performans reproduksi burung murai batu (copsychus … · 2019. 4. 18. · performans reproduksi...

46
PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU SKRIPSI Oleh : Deka Okvianto NPM. E1C012097 PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2018

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG

MURAI BATU (Copsychus malabaricus)

PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU

SKRIPSI

Oleh :

Deka Okvianto

NPM. E1C012097

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU

2018

Page 2: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Performans Reproduksi Burung

Murai Batu (Copsychus malabaricus) Pada Penangkaran Secara Ex-situ” ini

merupakan karya tulis saya sendiri (ASLI) dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Institusi

Pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, Januari 2018

Deka Okvianto

NPM.E1C012097

Page 3: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG

MURAI BATU (Copsychus malabaricus)

PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat

Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian

Universitas Bengkulu

Oleh :

Deka Okvianto

NPM. E1C012097

Pembimbing :

Heri Dwi Putranto, S.Pt., M.Sc., Ph.D.

Ir. Hardi Prakoso, M.P.

Bengkulu

2018

Page 4: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU

(Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU

Oleh :

Deka Okvianto

NPM. E1C012097

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal :

18 Januari 2018

Pembimbing I

Heri Dwi Putranto, S.Pt., M.Sc., Ph.D

NIP. 19740905 200003 1 001

Pembimbing II

Ir. Hardi Prakoso, M.P.

NIP. 19531106 198601 1 001

Mengetahui,

Fakultas Pertanian

Dekan

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D

NIP. 19641029 198903 1 002

Page 5: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU

(Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU

Oleh :

Deka Okvianto

NPM. E1C012097

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal :

10 Januari 2018

Ketua

Dr. Ir. Basyaruddin Zain, M.P.

NIP. 19550210 198601 1 001

Sekretaris

Heri Dwi Putranto, S.Pt., M.Sc., Ph.D

NIP. 19740905 200003 1 001

Anggota

Ir. Hardi Prakoso, M.P.

NIP. 19531106 198601 1 001

Anggota

Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, M.Sc.

NIP. 1960921 198603 1 001

Mengetahui,

Fakultas Pertanian

Dekan

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D

NIP. 19641029 198903 1 002

Page 6: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

SUMMARY

REPRODUCTION PERFORMANCE OF MAGPIE (Copsychus malabarius) By EX-SITU

BREEDING (Deka Oktavianto, supervised by Heri Dwi Putranto and Hardi Prakoso, 2018,

22 pages)

Nowadays, more pets are kept by people because of their aesthetics. Birds are one

of the favorites. Magpie is one of Thruses birds well known by its territorial trait and its

perseverance in defending its territory. To overcome natural birds’ exploitation, people

carry on ex-situ breeding. This research aimed to find out reproduction performance of

magpie (Copsychus malabaricus) in ex-situ breeding. This research was done for 3 months

from January 1, 2016 to February 28, 2017. Data observed included number of eggs,

brooding period, number of hatching eggs, weaning period, and spacing time of laying

eggs. Observation and interview were done to collect data. The data were analyzed

descriptively.

The result showed that magpie produced 2.9 eggs, brooding period was 12.1 days,

hatching ability was 94.16%, hatching eggs were 2.3 eggs, weaning period was 30 days,

and spacing time of laying eggs was 20.1 days /2 period of laying eggs.

(Animal Husbandry Study Program, Animal Husbandry Department, Faculty of

Agriculture, University of Bengkulu)

Page 7: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

RINGKASAN

PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus)

PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU.(Deka Okvianto, dibawah bimbingan Heri

Dwi Putranto dan Hardi Prakoso, 2018, 22 halaman).

Pada zaman modern seperti saat ini hewan kesayangan semakin banyak digemari

dan dipelihara oleh manusia karena memiliki estetika yang tinggi. Burung adalah salah

satu jenis hewan peliharaan yang banyak digemari masyarakat saat ini. Burung Murai Batu

termasuk ke dalam kelompok burung Thruses yang dikenal bersifat teritorial dan sangat

kuat mempertahankan teritorinya. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya

mengatasi eksploitasi burung yang ada di alam adalah dengan melakukan penangkaran

secara ex-situ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performans reproduksi burung

Murai Batu (Copsychus malabaricus) pada penangkaran secara ex-situ. Penelitian ini

dilakukan selama tiga bualan dari tanggal 1 Januari 2016 smapai 28 Febuari 2017 dan data

yang diamatai yaitu jumlah telur, lama mengerami, jumlah telur yang menetas, lama sapih

dan jarak waktu bertelur kembali. Cara pengambilan data yaitu dengan cara observasi dan

wawancara. Data yang terkumpul selama penelitian dianalisis secara deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa burung Murai Batu menghasilkan telur 2,9

butir, lama mengerami 12,1 hari, daya tetas 94, 16 %, telur berhasil 2,3 ekor disapih pada

umur 30 hari, jarak waktu bertelur kembali 20,1 hari/ dua periode bertelur.

(Program Studi Peternakan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu)

Page 8: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Tiada tempat mengadu, meminta dan memohon kecuali kepada Allah SWT.

Jangan tinggalkan sholat lima waktu, sesungguhnya sholat adalah benteng hidup.

Hasil tidak akan mengecewakan perjuangan, dan sabar adalah obat dari segala obat.

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan kepada.

Untuk kedua orang tuaku tercinta, Mak: Ibu terbaik di dalam hidupku, Mak

yang selalu mendo’akan saya disetiap sholatnya sehingga saya bisa menyelesaikan

kuliah dengan baik.

Bak : Papa yang hebat di dalam hidupku. Papa yang selalu bekerja keras untuk

memperjuangkan saya selama masa kuliah baik dalam do’a maupun dalam

keuwang. Papa sekaligus menjadi panutan saya dan motovasi hidupku.

Istriku : Mufita Susanti yang selalu mendukung saya untuk menyelesaikan kuliah

dan selalu sabar menunggu saya ketika kuliah.

Anak-anakku : M Kian Sandika dan Kinda yang menjadi penyemangat papa

untuk menyelesaikan kuliah dan menjadi lebih baik lagi.

Bapak Heri Dwi Putranto, Ph.D dan Ir. Hardi Prakoso, M.P. yang selalu sabar

dalam membimbing atas penyelesaian skripsi ini. Bapak bukan hanya sebagai

dosen melainkan orangtua yang terbaik. Doa yang tak pernah henti untuk Bapak

sekeluarga agar selalu diberi kesehatan, kebaikan dan kebahagiaan.

Bapak Dr. Ir. Rustama Saepudin, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik saya

yang tak bosan-bosannya membimbing dan mendidik saya selama kuliah.

Teman dekat Andreas Hubri Simatupang, terima kasih telah memberikan

motivasi dan arahan.

Seluruh teman-teman Jurusan Peternakan Angkatan 2012 yang selalu berbagi

ilmu yang bermanfaat.

Seluruh anggota HIPROMATER.

Dan yang terakhir untuk ALMAMATER kebanggaanku.

Page 9: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Deka Okvianto, lahir di Padang Leban, Kabupaten Kaur,

Provinsi Bengkulu pada tanggal 10 Agustus 1994 dari Bapak Daryanto dan Ibu bernama

Niar Suryani. Penulis merupakan anak ke pertama dari tiga bersaudara. Penulis

berkewarganegaraan Indonesia dan beragama Islam. Kini penulis beralamat di Jl. Hibrida

X, Panti Asuhan 11 RT 12, RW 02 No.53 Kelurahan Sumur Dewa, Kecamatan Selebar,

Kota Bengkulu.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Padang Leban,

Kecamatan Tanjung Kemuning, Kabupaten Kaur pada tahun 2006 menyelesaikan Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri No.01 Tanjung Kemuning, Kabupaten Kaur

pada tahun 2009. Kemudian Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA N2 Kaur pada

tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan

Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu melalui jalur undangan. Selama

masa perkuliahan, penulis juga aktif dalam mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

seperti UKM Menwa dan seminar-seminar yang diadakan di lingkungan

Jurusan/Fakultasdan Universitas.

