bab iv deka ashari
DESCRIPTION
fffdTRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Jalannya Penelitian
Penelitian ini diawali dengan pengurusan surat izin ke instansi
Pendidikan, peneliti kemudian melanjutkan permohonan izin ke kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T), setelah itu ke Badan Kesehatan dan
perlindungan Masyarakat Kota Bengkulu yang kemudian diteruskan ke
Pesantren Pancasilauntuk mendapatkan surat rekomendasi sebagai tempat
dilakukannya penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Juli sampai dengan 10 Agustus
2014.Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan data
primer dengan menyebarkan kuesioner kepada siswi kelas I dan II Pondok
Pesantren Pancasila.Sampel dalam penelitian sebanyak 95orang dan teknik
pengambilan sampel secara total sampling. Setelah kuesioner diisi, dilakukan
editing data untuk memastikan bahwa data yang diperoleh benar-benar sesuai,
selanjutnya dilakukan rekapituasi data kemudian dianalisa menggunakan
Analisis Univariat yaitu untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-
masing variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat danAnalisis
Bivariat yaitu untuk menguji hipotesis antara variabel independent dengan
variabel dependent.
24
25
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
1) Distribusi frekuensi kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu
Distribusi frekuensi kejadian keputihan pada remaja putri di
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.Distribusi frekuensi kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu
No Keputihan Frekuensi Persentase (%)
1
2
Ya
Tidak
62
33
65,3
34,7
Jumlah 95 100,0
Dari tabel di atas tampak bahwa dari 95 orang remaja putri di
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu terdapat 62 orang (65,3%) yang
mengalami keputihan dan 33 orang (34,7%) yang tidak mengalami
keputihan.
2) Distribusi frekuensipenggunaan sabun antiseptik pada remaja putri di
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu
Distribusi frekuensi penggunaan sabun antiseptik pada remaja putri
di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
26
Tabel 3.Distribusi frekuensi penggunaan sabun antiseptik pada remaja putri
di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu
No Penggunaan Sabun Antiseptik Frekuensi Persentase (%)
1
2
Ya
Tidak
40
55
42,1
57,9
Jumlah 95 100,0
Dari tabel di atas tampak bahwa dari 95 orang remaja putri di
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu terdapat 40 orang (42,1%) yang
menggunakan sabun antiseptik dan 55 orang (57,9%) yang tidak
menggunakan sabun antiseptik.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan penggunaan
sabun antiseptikdengan kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu seperti terlihat sebagai berikut.
Tabel 4.Hubungan penggunaan sabun antiseptik dengan kejadian keputihan pada
remaja putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu
Penggunaan Sabun
Antiseptik
Kejadian Keputihan
Totalχ2 p C OR
Ya Tidak n %
f % f %
Tidak 47 85,5 814,5
55 100
21,423 0,000 0,445 9,792Ya 15 37,5 25 62,5 40 100
Jumlah 62 33 95
Dari tabel di atas terlihat tabulasi silang antara penggunaan sabun
antiseptik dengan kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu. Ternyata dari 55 orang yang tidak menggunakan
27
sabun antiseptik terdapat 47 orang (85,5%) yang mengalami keputihan dan
8 orang (14,5%) yang tidak mengalami keputihan, dari 40 orang yang
menggunakan sabun antiseptik terdapat 15 orang (37,5%) yang mengalami
keputihan dan 25 orang (62,5%) yang tidak mengalami keputihan. Karena
seluruh sel frekuensi ekspektasi nilainya > 5, maka digunakan uji
Continuity Correction.
Hasil uji Continuity Correctiondiperoleh nilai χ2 = 21,423 dengan p
= 0,000 < α (0,05), jadi signifikan, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya ada hubungan antara penggunaan sabun antiseptik dengan kejadian
keputihan pada remaja putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.
Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C=0,445 dengan p
(Approx.Sig.)=0,000< α = 0,05 berarti signifikan. Nilai C tersebut
dibandingkan dengan nilai Cmax=√ m−1m
=√ 2−12
=√ 12 = 0,707, dimana m
adalah nilai terkecil dari baris atau kolom. Karena nilai C=0,445 tidak
terlalu jauh dengan nilai Cmax=0,707 maka kategori hubungan sedang.
