bab iv analisis permasalahan dan isu strategis 4.pdf · analisis dan isu s 4.1. ... b. pembangunan...

21
BAB IV ANALISIS DAN ISU S 4.1. PERMASALA Berdasark dikatakan bahwa P pada seluruh aspe cukup menggembir terus mengalami banyak permasala tantangan yang dih terkait dengan sum sumber daya alam kesejahteraan sosia 4.1.1. Sumbe A. Pembangun Walau kesehatan di K pelaksanaan s optimalnya si khususnya unt kurang mampu angka kematia serta penyeba peningkatan ju pada rumah s masyarakat me Perm upaya peningk dengan pening lain yang pe komersialisasi masyarakat ya Yang Lubuklinggau Sehat menjad Lubuklinggau. Rencana Pembangunan Jangka Kota Lub PERMASALAHAN STRATEGIS AHAN PEMBANGUNAN KOTA LUBUKL kan berbagai indikator pembangunan ya Pemerintah Kota Lubuklinggau telah m ek kehidupan masyarakat dalam satu d rakan. Namun demikian, sebagai kota y perkembangan, sampai saat ini Lubu ahan, baik dari eksternal maupun i hadapi Kota Lubuklinggau meliputi perma mber daya manusia infrastruktur wilayah, m, tata kelola pemerintahan, daya s al. er Daya Manusia nan Kesehatan upun menunjukkan hasil yang meng Kota Lubuklinggau masih menjumpai per sistem pelayanan kesehatan yang ditand istem jaminan pelayanan kesehatan ntuk keluarga miskin--diindikasikan deng u yang belum/tidak terakomodasi progra an ibu dan anak, keterbatasan jumlah arannya yang kurang merata sehingga umlah dan penyebaran tenaga kerja kes sakit dan puskesmas juga masih perlu emperoleh pelayanan kesehatan secara masalahan lainnya dalam pembangunan katan kualitas prasarana dan sarana kes gkatan aksesibilitas masyarakat terhada erlu mendapat perhatian adalah perlu dalam penyelenggaraan kesehatan ang konstruktif dalam pembangunan kese juga terkait dengan permasalahan pem adalah Perilaku Hidup Bersih dan Seha di suatu yang sangat penting dalam pe Ketika sarana dan prasarana tercukupi Menengah Daerah (RPJMD) buklinggau Tahun 2013-2017 98 LINGGAU ang semakin membaik, dapat melaksanakan pembangunan dasawarsa dengan hasil yang yang masih berusia muda dan uklinggau tetap menyandang internal. Permasalahan dan asalahan dan tantangan yang , daya dukung lingkungan dan saing ekonomi daerah, dan nggembirakan, pembangunan rmasalahan belum optimalnya dai dengan antara lain:, belum n bagi warga Lubuklinggau gan masih banyak masyarakat am Jamkesmas, masih adanya dan mutu tenaga kesehatan a ke depan diperlukan upaya sehatan. Selain itu pelayanan ditingkatkan kualitasnya agar a prima. kesehatan adalah bagaimana sehatan yang layak dan diiringi ap pelayanan kesehatan. Hal unya pengendalian terhadap dan peningkatan partisipasi ehatan. mbangunan kesehatan di Kota at. Perilaku Hidup Bersih dan embangunan sanitasi di Kota i dan kondisi baik akan tetapi

Upload: buiduong

Post on 19-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV ANALISIS DAN ISU S

4.1. PERMASALA

Berdasarkan berbagai indikator pembangunan yang semakin membaik, dapat

dikatakan bahwa Pemerintah Kota Lubuklinggau telah melaksanakan pembangunan

pada seluruh aspek kehidupan masyarakat

cukup menggembirakan. Namun de

terus mengalami perkembangan

banyak permasalahan, baik dari eksternal maupun internal. Permasalahan dan

tantangan yang dihadapi

terkait dengan sumber daya manusia

sumber daya alam,

kesejahteraan sosial

4.1.1. Sumber Daya Manusia

A. Pembangunan Kesehatan

Walaupun

kesehatan di Kota Lubuklinggau masih menjumpai

pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan yang ditandai dengan

optimalnya sistem jaminan pelayanan kesehatan bagi warga Lubuklinggau

khususnya untuk

kurang mampu yang belum/tidak terakomodasi program Jamkesmas, masih adanya

angka kematian ibu dan anak, keterbatasan ju

serta penyebarannya yang kurang merata

peningkatan jumlah dan penyebaran tenaga kerja kesehatan

pada rumah sakit dan puskesmas juga masih perlu ditingkatkan kualitasnya

masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara pri

Permasalahan lainnya dalam pembangunan kesehatan adalah bagaimana

upaya peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

dengan peningkatan aksesibilitas masyarakat t

lain yang perlu mendapat perhatian adalah perlunya pengendalian terhadap

komersialisasi dalam penyelenggaraan kesehatan dan peningkatan partisipasi

masyarakat yang konstrukt

Yang juga terkait

Lubuklinggau adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat menjadi suatu yang sangat penting dalam pembangunan sanitasi di Kota

Lubuklinggau. Ketika sarana dan prasarana tercukupi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

PERMASALAHAN STRATEGIS

AHAN PEMBANGUNAN KOTA LUBUKLINGGAU

Berdasarkan berbagai indikator pembangunan yang semakin membaik, dapat

dikatakan bahwa Pemerintah Kota Lubuklinggau telah melaksanakan pembangunan

pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dalam satu dasawarsa

cukup menggembirakan. Namun demikian, sebagai kota yang

terus mengalami perkembangan, sampai saat ini Lubuklinggau

banyak permasalahan, baik dari eksternal maupun internal. Permasalahan dan

tantangan yang dihadapi Kota Lubuklinggau meliputi perma

sumber daya manusia infrastruktur wilayah, daya dukung lingkungan dan

sumber daya alam, tata kelola pemerintahan, daya saing ekonomi daerah

kesejahteraan sosial.

Sumber Daya Manusia

A. Pembangunan Kesehatan

Walaupun menunjukkan hasil yang menggembirakan, pembangunan

kesehatan di Kota Lubuklinggau masih menjumpai permasalahan

pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan yang ditandai dengan

sistem jaminan pelayanan kesehatan bagi warga Lubuklinggau

nya untuk keluarga miskin--diindikasikan dengan masih banyak masyarakat

kurang mampu yang belum/tidak terakomodasi program Jamkesmas, masih adanya

angka kematian ibu dan anak, keterbatasan jumlah dan mutu tenaga kesehatan

serta penyebarannya yang kurang merata sehingga ke depan diperlukan upaya

peningkatan jumlah dan penyebaran tenaga kerja kesehatan

pada rumah sakit dan puskesmas juga masih perlu ditingkatkan kualitasnya

masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara pri

Permasalahan lainnya dalam pembangunan kesehatan adalah bagaimana

upaya peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

dengan peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

lain yang perlu mendapat perhatian adalah perlunya pengendalian terhadap

komersialisasi dalam penyelenggaraan kesehatan dan peningkatan partisipasi

masyarakat yang konstruktif dalam pembangunan kesehatan.

Yang juga terkait dengan permasalahan pembangunan kesehatan di Kota

Lubuklinggau adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat menjadi suatu yang sangat penting dalam pembangunan sanitasi di Kota

Lubuklinggau. Ketika sarana dan prasarana tercukupi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

98

LUBUKLINGGAU

Berdasarkan berbagai indikator pembangunan yang semakin membaik, dapat

dikatakan bahwa Pemerintah Kota Lubuklinggau telah melaksanakan pembangunan

dalam satu dasawarsa dengan hasil yang

mikian, sebagai kota yang masih berusia muda dan

Lubuklinggau tetap menyandang

banyak permasalahan, baik dari eksternal maupun internal. Permasalahan dan

meliputi permasalahan dan tantangan yang

infrastruktur wilayah, daya dukung lingkungan dan

pemerintahan, daya saing ekonomi daerah, dan

hasil yang menggembirakan, pembangunan

permasalahan belum optimalnya

pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan yang ditandai dengan antara lain:, belum

sistem jaminan pelayanan kesehatan bagi warga Lubuklinggau

diindikasikan dengan masih banyak masyarakat

kurang mampu yang belum/tidak terakomodasi program Jamkesmas, masih adanya

mlah dan mutu tenaga kesehatan

sehingga ke depan diperlukan upaya

peningkatan jumlah dan penyebaran tenaga kerja kesehatan. Selain itu pelayanan

pada rumah sakit dan puskesmas juga masih perlu ditingkatkan kualitasnya agar

masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara prima.

Permasalahan lainnya dalam pembangunan kesehatan adalah bagaimana

upaya peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang layak dan diiringi

erhadap pelayanan kesehatan. Hal

lain yang perlu mendapat perhatian adalah perlunya pengendalian terhadap

komersialisasi dalam penyelenggaraan kesehatan dan peningkatan partisipasi

if dalam pembangunan kesehatan.

dengan permasalahan pembangunan kesehatan di Kota

Lubuklinggau adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat menjadi suatu yang sangat penting dalam pembangunan sanitasi di Kota

Lubuklinggau. Ketika sarana dan prasarana tercukupi dan kondisi baik akan tetapi

PHBS masyarakat buruk hal ini akan membuat system sanitasi tetap buruk karena

tidak ada pengelolaan yang baik dari masyarakat. Dari hasil Studi EHRA, masih ada

masyarakat di Kota Lubuklinggau yang tidak Cuci Tangan Pakai Sabun

pada 5 (lima) waktu penting, juga masih ada sebagian masyarakat yang Buang Air

Besar Sembarangan (BABS).

B. Pembangunan Pendidikan

Pendidikan merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia

perhatian semua pemangku kepentingan baik pemerintah daerah, dunia usaha dan

masyarakat. P

banyaknya prasarana dan sarana pendidikan dasar yang perlu diperbaiki dan

peningkatan proses belajar mengajar agar lulusan dapat lebih berkualitas.

Sarana dan

walaupun ada di beberapa kecamatan yang tingkat aksesibilitas menuju fasilitas ini

cukup sulit karena letak dari fasi

ada beberapa sekolah dalam tahap pembangunan dengan sarana dan prasarana

penunjang masih belum memadai

perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggun

rendah, buku-

tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai.

Upaya menciptakan Sumber Daya Manusia Lubuklinggau yang cerdas

terkendala pada

menengah ke

dengan mengo

Hal lain yang

metode dan proses dapat diterima oleh peserta didik, sehingga proses pendidikan

dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

pengajar yang berkualitas tidak tersebar secara merata di sekolah

SD, SMP ma

favoritisme sekolah yang berakibat pada distribusi siswa yang tidak merata antar

sekolah.

Permasalahan lainnya adalah

pendidikan yang berkualitas

keterampilan belum optimal. P

karakter sang

tinggi nilai-nil

keterampilan memberikan bekal bagi lulusan untuk bersaing dalam tataran nasional

dan global melalui

yang handal.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

PHBS masyarakat buruk hal ini akan membuat system sanitasi tetap buruk karena

tidak ada pengelolaan yang baik dari masyarakat. Dari hasil Studi EHRA, masih ada

masyarakat di Kota Lubuklinggau yang tidak Cuci Tangan Pakai Sabun

pada 5 (lima) waktu penting, juga masih ada sebagian masyarakat yang Buang Air

Besar Sembarangan (BABS).

B. Pembangunan Pendidikan

Pendidikan merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia Kota Lubuklinggau. Penyelenggar

perhatian semua pemangku kepentingan baik pemerintah daerah, dunia usaha dan

Permasalahan pendidikan di Kota Lubuklinggau

banyaknya prasarana dan sarana pendidikan dasar yang perlu diperbaiki dan

peningkatan proses belajar mengajar agar lulusan dapat lebih berkualitas.

Sarana dan prasarana pendidikan di Kota Lubuklinggau cukup baik,

walaupun ada di beberapa kecamatan yang tingkat aksesibilitas menuju fasilitas ini

cukup sulit karena letak dari fasilitas tersebut tidak berada di sekitar pemukiman dan

ada beberapa sekolah dalam tahap pembangunan dengan sarana dan prasarana

penunjang masih belum memadai ditandai dengan banyaknya sekolah dan

perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggun

-buku diperpustakaan sekolah tidak lengkap sementara labolatorium

tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai.

Upaya menciptakan Sumber Daya Manusia Lubuklinggau yang cerdas

terkendala pada biaya pendidikan semakin tinggi

e atas. Upaya yang dapat dilakukan u

goptimalkan pemerataan bantuan pendid

lain yang perlu juga ditingkatkan adalah kualitas tenaga

metode dan proses dapat diterima oleh peserta didik, sehingga proses pendidikan

dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Kondisi sekarang di Lubuklinggau, tenaga

pengajar yang berkualitas tidak tersebar secara merata di sekolah

aupun SMA di Kota Lubuklinggau. Ha

favoritisme sekolah yang berakibat pada distribusi siswa yang tidak merata antar

Permasalahan lainnya adalah penyediaan sistem penyelenggaraan

pendidikan yang berkualitas melalui pembentukan karakter dan penguasaan

keterampilan belum optimal. Pendidikan moralitas, b

gat diperlukan untuk membangun karak

lai kebudayaan serta moralitas sis

keterampilan memberikan bekal bagi lulusan untuk bersaing dalam tataran nasional

dan global melalui, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknolog

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

99

PHBS masyarakat buruk hal ini akan membuat system sanitasi tetap buruk karena

tidak ada pengelolaan yang baik dari masyarakat. Dari hasil Studi EHRA, masih ada

masyarakat di Kota Lubuklinggau yang tidak Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

pada 5 (lima) waktu penting, juga masih ada sebagian masyarakat yang Buang Air

Pendidikan merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan kualitas

. Penyelenggaraan pendidikan menjadi

perhatian semua pemangku kepentingan baik pemerintah daerah, dunia usaha dan

Lubuklinggau ditandai dengan masih

banyaknya prasarana dan sarana pendidikan dasar yang perlu diperbaiki dan

peningkatan proses belajar mengajar agar lulusan dapat lebih berkualitas.

pendidikan di Kota Lubuklinggau cukup baik,

walaupun ada di beberapa kecamatan yang tingkat aksesibilitas menuju fasilitas ini

litas tersebut tidak berada di sekitar pemukiman dan

ada beberapa sekolah dalam tahap pembangunan dengan sarana dan prasarana

ditandai dengan banyaknya sekolah dan

perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar

buku diperpustakaan sekolah tidak lengkap sementara labolatorium

tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai.

Upaya menciptakan Sumber Daya Manusia Lubuklinggau yang cerdas

khususnya untuk pendidikan

ntuk mengatasi hal ini adalah

dikan.

adalah kualitas tenaga pengajar agar

metode dan proses dapat diterima oleh peserta didik, sehingga proses pendidikan

Kondisi sekarang di Lubuklinggau, tenaga

pengajar yang berkualitas tidak tersebar secara merata di sekolah-sekolah baik itu

Hal ini menimbulkan fenomena

favoritisme sekolah yang berakibat pada distribusi siswa yang tidak merata antar

penyediaan sistem penyelenggaraan

melalui pembentukan karakter dan penguasaan

, budi pekerti dan pendidikan

akter siswa yang menjunjung

swa. Sedangkan pendidikan

keterampilan memberikan bekal bagi lulusan untuk bersaing dalam tataran nasional

, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengajaran

C. Pengarusutamaan gender

Kapasitas kelembagaan PUG masih terbatas dan pemberdayaan

perempuan belum optimal. Walaupun berbagai kemajuan telah dicapai dalam

peningkatan kesetaraan gender, kualitas hidup dan peran perempuan belum

optimal,yang antara lain ditunj

pemberdayaan gender (

peningkatan kesetaraan gender di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, politik,

serta pengambilan keputusan belum signifikan yang,

oleh: (1) masih terdapatnya kesenjangan gender dalam hal akses,manfaat, dan

partisipasi dalam pembangunan, (2) rendahnya peran dan partisipasi perempuan

di bidang politik, jabatan

ekonomi. Sementara itu, perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai

tindak kekerasan juga masih belum mencukupi, yang terlihat dari masih belum

memadainya jumlah dan kualitas tempat pelayanan

perempuan korban

Permasalahan tersebut muncul karena belum efektifnya kelembagaan

PUG dan pemberdayaan perempuan yang, antara lain, terlihat dari: (1) belum

optimalnya pengkajian kebijakan pembangunan terhadap kesetaraan

sebagai salah satu prioritas pembangunan; (2) belum memadainya kapasitas

kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, terutama sumber daya manusia, serta

ketersediaan dan penggunaan data terpilah menurut jenis kelamin dalam siklus

pembangunan

isu gender serta manfaat PUG dalam pembangunan terutama dalam rangka

pembangunan kewilayahan di Kota Lubuklinggau.

4.1.2. Infrastruktur Wilayah

A. Sistem drainase perkotaan

Sistem

Makro dan system Mikro. Sistem Makro terdiri dari sungai dan untuk system mikro

terdiri dari Saluran drainase tersier (lingkungan), saluran sekunder dan saluran

primer. Pengelolaan drainase

dicampur tanpa ada pengelolaan terpisah, dari limbah cucian dan air buangan

kamar mandi disalurkan ke saluran drainase lingkungan (tersier), dari saluran tersier

menuju saluran ke saluran drainase sekunder dan

selanjutnya berakhir ke sungai Kelingi. Begitu juga dengan buangan air hujan dari

talang disalurkan ke saluran tersier dan seterusnya.

Kondisi drainase Kota Lubuklinggau beberapa ta

mampu menampung juml

intensitas sedang hingga tinggi. Akibatnya, muncul genangan air di beberapa titik,

seperti di Jalan Yos Sudarso. Munculnya titik

tersumbatnya saluran drainase oleh

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

Pengarusutamaan gender

Kapasitas kelembagaan PUG masih terbatas dan pemberdayaan

perempuan belum optimal. Walaupun berbagai kemajuan telah dicapai dalam

peningkatan kesetaraan gender, kualitas hidup dan peran perempuan belum

optimal,yang antara lain ditunjukkan dengan lambatnya peningkatan nilai

pemberdayaan gender (IDG) setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa

peningkatan kesetaraan gender di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, politik,

serta pengambilan keputusan belum signifikan yang,

oleh: (1) masih terdapatnya kesenjangan gender dalam hal akses,manfaat, dan

partisipasi dalam pembangunan, (2) rendahnya peran dan partisipasi perempuan

politik, jabatan-jabatan struktural pemerintah daerah

Sementara itu, perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai

tindak kekerasan juga masih belum mencukupi, yang terlihat dari masih belum

memadainya jumlah dan kualitas tempat pelayanan

mpuan korban tindak kekerasan.