Tahun 2015 Penulis melaksanakan Kerja Lapangan (KL) di Farm CV. Unggas Jaya

Kabupaten Seluma. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

reguler, Kecamatan Curup Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Penulis

melaksanakan Penelitian selama tiga bulan. Penelitian dilaksanakan di Hibrida X Panti

Asuhan 11 Kecamatan Selebar Kota Bengkulu yang berjudul “Performans Reproduksi

Burung Murai Batu (Copsychus malabaricus) Pada Penangkaran Secara Ex-situ” yang

dibimbing oleh Bapak Heri Dwi Putranto, Ph.D dan Ir. Hardi Prakoso, M.P.

Page 10: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Rahmat Allah SWT karena berkat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan

baik sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Jurusan Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Bengkulu. Skripsi yang berjudul “Performans Reproduksi Burung

Murai Batu (Copsychus malabaricus) Pada Penangkaran Secara Ex-situ” yang merupakan

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) pada Program Studi Peternakan

yang sudah menjadi pilihan utama untuk ditekuni penulis.

Kesuksesan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak dan

bimbingan dari bapak/ibu dosen jurusan peternakan.Oleh karena itu penulis mengucapkan

ribuan terimakasih kepada:

1. Bapak Heri Dwi Putranto, Ph.D. selaku dosen pembimbing utama dan bapak Ir.

Hardi Prakoso, M.P. selaku dosen pembimbing pendamping yang selama ini

telah memberikan ilmu, pengajaran, materi, waktu dan tenaganya seperti kedua

orang tua sendiri.

2. Bapak Dr. Ir. Basyarudin zain, M.P dan Prof. Dr. Ir.Urip Santoso, M.Sc.selaku

dosen penguji.

3. Bapak Dr. Ir. Rustama Saepudin, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik

(PA).

4. Teman-teman seperjuangan Peternakan 2012 yang telah memberikan motivasi

dan dukungan selama penelitian serta penyusunan skripsi ini.

5. Teman-teman satu kelompok KKN periode79 terimakasih atas terjalinnya

kekeluargaan selama masa KKN dan sampai sekarang.

6. Semua pihak yang telah turut andil membantu dalam proses pengerjaan skripsi

ini yang tidak bias diseb utkan satu persatu.

Semoga Allah mencurahkan Rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis selama masa penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.

Page 11: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

vii

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun

demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,

amin.

Bengkulu, Januari 2018

Deka Okvianto

NPM.E1C012097

Page 12: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

viii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 LatarBelakang .................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3

2.1 Klasifikasi burung Murai Batu .......................................................................... 3

2.2 Reproduksi ......................................................................................................... 4

2.3 Penangkaran ....................................................................................................... 6

III. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 7

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................. 7

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................. 7

3.3 Metode penelitian .............................................................................................. 7

3.4 Variabel yang diamati ........................................................................................ 7

3.5 Analisis Data ...................................................................................................... 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 9

4.1 Deskripsi Penangkaran ...................................................................................... 8

4.2 Pakan dan Minum .............................................................................................. 10

4.3 Kandang ............................................................................................................. 13

4.4 Performans Reproduksi ..................................................................................... 14

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 19

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 19

5.2 Saran .................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20

LAMPIRAN .................................................................................................................... 22

Page 13: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Performans Reproduksi ......................................................................... 12

Page 14: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kandang Gantung .................................................................................................. 10

2. Kroto pakan tambahan ........................................................................................... 11

3. Pellet ...................................................................................................................... 11

4. Jangkrik pakan utama ............................................................................................ 11

5. Ulat Hongkong pakan tambahan ............................................................................ 12

6. Anjing Tanah ......................................................................................................... 12

7. Kandang yang diberi pohon kecil ............................................................................ 13

8. Kandang burung yang berhadap-hadapan ................................................................ 14

9. Glodok yang digunakan ........................................................................................... 14

10. Grafik lama bertelur kembali ................................................................................. 17

Page 15: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data produksi burung Murai Batu 1 ........................................................................... 22

2. Data produksi burung Murai Batu 2 ........................................................................... 22

3. Data produksi burung Murai Batu 3 ........................................................................... 22

4. Data produksi burung Murai Batu 4 ........................................................................... 23

5. Data produksi burung Murai Batu 5........................................................................... 23

6. Wawancara bersama bapak Bayu Candra ................................................................... 23

7. Kotak penyimpanan jangkrik ...................................................................................... 24

8. Kandang burung Murai Batu ...................................................................................... 24

9. Anakan burung Murai Batu umur 7 hari ..................................................................... 24

10.Anakan burung Murai Batu umur 30 hari .................................................................. 25

11.Kandang gantung ....................................................................................................... 25

Page 16: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

1

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman modern seperti saat ini hewan kesayangan semakin banyak digemari

dan dipelihara oleh manusia karena memiliki estetika yang tinggi. Banyak jenis hewan

yang dijadikan sebagai hewan peliharaan seperti jenis mamalia, reptil dan unggas. Untuk

jenis mamalia sendiri seperti kucing, anjing dan jenis reptil seperti ular, kura-kura dan

higuana, sedangkan untuk jenis unggas seperti burung dan ayam.

Burung adalah salah satu jenis hewan peliharaan yang banyak digemari masyarakat

saat ini. Banyak jenis burung yang dipelihara karena kemerduan suaranya dan keindahan

warna bulunya. Disaat aktifitas seharian yang padat dan melelahkan, bermain dengan

hewan peliharaan seperti burung, merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk

mengurangi stress, karena burung memiliki kicauan yang berirama dan nada yang merdu,

sehingga membuat kita menjadi lebih tenang (Sudrajat, 1997).

Terdapat banyak jenis burung kicau yang dijadikan burung peliharaan, salah

satunya burung Murai Batu (Copsychus malabaricus). Tidak hanya kicauannya yang

merdu, warna dan bentuk badannya pun sangat menarik sehingga memiliki nilai ekonomis

yang tinggi. Berdasarkan namanya burung Murai Batu memiliki nama yang berbeda-beda

dan biasanya diberi nama berdasarkan asal burung Murai Batu itu sendiri. Seperti burung

Murai Batu Medan, burung Murai Batu Aceh dan burung Murai Batu Kalimantan.

Burung Murai Batu termasuk ke dalam kelompok burung Thruses yang dikenal

bersifat teritorial dan sangat kuat mempertahankan teritorinya. Tipe teritorinya adalah tipe

mating, nesting, dan feeding territory (Welty, 1982). Dengan kata lain, areal yang

dipertahankan burung Murai Batu dalam habitatnya adalah tempat untuk melakukan

perkawinan, untuk bersarang, dan untuk mencari makan. Burung Murai Batu memiliki

daya tarik yang cukup besar untuk dipelihara karena termasuk kelompok burung yang

bersuara bagus atau The Best Song Birds (Delacour, 1947).

Basuni dan Setiyani (1989) mengatakan bahwa burung Murai Batu termasuk ke

dalam kelompok burung yang sangat disukai orang karena suaranya dengan spesifikasi

“kicauan”. Sedangkan kebutuhan burung Murai Batu selama ini bergantung dari hasil alam

atau perburuan liar. Namun ketersediaan burung Murai Batu dialam semakin sedikit dan

sulit didapat, karena di era sekarang ini banyak pemburu burung Murai Batu yang sudah

Page 17: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

2

2

mencari burung Murai Batu sampai ke hutan lindung. Tidak hanya itu saja penyebab

burung Murai Batu menjadi langka adalah semakin banyaknya pembalakan liar dan

pembakaran hutan yan menjadi habitat burung Murai Batu. Seperti terjadi pada Murai

Batu di hutan dataran rendah Pulau Jawa termasuk jenis burung dengan status populasi

hampir punah sebagai akibat banyaknya penangkapan liar (MacKinnon, 1988).

