bab iv sultan omar ali saifuddin 1950-1967...

51
BAB IV BRUNEI DARUSSALAM PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A. Letak Geografi Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di bagian utara Pulau Borneo/ Kalimantan, tepatnya 443 Km disebelah utara garis equator. Batas sebelah baratnya adalah Laut Cina Selatan. Batas-batas lain semuanya adalah daerah Sarawak, salah satu dari negara bagian Malaysia. Brunei memiliki dua bagian wilayah yang dikelilingi dan dipisahkan oleh daratan Malaysia. Ibukota Brunei adalah Bandar Seri Begawan.

Upload: trankiet

Post on 05-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

BAB IV

BRUNEI DARUSSALAM PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967

A. Letak Geografi

Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di

bagian utara Pulau Borneo/ Kalimantan, tepatnya 443 Km disebelah utara garis

equator. Batas sebelah baratnya adalah Laut Cina Selatan. Batas-batas lain

semuanya adalah daerah Sarawak, salah satu dari negara bagian Malaysia. Brunei

memiliki dua bagian wilayah yang dikelilingi dan dipisahkan oleh daratan

Malaysia. Ibukota Brunei adalah Bandar Seri Begawan.

Page 2: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Brunei memiliki empat kota penting yaitu Belait, Brunei/Muara,

Temburong dan Tutong. Kota Brunei/Muara terkenal sebagai kota pelabuhan

memiliki luas 570 Km2. Belait memiliki luas 2727 Km2. Di wilayah Belait

terdapat tambang minyak dan gas serta terdapat Kampung Panaga yaitu kampung

halaman sejumlah ekspatriot. Tutong memiliki luas 1166 Km2. Temburong

memiliki luas 1306 Km2.

Saat ini Brunei dipimpin oleh Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka

Seri Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah ibni Al-

Marhum Sultan Haji Omar ‘Ali Saifuddien Sa’adul Khairi Waddien. Beliau

diangkat menjadi sultan ke-29 pada tahun 1967. Pada masanya, Brunei mencapai

kemedekaan pada tanggal 1 Januari 1984. Pada saat ini, Brunei telah menjadi

salah satu negara maju di kawasan Asia tenggara.

B. Sejarah Singkat Brunei

Kata ”Brunei” berasal dari kata “Barunah” (Brunei Yearbook, 2002: 58)

yaitu kata dalam bahasa Melayu klasik yang berarti tempat yang menakjubkan.

Menakjubkan karena cocok untuk tempat tinggal, aman, mudah diakses dan

sangat kaya dengan sumber daya alam. Barunah kemudian berubah menjadi

Barunai. Barunai dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata Varuna. Dalam

konteks Melayu mengacu pada negara para pelaut dan pedagang. Secara fonetik

terjadi peralihan dari Barunai menjadi Brunei.

Catatan orang Cina dan orang Arab menunjukkan bahwa kerajaan

perdagangan kuno ini ada di muara Sungai Brunei awal abad ke-7 atau ke-8.

Page 3: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Kerajaan ini menguasai daerah Sabah dan Sarawak. Raja Brunei pertama

dipanggil Sang Aji (bahasa Sansekerta) atau Yang Dipertuan. Kerajaan Brunei

pernah ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya pada awal abad ke-9. Namun,

kemudian berhasil direbut oleh Kerajaan Majapahit. Penguasaan Brunei oleh

Kerajaan Majapahit tidak berlangsung lama karena Kerajaan Brunei, dengan

bantuan Kerajaan Cina, berhasil membebaskan diri dan kembali menjadi negara

perdagangan penting.

Penyebaran Islam di Brunei sudah dimulai pada abad 9 Masehi oleh para

pedagang muslim yang menjadi komunitas berpengaruh. Pada tahun 1371 Awang

Alak Betatar, penguasa Kerajaan Brunei, masuk Islam dan mengubah namanya

menjadi Sultan Muhammad Shah dan menikah dengan Puteri penguasa Johor.

Sehingga, Brunei menjadi kerajaan Islam pada abad ini.

Diawal abad ke-15, Kerajaan Malaka dibawah pemerintahan Parameswara

mengambil alih kekuasaan atas perdagangan Brunei. Namun, Penguasaan Malaka

oleh Portugis tahun 1511, menyebabkan sultan dapat mengambil alih kembali

kekuasaan atas perdagangan Brunei. Dari awal abad ke-16 M sampai abad ke-17

M, Brunei sebagai kerajaan Islam mencapai puncak kejayaannya. Hal ini

dibuktikan dengan peranan Brunei yang sangat besar dalam penyebaran agama

Islam, pengaturan perdagangan dikawasan Semenanjung Melayu serta wilayah

kekuasaan Brunei yang pernah sampai Manila.

Gejala kemunduran Kerajaan Brunei mulai tampak pada pertengahan abad

ke-17 M. Dari dalam, muncul konflik internal memperebutkan warisan tahta

kerajaan. Dari luar, pengaruh Eropa masuk dan mendesak corak perdagangan

Page 4: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

tradisional Brunei. Kedudukan Inggris melalui pedagang-pedagangnya semakin

kuat dengan dijadikannya James Brooke sebagai Gubernur dan pemimpin

Sarawak atau ”Rajah Sarawak”. Kemunduran Brunei semakin terlihat dengan

disepakatinya berbagai perjanjian antara Brunei dengan perusahaan-perusahaan

Inggris.

Pada tahun 1906, Brunei menjadi negara dibawah protektorat Inggris.

Kekuasaan eksekutif ditangan Residen Inggris yang bertugas menasehati sultan

dalam semua perkara kecuali berkaitan dengan adat istiadat dan agama. Sultan

dan Majlis Mesyuarat Negeri (selanjutnya disingkat MMN) berada dibawah

kekuasaan Residen. MMN terdiri dari sultan, dua orang Vizier (pembantu raja),

dua orang Cheteria (Ksatria), 3 orang menteri, Residen dan Asisten Residen.

Dewan ini bersidang sekali dalam setahun.

Dalam buku Haji Abdul Latif Haji Ibrahim dijelaskan motif pemerintahan

Inggris untuk tidak ikut campur dalam masalah adat istiadat Brunei. Pertama,

supaya pemerintahan Inggris tetap dapat mengawal dan memanipulasi keadaan

politik negeri Brunei. Kedua, secara tidak langsung, memberi kelonggaran waktu

untuk mewujudkan tradisi orang Inggris sendiri. Menurut penulis, adat istiadat

dan agama, khususnya yang berkaitan dengan ibadah ritual, adalah suatu hal yang

sensitif karena melekat dalam jiwa masyarakat setempat, namun kurang

mempengaruhi pertahanan politik negara. Sehingga, Inggris menghindari hal yang

sensitif untuk diubah secara cepat tapi dengan cerdas menguasai aspek pertahanan

politik negara. Disatu sisi, pemerintahan Inggris memang tidak ikut campur dalam

Page 5: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

agama –urusan agama yang bersifat individual-, tapi menguasai dan menjadi

penentu kedudukan perundang-undangan Islam yang berlaku.

Terjadi berbagai perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan pada

masa Sistem Residen ini sampai tahun 1940. Dalam bidang keamanan, dibentuk

pasukan Polisi Brunei pada masa Sultan Muhammad Jamalul Alam II. Dalam

bidang pendidikan, didirikan Sekolah Melayu dan mulai tahun 1930 Brunei

mengirimkan 2-3 orang guru ke Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI). Dalam

bidang kesehatan, didirikan Rumah Sakit Bandar Brunei. Dalam bidang

transportasi, dibangun jalan raya dari Brunei ke Tutong pada tahun 1927. Dalam

bidang pertambangan, eksplorasi minyak di Seria.

Tahun 1941, kekuasaan atas Brunei diambil alih oleh Jepang. Langkah

pertama yang diambil pemerintahan Jepang adalah eksploitasi minyak di Seria.

Namun, eksploitasi ini hanya menguntungkan pihak Jepang sedangkan rakyat

Brunei banyak yang kelaparan. Untuk tetap mendapatkan dukungan dari para

pemuda Brunei, Jepang memberikan mereka kesempatan untuk belajar di luar

negeri. Para pemuda ditawari jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan jajahan.

Inggris kembali mengambil alih kekuasaan di Brunei dengan

menggunakan strategi “Lompatan Katak” 10 Juni 1945. Brunei berada dibawah

kekuasaan politik Pesuruhjaya Agung (wakil kerajaan) Inggris di Asia tenggara.,

Malcom McDonald. Terjadi perkembangan menarik pada masa ini yaitu mulai

tumbuhnya nasionalisme dikalangan rakyat Brunei. Sehingga, pernah berdiri

organisasi politik yaitu BARIP (Barisan Pemuda) tahun 1946 yang secara tegas

menyuarakan kemerdekaan untuk Brunei. Tumbuhnya rasa nasionalisme ini

Page 6: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, dipicu oleh pengenalan mereka terhadap isu-

isu sosial politik yang sedang dihadapi bangsa Melayu yang mereka dapat di

Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI). Kedua, rasa nasionalisme rakyat Brunei

dipengaruhi siaran Radio Republik Indonesia yang telah ada sejak Agustus 1945

dan siaran Radio Singapura. Berita-berita revolusi yang disiarkan RRI membuka

pemikiran tentang perpolitikan. Ketiga, pengaruh dari bahan-bahan bacaan yang

didapat dari Departemen Penerangan (Jabatan Penerangan Negeri) Singapura

(Semenanjung) dan Indonesia. Majalah-majalah seperti Kenchana, Hiburan,

Waktu dan Hikmat semakin menyuburkan nasionalisme rakyat Brunei.

Pada tahun 1948, Brunei menjadi dibawah kegubernuran Sarawak dan

menerima pegawai-pegawai penting dari Sarawak. Hal ini memberikan gambaran

kepada rakyat Brunei bahwa mereka dijadikan tanah jajahan yang diserahkan dari

Jepang kepada Inggris layaknya Sabah dan Sarawak. Menanggapi kabar bahwa

Sarawak akan diserahkan kepada pihak lain, Sultan Ahmad Tajuddin langsung

mengusulkan kepada pemerintahan Inggris supaya Sarawak diserahkan ke Brunei

saja. Namun, Sultan Ahmad Tajuddin wafat dengan meninggalkan cita-citanya

menyatukan Brunei dengan Sarawak dan Sabah. Kepemimpinan Sultan Ahmad

Tajudin digantikan Sultan Omar Ali Saifuddin III.

C. Dasar Kebijakan Pembaharuan Politik Dalam Negeri Masa Pemerintahan Haji Omar Ali Saifuddin III

Sultan Omar Ali Saifuddin III adalah putra kedua dari Sultan Muhammad

Jamalul Alam II ( 1906-1924) yang senang mempelajari berbagai ilmu. Pada

tahun 1932-1936 beliau belajar di Maktab Melayu, Kuala Kangsar, Perak. Beliau

Page 7: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

belajar ilmu undang-undang dari Baba Liam Chong, seorang Cina dari Sambas

dan dari Pangeran Anak Sabtu bin Pangeran Bendahara Kamaludin, belajar ilmu

rancang bangun dari Pehin Udana Laila Inci Awang dari daerah Kampar yaitu

seorang insinyur pertama di Brunei dan belajar sedikit bidang pengobatan dari

Abdul Khan yang berasal dari Pulau Pinang. Selain itu, (Alm.) juga belajar ilmu

perdagangan dari Orang Kaya Tudin, Beliau Kahar (Jerudong), Datu Karna Hj.

Jaya, Datu Ratna, Orang Kaya Harimau dan lain-lain. Sultan Omar Ali Saifuddin

III juga menyukai kesenian. Beliau memiliki keahlian dalam melukis, membuat

syair dan penggemar tarian rakyat dan tradisional. Salah satu syair beliau adalah

syair Perlembagaan Negeri Brunei.

Tabiat senang mempelajari berbagai ilmu dan bertemu dengan para

pemimpin kampung membuat Sultan Omar Ali Saifuddin III terbuka wawasannya

terhadap perkembangan dunia dan perbandingannya dengan kondisi dalam negeri

Brunei. Bangsa-bangsa terjajah mulai lantang menyuarakan dan memperjuangkan

kemerdekaan. Sebagian diantaranya telah mendapat kemerdekaan yang dicita-

citakan. Maka, posisi Brunei pada saat itu adalah kerajaan yang urusan dalam dan

luar negeri masih berada ditangan pemerintahan kolonial Inggris. Sehingga, sultan

menyadari bahwa masalah utama masyarakat Brunei adalah kemerdekaan.

Jalan kemerdekaan yang harus ditempuh bukanlah jalannya sultan-sultan

sebelum Sultan Omar Ali Saifuddin III yang penuh dengan ketundukan kepada

pemerintahan kolonial, tapi jalan baru yang mampu menghantarkan Kesultanan

Brunei secara perlahan pada pintu modernisasi. Jalan baru itu adalah pembaharuan

terutama dalam bidang politik dalam negeri.