Permasalahan tersebut muncul karena belum efektifnya kelembagaan

PUG dan pemberdayaan perempuan yang, antara lain, terlihat dari: (1) belum

optimalnya pengkajian kebijakan pembangunan terhadap kesetaraan

sebagai salah satu prioritas pembangunan; (2) belum memadainya kapasitas

kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, terutama sumber daya manusia, serta

ketersediaan dan penggunaan data terpilah menurut jenis kelamin dalam siklus

pembangunan; dan (3) masih rendahnya pemahaman mengenai konsep dan

isu gender serta manfaat PUG dalam pembangunan terutama dalam rangka

pembangunan kewilayahan di Kota Lubuklinggau.

Infrastruktur Wilayah

Sistem drainase perkotaan

Sistem Drainase di Kota Lubuklinggau terdiri dari 2 sistem, yaitu system

Makro dan system Mikro. Sistem Makro terdiri dari sungai dan untuk system mikro

terdiri dari Saluran drainase tersier (lingkungan), saluran sekunder dan saluran

primer. Pengelolaan drainase untuk Gray water dan air hujan saat ini masih

dicampur tanpa ada pengelolaan terpisah, dari limbah cucian dan air buangan

kamar mandi disalurkan ke saluran drainase lingkungan (tersier), dari saluran tersier

menuju saluran ke saluran drainase sekunder dan

selanjutnya berakhir ke sungai Kelingi. Begitu juga dengan buangan air hujan dari

talang disalurkan ke saluran tersier dan seterusnya.

Kondisi drainase Kota Lubuklinggau beberapa ta

menampung jumlah air limpasan, terutama pada saat hujan turun dengan

intensitas sedang hingga tinggi. Akibatnya, muncul genangan air di beberapa titik,

seperti di Jalan Yos Sudarso. Munculnya titik-titik genangan antara

tersumbatnya saluran drainase oleh sampah dan tingginya laju perubahan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

100

Kapasitas kelembagaan PUG masih terbatas dan pemberdayaan

perempuan belum optimal. Walaupun berbagai kemajuan telah dicapai dalam

peningkatan kesetaraan gender, kualitas hidup dan peran perempuan belum

ukkan dengan lambatnya peningkatan nilai indeks

setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa

peningkatan kesetaraan gender di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, politik,

serta pengambilan keputusan belum signifikan yang, antara lain, disebabkan

oleh: (1) masih terdapatnya kesenjangan gender dalam hal akses,manfaat, dan

partisipasi dalam pembangunan, (2) rendahnya peran dan partisipasi perempuan

jabatan struktural pemerintah daerah, dan di bidang

Sementara itu, perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai

tindak kekerasan juga masih belum mencukupi, yang terlihat dari masih belum

memadainya jumlah dan kualitas tempat pelayanan dan pengaduan bagi

Permasalahan tersebut muncul karena belum efektifnya kelembagaan

PUG dan pemberdayaan perempuan yang, antara lain, terlihat dari: (1) belum

optimalnya pengkajian kebijakan pembangunan terhadap kesetaraan gender

sebagai salah satu prioritas pembangunan; (2) belum memadainya kapasitas

kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, terutama sumber daya manusia, serta

ketersediaan dan penggunaan data terpilah menurut jenis kelamin dalam siklus

; dan (3) masih rendahnya pemahaman mengenai konsep dan

isu gender serta manfaat PUG dalam pembangunan terutama dalam rangka

Drainase di Kota Lubuklinggau terdiri dari 2 sistem, yaitu system

Makro dan system Mikro. Sistem Makro terdiri dari sungai dan untuk system mikro

terdiri dari Saluran drainase tersier (lingkungan), saluran sekunder dan saluran

untuk Gray water dan air hujan saat ini masih

dicampur tanpa ada pengelolaan terpisah, dari limbah cucian dan air buangan

kamar mandi disalurkan ke saluran drainase lingkungan (tersier), dari saluran tersier

menuju saluran ke saluran drainase sekunder dan diteruskan ke saluran primer

selanjutnya berakhir ke sungai Kelingi. Begitu juga dengan buangan air hujan dari

Kondisi drainase Kota Lubuklinggau beberapa tahun belakangan ini, tidak

ah air limpasan, terutama pada saat hujan turun dengan

intensitas sedang hingga tinggi. Akibatnya, muncul genangan air di beberapa titik,

titik genangan antara lain disebabkan

sampah dan tingginya laju perubahan

penggunaan lahan di Kota Lubuklinggau. Perubahan kondisi

terbuka menjadi lahan terbangun mengurangi kemampuan infiltrasi tanah dan

menjadikan air hujan yang turun menjadi air limpasan (run o

volume besar akan mengalir menuju tempat

termasuk ke dalam saluran

tidak mampu menampung jumlah air limpasan yang dihasilkan pada saat kondisi

hujan, maka mun

Permasalahan yang mendesak men

diantaranya adalah (1) Belum terintegrasinya antara saluran tersi

dengan saluran pembuangan primer; (2) B

(masterplan) dalam perencanaan drainase di Kota Lubuklinggau; (3) Banyaknya

sedimentasi dan sampah buangan yang memenuhi saluran drainase yang ada; (4)

Pemb. Drainase primer terkendala masalah dana, lahan dan belum tersed

DED; (5) Daya tampung dimensi saluran sudah tidak memadai lagi untuk dapat

menerima limpasan air hujan; dan (6) Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk

menjaga kondisi drainase agar tetap berfunngsi dengan baik;

B. Pengelolaan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan prasyarat utama dalam

mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan. Seiring dengan terus

bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas kota maka kebutuhan air bersih juga

terus meningkat. Permasalahan pokok dalam pem

masih terbatasnya cakupan pelayanan air bersih, ii) terbatasnya sumber air bersih

selain yang berasal dari air tanah, iii) keterbatasan jaringan pelayanan air bersih.

Pengelolaan air bersih di Kota Lubuklinggau dikelola ole

Perusahaan daerah yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bukit Sulap.

Sumber air bersih tersebut didapat dari Sungai kelingi, Sungai Malus, Sungai Apur

dan Air tanah. Sampai pada tahun 2011 pelayanan air bersih

PDAM di Kota Lubuklinggau baru mencapai 31,20 % mencakup seluruh Kecamatan

dalam Kota Lubuklinggau hal ini disebabkan masih kurangnya sarana dan prasarana

untuk melayani seluruh penduduk di Kota Lubuklinggau.

Permasalahan air bersih masih menjadi permasalahan di

Lubuklinggau, oleh karena itu PDAM Tirta Bukit Sulap terus berupaya untuk

meningkatkan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota

Lubuklinggau. Untuk daerah yang padat penduduk ketersediaan air bersih masih

menjadi masalah terutama pada mus

maksimal dan kondisi kualitas air tanah sudah menurun sehingga masyarakat

mendapatkan air dari sumur gali yang kondisi airnya masih cukup baik dan air

sungai.

C. Ketahanan Energi Listrik

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

penggunaan lahan di Kota Lubuklinggau. Perubahan kondisi

terbuka menjadi lahan terbangun mengurangi kemampuan infiltrasi tanah dan

menjadikan air hujan yang turun menjadi air limpasan (run o

volume besar akan mengalir menuju tempat dengan ketinggian

termasuk ke dalam saluran-saluran air. Jika kapasitas saluran drainase yang ada

tidak mampu menampung jumlah air limpasan yang dihasilkan pada saat kondisi

hujan, maka muncullah titik-titik genangan di beberapa tempat di Kota Lubuklinggau.

Permasalahan yang mendesak mengenai drainase di Kota Lubuklinggau

diantaranya adalah (1) Belum terintegrasinya antara saluran tersi

dengan saluran pembuangan primer; (2) Belum adanya perencanaan skala Kota

(masterplan) dalam perencanaan drainase di Kota Lubuklinggau; (3) Banyaknya

sedimentasi dan sampah buangan yang memenuhi saluran drainase yang ada; (4)

Pemb. Drainase primer terkendala masalah dana, lahan dan belum tersed

DED; (5) Daya tampung dimensi saluran sudah tidak memadai lagi untuk dapat

menerima limpasan air hujan; dan (6) Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk

menjaga kondisi drainase agar tetap berfunngsi dengan baik;

. Pengelolaan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan prasyarat utama dalam

mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan. Seiring dengan terus

bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas kota maka kebutuhan air bersih juga

terus meningkat. Permasalahan pokok dalam pemenuhan air bersih, meliputi: i)

masih terbatasnya cakupan pelayanan air bersih, ii) terbatasnya sumber air bersih

selain yang berasal dari air tanah, iii) keterbatasan jaringan pelayanan air bersih.

Pengelolaan air bersih di Kota Lubuklinggau dikelola ole

Perusahaan daerah yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bukit Sulap.

Sumber air bersih tersebut didapat dari Sungai kelingi, Sungai Malus, Sungai Apur

dan Air tanah. Sampai pada tahun 2011 pelayanan air bersih

Kota Lubuklinggau baru mencapai 31,20 % mencakup seluruh Kecamatan

dalam Kota Lubuklinggau hal ini disebabkan masih kurangnya sarana dan prasarana

untuk melayani seluruh penduduk di Kota Lubuklinggau.

Permasalahan air bersih masih menjadi permasalahan di

Lubuklinggau, oleh karena itu PDAM Tirta Bukit Sulap terus berupaya untuk

meningkatkan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota

Lubuklinggau. Untuk daerah yang padat penduduk ketersediaan air bersih masih

menjadi masalah terutama pada musim kemarau, karena pasokan air PDAM kurang

maksimal dan kondisi kualitas air tanah sudah menurun sehingga masyarakat

mendapatkan air dari sumur gali yang kondisi airnya masih cukup baik dan air

. Ketahanan Energi Listrik

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

101

penggunaan lahan di Kota Lubuklinggau. Perubahan kondisi lahan dari ruang

terbuka menjadi lahan terbangun mengurangi kemampuan infiltrasi tanah dan

menjadikan air hujan yang turun menjadi air limpasan (run off). Air limpasan dalam

dengan ketinggian lebih rendah,

saluran air. Jika kapasitas saluran drainase yang ada

tidak mampu menampung jumlah air limpasan yang dihasilkan pada saat kondisi

titik genangan di beberapa tempat di Kota Lubuklinggau.

nai drainase di Kota Lubuklinggau

diantaranya adalah (1) Belum terintegrasinya antara saluran tersier dan sekunder

elum adanya perencanaan skala Kota

(masterplan) dalam perencanaan drainase di Kota Lubuklinggau; (3) Banyaknya

sedimentasi dan sampah buangan yang memenuhi saluran drainase yang ada; (4)

Pemb. Drainase primer terkendala masalah dana, lahan dan belum tersediannya

DED; (5) Daya tampung dimensi saluran sudah tidak memadai lagi untuk dapat

menerima limpasan air hujan; dan (6) Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk

menjaga kondisi drainase agar tetap berfunngsi dengan baik;

Pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan prasyarat utama dalam

mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan. Seiring dengan terus

bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas kota maka kebutuhan air bersih juga

enuhan air bersih, meliputi: i)

masih terbatasnya cakupan pelayanan air bersih, ii) terbatasnya sumber air bersih

selain yang berasal dari air tanah, iii) keterbatasan jaringan pelayanan air bersih.

Pengelolaan air bersih di Kota Lubuklinggau dikelola oleh sebuah

Perusahaan daerah yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bukit Sulap.

Sumber air bersih tersebut didapat dari Sungai kelingi, Sungai Malus, Sungai Apur

dan Air tanah. Sampai pada tahun 2011 pelayanan air bersih yang bersumber daeri

Kota Lubuklinggau baru mencapai 31,20 % mencakup seluruh Kecamatan

dalam Kota Lubuklinggau hal ini disebabkan masih kurangnya sarana dan prasarana

untuk melayani seluruh penduduk di Kota Lubuklinggau.

Permasalahan air bersih masih menjadi permasalahan di Kota

Lubuklinggau, oleh karena itu PDAM Tirta Bukit Sulap terus berupaya untuk

meningkatkan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota

Lubuklinggau. Untuk daerah yang padat penduduk ketersediaan air bersih masih

im kemarau, karena pasokan air PDAM kurang

maksimal dan kondisi kualitas air tanah sudah menurun sehingga masyarakat

mendapatkan air dari sumur gali yang kondisi airnya masih cukup baik dan air

Sebagai suatu kawasan per

ketersediaan fasilitas dan utilitas yang memadai. Listrik merupakan kebutuhan primer

bagi sebuah kota saat ini. Hampir semua aktivitas masyarakat membutuhkan

dukungan energi listrik.

Pada saat ini jaringan lis

sekitar 67 % kepala keluarga yang ada. Tetapi tingkat pelayanan yang ada masih

cukup rendah, dimana masih sering terjadinya pemadaman listrik. Untuk

mengembangkan jaringan listrik di masa mendatang maka diperl

daya listrik. Hal ini mengingat tingkat kebutuhan energi listrik penduduk semakin

meningkat sejalan dengan perkembangan Kota Lubuklinggau sebagai pengaruh

kemajuan teknologi. Pengembangan jaringan listrik di Kota Lubuklingau ini dilakukan

secara bertahap mengikuti perkembangan kota dan dilakukan secara terpadu

dengan pengembangan jaringan lainnya yang ada di Propinsi Sumtera Selatan

D. Perumahan dan Permukiman

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang penye

perumahan di Kota Lubuklinggau adalah penyediaan hunian yang layak dan

terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat Lubuklinggau. Dengan populasi

penduduk yang semakin besar maka kebutuhan akan tempat

banyak, sedangkan lahan yang tersedia jumlahnya tetap. Akibatnya muncul dampak

dari ketidak sesuaian ini, antara lain munculnya perumahan kumuh yang biasanya

muncul dikawasan perkotaan, yaitu terdapatnya permukiman di sepanjang jalan rel

kereta api dan di sepanjang sungai.

Permasalahan utama permukiman di bantaran sungai Kota Lubuklinggau

berakar pada ketidaksesuaian penggunaan lahan badan sungai yang sebenarnya

difungsikan sebagai jalur hijau, akan tetapi dipergunakan penduduk sebagai tempa

bermukim. Selain itu, padatnya permukiman di bantaran sungai menjadikan

permukiman di daerah tersebut memiliki kesan kumuh. Ditambah lagi dengan kondisi

sanitasi yang buruk, semakin menjadikan permukiman di bantaran sungai tidak ideal

untuk bermukim.

Dampak lainnya adalah munculnya perumahan yang mempunyai kualitas

rendah karena sebagian masyarakat memiliki daya beli yang minim Hal ini ditandai

dengan adanya permukiman yang cukup padat dan letak bangunan sangat tidak

teratur. Selain itu juga sulitnya untu

perumahan yaitu kurang tersedianya jaringan drainase yang memadai, sebagian

besar jaringan jalan permukiman di kawasan permukiman sangat sempit dan hanya

berupa gang-gang kecil dan akses menuju kawasan perumahan sangat k

tidak memadai.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

Sebagai suatu kawasan perkotaan Kota Lubuklinggau harus didukung oleh

ketersediaan fasilitas dan utilitas yang memadai. Listrik merupakan kebutuhan primer

bagi sebuah kota saat ini. Hampir semua aktivitas masyarakat membutuhkan

dukungan energi listrik..

Pada saat ini jaringan listrik di Kota Lubuklinggau sudah dapat melayani

sekitar 67 % kepala keluarga yang ada. Tetapi tingkat pelayanan yang ada masih

cukup rendah, dimana masih sering terjadinya pemadaman listrik. Untuk

mengembangkan jaringan listrik di masa mendatang maka diperl

daya listrik. Hal ini mengingat tingkat kebutuhan energi listrik penduduk semakin

meningkat sejalan dengan perkembangan Kota Lubuklinggau sebagai pengaruh

kemajuan teknologi. Pengembangan jaringan listrik di Kota Lubuklingau ini dilakukan

ecara bertahap mengikuti perkembangan kota dan dilakukan secara terpadu

dengan pengembangan jaringan lainnya yang ada di Propinsi Sumtera Selatan

. Perumahan dan Permukiman

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang penyediaannya menjadi tanggung jawab pemerintah.

perumahan di Kota Lubuklinggau adalah penyediaan hunian yang layak dan

terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat Lubuklinggau. Dengan populasi

penduduk yang semakin besar maka kebutuhan akan tempat

banyak, sedangkan lahan yang tersedia jumlahnya tetap. Akibatnya muncul dampak

dari ketidak sesuaian ini, antara lain munculnya perumahan kumuh yang biasanya

muncul dikawasan perkotaan, yaitu terdapatnya permukiman di sepanjang jalan rel

reta api dan di sepanjang sungai.

Permasalahan utama permukiman di bantaran sungai Kota Lubuklinggau

berakar pada ketidaksesuaian penggunaan lahan badan sungai yang sebenarnya

difungsikan sebagai jalur hijau, akan tetapi dipergunakan penduduk sebagai tempa

bermukim. Selain itu, padatnya permukiman di bantaran sungai menjadikan

permukiman di daerah tersebut memiliki kesan kumuh. Ditambah lagi dengan kondisi

sanitasi yang buruk, semakin menjadikan permukiman di bantaran sungai tidak ideal

untuk bermukim.

pak lainnya adalah munculnya perumahan yang mempunyai kualitas

rendah karena sebagian masyarakat memiliki daya beli yang minim Hal ini ditandai

dengan adanya permukiman yang cukup padat dan letak bangunan sangat tidak

teratur. Selain itu juga sulitnya untuk mendapatkan akses prasarana dasar

perumahan yaitu kurang tersedianya jaringan drainase yang memadai, sebagian

besar jaringan jalan permukiman di kawasan permukiman sangat sempit dan hanya

gang kecil dan akses menuju kawasan perumahan sangat k

tidak memadai.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

102

kotaan Kota Lubuklinggau harus didukung oleh

ketersediaan fasilitas dan utilitas yang memadai. Listrik merupakan kebutuhan primer

bagi sebuah kota saat ini. Hampir semua aktivitas masyarakat membutuhkan

trik di Kota Lubuklinggau sudah dapat melayani

sekitar 67 % kepala keluarga yang ada. Tetapi tingkat pelayanan yang ada masih

cukup rendah, dimana masih sering terjadinya pemadaman listrik. Untuk

mengembangkan jaringan listrik di masa mendatang maka diperlukan penambahan

daya listrik. Hal ini mengingat tingkat kebutuhan energi listrik penduduk semakin

meningkat sejalan dengan perkembangan Kota Lubuklinggau sebagai pengaruh

kemajuan teknologi. Pengembangan jaringan listrik di Kota Lubuklingau ini dilakukan

ecara bertahap mengikuti perkembangan kota dan dilakukan secara terpadu

dengan pengembangan jaringan lainnya yang ada di Propinsi Sumtera Selatan.