Berdasarkan hasil uji Risk Estimate diperoleh nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 9,792, yang berarti bahwa remaja putri yang tidak menggunakan
sabun antiseptik lebih berisiko untuk mengalami keputihan sebesar 9,792
kali lipat jika dibandingkan dengan remaja putri yang menggunakan sabun
antiseptik.
28
B. Pembahasan
1. Gambaran kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren Pancasila
Kota Bengkulu
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 95 orang remaja
putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu terdapat 62 orang (65,3%) yang
mengalami keputihan dan 33 orang (34,7%) yang tidak mengalami keputihan.
Hal ini berarti bahwa sebagian besar remaja putri di Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu mengalami keputihan.
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau
fluoralbus, yaitu keluarnya cairan dari vagina. Keputihan merupakan infeksi
jamur kandida pada genetalia perempuan dan disebabkan oleh organisme
seperti ragi yaitu candida albicans Dalam keadaan normal, vagina
memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna,
jumlahnya tak berlebihan dan tidak disertai gatal. Keputihan merupakan
keluhan yang paling sering ditemukan pada perempuan. Keputihan dapat
terjadi padakeadaan yang normal (fisiologis), namun dapat juga merupakan
gejala dari suatu kelainan yang harus diobati (patologis)(Clayton, 2008).
Menurut Maria (2002), perempuan sering terkena jamur, terutama pada
kasus keputihan. Maria menyatakan bahwa lebih dari 70% perempuan
Indonesia mengalami penyakit keputihan. keputihan lebih banyak keluar ketika
perempuan ada pada siklus ovulasi menjelang menstruasi. Pada masa itu terjadi
peningkatan hormon estrogen. Halini juga menyebabkan peningkatan jumlah
29
lendir pada vagina. Pencegahan terhadap keputihan yang paling utama adalah
menjaga personal hygiene terutama daerah vagina.
Menurut Army (2007), hal yang dapat dilakukan dalam mencegah
keputihan antara lain menjaga kebersihan daerah vagina. Mencuci bagian vulva
(bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering harus dilakukan
untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur. Remaja juga sebaiknya
menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi
pada vagina.
2. Gambaran penggunaan sabun antiseptik pada remaja putri di Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 95 orang remaja
putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu terdapat 55 orang (57,9%) yang
tidak menggunakan sabun antiseptik dan 40 orang (42,1%) yang menggunakan
sabun antiseptik.
Efek antibakteri dan antimikotik sabun ekstrak sirih merah diperkirakan
berasal dari kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan minyak atsiri.
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa
kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran
sel bakteri. Alkaloid juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri, dengan
cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel
bakteri.Sedangkan tannin bekerja sebagai antibakteri dengan efeknya sebagai
astringent sehingga dapat menginduksi pembentukan kompleks antara tanin
30
dengan substrat mikroba. Saponin merupakan salah satu kandungan dalam
ekstrak sirih merah yang memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur.
Piper crocatum extract atau ekstrak daun sirih merah adalah salah satu
bahan tradisional yang telah lama dimanfaatkan secara empiris untuk
mengobati berbagai penyakit antara lain diabetes melitus, hemorrhoid,
inflamasi, kanker, peningkatan kadar asam urat, hipertensi, hepatitis dan
gastritis. Daun sirih merah mempunyai daya antiseptik dua kali lebih tinggi
dari daun sirih hijau. Kandungan kimia dalam ekstrak sirih merah antara lain
adalah minyak atsiri, hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, alilprokatekol,
karvakrol, eugenol, p-cymene, cineole, cariofelen, kadimenestragol,terpen dan
fenilpro pada. Karvakrol bersifat desinfektan dan anti jamur sehingga
digunakan sebagai obat antiseptik untuk bau mulut dan keputihan.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui khasiat antiseptik
dan anti bakteri sirih merah. enelitian yang dilakukan oleh Safihtri dan Fahma
menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid,
tannin dan minyak atsiri.Alkaloid inilah yang terutama bersifatsebagai
antimikroba dalam penelitiannya membuktikan bahwa ekstrak sirih merah
memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericiacoli.