Page 8: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Almarhum Sultan Haji Omar Ali Saifuddien Sa’adul Khairi Waddien dikenal sebagai ’Akitek Modern Brunei’ karena menggunakan suasana kemunduran dan kemiskinan dalam berbagai pembangunan ekonomi dan politik Negara Brunei Darussalam sebagai landasan untuk memodernkan negara dan meningkatkan taraf hidup rakyat” (Haji Abdul Latif Haji Ibrahim, 2003: 179).

Adapun dasar pemikirannya yang menjadi pijakan pembaharuan politik

dalam negeri adalah sebagai berikut:

1. Menyelamatkan kekayaan sumber daya alam Brunei demi kesejahteraan

rakyat.

Sesungguhnya potensi sumber daya alam Brunei mampu menjadikan

Brunei sebagai negara makmur dan mandiri. Hal ini bisa dilihat dari hasil ekspor

tahun 1950 mencapai 30.000.000 Barrel. Selain itu, Brunei memiliki kandungan

batu bara yang banyak dan tersebar di empat wilayah Brunei. Ditambah hasil

hutan dan laut.

Keuntungan dari pengelolaan sumber daya alam Brunei itu belumlah

dinikmati masyarakat Brunei secara merata. Keuntungan terbesar dinikmati oleh

perusahaan-perusahaan asing karena merekalah yang mengolah kekayaan Brunei.

Mereka yang memiliki tenaga ahli dan menguasai teknologi pengolahnya. Rakyat

Brunei hanya bisa menonton kekayaan mereka diangkut ke luar Brunei oleh

berbagai bangsa.

Penjajahan ekonomi atas Brunei haruslah dihentikan dengan menjadikan

negara Brunei sebagai negara merdeka. Ketika sudah merdeka, maka Brunei

memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan menguasai sumber daya alam

untuk kemakmuran rakyat. Legitimasi itu harus tercantum dalam konstitusi

Page 9: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

negara, maka penyusunan konstitusi itulah yang menjadi salah satu kebijakan

pembaharuan utama yang harus diperjuangan sultan bersama rakyat.

2. Memberdayakan sumber daya manusia Brunei dalam mengelola negaranya.

Brunei telah memiliki aset sumber daya manusia yang telah memiliki

intelektual dan rasa nasionalisme yang tinggi. Bahkan, nasionalisme itu

diungkapkan dengan mendirikan sebuah organisasi massa untuk menyalurkan

faham nasionalisme yang sedang pesat berkembang pada waktu itu. Diantara

pemuda yang aktif mempelopori gerakan ini adalah mereka yang pernah belajar di

Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI) atau terkenal dengan Sultan Idris Training

College (SITC). Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI) ini dapat dikatakan selain

sebagai lembaga pendidikan bagi calon guru juga sebagai pusat kebangkitan

masyarakat Melayu. Di Maktab inilah para pelajar bangsa Melayu dan Kalimantan

Utara mulai mengenal isu-isu sosial politik yang sedang dihadapi bangsa Melayu.

Orang Brunei yang pernah belajar di Maktab Perguruan Sultan Idris

(MPSI) adalah Awang Marsal bin Maun dan Dato Paduka Awang basir bin

Awang Mohammad Taha, Awang Mohammad bin Haji Mangol, P.M. Yusuf,

Pengiran Ali binPengiran Haji Mohammad Daud, Awang Othman bin Bidin,

Awang Ali bin Awang Tamin, Awang Mohammad Jamil bin Awang Umar dan

Awang Mohammad Salleh bin Haji Awang Masri atau dikenal H. M. Salleh. Pada

akhir 1946, lulusan guru Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI) dan Persekutuan

Guru-Guru Melayu Brunei (PGGMB) mendirikan Barisan Pemuda (BARIP) yaitu

organisasi nasionalis pertama di Brunei untuk memberdayakan kaum intelektual

demi kemuliaan bangsa dan menyuarakan ide kemerdekaan. Dalam waktu singkat

Page 10: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Barisan Pemuda (BARIP) memiiki cabang di Labuan, Jesselton dan Sabah.

Diantara pemimpin Barisan Pemuda (BARIP) yang penting adalah H.M Salleh,

P.M. Yusuf, Awang Mohammad Jamil bin Awang Umar, Awang Abdullah bin

Awang Jaafar, Awang Zainal Abidin bin Putih, Pengiran Hidup bin Pengiran

Hashim, Jassin Affandi dan Awang Hidup bin Haji Awang Besar yang terkenal

dengan H.B. Hidup. Presiden Barisan Pemuda (BARIP) adalah Awang Abdulah

bin Awang Jaafar. Namun, beliau mengundurkan diri setelah lima bulan

mengetuai dan digantikan oleh H. M. Salleh.

Barisan Pemuda (BARIP) mendapatkan dukungan sultan Ahmad Tajuddin

Akhazul Khairi Waddin. Hal ini ditunjukkan dengan sultan menghadiri setahun

usia Barisan Pemuda (BARIP) tahun 1947. Dalam acara itupun hadir Pengiran

Muda Omar Ali Saifuddin III, Pengiran Pemancha Pengiran Anak Haji

Muhammad Yassin, serta residen Inggris W.J. Peel.

Berkembangnya media massa, dimanfaatkan oleh kaum nasionalis Barisan

Pemuda (BARIP) yaitu salah satunya H. M. Salleh dan P. M. Yusuf. Beliau

menyampaikan ide-ide nasionalisme mereka pada surat kabar ”Melayu Raya” dan

majalah mingguan ”Kenchana” dan ”Hiburan”. P.M. Yusuf pernah menulis

tentang sajak ”Merdeka” yang mengungkapkan kehebatan perasaan kaum elit

Brunei terhadap isu kermerdekaan. Berbagai tulisan opini dan kritikan tajam

terhadap penjajahan dari Awang Ibrahim bin Mohammad Said (Adi Kelana).

Semangat nasionalisme juga muncul dari kaum perempuan. Perempuan

Brunei sepakat membentuk Kesatuan Kaum Ibu Melayu Pelita Brunei (KKIMPB).

Dipimpin oleh seorang wanita keturunan Indonesia, Dayang Rodatan Nasrah

Page 11: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Udana Leila. Kesatuan Kaum Ibu Melayu Pelita Brunei (KKIMPB) lebih banyak

bergerak dalam bidang sosial terutama dalam budaya dan pendidikan. Sehingga,

tahun 1948 Kesatuan Kaum Ibu Melayu Pelita Brunei (KKIMPB) berhasil

mengirimkan guru perempuan Melayu pertama ke Maktab Perguruan Melayu

(perempuan) Durian Daun. Persatuan inipun melibatkan istri-istri pejabat yang

antara lain isteri pengiran Pemancha Pengiran Haji Muhammad Yassin, istrei

Pengiran Kerma Indera Pengiran Muhammad, Pengiran Intan, Dayang Miri,

Dayang Masnah binti Abdullah dan Dayang Asiah binti Awang Abdul Rahman.

3. Jiwa zaman memberikan peluang

Nasionalisme, kemerdekaan dan demokrasi adalah jiwa zaman pada saat

Sultan Omar Ali Saifuddin III berkuasa. Tiga jiwa zaman itu mendapat tempat

dihati masyarakat Brunei terutama para pemuda dan menjadi salah satu saran dan

janji pemerintahan kolonial terhadap Kesultanan Brunei. Kesinergisan tersebut

memantapkan Sultan Omar Ali Saifuddin III melakukan pembaharuan politik

dalam negeri.

D. Proses Pembaharuan Politik Dalam Negeri Kesultanan Brunei Darussalam Masa Pemerintahan Sultan Omar Ali Saifuddin III

Diawal menjabat sebagai Sultan Brunei Darussalam ke-28, Sultan Omar

Ali Saifuddin III, mempertanyakan makna kata-kata “nasihat [Resident British]…

mesti diikut dan dijalankan” yang tercantum dalam perjanjian tahun 1906 kepada

pihak pemerintahan Inggris. Kesimpulan Sultan dari diskusinya dengan Residen

Inggris adalah bahwa Sultan Omar Ali Saifuddin III akan senantiasa menjadikan

kepentingan negara dan rakyat Brunei sebagai patokan dalam menafsirkan

Page 12: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

perjanjian 1906. Menurut penulis, langkah Sultan Omar Ali Saifuddin III tersebut

adalah untuk memahami kembali posisi kerajaan Brunei dan sultan dalam

Perjanjian 1906.

Pada awal 1953, Sultan Omar Ali Saifuddin III mengusulkan pembuatan

Perlembagaan Bertulis (konstitusi) kepada Kerajaan Inggris. Adapun dasar

pemikiran pembuatan konstitusi Brunei adalah akan menjadikannya sebagai asas

dalam pembentukan Kerajaan Brunei. Selain itu, sebagai jembatan dalam

mencapai kemerdekaan Brunei.

Sultan Omar Ali Saifuddin III memantapkan langkah pembuatan konstitusi

tersebut dengan melakukan diskusi dengan Sir Anthony Abell. Sir Anthony Abell

menyambut usulan Sultan Omar Ali Saifuddin III. Hal ini terlihat dari

ungkapannya, ’...that their young sultan is a wise and progressive ruler who is

prepared to give them a lead in their constitution and practical

developments...’(C.O. 1022/396, Sir Anthony Abell to the Secretary of State for

the Colonies, No. 54, 13 May 1953, h.3 [Pusat Sejarah, PS/ A/ BR/ 26/ 91] dikutip

oleh Haji Awang Mohammad Jamil Al-Sufri, 1992: 66). Maka, sultan segera

membentuk badan untuk mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam

penyusunan konstitusi yaitu Jawatankuasa Menyiasat Perlembagaan (JKMP)

yang terdiri dari anggota MMN dan tim yang diketuai oleh Pengiran Maharaja

Lela Pengiran Muda Abdul Kahar bin Pengiran Bendahara Anak Mohammad

Yasin. Anggota badan tersebut adalah Pengiran Haji Muhammad Salleh bin

Pengiran Anak Mohammad (Kadhi Besar Brunei), Pehin Orang Kaya Digadong

Haji Awang Muhammad Yusuf bin Pehin Jawatan Dalam Haji Awang Husain,

Page 13: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Pehin Orangkaya Shahbandar Haji Awang Ahmad bin Muhammad Daud,

Pengiran Muhammad Yusuf bin Pengiran Haji Abdul Rahim (Pengusaha) dan

Awang Haji Abu Bakar bin Awang Jambal. Fungsi jabatan ini adalah meninjau

dan mengumpulkan pendapat rakyat mengenai struktur pemerintahan negeri

Brunei Darussalam. Hal ini dilakukan atas pertimbangan sultan terhadap aspirasi

sebagian kecil rakyat Brunei yang ingin ikut bertanggungjawab dalam struktur

pemerintahan negeri secara berangsur-angsur.

Ketika Jawatankuasa Menyiasat Perlembagaan (JKMP) memasuki

daerah-daerah Brunei, mereka bersama rakyat, ketua-ketua kampung dan

Penghulu, memilih calon anggota (MMPD) yang akan dibentuk oleh sultan.

Tugas Majlis Mesyuarat Penasehat Daerah (MMPD) adalah memberi nasehat

pada kerajaan mengenai permasalahan daerah masing-masing dan sarana

penyaluran pendapat mengenai pelayanan kebutuhan umum. Majelis ini pun

sebagai badan penerangan mengenai hal-hal yang sedang diperbincangkan oleh

kerajaan. Secara tidak langsung majelis ini sebagai sarana latihan bagi rakyat

Brunei agar suatu saat dapat berpartisipasi dalam pemerintahan ketika

kemerdekaan telah tercapai.

Pada akhir tahun 1953, Jawatankuasa Menyiasat Perlembagaan (JKMP)

telah menyelesaikan tugasnya. Belum puas, sultan mengirimkan delegasi dari

Jawatankuasa Menyiasat Perlembagaan (JKMP) untuk melakukan studi banding

konstitusi dengan negeri-negeri di Semenanjung Tanah Melayu. Setelah hasil

studi banding dilaporkan, maka Jawatankuasa Menyiasat Perlembagaan (JKMP)

berubah menjadi Jawatankuasa Penasihat Perlembagaan (JKPP).

Page 14: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Dalam urusan tradisi dan agama, Sultan Omar Ali Saifuddin III

membentuk Majlis Mesyuarat Syari’ah dan sultan sendiri sebagai ketuanya.

Dengan inisiatif Sultan Omar Ali Saifuddin III dan Majlis Mesyuarat Syari’ah,

Jabatan Hal-Ihwal Agama telah dibentuk pada tahun 1954 dan Majlis Agama

Islam pada tahun 1955. Selain itu, Majlis Mesyuarat Syari’ah telah meloloskan

satu undang-undang yang dinamakan Undang-undang Majlis Agama dan

Mahkamah-Mahkamah Kadi, yang mulai dijalankan pada 1 Februari 1956.