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar

diaannya menjadi tanggung jawab pemerintah. Permasalahan

perumahan di Kota Lubuklinggau adalah penyediaan hunian yang layak dan

terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat Lubuklinggau. Dengan populasi

penduduk yang semakin besar maka kebutuhan akan tempat tinggal semakin

banyak, sedangkan lahan yang tersedia jumlahnya tetap. Akibatnya muncul dampak

dari ketidak sesuaian ini, antara lain munculnya perumahan kumuh yang biasanya

muncul dikawasan perkotaan, yaitu terdapatnya permukiman di sepanjang jalan rel

Permasalahan utama permukiman di bantaran sungai Kota Lubuklinggau

berakar pada ketidaksesuaian penggunaan lahan badan sungai yang sebenarnya

difungsikan sebagai jalur hijau, akan tetapi dipergunakan penduduk sebagai tempat

bermukim. Selain itu, padatnya permukiman di bantaran sungai menjadikan

permukiman di daerah tersebut memiliki kesan kumuh. Ditambah lagi dengan kondisi

sanitasi yang buruk, semakin menjadikan permukiman di bantaran sungai tidak ideal

pak lainnya adalah munculnya perumahan yang mempunyai kualitas

rendah karena sebagian masyarakat memiliki daya beli yang minim Hal ini ditandai

dengan adanya permukiman yang cukup padat dan letak bangunan sangat tidak

k mendapatkan akses prasarana dasar

perumahan yaitu kurang tersedianya jaringan drainase yang memadai, sebagian

besar jaringan jalan permukiman di kawasan permukiman sangat sempit dan hanya

gang kecil dan akses menuju kawasan perumahan sangat kurang dan

4.1.3. Daya Dukung Lingkungan dan Sumber Daya Alam

A. Pencemaran Lingkungan

Permasalahan pencemaran lingkungan dapat berdampak pada

keberlanjutan pembangunan kota sehingga perlu diselesaikan secara komprehensif.

Permasalahan lingkungan hidup di Kota Lubuklinggau antara lain

optimalnya pengelolaan sampah

Sebagaimana kota pada umumnya, sampah menjadi

lingkungan penting Kota Lubuklinggau yang tidak

ditangani dengan baik, akan mendatangkan banyak perma

dari mengganggu

menjadi sumber penyakit.

ditangani saat ini, se

jumlah timbulan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan Pemerintah

Kota Lubuklinggau antara lain : penyediaan sarana kebersihan, sosialisasi program

Adipura, soialisasi

melakukan pelatihan terkait pengelolaan sampah dengan system 3R (Reuse,

Reduce dan Recycle). Tetapi pada kenyataannya pengelolaan system 3R yang

dilakukan belum optimal. Permasalahan yang timbul adala

masyarakat masih memperlakukan sampah dengan pola lama dengan membuang

sampah tanpa dilakukan pegelolaan sampah terlebih dahulu

Pengelolaan sampah belum dilakukan oleh masyarakat, yaitu

pemilahan sampah o

Beracun), sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos, untuk sampah

anorganik dapat di gunakan kembali sesuai fungsinnya misal kantong plastik, dapat

juga diolah menjadi barang yang berguna melalui proses tert

kemasan plastik bisa dijadikan tas, topi atau kaleng bekas bisa diolah menjadi pot

bunga, tempat pensil dan asbak serta sampah plastik, botol dan lain

langsung dijual kepengepul barang bekas untuk didaur ulang sehingga t

sampah yang dihasilkan dapat di perkecil bahkan dihilangkan, hal ini akan

mengurangi timbunan sampah di TPA.

Pemerintah Kota Lubuklinggau dengan anggaran dan sarana terbatas

belum dapat melayani pengangkutan sampah secara menyeluruh dalam Kota

Lubuklinggau, yaitu dilihat dari timbulan volume sampah yang dihasilkan penduduk

Kota Lubuklinggau sebesar 521 m

hanya 258 m3

untuk mengangkut produk

dibeberapa titik yang tidak mendapat pelayanan angkutan sampah terdapat

penumpukan sampah dan TPS

dikubur dan ada yang dibakar, hal ini akan menambah

Kota Lubuklinggau

Di Kota Lubuklinggau terdapat 1 (satu) TPA di Petanang yang masih

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

Daya Dukung Lingkungan dan Sumber Daya Alam

A. Pencemaran Lingkungan

Permasalahan pencemaran lingkungan dapat berdampak pada

keberlanjutan pembangunan kota sehingga perlu diselesaikan secara komprehensif.

Permasalahan lingkungan hidup di Kota Lubuklinggau antara lain

optimalnya pengelolaan sampah dan sistem sanitasi di Kota Lubuklinggau

bagaimana kota pada umumnya, sampah menjadi

lingkungan penting Kota Lubuklinggau yang tidak bisa diabaikan. Sampah yang tidak

ditangani dengan baik, akan mendatangkan banyak perma

dari mengganggu pemandangan, menimbulkan bau

menjadi sumber penyakit. Sampah merupakan hal yang sangat penting untuk

ditangani saat ini, semakin bertambah jumlah penduduk

jumlah timbulan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan Pemerintah

Kota Lubuklinggau antara lain : penyediaan sarana kebersihan, sosialisasi program

Adipura, soialisasi program adiwiyata untuk sekolah berwawasan lingkungan,

melakukan pelatihan terkait pengelolaan sampah dengan system 3R (Reuse,

Reduce dan Recycle). Tetapi pada kenyataannya pengelolaan system 3R yang

dilakukan belum optimal. Permasalahan yang timbul adala

masyarakat masih memperlakukan sampah dengan pola lama dengan membuang

sampah tanpa dilakukan pegelolaan sampah terlebih dahulu

Pengelolaan sampah belum dilakukan oleh masyarakat, yaitu

pemilahan sampah organik, anorganik dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan

Beracun), sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos, untuk sampah

rganik dapat di gunakan kembali sesuai fungsinnya misal kantong plastik, dapat

juga diolah menjadi barang yang berguna melalui proses tert

kemasan plastik bisa dijadikan tas, topi atau kaleng bekas bisa diolah menjadi pot

bunga, tempat pensil dan asbak serta sampah plastik, botol dan lain

langsung dijual kepengepul barang bekas untuk didaur ulang sehingga t

sampah yang dihasilkan dapat di perkecil bahkan dihilangkan, hal ini akan

mengurangi timbunan sampah di TPA.

Pemerintah Kota Lubuklinggau dengan anggaran dan sarana terbatas

belum dapat melayani pengangkutan sampah secara menyeluruh dalam Kota

uklinggau, yaitu dilihat dari timbulan volume sampah yang dihasilkan penduduk

Kota Lubuklinggau sebesar 521 m3, dengan jumlah sampah yang ditangani yaitu

3 atau hanya sebesar 47% saja.hal ini dikarenakan kurangnya armada

untuk mengangkut produksi sampah yang berada di jalan

dibeberapa titik yang tidak mendapat pelayanan angkutan sampah terdapat

penumpukan sampah dan TPS-TPS liar. Sebagian dari sampah tersebut ada yang

dikubur dan ada yang dibakar, hal ini akan menambah

Kota Lubuklinggau.

Di Kota Lubuklinggau terdapat 1 (satu) TPA di Petanang yang masih

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

103

Daya Dukung Lingkungan dan Sumber Daya Alam

Permasalahan pencemaran lingkungan dapat berdampak pada

keberlanjutan pembangunan kota sehingga perlu diselesaikan secara komprehensif.

Permasalahan lingkungan hidup di Kota Lubuklinggau antara lain masih kurang

di Kota Lubuklinggau.

bagaimana kota pada umumnya, sampah menjadi permasalahan

bisa diabaikan. Sampah yang tidak

ditangani dengan baik, akan mendatangkan banyak permasalahan lingkungan, mulai

ngan, menimbulkan bau yang tidak sedap, bahkan

Sampah merupakan hal yang sangat penting untuk

makin bertambah jumlah penduduk semakin bertambah pula

jumlah timbulan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan Pemerintah

Kota Lubuklinggau antara lain : penyediaan sarana kebersihan, sosialisasi program

program adiwiyata untuk sekolah berwawasan lingkungan,

melakukan pelatihan terkait pengelolaan sampah dengan system 3R (Reuse,

Reduce dan Recycle). Tetapi pada kenyataannya pengelolaan system 3R yang

dilakukan belum optimal. Permasalahan yang timbul adalah sebagian besar

masyarakat masih memperlakukan sampah dengan pola lama dengan membuang

sampah tanpa dilakukan pegelolaan sampah terlebih dahulu.

Pengelolaan sampah belum dilakukan oleh masyarakat, yaitu belum melalui

rganik dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan

Beracun), sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos, untuk sampah

rganik dapat di gunakan kembali sesuai fungsinnya misal kantong plastik, dapat

juga diolah menjadi barang yang berguna melalui proses tertentu misalnya bekas

kemasan plastik bisa dijadikan tas, topi atau kaleng bekas bisa diolah menjadi pot

bunga, tempat pensil dan asbak serta sampah plastik, botol dan lain-lain dapat juga

langsung dijual kepengepul barang bekas untuk didaur ulang sehingga timbulan

sampah yang dihasilkan dapat di perkecil bahkan dihilangkan, hal ini akan

Pemerintah Kota Lubuklinggau dengan anggaran dan sarana terbatas

belum dapat melayani pengangkutan sampah secara menyeluruh dalam Kota

uklinggau, yaitu dilihat dari timbulan volume sampah yang dihasilkan penduduk

, dengan jumlah sampah yang ditangani yaitu

atau hanya sebesar 47% saja.hal ini dikarenakan kurangnya armada

si sampah yang berada di jalan-jalan lingkungan akibatnya

dibeberapa titik yang tidak mendapat pelayanan angkutan sampah terdapat

TPS liar. Sebagian dari sampah tersebut ada yang

dikubur dan ada yang dibakar, hal ini akan menambah buruk kualitas lingkungan di

Di Kota Lubuklinggau terdapat 1 (satu) TPA di Petanang yang masih

menggunakan system open dumping dan sudah direncanakan untuk merelokasi

TPA ke Kelurahan Lubuk Binjai dengan system controlled landfill/sani

yang lebih luas areanya.

Permasalahan sanitasi yang dihadapi Kota Lubuklinggau cukup kompleks.

Permasalahan mendesak sistem sanitasi adalah sebagai berikut: 1) Pembuangan air

limbah domestik masih bergabung dengan saluran buangan air hujan; 2

masyarakat yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan belum mengerti

bagaimana kondisi tangki septic yang sehat; 3) Belum adanya Peraturan Daerah

yang mengatur bagi dunia usaha dan developer/pengembang untuk menyediakan

sarana pengelolaan air

B. Perubahan penggunaan lahan

Daerah perkotaan diidentikkan dengan jumlah penduduk yang tinggi dan

penggunaan lahan didominasi oleh lahan terbangun. Tingginya jumlah penduduk ini

mengakibatkan kebutuhan penduduk akan

tinggi terutama untuk lahan terbangun. Hal ini pada akhirnya akan menjadi pemicu

terjadinya konversi lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun

terrjadi juga di Kota Lubuklinggau. Hal ini dapat diliha

Kota Lubuklinggau didominasi oleh permukiman. yang semakin meningkat dari

tahun 2009 sampai tahun 2011 yaitu dari 6.426,86 Ha meningkat menjadi 10.234,5

Sedangkan penggunaan lahan perkebunan

C. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan elemen penting dalam

pembangunan kota untuk meningkatkan kualitas ruang kota yang asri, nyaman dan

sehat. Ketersediaan RTH di Kota Lubuklinggau masih perlu ditingkatkan untuk

memenuhi persyar

RTH di Kota Lubuklinggau meliputi penyediaan dan penyebaran dan kualitas RTH

publik dan privat di seluruh wilayah serta pengembangan tajuk hijau.

D. Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah (R

merupakan dokumen yang memberikan arah kebijakan pemanfaatan ruang dalam

waktu 20 tahun mendatang. Dalam praktiknya, pembangunan kota seringkali

dihadapkan pada masalah keterbatasan lahan, sementara kebutuhan pembangu

terus meningkat. Pemanfaatan ruang kota seringkali melebihi kapasitas daya

dukungnya dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada.

Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan penataan ruang

adalah peningkatan efektivitas RTRW sebagai instr

konsisten digunakan untuk mewujudkan ruang kota yang aman, nyaman dan

berkualitas. Pengendalian pemanfaatan ruang belum dilakukan secara konsisten

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

menggunakan system open dumping dan sudah direncanakan untuk merelokasi

TPA ke Kelurahan Lubuk Binjai dengan system controlled landfill/sani

yang lebih luas areanya.

Permasalahan sanitasi yang dihadapi Kota Lubuklinggau cukup kompleks.

Permasalahan mendesak sistem sanitasi adalah sebagai berikut: 1) Pembuangan air

limbah domestik masih bergabung dengan saluran buangan air hujan; 2

masyarakat yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan belum mengerti

bagaimana kondisi tangki septic yang sehat; 3) Belum adanya Peraturan Daerah

yang mengatur bagi dunia usaha dan developer/pengembang untuk menyediakan

sarana pengelolaan air limbah di tempat usaha dan Perumahan;.

B. Perubahan penggunaan lahan

Daerah perkotaan diidentikkan dengan jumlah penduduk yang tinggi dan

penggunaan lahan didominasi oleh lahan terbangun. Tingginya jumlah penduduk ini

mengakibatkan kebutuhan penduduk akan ruang terutama ruang yang semakin

tinggi terutama untuk lahan terbangun. Hal ini pada akhirnya akan menjadi pemicu

terjadinya konversi lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun

terrjadi juga di Kota Lubuklinggau. Hal ini dapat diliha

Kota Lubuklinggau didominasi oleh permukiman. yang semakin meningkat dari

tahun 2009 sampai tahun 2011 yaitu dari 6.426,86 Ha meningkat menjadi 10.234,5

Sedangkan penggunaan lahan perkebunan dan pertanian mengalami penurunan.

. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan elemen penting dalam

pembangunan kota untuk meningkatkan kualitas ruang kota yang asri, nyaman dan

sehat. Ketersediaan RTH di Kota Lubuklinggau masih perlu ditingkatkan untuk

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Permasalahan

RTH di Kota Lubuklinggau meliputi penyediaan dan penyebaran dan kualitas RTH

publik dan privat di seluruh wilayah serta pengembangan tajuk hijau.

D. Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau tahun 2012

merupakan dokumen yang memberikan arah kebijakan pemanfaatan ruang dalam

waktu 20 tahun mendatang. Dalam praktiknya, pembangunan kota seringkali

dihadapkan pada masalah keterbatasan lahan, sementara kebutuhan pembangu

terus meningkat. Pemanfaatan ruang kota seringkali melebihi kapasitas daya

dukungnya dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada.

Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan penataan ruang

adalah peningkatan efektivitas RTRW sebagai instrumen pembangunan yang secara

konsisten digunakan untuk mewujudkan ruang kota yang aman, nyaman dan

berkualitas. Pengendalian pemanfaatan ruang belum dilakukan secara konsisten

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

104

menggunakan system open dumping dan sudah direncanakan untuk merelokasi

TPA ke Kelurahan Lubuk Binjai dengan system controlled landfill/sanitary landfill

Permasalahan sanitasi yang dihadapi Kota Lubuklinggau cukup kompleks.

Permasalahan mendesak sistem sanitasi adalah sebagai berikut: 1) Pembuangan air

limbah domestik masih bergabung dengan saluran buangan air hujan; 2) Masih ada

masyarakat yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan belum mengerti

bagaimana kondisi tangki septic yang sehat; 3) Belum adanya Peraturan Daerah

yang mengatur bagi dunia usaha dan developer/pengembang untuk menyediakan

limbah di tempat usaha dan Perumahan;.

Daerah perkotaan diidentikkan dengan jumlah penduduk yang tinggi dan

penggunaan lahan didominasi oleh lahan terbangun. Tingginya jumlah penduduk ini

ruang terutama ruang yang semakin

tinggi terutama untuk lahan terbangun. Hal ini pada akhirnya akan menjadi pemicu

terjadinya konversi lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun. Hal ini

terrjadi juga di Kota Lubuklinggau. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan lahan di

Kota Lubuklinggau didominasi oleh permukiman. yang semakin meningkat dari

tahun 2009 sampai tahun 2011 yaitu dari 6.426,86 Ha meningkat menjadi 10.234,5

pertanian mengalami penurunan.

Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan elemen penting dalam

pembangunan kota untuk meningkatkan kualitas ruang kota yang asri, nyaman dan

sehat. Ketersediaan RTH di Kota Lubuklinggau masih perlu ditingkatkan untuk

atan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Permasalahan

RTH di Kota Lubuklinggau meliputi penyediaan dan penyebaran dan kualitas RTH

publik dan privat di seluruh wilayah serta pengembangan tajuk hijau.

TRW) Kota Lubuklinggau tahun 2012-2032

merupakan dokumen yang memberikan arah kebijakan pemanfaatan ruang dalam

waktu 20 tahun mendatang. Dalam praktiknya, pembangunan kota seringkali

dihadapkan pada masalah keterbatasan lahan, sementara kebutuhan pembangunan

terus meningkat. Pemanfaatan ruang kota seringkali melebihi kapasitas daya

dukungnya dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada.

Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan penataan ruang

umen pembangunan yang secara

konsisten digunakan untuk mewujudkan ruang kota yang aman, nyaman dan

berkualitas. Pengendalian pemanfaatan ruang belum dilakukan secara konsisten

dikarenakan belum lengkapnya perangkat dan piranti peraturan untuk menunjang

pelaksanaan RTRW. Penyelesaian permasalahan terkait penataan ruang tersebut

menjadi tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota yaitu dengan memperkuat

pengendalian pemanfaatan ruang (sesuai UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang) melalui penetapan pera

disinsentif serta pengenaan sanksi yang tegas.

4.1.4. Tata Kelola Pemerintahan

A. Reformasi Birokrasi

Permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi

antara lain pelaksanaan konsep

pembenahan birokrasi menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku seluruh

jajaran aparat pemerintahan di semua tingkatan secara terpadu dan sistemik. Selain

itu upaya penataan ulang secara bertahap dan sistema

daerah perlu terus dilakukan melalui penataan kelembagaan atau institusi yang

efisien dengan tata laksana yang jelas (transparan), kapasitas SDM yang

profesional, akuntabilitas tinggi kepada masyarakat dan pelayanan publik yang

prima. Selain itu, permasalahan lainnya dalam konteks ini adalah mensinergikan

antar lembaga pemerintah dan belum optimalnya sinergitas pemerintah, dunia usaha

dan masyarakat untuk mewujudkan birokrasi yang profesional.