Hingga saat ini belum diketahui efek antiseptik sabun ekstrak sirih merah
secara klinik terhadap Candida sp. Dan Streptococcus sp.
31
3. Hubungan penggunaan sabun antiseptik dengan kejadian keputihan pada
remaja putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
penggunaan sabun antiseptik dengan kejadian keputihan pada remaja putri di
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Prasetyowati
(2009) menunjukan remaja yang membersihkan daerah kewanitaan tidak baik
mempunyai peluang 3,5 kali terjadi keputihan dibandingkan pada remaja putri
yang membersihkan daerah kewanitaan dengan baik. Remaja yang tidak baik
membersihkan daerah kewanitaan sebanyak 42 orang (84%) mengalami
keputihan.
Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang
mengandung deodorant dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu
dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya
jamur atau bakteri. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek merupakan salah
satu cara untuk mencegah keputihan pada remaja. Kuku dapat terinfeksi
Candida akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun
dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok (Army,
2007).
Dalam usaha mencegah keputihan remaja putri tahap akhir diharapkan
mempunyai perilaku yang baik. Untuk membentuk perilaku yang baik pada
remaja putri tahap akhir terus menambah pengetahuannya dengan cara remaja
putri tahap akhir aktif menerima input dan untuk itu seseorang harus
32
mempertimbangkan logika dalam pengambilan keputusan untuk berperilaku
yang baik. Seorang remaja yang telah memiliki pengetahuan memadai tentang
kesehatan reproduksi yang dalam penelitian ini adalah mengenai keputihan
diharapkan dapat menerapkan pengetahuannya dalam berperilaku sehingga
dapat hidup lebih sehat yang nantinya dapat menghasilkan generasi-generasi
penerus bangsa.
Berdasarkan hasil uji Risk Estimate diperoleh nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 9,792, yang berarti bahwa remaja putri yang tidak menggunakan sabun
antiseptik lebih berisiko untuk mengalami keputihan sebesar 9,792 kali lipat
jika dibandingkan dengan remaja putri yang menggunakan sabun antiseptik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan penggunaan sabun
antiseptik dengan kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 62 orang (65,3%) yang mengalami keputihan dan 33 orang (34,7%)
yang tidak mengalami keputihan.
2. Terdapat 55 orang (57,9%) yang tidak menggunakan sabun antiseptik dan 40
orang (42,1%) yang menggunakan sabun antiseptik.
3. Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan sabun antiseptik dengan
kejadian keputihan pada remaja putri di Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.
4. Remaja putri yang tidak menggunakan sabun antiseptik lebih berisiko untuk
mengalami keputihan sebesar 9,792 kali lipat jika dibandingkan dengan remaja
putri yang menggunakan sabun antiseptik.
B. Saran
1. Bagi Akademik
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui hubungan penggunaan sabun
antiseptik dengan kejadian keputihan.
2. Bagi Pesantren Pancasila
Hasil penelitian ini bagi sekolah dapat dijadikan sebagai acuan di sekolah
terutama yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi pada wanita khususnya
33
34
pada remaja putri di lingkungan sekolah dan dapat dijadikan kegiatan rutin
dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan dan
bekerjasama dengan instansi terkait terutama yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi pada remaja.Remaja putri perlu dilakukan pemberian informasi
bagaimana cara kebersihan organ reproduksi yang baik dan benar. Juga perlu
diberikan dorongan untuk secara aktif mencari tahu informasi mengenai
kesehatan reproduksi terutama memberikan pelajaran tentang perawatan organ
genetalia seperti cebok, menggunakan celana dalam yang tidak ketat,
mengganti celana dalam, dan menggunakan sabun non parfum.
3. Bagi Peneliti Lain
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan observasi secara
langsung tentang upaya pencegahan keputihan agar data yang diperoleh lebih
akurat. Penelitian selanjutnya sebaiknya juga menggunakan metode kualitatif
dengan wawancara secara mendalam untuk mengetahui penyebab terjadinya
keputihan pada remaja.