Undang-undang pengaturan agama Islam dan adat istiadat Melayu Kelantan

dijadikan asas bagi undang-undang ini dan disesuaikan dengan keadaan Brunei.

Tahun 1954, Sultan Omar Ali Saifuddin III mengumumkan pembentukan

Majlis Mesyuarat Penasehat Daerah (MMPD), yaitu, Majlis Mesyuarat

Penasehat Daerah (MMPD) Brunei/Muara, Temburong, Tutong dan Kuala

Belait/ Seria. Anggota Majlis Mesyuarat Penasehat Daerah (MMPD) ini adalah

pegawai kerajaan dan ditunjuk sultan. Kemudian, mereka akan memilih wakil

diantara mereka dari tiap daerah untuk menjadi pemerhati dalam MMN. Daerah

Temburong dan Tutong masing-masing memilih satu orang wakil, Kuala Belait/

Seria dua orang wakil, sedangkan Brunei/Muara memilih tiga orang wakil.

Adapun salah satu keberhasilan Majlis Mesyuarat Penasehat Daerah

(MMPD) adalah MMN telah menyetujui Enakmen Kerajaan Tempatan (Peraturan

Kerajaan Lokal) tahun 1956. Berdasarkan peraturan tersebut, kerajaan harus

membentuk Majlis Bandaran dan Majlis Tempatan. Kedua majelis tersebut

memiliki kewenangan dalam bidang keuangan dan pemerintahan lokal. Ketua

Majlis Bandaran adalah Asisten Residen dan Ketua Majlis Tempatan adalah

Page 15: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

pegawai-pegawai daerah masing-masing. Namun, selanjutnya fungsi teknis

majelis ini dibekukan.

Sebenarnya pembentukan Majlis Tempatan adalah usulan dari Gubernur

Sarawak yang masa itu menjadi British High Commissioner. Usulannya

diungkapkan dalam laporannya kepada Sekretaris Negara untuk daerah jajahan

(Secretary of State for the Colonies) sebagai berikut:

...Local government bodies provide the best training ground for representatives of the people and it is an important part of the proposals for a new constitution that half the members of the Legislative Council, who will constitute the main body of ’unofficial member’, shall be drawn from members at Local Authorities. At present local government in Brunei is carried on under the Sanitary Boards Enacment of 1920...(C. O. 1030/113, R eport High Commissioner for Brunei to Secretary of State for the Colonies, No. 47, 23 March 1955, h. 4 dikutip oleh Mohammad Jamil Al-Sufri 1992: 67).

Undang-undang itu disahkan pada 9 Februari 1956, namun, tidak dijalankan oleh

sultan. Hal itu karena Sultan Omar Ali Saifuddin III tidak setuju dengan pihak

Inggris yang menghendaki wakil-wakil dalam Majlis Tempatan itu dipilih dari

warga yang dilindungi oleh Inggris.

Baginda merasa heran dengan banyaknya pegawai-pegawai asing yang

menempati institusi-institusi pemerintahan. Sedangkan, idealnya diisi oleh orang

Brunei sendiri. Pada saat itu, masih banyak insitusi-institusi yang kosong yang

layaknya diisi oleh rakyat Brunei. Sehingga, demi masa depan pemerintahan

Brunei yang mandiri, sultan membentuk Lembaga Perjawatan (Lembaga

Ketenagakerjaan) yang bertujuan mengatur pemakaian pegawai-pegawai luar

yang memohon pekerjaan melalui sistem kontrak. Selain itu, sultan juga meminta

Jawatankuasa Dermasiswa (Badan Penyedia Beasiswa) untuk menyusun program

Page 16: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

pengiriman pelajar-pelajar Brunei ke luar negeri untuk mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan yang diperlukan yang sesuai dengan kebutuhan pemerintahan dalam

negeri. Sultan berharap merekalah nanti yang akan mengisi posisi-posisi dalam

struktur pemerintahan.

Pada Maret 1957, sultan menyetujui pengubahan susunan pemerintahan

dalam negeri dengan menambah jumlah anggota tidak resmi MMN sebanyak 10

orang. Anggota tidak resmi dipilih oleh Majelis Daerah yang akan dibentuk.

Sehingga, Brunei akan memiliki lima buah Majlis Perbandaran dan Daerah

sebagai berikut:

1. Majlis Bandaran Brunei: 12 orang dilantik sultan.

2. Majelis Daerah Brunei/ Muara: 32 orang, 16 orang dipilih rakyat.

3. Majelis Daerah Tutong: 6 anggota resmi dipilih rakyat.

4. Majelis Daerah Temburong: 9 anggota tidak resmi dipilih rakyat.

5. Majelis Daerah Kuala Belait/ Seria: 20 anggota, 10 dipilih rakyat.

Masing-masing Majlis Bandaran dan Daerah diatas harus memilih wakil

untuk duduk sebagai anggota tidak resmi MMN. Ketentuannya, Majlis Bandaran

Brunei memilih 2 wakil untuk menjadi anggota tidak resmi MMN, Majelis Daerah

Brunei/ Muara 2 wakil, Tutong 1 wakil, Temburong 1 wakil dan Majelis Kuala

Belait 4 wakil. Sehingga, anggota MMN bertambah jumlahnya dari 13 orang

menjadi 23 orang. Melalui sistem seperti ini Majelis Daerah memiliki peluang dan

tanggung jawab yang besar dalam menjalankan pemerintahan.

Dalam hal penyusunan dan pengubahan susunan Majelis Daerah dan

MMN, Partai Rakyat Brunei (selanjutnya disingkat PRB) menolak keras sistem

Page 17: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

pemilihan bertingkat dalam Majelis Mensyuarat Negeri. Menurut PRB pemilihan

harus dilakukan secara langsung dan rahasia. Bahkan, PRB mengusulkan untuk

membentuk Suruhanjaya Bebas (Badan Independen) yang anggotanya terdiri dari

50% dari PRB, 50% dari pihak kerajaan. Dari titik inilah perselisihan pendapat

antara sultan dan PRB bermula.

Pada bulan April 1957, kerajaan telah mengubah susunan keanggotaan

MMN yaitu empat orang anggota ex-officio, lima orang anggota resmi dan

sembilan orang anggota unofficials (tidak resmi). Anggota ex-officio adalah Duli

Pengiran Bendahara, Duli Pengiran Pemancha, Residen British dan Pegawai

Keuangan Negeri. Anggota resmi yaitu, Pehin Datu Perdana Menteri, Pengiran

Mohammad Yusuf (Pegawai Penerangan), Kadhi Besar, Penasehat Undang-

undang dan Pehin Orang Kaya Syahbandar Haji Awang Ahmad bin Mohammad

Daud. Anggota tidak resmi adalah R.E. Hales (Wakil Syarikat Minyak Shell),

George Newn Ah Foot (Wakil kaum Cina), Pehin Orang Kaya Laksamana Haji

Awang Mohammad Taha bin Pehin Orangkaya Ratna Diraja Haji Awang Husain,

Pehin Jawatan Dalam Haji Awang Mohammad Noor bin Pehin Orangkaya

Laksamana Haji Awang Abdul Razak, Pengiran Ali bin Pengiran Mohammad

Daud, Awang Marsal bin Maun (Pengelola Pelajaran Melayu), Pengiran Ahmad

bin Pengiran Luba (Pegawai Daerah Tutong), Pengiran Abu Bakar Ibni (Alm.)

Pengiran Pemancha Pengiran Anak Muhammad Salleh (Pegawai Daerah

Temburong) dan Pengiran Abu Bakar bin Pengiran Omar Ali (Pegawai Daerah

Kuala Belait).

Page 18: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Ada hal menarik dalam anggota Majlis Mesyuarat Negeri khususnya

anggota resmi yaitu Pehin Orangkaya Shahbandar Awang Haji Ahmad bin

Mohammad Daud. Beliau adalah ayah dari Haji Zaini Haji Ahmad seorang ketua

Departemen Organisasi dalam PRB. Pehin Jawatan Dalam Haji Awang

Muhammad Noor bin Pehin Orangkaya Laksamana Haji Awang Mohammad

Razak. Beliau adalah kakak dari Hafidz Laksamana, Bendahara PRB. Dari kasus

ini banyak pihak menyangka sebagai langkah politik sultan menjegal aktivis-

aktivis PRB melalui keluarganya. Namun, dibantah oleh Haji Zaini Haji Ahmad

sendiri yaitu, sultan menunjuk mereka karena tenaga dan pikiran mereka sangat

diperlukan pihak kerajaan dalam posisi tersebut.

Perundingan penyusunan Konstitusi atau Perlembagaan Bertulis Negeri

Brunei (PBNB) 1959 antara pemerintahan Brunei dengan pemerintahan Inggris

berlangsung di London mulai 30 September 1957. Dalam perundingan tersebut

didiskusikan perihal Melayu Islam Beraja (MIB) sebagai dasar negara Brunei.

Sultan Omar Ali Saifuddin III juga menuntut pelantikan Menteri Besar (Perdana

Menteri) sebagai pengganti Residen Inggris dan diumumkan setelah 6 bulan masa

pelaksanaan Perlembagaan Bertulis Negeri Brunei (PBNB) 1959 sebagai simbol

kemerdekaan. Adapun isu lain yang diangkat dalam perundingan tersebut adalah

isu kerakyatan, isu kewarganegaraan Brunei, syarat pemilih dalam pemilu untuk

anggota Majelis Daerah.

Seiring dengan perundingan rancangan konstitusi tersebut, PRB

mengajukan memorandum konstitusional kepada Residen Inggris di Brunei. PRB

pun telah bertemu dengan pejabat pemerintahan kolonial untuk menyampaikan

Page 19: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

tuntutan PRB yaitu pemilu, sistem pemerintahan berkabinet dan penyatuan Sabah,

Sarawak dan Brunei dalam negara Federasi Kalimantan Utara. Namun,

memorandum konstitusional yang diajukan ditolak dengan alasan bahwa

seharusnya PRB membicarakan pengajuan memorandum konstitusional tersebut

dengan Sultan Omar Ali Saifuddin III terlebih dulu.

Ketika memorandum konstitusional ditolak, PRB terpaksa mengajukan

satu petisi. Petisi itu mengandung penolakan PRB terhadap bab-bab dalam

rancangan konstitusi pemerintah Kerajaan Brunei yang dinilai tidak demokratik.

Diantara bab yang dianggap PRB tidak demokratik adalah hak sultan melantik

dan memecat semua anggota Majlis Mesyuarat Kerajaan, sesuai dengan

kehendak sultan. Selain itu, PRB menolak kalimat dalam konstitusi “…and agrees

to accept the advice of the High Commissioner,” karena dianggap sangat

membatasi partisipasi politik rakyat. Ketikapun rakyat diberi hak memilih, itupun

dalam pemilihan umum tingkat daerah saja.

Dalam perundingan konsitusi tersebut, terdapat pula perbedaan pendapat

antara Sir Anthony Abell dengan Mr. D. C. White mengenai keberlanjutan

penguasaan Inggris atas Brunei setelah Brunei merdeka. Perselisihan itu diakui

oleh pegawai tinggi Inggris di White Hall, London:

…Sir Anthony Abell dan Mr. White berbeda pendapat mengenai perlindungan bagi keselamatan dalam negeri, Sir Anthony Abell berpegang kepada pandangan lama iatu kita mesti mendapat kesemuanya atau tidak langsung. Dia tetap berpegangkuat mengekalkan penguasaan bukan sahaja bagi penempatan pegawai-pegawai ketua polis. Hal ini jika dingati adalah langkah yang terpaksa kami ikuti di Malta, walaupun keadaannya tidak sama. Sebaliknya, Mr. White meragui jika pendirian yang begitu keterlaluan adalah bijak.” (C. O. 1030/ 466, E. Melville’s Minute to the Secretary of State, 1959 dikutip oleh Jamil Al-Sufri, 1992: 77)

Page 20: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Perundingan penyusunan Konstitusi atau Perlembagaan Bertulis Negeri

Brunei (PBNB) 1959 kembali dilanjutkan pada 14 Maret 1959. Kali ini sultan

Omar Ali Saifuddin III didampingi oleh Pengiran Pemancha Pengiran Anak Haji

Mohammad Alam bin Pengiran Bendahara Pengiran Anak Abdul Rahman untuk

berunding dengan Sekretaris Negara Jajahan. Dalam Perundingan ini rombongan

Brunei dibagi menjadi dua komite yaitu Working Committee dan Preliminary

Committee. Anggota Working Commitee terdiri dari semua anggota rombongan

kecuali Sultan Omar Ali Saifuddin III. Tugas Working Committee adalah

membahas dan membuat kesimpulan mengenai usulan yang akan dijadikan isi

dari perlembagaan yang dikemukakan kepada Preliminary Committee, tidak boleh

membuat keputusan final. Anggota Preliminary Committee terdiri dari Sultan

Omar Ali Saifuddin III, Pengiran Pemancha Pengiran Anak Haji Mohammad

Alam, Pehin Datu Perdana Manteri Awang Haji Ibrahim, Mr. Neil Lawson Q. C,

Dato Panglima Bukit Gantang dan semua anggota rombongan. Pihak Kerajaan

Inggris terdiri dari anggota-anggota yang ditentukannya. Tugas Preliminary

Committee ini menentukan keputusan yang disetujui oleh kedua belah pihak dan

point keputusan itu adalah final.