B. Keuangan Daerah

Pembangunan Kota Lu

anggaran yang memadai. Permasalahan umum dalam pembiayaan pembangunan

daerah adalah meningkatkan dan memobilisasi sumber

pembangunan daerah baik yang konvensional maupun non

kemampuan sumber daya manusia pengelola keuangan daerah di semua tingkatan

pemerintah mulai dari kelurahan, kecamatan, dan kota masih perlu ditingkatkan,

meskipun Kota Lubuklinggau mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) dalam pengelolaan

C. Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

Permasalahan terkait kelembagaan dan ketatalaksanaan antara lain:

struktur kelembagaan pemerintahan Kota Lubuklinggau

melayani kebutuhan masyarakat.

Pemerintah Kota Lubuklinggau

lebih respon terhadap kebutuhan masyarakat

pelayanan publik

dan terhindar dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Permasalahan

tersebut sangat terkait erat dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

dikarenakan belum lengkapnya perangkat dan piranti peraturan untuk menunjang

aksanaan RTRW. Penyelesaian permasalahan terkait penataan ruang tersebut

menjadi tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota yaitu dengan memperkuat

pengendalian pemanfaatan ruang (sesuai UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang) melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan

disinsentif serta pengenaan sanksi yang tegas.

Tata Kelola Pemerintahan

A. Reformasi Birokrasi

Permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi

antara lain pelaksanaan konsep reformasi birokrasi secara efisien dan efektif,

pembenahan birokrasi menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku seluruh

jajaran aparat pemerintahan di semua tingkatan secara terpadu dan sistemik. Selain

itu upaya penataan ulang secara bertahap dan sistema

daerah perlu terus dilakukan melalui penataan kelembagaan atau institusi yang

efisien dengan tata laksana yang jelas (transparan), kapasitas SDM yang

profesional, akuntabilitas tinggi kepada masyarakat dan pelayanan publik yang

a. Selain itu, permasalahan lainnya dalam konteks ini adalah mensinergikan

antar lembaga pemerintah dan belum optimalnya sinergitas pemerintah, dunia usaha

dan masyarakat untuk mewujudkan birokrasi yang profesional.

B. Keuangan Daerah

Pembangunan Kota Lubuklinggau memerlukan dukungan ketersediaan

anggaran yang memadai. Permasalahan umum dalam pembiayaan pembangunan

daerah adalah meningkatkan dan memobilisasi sumber

pembangunan daerah baik yang konvensional maupun non

kemampuan sumber daya manusia pengelola keuangan daerah di semua tingkatan

pemerintah mulai dari kelurahan, kecamatan, dan kota masih perlu ditingkatkan,

meskipun Kota Lubuklinggau mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) dalam pengelolaan keuangan daerah

C. Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

Permasalahan terkait kelembagaan dan ketatalaksanaan antara lain:

struktur kelembagaan pemerintahan Kota Lubuklinggau

melayani kebutuhan masyarakat. Selain itu, tata laksana di

Kota Lubuklinggau juga masih perlu mendapat perhatian khusus, agar

lebih respon terhadap kebutuhan masyarakat sehingga dapat memberikan

pelayanan publik yang lebih prima dalam artian dapat lebih cepat, mudah, murah

terhindar dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Permasalahan

tersebut sangat terkait erat dengan kualitas dan kapasitas sumber daya pegawai

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

105

dikarenakan belum lengkapnya perangkat dan piranti peraturan untuk menunjang

aksanaan RTRW. Penyelesaian permasalahan terkait penataan ruang tersebut

menjadi tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota yaitu dengan memperkuat

pengendalian pemanfaatan ruang (sesuai UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

turan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan

Permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi

reformasi birokrasi secara efisien dan efektif,

pembenahan birokrasi menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku seluruh

jajaran aparat pemerintahan di semua tingkatan secara terpadu dan sistemik. Selain

itu upaya penataan ulang secara bertahap dan sistematis terhadap pemerintah

daerah perlu terus dilakukan melalui penataan kelembagaan atau institusi yang

efisien dengan tata laksana yang jelas (transparan), kapasitas SDM yang

profesional, akuntabilitas tinggi kepada masyarakat dan pelayanan publik yang

a. Selain itu, permasalahan lainnya dalam konteks ini adalah mensinergikan

antar lembaga pemerintah dan belum optimalnya sinergitas pemerintah, dunia usaha

dan masyarakat untuk mewujudkan birokrasi yang profesional.

buklinggau memerlukan dukungan ketersediaan

anggaran yang memadai. Permasalahan umum dalam pembiayaan pembangunan

daerah adalah meningkatkan dan memobilisasi sumber-sumber pembiayaan

pembangunan daerah baik yang konvensional maupun non-konvensional. Selain itu

kemampuan sumber daya manusia pengelola keuangan daerah di semua tingkatan

pemerintah mulai dari kelurahan, kecamatan, dan kota masih perlu ditingkatkan,

meskipun Kota Lubuklinggau mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian

Permasalahan terkait kelembagaan dan ketatalaksanaan antara lain:

struktur kelembagaan pemerintahan Kota Lubuklinggau masih belum optimal dalam

Selain itu, tata laksana di lingkungan organisasi

juga masih perlu mendapat perhatian khusus, agar

sehingga dapat memberikan

ian dapat lebih cepat, mudah, murah

terhindar dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Permasalahan tata laksana

kualitas dan kapasitas sumber daya pegawai

yang masih belum memadai, sehingga berpengaruh pada lemahnya pelayanan

publik yang langsung kepad

4.1.5. Ekonomi dan Investasi

A. Stabilitas Ekonomi

Perkembangan perekonomian Kota Lubuklinggau selama lima tahun

terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan riil sektor

ekonomi dari tahun ke tahun selalu meningkat. Hal ini menunjukkan kinerja

pembangunan daerah yang semakin baik. Selain i

mengindikasikan kondisi perekonomian Lubuklinggau yang semakin pulih dari

pengaruh krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia pada umumnya.

Dalam konteks

fundamental untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

(sustainable economic growth

pertumbuhan ekonomi dan

Pertumbuhan ekonomi Kota L

utama yaitu sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasa

Jasa, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa.

mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Kemudian un

Lubuklinggau

hingga tahun 2010

Selanjutnya untuk menindaklanjuti hal tersebut, diperlukan upaya untuk

menjaga stabilitas ekonomi makro melalui langkah

daya tahan perekonomian domestik terhadap berbagai gejolak yang muncul, baik

dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, diperlukan langkah

mengendalikan laju inflasi, stabilitas nilai tukar, serta tingkat bunga yang kompetitif

B. Perdagangan dan Jasa

Kota Lubuklinggau cukup potensial dalam kegiatan perdagangan dan jasa,

hal ini nampak dari banyaknya tempat

ragam fasilitas pendukungnya. Namun perkembangan kegiatan perdagangan dan

jasa masih terpusat pada satu k

persebaran kegiatan perdagangan

perdagangan dan jas

titik kawasan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi diwilayah Kota Lubuklinggau.

C. Iklim Investasi

Permasalahan iklim investasi yang terjadi di

adalah belum

yang dilaksanakan oleh Pemerintah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

yang masih belum memadai, sehingga berpengaruh pada lemahnya pelayanan

publik yang langsung kepada masyarakat seperti kecamatan dan kelurahan.

Ekonomi dan Investasi

A. Stabilitas Ekonomi

Perkembangan perekonomian Kota Lubuklinggau selama lima tahun

terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan riil sektor

ekonomi dari tahun ke tahun selalu meningkat. Hal ini menunjukkan kinerja

pembangunan daerah yang semakin baik. Selain i

mengindikasikan kondisi perekonomian Lubuklinggau yang semakin pulih dari

pengaruh krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia pada umumnya.

Dalam konteks pembangunan daerah, stabilitas ekonomi merupakan faktor

fundamental untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

(sustainable economic growth). Stabilitas ekonomi ini

pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di daerah.

Pertumbuhan ekonomi Kota Lubuklinggau disumbang oleh empat sektor

utama yaitu sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasa

Jasa, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa. Saat ini, pertumbuhan ekonomi

mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Kemudian un

hampir selalu berada di bawah nasional dalam lima tahun terakhir

hingga tahun 2010.

Selanjutnya untuk menindaklanjuti hal tersebut, diperlukan upaya untuk

menjaga stabilitas ekonomi makro melalui langkah

daya tahan perekonomian domestik terhadap berbagai gejolak yang muncul, baik

dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, diperlukan langkah

mengendalikan laju inflasi, stabilitas nilai tukar, serta tingkat bunga yang kompetitif

. Perdagangan dan Jasa

Kota Lubuklinggau cukup potensial dalam kegiatan perdagangan dan jasa,

hal ini nampak dari banyaknya tempat-tempat perdagangan dan jasa serta beraneka

ragam fasilitas pendukungnya. Namun perkembangan kegiatan perdagangan dan

jasa masih terpusat pada satu kawasan di Pusat Pelayanan Kota

persebaran kegiatan perdagangan dan jasa dan peningkatan fasilitas dan sarana

perdagangan dan jasa yang merata disetiap Sub Pusat Pelayanan Kota dan titik

strategis dalam rangka memperlancar ar

meningkatkan pertumbuhan ekonomi diwilayah Kota Lubuklinggau.

. Iklim Investasi

Permasalahan iklim investasi yang terjadi di

maksimalnya pelaksanaan kebijakan pelayanan te

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

106

yang masih belum memadai, sehingga berpengaruh pada lemahnya pelayanan

a masyarakat seperti kecamatan dan kelurahan.

Perkembangan perekonomian Kota Lubuklinggau selama lima tahun

terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan riil sektor

ekonomi dari tahun ke tahun selalu meningkat. Hal ini menunjukkan kinerja

pembangunan daerah yang semakin baik. Selain itu, peningkatan tersebut

mengindikasikan kondisi perekonomian Lubuklinggau yang semakin pulih dari

pengaruh krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia pada umumnya.

stabilitas ekonomi merupakan faktor

fundamental untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

tabilitas ekonomi ini sangat dipengaruhi oleh

ubuklinggau disumbang oleh empat sektor

utama yaitu sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasa-

Saat ini, pertumbuhan ekonomi

mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Kemudian untuk laju inflasi di Kota

hampir selalu berada di bawah nasional dalam lima tahun terakhir

Selanjutnya untuk menindaklanjuti hal tersebut, diperlukan upaya untuk

menjaga stabilitas ekonomi makro melalui langkah-langkah untuk memperkuat

daya tahan perekonomian domestik terhadap berbagai gejolak yang muncul, baik

dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, diperlukan langkah-langkah untuk

mengendalikan laju inflasi, stabilitas nilai tukar, serta tingkat bunga yang kompetitif.

Kota Lubuklinggau cukup potensial dalam kegiatan perdagangan dan jasa,

tempat perdagangan dan jasa serta beraneka

ragam fasilitas pendukungnya. Namun perkembangan kegiatan perdagangan dan

di Pusat Pelayanan Kota dan perlu adanya

peningkatan fasilitas dan sarana

a yang merata disetiap Sub Pusat Pelayanan Kota dan titik-

dalam rangka memperlancar arus barang dan jasa dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi diwilayah Kota Lubuklinggau.

Permasalahan iklim investasi yang terjadi di Kota Lubuklinggau utamanya

kebijakan pelayanan terpadu satu pintu

Kota Lubuklinggau, masih terdapat perizinan

yang diproses oleh SKPD selain Kantor Perizinan

dibentuknya pelayanan terpadu satu pintu

mempercepat waktu proses periz

Selanjutnya, perbaikan iklim investasi, juga dipengaruhi oleh

pendukung seperti kondisi dan ketersediaan infrastruktur, kepastian hukum,

kemudahan perijinan, stabilitas politik, kemudahan memperoleh tenaga kerj

insentif pada bidang pariwisata, dan pengelolaan investasi akan menentukan

seberapa besar penanaman modal yang dapat diusahakan di kota Lubuklinggau.

Infrastruktur yang perlu mendapat perhatian adalah jalan,

dan sistem transport

usaha. Permasalahan lainnya adalah mensinergikan antara pemerintah, dunia

usaha dan masyarakat untuk mewujudkan perbaikan iklim investasi.

C. Ketenagakerjaan

Jumlah pengangguran terbuka pada usia

di Kota Lubuklinggau mengalami penurunan dari tahun 2008 sebanyak 11.118

orang angkatan kerja atau 13,49 persen dari seluruh penduduk usia angkatan kerja

menjadi 7.336 orang angkatan kerja atau 7,43 persen dari seluruh pend

angkatan kerja. Dari data tersebut diharapkan pemerintah Kota Lubuklinggau

dapat menfokuskan program kegiatan pembangunan yang dapat membuka

investasi dan lapangan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah pengangguran.

Hal tersebut dikarenakan se

baru yaitu angkatan kerja baru yang dapat memunculkan pengangguran baru.

Kurangnya ketrampilan dan keahlian tenaga kerja serta terbatasnya kesempatan

kerja juga dapat menjadi penyebab munculnya penganggura

Lubuklinggau. Minimnya lapangan pekerjaan formal menyebabnya banyak tenaga

kerja tidak terserap yang kemudian justru diberdayaakan didaerah lain yang

memiliki banyak lapangan kerja formal. Jika hal ini dibiarkan maka Kota

Lubuklinggau akan kehil

Untuk menciptakan lapangan kerja formal membutuhkan investasi yang

cukup besar serta dibutuhkan cara yang tepat untuk menarik investor agar dapat

berinvestasi di kota lubuklinggau serta mengembangkan kegiat

dengan corak dan warna perekonomian di Kota lubuklinggau. Demikian juga

dengan pengembangan industri kreatif yang dapat dijadikan sebagai pilihan untuk

menyerap tenaga kerja yang profesional. Selain itu dirasakan masih kurangnya

tingkat perlindungan dan pengawasan perusahaan terhadap tenaga kerja dimana

pelayanan kepesertaan Jamsostek sebesar 52,18% ditahun 2012 sedangkan

Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan diantaranya Besaran Pemeriksaan

Perusahaan sebesar 34,41% ditahun 2012 dan Besaran P

hanya 20% ditahun 2012. Untuk meningkatkan perlindungan dan pengawasan

terhadap tenaga kerja pemerintah Daerah harus menyusun suatu kebijakan tentang

perlindungan dan pengawasan tenaga kerja terhadap perusahaan di Kota

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

yang diproses oleh SKPD selain Kantor Perizinan

a pelayanan terpadu satu pintu yang untuk mengurangi prosedur dan

mempercepat waktu proses perizinan, belum tercapai dengan sempurna

Selanjutnya, perbaikan iklim investasi, juga dipengaruhi oleh

pendukung seperti kondisi dan ketersediaan infrastruktur, kepastian hukum,

kemudahan perijinan, stabilitas politik, kemudahan memperoleh tenaga kerj

insentif pada bidang pariwisata, dan pengelolaan investasi akan menentukan

seberapa besar penanaman modal yang dapat diusahakan di kota Lubuklinggau.

Infrastruktur yang perlu mendapat perhatian adalah jalan,

dan sistem transportasi yang masih belum mendukung secara maksimal bagi dunia

usaha. Permasalahan lainnya adalah mensinergikan antara pemerintah, dunia

usaha dan masyarakat untuk mewujudkan perbaikan iklim investasi.

C. Ketenagakerjaan

Jumlah pengangguran terbuka pada usia angkatan kerja (15 s.d 64 tahun)

di Kota Lubuklinggau mengalami penurunan dari tahun 2008 sebanyak 11.118

orang angkatan kerja atau 13,49 persen dari seluruh penduduk usia angkatan kerja

menjadi 7.336 orang angkatan kerja atau 7,43 persen dari seluruh pend

angkatan kerja. Dari data tersebut diharapkan pemerintah Kota Lubuklinggau

dapat menfokuskan program kegiatan pembangunan yang dapat membuka

investasi dan lapangan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah pengangguran.

Hal tersebut dikarenakan setiap tahunnya akan selalu bertambah angkatan kerja

baru yaitu angkatan kerja baru yang dapat memunculkan pengangguran baru.

Kurangnya ketrampilan dan keahlian tenaga kerja serta terbatasnya kesempatan

kerja juga dapat menjadi penyebab munculnya penganggura

Lubuklinggau. Minimnya lapangan pekerjaan formal menyebabnya banyak tenaga

kerja tidak terserap yang kemudian justru diberdayaakan didaerah lain yang

memiliki banyak lapangan kerja formal. Jika hal ini dibiarkan maka Kota

Lubuklinggau akan kehilangan aset sumber daya manusia yang berkualitas.

Untuk menciptakan lapangan kerja formal membutuhkan investasi yang

cukup besar serta dibutuhkan cara yang tepat untuk menarik investor agar dapat

berinvestasi di kota lubuklinggau serta mengembangkan kegiat

dengan corak dan warna perekonomian di Kota lubuklinggau. Demikian juga

dengan pengembangan industri kreatif yang dapat dijadikan sebagai pilihan untuk

menyerap tenaga kerja yang profesional. Selain itu dirasakan masih kurangnya

lindungan dan pengawasan perusahaan terhadap tenaga kerja dimana

pelayanan kepesertaan Jamsostek sebesar 52,18% ditahun 2012 sedangkan

Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan diantaranya Besaran Pemeriksaan

Perusahaan sebesar 34,41% ditahun 2012 dan Besaran P

hanya 20% ditahun 2012. Untuk meningkatkan perlindungan dan pengawasan

terhadap tenaga kerja pemerintah Daerah harus menyusun suatu kebijakan tentang

perlindungan dan pengawasan tenaga kerja terhadap perusahaan di Kota

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

107

yang diproses oleh SKPD selain Kantor Perizinan. Dengan demikian tujuan

untuk mengurangi prosedur dan

belum tercapai dengan sempurna.

Selanjutnya, perbaikan iklim investasi, juga dipengaruhi oleh Aspek

pendukung seperti kondisi dan ketersediaan infrastruktur, kepastian hukum,

kemudahan perijinan, stabilitas politik, kemudahan memperoleh tenaga kerja,

insentif pada bidang pariwisata, dan pengelolaan investasi akan menentukan

seberapa besar penanaman modal yang dapat diusahakan di kota Lubuklinggau.

Infrastruktur yang perlu mendapat perhatian adalah jalan, kereta api, bandar udara

asi yang masih belum mendukung secara maksimal bagi dunia

usaha. Permasalahan lainnya adalah mensinergikan antara pemerintah, dunia

usaha dan masyarakat untuk mewujudkan perbaikan iklim investasi.

angkatan kerja (15 s.d 64 tahun)

di Kota Lubuklinggau mengalami penurunan dari tahun 2008 sebanyak 11.118

orang angkatan kerja atau 13,49 persen dari seluruh penduduk usia angkatan kerja

menjadi 7.336 orang angkatan kerja atau 7,43 persen dari seluruh penduduk usia

angkatan kerja. Dari data tersebut diharapkan pemerintah Kota Lubuklinggau

dapat menfokuskan program kegiatan pembangunan yang dapat membuka

investasi dan lapangan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah pengangguran.

tiap tahunnya akan selalu bertambah angkatan kerja

baru yaitu angkatan kerja baru yang dapat memunculkan pengangguran baru.