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mengatasi eksploitasi burung

yang ada di alam adalah dengan melakukan penangkaran secara ex-situ. Seperti yang

dilakukan oleh Grup Penangkaran Pluit BF yang melakukan penangkaran yang bertujuan

untuk memenuhi permintaan pasar akan kebutuhan burung Murai Batu yang saat ini

populasi burung Murai Batu di alam semakin sedikit. Pengurangan populasi ini diakibatkan

oleh penangkapan liar burung Murai Batu yang harganya relatif mahal. Diharapkan

dengan penangkaran secara ex-situ dapat diketahui penampilan reproduksi burung murai

batu dan data tersebut sebagai acuan dalam program pelestarian burung Murai Batu.

Sampai saat ini penelitian tentang reproduksi burung Murai Batu masih sangat

kurang terutama di Provinsi Bengkulu. Akan tetapi beberapa peneliti telah melakukan

penelitian tentang reproduksi pada burung jenis lainnya, seperti burung Cucak Rawa,

Tekukur dan Puter.

Salah satu aspek yeng perlu dilakukan penelitian sebagai dasar dalam usaha

penangkaran burung Murai Batu adalah sifat-sifat yang terkait dengan reproduksi.

Diharapkan dari informasi tentang reproduksi burung Murai Batu yang meliputi jumlah

telur, lama mengeram, lama sapih, berat anakan dan bertelur kembali, sehingga usaha

penangkaran burung Murai Batu dapat menjadi optimal.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performans reproduksi burung Murai

Batu (Copsychus malabaricus) pada penangkaran secara ex-situ.

Page 18: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

3

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Burung Murai Batu

Murai Batu (Copsychus malabaricus) adalah salah satu burung berkicau terbaik di

dunia yang termasuk dalam keluarga Turdidae. Burung dari keluarga turdidae memiliki

kicauan yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi (Forum Agri,

2012). Mua’rif (2012) mengatakan bahwa berbagai jenis burung turdidae pada umumnya

memiliki pola warna yang beragam dan menarik. Ukuran tubuhnya rata-rata sedang,

kepalanya bulat, kakinya agak panjang, paruhnya runcing dan ramping, dan sayapnya

lebar. Susunan klasifikasi murai batu menurut Mua’rif (2012) adalah

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Muscicapidae

Genus : Copsychus

Spesies : Copsychus malabaricus

Hampir semua jenis burung yang termasuk dalam keluarga Turdidae merupakan

burung peniru kicauan burung lain dan mempunyai kicauan yang bagus. Jenis-jenis burung

yang termasuk dalam keluarga Turdidae adalah cingcoang, cucak rawa, kucica, meninting,

tiung, anis, dan kacer (Mua’rif, 2012). Murai batu lebih banyak dijumpai di dataran rendah

sampai ketinggian lebih dari 1.000 m dpl (Forum Agri, 2012).

Menurut Putranto (2011), kacer merupakan salah satu kerabat dekat Murai Batu.

Kacer mempunyai nama ilmiah Copsychus saularis termasuk dalam phylum Chordata,

ordo Passeriformers, family Muscicapidae, dan genus Copsychus. Habitat asli burung

kacer adalah di hutan terbuka dan kebun dekat pemukiman penduduk.

Burung ini biasanya banyak ditemukan di hutan dengan pepohonan rimbun tapi

tidak terlalu tinggi, dan berada dekat dengan sumber air seperti sungai yang digunakan

Page 19: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

4

4

oleh burung untuk mencari serangga, mandi, minum, dan mencari pasangannya pada saat

musim kawin.

Daerah penyebarannya meliputi dari Cina, Andaman, hingga Kepulauan Indo-

Australia. Pada wilayah Indonesia, murai batu banyak terdapat di Pulau Sumatra,

Kalimantan, dan sebagian kecil daerah di pulau Jawa (Doni, 2012).

Page 20: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

5

5

Mua’rif (2012) mengatakan bahwa burung Murai Batu cenderung memilih hutan

sekunder atau hutan alam yang rapat sebagai habitatnya. Burung Murai Batu merupakan

kelompok burung yang dikenal sebagai teritorial dan sangat kuat dalam mempertahankan

wilayahnya (Thruses). Jenis teritorinya tempat untuk bersarang, perkawinan dan tempat

mencari makan.

2.2. Reproduksi

Siklus kehidupan Murai Batu di alam liar diatur oleh perubahan musim. Selama

musim hujan, dimana air hujan turun hampir sepanjang hari, merupakan masa-masa tersulit

bagi murai batu untuk mencari pakan hidup seperti serangga. Oleh karena itu, burung

mengatur perkembangbiakan dan masa rontok bulu (mabung) pada masa sebelum musim

hujan. Hal ini terjadi karena pada masa-masa tersebut persediaan makanan di alam

berlimpah sehingga kebutuhan nutrisi mereka dapat terpenuhi.

Aktivitas perkembang biakan burung-burung tropis, termasuk Murai Batu dimulai

pada akhir musim hujan antara bulan Januari dan berlanjut sampai akhir Agustus

(Suminarsih, 2006). Bersamaan dengan perkembangbiakan tersebut, burung juga

mengalami periode tahunan pergantian bulu yang ditandai oleh rontoknya bulu-bulu lama

untuk digantikan dengan bulu-bulu baru (mabung) dan proses ini akan berlangsung

sebelum musim hujan datang.

Menurut Mu’arif (2012), perkawinan Murai Batu yang ditangkarkan tidak

mengenal musim kawin. Setelah berjodoh dan dimasukkan ke dalam kandang

penangkaran, biasanya langsung kawin dalam waktu relatif singkat yang ditandai kedua

pasangan membawa bahan sarang. Biasanya perkawinan tersebut terjadi setelah 7-10 hari

dipasangkan. Murai Batu dapat bertelur 2-3 butir dalam sekali pengeraman. Induk murai

batu yang masih muda, biasanya bertelur hingga 3 butir, sedangkan murai batu yang sudah

tua hanya bertelur 2 butir (Jalil dan Turut,2012).

Suminarsih (2006) menyatakan bahwa umumnya burung berkicau, Murai Batu

yang ditangkarkan mengerami telurnya selama 14-15 hari. Masa mengeram bisa dikatakan

masa kritis karena telur yang dierami bisa pecah atau dibuang dari sarang jika ada yang

membuatnya ketakutan. Oleh karena itu, lingkungan harus dijaga dari gangguan dan tetap

terkendali.

Page 21: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

6

6

Akdiatmojo (2017) menyatakan bahwa indukan burung Murai Batu mengerami

telur selama 14 hari. Dalam kondisi ini lingkungan dan pemberian pakan untuk indukan

harus teratur. Kondisi lingkungan berpengaruh pada kenyamanan indukan betina, suhu

pengeraman dan agresifitas indukan.

Telur burung Murai Batu dapat menetas setelah melalui proses pengeraman selama

15 hari. Ada beberapa faktor yang menyebabkan telur tidak menetas, diantaranya indukan

sering meningggalkan sarang, suhu dan kuranganya asupan pakan. Sering kali telur yang

dihasilkan zonk atau infirtil, penangakar menganggap indukan jantan mandul. Padahal

Page 22: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

7

7

utamanya adalah suhu atau iklim kandang yang tidak sesuai. Menurut Akdiatmojo (2017)

menyatakan ada beberapa penyebab telur zonk atau infirtil yaitu. 1. Indukan mengalami

dihidrasi 2.rendahnya nafsu makan burung berimbas menurunnya jumlah nutrisi yang

diserap tubuh induknya. 3. Suhu terlalu panas (suhu dalam kandang lebih dari 31°

C dan

suhu pengeraman 6° C) dapat meyebabkan kematian embrio dalamtelur setelah

pengeraman selama 30 menit.

Menurut Hikmat (2016) ada 3 faktor yang mempengaruhi daya tetas telur yaitu, 1.

Kualitas telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan pada induk

dan tingkat kematangan telur. 2. Lingkungan yaitu kualitas air terdiri dari suhu, oksigen,

karbon-dioksida, amonia, dan lain lain. 3. Getaran terhadap yang terlalu kuat yang

menyebabkan terjadinya benturan yang keras di antara telur atau benda lainnya sehingga

mengakibatkan telur pecah.