Proses perundingan Perlembagaan Bertulis Negeri Brunei (PBNB) 1959

ini teratur dengan dibentuk dan difungsikannya dua komite tersebut. Musyawarah

Working Committee diadakan pada pagi hari sedangkan Preliminary Committee di

sore hari. Setelah Working Committee memutuskan perkara dipagi hari, maka

hasil keputusan diserahkan kepada Preliminary Committee. Untuk melancarkan

proses perundingan, empat orang pelajar dari Persekutuan Tanah Melayu yang

Page 21: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

sedang menuntut ilmu di London dilantik menjadi penerjemah kertas perundingan

yang telah diputuskan oleh kedua belah pihak.

Dalam perundingan PBNB kali ini, dihasilkan beberapa kesepakatan,

diantaranya:

1. Brunei mempunyai Kerajaan sendiri dan berkuasa dalam negeri sedangkan

nasehat Inggris harus harus diikuti.

2. Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi negara.

3. Agama Islam menjadi agama resmi negara.

4. Pertahanan dalam negeri dikuasai oleh Brunei dan luar negeri dikuasai oleh

Inggris.

5. Urusan luar negeri dikuasai Inggris.

6. Satu Majlis Mesyuarat Negeri (MMN) dibentuk dengan tugas membuat

undang-undang.

7. Membentuk Majlis Mesyuarat Kerajaan (MMK) untuk menasehati sultan,

tetapi sultan tidak harus tunduk pada nasehat majelis itu.

8. Membentuk Majlis Mesyuarat Diraja (MMD) yang bertugas memberi nasehat

kepada sultan terhadap hak pengampunan, melantik orang-orang yang naik

pangkat, penganugerahan gelar, kehormatan-kehormatan dan kebesaran adat

istiadat Melayu.

9. Pejabat utama yang disebut dalam konstitusi itu ialah Menteri Besar (Perdana

Menteri). Menteri Besar bertanggungjawab kepada sultan untuk menjalankan

kekuasaan dalam pemerintahan kerajaan dalam negeri ini. Menteri Besar

Page 22: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

dibantu oleh Sekretaris Kerajaan yang menjalankan tugas-tugas urusan

pemerintah.

10. Undang-undang Kewarganegaraan. Alan Lenox Boyd dalam suatu

perundingan mengusulkan perihal kewarganegaraan. Sultan setuju dengan hal

tersebut dan bersedia untuk menyusun Undang-undang Taraf Kerakyatan

(Undang-undang Kewarganegaraan) dengan syarat mereka yang dinyatakan

menjadi rakyat Brunei harus memberikan ketaatan sepenuhnya untuk Brunei

dan sanggup melepaskan kewarganegaraan asal mereka. Kedua belah pihak

memutuskan usulan tersebut dengan kata sepakat. Neil Lawson Q. C dan Dato

Panglima Bukit Gantang ditugaskan menyusun undang-undang tersebut untuk

dibawa ke persidangan yang telah ditentukan. Keputusan tersebut adalah:

a. Bagi orang yang bukan rakyat Brunei asli yang hendak menjadi rakyat,

disyaratkan harus tinggal di Brunei selama dua puluh lima tahun hingga tiga

puluh tahun dan tidak kurang daripada dua puluh lima tahun berada dalam

Negeri Brunei.

b. Bagi rakyat Brunei asli disyaratkan jika ayahnya dan dirinya dilahirkan

di Brunei, maka dengan sendirinya akan menjadi rakyat Brunei asli.

11. Tentara Inggris berlatih di Brunei. Usulan Alan Lenox Boyd mengenai

pengiriman tentara Inggris berlatih di Brunei pada awalnya tidak disetujui,

tapi setelah mendapat penjelasan dari Alan Lenox Boyd bahwa pengiriman

tentara tersebut untuk menjaga keselamatan Brunei, maka Sultan Omar Ali

Saifuddin III menyetujuinya, itupun jika Brunei dalam keadaan kacau dan

Brunei meminta bantuan tentara Inggris dengan bayaran dari Brunei.

Page 23: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

12. Pasukanan Keamanan. Alan Lenox Boyd juga mengusulkan supaya pasukan

keamanan dibentuk di Brunei dengan anggota terdiri dari orang-orang yang

ditentukan oleh Inggris dan sultan. Sultan Omar Ali Saifuddin III menjadi

ketuanya. Hal ini disetujui kedua belah pihak.

13. Memberikan kedudukan istimewa kepada agama Islam. Perlembagaan ini

menyatakan sebagai berikut:

The religion of Brunei Darussalam shall be the Muslim Religion according to the Shafei Sect of the religion: Provided that all other religion may be practiced in peace and harmony by the person professing them in any part of Brunei Darussalam. The Head of the religion of Brunei Darussalam shall be His Majesty the Sultan and Yang Dipertuan.

Pulang dari London, rombongan sultan pergi ke Paris untuk istirahat.

Selama masa rehat, sultan menanyakan pendapat rombongan mengenai orang

yang layak menjadi Menteri Besar Brunei. Sultan mendapat suatu kesepakatan

bahwa yang layak menjadi Menteri Besar Brunei adalah Yang Berhormat Pehin

Datu Perdana Menteri Awang Haji Ibrahim. Sehingga, sebelum pulang kembali

ke London, sultan melantik terlebih dulu Yang Berhormat Pehin Datu Perdana

Menteri Awang Haji Ibrahim menjadi Menteri Besar. 9 April 1959 rombongan

sultan yang tiba di Brunei disambut secara besar-besaran.

9 April 1959 rombongan sultan yang tiba di Brunei disambut secara besar-

besaran walaupun PRB berencana untuk memboikot penyambutan. Menurut

Intelligence Report ‘Seruan PRB untuk memboikot penyambutan keberangkatan

balik baginda Sultan sama sekali tidak berhasil, diantara orang ramai yang berada

di Padang Besar pada 9 April 1959 termasuk beberapa orang anggota PRB’

(British State Intelligence Report, 1959 dikutip oleh Al-Sufri, 1992: 82). Adapun

Page 24: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

latar belakang pemboikotan tersebut disinggung oleh Akhbar Malaysia yang

mencatat:

…Waktu-waktu yang kebelakangan ini beberapa kesulitan dan ketegangan-ketegangan sesama sendiri baik secara langsung atau tidak langsung telah timbul kerana soal perlembagaan di negeri ini, pihak Kerajaan (telah) mengubah satu perlembagaan baru yang bertulis untuk dijelmakan di negeri ini dan mengharapkan semua rakyat menerimanya… Partai Rakyat Brunei…bersikap membantah (kerana)..perlembagaan baru kerajaan itu seratus persin berbau penjajah…diperdebatkan sesama sendiri hal-hal seperti itu jika berlanjutan hasilnya akan merugikan semata-mata, pucuk pimpinan Partai Rakyat Brunei patut menunjukkan sifat “Sporting Spirit” dalam menghadapi masalah-masalah politik yang akan memberikan kebahagiaan rakyat, kemakmuran dan perkembangan-perkembangan di negeri ini… Berdasarkan pengalaman dan petunjuk-petunjuk yang lalu, kita merasa khawatir perpecahan sesama sendiri –akan mendalam di negeri ini, akhirnya seperti kata pepatah: Arang habis besi binasa- yang menang ialah penjajah…(Budaya Press, 1958: 4 dikutip oleh Al-Sufri, 1992: 82).

Untuk menyempurnakan konstitusi tersebut, Perdana Menteri Awang Haji

Ibrahim telah diperintahkan untuk meminjam seorang anggota dari Kerajaan

Persekutuan Tanah Melayu. Kerajaan Persekutuan Tanah Melayu telah mengirim

Sufian bin Haji Hashim bersama dengan Mr. James Mitchell. Tugas mereka

diantaranya adalah membagi-bagi kekuasaan Residen Inggris kepada Menteri

Besar, Setiausaha Kerajaan (Sekretaris Kerajaan) dan Pegawai Keuangan Negara,

membuat Undang-undang Pemilihan Umum, Undang-undang Kerakyatan dan

tugas-tugas khusus bagi ketua jabatan (menteri) pelajaran, pos, pertanian,

kebajikan (kesejahteraan) masyarakat dan kesehatan.

23 April 1959, Sultan Omar Ali Saifuddin III berangkat ke Kuala Lumpur

merundingkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan oleh Konstitusi atau

Perlembagaan Bertulis Negeri Brunei (PBNB) 1959. Selama tinggal di sana,

Sultan Omar Ali Saifuddin III berunding dengan Timbalan Perdana Menteri

Page 25: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

(Wakil Perdana Menteri) Persekutuan Tanah Melayu, Datuk Abdul Razak bin

Husain mengenai bantuan pinjaman pegawai-pegawai penting untuk menempati

jabatan Setiausaha Kerajaan (Sekretaris Kerajaan), Peguam Negara (Jurubicara

Negara), Pegawai Perhutanan (Menteri Perhutanan), Pegawai Tanah Negara

(Menteri Pertanahan), Jurukur Negara, Pegawai Kesehatan Negara (Menteri

Kesehatan Negara), Pegawai Perjawatan (Menteri Ketenagakerjaan) dan Pegawai

Pelajaran Negara (Menteri Pendidikan Negara). Permohonan Sultan Omar Ali

Saifuddin III dipenuhi, kecuali orang untuk menduduki Setiausaha Kerajaan

(Sekretaris Kerajaan). Sehingga Sultan Omar Ali Saifuddin III harus berunding

pula dengan Perdana Menteri Persekutuan Tanah Melayu, Tengku Abdul Rahman

Putera Al-Haj dan beliau setuju meminjamkan Wan Ahmad bin Wan Omar,

Setiausaha (Sekretaris) yang berasal dari Kedah menjadi Setiausaha (Sekretaris)

Kerajaan Brunei.

29 September 1959 Sultan Omar Ali Saifuddin III menandatangani

Perjanjian Perlembagaan (PP) 1959 dalam satu upacara adat. Penandatanganan

Perjanjian Perlembagaan (PP) 1959 ini diadakan di Lapau Bandar Brunei antara

Kerajaan Brunei dengan Kerajaan Inggris yang diwakili oleh Sir Robert Scoot,

anggota Komisi Umum Inggris bagi Asia Tenggara. Selesai menandatangi

Perjanjian Perlembagaan (PP) 1959 Sultan Omar Ali Saifuddin III

mengumumkan peresmian Konstitusi atau Perlembagaan Bertulis Negeri Brunei

(PBNB) 1959 tersebut. Sultan Omar Ali Saifuddin III berpidato diantaranya:

… Perjanjian yang baharu sahaja ditandatangani oleh Tuan Yang Terutama Sir Robert Scott sebagai wakil Seri Baginda Queen dan Beta sendiri adalah perjanjian yang menamatkan satu zaman pemerintahan terus oleh Kerajaan British di dalam Negeri Brunei Ini. Perjanjian yang baru

Page 26: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

sahaja ditandatangani ini adalah satu keterangan yang nyata bahawa dasar-dasar yang dipegang oleh Kerajaan Seri Baginda Queen hendak menggalakan dan membesarkan kemajuan Perlembagaan dalam tiap-tiap satu jajahan yang termasuk dalam kawalan dan naungan diri Baginda Queen (Dewan Bahasa & Pustaka, 1971: 43-44 dikutip oleh Al-Sufri, 1992: 84)

Setelah pengumuman peresmian Konstitusi 1959, Yang Berhormat Pehin

Datu Perdana Menteri Awang Haji Ibrahim dilantik menjadi Menteri Besar Brunei

dan Wan Ahmad bin Wan Oman Omar menjadi Setiausaha Kerajaan (Sekretaris

Kerajaan). Karena Sultan Omar Ali Saifuddin III memandang jabatan Setiausaha

Kerajaan merupakan jabatan penting dan perlu diduduki oleh rakyat Brunei maka

Sultan Omar Ali Saifuddin III telah mengangkat Awang Marsal bin Maun sebagai

Timbalan Setiausaha (Wakil Sekretaris) Kerajaan.

Berdasarkan ketetapan Undang-undang PBNB 1959, Bab IV pasal 5 (1)

(2), Bab V Pasal 10, 11 (1), 12 (1) dan Bab VI, Pasal 23, 24, 25, dan 26, pada 10

September 1959, Sultan Omar Ali Saifuddin III telah melantik anggota Majlis

Mesyuarat Diraja, Majlis Mesyuarat Kerajaan, Majlis Mesyuarat Negeri.