Kurangnya ketrampilan dan keahlian tenaga kerja serta terbatasnya kesempatan

kerja juga dapat menjadi penyebab munculnya pengangguran di Kota

Lubuklinggau. Minimnya lapangan pekerjaan formal menyebabnya banyak tenaga

kerja tidak terserap yang kemudian justru diberdayaakan didaerah lain yang

memiliki banyak lapangan kerja formal. Jika hal ini dibiarkan maka Kota

angan aset sumber daya manusia yang berkualitas.

Untuk menciptakan lapangan kerja formal membutuhkan investasi yang

cukup besar serta dibutuhkan cara yang tepat untuk menarik investor agar dapat

berinvestasi di kota lubuklinggau serta mengembangkan kegiatan yang sesuai

dengan corak dan warna perekonomian di Kota lubuklinggau. Demikian juga

dengan pengembangan industri kreatif yang dapat dijadikan sebagai pilihan untuk

menyerap tenaga kerja yang profesional. Selain itu dirasakan masih kurangnya

lindungan dan pengawasan perusahaan terhadap tenaga kerja dimana

pelayanan kepesertaan Jamsostek sebesar 52,18% ditahun 2012 sedangkan

Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan diantaranya Besaran Pemeriksaan

Perusahaan sebesar 34,41% ditahun 2012 dan Besaran Pengujian di Perusahaan

hanya 20% ditahun 2012. Untuk meningkatkan perlindungan dan pengawasan

terhadap tenaga kerja pemerintah Daerah harus menyusun suatu kebijakan tentang

perlindungan dan pengawasan tenaga kerja terhadap perusahaan di Kota

Lubuklinggau s

kepada setiap perusahaan.

D. Koperasi dan UMKM

Selama ini permodalan, pemasaran dan manajemen merupakan masalah

yang selalu dihadapi oleh pelaku UMKM

pemerintah untuk menanggulangi masalah tersebut. Hasil dari usaha tersebut

tampak pada peningkatan jumlah koperasi di Kota Lubuklinggau yaitu dari 169 unit

pada tahun 2008 menjadi 188 unit pada tahun 2012 namun jumlah koperasi aktif

menurun dari 154 unit pada

jumlah UKM di Kota Lubuklinggau juga terjadi peningkatan dari 1.785 UKM pada

tahun 2008 menjadi 1.915 UKM pada tahun 2012. Namun meskipun usaha yang

dilakukan pemerintah telah membuahkan hasil masih diperlu

bersifat komprehensif sehingga dapat memecahkan ketiga masalah tersebut secara

permanen.

UMKM

inovatif lebih kreatif dari sekadar memberi bantuan modal dan pelatihan

manajemen u

meningkatkan usaha dan daya saing mereka.

Program pemberdayaan pelaku Koperasi dan UMKM masih terkendala

ketersediaan dana. Program pemberdayaan yang diadakan pemerintah belum

mampu mencapai hasil optim

kendala ketersediaan dana.

permodalan yang sebenarnya sudah disediakan oleh pemerintah maupun

pemerintah daerah dan perusahaan

belum tepat sasaran. Di masa mendatang pemerintah perlu memberikan porsi yang

lebih besar untuk kegiatan ini jika kegiatan tersebut dapat berjalan efektif.

Terkait dengan UMKM, selama ini belum ada kajian dan pilot project terkait

pengembangan UMKM be

masyarakat di wilayah tertentu (community based) untuk meningkatkan efektifitas

pemberdayaan UMKM masyarakat lokal.

Pelatihan usaha lebih sering tidak tepat sasaran. Pelatihan usaha yang

tidak tepat sasaran sesun

pihak-pihak mana saja yang membutuhkan dan yang tidak membutuhkan.

Diperlukan data yang komprehensif terkait jumlah pelaku yang membutuhkan

pelatihan, pihak yang telah mendapatkan pelatihan dan pihak yang

mendapatkan pelatihan sehingga pelatihan dapat lebih efektif dan merata.

E. Ketahanan Pangan

Ketersediaan pangan di Kota Lubuklinggau mengalami penurunan dimana

pada tahun 2012 sebesar 187.001 kg per 1000 sedangkan pada tahun 2011

sebesar 192.575 per 1000. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

Lubuklinggau seperti mensosialisasikan peraturan perundangan ketenagakerjaan

kepada setiap perusahaan.

D. Koperasi dan UMKM

Selama ini permodalan, pemasaran dan manajemen merupakan masalah

yang selalu dihadapi oleh pelaku UMKM-K. Berbagai usaha telah ditempuh oleh

rintah untuk menanggulangi masalah tersebut. Hasil dari usaha tersebut

tampak pada peningkatan jumlah koperasi di Kota Lubuklinggau yaitu dari 169 unit

pada tahun 2008 menjadi 188 unit pada tahun 2012 namun jumlah koperasi aktif

menurun dari 154 unit pada tahun 2008 menjadi 88 unit pada tahun 2012. Untuk

jumlah UKM di Kota Lubuklinggau juga terjadi peningkatan dari 1.785 UKM pada

tahun 2008 menjadi 1.915 UKM pada tahun 2012. Namun meskipun usaha yang

dilakukan pemerintah telah membuahkan hasil masih diperlu

bersifat komprehensif sehingga dapat memecahkan ketiga masalah tersebut secara

UMKM-K di Kota Lubuklinggau masih membutuhkan solusi yang lebih

lebih kreatif dari sekadar memberi bantuan modal dan pelatihan

untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi agar mampu

meningkatkan usaha dan daya saing mereka.

Program pemberdayaan pelaku Koperasi dan UMKM masih terkendala

ketersediaan dana. Program pemberdayaan yang diadakan pemerintah belum

mampu mencapai hasil optimal karena dalam pelaksanaannya sering menemui

kendala ketersediaan dana. Permasalahan UMKM sebagian berkaitan dengan

permodalan yang sebenarnya sudah disediakan oleh pemerintah maupun

pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan melalui CSR, akan tetapi di

belum tepat sasaran. Di masa mendatang pemerintah perlu memberikan porsi yang

lebih besar untuk kegiatan ini jika kegiatan tersebut dapat berjalan efektif.

Terkait dengan UMKM, selama ini belum ada kajian dan pilot project terkait

pengembangan UMKM berdasarkan kebutuhan dan kemampuan kelompok

masyarakat di wilayah tertentu (community based) untuk meningkatkan efektifitas

pemberdayaan UMKM masyarakat lokal.

Pelatihan usaha lebih sering tidak tepat sasaran. Pelatihan usaha yang

tidak tepat sasaran sesungguhnya menunjukkan tidak adanya analisis terhadap

pihak mana saja yang membutuhkan dan yang tidak membutuhkan.

Diperlukan data yang komprehensif terkait jumlah pelaku yang membutuhkan

pelatihan, pihak yang telah mendapatkan pelatihan dan pihak yang

mendapatkan pelatihan sehingga pelatihan dapat lebih efektif dan merata.

E. Ketahanan Pangan

Ketersediaan pangan di Kota Lubuklinggau mengalami penurunan dimana

pada tahun 2012 sebesar 187.001 kg per 1000 sedangkan pada tahun 2011

sebesar 192.575 per 1000. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

108

eperti mensosialisasikan peraturan perundangan ketenagakerjaan

Selama ini permodalan, pemasaran dan manajemen merupakan masalah

K. Berbagai usaha telah ditempuh oleh

rintah untuk menanggulangi masalah tersebut. Hasil dari usaha tersebut

tampak pada peningkatan jumlah koperasi di Kota Lubuklinggau yaitu dari 169 unit

pada tahun 2008 menjadi 188 unit pada tahun 2012 namun jumlah koperasi aktif

tahun 2008 menjadi 88 unit pada tahun 2012. Untuk

jumlah UKM di Kota Lubuklinggau juga terjadi peningkatan dari 1.785 UKM pada

tahun 2008 menjadi 1.915 UKM pada tahun 2012. Namun meskipun usaha yang

dilakukan pemerintah telah membuahkan hasil masih diperlukan usaha yang yang

bersifat komprehensif sehingga dapat memecahkan ketiga masalah tersebut secara

K di Kota Lubuklinggau masih membutuhkan solusi yang lebih

lebih kreatif dari sekadar memberi bantuan modal dan pelatihan

ntuk memecahkan masalah yang mereka hadapi agar mampu

Program pemberdayaan pelaku Koperasi dan UMKM masih terkendala

ketersediaan dana. Program pemberdayaan yang diadakan pemerintah belum

al karena dalam pelaksanaannya sering menemui

Permasalahan UMKM sebagian berkaitan dengan

permodalan yang sebenarnya sudah disediakan oleh pemerintah maupun

perusahaan melalui CSR, akan tetapi dirasa

belum tepat sasaran. Di masa mendatang pemerintah perlu memberikan porsi yang

lebih besar untuk kegiatan ini jika kegiatan tersebut dapat berjalan efektif.

Terkait dengan UMKM, selama ini belum ada kajian dan pilot project terkait

rdasarkan kebutuhan dan kemampuan kelompok

masyarakat di wilayah tertentu (community based) untuk meningkatkan efektifitas

Pelatihan usaha lebih sering tidak tepat sasaran. Pelatihan usaha yang

gguhnya menunjukkan tidak adanya analisis terhadap

pihak mana saja yang membutuhkan dan yang tidak membutuhkan.

Diperlukan data yang komprehensif terkait jumlah pelaku yang membutuhkan

pelatihan, pihak yang telah mendapatkan pelatihan dan pihak yang belum

mendapatkan pelatihan sehingga pelatihan dapat lebih efektif dan merata.

Ketersediaan pangan di Kota Lubuklinggau mengalami penurunan dimana

pada tahun 2012 sebesar 187.001 kg per 1000 sedangkan pada tahun 2011

sebesar 192.575 per 1000. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman

Sumber Daya Manusia terhadap perkembanga

F. Pertanian

Produksi padi di Kota Lubuklinggau mengalami penurunan pada tahun

2011 sebesar 25.847,05 ton dengan luas panen 4.510 Ha menjadi 15.320 ton

dengan luas panen 2.562 di tahun 2012. Hal ini terjadi di

kekeringan panjang dan kurang memadainya sarana dan prasarana irigasi yang

ada serta banyaknya lahan pertanian yang sudah beralih fungsi. Selain itu sulitnya

mendapatkan pupuk yang bersubsidi serta banyaknya penggunaan bibit non

sertifikat. Mengingat permasalahan yang terjadi maka diharapkan pemerintah Kota

Lubuklinggau dapat menfokuskan program/kegiatan untuk mengadakan perbaikan

irigasi tingkat usaha tani terutama di daerah persawahan, memberikan bantuan

bibit unggul serta percontoh

G. Perindustrian dan Perdagangan

Kota Lubuklinggau berada didaerah perlintasan beberapa kota besar di

Sumatera, baik kota

seperti Jambi dan Bengkulu. Posisi ini merupak

perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan industri di

Kota Lubuklinggau setiap tahunnya relative stabil dimana pada tahun 2008

sebanyak 34 unit industri dan pada tahun 2012 sebanyak 35 unit industri bai

industri kecil dan menengah. Namun dalam perjalanannya pertumbuhan disektor

perdagangan tersebut masih terdapat beberapa masalah yang harus ditangani dan

diantaranya kurangnya investasi disektor perdagangan yang berdaya saing, belum

adanya pola kemitraan

serta belum adanya fasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen apabila terjadi

sengketa.

Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Lubuklinggau belum

sepenuhnya dapat dilakukan dengan baik. Di antaranya

tempat yang representative bagi Pedagang Kaki Lima (PKL), masih kurangnya

kesadaran dari pelaku terhadap aturan yang telah dibuat pemerintah dan efektifitas

pemberlakuan sanksi bagi yang melanggar. Selain itu juga berkaitan dengan

kesadaran untuk menjaga kebersihan dan higienitas khususnya bagi PKL yang

berjualan makanan. Selain dari Pedagang Kaki Lima (PKL) pihak konsumen

seringkali membeli ditempat

mengganggu ketertiban umum.

4.1.6. Kesejahteraan Masyarakat

A. Kemiskinan Kota

Sebagai bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara

menyeluruh, kemiskinan perkotaan masih menjadi permasalahan yang dihadapi

dalam pembangunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

Sumber Daya Manusia terhadap perkembangan teknonogi pertanian.

Produksi padi di Kota Lubuklinggau mengalami penurunan pada tahun

2011 sebesar 25.847,05 ton dengan luas panen 4.510 Ha menjadi 15.320 ton

dengan luas panen 2.562 di tahun 2012. Hal ini terjadi di

kekeringan panjang dan kurang memadainya sarana dan prasarana irigasi yang

ada serta banyaknya lahan pertanian yang sudah beralih fungsi. Selain itu sulitnya

mendapatkan pupuk yang bersubsidi serta banyaknya penggunaan bibit non

ifikat. Mengingat permasalahan yang terjadi maka diharapkan pemerintah Kota

Lubuklinggau dapat menfokuskan program/kegiatan untuk mengadakan perbaikan

irigasi tingkat usaha tani terutama di daerah persawahan, memberikan bantuan

bibit unggul serta percontohan budidaya padi sitem organik.

G. Perindustrian dan Perdagangan

Kota Lubuklinggau berada didaerah perlintasan beberapa kota besar di

Sumatera, baik kota-kota di Propinsi Sumatera Selatan maupun Propinsi lain

seperti Jambi dan Bengkulu. Posisi ini merupakan pangsa pasar potensial bagi

perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan industri di

Kota Lubuklinggau setiap tahunnya relative stabil dimana pada tahun 2008

sebanyak 34 unit industri dan pada tahun 2012 sebanyak 35 unit industri bai

industri kecil dan menengah. Namun dalam perjalanannya pertumbuhan disektor

perdagangan tersebut masih terdapat beberapa masalah yang harus ditangani dan

diantaranya kurangnya investasi disektor perdagangan yang berdaya saing, belum

adanya pola kemitraan antara pelaku usaha IKM dan UKM dengan pemilik modal

serta belum adanya fasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen apabila terjadi

Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Lubuklinggau belum

sepenuhnya dapat dilakukan dengan baik. Di antaranya

tempat yang representative bagi Pedagang Kaki Lima (PKL), masih kurangnya

kesadaran dari pelaku terhadap aturan yang telah dibuat pemerintah dan efektifitas

pemberlakuan sanksi bagi yang melanggar. Selain itu juga berkaitan dengan

daran untuk menjaga kebersihan dan higienitas khususnya bagi PKL yang

berjualan makanan. Selain dari Pedagang Kaki Lima (PKL) pihak konsumen

seringkali membeli ditempat-tempat yang dilarang oleh Pemerintah yang dapat

mengganggu ketertiban umum.

Kesejahteraan Masyarakat

A. Kemiskinan Kota

Sebagai bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara

menyeluruh, kemiskinan perkotaan masih menjadi permasalahan yang dihadapi

dalam pembangunan Kota Lubuklinggau. Persentase penduduk miskin Ko

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

109

n teknonogi pertanian.

Produksi padi di Kota Lubuklinggau mengalami penurunan pada tahun

2011 sebesar 25.847,05 ton dengan luas panen 4.510 Ha menjadi 15.320 ton

dengan luas panen 2.562 di tahun 2012. Hal ini terjadi di sebabkan karena lahan

kekeringan panjang dan kurang memadainya sarana dan prasarana irigasi yang

ada serta banyaknya lahan pertanian yang sudah beralih fungsi. Selain itu sulitnya

mendapatkan pupuk yang bersubsidi serta banyaknya penggunaan bibit non

ifikat. Mengingat permasalahan yang terjadi maka diharapkan pemerintah Kota

Lubuklinggau dapat menfokuskan program/kegiatan untuk mengadakan perbaikan

irigasi tingkat usaha tani terutama di daerah persawahan, memberikan bantuan

an budidaya padi sitem organik.

Kota Lubuklinggau berada didaerah perlintasan beberapa kota besar di

kota di Propinsi Sumatera Selatan maupun Propinsi lain

an pangsa pasar potensial bagi

perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan industri di

Kota Lubuklinggau setiap tahunnya relative stabil dimana pada tahun 2008

sebanyak 34 unit industri dan pada tahun 2012 sebanyak 35 unit industri baik

industri kecil dan menengah. Namun dalam perjalanannya pertumbuhan disektor

perdagangan tersebut masih terdapat beberapa masalah yang harus ditangani dan

diantaranya kurangnya investasi disektor perdagangan yang berdaya saing, belum

antara pelaku usaha IKM dan UKM dengan pemilik modal

serta belum adanya fasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen apabila terjadi

Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Lubuklinggau belum

sepenuhnya dapat dilakukan dengan baik. Di antaranya dengan belum adanya

tempat yang representative bagi Pedagang Kaki Lima (PKL), masih kurangnya

kesadaran dari pelaku terhadap aturan yang telah dibuat pemerintah dan efektifitas

pemberlakuan sanksi bagi yang melanggar. Selain itu juga berkaitan dengan

daran untuk menjaga kebersihan dan higienitas khususnya bagi PKL yang

berjualan makanan. Selain dari Pedagang Kaki Lima (PKL) pihak konsumen

tempat yang dilarang oleh Pemerintah yang dapat

Sebagai bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara

menyeluruh, kemiskinan perkotaan masih menjadi permasalahan yang dihadapi

Persentase penduduk miskin Kota

Lubuklinggau mengalami penurunan dari tahun 2008 sebesar 17,36 menjadi

sebesar 14,43

lebih tinggi dibandingkan dengan nasional. Diharapkan Pemerintah Kota

Lubuklinggau dapat memfokuskan progr

menurunkan jumlah penduduk miskin, sesuai dengan 4 (empat) klaster

penanggulangan kemiskinan.

B. Permasalahan Sosial

Selain menimbulkan masalah ekonomi, kemiskinan kota juga dapat

menimbulkan pengaruh terhadap ketentram

gangguan dan masalah sosial seringkali disebabkan karena tekanan kemiskinan

sebagai faktor pemicu. Apabila tidak ditangani dengan serius dan sistematis

kondisi ini dapat menimbulkan ganggguan terhadap ketertiban umum. Penan

masalah sosial ini tidak cukup hanya diserahkan pada pemerintah saja, akan tetapi

dibutuhkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan terutama pemuka

masyarakat, tokoh agama dan para pembina masyarakat di tingkat lokal.