Menurut Asmari (2016) menyatakan indukan betina akan mulai mengerami

telurnya selama 12 sampai 14 hari hingga telur tersebut menetas dan ada sebagian indukan

mulai mengeram pada saat telur pertama keluar, adapun saat telur terakhir keluar baru

mengeram. Secara umum para penangkar mengambil anakan atau disapih untuk diloloh

dengan tangan peternak setelah anakan berumur 7 hari dari masa menetas, ini adalah waktu

yang paling ideal apabila peternak ingin meloloh sendiri anakan tersebut. Apabila peternak

ingin anakan tersebut diloloh oleh indukan maka anakan dipanen setelah anakan tersebut

mulai belajar makan sendiri sekitar usia 2 bulanan.

Sedangkan menurut Akdiatmojo (2017) menyatakan penyapihan anak burung

Murai Batu dilakukan ketika anakan sudah berumur 1 minggu, tetapi belum mencapai 10

hari. Anakan beru menetas sangat sensitif, sehingga rentan terserang penyakit. Jika

penyapihan dilakukan pada anakan yang berumur kurang dari satu minggu, kondisi anakan

terlalu lemah dan menyulitkan untuk pemberian pakan. Sementara itu, penyapihan pada

anakan berumur lebih dari 10 hari menyebabkan anakan takut terhadap manusia.

Akibatnya, anakan menolak untuk disuapi oleh peternak, padahal saat itu anakan masih

belum bisa makan sendiri.

Menurut Jalil dan Turut (2012), Murai Batu termasuk hewan poligami karena satu

murai batu jantan dapat dikawinkan dengan 2-3 ekor betina. Namun, pada umumnya murai

batu ditangkarkan secara monogami untuk menghindari perkelahian antar murai batu

dalam satu kandang dan mempermudah dalam melakukan recording.

Page 23: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

8

8

Berdasarkan penelitian (Zulkarnain et al, 2015) bahwa burung Cucak Rawa

(Pycnonotus zeylanicus) menghasilkan dua butir telur per satu kali periode bertelur. Berat

telur bervariasi antara 3,40- 5,37 gram dengan rata-rata 4,60 gram. Burung Cucak Rawa

mengeram selama 14 hari terhitung sejak burung tersebut bertelur. Anakan burung Cucak

Rawa disapih pada umur 5 hari dengan berat anakan bervariasi antara 18,46 – 29,26 gram

dengan rata-rata 23,17 gram. Sedangkan selisih dari awal burung bertelur hingga bertelur

kembali bervariasi antara 26 – 31 hari.

Masyud (2007) mengatakan bahwa jumlah telur burung Tekukur dan Puter relatif

sama 1,70 ± 0,48 (1-2) butir untuk burung Tekukur dan 2,07 ±0,59 (1-3) butir untuk

burung Puter. Untuk lama mengeram relatif sama yakni sekitar 14 hari masing-masing

14,50 ± 0,76 untuk burung Tekukur dan 14,47 ± 0,74 hari untuk burung Puter. Sedangkan

untuk jarak periode bertelur kembali yakni terbagi menjadi dua (1) kondisi normal, artinya

pada keadaan mulai bertelur, mengeram, menetas sampai anak disapih (alamiah), dan (2)

kondisi tidak normal, yakni pada keadaan dimana telur busuk, tidak menetas dan pecah.

Jarak waktu bertelur pada keadaan normal, masing-masing pada burung Tekukur

adalah 48,79 ± 3,53 hari relatif lama dibanding pada burung Puter yakni 43,22 ± 1,39 hari.

Sedangkan pada keadaan tidak normal jarak waktu bertelur relatif lebih cepat yaitu pada

burung Tekukur (31,22 ± 5,63 hari) dan pada burung Puter (27,11 ± 6,72 hari) (Masyud,

2007).

2.3. Penangkaran

Penangkaran adalah pembiakan satwa dan flora diluar habitatnya, dengan campur

tangan manusia. Penangkaran merupakan usaha/ kegiatan yang berkaitan dengan

penangkaran satwa liar atau tumbuhan alam, yang dapat meliputi kegiatan penangkaran

sampai pada kegiatan pemasaran hasil dari penangkaran. Penangkaran di Indonesia yang

telah dilakukan, dan dan sudah komersil adalah seperti penangkaran terhadap Buaya, Ikan

Siluk dan Monyet (Novi ,2013). Penangkaran in-situ adalah penangkaran atau pemeliharan

satwa liar di habitat alam atau aslinya, seperti jenis hewan Badak di Taman Nasional

Ujung Kulon. Sedangkan penangkaran ex-situ adalah penangkaran atau pemeliharan satwa

liar di luar habitat aslinya. Penangkaran secara ex-situ bertujuan untuk keperluan koleksi,

penelitian dan pelestarian (Asri, 2012).

Page 24: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

9

9

Menurut Asmari (2016) ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam melakukan

penangkaran burung Murai Batu yaitu :

1. Persiapkan mental dan rancangan awal, berkecimpung didalam dunia hobi pada

prinsipnya adalh suka, mau dan pantang menyerah. Orentasi dalam menangkarkan burung

Murai Batusebaiknya dimulai dari hobi yang memang disukai, jangan ikut-ikutan apalagi

target utamanya adalah bisnis, sebab yang dikelolah adalah mahluk hidup bukan mesin.

2. Memilih indukan untuk ditangkarkan, idealnya indukan yang akan di tangkarkan adalah

burung Murai Batu yang sudah mapan dari umur, lebih bagus lagi sudah berprestasi.

3. Membuat kandang penangkaran, membuat kandang penangkaran tidak ada patokan yang

penting burung Murai Batu merasa nyaman dan dibentuk seperti habitat aslinya dengan

cara memberi pohon kecil didalam sebagai tenggeran burung Murai Batu.

4. Penjdohan, pada prinsipnya penjodohan dilakukan secara perlahan mulai dari

perkenalan, pendekatan dan terakhir pencampuran kedua indukan, hal ini meminimalisir

perkelahian kedua indukan, oleh sebab itu ketiga proses tersebut mutlak harus lakukan

dengan sabar.

Menurut Asmari (2016) Adapun beberapa faktor yang menentukan keberhasilan

dalam penangkaran burung Murai Batu, yaitu sebagai berikut:

1. Memilih indukan untuk ditangkarkan.

Idealnya indukan yang akan ditangkarkan adalah Murai Batu yang sudah mapan

dengan umur 1-2 tahun, lebih bagus lagi jika sudah berpertasi, dengan harapan anakan

yang dihasilkan seperti indukan yang nantinya akan dijadikan untuk burung lomba.

2. Pembuatan kandang.

Kandang dibuat senyaman mungkin untuk kedua indukan yaitu dengan cara

membuat kandang yang tidak terlalu luas, diberi pohon kecil sebagai tempat bertengger

burung Murai Batu. Sirkulasi udara lancar dan sinar matahari masuk kedalam kandang

penangkaran.

3. Penjodohan.

Pada prinsipnya penjodohan dilakukan secara perlahan mulai dari perkenalan,

pendekatan dan terakhir pencampuran kedua indukkan, hal ini berguna untuk

Page 25: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

10

10

meminimalisir perkelahian kedua indukan tersebut. Oleh sebab itulah ketiga proses

tersebut mutlak dilakukan dengan sabar.

4. Pemberian pakan.

Setiap harinya, burung ini perlu mendapatkan perawatan rutin. Paling tidak burung

ini harus diangin-anginkan sekitar 30 menit sebelum dimandikan. Kemudian dijemur

selama 1 hingga 2 jam. Untuk pakan, berikan jangkrik sebagai makanan utama dan

beberapa jenis serangga sebagai makanan ekstra.

Page 26: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

11

11

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dimulai pada tanggal 1 Desember 2016 sampai 28 Febuari 2017 dan

dilakukan di penangkaran salah satu peternak burung Murai Batu yang tergabung dalam

Grup Penagkaran Pluit BF yaitu bapak Bayu Candra S yang beralamat Jl. Hibrida X RT.