Pembukaan resmi persidangan Majlis Mesyuarat Negeri pertama diadakan 21

Oktober 1959, Sultan Omar Ali Saifuddin III berpidato diantaranya:

…Pada saat yang bersejarah ini, Beta, bersyukur kehadrat Allah Subhanallahu wa Ta’ala, kerana dengan izin-Nya tuan-tuan semua telah berkumpul pada hari ini untuk mengadakan mesyuarat Majlis Mesyuarat Negeri yang pertama dibawah Perlembagaan baru. Dan Beta tersangat berhutang budi kepada sekalian ahli-ahli yang tidak rasmi sama ada diangkat atau dipilih, yang telah bersetuju untuk berkhidmat di Majlis Mesyuarat ini. Dan Beta yakin bahawa tuan-tuan semua akan menjalankan kewajipan-kewajipan tuan-tuan yang berat ini dengan keadaan yang sebenar dan sesuai menurut semangat dan perkataan perlembagaan…(Dewan Bahasa & Pustaka, 1971: 53 dikutip oleh Al-Sufri, 1992: 85)

Setelah peresmian Majlis Mensyuarat Negeri, semua permasalahan

pemerintahan dan rakyat Kerajaan Brunei dibicarakankan dan diputuskan dalam

Page 27: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

MMN untuk kepentingan rakyat dan negara bukan kepentingan tertentu.

Ketetapan yang disyahkan dalam MMN pada 22 Desember 1960 antara lain:

1. MMN menyetujui supaya Kerajaan Brunei menetapkan pada 29 September

1965 sebagai tahun Kemerdekaan Negeri Brunei dan melakukan persiapan.

2. MMN ini menyetujui supaya Kerajaan Brunei mempersiapkan pengadaan

cadangan gas dari Seria ke Bandar Brunei untuk mengatasi segala

kemungkinan.

3. MMN ini mensyahkan satu badan bebas (independen) yang

bertanggungjawab kepada kerajaan untuk memeriksa hal-hal yang

berhubungan dengan perkembangan Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi

seperti yang dikehendaki dalam konstitusi.

4. MMN mensyahkan supaya tempat pengolahan minyak dari Seria yang ada di

Lutong, harus dipindahkan ke dalam kawasan Negeri Brunei.

Meskipun Konstitusi 1959 telah disyahkan dan mulai dijalankan, PRB

tetap melancarkan penolakan-penolakannya. Diantara penolakannya yaitu Bab 12

(1) yang dalam bahasa Melayu ‘bahawa setiap ahli selain daripada Pemangku

Raja atau Ahli kerana Jawatan (ex-officio) hendaklah menduduki kerusinya di

dalam Majlis Mesyuarat Menteri-menteri ini Cuma selama disukai oleh sultan’

dianggap sebagai salah satu unsur ‘absolute monarchy’. Selain itu, PRB juga

meluncurkan propaganda penolakan berkaitan dengan isi konstitusi mengenai

kewarganegaraan. Menurut Konstitusi 1959, penduduk pribumi yang diakui hanya

Suku Belait, Tutong, Bisaya, Dusun, Murut, Kedayan dan Melayu. Berarti

konstitusi tidak mengakui kaum Dayak sebagai salah satu kaum pribumi. Padahal

Page 28: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

mereka juga telah bertempat tinggal lama di Brunei. Maka, seharusnya Suku

Dayak (Melayu-Iban) harus juga diakui sebagai kaum pribumi Brunei.

Menurut Konstitusi 1959, pemilihan umum harus diadakan dua tahun

setelah peresmiannya. Bahkan sultan menyanggupi untuk mengadakannya kurang

dari dua tahun., tetapi sebelum pemilu diadakan, ada dua masalah yang harus

diselesaikan. Pertama yaitu mengenai pembentukan Panitia Pemilihan Umum.

Kedua, perlunya pengubahan rancangan undang-undang untuk menentukan

kewarganegaraan Brunei.

Panitia Pemilihan Umum baru berhasil dibentuk pada Desember 1961,

yaitu dengan dilantiknya seorang ketua dan tiga orang anggota. Diikuti sebulan

kemudian dengan pengesahan Undang-Undang Taraf Kerakyatan Brunei

(Undang-undang Kewarganegaraan) 1961. Dibawah kekuasaan undang-undang

ini, Brunei mempunyai tiga kategori kerakyatan, yaitu:

(a) menjadi rakyat dengan Pengesahan Mutlak Undang-undang;

(b) menjadi rakyat setelah diberi izin pendaftaran; dan

(c) menjadi rakyat setelah diberi izin pengakuan kewarganegaraan.

Setiap orang Melayu Asli Brunei yang dilahirkan sebelum ataupun setelah

hari yang ditetapkan berhak menjadi rakyat Brunei dibawah kategori pertama.

Bagi pribumi lainnya juga berhak menjadi rakyat Brunei dibawah kategori

pertama itu atas syarat Ibu dan Bapak mereka dilahirkan di Brunei pada atau

sesudah hari yang ditetapkan. Seorang bangsa asing yang telah cukup umur dan

dilahirkan di Brunei sebelum, pada atau sesudah hari yang ditetapkan boleh

menjadi rakyat Brunei dengan mengikuti kategori kedua, tetapi dia harus

Page 29: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang. Bagi seseorang

yang bukan rakyat Brunei, masih boleh menjadi rakyat dibawah kategori ketiga.

Dia hendaklah mengajukan permohonan dan memenuhi syarat-syarat yang

ditetapkan oleh Undang-undang Taraf Kerakyatan Brunei (Undang-undang

Kewarganegaraan) 1961.

Oleh karena proses penyusunan Undang-undang Taraf Kerakyatan Brunei

(Undang-undang Kewarganegaraan) membutuhkan waktu yang lama, maka,

pemilu yang seharusnya dilaksanakan 29 September 1961 terpaksa ditunda.

Kerajaan mengeluarkan pernyataan berhubungan dengan penundaan jadwal

Pemilihan Umum. Menurut Jurubicara Kerajaan, bahwa pengunduran itu bukan

karena Kerajaan Brunei ingin meniadakan pemilihan umum tapi karena

pembentukan panitia pemilihan umum dan penyusunan Undang-undang Taraf

Kerakyatan benar-benar membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, juga

karena kerajaan disibukkan dengan konsep Persekutuan Malaysia yang mulai

menjadi isu penting bagi Brunei.

Wacana penundaan pemilu ini menjadi propaganda penting bagi PRB

untuk menuduh kerajaan tidak jujur dan tidak berniat menepati janji. Sebagai

bentuk kekecewaan atas pernyataan tersebut, PRB mengadakan rapat umum

secara besar-besaran untuk membuktikan kepada kerajaan bahwa tindakan politik

PRB mendapat sokongan kuat dari rakyat. Namun, dipihak lain, PRB, yang

menyadari bahwa aksi-aksi politiknya diluar parlemen yang selama ini gagal

mempengaruhi kebijakan pemerintahan Brunei, punya lebih banyak waktu

Page 30: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

mempersiapkan partai untuk masuk dalam institusi pemerintahan melalui pemilu

pertama di Brunei ini.

Setelah Undang-undang Taraf Kerakyatan Brunei disyahkan tanggal 1

Januari 1961, maka pada 30 Agustus 1962 harus diadakan pemilu di Brunei untuk

memilih wakil yang akan duduk di kursi Majlis Mesyuarat Daerah dan MMN

yang akan dipilih untuk dilantik menjadi anggota Majlis Mesyuarat Kerajaan

(MMK). Persiapan pemilu dimulai pada tanggal 21 Juli 1962 dengan dibukanya

pendaftaran calon peserta pemilu. Pada hari itu, sebanyak 81 orang calon telah

mendaftarkan diri untuk bertanding. PRB mengumumkan sebanyak 55 orang

calon, Brunei National Organisation (BNO) sebanyak 8 orang, Perikatan Brunei

Bersatu (PBB) seorang dan 17 orang calon bebas (independen).

30 Agustus 1962 adalah hari pemilihan umum. Dalam pemilu itu, PRB

memenangkan semua kursi daerah Brunei, Muara, Tutong serta Belait kecuali

daerah Temburong. Calon bebas (independen) dari Kawasan Labu Estate,

Temburong, Awang Metusin bin Ali Akbar berhasil mengalahkan calon dari PRB,

Awang Hidup bin Zakaria. Dengan demikian PRB telah memenangkan 54 kursi

dari 55 kursi yang diperebutkan.

Haji Zaini Haji Ahmad memberikan analisis atas penyebab kekalahan

partai lawan PRB dan calon independen dalam pemilu 30 Agustus 1962.

Kekalahan calon-calon Brunei National Organisation (BNO) dan Perikatan Brunei

Bersatu (PBB) ditangan calon PRB adalah karena mereka menunjukkan sikap pro-

Malaysia dan mempersoalkan cita-cita PRB untuk memerdekakan Brunei pada

tahun 1963, serta menyatukan Sarawak, Brunei dan Sabah dalam bentuk sebuah

Page 31: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

negara kesatuan dengan Sultan Brunei menjadi kepala negara yang berkonstitusi.

Sedangkan, kekalahan calon-calon bebas adalah karena mereka tidak mempunyai

organisasi dan infrastruktur politik yang bisa melancarkan serangan-serangan

terhadap pemimpin dan calon-calon PRB.

Setelah pemilihan umum, musyawarah Majelis Daerah diadakan, para

anggotanya memilih sebanyak 16 orang wakil untuk menjadi anggota Majelis

Musyawarah Negeri disamping 17 orang anggota yang dilantik oleh sultan. 16

orang anggota tersebut adalah dari PRB. Anggota-anggota PRB yang menjadi

anggota Majelis Musyawarah Negeri yang pertama dipilih rakyat adalah sebagai

berikut:

1. Awang Hapidz Laksamana – PRB (Kawasan Daerah Brunei Muara).

2. Pengiran Metussin bin Pg. Haji Lampoh - PRB (Kawasan Brunei Muara).

3. Awang Mahmud bin Mohammad Salleh – PRB (Kawasan Daerah Brunei

Muara).

4. Pengiran Yusuf bin PG. Limbang – PRB (Kawasan Daerah Brunei Muara).

5. Awang Mohammad Yasin bin Awang Abdul Rahman (Jassin Afandi) – PRB

(Kawasan Daerah Brunei Muara).

6. Awang Tengah bin Hasip - PRB (Kawasan Daerah Brunei Muara).

7. Awang Othman bin Abdul Latif - PRB (Kawasan Daerah Brunei Muara).

8. Awang Zaini bin Awang Haji Ahmad - PRB (Kawasan Daerah Brunei Muara).

9. Awang Mohammad Akip bin Imam Ghani - PRB (Kawasan Daerah Tutong).

10. Awang Mohammad Idris bin Imam Said - PRB (Kawasan Daerah Tutong).

11. Awang Abdul Wahab bin OKSN Safar - PRB (Kawasan Daerah Tutong).

Page 32: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

12. Awang Mohammad Delli bin Metassim - PRB (Kawasan DaerahBelait/Seria).

13. Awang Momin bin Ahmad - PRB (Kawasan Daerah Belait/Seria).

14. Awang Ibrahim bin Abdul Ghani - PRB (Kawasan Daerah Belait/Seria).

15. Awang Lamzi bin Idris - PRB (Kawasan Daerah Belait/Seria).

16. Awang Mesir bin Keruddin - PRB (Kawasan Daerah Temburong).

Dari 16 orang diatas, sebanyak 6 orang dilantik Sultan Omar Ali Saifuddin III

menjadi anggota Majelis Musyawarah Kerajaan (Executive Councillors). Mereka

adalah Pengiran Yusuf bin Pengiran Limbang, Awang Mahmud bin Mohammad

Saleh, Awang Hapidz Laksamana, Awang Mohammad Deli bin Mettasim, Awang

Mohammad Akip bin Imam Ghani dan Awang Mesir bin Keruddin.

Anggota Majelis Musyawarah Negeri yang dipilih dalam pemilihan umum

itu direncanakan melakukan sidang pada 5 dan 6 Desember 1962. PRB telah

mengarahkan semua wakilnya dalam majelis untuk mengemukakan beberapa usul

diantaranya mengenai Malaysia, kemerdekaan dan penyatuan Kalimantan Utara.

Usul mengenai Malaysia dikemukakan oleh Wakil Ketua Umum, Awang Hapidz

Laksamana. Usul ini berbunyi:

Bahawa Majelis Mesyuarat Negeri yang bersidang hari ini mengambil keputusan menuntut Kerajaan British membatalkan konsep Malaysia yang dirancangkan akan diwujudkan pada bulan Ogos 1963; kerana tindakan Kerajaan British yang demikian adalah merupakan penganiayaan atas hak asas rakyat dalam menentukan nasib sendiri. (JMN 26/62/111, 1962:--- dikutip oleh Zaini Haji Ahmad, 2004: 83).

