstual dan konseptual operasional

dalam merumuskan konsep dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar

Page 14: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

14

dan kemampuan kognitif anak usia Taman Kanak-kanak di masa yang akan

datang.

d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk

melakukan penelitian lanjut mengenai pengembangan kemampuan motorik

kasar dan kemampuan kognitif anak usia Taman Kanak-kanak.

F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga variabel yang diajukan yaitu: variabel bebas dan

variabel terikat seperti yang dijelaskan dibawah ini:

Variabel bebas (X) yaitu permainan modifikasi

Variabel terikat (Y1) yaitu kemampuan motorik kasar anak taman kanak-

kanak.

Variabel terikat (Y2), yaitu kemampuan kognitif anak Taman Kanak-kanak.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada bagan 1.1 berikut:

Bagan 1.1. Variabel Penelitian

X = Permainan Modifikasi

Y1

Motorik Kasar

Y2

Kognitif

Page 15: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

15

G. Definisi Operasional

Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah permainan modifikasi ,

kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif anak usia Taman Kanak-kanak..

Variabel-variabel diatas penting untuk didefinisikan atau diberi penjelasan agar tidak

terjadi pemahaman yang keliru dari maksud yang dikehendaki oleh peneliti.

1. Permainan modifikasi adalah perubahan dalam permainan dari teknik bermain

yang baku menjadi teknik yang sederhana, sesuai dengan perkembangan anak.

Modifikasi dapat dilakukan terhadap: aturan atau cara, alat dan fasilitas serta

ukuran lapangan yang dipakai dalam pembelajaran. Ngasmain & Soepartono

(1977: 3).

2. Motorik kasar adalah kemampuan untuk beraktivitas dengan menggunakan otot

besar, kemampuan otot besar dapat dipergunakan untuk menggerakkan anggota

badan, kaki, dan tangan dalam melakukan gerak lokomotor, non lokomotor dan

manipulatif.

Hasil belajar yang dicapai melalui modifikasi permainan terhadap

kemampuan motorik kasar anak adalah berupa penguasaan tugas gerak terhadap

lari, lompat, lempar, menangkap dan menendang.

Kemampuan motorik kasar yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan erat

dengan gerak dasar dalam pedoman observasi dan evaluasi gerak dasar menurut

Adang Suherman (2008: 4-8) yaitu: (1) Lari yang mempunyai komponen gerak

dasar meliputi: tungkai dari samping, lengan, dan tungkai dari belakang. (2)

Lompat yang mempunyai komponen gerak dasar meliputi: lengan, togok serta

Page 16: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

16

tungkai dan paha. (3) Lempar yang mempunyai komponen dasar meliputi: Lengan,

togok serta tungkai dan kaki. (4) menangkap yang mempunyai komponen gerak

dasar meliputi: kepala, lengan, dan tangan. (5) menendang yang mempunyai

komponen gerak dasar meliputi: lengan, togok, dan tungkai.

3. Kognitif adalah proses untuk mengetahui sesuatu, menyangkut pemprosesan

informasi melalui beberapa tahapan penginderaan melalui sistem syaraf sensoris

yang ada dalam tubuh manusia hingga pembentukan memori jangka panjang,

Webb (1989: 160).

Adapun kemampuan anak yang dimaksud adalah anak dapat melakukan kegiatan

berupa:

a. Mencocokkan gambar yang sudah dipotong menjadi beberapa bagian.

b. Menentukan jumlah benda yang diambil atau dikumpulkan anak dari

suatu tempat.

c. Menyebutkan lambang bilangan (angka) yang diambil anak atau yang

diperlihatkan oleh guru.

H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

1. Asumsi

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, tergambar demikian

pentingnya pemilihan pendekatan pembelajaran permainan modifikasi yang sesuai

dengan perkembangan anak, serta dapat merangsang perkembangan motorik kasar

dan kognitif anak. Anak Taman Kanak-kanak pada masa lima tahun pertama yang

Page 17: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

17

disebut usia keemasan (The Golden Years) merupakan masa emas perkembangan

anak. Anak pada masa usia tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk

mengoptimalkan segala aspek perkembangan keterampilannya. Menurut Yudha M

Saputra (2005: 3) ”Perkembangan keterampilan sebagai perkembangan dari unsur

kematangan dan pengendalian gerak tubuh”. Terdapat hubungan yang saling

mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan

anak Taman Kanak-kanak, keterampilan anak TK tidak akan berkembang tanpa

adanya kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pada anak,

yaitu: keturunan, makanan, inteligensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi,

sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan sangat erat pengaruhnya.