12 RW. 02 Kelurahan Sumur Dewa Kecamatan Selebar kota Bengkulu. Lokasi dipilih

berdasarkan surve pendahuluan yang menunjukan bahwa bapak Bayu Candra S tersebut

berternak burung Murai Batu.

2.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, pena, kamera, tempat

pakan dan minum, kotak kayu tempat bertelur dan kandang penangkaran.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 pasang burung Murai Batu

yang sudah dewasa kelamin, serta bahan pakan yang terdiri dari jangkrik, pelet dan kroto.

Burung yang diamati adalah burung yang telah didomestikasi dan mengalami adaptasi

dalam kandang penangkaran. Dengan mengalami penjodohan terlebih dahulu dan telah

berproduksi sebelumnya.

3.3 Metode penelitian

3.3.1 Wawancara

Wawancara dilakukan kepada peternak burung Murai Batu yaitu bapak Bayu

Candra. Data hasil wawancara disajikan secara deskriptif.

3.3.2 Observasi

Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung dilokasi penelitian meliputi

kondisi kandang dan burung Murai Batu.

3.4 Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi jumlah telur, lama mengerami,

jumlah telur yang berhasil menetas, lama sapih, dan jarak waktu bertelur kembali. Prosedur

dan cara dalam pengambilan data dari masing variabel, sebagai berikut :

Page 27: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

12

12

Jumlah Telur : jumlah telur burung yang diamati yaitu dengan cara melihat ke dalam

kotak kayu yang dijadikan tempat bertelurnya burung, dan menghitung jumlah telur yang

terdapat dalam glodok. Unit pengukuran data adalah butir/ betina.

Lama mengerami : lama mengerami dihitung dengan cara pengamatan setiap malam

sekitar pukul 19:00 wib di dalam kandang. Pengamatan dengan cara melihat posisi indukan

tidur, bila indukan tidur di dalam kotak kayu besar kemungkinan burung Murai Batu telah

mengeram dan lama mengerami dihitung sejak indukan tidur pertama kali di dalam glodok

sampai dengan telur menetas. Telur menetas ditandai dengan adanya kerabang telur yang

dibuang oleh indukan di bawah kotak kayu tempat bertelur. Unit pengukuran data adalah

hari/ indukan.

Jumlah telur yang menetas : jumlah telur yang berhasil menetas dihitung dengan cara

mengurangkan jumlah telur yang ada dengan jumlah anakan yang berhasil menetas. Unit

pengukuran data adalah ekor/ glodok.

Lama sapih : lama sapih dihitung mulai dari anakan pertama kali menetas sampai dipisah

dengan induknya oleh peternak karena anakan telah dianggap telah mampu hidup tanpa

induknya. Unit pengukuran data adalah hari/ abangan.

Jarak Waktu Bertelur Kembali : jarak waktu bertelur adalah banyaknya hari dari mulai

anakan menetas sampai indukan bertelurnya kembali. Jarak waktu ini diukur dengan

menghitung banyaknya hari. Unit pengukuran data adalah hari/ indukan.

2.4 Analisis Data

Data yang terkumpul selama penelitian dianalisis secara deskriptif.

Page 28: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

13

13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Penangkaran

Dari hasil penelitian, penangkar burung Murai Batu ialah Bapak Bayu Candra yang

beralamat Jl. Hibrida X RT. 12 RW. 02 Kelurahan Sumur Dewa Kecamatan Selebar Kota

Bengkulu. Proses awal penangkaran yaitu berasal dari kehobian yang sama memelihara

burung kicau salah satunya burung Murai Batu dan mencoba-coba untuk mengawinkan

burung tersebut dan teryanta berhasil. Kemudia mereka membentuk suatu paguyupan yang

diberi nama ABF (Andi Bird Farm) beranggotakan 5 orang.tetapi awal produksi mereka

terkendala dangan pemasaran, dikarenakan burung Murai Batu termasuk kedalam salah

satu burung yang dilindungi habitatnya. Setelah memiliki izin resmi dari BKSDA Provinsi

Bengkulu dengan nomor surat SK21/BKSDA BKL-1/2016. Paguyupan peternakan burung

Murai Batu berubah nama menjadi Pluit BF (Bird Farm) yang beranggotakan 4 orang.

Peternakan burung Murai Batu Bapak Bayu Candra telah berjalan selama 1,5 tahun untuk

saat ini Bapak Bayu Candra memiliki indukan burung Murai Batu sebanyak 7 pasang dan

masih aktif berproduksi

Awal penangkaran dilakukan karena melihat kondisi burung Murai jantan yang

selalu diikut sertakan dalam lomba tidak bisa lagi untuk mengikuti lomba karena diduga

burung Murai Batu jantan sudah jenuh. Jika dijual kepasaran harga burung jantan tersebut

dengan harga sudah turun dikarenan burung Murai Batu tidak bisa diikut lombakan.

Dengan keadaan tersebut sipemilik yaitu Bapak Bayu Candra merasa rugi. Untuk

mengatasi keadaan tersebut Bapak Bayu Candra dan kawan kawanya mencoba

menangkarkan burung Murai Batu dengan langkah awal yaitu menjodohkan burung Murai

Batu jantan dengan burung Murai Batu betina.

Dalam proses penjodohan kedua burung tersebut dilakukan dengan cara

mendekatkan kedua burung tersebut dengan menggunakan kandang gantung (Gambar 1).

Brung Murai Batu yang sudah dikatakan berjodoh ditandai dengan kedua burung tersebut

selalu berdekatan dan berbunyi bersaut sautan. Tetapi proses penjodohan itu tidak menentu

antara 2-3 minggu bahkan berbulan bulan menurut Bapak Bayu Candra sebagai penangkar.

Menurut Akdiatmojo (2017) bahwa perjodohan biasanya berlangsung 2 minggu sampai 1

bulan. Ciri-ciri indukan yang telah berjodoh ditandai dengan keduanya saling berdekatan

setiap hari.

Page 29: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

14

14

Gambar 1. Kandang Gantung

Setelah kedua indukan burung Murai Batu telah berjodoh, kedua indukan tersebut

dimasukkan kedalam kandang penangkaran yang berukuran 1x2x2 m untuk melakukan

perkawinan. Tetapi pada awal proses penangkaran banyak kendala yang dialami terutama

pada saat awal penggabungan kedua indukan burung Murai Batu kedalam kandang

penangkaran. Indukan burung Murai Batu banyak mengalami kematian dikarenakan

pejantan burung Murai Batu yang terbiasa dengan suasana lomba burung kicau itu terlalu

agresif. Sehingga indukan burung Murai Batu di cotok terus menerus oleh pejantan

sehingga indukan burung Murai Batu mengalami kematian.

Dengan keadaan seperti itu penangkar burung Murai batu mencari solusi yaitu

mengamati terus menerus burung Murai Batu tersebut yang telah digabungkan ke dalam

kandang penangkaran. Jika terus menerus terjadi perkelahian maka kedua indukan burung

Murai Batu tersebut dipisah kembali. Menurut Asmari (2016) menyatakan bahwa jika

perkelahian masih terus terjadi sebaiknya pisahkan kembali indukan jantan dengan cara

menukar posisi kedua indukan, indukan jantan dilepas didalam kandang tangkaran

sedangkan indukan betina dimasukan ke dalam kandang gantung, kembali didekatkan

kedua indukan tersebut dan amati sampai mereka terlihat akur.

Page 30: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

15

15

4.2 Pakan dan Minum

Dalam dunia peternakan pakan merupakan penunjang produktivitas ternak (Rasyaf.

1996). Pakan yang diberikan pada burung Murai Batu antara lain jangkrik kroto, ulat

Hongkong dan pakan berupa pellet.