Tetapi usul tersebut tidak diterima oleh Ketua Majelis karena urusan tersebut

adalah urusan antara Kerajan British dengan Malaya dan tidak berkaitan dengan

Kerajaan Brunei.

Page 33: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Usul kedua dikemukakan oleh Setiausaha Agung (Sekretaris Umum) PRB,

Awang Mohammad Yassin bin Awang Abdul Rahman (Jassin Affandi). Beliau

menuntut supaya Majlis Mesyuarat Negeri Brunei memberi mandat kepada PRB

untuk membawa isu perjuangan rakyat Brunei ke forum Persatuan Bangsa-Bangsa.

Usul itupun tidak dapat dibawa ke Majlis Mesyuarat Negeri sebab hal tersebut

berkaitan dengan permasalahan luar negeri Brunei yang ketika itu diwakilkan

kepada Kerajaan Inggris untuk mengurusnya secara mutlak menurut Perjanjian

Persahabatan Brunei-Inggris 1959.

Usul PRB yang dapat dikatakan langkah strategis adalah menghalangi

pembentukan Malaysia yang dikemukakan oleh Pengiran Mettusin bin Pengiran

Haji Lampoh. Usul tersebut berbunyi:

Bahawa Majlis Mesyuarat Negeri yang bersidang hari ini mengambil keputusan mendesak Kerajaan British untuk mengembalikan kedaulatan Seri Baginda Maulana Al-Sultan Brunei di seluruh Kalimantan Utara sebagai raja yang berperlembagaan dan berparlimen dalam bentuk Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang bercorak demokrasi seratus peratus dan memberikan kemerdekaan penuh pada TM 1963.” (Zaini Haji Ahmad, 1989: 91 dikutip oleh Zaini Haji Ahmad, 2004: 84).

Usul tersebut juga ditolak secara keseluruhan. Penolakan itu, menurut Jamil Al-

Sufri, karena Ketua Majelis hanya menerima usul yang akan membawa pada

perbaikan Negeri Brunei bukan pada usul yang membawa kekacauan kepada

Negeri Brunei.

Usul lainnya adalah mengenai masalah yang berkaitan dengan penyatuan

dan pengaturan atas penanaman modal dari kelebihan uang simpanan Brunei,

kenaikan gaji polisi, pembentukan gerakan koperasi untuk rakyat, mata pelajaran

yang sesuai dengan perkembangan zaman, pengubahan dasar perburuhan yang

Page 34: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

dapat menjamin masa depan kaum buruh. Ada satu usul yang mendesak Kerajaan

Brunei ‘Supaya mendatangkan Ungku Abdul Azis bin Abdul Hamid dosen

ekonomi di Universitas Malaya’ untuk membuat strategi dan penyelidikan

terhadap kehidupan kaum tani dan nelayan diseluruh negeri serta mengemukakan

solusi-solusi untuk perbaikan taraf hidup mereka.

Bagi PRB berbagai penolakan atas bantahannya terhadap Konstitusi 1959,

baik sebelum maupun sesudah PRB berpartisipasi dalam pemerintahan,

mengakibatkan ketidakpercayaan kader-kader PRB terhadap pemerintah Brunei.

Ketidakpercayaan ini mendorong sayap militer PRB yaitu Tentara Nasional

Kalimantan Utara (TNKU) untuk melancarkan aksi revolusi yang mereka sepakati

tanggal 8 Desember 1962. Namun, aksi ini gagal karena Sultan Omar Ali

Saifuddin III menolak untuk membacakan teks proklamasi kemerdekaan Brunei

yang merupakan bagian dari rangkaian acara aksi revolusi tersebut. Sehingga, aksi

revolusi menjadi seperti aksi kudeta yang membuahkan kecaman banyak pihak.

Pemulihan keamanan dalam negeri Brunei tidak lepas dari peranan

Kerajaan Inggris dalam mengerahkan angkatan bersenjatanya dalam lima

gelombang mulai 8 – 12 Desember 1962. Gelombang pertama, satu Pleton Polisi

Hutan dari Sabah. Pasukan ini banyak memberikan bantuan moral dan material

kepada pasukan tentara Brunei dalam mempertahankan ibukotanya. Gelombang

kedua, pasukan tentara Inggris dari Singapura yaitu Batalion King Edward 1 dan

Gurkha Rifles yang dipimpin oleh Leftenan Kolonel H. G. W. Shakespeare.

Pasukan ini mendarat di Lapangan Terbang Berakas pada 9 Desember 1962

malam. Pada 10 Desember 1962, datang tentara bantuan Batalion Queen’s Own

Page 35: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Highlanders yang dipimpin Leftenan Kolonel W. G. McHardy. Gelombang

ketiga, dari Singapura dikerahkan kapal perusak Cavalier seberat 2.020 ton

bersama dua buah Mine- Sweeper, Chawton dan Finkerton. Gelombang keempat,

dikirim kapal perang komando Albion dan Bulwark. Pada hari yang sama, dikirim

kapal pembawa minyak Gold Ranger, sebuah kapal logistik Woodbridges Haven,

dua kapal Mine-Sweeper, Wilkieston dan Woolaston dan dua kapal pendarat yang

membawa kereta perisai. Gelombang kelima, dari Singapura telah dikirimkan 17

pesawat terbang pengangkut ke lapangan-lapangan terbang Labuan, Brunei dan

Anduki yang membawa perlengkapan perang.

Pemulihan kemananan dalam negeri Brunei seiring dengan pemulihan

kondisi politik dalam negeri. Pemerintahan Brunei melalui Menteri Besar telah

mengeluarkan pernyataan resmi mengenai pembubaran Partai Rakyat Brunei

(PRB) sebagai organisasi politik pada 10 Desember 1963. Pada tanggal yang

sama, sultan juga mengumumkan keadaan darurat diseluruh Negeri Brunei.

Pemberlakuan keadaan darurat ini memberikan kekuasaan kepada sultan

sebagai ketua Dewan Eksekutif untuk membubarkan Majlis Mesyuarat Kerajaan,

Majlis Mesyuarat Negeri dan Majlis Daerah yang dipilih rakyat. Sebagai gantinya

sultan membentuk Majlis Mesyuarat Dharurat yang mempunyai 14 anggota.

Majelis ini diketuai oleh Sultan Omar Ali Saifuddin III dan beranggotakan

mantan anggota Majlis Mesyuarat Negeri yang telah dibubarkan. Sultan juga

melantik Jawatankuasa Kerja Dharurat. Badan ini diketuai oleh Menteri Besar,

Dato Marsal bin Maun dan anggotanya adalah Pesuruhjaya Tinggi British (D. C.

White), Awang Othman bin Bidin, Newn Ah Foot, Pengiran Abu Bakar bin

Page 36: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Pengiran Omar Ali dan W. I. Glass. Jawatankuasa Kerja Dharurat bertugas

mengurusi administrasi, bertanggungjawab memberikan bantuan keuangan

kepada keluarga pelaku pemberontakan yang ditahan dan menyediakan

kemudahan penempatan tentara Inggris.

Hal yang sangat penting bagi pemerintahan darurat Brunei adalah

pembentukan Dewan Kementrian. Dewan Kementrian ini terdiri dari sebelas

anggota yaitu enam anggota ex-officio, High Commissioner dan empat anggota

unofficial. Enam anggota ex-officio yaitu Menteri Besar, Deputy Menteri Besar,

Sekretaris Negara, Pengacara Umum, Pegawai Keuangan Negara dan Penasehat

Agama. Semua anggota ex-officio dan unofficial ini ditunjuk sultan. Sedangkan,

penunjukkan Pengacara umum dan Pegawai Keuangan Negara dilakukan oleh

Sultan bekerjasama dengan Pemerintahan Inggris.

Menteri Besar memiliki kewajiban merealisasikan keputusan Dewan

Kementrian, namun, ia berhak mendelegasikan tugasnya kepada tiga pegawai

senior, Sekretaris Negara, Pengacara umum dan Pegawai Keuangan Negara.

Sekretaris negara mengontrol semua urusan administrasi -Sekretaris Negara

membawahi semua kepala departemen dan empat pegawai daerah. Empat

pegawai daerah membawahi Penghulu dan Ketua Kampung-. Pegawai Keuangan

Negara adalah kepala kementrian keuangan dan Pengacara Umum adalah

penasehat dalam semua urusan kehakiman.

Pemulihan kondisi politik dalam negeri semakin dimantapkan dengan

pengikraran janji ketaatan kembali dari berbagai golongan rakyat Brunei terhadap

Sultan Omar Ali Saifuddin III. Adapun rakyat Brunei yang mengikrarkan

Page 37: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

kembali janji setianya terutama dari kalangan Wazir-wazir, Cheteria-cheteria,

Pehin-pehin Manteri, Penghulu-penghulu dan Ketua-ketua Kampung. Sedangkan,

kalangan Cina mengikrarkan janji ketaatannya kepada sultan dan Negeri pada 19

Desember 1962. Tidak ketinggalan, Partai Perikatan Rakyat Brunei dan Brunei

National Organisation (BNO) berjanji akan bekerjasama dengan pihak kerajaan

memulihkan keamanan dalam negeri.

Awal tahun 1963, pemerintahan Kerajaan Brunei kembali serius

menindaklanjuti usulan Tengku Abdul Rahman Putera Al-Haj, pada bulan Juni

1960, agar Brunei bergabung dalam Persekutuan Malaysia. Keseriusan itu

ditunjukkan dengan kehadiran sultan dan rombongan perwakilan Brunei dalam

perundingan pembentukan Persekutuan Malaysia. Hal ini diberitakan dalam

Pelita Brunei (6 Januari 1963, hal.6) yang dikutip oleh Jamil Al-Sufri (1992: 167)

yaitu,

Perwakilan Brunei ini pergi ke Kuala Lumpur pada 3 Februari 1963. Mereka terdiri daripada Yang Berhormat Pengiran Dato Setia Haji Mohd. Ali (Ketua), Yang Berhormat Mr. Idris Talog Davies, Yang Berhormat Pengiran Dato Setia Haji Mohd. Yusof, Yang Amat Mulia Pengiran Kerma Indera Pengiran Haji Muhammad, Yang Berhormat Haji Awang Mohd. Jamil, dan Dato Paduka Niel Lawsom, Q. C.

Sampai 24 Maret 1963, perundingan belum menghasilkan keputusan

apapun. Hal ini karena sultan tidak setuju jika Brunei harus membayar voluntary

donation sebesar 10 juta ringgit setiap tahun ketika Brunei menjadi bagian dari

Persekutuan Malaysia. Sultan hanya sanggup membayar empat juta ringgit setiap

tahun. Begitupun dengan perundingan bulan Juni, masalah keuangan tetap

menjadi masalah utama bagi Kerajaan Brunei. Ketikapun Tengku Abdul Rahman

Putera Al-Haj mengusulkan supaya istilah voluntary donation diganti menjadi

Page 38: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

pemberian sukarela, jumlah pemberian sukarela yang harus dibayar Brunei

menjadi empat juta ringgit pertahun dan setelah sepuluh tahun dikaji kembali,

sultan tetap menolak dengan alasan pemberian sukarela bermakna ufti yang

berarti Brunei adalah negara dibawah jajahan Persekutuan Malaysia.

Menanggapi sikap sultan, Tengku Abdul Rahman Putera Al-Haj

memberikan tempo 48 jam kepada Brunei untuk memutuskan apakah Brunei akan

masuk dalam Persekutuan Malaysia atau tidak. Tanpa menunggu tempo 48 jam,

sultan dan rombongan kembali ke Brunei. Menurut Wakil Ketua Partai Rakyat

Malaya (PRM), Nadzir Nong, bahwa pemberian tempo 48 jam oleh Tengku

Abdul Rahman Al-Hajj tersebut bersifat memaksa dengan tidak mempedulikan

rakyat Brunei. Namun, dalam pernyataan resmi pemerintah Kerajaan Brunei pada

21 Juni 1963, Sultan Omar Ali Saifuddin III masih memberi kesempatan bagi

Kerajaan Persekutuan Tanah Melayu (KPTM) untuk merundingkan

permasalahan pembentukan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi Brunei

sebelum menjadi bagian Kerajaan Persekutuan Tanah Melayu (KPTM).