4.2. ISU-ISU STRATEGIS

Isu Strategis

dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang

signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, dan

menentukan tujuan penyelenggara

pembangunan Kota Lubuklinggau dirumuskan berdasarkan permasalahan

permasalahan pembangunan daerah, tantangan dan potensi pembangunan daerah

kedepan, yang meliputi aspek Sumber Daya Manusia,

dukung lingkungan dan sumber daya alam, tata kelola pemerintahan, daya saing

ekonomi daerah, dan kesejahteraan sosial

4.2.1. Peningkatan Pembangunan

Pembangunan terus didorong untuk meningkatkan kualitas

manusia dan memperluas pemerataan pembangunan. Derajat kesehatan, status gizi,

dan taraf pendidikan akan terus ditingkatkan.

sumber daya manusia adalah pemerataan akses layanan dan kualitas pendidikan,

serta pemerataan akses layanan d

A. Pemerataan

Pembangunan sektor pendidikan mempunyai peran penting dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat.. Pembangunan pendidikan diprioritaskan

pada pemenuhan layanan pendidikan dasar yang b

pemerataan akses pendidikan menengah yang bermutu untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan, peningkatan akses dan kualitas pendidikan tinggi agar dapat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

Lubuklinggau mengalami penurunan dari tahun 2008 sebesar 17,36 menjadi

sebesar 14,43% pada Tahun 2011, lebih rendah daripada provinsi, namun masih

lebih tinggi dibandingkan dengan nasional. Diharapkan Pemerintah Kota

Lubuklinggau dapat memfokuskan program/kegiatan pembangunan yang dapat

menurunkan jumlah penduduk miskin, sesuai dengan 4 (empat) klaster

penanggulangan kemiskinan.

B. Permasalahan Sosial

Selain menimbulkan masalah ekonomi, kemiskinan kota juga dapat

menimbulkan pengaruh terhadap ketentraman dan ketertiban umum. Berbagai

gangguan dan masalah sosial seringkali disebabkan karena tekanan kemiskinan

sebagai faktor pemicu. Apabila tidak ditangani dengan serius dan sistematis

kondisi ini dapat menimbulkan ganggguan terhadap ketertiban umum. Penan

masalah sosial ini tidak cukup hanya diserahkan pada pemerintah saja, akan tetapi

dibutuhkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan terutama pemuka

masyarakat, tokoh agama dan para pembina masyarakat di tingkat lokal.

STRATEGIS

Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau

dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang

signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, dan

menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah Isu

pembangunan Kota Lubuklinggau dirumuskan berdasarkan permasalahan

permasalahan pembangunan daerah, tantangan dan potensi pembangunan daerah

kedepan, yang meliputi aspek Sumber Daya Manusia,

dukung lingkungan dan sumber daya alam, tata kelola pemerintahan, daya saing

ekonomi daerah, dan kesejahteraan sosial.

Peningkatan Pembangunan Sumber Daya Manusia

Pembangunan terus didorong untuk meningkatkan kualitas

dan memperluas pemerataan pembangunan. Derajat kesehatan, status gizi,

dan taraf pendidikan akan terus ditingkatkan. Fokus Peningkatan pembangunan

sumber daya manusia adalah pemerataan akses layanan dan kualitas pendidikan,

serta pemerataan akses layanan dan kualitas kesehatan

Pemerataan Akses Layanan Dan Kualitas Pendidikan

Pembangunan sektor pendidikan mempunyai peran penting dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat.. Pembangunan pendidikan diprioritaskan

pada pemenuhan layanan pendidikan dasar yang b

pemerataan akses pendidikan menengah yang bermutu untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan, peningkatan akses dan kualitas pendidikan tinggi agar dapat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

110

Lubuklinggau mengalami penurunan dari tahun 2008 sebesar 17,36 menjadi

% pada Tahun 2011, lebih rendah daripada provinsi, namun masih

lebih tinggi dibandingkan dengan nasional. Diharapkan Pemerintah Kota

am/kegiatan pembangunan yang dapat

menurunkan jumlah penduduk miskin, sesuai dengan 4 (empat) klaster

Selain menimbulkan masalah ekonomi, kemiskinan kota juga dapat

an dan ketertiban umum. Berbagai

gangguan dan masalah sosial seringkali disebabkan karena tekanan kemiskinan

sebagai faktor pemicu. Apabila tidak ditangani dengan serius dan sistematis

kondisi ini dapat menimbulkan ganggguan terhadap ketertiban umum. Penanganan

masalah sosial ini tidak cukup hanya diserahkan pada pemerintah saja, akan tetapi

dibutuhkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan terutama pemuka

masyarakat, tokoh agama dan para pembina masyarakat di tingkat lokal.

kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau

dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang

signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, dan

an pemerintahan daerah Isu-isu strategis

pembangunan Kota Lubuklinggau dirumuskan berdasarkan permasalahan-

permasalahan pembangunan daerah, tantangan dan potensi pembangunan daerah

kedepan, yang meliputi aspek Sumber Daya Manusia, infrastruktur wilayah, daya

dukung lingkungan dan sumber daya alam, tata kelola pemerintahan, daya saing

Sumber Daya Manusia

Pembangunan terus didorong untuk meningkatkan kualitas sumber daya

dan memperluas pemerataan pembangunan. Derajat kesehatan, status gizi,

Fokus Peningkatan pembangunan

sumber daya manusia adalah pemerataan akses layanan dan kualitas pendidikan,

an kualitas kesehatan

Akses Layanan Dan Kualitas Pendidikan

Pembangunan sektor pendidikan mempunyai peran penting dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat.. Pembangunan pendidikan diprioritaskan

pada pemenuhan layanan pendidikan dasar yang berkualitas, perluasan dan

pemerataan akses pendidikan menengah yang bermutu untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan, peningkatan akses dan kualitas pendidikan tinggi agar dapat

melahirkan lulusan perguruan tinggi yang berdaya saing untuk menjawab tantangan

dalam persaingan global. Untuk mewujudkan hal ini, dilakukan melalui peningkatan

kelembagaan sumber daya manusia dan tata laksana yang meliputi penyediaan

prasarana dan sarana, pengelolaan sistem pendidikan yang berkualitas dan

pembiayaan pendidikan serta pe

yang disertai oleh upaya pemerataan distribusi pendidik dan tenaga kependidikan.

B. Pemerataan

Upaya peningkatan kesehatan penduduk terutama diprioritaskan pada

peningkatan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak;

peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan

lingkungan. Pelaksanaan pembangunan kesehatan dilakukan melalui peningkatan

kualitas kelembagaan, sumber daya

peningkatan kualitas prasarana sarana kesehatan peningkatan ketersediaan, dan

mutu obat, peningkatan profesionalisme dan kualitas tenaga medis dan paramedis,

pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata, perbaik

memperhatikan keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan untuk seluruh

masyarakat Lubuklinggau termasuk masyarakat miskin dan kelompok masyarakat

berkebutuhan khusus. melalui.peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan; serta

peningkatan akses pelayanan KB yang berkualitas.

C. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan

pemberdayaan perempuan

Peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan

salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan yang dapat dinikmati secara

adil, efektif, dan akuntabel oleh seluruh

perempuan. Berbagai kem

telah dicapai baik di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, maupun dalam

bidang politik dan jabatan publik.

dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender da

tantangan yang

pemangku kepentingan terkait akan pentingnya pembangunan yang responsif

gender; meningkatkan koordinasi pelaksanaan dan harmonisasi peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan bagi perempuan terhadap

berbagai tindak kekerasan; dan meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan

pemberdayaan perempuan, serta koordinasi pelaksanaannya.

gender dalam berbagai b

4.2.2. Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Perkotaan

Pengembangan Infrastruktur jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar

permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam memenuhi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

melahirkan lulusan perguruan tinggi yang berdaya saing untuk menjawab tantangan

lam persaingan global. Untuk mewujudkan hal ini, dilakukan melalui peningkatan

kelembagaan sumber daya manusia dan tata laksana yang meliputi penyediaan

prasarana dan sarana, pengelolaan sistem pendidikan yang berkualitas dan

pembiayaan pendidikan serta peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru

yang disertai oleh upaya pemerataan distribusi pendidik dan tenaga kependidikan.

Pemerataan Akses Layanan Dan Kualitas Kesehatan

Upaya peningkatan kesehatan penduduk terutama diprioritaskan pada

kses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak;

peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan

lingkungan. Pelaksanaan pembangunan kesehatan dilakukan melalui peningkatan

kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata kelola meliputi antara lain

peningkatan kualitas prasarana sarana kesehatan peningkatan ketersediaan, dan

mutu obat, peningkatan profesionalisme dan kualitas tenaga medis dan paramedis,

pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata, perbaik

memperhatikan keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan untuk seluruh

masyarakat Lubuklinggau termasuk masyarakat miskin dan kelompok masyarakat

berkebutuhan khusus. melalui.peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan; serta

atan akses pelayanan KB yang berkualitas.

Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan

pemberdayaan perempuan

Peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan

salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan yang dapat dinikmati secara

adil, efektif, dan akuntabel oleh seluruh masyarakat

perempuan. Berbagai kemajuan dalam pembangunan yang responsif gender

telah dicapai baik di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, maupun dalam

bidang politik dan jabatan publik. Berdasarkan beberapa permasalahan yang dihadapi

dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

antangan yang akan dihadapi dihadapi adalah meningkatkan pemahaman para

pemangku kepentingan terkait akan pentingnya pembangunan yang responsif

gender; meningkatkan koordinasi pelaksanaan dan harmonisasi peraturan

undangan yang terkait dengan perlindungan bagi perempuan terhadap

berbagai tindak kekerasan; dan meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan

pemberdayaan perempuan, serta koordinasi pelaksanaannya.

gender dalam berbagai bidang politik, ekonomi

Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Perkotaan

Pengembangan Infrastruktur jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar

permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam memenuhi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

111

melahirkan lulusan perguruan tinggi yang berdaya saing untuk menjawab tantangan

lam persaingan global. Untuk mewujudkan hal ini, dilakukan melalui peningkatan

kelembagaan sumber daya manusia dan tata laksana yang meliputi penyediaan

prasarana dan sarana, pengelolaan sistem pendidikan yang berkualitas dan

ningkatan kompetensi dan profesionalisme guru

yang disertai oleh upaya pemerataan distribusi pendidik dan tenaga kependidikan.

Akses Layanan Dan Kualitas Kesehatan

Upaya peningkatan kesehatan penduduk terutama diprioritaskan pada

kses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak;

peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan

lingkungan. Pelaksanaan pembangunan kesehatan dilakukan melalui peningkatan

manusia, dan tata kelola meliputi antara lain

peningkatan kualitas prasarana sarana kesehatan peningkatan ketersediaan, dan

mutu obat, peningkatan profesionalisme dan kualitas tenaga medis dan paramedis,

pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata, perbaikan sistem pelayanan dengan

memperhatikan keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan untuk seluruh

masyarakat Lubuklinggau termasuk masyarakat miskin dan kelompok masyarakat

berkebutuhan khusus. melalui.peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan; serta

Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan

Peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan

salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan yang dapat dinikmati secara

masyarakat, baik laki-laki maupun

ajuan dalam pembangunan yang responsif gender

telah dicapai baik di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, maupun dalam

Berdasarkan beberapa permasalahan yang dihadapi

n pemberdayaan perempuan

meningkatkan pemahaman para

pemangku kepentingan terkait akan pentingnya pembangunan yang responsif

gender; meningkatkan koordinasi pelaksanaan dan harmonisasi peraturan

undangan yang terkait dengan perlindungan bagi perempuan terhadap

berbagai tindak kekerasan; dan meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan

pemberdayaan perempuan, serta koordinasi pelaksanaannya. Peningkatan kualitas

Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Perkotaan

Pengembangan Infrastruktur jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar

permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan sosial

peningkatan aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang

layak dan terjangkau;

dan permukiman, dan peningkatan konektivitas

A. Peningkatan Aksesibilitas Masyarakat Berpenghasilan Rendah Terhadap Hunian

yang Layak dan Terjangkau

Upaya Pemerintah Kota Lubuklinggau untuk meningkatkan aksesibilitas

masarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak

dengan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui penyediaan

prasarana, sarana dasar, dan utilitas umum yang memadai dan terpadu dengan

pengembangan kawasan perumahan dalam rangka mewujudkan kota tanpa

permukiman kumuh.

B. Peningkatan

Ketersediaan sarana dan prasarana dasar permukiman berupa air minum

dan sanitasi secara merata dan berkelanjutan turut menentukan tingkat

kesejahteraan masyarakat

Hal yang harus menjadi perha

penyediaan air minum

yang memiliki akses terhadap sistem perpipaan (PDAM

terhadap sistem

perencanaan penyediaan air minum yang optimal. Untuk Pendanaan harus digali

sumber –sumber pendanaan alternatif khususnya melalui pendanaan dari pihak

swasta.

Seperti sebagian besar kota

memetakan kebu

rencana rinci terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. Akibatnya, prioritas serta

pentahapan pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana air limbah tidak

tergambar jelas. Pengembangan p

oleh kesiapan pendanaan, sehingga strategi yang perlu dikedepankan adalah

pengembangan

Untuk pengelolaan persampahan,

harus sejalan dengan kebijakan nasional yaitu u

sampah melalui penerapan konsep reduce, reuse and recycle (3R) untuk membatasi

laju timbulan sampah

Pembuangan

menggantikan TPA petanang yang sudah tidak layak

peningkatan kualitas layanan pengelolaan sampah.

dengan peningkatan kelembagaan pengelola sampah yang lebih profesional. Untuk

itu perlu dipertimbangkan untuk membentuk Perusahaan Daerah pengelola

persampahan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

kebutuhan sosial-ekonominya Fokus prioritas pembangunan infrastruktur adalah

peningkatan aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang

layak dan terjangkau; peningkatan cakupan layanan dan kualitas

dan permukiman, dan peningkatan konektivitas wilayah

Peningkatan Aksesibilitas Masyarakat Berpenghasilan Rendah Terhadap Hunian

yang Layak dan Terjangkau

Upaya Pemerintah Kota Lubuklinggau untuk meningkatkan aksesibilitas

masarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak

dengan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui penyediaan

prasarana, sarana dasar, dan utilitas umum yang memadai dan terpadu dengan

pengembangan kawasan perumahan dalam rangka mewujudkan kota tanpa

permukiman kumuh.

ningkatan Cakupan Layanan dan Kualitas Infrastruktur

Ketersediaan sarana dan prasarana dasar permukiman berupa air minum

dan sanitasi secara merata dan berkelanjutan turut menentukan tingkat

kesejahteraan masyarakat.

Hal yang harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Lubuklingga

penyediaan air minum adalah upaya untuk meningkatkan

yang memiliki akses terhadap sistem perpipaan (PDAM

terhadap sistem nonperpipaan terlindungi. Selain itu harus di

perencanaan penyediaan air minum yang optimal. Untuk Pendanaan harus digali

sumber pendanaan alternatif khususnya melalui pendanaan dari pihak

Seperti sebagian besar kota-kota di Indonesia, Lubuklinggau belum

memetakan kebutuhan infrastruktur dan layanan air limbah serta tidak tersedianya

rencana rinci terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. Akibatnya, prioritas serta

pentahapan pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana air limbah tidak

tergambar jelas. Pengembangan prasarana air limbah di Lubuklingga juga terhambat

oleh kesiapan pendanaan, sehingga strategi yang perlu dikedepankan adalah

pengembangan sistem pengolahan setempat dan sistem terpusat skala komunal

Untuk pengelolaan persampahan, perhatian pemerintah Kota L

harus sejalan dengan kebijakan nasional yaitu upaya pengurangan volume timbulan

sampah melalui penerapan konsep reduce, reuse and recycle (3R) untuk membatasi

laju timbulan sampah. Dari sisi pengangkutan sampah, perlu disiapkan

n Akhir yang layak dan dikelola secara

menggantikan TPA petanang yang sudah tidak layak

peningkatan kualitas layanan pengelolaan sampah.

dengan peningkatan kelembagaan pengelola sampah yang lebih profesional. Untuk

perlu dipertimbangkan untuk membentuk Perusahaan Daerah pengelola

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

112

Fokus prioritas pembangunan infrastruktur adalah

peningkatan aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang

dan kualitas infrastruktur dasar

wilayah.

Peningkatan Aksesibilitas Masyarakat Berpenghasilan Rendah Terhadap Hunian

Upaya Pemerintah Kota Lubuklinggau untuk meningkatkan aksesibilitas

masarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak antara lain adalah

dengan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui penyediaan

prasarana, sarana dasar, dan utilitas umum yang memadai dan terpadu dengan

pengembangan kawasan perumahan dalam rangka mewujudkan kota tanpa

Infrastruktur Dasar dan Permukiman

Ketersediaan sarana dan prasarana dasar permukiman berupa air minum

dan sanitasi secara merata dan berkelanjutan turut menentukan tingkat

ian Pemerintah Kota Lubuklingga dalam

adalah upaya untuk meningkatkan proporsi rumah tangga

yang memiliki akses terhadap sistem perpipaan (PDAM Tirta Bukit Sulap) dan akses

. Selain itu harus diciptakan sistem

perencanaan penyediaan air minum yang optimal. Untuk Pendanaan harus digali

sumber pendanaan alternatif khususnya melalui pendanaan dari pihak

kota di Indonesia, Lubuklinggau belum

tuhan infrastruktur dan layanan air limbah serta tidak tersedianya

rencana rinci terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. Akibatnya, prioritas serta

pentahapan pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana air limbah tidak

rasarana air limbah di Lubuklingga juga terhambat

oleh kesiapan pendanaan, sehingga strategi yang perlu dikedepankan adalah

sistem pengolahan setempat dan sistem terpusat skala komunal

perhatian pemerintah Kota Lubuklinggau

paya pengurangan volume timbulan

sampah melalui penerapan konsep reduce, reuse and recycle (3R) untuk membatasi

. Dari sisi pengangkutan sampah, perlu disiapkan Tempat

dikelola secara sanitary landfill untuk

menggantikan TPA petanang yang sudah tidak layak sehingga diharapkan terjadi

Hal tersebut perlu diimbangi

dengan peningkatan kelembagaan pengelola sampah yang lebih profesional. Untuk

perlu dipertimbangkan untuk membentuk Perusahaan Daerah pengelola

Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang

mengakibatkan timbulnya genangan merupakan permasalahan utama yang dihadapi

pemerintah dalam pembangunan drainase Kota Lubuklinggau. Untuk mengatasinya

perlu dilakukan peningkatan kapasitas darainase dengan terlebih dahulu

mengoptimalkan perencanaan sistem

C. Peningkatan

Fungsi sarana dan prasarana sebagai roda penggerak pertumbuhan

ekonomi ditunjukkan pada peran transportasi yang dapat memungkinkan orang,

barang, dan jasa

ditujukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, dan mengurangi biaya

transaksi logistik, Hal ini akan dilakukan melalui pembangunan jalan dan jembata

dari daerah-daerah pinggiran Kota L

ekonomi kota dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkeadilan.

itu, diperlukan pula pengembangan sarana dan prasarana komunikasi dan

informatika yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi baik untuk

mendukung kegiat

Di wilayah Kota Lubuklinggau terdapat Bandar Udara Silampari yang

menjadi sarana perhubungan udara yang memungkinkan perjalanan menuju Jakarta

dapat ditempuh dalam jarak tempuh kurang lebih satu jam. Hal ini da

memberikan dampak positif bagi kemajuan Kota Lubukl

disekitarnya. Tantangan yang akan dihadapi

didaerah sekitar kawasan bandara harus mendapat perhatian khusus sehingga

bangunan konstruksi tidak

penerbangan dan navigasi perhubungan udara. Solusinya suatu kebijakan dan

regulasi yang ditetapkan Pemerintah Kota Lubuklinggau sangat diperlukan untuk

mengatur mengenai detil rencana penataan ruang di wilayah kawas

udara Silampari.

Keberadaan angkutan kereta api semakin penting peranannya karena

mempunyai nilai lebih terhadap angkutan darat lainnya, antara lain angkutan kereta

api relatif murah, cepat, aman dan terjadwal. Terlebih lagi dengan semakin

terbatasnya kemampuan pemerintah dalam mengatasi kerusakan ruas jalan. Selain

itu dapat mengurangi beban volume lalu

penumpang maupun barang secara masal (

Daya hubung Kota Lubuklingg

Selatan yaitu Palembang serta kota

angkutan penumpang maupun barang berupa kereta api yang secara periodik

mampu melayani

merupakan pelayanan regional, dan di Kota Lubuklinggau merupakan awal dan

tujuan akhir penumpang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang

engakibatkan timbulnya genangan merupakan permasalahan utama yang dihadapi

pemerintah dalam pembangunan drainase Kota Lubuklinggau. Untuk mengatasinya

perlu dilakukan peningkatan kapasitas darainase dengan terlebih dahulu

mengoptimalkan perencanaan sistem pengelolaan drainase Kota Lubuklinggau.

Peningkatan Konektivitas Wilayah

Fungsi sarana dan prasarana sebagai roda penggerak pertumbuhan

ekonomi ditunjukkan pada peran transportasi yang dapat memungkinkan orang,

barang, dan jasa dan input produksi lainnya. Peningkatan konektivitas nasional

ditujukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, dan mengurangi biaya

transaksi logistik, Hal ini akan dilakukan melalui pembangunan jalan dan jembata

daerah pinggiran Kota Lubuklinggau menuju pusat

ekonomi kota dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkeadilan.

itu, diperlukan pula pengembangan sarana dan prasarana komunikasi dan

informatika yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi baik untuk

mendukung kegiatan pemerintahan, perekonomian, maupun sosial.

wilayah Kota Lubuklinggau terdapat Bandar Udara Silampari yang

menjadi sarana perhubungan udara yang memungkinkan perjalanan menuju Jakarta

dapat ditempuh dalam jarak tempuh kurang lebih satu jam. Hal ini da

memberikan dampak positif bagi kemajuan Kota Lubukl

disekitarnya. Tantangan yang akan dihadapi kedepan yaitu pemanfaatan ruang

didaerah sekitar kawasan bandara harus mendapat perhatian khusus sehingga

bangunan konstruksi tidak menyalahi ketentuan yang dapat menggangu

penerbangan dan navigasi perhubungan udara. Solusinya suatu kebijakan dan

regulasi yang ditetapkan Pemerintah Kota Lubuklinggau sangat diperlukan untuk

mengatur mengenai detil rencana penataan ruang di wilayah kawas

udara Silampari.

Keberadaan angkutan kereta api semakin penting peranannya karena

nilai lebih terhadap angkutan darat lainnya, antara lain angkutan kereta

api relatif murah, cepat, aman dan terjadwal. Terlebih lagi dengan semakin

terbatasnya kemampuan pemerintah dalam mengatasi kerusakan ruas jalan. Selain

itu dapat mengurangi beban volume lalu-lintas jalan raya dan dapat mengangkut

penumpang maupun barang secara masal (mass rappid transportation

Daya hubung Kota Lubuklinggau terhadap lbu kota Propinsi Sumatera

Selatan yaitu Palembang serta kota-kota lainnya semakin tinggi dengan adanya

angkutan penumpang maupun barang berupa kereta api yang secara periodik

mampu melayani kebutuhan masyarakat. Pelayanan kereta

merupakan pelayanan regional, dan di Kota Lubuklinggau merupakan awal dan

tujuan akhir penumpang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

113

Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang

engakibatkan timbulnya genangan merupakan permasalahan utama yang dihadapi

pemerintah dalam pembangunan drainase Kota Lubuklinggau. Untuk mengatasinya

perlu dilakukan peningkatan kapasitas darainase dengan terlebih dahulu

pengelolaan drainase Kota Lubuklinggau.

Fungsi sarana dan prasarana sebagai roda penggerak pertumbuhan

ekonomi ditunjukkan pada peran transportasi yang dapat memungkinkan orang,

Peningkatan konektivitas nasional

ditujukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, dan mengurangi biaya

transaksi logistik, Hal ini akan dilakukan melalui pembangunan jalan dan jembatan

ubuklinggau menuju pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi kota dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkeadilan. Selain

itu, diperlukan pula pengembangan sarana dan prasarana komunikasi dan

informatika yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi baik untuk

an pemerintahan, perekonomian, maupun sosial.

wilayah Kota Lubuklinggau terdapat Bandar Udara Silampari yang

menjadi sarana perhubungan udara yang memungkinkan perjalanan menuju Jakarta

dapat ditempuh dalam jarak tempuh kurang lebih satu jam. Hal ini dapat

memberikan dampak positif bagi kemajuan Kota Lubuklinggau dan daerah

kedepan yaitu pemanfaatan ruang

didaerah sekitar kawasan bandara harus mendapat perhatian khusus sehingga

menyalahi ketentuan yang dapat menggangu

penerbangan dan navigasi perhubungan udara. Solusinya suatu kebijakan dan

regulasi yang ditetapkan Pemerintah Kota Lubuklinggau sangat diperlukan untuk

mengatur mengenai detil rencana penataan ruang di wilayah kawasan bandara

Keberadaan angkutan kereta api semakin penting peranannya karena

nilai lebih terhadap angkutan darat lainnya, antara lain angkutan kereta

api relatif murah, cepat, aman dan terjadwal. Terlebih lagi dengan semakin

terbatasnya kemampuan pemerintah dalam mengatasi kerusakan ruas jalan. Selain

lintas jalan raya dan dapat mengangkut

mass rappid transportation).

au terhadap lbu kota Propinsi Sumatera

kota lainnya semakin tinggi dengan adanya

angkutan penumpang maupun barang berupa kereta api yang secara periodik

kebutuhan masyarakat. Pelayanan kereta api Kota Lubuklinggau

merupakan pelayanan regional, dan di Kota Lubuklinggau merupakan awal dan

4.2.3. Peningkatan Kualitas dan Kelestarian Lingkungan Hidup

Pembangunan bidang lingkungan hidup dilaksanakan untuk dapat

mencegah dan mengantisipasi akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan

pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam

lingkungan hidup adalah mengelola daya dukung dan memulihkan kualitas daya

tampung lingkungan hidup.

pengelolaan lingkungan hidup sebagai kriteria utama dalam setiap tahapan

pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

Untuk itu diperlukan

tinggi, kelembagaan pengelola lingkungan hidup

regulasi dan terlaksananya kepastian hukum dan penyelesaian konflik pemanfaatan

lingkungan hidup, serta tersedianya data dan informasi kualitas SDA dan LH

sebagai dasar p

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

maka salah satu langkah strategis yang perlu dilakukan adalah

mengoptimalisasikan dan mengoperasio

ruang dalam rangka mewujudkan ruang kota yang berkualitas. Diperlukan peraturan

daerah tentang rencana detail tata ruang dan zonasi yang dapat menjadi acuan

dalam membangun ruang kota. Untuk mewujudkan hal tersebut, pen

kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata laksana dengan

mempertimbangkan keseimbangan antara ketersediaan infrastruktur dan

pengembangan kawasan.

Dalam pelaksanaannya diperlukan konsistensi dan komitmen dalam

penegakan hukum. Untuk itu

dengan komunitas pemerhati penataan ruang yang

informasi terkait penataan ruang.

Kelestarian Lingkungan Hidup

(lima) tahun kedepan yaitu :

A. Pengendalian Pembangunan berwawasan lingkungan

Penanggulangan

pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup masih terus

terjadi. Pence

sumberdaya alam

beberapa lokasi, tingkat pencemaran terhadap

melebihi baku mutu lingkungan. Akibatnya daya dukung dan daya

tampung lingkungan dalam mendukung program

menjadi menurun. Untuk

yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan lintas sektoral.

yang dihadapi dalam penanganan kerusakan lingkungan adalah

rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

Peningkatan Kualitas dan Kelestarian Lingkungan Hidup

Pembangunan bidang lingkungan hidup dilaksanakan untuk dapat

mencegah dan mengantisipasi akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan

pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam.

lingkungan hidup adalah mengelola daya dukung dan memulihkan kualitas daya

tampung lingkungan hidup. Pembangunan harus menempatkan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup sebagai kriteria utama dalam setiap tahapan

pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

Untuk itu diperlukan kapasitas sumber daya manusia pengelola lingkungan

, kelembagaan pengelola lingkungan hidup yang kuat

regulasi dan terlaksananya kepastian hukum dan penyelesaian konflik pemanfaatan

lingkungan hidup, serta tersedianya data dan informasi kualitas SDA dan LH

sebagai dasar perencanaan pembangunan

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau 2012

maka salah satu langkah strategis yang perlu dilakukan adalah

mengoptimalisasikan dan mengoperasionalisasikan pengendalian pemanfaatan

ruang dalam rangka mewujudkan ruang kota yang berkualitas. Diperlukan peraturan

daerah tentang rencana detail tata ruang dan zonasi yang dapat menjadi acuan

dalam membangun ruang kota. Untuk mewujudkan hal tersebut, pen

kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata laksana dengan

mempertimbangkan keseimbangan antara ketersediaan infrastruktur dan

pengembangan kawasan.

Dalam pelaksanaannya diperlukan konsistensi dan komitmen dalam

penegakan hukum. Untuk itu, diperlukan sinergitas antara pemerintah, masyarakat

dengan komunitas pemerhati penataan ruang yang

informasi terkait penataan ruang. Beberapa isu strategis

Kelestarian Lingkungan Hidup dalam pembangunan

(lima) tahun kedepan yaitu :

Pengendalian Pembangunan berwawasan lingkungan

Penanggulangan kerusakan lingkungan hidup telah dilakukan namun

pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup masih terus

terjadi. Pencemaran dari aktivitas pembangunan infrastruktur, eksploitasi

sumberdaya alam, limbah rumah tangga dan indust

beberapa lokasi, tingkat pencemaran terhadap

melebihi baku mutu lingkungan. Akibatnya daya dukung dan daya

tampung lingkungan dalam mendukung program

menjadi menurun. Untuk itu diperlukan pengelolaan lingkungan hidup

yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan lintas sektoral.

yang dihadapi dalam penanganan kerusakan lingkungan adalah

rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

114

Peningkatan Kualitas dan Kelestarian Lingkungan Hidup

Pembangunan bidang lingkungan hidup dilaksanakan untuk dapat

mencegah dan mengantisipasi akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan

Fokus pembangunan bidang

lingkungan hidup adalah mengelola daya dukung dan memulihkan kualitas daya

an harus menempatkan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup sebagai kriteria utama dalam setiap tahapan

pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

kapasitas sumber daya manusia pengelola lingkungan yang

yang kuat, ketersediaan kerangka

regulasi dan terlaksananya kepastian hukum dan penyelesaian konflik pemanfaatan

lingkungan hidup, serta tersedianya data dan informasi kualitas SDA dan LH

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012

Kota Lubuklinggau 2012-2032,

maka salah satu langkah strategis yang perlu dilakukan adalah

nalisasikan pengendalian pemanfaatan

ruang dalam rangka mewujudkan ruang kota yang berkualitas. Diperlukan peraturan

daerah tentang rencana detail tata ruang dan zonasi yang dapat menjadi acuan

dalam membangun ruang kota. Untuk mewujudkan hal tersebut, peningkatan

kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata laksana dengan

mempertimbangkan keseimbangan antara ketersediaan infrastruktur dan

Dalam pelaksanaannya diperlukan konsistensi dan komitmen dalam

, diperlukan sinergitas antara pemerintah, masyarakat

dengan komunitas pemerhati penataan ruang yang didukung oleh transparansi

Beberapa isu strategis Peningkatan Kualitas dan

dalam pembangunan Kota Lubuklinggau untuk 5

Pengendalian Pembangunan berwawasan lingkungan

kerusakan lingkungan hidup telah dilakukan namun

pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup masih terus

pembangunan infrastruktur, eksploitasi

rumah tangga dan industri terus berjalan. Di

beberapa lokasi, tingkat pencemaran terhadap lingkungan sudah

melebihi baku mutu lingkungan. Akibatnya daya dukung dan daya

tampung lingkungan dalam mendukung program-program pembangunan

itu diperlukan pengelolaan lingkungan hidup

yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan lintas sektoral. Permasalahan lainnya

yang dihadapi dalam penanganan kerusakan lingkungan adalah

rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi pengelola.

Selain itu, ketersediaan sistem data dan informasi juga masih perlu

diperbaiki. Hal ini mempengaruhi ketepatan perencanaan, monitoring

dan evaluasi penanganannya.

kapasitas sumber daya m

lingkungan hidup yang terintegrasi

B. Peningkatan Kelestarian kawasan Lindung

Kondisi Kota Lubuklinggau sampai tahun 2012 proporsi lahan yang tertutup

hutan sebesar 33,33 %.

tantangan dalam pembangunan

adalah belum optimalnya pengelolaan kawasan hutan dalam rangka

pelestarian, pengawetan, dan pemanfaatan sumber daya hutan

jelasnya tata batas kawasan

terhadap pengelolaan hutan menjadi sangat terbuka dan

menyebabkan terjadinya deforestasi dan degradasi hutan. Laju

deforestasi yang cukup tinggi dan degradasi hutan yang terus meluas

tersebut merupakan penyeb

tahun 2012 kerusakan kawasan hutan sebesar 0,48 persen.

C. Peningkatan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang terbuka hijau

Di dalam Undang

perencanaan tata r

dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30%

dari luas wilayah kota.

dengan pemanfaatan 20% untuk ruang terbuka hijau kawasan perkotaan

(RTH Publik) dan 10% untuk ruang terbuka hijau privat. Sampai dengan

tahun 2012 kawasan RTHKP di Kota Lubuklinggau sebesar 0,84% dari 20

persen Rencana kawasan perkotaan yang akan direncanakan untuk

RTHKP.

mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

luasan RTHKP tersebut

RTHKP dan akan menjadi perhatian dan rencan aksi dalam memenuhi

target tersebut.

dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Lubuklinggau Tahun 2012

D. Peningkatan kesesuaian penggunaan lahan

Keterpaduan

dalam penataan ruang di Kota Lubuklinggau

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Lubuklinggau Tahun 2012

lebih mengetahui mengenai araha

Lubuklinggau sehingga tidak terjadi tumpang tindih antar rencana

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

Selain itu, ketersediaan sistem data dan informasi juga masih perlu

diperbaiki. Hal ini mempengaruhi ketepatan perencanaan, monitoring

dan evaluasi penanganannya. Untuk itu diperlukan peningkatan

kapasitas sumber daya manusia dan institusi serta

lingkungan hidup yang terintegrasi.

Peningkatan Kelestarian kawasan Lindung

Kondisi Kota Lubuklinggau sampai tahun 2012 proporsi lahan yang tertutup

hutan sebesar 33,33 %. Secara umum permasalahan, hambatan,

tantangan dalam pembangunan peningkatan kelestarian kawasan lindung

adalah belum optimalnya pengelolaan kawasan hutan dalam rangka

pelestarian, pengawetan, dan pemanfaatan sumber daya hutan

jelasnya tata batas kawasan lindung menim

terhadap pengelolaan hutan menjadi sangat terbuka dan

menyebabkan terjadinya deforestasi dan degradasi hutan. Laju

deforestasi yang cukup tinggi dan degradasi hutan yang terus meluas

tersebut merupakan penyebab meningkatnya luas lahan kritis.

tahun 2012 kerusakan kawasan hutan sebesar 0,48 persen.

Peningkatan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang terbuka hijau

Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan

dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30%

dari luas wilayah kota. Proporsi penyelenggaraan ruang terbuka hijau yaitu

dengan pemanfaatan 20% untuk ruang terbuka hijau kawasan perkotaan

(RTH Publik) dan 10% untuk ruang terbuka hijau privat. Sampai dengan

tahun 2012 kawasan RTHKP di Kota Lubuklinggau sebesar 0,84% dari 20

persen Rencana kawasan perkotaan yang akan direncanakan untuk

RTHKP. Kawasan perkotaan yang dimaksud

mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,

ayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

luasan RTHKP tersebut masih sangat rendah untuk pemenuhan 20 %

RTHKP dan akan menjadi perhatian dan rencan aksi dalam memenuhi

target tersebut. Ketentuan mengenai arahan pemanfaatan

dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Lubuklinggau Tahun 2012

Peningkatan kesesuaian penggunaan lahan

Keterpaduan pemanfaatan lahan dan ruang

dalam penataan ruang di Kota Lubuklinggau

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Lubuklinggau Tahun 2012-2032 diharapkan masyarakat dapat

lebih mengetahui mengenai arahan pemanfaatan ruang di Kota

Lubuklinggau sehingga tidak terjadi tumpang tindih antar rencana

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

115

Selain itu, ketersediaan sistem data dan informasi juga masih perlu

diperbaiki. Hal ini mempengaruhi ketepatan perencanaan, monitoring

Untuk itu diperlukan peningkatan

anusia dan institusi serta sistem informasi

Kondisi Kota Lubuklinggau sampai tahun 2012 proporsi lahan yang tertutup

Secara umum permasalahan, hambatan, dan

peningkatan kelestarian kawasan lindung

adalah belum optimalnya pengelolaan kawasan hutan dalam rangka

pelestarian, pengawetan, dan pemanfaatan sumber daya hutan. Belum

lindung menimbulkan akses masyarakat

terhadap pengelolaan hutan menjadi sangat terbuka dan telah

menyebabkan terjadinya deforestasi dan degradasi hutan. Laju

deforestasi yang cukup tinggi dan degradasi hutan yang terus meluas

ab meningkatnya luas lahan kritis. Sampai

tahun 2012 kerusakan kawasan hutan sebesar 0,48 persen.

Peningkatan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang terbuka hijau

Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

uang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan

dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30%

Proporsi penyelenggaraan ruang terbuka hijau yaitu

dengan pemanfaatan 20% untuk ruang terbuka hijau kawasan perkotaan

(RTH Publik) dan 10% untuk ruang terbuka hijau privat. Sampai dengan

tahun 2012 kawasan RTHKP di Kota Lubuklinggau sebesar 0,84% dari 20

persen Rencana kawasan perkotaan yang akan direncanakan untuk

Kawasan perkotaan yang dimaksud adalah wilayah yang

mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

ayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Dari

masih sangat rendah untuk pemenuhan 20 %

RTHKP dan akan menjadi perhatian dan rencan aksi dalam memenuhi

Ketentuan mengenai arahan pemanfaatan RTHKP diatur

dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Lubuklinggau Tahun 2012-2032.

masih menjadi permasalahan

dalam penataan ruang di Kota Lubuklinggau. Dengan ditetapkannya

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang

2032 diharapkan masyarakat dapat

n pemanfaatan ruang di Kota

Lubuklinggau sehingga tidak terjadi tumpang tindih antar rencana

peruntukan tata ruang wilayah Kota Lubuklinggau. Dalam upaya

meningkatkan

kemantapan

sektor di

ruang dalam

E. Peningkatan kualitas sanitasi lingkungan kawasan permukiman

Dalam peningkatan kualitas sanitasi lingkungan kawasan

beberapa tantangan yang akan dihadapi yaitu permasalahan air limbah,

persampahan dan wilayah kumuh. Sampai tahun 2012 di wilayah Kota

Lubuklinggau belum tersedianya Instalasi Pembuangan Air

komunal khususnya di wilayah permukiman yang padat penduduk.

Peningkatan kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan

sehat menjadi isu strategis yang perlu menjadi perhatian dan tindak lanjut

dari Pemerintah Kota Lubuklinggau. So

perlikau hidup bersih dan sehat kepada masyarakat secara tidak langsung

akan mengurangi permasalahan

peningkatan kualitas sanitasi di kawasan permukiman.

dan peningkat

Pemerintah Kota Lubuklinggau. Salah satu dampak dari pertumbuhan

penduduk dan modernisasi pengembangan permukiman dapat

menimbulkan potensi penambahan volume sampah.

Pemerintah Kota Lubuklinggau

dengan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah,

pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST),

sarana pen

volume timbulan sampah mela

recycle

membatasi laju timbulan sampah

4.2.4. Peningkatan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Kota

termasuk sangat baik dengan didapatkannya opini BPK atas laporan keuangan

Lubuklinggau saat ini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan ini harus

dipertahankan.

Untuk penyediaan layanan publik, p

menyelenggarakan pelayanan publik ber

mudah yang ditandai dengan

pelayanan dengan SOP yang ada,keterbukaan informasi, keadilan dan kecepatan

dalam pemberian pelayanan sert

peningkatan kualitas pelayanan publik tersebut dilakukan utamanya dengan

mengubah mindset para birokrat dari bermental penguasa menjadi birokrat yang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

peruntukan tata ruang wilayah Kota Lubuklinggau. Dalam upaya

meningkatkan konsistensi pemanfaatan ruang

kemantapan kelembagaan penataan ruang dan kapasitas antisipatif

sektor di setiap lembaga pemerintahan dan

dalam pemberian izin pemanfaatan ruang.

Peningkatan kualitas sanitasi lingkungan kawasan permukiman

Dalam peningkatan kualitas sanitasi lingkungan kawasan

beberapa tantangan yang akan dihadapi yaitu permasalahan air limbah,

persampahan dan wilayah kumuh. Sampai tahun 2012 di wilayah Kota

Lubuklinggau belum tersedianya Instalasi Pembuangan Air

komunal khususnya di wilayah permukiman yang padat penduduk.

Peningkatan kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan

sehat menjadi isu strategis yang perlu menjadi perhatian dan tindak lanjut

dari Pemerintah Kota Lubuklinggau. Sosialisasi dan penggalakan intensif

perlikau hidup bersih dan sehat kepada masyarakat secara tidak langsung

akan mengurangi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

peningkatan kualitas sanitasi di kawasan permukiman.

dan peningkatan pelayanan persampahan menjadi perhatian khusus

Pemerintah Kota Lubuklinggau. Salah satu dampak dari pertumbuhan

penduduk dan modernisasi pengembangan permukiman dapat

menimbulkan potensi penambahan volume sampah.

Pemerintah Kota Lubuklinggau salam penanganan sampah antara

dengan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah,

pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST),

sarana pengangkut sampah ke TPA dan sosialisasi u

volume timbulan sampah melalui penerapan konsep

recycle (3R) terus digalakkan oleh masyarakat dan pemerintah untuk

membatasi laju timbulan sampah.

Peningkatan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Kota

termasuk sangat baik dengan didapatkannya opini BPK atas laporan keuangan

Lubuklinggau saat ini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan ini harus

.

Untuk penyediaan layanan publik, pemerintah

ggarakan pelayanan publik berkualitas yang lebih cepat, lebih murah,

mudah yang ditandai dengan tidak adannya suap, kesesuaian proses pemberian

pelayanan dengan SOP yang ada,keterbukaan informasi, keadilan dan kecepatan

dalam pemberian pelayanan serta kemudahan pengaduan masyarakat.

peningkatan kualitas pelayanan publik tersebut dilakukan utamanya dengan

mengubah mindset para birokrat dari bermental penguasa menjadi birokrat yang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

116

peruntukan tata ruang wilayah Kota Lubuklinggau. Dalam upaya

konsistensi pemanfaatan ruang dan lahan diperlukan

dan kapasitas antisipatif antar

lembaga pemerintahan dan pengendalian pemanfaatan

pemberian izin pemanfaatan ruang.

Peningkatan kualitas sanitasi lingkungan kawasan permukiman

Dalam peningkatan kualitas sanitasi lingkungan kawasan permukiman

beberapa tantangan yang akan dihadapi yaitu permasalahan air limbah,

persampahan dan wilayah kumuh. Sampai tahun 2012 di wilayah Kota

Lubuklinggau belum tersedianya Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL)

komunal khususnya di wilayah permukiman yang padat penduduk.

Peningkatan kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan

sehat menjadi isu strategis yang perlu menjadi perhatian dan tindak lanjut

sialisasi dan penggalakan intensif

perlikau hidup bersih dan sehat kepada masyarakat secara tidak langsung

permasalahan yang berkaitan dengan

peningkatan kualitas sanitasi di kawasan permukiman. Dalam pengelolaan

an pelayanan persampahan menjadi perhatian khusus

Pemerintah Kota Lubuklinggau. Salah satu dampak dari pertumbuhan

penduduk dan modernisasi pengembangan permukiman dapat

menimbulkan potensi penambahan volume sampah. Upaya-upaya

salam penanganan sampah antara lain

dengan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah,

pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), penyediaan

gangkut sampah ke TPA dan sosialisasi upaya pengurangan

lui penerapan konsep reduce, reuse and

(3R) terus digalakkan oleh masyarakat dan pemerintah untuk

Peningkatan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Kota Lubuklinggau sudah

termasuk sangat baik dengan didapatkannya opini BPK atas laporan keuangan Kota

Lubuklinggau saat ini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan ini harus

emerintah Kota Lubuklinggau wajib

yang lebih cepat, lebih murah, lebih

nya suap, kesesuaian proses pemberian

pelayanan dengan SOP yang ada,keterbukaan informasi, keadilan dan kecepatan

a kemudahan pengaduan masyarakat. Upaya

peningkatan kualitas pelayanan publik tersebut dilakukan utamanya dengan

mengubah mindset para birokrat dari bermental penguasa menjadi birokrat yang

bermental pelayan masyarakat. Kebijakan lainnya adalah penataa

pelayanan publik, penyederhanaan prosedur pelayanan, penerapan standar

pelayanan minimal, peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

dalam manajemen pelayanan, serta penerapan sistem manajemen mutu dalam

pelayanan publik, term

4.2.5. Peningkatan Daya Saing Ekonomi

Daya saing daerah

pertumbuhan ekonomi untuk menciptakan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

berkelanjutan, sehingga mampu untuk bersaing di tingkat domestik dan

internasional. D

dari penyusunan kebijakan, sampai dengan implementasi berupa kelembagaan dan

tata kelola dan berupa pembangunan

produktivitas daerah

perekonomian dae

perekonomian

Struktur ekonomi Kota Lubuklinggau

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa

perdagangan, hotel, dan restoran dalam

didukung oleh

antara beberapa kota besar di Sumatera Selatan dan kota

Sumatera Selatan, seperti Propinsi Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Barat. Leta

geografis tersebut juga menguntungkan bagi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi,

selain ditunjang adanya sarana transportasi angkutan jalan raya dan angkutan

kereta api.

Dengan kondisi geografis yang mendukung diharapkan dapat meningkatkan

pertumbuhan eko

yang harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Lubuklinggau dalam menarik minat

para investor untuk dapat berinvestasi di Kota Lubuklinggau khususnya untuk

perdagangan, hotel, dan restoran s

dikembangkan. Untuk mendorong pengembangan sektor

didukung oleh pengembangan potensi pariwisata daerah karena sektor

tersebut mempunyai kaitan yang erat. Sektor keuangan, persewaan da

perusahaan juga merupakan sektor yang potensial. Hal ini dikarenakan Kota

Lubuklinggau sampai saat ini masih menjadi pusat aktivitas sektor keuangan di

wilayah administrasi Kota Lubuklinggau sendiri maupun Kabupaten Musi Rawas.

Untuk meningkatkan da

iklim investasi dan iklim usaha untuk dapat mendorong arus investasi masuk (baik

investasi domestik maupun investasi asing) dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

bermental pelayan masyarakat. Kebijakan lainnya adalah penataa

pelayanan publik, penyederhanaan prosedur pelayanan, penerapan standar

pelayanan minimal, peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

dalam manajemen pelayanan, serta penerapan sistem manajemen mutu dalam

pelayanan publik, termasuk manajemen penanganan pengaduan masyarakat

Peningkatan Daya Saing Ekonomi

aya saing daerah adalah kemampuan daerah dalam mencapai

pertumbuhan ekonomi untuk menciptakan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

berkelanjutan, sehingga mampu untuk bersaing di tingkat domestik dan

Daya saing merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang dimula

dari penyusunan kebijakan, sampai dengan implementasi berupa kelembagaan dan

tata kelola dan berupa pembangunan infrastruktur yang bermuara pada

daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat pada skala

perekonomian daerah. Dengan demikian, semakin kompetitif daya saing

daerah, maka pembangunan akan tumbuh lebih cepat

Struktur ekonomi Kota Lubuklinggau didominasi oleh sektor tersier, yaitu

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa

perdagangan, hotel, dan restoran dalam struktur ekonomi

didukung oleh posisi geografis Kota Lubuklinggau yang berada pada persimpangan

antara beberapa kota besar di Sumatera Selatan dan kota

Sumatera Selatan, seperti Propinsi Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Barat. Leta

geografis tersebut juga menguntungkan bagi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi,

selain ditunjang adanya sarana transportasi angkutan jalan raya dan angkutan

Dengan kondisi geografis yang mendukung diharapkan dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dari komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi)

yang harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Lubuklinggau dalam menarik minat

para investor untuk dapat berinvestasi di Kota Lubuklinggau khususnya untuk

perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor angkutan sangat potensial untuk

dikembangkan. Untuk mendorong pengembangan sektor

didukung oleh pengembangan potensi pariwisata daerah karena sektor

tersebut mempunyai kaitan yang erat. Sektor keuangan, persewaan da

perusahaan juga merupakan sektor yang potensial. Hal ini dikarenakan Kota

Lubuklinggau sampai saat ini masih menjadi pusat aktivitas sektor keuangan di

wilayah administrasi Kota Lubuklinggau sendiri maupun Kabupaten Musi Rawas.

Untuk meningkatkan daya saing Kota Lubuklinggau diawali dengan p

iklim investasi dan iklim usaha untuk dapat mendorong arus investasi masuk (baik

investasi domestik maupun investasi asing) dan dapat memberikan efek ganda

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

117

bermental pelayan masyarakat. Kebijakan lainnya adalah penataan kelembagaan

pelayanan publik, penyederhanaan prosedur pelayanan, penerapan standar

pelayanan minimal, peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

dalam manajemen pelayanan, serta penerapan sistem manajemen mutu dalam

asuk manajemen penanganan pengaduan masyarakat.

kemampuan daerah dalam mencapai

pertumbuhan ekonomi untuk menciptakan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

berkelanjutan, sehingga mampu untuk bersaing di tingkat domestik dan

aya saing merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang dimulai

dari penyusunan kebijakan, sampai dengan implementasi berupa kelembagaan dan

infrastruktur yang bermuara pada tercapainya

meningkatkan kesejahteraan rakyat pada skala

emakin kompetitif daya saing

, maka pembangunan akan tumbuh lebih cepat.

didominasi oleh sektor tersier, yaitu

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Dominasi sektor

struktur ekonomi Kota Lubuklinggau

yang berada pada persimpangan

antara beberapa kota besar di Sumatera Selatan dan kota-kota lain di luar propinsi

Sumatera Selatan, seperti Propinsi Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Barat. Letak

geografis tersebut juga menguntungkan bagi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi,

selain ditunjang adanya sarana transportasi angkutan jalan raya dan angkutan

Dengan kondisi geografis yang mendukung diharapkan dapat meningkatkan

nomi dari komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi)

yang harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Lubuklinggau dalam menarik minat

para investor untuk dapat berinvestasi di Kota Lubuklinggau khususnya untuk sektor

erta sektor angkutan sangat potensial untuk

dikembangkan. Untuk mendorong pengembangan sektor-sektor tersebut perlu

didukung oleh pengembangan potensi pariwisata daerah karena sektor-sektor

tersebut mempunyai kaitan yang erat. Sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan juga merupakan sektor yang potensial. Hal ini dikarenakan Kota

Lubuklinggau sampai saat ini masih menjadi pusat aktivitas sektor keuangan di

wilayah administrasi Kota Lubuklinggau sendiri maupun Kabupaten Musi Rawas.

ya saing Kota Lubuklinggau diawali dengan peningkatan

iklim investasi dan iklim usaha untuk dapat mendorong arus investasi masuk (baik

dapat memberikan efek ganda

(multiplier effect) terhadap

menciptakan lapangan kerja baru

Kota Lubuklinggau difokuskan pada: (i) penyederhanaan dan harmonisasi berbagai

regulasi yang bertujuan untuk memberikan transparansi, kepastian dan

untuk melakukan investasi dan berusaha; (ii) penyelenggaraan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) untuk mempercepat dan mempermudah proses perijinan dan non

perijinan untuk berinvestasi dan mengembangkan usaha di daerah.

Sejalan dengan

harus ditingkatkan untuk mendorong investasi

investasi dan usaha ini akan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat,

yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan ekono

kesejahteraan masyarakat

Untuk mewujudkan Kota Lubuklinggau yang berdaya saing, pemberdayaan

koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu

kunci strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Hal lain yang dapat menjadi peluang bagi Pemerintah Kota Lubuklingga

untuk meningkatkan daya saing ekonominya adalah dengan penumbuhan gugus

(cluster) industri

dan Mikro (IKM) di

oleh lokasi Kota Lubuklinggau yang dikelilingi oleh daerah

bahan mentah yang berkualitas

4.2.6. Peningkatan dan Pe

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial dilakukan

melalui empat fokus prioritas. Pertama, peningkatan Program Keluarga Harapan

(PKH). Kedua, peningkatan pelayanan dan rehabilitasi sosial. Ketiga, peningk

bantuan sosial. Keempat, pemberdayaan fakir miskin dan komunitas adat terpencil

(KAT).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKota Lubuklinggau Tahun 2013

(multiplier effect) terhadap berkembangnya usaha di

menciptakan lapangan kerja baru. Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha di

Kota Lubuklinggau difokuskan pada: (i) penyederhanaan dan harmonisasi berbagai

regulasi yang bertujuan untuk memberikan transparansi, kepastian dan

untuk melakukan investasi dan berusaha; (ii) penyelenggaraan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) untuk mempercepat dan mempermudah proses perijinan dan non

perijinan untuk berinvestasi dan mengembangkan usaha di daerah.

Sejalan dengan peningkatan iklim investasi, iklim ketenagakerjaan juga

harus ditingkatkan untuk mendorong investasi. Pada akhirnya, pengembangan

investasi dan usaha ini akan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat,

yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan ekono

kesejahteraan masyarakat.

Untuk mewujudkan Kota Lubuklinggau yang berdaya saing, pemberdayaan

koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu

kunci strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Hal lain yang dapat menjadi peluang bagi Pemerintah Kota Lubuklingga

untuk meningkatkan daya saing ekonominya adalah dengan penumbuhan gugus

(cluster) industri unggulan berbasis agrobisnis yang diitegrasikan dan Industri Kecil

dan Mikro (IKM) di yang banyak tersebar di Kota Lubuklinggau

oleh lokasi Kota Lubuklinggau yang dikelilingi oleh daerah

bahan mentah yang berkualitas

Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Sosial

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial dilakukan

melalui empat fokus prioritas. Pertama, peningkatan Program Keluarga Harapan

(PKH). Kedua, peningkatan pelayanan dan rehabilitasi sosial. Ketiga, peningk

bantuan sosial. Keempat, pemberdayaan fakir miskin dan komunitas adat terpencil

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun 2013-2017

118

ha di Lubuklinggau dan dapat

Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha di

Kota Lubuklinggau difokuskan pada: (i) penyederhanaan dan harmonisasi berbagai

regulasi yang bertujuan untuk memberikan transparansi, kepastian dan kemudahan

untuk melakukan investasi dan berusaha; (ii) penyelenggaraan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) untuk mempercepat dan mempermudah proses perijinan dan non

perijinan untuk berinvestasi dan mengembangkan usaha di daerah.

peningkatan iklim investasi, iklim ketenagakerjaan juga

Pada akhirnya, pengembangan

investasi dan usaha ini akan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat,

yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

Untuk mewujudkan Kota Lubuklinggau yang berdaya saing, pemberdayaan

koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu

kunci strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

Hal lain yang dapat menjadi peluang bagi Pemerintah Kota Lubuklingga

untuk meningkatkan daya saing ekonominya adalah dengan penumbuhan gugus

yang diitegrasikan dan Industri Kecil

yang banyak tersebar di Kota Lubuklinggau. Apalagi didukung

oleh lokasi Kota Lubuklinggau yang dikelilingi oleh daerah hinterland penghasil

rluasan Kesejahteraan Sosial

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial dilakukan

melalui empat fokus prioritas. Pertama, peningkatan Program Keluarga Harapan

(PKH). Kedua, peningkatan pelayanan dan rehabilitasi sosial. Ketiga, peningkatan

bantuan sosial. Keempat, pemberdayaan fakir miskin dan komunitas adat terpencil