Berdasarkan hasil penelitian pakan yang digunakan yaitu kroto (Gambar 2), pellet

(Gambar 3), jangkrik (Gambar 4), ulat Hongkong (Gambar 5) dan orong-orong/ aning

tanah (Gryllotalpidae) (Gambar 6). Pada saat burung Murai Batu belum menghasilkan

telur, burung Murai Batu dipenangkaran secara ex-situ diberi pakan berupa jangkrik dan

pakan pabrikan berupa pelet yang memiliki kandungan protein cukup tinggi dengan

harapan burung Murai Batu cepat mengalami birahi. Kandungan protein kasar tertinggi

dalam bahan kering pakan dikandung oleh jenis pakan jengkerik yaitu sebesar 73.05%,

diikuti kroto sebesar 53.16%, ulat Hongkong sebesar 48.28% dan pakan buatan sebesar

44.62% (Nahrowi, et al.2001).

Gambar 2. Kroto pakan tambahan

Gambar 3. Pakan pellet

Page 31: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

16

16

Gambar 4. Jangkrik pakan utama

Gambar 5 . Ulat Hongkong pakan tambahan

Gambar 6. Orong orong / Anjing tanah

Pemberian kroto atau telur semut rangrang diberikan pada saat burung Murai Batu

baru menetas sampai umur satu minggu, pemberian kroto bertujuan agar mempermudah

indukan melolo (menyuapi anakan). Kroto yang diberikan adalah kroto segar, harus

berkualitas, tidak lengket, berwarna cerah, tidak bercampur dengan jenis semut lain, dan

tidak mengandung larva yang berukuran besar. Setelah umur satu minggu pemberian kroto

dihentikan karena dianggap anakan burung Murai Batu sudah mampu mencerna jangkring

Pemberian pakan ekstra seperti cacing tanah, ulat Hongkong, ulat bambu/ulat daun pisang,

Page 32: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

17

17

orong-orong, ataupun belalang diberikan jika pakan tersebut tersedia. Pemberian pakan ini

bertujuan untuk mendongkrak tingkat pertumbuhan, stamina dan kebugaran burung, serta

meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit yang semuanya harus

diberikan dalam keadaan hidup sehingga nutrisi dan cita rasanya tetap terjaga

(Widyaningsih, 2008).

Pemberian minum dilakukan dengan cara menggunakan nampan plastik yang diisi

setengah bagian nampan tersebut. Air minum diganti setiap hari dengan air yang masih

segar supaya lebih steril dan terhindar dari parasit yang bisa mengganggu kesehatan

burung. Oleh karena itu, ketersediaan air minum segar menjadi salah satu hal yang tidak

boleh dilupakan dalam pemberian pakan pada burung Murai Batu. Pemberian air dengan

menggunakan nampan tidak hanya untuk minum saja tetapi juga untuk tempat mandi

burung. Sesuai dengan habitat aslinya bahwasanya burung Murai Batu mandi di waktu

pagi hari.

Forum Agri (2012) menyatakan bahwa dalam satu hari rata-rata burung akan

membutuhkan air minum sebanyak 4-5 kali jumlah pakannya. Air sangat dibutuhkan dalam

proses metabolisme tubuh, termasuk mengatur temperatur (panas) tubuh, mempertahankan

keseimbangan volume darah dan melumatkan makanan dalam proses pencernaan.

4.3 Kandang

Kandang adalah struktur atau bangunan dimana ternak dipelihara dan menjadi

tempat tinggal burung yang mampu memberikan rasa nyaman bagi burung Murai Batu.

Dari hasil penelitian kandang yang digunakan dibuat sedemikian rupa seperti habitat

aslinya yaitu dengan memberikan pohon kecil didalam kandang sebagai tempat

bertenggernya burung Murai Batu (Gambar 7). Kandang yang dibuat senyaman mungkin

dan tidak membuat burung menjadi stress dengan ukuran kandang 1m x 2m x 2 m.

Gambar 7. Kandang yang diberi pohon kecil

Page 33: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

18

18

Kandang dibuat secara berhadap-hadapan, dinding kandang bagian belakang

terbuat dari beton sedangkan untuk bagian depan setengah bagian terbuat dari kawat

(Gambar 8). Pembuatan kandang dengan setangah bagian kawat bertujuan agar mudah

mengamati burung Murai Batu dari luar dan memperlancar sirkulasi udara di dalam

kandang, dinding kiri kanan terbuat dari triplek. Untuk atap kandang terbuat dari seng,

jarak antara satu kandang dengan kandang yang lainnya beratap seng transparan yang

bertujuan agar sinar matahari masuk ke dalam kandang sehingga kandang tetap kering dan

burung Murai Batu bisa berjemur ketika selesai mandi.

Gambar 8. Kandang burung yang berhadap-hadapan

Kandang terbagi menjadi dua, yaitu kandang besar yang dijadikan tempat tinggal

burung Murai Batu atau kandang utama dan kandang tempat bertelur atau glodok (Gambar

9). Kandang tempat bertelur dibuat senyaman mungkin agar burung Murai Batu tidak

mendapat gangguan dari luar.

Page 34: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

19

19

Gambar 9. Glodok yang digunakan oleh Bapak Bayu Candra

Kandang juga memiliki fungsi memudahkan pengelolaan ternak dalam proses

produksi seperti pemberian pakan, minum, pengelolaaan kotoran/ limbah dan perkawinan,

menjaga keamanan ternak dari pencurian, meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga

kerja, melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang ekstrim (panas, hujan dan

angin), dan mencegah dan melindungi ternak dari penyakit (Saputro, 2015).

4.4 Performans Reproduksi

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan 5 pasang burung Murai batu (10 ekor)

dalam waktu tiga bulan penelitian menghasilkan data sebagai berikut (Tabel 1). Telur yang

dihasilkan dalam penelitian berwarna kebiruan dengan totol-totol coklat seperti telur

burung Puyuh dan menghasilkan telur 2-4 butir dalam satu periode bertelur atau rata-rata

2,9 butir/ dua periode bertelur. Jalil dan Turut (2012) menyatakan burung Murai Batu

dapat bertelur 2-3 butir dalam sekali pengeraman.

Sedangkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Zulkarnain et al. (2015) pada

burung Cucak Rawa di penangkaran secara ex-situ jumlah telur dalam satu periode bertelur

menghasilkan 2 butir telur. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Masyud (2007)

dengan menggunakan burung Tekukur dalam penangkaran menghasilkan 1-2 butir telur

dan pada burung Puter 1-3 butir telur dalam satu kali peristiwa bertelur.

Page 35: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

20

20

Tabel 1. Penampilan reproduksi burung Murai Batu di penangkaran secara ex-situ meliputi

jumlah telur, lama mengeram, jumlah menetas, lama bertelur kembali dan lama

sapih

Burung Periode

Bertelur

Jumlah

Telur

(butir)

Lama

Mengeram

(hari)

Jumlah

Menetas

(ekor)

Daya

Tetas

(%)

Lama

Betelur

Kembali

(hari)

Lama

Sapih

(hari)

1 1 3 11 2 66,66 13 30

2 3 11 3 100 13 30

2 1 2 10 2 100 12 30

2 3 13 3 100 12 30

3 1 4 12 3 75 29 30

2 3 12 3 100 27 30

4 1 3 13 1 33,33 17 30

2 3 14 2 66,66 23 30

5 1 2 12 2 100 19 30

2 3 12 3 100 20 30

Rata-rata 2,9 12,1 2,3 94, 16 20,1 30

Ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap jumlah telur dalam satu

kali peristiwa bertelur, diantaranya umur burung, berat badan, makanan, kondisi kesehatan

dan lingkungan kandang (luas, suhu dan kelembaban serta gangguan lingkungan) (Parker

1969; Etches, 1996). Umumnya indukan betina akan mengerami telur setelah telur kedua

dikeluarkan atau bahkan setelah semua telur dikeluarkan baru indukan akan mengerami

(Hamiyanti, 2011).

Lama mengerami dari hasil penelitian untuk kelima indukan antara 11-14 hari atau

rata-rata 12,1 hari/ dua periode bertelur. Ini sesuai dengan pendapat Suminarsih (2006)

menyatakan bahwa umumnya burung berkicau, Murai yang ditangkarkan mengerami

telurnya selama 14-15 hari. Pada saat mengerami indukan sebaiknya jangan terlalu sering

dilihat karena dapat mengganggu proses mengerami yang dilakukan oleh indukan burung

Page 36: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

21

21

Murai Batu. Apabila indukan terlalu sering mendapat gangguan pada waktu mengeram

akan menyebabkan stress sehingga indukan akan enggan mengerami dan bahkan bisa

membuang telur tersebut sehingga menyebabkan telur gagal menetas.

. Hasil penelitian menunjukan bahwasanya daya tetas dari ke 5 indukan cukup

tinggi dapat dilihat dari jumlah telur yang dihasilkan dalam dua periode sebanyak 29 butir

dan berhasil menetas sebanyak 24 butir atau 94,16 %/ dua periode bertelur. Menurut

Akdiatmojo (2017) menyatakan bahwa dalam proses penangkaran burung Murai Batu ada

beberapa yang menyebabkan tidak semua telur berhasil menetas, diantaranya indukan

sering meninggalkan sarang, suhu udara yang dingin, dan kekurangan asupan pakan.

Etches (1996) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh

terhadap daya tetas telur antara lain umur indukan, suhu dan kelembaban kandang, dan

kualitas pakan. Suminarsih (2006) menyatakan bahwa aktivitas perkembangbiakan burung

-burung tropis, termasuk Murai Batu dimulai pada akhir musim hujan antara bulan Januari

dan berlanjut sampai akhir Agustus.

Dari hasil penelitian anakan akan disapih pada umur 30 hari. Sapih dalam

penelitian ini yaitu memisahkan anakkan dari induknya oleh peternak yang dianggap telah

mampu hidup tanpak induknya. Berdasarkan hasil dari wawancara dengan bapak Bayu

Candra sebagai penangkar, tujuan penyapihan pada umur 30 hari adalah anakan pada saat

disapih tidak perlu disuap lagi. Sehingga kematian dalam perawatan anakan akan kurang

dibanding disapih pada umur 7 hari, dan harganya cukup tinggi. Menurut Asmari (2016)

secara umum para penangkar menyapih anakan untuk diloloh tangan setelah anakan

berumur 7 hari dari waku pertama kali menetas, ini adalah waktu yang ideal apabila

penangkar ingin meloloh sendiri anakan tersebut. Apabila penangkar ingin diloloh oleh

induknya maka penyapihan dilakukan setelah anakan tersebut mulai belajar makan sediri

sekitar usia dua bulan.

Sedangkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Zulkarnain et al (2015) dengan

menggunakan burung Cucak Rawa pada penangkaran secara ex-situ yaitu lama penyapihan

selama 5 hari, dengan tujuan agar indukan segera berproduksi lagi.

Setelah menetas anakan diasuh oleh induknya, pada saat burung baru menetas yang

ditandai dengan jatuhnya cangkang telur dari glodok, indukan akan melolo (menyuapi)

anaknya dengan kroto yang sebelumnya diberikan di dalam kandang penangkaran.

Pemberian kroto dilakukan selama 1 minggu dan seterusnya indukan akan menyuapi

Page 37: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

22

22

anaknya dengan jangkrik yang disediakan sebagai pakan indukan. Sebelum menyuapi

anaknya dengan jangkrik, induk burung Murai Batu membanting-banting jengkrik pada

tanah dengan paruhnya untuk membunuh dan melunakkan tubuh jangkrik agar mudah

dimakan oleh anaknya ( Zulkarnain et al, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian burung Murai Batu bertelur kembali 12-29 hari

setelah anakan menetas atau rata-rata 20,1 hari/ dua periode bertelur (Gambar 10). Tiap

indukan burung Murai Batu memiliki siklus reproduksi yang berbeda. Penyebab berbeda

jarak siklus reproduksi ini antara lain pakan, musim, dan individu burung itu sendiri

Menurut Soenanto (2002) secara alamiah setiap makhluk hidup memiliki siklus

reproduksi yang berbeda seperti halnya manusia dan hewan. Sedangkan menurut Asmari

(2016) setelah anakan disapih oleh penangkaran untuk diloloh sendiri, biasanya 3 sampai

5 hari indukan akan mulai menyusun sarang kembali dan mulai kawin setelah sarang

tersebut berbentuk sempurna.

Gambar 10. Grafik lama Betelur Kembali

Berdasarkan kondisi jarak bertelur seperti itu maka dalam keadaan normal burung

Murai Batu dalam penangkaran dapat bertelur setiap bulannya, tetapi ada waktu tertentu

burung Murai Batu tidak berproduksi. Ketika burung Murai Batu mengalami rontok bulu

atau mabung burung Murai Batu dipisah dari pejantan sehingga tidak menghasilkan telur,

1312

29

1719

1312

27

23

20

0

5

10

15

20

25

30

35Periode 1

Periiode 2

Har

i

Burung Murai Batu

1 2 3 4 5

Page 38: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

23

23

ini berbeda dengan habitatnya di alam yang cenderung dipengaruhi oleh iklim. Sehingga

bertelur pada bulan-bulan tertentu.

Sedangkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Zulkarnain et al.( 2015)

dengan menggunakan burung Cucak Rawa secara ex situ bahwasanya burung tersebut

bertelur kembali dengan rata-rata 27,8 hari. Sedangkan pada burung Puter dan Tekukur

yang dilakukan oleh Masyud (2007) bahwasanya burung Tekukur bertelur kembali dalam

keadaan normal yaitu 48,79 hari relatif lebih lama dibanding burung Puter yakni 43,22

hari. Faktor yang berpengaruh kuat terhadap pola reproduksi antara habitat aslinya yaitu

alam dengan di penangkaran salah satunya adalah faktor pakan. Terutama yang berkaitan

dengan ketersedian paka untuk memenuhi kebutuhan berproduksi.

Page 39: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

24

24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa burung Murai Batu

menghasilkan telur rata-rata 2,9 butir/ dua periode bertelur. Lama mengerami telur burung

Murai Batu rata-rata 12,1 hari/ dua periode bertelur. Dalam penelitian ini anakan burung

Murai Batu yang berhasil menetas cukup tinggi dimana telur berhasil menetas yaitu rata-

rata 2,3 ekor dengan daya tetas 94,16 % / dua periode bertelur. Anakan burung Murai Batu

disapih pada umur 30 hari sedangkan untuk jarak waktu bertelur kembali rata-rata 20,1

hari/ dua periode bertelur.

5.2 Saran

Penelitian ini hendaknya di teruskan dengan menggunakan burung Murai Batu

yang lebih banyak dan di lakukan di berbagai penangkar burung Murai Batu tidak hanya

berlokasi di suatu tempat penangkar saja. Sehingga hasilnaya bisa menjadi acuan bagi

penangkar pemula.

Page 40: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

25

25

DAFTAR PUSTAKA

Akdiatmojo Suprianto. 2017. Panduan Menangkarkan Murai Batu. Agro Media Pustaka.

Jakarta

Asmari Andri. 2016. Memilih dan Mencetak Murai Batu Berprestasi. CV. Idzhar. Bandung

Asri, Ade A. 2012. Pengertian ex-situ dan in-situ. http:// adeeamaliae. blogspot.co.id

/2012/03/pengertian-eksitu-dan-insitu.html. Diakses pada tanggal 20 Januari 2018

Basuni, S. 1988. Studi Relung Ekologi Tiga Jenis Burung Srangenge (Famili Nectarinidae)

di Hutan Gunung Walat, Sukabumi. Tesis Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian,

Bogor.

Basuni, S. dan Setiyani. 1989. Studi Perdagangan Burung di Pasar Pramuka Jakarta dan

Teknik Penangkapan Burung di Alam. Media Konservasi, 2 (2) : 9-18.

Delacour, J. 1947. Birds of Malaysia. The Mac-Millan Company, New York.

Doni, R. 2013. Fenomena Kelangkaan Populasi Murai Batu. http://www.muraibatu.

Link/2013/07/fenomena-kelangkaan-populasi-muraibatu.html. Diakses pada 18

Desember 2017.

Etches RJ. 1996. Reproduction in Poultry. Cab International. Canada.

Forum Agri. 2012. Pedoman Lengkap Menangkar dan Mencetak Murai Batu Kelas Jawara.

Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta.

Hamiyanti, A A. Achmanu. Putra, Muharlien, A.P. 2011. Pengaruh Jumlah Telur Terhadap

Bobot Telur, Lama Mengeram, Fertilitas Serta Daya Tetas Telur Burung Kenari.

Ternak Tropika. Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.

Hikmat. 2016. sebutkan 3 faktor yang mempengaruhi daya tetas telur. http://kliksma.

com/2016/04/ sebutkan-3-faktor-yang-mempengaruhi-daya-tetas-telur.html. diakses

pada tanggal 23 Januari 2018

Irwanto. 2017. Konservasi in-situ dan ex-situ. Dialmbil dari: https://deslisumatran.

wordpress.com/2010/03/13/konservasi-in-situ-dan-ex-situ/. Diakses pada tanggal 13

Januari 2018.

Jalil A., dan R. Turut. 2012. Sukses Beternak Murai Batu. Penebar Swadaya. Jakarta.

MacKinnon, J. 1988. Field Guide to the Birds of Java and Bali. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Masyud Burhanudin.2007. pola reproduksi burung terkukur ( Streptopelia chinensi) dan

puter ( Streptopelia risoria) di penangkaran. media konservasi, 12 (2) : 80-88.

Mua’rif, Z. 2012. Rahasia Penangkaran Burung Murai Batu. Lyli Publisher. Yogyakarta.

Page 41: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

26

26

Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Nahrowi. Riduan, R. dan Sofyan Lili, A.2001. pemberian berbagai jenis pakan untuk

mengevaluasi palatabilitas, konsumsi, protein dan energy pada kadal (Mabouya

multifasciata) dewasa. Bio diversitas. 2 (1) : 98-103

Novi. 2013. Definisi dan pengertian penangkaran. http://sarasvatnov.blogspot.co.id

/2013/04/definisi-dan-pengertian-penangkaran.html. Diakses pada tanggal 20 Januari

2018

Parker JE. 1969. reproduction physiology in poultry. Dalam reproduction in farm animals.

second edition. editor ESE. Hafez. Lea and Febiger, Philadelphia. Pp 235-254

Pratiwi, RN., H. I. Wahyuni, dan W. Murningsih. 2013. pengaruh pemberian vitamin a dan

e dalam ransum terhadap daya tetas, bobot tetas dan daya hidup DOC ayam kedu

hitam yang dipelihara in situ. Animal Agriculture Journal. 2(1) : 240 – 246

Putranto, I. .2011. Budidaya Dan Pemasteran Burung Kacer Siap Menjadi Jawara Kontes.

Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Rajab. 2013. hubungan bobot telur dengan fertilitas, daya tetas, dan bobot anak ayam

kampung. Agrinimal, 3 (2) : 47-83.

Rasyaf, M., 1996. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudrajat. 1997. Petunjuk Memilih Burung Ocehan Bakalan. Penebar Swadaya. Jakarta

Sudrajat, D. Kardaya D, Dihansih E, Puteri SFS. 2014. performa produksi telur burung

puyuh yang diberi ransum mengandung kromium organik. Buletin Penelitian

Universitas Djuanda. 19 (4) : 257-262.

Saputro, T. 2015. Fungsi dan Syarat KandangTernak.http://www.ilmuternak.com

/2015/04/fungsi-dan-syarat-kandang-ternak.html. Diakses pada 10 Februari 2017.

Suminarsih, E. 2006. Memelihara, Melatih, dan Menangkar Burung Ocehan. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Welty, J.C. 1982. The Life Birds. 3rd

ed. CBS College Publishing, USA.

Widyaningsih, A.M. 2008. Pakan Burung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Zulkarnain et al.2015. performans reproduksi burung cucak rawa (Pycnonotus Zaylanicus)

pada penangkaran secara ex-situ. Indonesia Medicus Veterinus, .4 (2) : 139-147

Page 42: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

27

27

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data reproduksi burung Murai Batu 1

Lampitan 2. Data peoduksi burung Murai Batu 2

Lampiran 3. Data produksi burung Murai Batu 3

DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FEBUARI 2017

Senin 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30 6 13 20 27

Selasa 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31 7 14 21 28

Rabu 30 7 14 21 28 4 11 18 25 1 8 15 22 29

Kamis 1 8 15 22 29 5 12 19 26 2 9 16 23 30

Jum'at 2 9 16 23 30 6 13 20 27 3 10 17 24 31

Sabtu 3 10 17 24 31 7 14 21 28 4 11 18 25

Minggu 4 11 18 25 1 8 15 22 29 5 12 19 26

: Telur Menetas

: Di Sapih

: Bertelur Kembali dan ngeram

: Mulai penelitian

DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FEBUARI 2017

Senin 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30 6 13 20 27

Selasa 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31 7 14 21 28

Rabu 30 7 14 21 28 4 11 18 25 1 8 15 22 29

Kamis 1 8 15 22 29 5 12 19 26 2 9 16 23 30

Jum'at 2 9 16 23 30 6 13 20 27 3 10 17 24 31

Sabtu 3 10 17 24 31 7 14 21 28 4 11 18 25

Minggu 4 11 18 25 1 8 15 22 29 5 12 19 26

: Telur Menetas

: Di Sapih

: Bertelur Kembali dan ngeram

: Mulai penelitian

DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FEBUARI 2017

Senin 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30 6 13 20 27

Selasa 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31 7 14 21 28

Rabu 30 7 14 21 28 4 11 18 25 1 8 15 22 29

Kamis 1 8 15 22 29 5 12 19 26 2 9 16 23 30

Jum'at 2 9 16 23 30 6 13 20 27 3 10 17 24 31

Sabtu 3 10 17 24 31 7 14 21 28 4 11 18 25

Minggu 4 11 18 25 1 8 15 22 29 5 12 19 26

: Telur Menetas

: Di Sapih

: Bertelur Kembali dan ngeram

: Mulai penelitian

Page 43: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

28

28

Lampitan 4. Data produksi burung Murai Batu 4

Lampiran 5. Data reproduksi burung Murai Batu 5

Lampiran 6 wawancara bersama bapak Bayu Candra

DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FEBUARI 2017

Senin 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30 6 13 20 27

Selasa 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31 7 14 21 28

Rabu 30 7 14 21 28 4 11 18 25 1 8 15 22 29

Kamis 1 8 15 22 29 5 12 19 26 2 9 16 23 30

Jum'at 2 9 16 23 30 6 13 20 27 3 10 17 24 31

Sabtu 3 10 17 24 31 7 14 21 28 4 11 18 25

Minggu 4 11 18 25 1 8 15 22 29 5 12 19 26

: Telur Menetas

: Di Sapih

: Bertelur Kembali dan ngeram

: Mulai penelitian

DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FEBURAI 2017

Senin 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30 6 13 20 27

Selasa 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31 7 14 21 28

Rabu 30 7 14 21 28 4 11 18 25 1 8 15 22 29

Kamis 1 8 15 22 29 5 12 19 26 2 9 16 23 30

Jum'at 2 9 16 23 30 6 13 20 27 3 10 17 24 31

Sabtu 3 10 17 24 31 7 14 21 28 4 11 18 25

Minggu 4 11 18 25 1 8 15 22 29 5 12 19 26

: Telur Menetas

: Di Sapih

: Bertelur Kembali dan ngeram

: Mulai penelitian

Page 44: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

29

29

Lampiran 7. Kotak penyimpanan jangkrik

Lampiran 8. Kandang burung Murai Batu

Page 45: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

30

30

Lampiran 9. Anakan burung Murai Batu umur 7 hari

Lampiran 10. Anakan burung Murai Batu umur 30 hari

Lampiran 11. Kandang gantung

Page 46: PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus … · 2019. 4. 18. · PERFORMANS REPRODUKSI BURUNG MURAI BATU (Copsychus malabaricus) PADA PENANGKARAN SECARA EX-SITU Oleh : Deka

31