Pada 2 Juli 1963, sultan dan rombongan kembali melanjutkan perundingan

pembentukan Persekutuan Malaysia di London. Perundingan kali ini adalah

perundingan terakhir yang mengharuskan adanya keputusan masuk tidaknya

Brunei dalam Persekutuan Malaysia. Sebelum perundingan dibuka, Lee Kuan

Yew mengatakan kepada sultan bahwa Singapura tidak akan bergabung dengan

Persekutuan Malaysia. Begitu juga sultan mengatakan bahwa Brunei tidak akan

bergabung dengan Persekutuan Malaysia. Namun, setelah perundingan hari itu

selesai, Lee Kuan Yew mengatakan kepada sultan bahwa Singapura memutuskan

Page 39: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

bergabung dengan Persekutuan Malaysia dengan syarat Malaysia tidak boleh

mengambil harta Singapura. Sedangkan, sultan tetap pada keputusan bahwa

Brunei tidak akan bergabung dalam Persekutuan Malaysia. Sampai pada beberapa

jam sebelum penandatanganan perjanjian Persekutuan Malaysia, sultan masih

ditawari bergabung dengan Persekutuan Malaysia, namun, sultan tetap pada

keputusannya.

Setelah Persekutuan Malaysia dibentuk tanggal 30 Agustus 1963, Tengku

Abdul Rahman Putera Al-Haj mengirimkan surat kepada Sultan Omar Ali

Saifuddin III bahwa Kerajaan Malaysia akan menarik pegawai-pegawai yang

dipinjamkan kepada Kerajaan Brunei dan pegawai-pegawai kontrak. Sultan setuju

mengembalikan pegawai-pegawai pinjaman yang bekerja dalam instansi-instansi

pemerintahan Brunei, namun, untuk pegawai-pegawai kontrak, dikembalikan

keputusannya pada pegawai kontrak itu sendiri. Mengingat rakyat Brunei masih

terbatas kemampuan dan pengalamannya dalam memegang jabatan dalam struktur

pemerintahan Brunei, maka sultan melakukan perundingan dengan Kerajaan

Inggris untuk mendapatkan pegawai-pegawai pinjaman. Namun, kondisi ini tidak

berlangsung lama, karena sultan memberikan peluang bagi rakyat Brunei yang

lulus dari Perguruan Tinggi untuk menempati posisi dalam struktur pemerintahan

Kerajaan Brunei dengan bimbingan pegawai (Inggris) terlebih dahulu.

Pada bulan April 1967, Kerajaan Inggris akan menarik tentaranya dari

Singapura dan menutup pangkalan dan markas-markas militernya di Malaysia dan

Singapura dalam jangka waktu tiga tahun. Jika rencana ini termasuk penarikan

tentara Inggris dari Brunei maka hal ini tidak sesuai dengan Konstitusi 1959.

Page 40: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Menanggapi hal ini sultan segera menemui Mr. Dennis Healey untuk meminta

Kerajaan Inggris mempertahankan Tentara Inggris dan Pasukan Gurkha Rifles

(PGR) yang ada di Brunei.

Pada 4 Oktober 1967, di Istana Darul Hana Sultan Omar Ali Saifuddin III

mengumumkan bahwa dirinya turun dari tahta Kerajaan Brunei. Tahta Kerajaan

diserahkan kepada putera Sultan Omar Ali Saifuddin III yaitu Pengiran Muda

Hassanal Bolkiah. Dalam pertemuan tersebut hadir Wazir-wazir, Cheteria-

cheteria, Pehin-pehin Manteri termasuk Manteri-manteri Agama, Manteri-

manteri Bertauliah dan Manteri-manteri Pendalaman. Ketika Sultan Omar Ali

Saifuddin III telah turun tahta, beliau tetap berpartisipasi aktif dalam

perundingan-perundingan baik di dalam negeri maupun di London.

C. Respon Partai Politik Terhadap Pembaharuan Politik Dalam Negeri Masa Pemerintahan Haji Omar Ali Saifuddin III

Peristiwa politik demi peristiwa politik yang terjadi di Brunei

mengakibatkan perubahan tertentu pada kehidupan politik Kerajaan Brunei.

Dinamika politik ini dilatarbelakangi cita-cita Kerajaan Brunei untuk hidup dalam

sebuah negara yang memiliki kemerdekaan penuh. Merdeka dalam mengurus

urusan dalam dan luar negeri. Merdeka dalam mengolah sumber daya alam yang

dimilikinya. Merdeka dalam mencerdaskan sumber daya manusianya. Merdeka

dalam menetapkan kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

Adapun arah dinamika politik dalam negeri Brunei Darussalam terdiri dari

dua target. Target jangka pendek yaitu demokratisasi dan target jangka panjang

yaitu kemerdekaan. Dua target ini saling berhubungan. Jika demokratisasi

Page 41: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

berjalan lancar dan sukses, maka Kerajaan Brunei siap menerima kemerdekaan

penuh dari Kerajaan Inggris.

Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat

yang pada saat itu dianggap bentuk sistem pemerintahan modern. Tidak dikatakan

telah terjadi reformasi jika tidak berubah kearah demokrasi atau menjadi negara

demokrasi. Sedangkan, kemerdekaan adalah hak asasi setiap negara.

Kemerdekaan adalah hadiah yang pantas untuk segala bentuk ketundukan Brunei

kepada pemerintahan kolonial Inggris selama kurang lebih 78 tahun.

Perjalanan demokratisasi dalam kesultanan banyak menghadapi kendala,

terutama berasal dari dalam negeri yaitu Partai Rakyat Brunei. Walaupun Brunei

memiliki dua partai yang bersikap lunak yaitu Brunei National Organization

(BNO) dan Perikatan Brunei Bersatu (PBB), namun oposisi Partai Rakyat Brunei

(PRB) sempat mengguncang jalur demokratisasi yang disediakan sultan.

Pertentangan yang kentara antara Partai Rakyat Brunei (PRB) dengan

pemerintahan Brunei disebabkan perbedaan visi dan misi mengenai

ketatanegaraan. Mulai dari isi konstitusi, bentuk negara, struktur pemerintahan

sampai jenis demokrasi yang dijalankan. Lebih dari itu, penentangan Partai

Rakyat Brunei (PRB) semakin sengit tatkala menyadari realita demokrasi yang

dijalankan seperti berikut:

1. Partisipasi politik rakyat semu

Partisipasi politik menurut ilmuwan politik Samuel Huntington dan Joan

M. Nelson adalah kegiatan warga negara swasta yang dimaksudkan untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi politik

Page 42: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

dikatakan otonom jika pelakunya bermaksud mempengaruhi keputusan

pemerintah dengan perilakunya itu. Partisipasi politik dikatakan digerakan, kalau

tindakan itu dilakukan oleh orang lain yang bukan pelakunya yang dimaksudkan

untuk mempengaruhi kebijakan.

Partisipasi politik rakyat Brunei diantaranya memilih dan dipilih menjadi

para anggota Majelis Daerah melalui pemilihan umum yang telah ditetapkan

dalam Konstitusi 1959. Pemilu tersebut sukses dilaksanakan pada 30 Agustus

1962 dengan Partai Rakyat Brunei sebagai pemenang pemilu dengan 54 kursi

yang berhasil diraih. Sedangkan satu kursi diraih oleh calon independen.

Partisipasi politik secara langsung pun tampak dalam badan pemerintah

yaitu Majlis Mesyuarah Negeri. Anggota MMN ini terdiri dari rakyat Brunei baik

dipilih oleh sultan maupun dipilih oleh rakyat melalui pemilu. Dalam MMN inilah

dibicarakan berbagai permasalahan rakyat dan solusinya. Selain sebagai anggota

MMN, partisipasi rakyatpun terlihat dari dijabatnya berbagai posisi tinggi dalam

pemerintahan Kerajaan Brunei oleh seorang penduduk asli Brunei.

Jika dilihat secara kuantitas, maka terjadi peningkatan partisipasi politik.

Namun, jika dilihat secara kualitas maka peningkatan partisipasi politik rakyat

tidak diikuti oleh peningkatan pengaruh partisipan (rakyat) dalam menentukan

arah kebijakan pemerintah. Hal ini karena saran yang tidak dapat ditolak sultan

bukanlah saran dari rakyat tapi saran dari perwakilan Kerajaan Inggris. Sehingga,

PRB menyebut bangunan baru pemerintahan Brunei sebagai sebuah “administrasi

tipe kolonial”. Hal ini berarti bahwa apa yang telah dicapai Brunei adalah “self-

Page 43: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

administration” bukan “self government”. Sebagai bukti bisa kita lihat pada tabel

dibawah ini.

Perbandingan Partisipasi Politik Rakyat Brunei dalam MMN MMN 1906 MMN

sebelum Maret 1957

MMN Maret 1957

MMN April 1957

MMN September 1962

1. Sultan 1 orang

1. Sultan 1 orang

1. Sultan 1 orang

11. exofficio* 4 o orang

11. exofficio 4 orang

2. Vizier* 2 orang

2. Vizier 2 orang

2. Vizier 2 orang

2. Anggota resmi* 5 orang

2. Anggota resmi 5 orang

3. Cheteria* 2 orang

3. Cheteria 2 orang

3. Cheteria 2 orang

3. unofficial* 9 orang

3. unofficial 9 orang

4. Menteri* 3 orang

4. Menteri 3 orang

4. Menteri 3 orang

4. Anggota hasil pemilu daerah 16 orang

5. Residen* 1 orang

5. Residen 1 orang

5. Residen 1 orang

6. Asisten Residen* 1 orang

6. Asisten Residen 1 orang

6. Asisten Residen 1 orang

7. Anggota tidak resmi* 3 orang

7. Anggota tidak resmi 10 orang

Jumlah: 10 orang

Jumlah: 13 orang

Jumlah: 23 orang

Jumlah: 18 orang

Jumlah: 34 orang

Keterangan:

a. Vizier dari kata Wazir yaitu pembantu raja. Ditunjuk dan diangkat oleh

Sultan. Direkrut dari kalangan bangsawan tinggi.

b. Cheteria dari kata Kshatriya. Direkrut dari kalangan bangsawan tinggi dan

bangsawan biasa.

c. Menteri adalah kepala daerah yang direkrut dari non-bangsawan.

Mengimplementasi kebijakan-kebijakan Sultan.

Page 44: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

d. Residen adalah perwakilan Kerajaan Inggris yang mengontrol

pemerintahan dalam negeri Brunei dan mengurusi urusan luar negeri

Kerajaan Brunei.

e. Asisten Residen adalah pembantu Residen.

f. Anggota unofficial/ tidak resmi adalah anggota MMN terdiri dari

perwakilan golongan pengusaha dan para Kepala Daerah.

g. Anggota exofficial: mantan anggota MMN Maret 1957.

h. Anggota resmi adalah anggota baru MMN yang ditunjuk Sultan dan terdiri

dari tokoh-tokoh kerajaan.

2. Demokrasi Permukaan (Facade Democratic)

‘Telah diterima secara luas bahwa tekanan internasional membantu

meyakinkan kebanyakan pemerintahan dunia ketiga yang non-demokratis untuk

mengadakan pemilihan yang kompetitif’ (Huntington 1991; Bratton 1994a;

Pridham 1994; Moore 1995 dikutip oleh Haynes 2000: 129). Faktor kedua yang

mengarah kepada transisi demokrasi adalah tekanan dari masyarakat sipil dalam

negeri.

Brunei telah sukses mengadakan pemilu yang kompetitif, namun, para

wakil rakyat belum bisa menempatkan kepentingan rakyat dalam agenda politik.

Hal ini karena terdapat perbedaan antara ide yang diusung pihak rezim yang

berkuasa (konservatif) dengan para wakil rakyat (modernis), walaupun kedua-

duanya mengatasnamakan kepentingan rakyat.

Konservatif adalah kelompok monarki-aristokratis dengan pandangan

kolot, mencoba mengangkat kepemimpinan nasional melalui sebuah program

Page 45: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

demokrasi yang dipandu oleh kebijakan paternalisitik. Konservatif menginginkan

Brunei bangkit dari tidurnya dibawah Sistem Residen dan menginginkan

pengubahan konstitusi yang bertahap dalam mencapai pemerintahan sendiri tetapi

dikendalikan oleh sultan sebagai pemegang kebijakan satu-satunya. Sehingga

demokrasi yang berjalan adalah demokrasi yang terkendali oleh sultan. Sedangkan

PRB (kaum modernis) menginginkan kepemimpinan nasional melalui program

demokrasi yang mandiri dengan pengubahan konstitusi yang cepat.

Benturan dua kekuatan ini melahirkan Demokrasi Permukaan (Façade

Democratic). Tampak luarnya memang demokrasi tetapi sama sekali tidak

memiliki substansi demokrasi. Demokrasi semacam ini dianggap umum di dunia

ketiga. Banyak rezim memiliki kepercayaan demokratis yang tipis dengan kuat

didorong oleh pihak Barat untuk meneruskan sistem politik mereka sebagai

benteng menghadapi komunisme. ‘Akibatnya adalah terdapat aliansi antara pelaku

kelas dalam negeri dengan pelaku internasional yang mendukung suatu bentuk

demokrasi di dunia ketiga yang terbatas’ (Gills dkk 1993 dikutip oleh Haynes

2000:141). Hasilnya, demokratisasi hanya polesan yang jika tidak demikian

seakan-akan tidak ada reformasi. Kekuasaan tetap berada ditangan yang sama

seperti sebelumnya. Siasat ini digunakan pemerintah-pemerintah negara barat

sebagai kekuatan eksternal sehingga dapat terus mendikte dan mengendalikan

proses perubahan politik di dunia ketiga demi tujuan mereka sendiri yang

dikaitkan dengan berlanjutnya kendali ekonomi. Fakta lain adalah pemerintah

barat mempunyai dua tujuan di dunia ketiga: mereka ingin melihat perkembangan

demokrasi sedikit banyak sebagai sesuatu abstrak yang ‘bagus’, dihubungkan

Page 46: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

dengan melekatnya pemerintah yang ’bagus’, sebaliknya, mereka pun lebih

menyukai pemerintahan non demokratis dengan beberapa keadaan tertentu.

Demokrasi permukaan yang penuh dengan manipulasi negara-negara barat

yang secara langsung mengubah cara pandang masyarakat Brunei khususnya dan

masyarakat dunia ketiga umumnya bahwa sistem demokrasi itu modern

sedangkan selain sistem demokrasi, termasuk sistem pemerintahan monarki,

adalah kuno. Namun, masalah cabangnya adalah, jika demokrasi modern tersebut

benar-benar terealisasi dalam kehidupan pemerintahan dalam negeri maka

keluarga penguasa tradisional akan tersingkir sedikit demi sedikit. Sehingga,

sistem pemerintahan demokrasi tidak akan pernah diusahakan benar-benar hidup,

apalagi tumbuh, dalam sistem pemerintahan monarki. Hal ini karena secara

prinsip sistem demokrasi dengan sistem monarki sangat bertentangan.

Realita diatas melahirkan kesadaran dalam tubuh Partai Rakyat Brunei

(PRB) bahwa demokratisasi sistem pemerintahan Brunei dan unsur-unsur

kemodernan didalam institusi Kesultanan bukan berarti mengancam hak sultan

secara turun temurun. Sehingga “Safeguard the position of the sultan and his

heirs” menjadi salah satu Manifesto PRB. Manifesto ini memberikan pilihan

mengalah bagi PRB mulai dari pembentukannya sampai pelarangannya sebagai

organisasi politik. PRB harus mengubah undang-undang organisasinya dalam hal

cakupan aktivitas politiknya sebagai syarat diizinkannya PRB sebagai partai

politik. Usulan PRB baik memorandum konstitusional maupun petisi kepada

pemerintahan kolonial Inggris maupun pemerintahan Kerajaan Brunei harus

disimpan demi Konstitusi 1959 yang oleh PRB sendiri dinilai tidak demokratis.

Page 47: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

PRB pun masih harus mengalah ketika usulan beberapa anggota yang duduk

sebagai Majelis Musyawarah Negeri (MMN) ditolak karena menurut Jamil Al-

Sufri tidak akan membawa kebaikan bagi rakyat Brunei. Semakin jelas kekalahan

bagi PRB ketika pemerintahan Brunei ‘…pada dasarnya…’ (Al-Sufri, 1992:162)

tertarik pada usulan Persukutuan Melayu.

Akumulasi kemarahan atas kekalahan PRB memberikan rasa tidak percaya

kepada jalan kompromi dengan pemerintah Kerajaan Brunei, dikalangan tokoh

Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Bagi PRB, tidak ada demokrasi

berarti tak ada pilihan lain kecuali revolusi. Sehingga pada tanggal 4 Desember

1962, Panitia Persiapan Perang Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU)

menetapkan tanggal pemberontakan yaitu 8 Desember 1962.

Keberadaan Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) beserta

persiapan perangnya sebenarnya sudah tercium sejak awal. Hal itu dengan

diketahui adanya latihan rahasia bercorak tentara, penyelundupan senjata-senjata

dan peluru yang terdengar di Lawas, Limbang, Miri, Serikei dan Sarawak.

Didapatkan pula berita bahwa sampan-sampan Indonesia didapati di daerah pesisir

pantai di sebelah divisi tiga dan helikopter telah mendarat disana. Pihak

pemerintahan memperoleh bukti yang menggambarkan adanya kegiatan tentara di

Sarawak. Di Serikei, polisi menangkap beberapa orang yang terlibat dalam

aktivitas-aktivitas yang dilarang. Pada awal Desember mereka telah berhasil

menemukan dua kemah tempat latihan tentara dan tiga puluh lima helai pakaian

hijau bertanda Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) dan beberapa

dokumen mengenai pergerakan terlarang pasukan bersenjata. Lebih dari itu,

Page 48: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

tanggal pemberontakan yang ditetapkan pun sudah diketahui terlebih dahulu oleh

Mr. Richard Morris pada 6 Desember 1962.

Pemberontakan dilancarkan pada tanggal 8 Desember 1962 mulai jam dua

pagi. Menurut aturan, proklamasi harus berlangsung di hadapan mesjid Omar Ali

Saifuddin, Bandar Brunei. Peresmian dilakukan oleh Sultan Omar Ali Saifuddin

Sa’adul Khairi Waddin sebagai Seri Mahkota Negara, pada jam 08.00 pagi, 8

Desember 1962, yakni enam jam setelah pemberontakan. Menurut rencana, sultan

akan dijemput oleh Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) ke pekarangan

mesjid. Timbalan Perdana Menteri (Wakil Perdana Menteri), Jassin Affandi dan

Menteri Buruh, Awang Hafidz Laksamana, diutus untuk mempersembahkan teks

proklamasi kepada Sri Mahkota Negara. Selesai upacara proklamasi dibacakan

kepada umum, rencananya Sri Mahkota Negara dan semua anggota Kabinet

Negara Kesatuan Kalimantan Utara (NKKU) akan mundur ke perbatasan.

Sementara Syeik Othman bin Sheikh Mahmud yang bertanggungjawab bertahan

di Bandar Brunei akan pindah markas ke Serdang, sebuah kampung nelayan kira-

kira enam kilometer di Kuala Sungai Brunei. Strategi ini disusun setelah

mempertimbangkan serangan balasan yang mungkin diambil oleh pihak kolonial

Inggris terhadap Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) dan PRB.

Aksi penguasaan beberapa kota dan institusi penting berjalan sesuai

rencana. Namun, rencana pembacaan teks proklamasi oleh Sultan Omar Ali

Saifuddin III tidak berjalan. Hal ini karena adanya aksi yang dijalankan oleh tokoh

PRB yang tidak mengetahui apapun. Selain itu, ketika Sultan Omar Ali Saifuddin

III dijemput pihak PRB untuk membacakan teks proklamasi, sultan menolak.

Page 49: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Maka, ketika teks proklamasi tidak berhasil dibacakan sultan, revolusi dianggap

gagal. Bahkan, revolusi yang tadinya ingin “Safeguard the position of the sultan

and his heirs” malah seperti pemberontakan ingin merebut kekuasaan sultan

seperti yang diberitakan beberapa media massa dan dikemukakan oleh sultan,

…Beta sangat berdukacita di atas kejadian-kejadian rusuhan yang telah berlaku semalam, iatu 8 Desember 1962, … di dalam rusuhan ini beberapa orang telah tertembak mati dan beberapa orang lagi telah ditahan oleh Polis … tujuan tentera ini bukanlah lain daripada merampas Kerajaan Beta. Ini adalah perbuatan yang bukan sahaja di tegah oleh undang-undang tetapi juga dikutuk oleh Tuhan. … Oleh yang demikian bahawa Kerajaan terpaksa bertindak dengan sekeras-kerasnya bagi memusnahkan perbuatan untuk keselamatan rakyat seluruhnya. Dan orang-orang menganjurkan perbuatan ini, maka terpaksalah Kerajaan akan menghukum dengan seberat-beratnya mengikut undang-undang. Penganjur-penganjur ini telah membuat dakyah yang palsu dan dusta dengan mengatakan bahawa tentera ini mendapat sokongan dari Beta. Ini adalah semata-mata palsu belaka. Sebagaimana Beta dipercaya. Mereka ialah merampas kuasa bagi pihak Kerajaan dan bersimpati dengan perbuatan-perbuatan yang sangat-sangat tidak diingini…(Dewan Bahasa & Pustaka, 1971: 147-148 dikutip oleh Al-Sufri, 1992: 115-116).

Pemberontakan PRB berhasil ditumpas dengan bantuan tentara Inggris.

Selain itu, pasukan bantuan datang dari Sabah diketuai ASP Dato Haji

Mohammad Yusof bin Habib Muhammad. Tengku Haji Abdul Rahman pun

menawarkan bantuan pasukan kepada Sultan Omar Ali Saifuddin III tapi dengan

syarat Brunei mau bergabung dengan Persekutuan Malaysia. Penumpasan

pemberontakan diakhiri dengan penumpasan PRB sebagai organisasi politik

melalui pernyataan resmi Menteri besar pada 10 desember 1962.

Banyak pihak menyayangkan pemberontakan tersebut. Bagaimanapun

pemberontakan tersebut terjadi ditengah perjuangan PRB yang sedang memuncak.

Tapi, harus kandas oleh pemikiran pendek yang dilandasi kemarahan sebagian

tokoh PRB dari kalangan Panitia Persiapan Perang Tentara Nasional Kalimantan

Page 50: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

Utara (TNKU). Awang Mettasim bin Haji Jibah (1988: 18) yang dikutip oleh Al-

Sufri (1992: 93) menyatakan:

…Penderhakaan ( dilakukan oleh PRB) pada 8 bulan Desember 1962 itu bukan sahaja telah menghancurkan kewibawaan kepemimpinan partai tersebut untuk mendapatkan kemerdekaan secara berperlembagaan tetapi juga membunuh tunas demokrasi (yang disytiharkan oleh Baginda SOAS III dalam tahun 1950an) tahun 1960an itu…

Selama beratus-ratus tahun Islam memberikan dasar yang kuat bagi rakyat

untuk taat kepada ‘Amir atau sultan. Islam juga memberikan aturan bahwa untuk

hal-hal yang telah jelas diatur oleh Syariat Islam, maka pendapat apapun termasuk

pendapat sultan harus terikat dengan aturan dari Allah. Permasalahan yang

membutuhkan keahlian, penyelesaiannya diselesaikan kepada para ahli.

Musyawarah mufakat akan dilaksanakan dalam permasalahan yang tidak dirinci

oleh Syariat Islam dan pada dasarnya mampu dipikirkan oleh manusia karena

berkaitan dengan kemaslahatan umum. Sedangkan, demokrasi mengandung

empat prinsip kebebasan (liberlisme) yang salah satunya adalah kebebasan

berpendapat. Artinya, baik sultan maupun PRB bahkan rakyat dijamin untuk

dapat berpendapat tentang apapun dan harus dihargai pendapatnya. Masalah yang

muncul adalah terusiknya jiwa patriarki sultan dan pejabat Kerajaan. Karena,

dalan sistem Kerajaan, perubahan apapun harus muncul dari atas. Keputusan

politik apapun harus atas persetujuan sultan. Maka, kekacauan proses demokrasi

tidak bisa dielakkan.

Kekacauan yang berakhir pada stagnasi demokrasi dipicu oleh

ketidakpercayaan salah satu pihak terhadap proses demokrasi semu yang sedang

berlangsung. Bentuk ketidakpercayaan itu diungkapkan dengan revolusi. Namun,

Page 51: BAB IV SULTAN OMAR ALI SAIFUDDIN 1950-1967 A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf · ... Brunei telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia ... dengan

karena revolusi ini diwarnai ketidaksiapan dan ketidakmatangan strategi maka

aksi revolusi berubah seperti aksi kudeta terhadap sultan. Kondisi ini memberikan

legitimasi bagi sultan untuk mengembalikan jalur dinamika politik dalam negeri

Brunei pada jalur sebelum demokratisasi. Jalur sebelum demokrasi adalah

Monarki yang memiliki penguasa yang lebih berkuasa yaitu pemerintahan

kolonial Inggris.

Sesungguhnya berbagai pembaharuan politik dalam negeri Brunei masa

pemerintahan Sultan Omar Ali Saifuddin III memberikan dampak positif kepada

rakyat Brunei baik ketika pembaharuan itu sedang berlangsung maupun telah

berakhir. Setidaknya, sultan pernah memberikan kesempatan kepada rakyat untuk

merasakan suasana demokrasi. Sultanpun pernah memberikan kesempatan kepada

organisasi politik untuk ikut memikirkan rancangan masa depan yang lebih baik

bagi rakyat dan Kerajaan Brunei dalam kerangka demokrasi. Maka, pengalaman

itu dapat dijadikan pelajaran bagi pemerintah kerajaan, rakyat dan organisasi

politik Brunei dalam memilih sistem kehidupan yang mampu menjadi landasan

pembangunan Kerajaan Brunei menjadi lebih baik.