Menurut Singer (1970) serta Kephart dan Dalcato (1966) dalam Sinulingga,A (2000:

15) “bahwa pertumbuhan intelektual dapat dirangsang melalui gerakan-gerakan

sederhana, karena koordinasi gerak yang miskin mengakibatkan lambatnya

pertumbuhan intelektual”. Selanjutnya pendapat Frost dan Piaget (1969) dalam

Wadsworth (1984) mengatakan bahwa: anak dapat mengekspresikan diri melalui

gerakan, dan berpikir melalui gerak tubuh. Mengacu pada teori tersebut dapat

diasumsikan bahwa melalui permainan, keterampian motorik kasar dan kemampuan

kognitif dapat ditingkatkan. Selanjutnya Zervas dan Stambulova (1999) dalam Albadi

(2000: 17) menggambarkan pengaruh latihan terhadap fungsi kognitif seperti U-

terbalik (Inverted-U hypothesis). Artinya, latihan sampai pada taraf moderat

memberikan manfaat terhadap kemampuan kognitif, dan selanjutnya bila beban kerja

terus meningkat, maka terjadi penurunan pada kemampuan kognitif.

Page 18: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

18

Perbaikan dan penyempurnaan pendekatan pembelajaran barangkali akan

berfaedah dalam usaha meningkatkan keterampilan motorik kasar dan kemampuan

kognitif anak Taman kanak-kanak. Hal ini diperlukan sebagai landasan bagi tahap

perkembangan selanjutnya dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia di masa

yang akan datang.

Salah satu aspek yang menjadi tujuan pendidikan pada anak Taman Kanak-

kanak adalah berkembangnya kemampuan motorik kasar yang akhirnya akan

berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anak.

2. Hipotesis

Hipotesa dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap suatu permasalahan dalam penelitian. Ada empat kriteria dalam

merumuskan hipotesis. Menurut Mc Millan dan Schumacher (2001: 89-90) yaitu :

a. Hipotesis yang dirumuskan hendaklah merupakan pernyataan tentang

hubungan antara dua variabel atau lebih.

b. Hipotesis yang dirumuskan dapat diuji.

c. Hipotesis yang dirumuskan harus memberi isyarat penggunaan statistik.

d. Hipotesis yang dirumuskan tidak boleh memberi makna ganda.

Adapun hipotesis yang dibuat terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis nol (Ho) : Ha = Ho

Tidak terdapat perbedaan peningkatan dalam kemampuan motorik kasar dan

kemampuan kognitif antara anak yang mendapat pembelajaran dengan

Page 19: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

19

permainan modifikasi dengan anak yang belajarnya menggunakan metode

pembelajaran konvensional di Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigombong

Kotaraja Jayapura.

2. Hipotesis alternatif (Ha) : Ha ≠ Ho

Terdapat perbedaan peningkatan dalam kemampuan motorik kasar dan

kemampuan kognitif antara anak yang belajarnya menggunakan permainan

modifikasi dengan anak yang belajarnya menggunakan metode pembelajaran

konvensional di Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja

Jayapuara.

I. Metode Penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode eksperiman dengan

jenis eksperimen kuasi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Setelah diterapkan metode pembelajaran permainan

modifikasi, penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi karena peneliti tidak

menggunakan Randomization (sampel acak) dalam penarikan sampelnya tetapi

menggunakan kelompok yang sudah tersedia di sekolah.

Page 20: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

20

Disain penelitian dilakukan dua kali observasi yaitu sebelum dan sesudah

eksperimen (perlakuan). Observasi dilakukan sebelum perlakuan dan sesudah

perlakuan, dengan desain eksperimen kuasi sebagai berikut:

Gambar 1.2 Desain Eksperimen Kuasi (Sugiyono, 2007: 116)

Kelompok Pre tes Treatmen Posttes

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 O2

Dengan membandingkan hasil tes awal dan tes akhir akan diketahui seberapa

besar perubahan yang terjadi sebagai indikator keefektifan perlakuan (Arikunto,

1988: 86).

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan

kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif anak selama pembelajaran

dengan menggunakan permainan modifikasi.

Data penelitian diperoleh dari tes awal dan tes akhir anak kelas eksperimen

maupun kelas kontrol, melalui aktivitas guru dan anak selama pembelajaran dengan

menggunakan permainan modifikasi. Observasi yang dilakukan oleh guru untuk

mengetahui keefektifan penggunaan metode permainan modifikasi. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi dan studi dokumenter.

Page 21: Indonesia University of Education - Digital Repository ...a-research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809566_chapter1.pdfIndonesia University of Education - Digital Repository

21

J. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di TK Pertiwi XIII Cigombong Kotaraja Distrik

Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Penelitian ini dilaksanakan pada semester

genap tahun ajaran 2009/2010 di TK kelompok B. Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII

Cigombong dipilih atas dasar:

a. Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigmobong Kota Jayapura merupakan

sekolah yang sudah lama berdiri

b. Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII Cigombong Kota Jayapura memiliki siswa

yang homogen artinya siswa berasal dari kalangan menengah kebawah dilihat

dari segi sosial ekonominya.

c. Kepala Sekolah dan Guru mendukung terlaksananya penelitian.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak Taman Kanak-kanak Pertiwi XIII kelas B

yang diambil dari dua kelas yang berbeda dan masing - masing kelas dilatih dengan

metode pembelajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen diberikan pembelajaran

permainan modifikasi dan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional.