bab iv deka ashari

16
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Jalannya Penelitian Penelitian ini diawali dengan pengurusan surat izin ke instansi Pendidikan, peneliti kemudian melanjutkan permohonan izin ke kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T), setelah itu ke Badan Kesehatan dan perlindungan Masyarakat Kota Bengkulu yang kemudian diteruskan ke Pesantren Pancasilauntuk mendapatkan surat rekomendasi sebagai tempat dilakukannya penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Juli sampai dengan 10 Agustus 2014.Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada siswi kelas I dan II Pondok Pesantren Pancasila.Sampel dalam penelitian sebanyak 95orang dan teknik pengambilan sampel secara total sampling. Setelah 24

Upload: yonokomputercom

Post on 02-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

fffd

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Deka Ashari

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Jalannya Penelitian

Penelitian ini diawali dengan pengurusan surat izin ke instansi

Pendidikan, peneliti kemudian melanjutkan permohonan izin ke kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T), setelah itu ke Badan Kesehatan dan

perlindungan Masyarakat Kota Bengkulu yang kemudian diteruskan ke

Pesantren Pancasilauntuk mendapatkan surat rekomendasi sebagai tempat

dilakukannya penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Juli sampai dengan 10 Agustus

2014.Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan data

primer dengan menyebarkan kuesioner kepada siswi kelas I dan II Pondok

Pesantren Pancasila.Sampel dalam penelitian sebanyak 95orang dan teknik

pengambilan sampel secara total sampling. Setelah kuesioner diisi, dilakukan

editing data untuk memastikan bahwa data yang diperoleh benar-benar sesuai,

selanjutnya dilakukan rekapituasi data kemudian dianalisa menggunakan

Analisis Univariat yaitu untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-

masing variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat danAnalisis

Bivariat yaitu untuk menguji hipotesis antara variabel independent dengan

variabel dependent.

24

Page 2: BAB IV Deka Ashari

25

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

1) Distribusi frekuensi kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu

Distribusi frekuensi kejadian keputihan pada remaja putri di

Pesantren Pancasila Kota Bengkulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.Distribusi frekuensi kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu

No Keputihan Frekuensi Persentase (%)

1

2

Ya

Tidak

62

33

65,3

34,7

Jumlah 95 100,0

Dari tabel di atas tampak bahwa dari 95 orang remaja putri di

Pesantren Pancasila Kota Bengkulu terdapat 62 orang (65,3%) yang

mengalami keputihan dan 33 orang (34,7%) yang tidak mengalami

keputihan.

2) Distribusi frekuensipenggunaan sabun antiseptik pada remaja putri di

Pesantren Pancasila Kota Bengkulu

Distribusi frekuensi penggunaan sabun antiseptik pada remaja putri

di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Page 3: BAB IV Deka Ashari

26

Tabel 3.Distribusi frekuensi penggunaan sabun antiseptik pada remaja putri

di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu

No Penggunaan Sabun Antiseptik Frekuensi Persentase (%)

1

2

Ya

Tidak

40

55

42,1

57,9

Jumlah 95 100,0

Dari tabel di atas tampak bahwa dari 95 orang remaja putri di

Pesantren Pancasila Kota Bengkulu terdapat 40 orang (42,1%) yang

menggunakan sabun antiseptik dan 55 orang (57,9%) yang tidak

menggunakan sabun antiseptik.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan penggunaan

sabun antiseptikdengan kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu seperti terlihat sebagai berikut.

Tabel 4.Hubungan penggunaan sabun antiseptik dengan kejadian keputihan pada

remaja putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu

Penggunaan Sabun

Antiseptik

Kejadian Keputihan

Totalχ2 p C OR

Ya Tidak n %

f % f %

Tidak 47 85,5 814,5

55 100

21,423 0,000 0,445 9,792Ya 15 37,5 25 62,5 40 100

Jumlah 62 33 95

Dari tabel di atas terlihat tabulasi silang antara penggunaan sabun

antiseptik dengan kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu. Ternyata dari 55 orang yang tidak menggunakan

Page 4: BAB IV Deka Ashari

27

sabun antiseptik terdapat 47 orang (85,5%) yang mengalami keputihan dan

8 orang (14,5%) yang tidak mengalami keputihan, dari 40 orang yang

menggunakan sabun antiseptik terdapat 15 orang (37,5%) yang mengalami

keputihan dan 25 orang (62,5%) yang tidak mengalami keputihan. Karena

seluruh sel frekuensi ekspektasi nilainya > 5, maka digunakan uji

Continuity Correction.

Hasil uji Continuity Correctiondiperoleh nilai χ2 = 21,423 dengan p

= 0,000 < α (0,05), jadi signifikan, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya ada hubungan antara penggunaan sabun antiseptik dengan kejadian

keputihan pada remaja putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.

Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C=0,445 dengan p

(Approx.Sig.)=0,000< α = 0,05 berarti signifikan. Nilai C tersebut

dibandingkan dengan nilai Cmax=√ m−1m

=√ 2−12

=√ 12 = 0,707, dimana m

adalah nilai terkecil dari baris atau kolom. Karena nilai C=0,445 tidak

terlalu jauh dengan nilai Cmax=0,707 maka kategori hubungan sedang.

Berdasarkan hasil uji Risk Estimate diperoleh nilai Odds Ratio (OR)

sebesar 9,792, yang berarti bahwa remaja putri yang tidak menggunakan

sabun antiseptik lebih berisiko untuk mengalami keputihan sebesar 9,792

kali lipat jika dibandingkan dengan remaja putri yang menggunakan sabun

antiseptik.

Page 5: BAB IV Deka Ashari

28

B. Pembahasan

1. Gambaran kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren Pancasila

Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 95 orang remaja

putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu terdapat 62 orang (65,3%) yang

mengalami keputihan dan 33 orang (34,7%) yang tidak mengalami keputihan.

Hal ini berarti bahwa sebagian besar remaja putri di Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu mengalami keputihan.

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau

fluoralbus, yaitu keluarnya cairan dari vagina. Keputihan merupakan infeksi

jamur kandida pada genetalia perempuan dan disebabkan oleh organisme

seperti ragi yaitu candida albicans Dalam keadaan normal, vagina

memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna,

jumlahnya tak berlebihan dan tidak disertai gatal. Keputihan merupakan

keluhan yang paling sering ditemukan pada perempuan. Keputihan dapat

terjadi padakeadaan yang normal (fisiologis), namun dapat juga merupakan

gejala dari suatu kelainan yang harus diobati (patologis)(Clayton, 2008).

Menurut Maria (2002), perempuan sering terkena jamur, terutama pada

kasus keputihan. Maria menyatakan bahwa lebih dari 70% perempuan

Indonesia mengalami penyakit keputihan. keputihan lebih banyak keluar ketika

perempuan ada pada siklus ovulasi menjelang menstruasi. Pada masa itu terjadi

peningkatan hormon estrogen. Halini juga menyebabkan peningkatan jumlah

Page 6: BAB IV Deka Ashari

29

lendir pada vagina. Pencegahan terhadap keputihan yang paling utama adalah

menjaga personal hygiene terutama daerah vagina.

Menurut Army (2007), hal yang dapat dilakukan dalam mencegah

keputihan antara lain menjaga kebersihan daerah vagina. Mencuci bagian vulva

(bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering harus dilakukan

untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur. Remaja juga sebaiknya

menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi

pada vagina.

2. Gambaran penggunaan sabun antiseptik pada remaja putri di Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 95 orang remaja

putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu terdapat 55 orang (57,9%) yang

tidak menggunakan sabun antiseptik dan 40 orang (42,1%) yang menggunakan

sabun antiseptik.

Efek antibakteri dan antimikotik sabun ekstrak sirih merah diperkirakan

berasal dari kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan minyak atsiri.

Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa

kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran

sel bakteri. Alkaloid juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri, dengan

cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel

bakteri.Sedangkan tannin bekerja sebagai antibakteri dengan efeknya sebagai

astringent sehingga dapat menginduksi pembentukan kompleks antara tanin

Page 7: BAB IV Deka Ashari

30

dengan substrat mikroba. Saponin merupakan salah satu kandungan dalam

ekstrak sirih merah yang memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur.

Piper crocatum extract atau ekstrak daun sirih merah adalah salah satu

bahan tradisional yang telah lama dimanfaatkan secara empiris untuk

mengobati berbagai penyakit antara lain diabetes melitus, hemorrhoid,

inflamasi, kanker, peningkatan kadar asam urat, hipertensi, hepatitis dan

gastritis. Daun sirih merah mempunyai daya antiseptik dua kali lebih tinggi

dari daun sirih hijau. Kandungan kimia dalam ekstrak sirih merah antara lain

adalah minyak atsiri, hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, alilprokatekol,

karvakrol, eugenol, p-cymene, cineole, cariofelen, kadimenestragol,terpen dan

fenilpro pada. Karvakrol bersifat desinfektan dan anti jamur sehingga

digunakan sebagai obat antiseptik untuk bau mulut dan keputihan.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui khasiat antiseptik

dan anti bakteri sirih merah. enelitian yang dilakukan oleh Safihtri dan Fahma

menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid,

tannin dan minyak atsiri.Alkaloid inilah yang terutama bersifatsebagai

antimikroba dalam penelitiannya membuktikan bahwa ekstrak sirih merah

memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericiacoli.

Hingga saat ini belum diketahui efek antiseptik sabun ekstrak sirih merah

secara klinik terhadap Candida sp. Dan Streptococcus sp.

Page 8: BAB IV Deka Ashari

31

3. Hubungan penggunaan sabun antiseptik dengan kejadian keputihan pada

remaja putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

penggunaan sabun antiseptik dengan kejadian keputihan pada remaja putri di

Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Prasetyowati

(2009) menunjukan remaja yang membersihkan daerah kewanitaan tidak baik

mempunyai peluang 3,5 kali terjadi keputihan dibandingkan pada remaja putri

yang membersihkan daerah kewanitaan dengan baik. Remaja yang tidak baik

membersihkan daerah kewanitaan sebanyak 42 orang (84%) mengalami

keputihan.

Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang

mengandung deodorant dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu

dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya

jamur atau bakteri. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek merupakan salah

satu cara untuk mencegah keputihan pada remaja. Kuku dapat terinfeksi

Candida akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun

dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok (Army,

2007).

Dalam usaha mencegah keputihan remaja putri tahap akhir diharapkan

mempunyai perilaku yang baik. Untuk membentuk perilaku yang baik pada

remaja putri tahap akhir terus menambah pengetahuannya dengan cara remaja

putri tahap akhir aktif menerima input dan untuk itu seseorang harus

Page 9: BAB IV Deka Ashari

32

mempertimbangkan logika dalam pengambilan keputusan untuk berperilaku

yang baik. Seorang remaja yang telah memiliki pengetahuan memadai tentang

kesehatan reproduksi yang dalam penelitian ini adalah mengenai keputihan

diharapkan dapat menerapkan pengetahuannya dalam berperilaku sehingga

dapat hidup lebih sehat yang nantinya dapat menghasilkan generasi-generasi

penerus bangsa.

Berdasarkan hasil uji Risk Estimate diperoleh nilai Odds Ratio (OR)

sebesar 9,792, yang berarti bahwa remaja putri yang tidak menggunakan sabun

antiseptik lebih berisiko untuk mengalami keputihan sebesar 9,792 kali lipat

jika dibandingkan dengan remaja putri yang menggunakan sabun antiseptik.

Page 10: BAB IV Deka Ashari

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan penggunaan sabun

antiseptik dengan kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat 62 orang (65,3%) yang mengalami keputihan dan 33 orang (34,7%)

yang tidak mengalami keputihan.

2. Terdapat 55 orang (57,9%) yang tidak menggunakan sabun antiseptik dan 40

orang (42,1%) yang menggunakan sabun antiseptik.

3. Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan sabun antiseptik dengan

kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.

4. Remaja putri yang tidak menggunakan sabun antiseptik lebih berisiko untuk

mengalami keputihan sebesar 9,792 kali lipat jika dibandingkan dengan remaja

putri yang menggunakan sabun antiseptik.

B. Saran

1. Bagi Akademik

Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui hubungan penggunaan sabun

antiseptik dengan kejadian keputihan.

2. Bagi Pesantren Pancasila

Hasil penelitian ini bagi sekolah dapat dijadikan sebagai acuan di sekolah

terutama yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi pada wanita khususnya

33

Page 11: BAB IV Deka Ashari

34

pada remaja putri di lingkungan sekolah dan dapat dijadikan kegiatan rutin

dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan dan

bekerjasama dengan instansi terkait terutama yang berkaitan dengan kesehatan

reproduksi pada remaja.Remaja putri perlu dilakukan pemberian informasi

bagaimana cara kebersihan organ reproduksi yang baik dan benar. Juga perlu

diberikan dorongan untuk secara aktif mencari tahu informasi mengenai

kesehatan reproduksi terutama memberikan pelajaran tentang perawatan organ

genetalia seperti cebok, menggunakan celana dalam yang tidak ketat,

mengganti celana dalam, dan menggunakan sabun non parfum.

3. Bagi Peneliti Lain

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan observasi secara

langsung tentang upaya pencegahan keputihan agar data yang diperoleh lebih

akurat. Penelitian selanjutnya sebaiknya juga menggunakan metode kualitatif

dengan wawancara secara mendalam untuk mengetahui penyebab terjadinya

keputihan pada remaja.