bab iv analisis muatan dakwah rubrik...

37
BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK KONSULTASI SUFI TABLOID POSMO EDISI JUNI 2004 – JULI 2005 IV.1. Muatan Dakwah Rubrik Sufi Tabloid Posmo Jumhur ulama telah sepakat untuk menyandarkan makna sufi secara etimologi pada akar kata ( ص) yang memiliki pengertian kesederhanaan. Secara lebih luas, kesederhanaan tersebut dimaknai sebagai perilaku kesederhanaan dan menjauhi kemewahan dunia yang dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah demi mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 1 Sejarah perjalanan tasawuf telah mencatat berbagai ragam proses dan pelaksanaan “pendekatan diri” para tokoh sufi. Diawali dengan perilaku asketis (proses menjauhi segala sesuatu yang “berbau” dunia demi mengabdi kepada Allah) yang lebih bersifat pada sufi individualistis 2 , sufi berkembang menjadi sebuah proses pendekatan diri kepada Allah yang bersifat sosial 3 yang akhirnya memunculkan sufi 1 Lihat dalam : Amin Syukur dan Masharudin, Intelektualisme Tasawuf, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hlm. 11-13; Abdul Halim Mahmud, Tasawuf di Dunia Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm. 17-18; Noer Iskandar al-Barsyani, Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 2-4; Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi Dari Zaman ke Zaman Suatu Pengantar Tentang Tasawuf, terj. A. Rofi’ Utsmani, Pustaka, Bandung, 1985, hlm. 21. 2 Sufi individualistis adalah sufi yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan urusan duniawi dan mengabdi semata-mata hanya karena Allah. Kelompok ini muncul pada awal-awal muncul dan berkembangnya asketis hingga abad 3 H, yang diantaranya Rabi’ah a;-Adawiyah, Hasan al-Basri. Abu Wafa’, op. cit., hlm. 32-34. 3 Sufi sosial adalah para tokoh sufi yang tidak sekedar menjalin hubungan dengan Allah namun juga mengadakan diskusi-diskusi tentang akhlak sufi serta mengajarkannya kepada

Upload: ngokiet

Post on 30-Jan-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

BAB IV

ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK KONSULTASI SUFI TABLOID

POSMO EDISI JUNI 2004 – JULI 2005

IV.1. Muatan Dakwah Rubrik Sufi Tabloid Posmo

Jumhur ulama telah sepakat untuk menyandarkan makna sufi

secara etimologi pada akar kata ( فوص ) yang memiliki pengertian

kesederhanaan. Secara lebih luas, kesederhanaan tersebut dimaknai

sebagai perilaku kesederhanaan dan menjauhi kemewahan dunia yang

dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah demi mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.1

Sejarah perjalanan tasawuf telah mencatat berbagai ragam proses

dan pelaksanaan “pendekatan diri” para tokoh sufi. Diawali dengan

perilaku asketis (proses menjauhi segala sesuatu yang “berbau” dunia

demi mengabdi kepada Allah) yang lebih bersifat pada sufi

individualistis2, sufi berkembang menjadi sebuah proses pendekatan diri

kepada Allah yang bersifat sosial3 yang akhirnya memunculkan sufi

1 Lihat dalam : Amin Syukur dan Masharudin, Intelektualisme Tasawuf, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 2002, hlm. 11-13; Abdul Halim Mahmud, Tasawuf di Dunia Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm. 17-18; Noer Iskandar al-Barsyani, Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 2-4; Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi Dari Zaman ke Zaman Suatu Pengantar Tentang Tasawuf, terj. A. Rofi’ Utsmani, Pustaka, Bandung, 1985, hlm. 21.

2 Sufi individualistis adalah sufi yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan urusan duniawi dan mengabdi semata-mata hanya karena Allah. Kelompok ini muncul pada awal-awal muncul dan berkembangnya asketis hingga abad 3 H, yang diantaranya Rabi’ah a;-Adawiyah, Hasan al-Basri. Abu Wafa’, op. cit., hlm. 32-34.

3 Sufi sosial adalah para tokoh sufi yang tidak sekedar menjalin hubungan dengan Allah namun juga mengadakan diskusi-diskusi tentang akhlak sufi serta mengajarkannya kepada

Page 2: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

sebagai sebuah ilmu yang hingga saat ini dikenal dengan nama Tasawuf.

Bahkan pada perkembangan selanjutnya, sufistik menjadi “motivator” dari

para pejuang Islam untuk membebaskan diri dari penjajah dan

membangun kehidupan negara yang berbasis Islam.4

Dunia sufi – sebagaimana tercatat dalam sejarahnya – memiliki

dua sisi yang tertanam dalam diri pelakunya, yakni sisi individu dan sisi

sosial. Sisi individu lebih mengedepankan bagaimana seorang muslim

mengenal Allah dan mengabdikan dirinya secara utuh hanya kepada Allah.

Sedangkan pada sisi sosial, seorang sufi harus mampu mendedikasikan

pengetahuannya tentang Allah dengan segala yang ada dalam “diri” Allah

untuk kepentingan sosial. Kedua sisi dalam dunia sufi tersebut

dilaksanakan dengan perbuatan (akhlak) yang tidak terlepas dari aturan-

aturan (syari’ah) dalam Islam. Sehingga pada akhirnya akan memunculkan

dunia sufi sebagai dunia untuk mengenal secara lebih dekat tentang Allah

(aqidah) serta mewujudkan akhlak kepada sesama makhluk yang

didasarkan pada aturan-aturan Allah.

Terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini, Rubrik Sufi

Tabloid Posmo dapat dikelompokkan sebagai salah satu media yang

memuat persoalan dalam dunia sufi sebagai bagian pesan dakwah. Hal itu

dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

khalayak ramai. Kelompok ini bermunculan pada abad ketiga H yang nantinya menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya tareqat. Ibid., hlm. 17.

4 Perlawanan kelompok Tariqat Sanusiyyah di Libya dan Sudan Barat terhadap pendudukan Perancis dan Italy. Perlawanan kelompok sufi di Futa Jallon dan Futa Toro (dua negara di wilayah Afrika Barat). Lihat. Carl W. Ernst, Ajaran dan Amaliah Tasawuf; Sebuah Pengantar, terj. Arif Anwar, Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2003, hlm. 266-267.

Page 3: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

Sedangkan secara lebih spesifik, sebagaimana para tokoh membagi

muatan dakwah dalam tiga kelompok muatan yang lebih kecil yang

meliputi aqidah, syari’ah, dan akhlak, muatan dakwah Rubrik Sufi dapat

dijelaskan sebagai berikut :

IV.1.1 Nilai-nilai Aqidah

“Status” sebagai media pemuat permasalahan terkait dunia sufi –

yang lebih sering diasumsikan pada mencontohkan akhlak sufi

dalam beribadah – bukan berarti Rubrik Sufi Tabloid Posmo

melupakan permasalahan aqidah. Pembahasan aqidah tersebut

tampak pada beberapa edisi sebagai berikut :

• Edisi 300 dan 321

Pada edisi ini responden Posmo mempertanyakan tentang ilmu

spesial yang dimilikinya dan juga tentang ilmu laduni. Jawaban

yang diberikan dari pihak pengelola (Ustd. Luqman Hakiem)

adalah sebagai berikut,

Edisi 300

“BEGINI Mas, memang benar kegelisahan Anda juga mewakili kegelisahan yang lain. Soal ilmu laduni ini sesungguhnya tidak bisa dicari. Semata-mata anugerah Allah pada hamba-Nya yang dikehendaki, Allah berfirman:

“Dan Kami telah mengajarkan kepadanya, ilmu dari sisi-Ku”

Pendekatan Islam terhadap ilmu laduni ini, tentu tidak secara sistematis, dijabarkan oleh Allah dan oleh Rasulullah SAW. Tetapi Allah cukup mengilustrasikan “drama ilmu pengetahuan” dalam kisah Khidir dan Musa ‘alaihimassalam. Ketika Musa merasa paling representatif sebagai pendakwah agama, dan pengungkap kebenaran paling utama, tiba-tiba Allah SWT, mengingatkan adanya seorang hamba Allah yang

Page 4: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

tak dikenal oleh khalayak, dan memiliki segudang rahasia ilmu pengetahuan yang tidak dicapai oleh Nabiyullah Muss As. Dan kisah dramatis dalam Alqur’an itu sebagai populer, karena dijelaskan oleh Rasulullah SAW, dalam hadits-Nya.” Edisi 321

“Ilmu yang berguna bagi anda pribadi adalah ilmu tentang Allah, ilmu yang lebih mendekatkan diri Anda kepada Allah, mengokohkan iman anda, menerangkan hati anda, menyelamatkan dunia akhirat Anda. Bukan ilmu istimewa yang bisa untuk ini dan itu. Jika seseorang punya kelebihan ilmu seperti anda, apabila ia tidak semakin dekat dengan Allah. Semakin hari tidak semakin dekat dengan Allah. Semakin hari tidak semakin ikhlas dan rida kepada Allah. Maka ilmu itu tidak lebih dari istiroj. Yaitu pengelu-elu dari Allah, kelak untuk dihinakan dalam derajat yang rendah. Na’udzubillahmindzaalik.”

Dari jawaban di atas, jelas sekali terlihat bahwa pengelola

mengarahkan perlunya seseorang yang memiliki ilmu spesial

memanfaatkan ilmunya tersebut untuk lebih mengenal dan

mendekatkan dirinya kepada Allah. Sehingga dengan proses

pengenalan dan pendekatan tersebut seseorang akan sadar

bahwa masih ada kekuatan ilmu di atas ilmu yang dimilikinya

yang memiliki sumber yang sama yakni Dzat yang memiliki

sumber dari segala sumber ilmu itu sendiri. Selain itu juga

ditambahkan bahwa tanpa adanya pengenalan dan kedekatan

yang lebih kepada Allah maka dikhawatirkan akan terjadi

penyelewengan kegunaan ilmu.

Page 5: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

• Edisi 312

Permasalahan aqidah yang menjadi pokok bahasan dalam edisi

ini adalah bahwa setiap sesuatu yang berada dalam dunia ini,

baik yang dianggap sebagai “sesuatu” yang tidak dapat

berbicara oleh mata manusia, adalah makhluk Allah dan

senantiasa ingat, mengenal, dan berdzikir kepada Allah. Dzikir

sebagai bagian dari aktualisasi aqidah dalam diri manusia

secara keseluruhan. paparan jawaban pertanyaan tentang

dzikirnya darah Hamzh Samsuri maupun al-Hallaj yang

membentuk tulisan Allah,

“Dalam tragedy kematian al-hallaj darahnya memang membentuk tulisan ‘Allah’ artinya darah itu memang berzikir, sebagai mana Hamzah samsuri. Apakah hal itu aneh menurut anda ? apa mungkin darah itu berzikir, sangat mungkin jika hati anda berzikir terus menerus, maka jantung anda yang berzikir itu memompa darah, otomatis darah anda berzikir mengaliri seluruh tubuh anda sampai keurat saraf Anda.

Jawaban ini juga memberikan penjelasan tentang kekuasaan

Allah yang dapat melakukan segala hal yang seringkali

dianggap “tidak wajar” dalam kacamata manusia. Tanpa

adanya kekuasaan Allah, proses dzikirnya darah al-Hallaj yang

juga membentuk tulisan Allah dan Hasan Samsuri tidak akan

mungkin dapat terjadi.

• Edisi 309

Melalui pertanyaan tentang mukjizat dan karomah yang

dilontarkan oleh Moh. Fakhan, Ustadz Luqman Hakiem juga

Page 6: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

mengaitkan pemaparan tentang pengertian karomah dengan

kekuasaan Allah, sebagaimana termaktub dalam jawabannya,

“Memang Alif Laam Miim atau di surat lain ada Yaasin, merupakan salah satu dari sekian rahasia Allah. Sebagian hamba Allah yang dikehendaki untuk mengetahui rahasia-Nya, pasti tahu apa dibalik rahasia itu, walaupun tidak tahu secara keseluruhan. Minimal simbol-simbol ilahi. Sedangkan mengenai mukjizat adalah keistimewaan yang diberikan Allah kepada nabi dan rasul. Sedangkan karomah adalah keistimewaan yang diberikan kepada para wali. Tetapi tidak semua keistimewaan itu atau kehebatan itu disebut karomah atau maunah. Sebab bisa saja seseorang mendapatkan keistimewaan, padahal itu istidroj (pengelu-elu dari Allah). Begitu juga tidak semua wali Allah itu memiliki karomah yang ditampakan. Sebaliknya belum tentu wali Allah yang tersembunyi karomahnya itu lebih hebat ketimbang yang kelihatan karomahnya.”

Dalam jawaban tersebut dijelaskan bahwa kekuasaan Allah

sangat mempengaruhi karomah yang akan dimiliki oleh

seseorang. Apabila Allah menghendaki maka siapapun orang

tersebut akan mendapat karomah dan bahkan mampu

mengetahui rahasia-rahasia Allah, pun sebaliknya.

• Edisi 304

Nilai aqidah yang dijabarkan pada edisi ini berkenaan dengan

Allah sebagai tempat untuk memasrahkan segala urusan.

“Pasrah itu dalam dunia tasawuf ada tiga tingkatan. Pertama disebut tawakkal. Tawakkal berarti kepasrahan hamba Allah pada umumnya. Dia pasrah, tapi hatinya masih meronta-ronta ingin sukses apa yang dicapainya. Namun ia menyadari bahwa semua itu adalah kehendak Allah, sehingga ia pasrah semuanya kepada-Nya. Kedua, tafwidl. Dalam Al-Qur’an disebutkan, Wa Ufawidlu Amri Ilallah. (Aku pasrahkan total urusanku kepada Allah). Inilah pasrahnya para sufi, para shilihin, dan auliya’, dimana seluruh gerak-gerak hatinya bergantung perintah langsung dari

Page 7: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

Allah, karena ia menyadari dari Allah, lalu menuju kepada hanya Allah, dan bersama Allah, untuk Allah. Ketiga, disebut dengan Istislam. Yaitu kepasrahan lahir batin, total bongkokan, hanya kepada Allah. Selaian Allah adalah batil untuk dipasrahi. Inilah pasrah yang diteldankan para Nabi dan Rasul.”

Menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat untuk berpasrah

merupakan nilai aqidah yang teramat pokok dan telah dijelaskan

serta ditegaskan oleh Allah dalam surat al-Ikhlas : 2,

هللا دمصلا

“Allah adalah tempat bergantung”

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa nilai-nilai aqidah yang

menjadi pembahasan dalam Rubrik Sufi Tabloid Posmo terkait

dengan perlunya usaha untuk mengenal dan mendekatkan diri

kepada Allah, kekuasaan dan kekuatan Allah sebagai kekuatan dan

kekuasaan yang maha dahsyat tanpa banding serta menjadikan

Allah sebagai tempat untuk berlindung dan bergantung.

Pasrah kepada Allah dapat dikatakan sebagai wujud dari keimanan

(aqidah), karena dengan adanya sikap untuk memasrahkan segala

sesuatu kepada Allah berarti juga bahwa manusia mempercayai

bahwa tidak ada kekuatan maupun kekuasaan yang layak untuk

menjadi sandaran segala persoalan selain kekuatan dan kekuasaan

Allah.

Page 8: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

IV.1.2 Nilai-nilai Syari’ah

Nilai-nilai syari’ah merupakan nilai-nilai yang berhubungan

dengan peraturan-peraturan yang ada dan berlaku dalam agama

Islam. Dalam Rubrik Sufi nilai-nilai syari’ah yang terkandung

dapat terlihat pada edisi-edisi :

• Edisi 277

Nilai syari’ah yang terkandung dalam edisi ini tampak pada

awal jawaban yang diberikan dalam menjelaskan bagaimana

menentukan tarekat,

“Coba Anda renungkan dulu, apakah sebelum Anda memasuki tharekat sudah beristikharah lebih dulu, sehingga Anda masuk pada tharerakat yang memang pas dan proporsional dengan jiwa Anda. “

Jawaban di atas jelas sekali ingin mengajak responden untuk

kembali menyandarkan kebimbangan hidupnya pada syari’at

Islam. Di mana diketahui bahwa Islam sangat menganjurkan

kepada manusia untuk selalu menyelesaikan masalah dalam

konteks Islam. Termasuk salah satunya adalah ketika manusia

diliputi rasa bimbang dan ketidahtahuan akan sesuatu hal.

Islam mengajarkan dan menetapkan syari’ah tidak hanya untuk

melakukan hubungan antara manusia dengan Allah semata

namun juga aturan yang menjadi pedoman manusia manakala

menghadapi sebuah musibah. Pada konteks ini, Islam

memberikan aturan bahwasanya apabila manusia sedang

mengalami suatu kebingungan untuk membuat keputusan maka

Page 9: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

manusia dianjurkan untuk melakukan shalat yang bertujuan

sebagai sarana untuk membantu dalam menentukan pilihan.

• Edisi 283

Pada edisi ini ustadz Luqman Hakiem menjelaskan tentang

syari’at Islam berkenaan dengan hubungan anak dan orang tua.

Responden yang sedang mengalami permasalahan dengan

orang tuanya dianjurkan oleh Ustadz untuk berlaku baik kepada

orang tuanya sebagaimana telah dianjurkan oleh Allah,

“Allah mengajarkan kita agar mendoakan terus menerus ortu kita, memohonkan ampunan dan kasih sayang Allah. Mungkin Anda tidak menyadari ketika masih balita dulu betapa sayangnya ortu kepada Anda. Alam pikiran ortu dengan perkembangan jiwa Anda saat ini tentu berbeda. Perbedaan itu tidak seharusnya menimbulkan su’uzon dan kecurigaan berlebihan, apalagi negative thinking. Khususnya pada ibunda, sesekali Anda cium telapak kakinya, sebagai perlambang rasa hormat Anda kepadanya. Insya Allah kerelaan mereka berdua akan tumbuh, dan berlimpahlah ridlo Allah kepada diri Anda.”

Penjelasan ini juga diperjelas dengan kedudukan orang tua ibu

dalam hukum Islam. Sebagai sosok yang dimuliakan dalam

Islam dan “penjamin” syurga, ustadz Luqman Hakiem

menganjurkan untuk berlaku hormat dan patuh kepada orang

tua dengan segala perbedaan yang ada terutama orang tua ibu.

• Edisi 309

“Jika kita tahu terjemahan Al-Qur’an, maka itu hanyalah makna harfiyah. Makna hakikiyah dan impressinya, kita hanya tahu sedikit. Karena itu, “tidak tersentuh Al-Qur'an itu kecuali oleh mereka yang suci jiwanya.” Jiwa-jiwa yang disucikan

Page 10: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

Allah adalah jiwa yang senantiasa membaca semua kehidupan ini sebagai Al-Qur'an yang tidak terbaca atau tersembunyi. Karena itu janganlah mudah menafsirkan Al-Qur'an dengan pandangan kita sendiri. Kita harsu belajar sehingga tahu maknanya. Sebab banyak orang yang bisa membaca satu dua ayat langsung merasa paling benar, lalu melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan hakikat qur’an.”

Nilai syari’ah dalam edisi di atas berhubungan dengan

bagaimana Islam mengatur ketentuan manusia yang ingin

memahami makna sumber hukum Islam secara keseluruhan. Di

samping perlunya aturan, di atas juga dijelaskan tentang

bahayanya dan telah banyaknya orang yang “seenaknya”

memaknai dan memberikan tafsir kepada ayat-ayat al-Qur’an.

• Edisi 316

Ada dua masalah syari’ah yang dibahas pada edisi ini seperti

yang tertuang dalam jawaban berikut,

“Zina besar itu yang tindakan hubungan seksual antar lawan jenis diluar ikatan nikah. Jika seseorang terlanjur melakukan tindakan itu, hendaknya bertobat saja, memohon ampun kepada Allah Ta’ala, dan tidak usah disampaikan ke publik. Mengendalikan diri? Secara mendasar Rasulullah SAW, memerintahkan kepada kita berpuasa. Tapi kalau juga masih keberatan, seseorang harus menyadari, bahwa salah satu tanda Allah sedang menghina dan merendahkan derajat kita adalah si hamba akan menuruti kemauan hawa nafsunya.”

Permasalahan syari’ah pertama yang dikaji pada edisi ini

adalah aturan atau ajaran Islam kepada umat manusia untuk

segera bertobat apabila telah melakukan suatu kesalahan/dosa.

Sedangkan permasalahan kedua terkait dengan ajaran Islam

tentang tata cara menahan syahwat yang sesuai dengan Islam,

Page 11: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

yakni perlunya seseorang melaksanakan puasa atau ingat akan

azab yang akan diterimanya apabila melakukan hal nista

tersebut.

• Edisi 317

Nilai syari’ah tentang tata cara berijtihad sesuai dengan Islam

diterangkan dalam edisi ini,

“Munculnya JL lebih merupakan reaksi dua kutub pemikiran keislaman. Satu kutub yang bermuara pada Islam tradisional, dan satu kutub bermuara ke pemikiran Islam formal modernis, yang dua-duanya dianggap menghambat kemajuan Islam. Tetapi tujuan baik itu, tidak diikuti oleh prasyarat-prasyarat dasar bagi seorang Mujtahid yang seharusnya menguasai khazanah Al-Qur'an dan Sunnah, khazanah Intelektualisme dan disiplin keilmuan Islam secara menyeluruh, lalu ibarat seseorang yang baru belajar jurus-jurus silat, sudah ingin mendemonstrasikan kemampuannya, layaknya pendekar silat beneran. Padahal silatnya justru diam dan bersahaja. Sebagaimana nasib kaum formalis Islam, yang baru mengenal satu, dua ayat, satu dua hadits, langsung berfatwa dengan bahasa dan emosi yang garang, layaknya seorang mufti. Kemudian ia merasa paling islami. Siapapun yang mendalami Islam hanya di dataran pemikiran dan intelektualisme akan mengalami kekeringan jiwa dan kegersangan ruhani. Siapa pun pula yang mendalami Islam pada kulit-kulitnya belaka, akan mengalami kekerasan hati dan kesombongan religius. Begitu juga orang yang memasuki dunia hakikat tetapi berlaku layaknya kedua kelompok diatas, tidak lebih hipokrit dibanding keduanya.”

Pemahaman akan pengetahuan yang luas terhadap sumber

hukum Islam sebagai dasar berijtihad memiliki penekanan

dalam pembahasan ini. Sebab tanpa adanya pengetahuan

tentang syarat-syarat berijtihad hanya akan memberikan hasil

ijtihad yang membingungkan umat dan berpotensi memecah

umat.

Page 12: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

Hal-hal yang terkait dengan pergaulan manusia dengan sesama

manusia – dengan melihat dan memperhatikan status (anak dan

orang tua) –, tata cara penyelesaian masalah yang terkait

dengan mencari hukum “baru” yang belum tercantum secara

jelas dalam sumber hukum Islam, serta ajaran Islam untuk

menggunakan sholat istikharah sebagai mediator di kala

manusia sedang kebingungan dan kebimbangan dalam

menentukan sesuatu sikap menjadi permasalahan yang

diprioritaskan dalam kaitannya dengan masalah syari’ah.

IV.1.3 Akhlak

Sedangkan nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam Rubrik Sufi

Tabloid Posmo antara lain tersebut dalam,

• Edisi 227

“COBA Anda renungkan dulu, apakah sebelum Anda memasuki tharekat sudah beristikharah lebih dulu, sehingga Anda masuk pada tharerakat yang memang pas dan proporsional dengan jiwa Anda. Bisa saja, perasaan yang tak ada bedanya antara sudah bertarekat dengan sebelumnya itu, disebabkan beberapa hal: a) Tharekat yang Anda pilih belum relevan dengan jiwa Anda

atau karena orang yang membaiat Anda; bukan Mursyid yang Kamil Mukainmil.

b) Bisa saja karena niat awal Anda yang kurang pas, ketika memasuki dunia tharekat.

Seorang mursyid dalam dunia tharekat tidak harus persis dengan langkah dan jejak Syeikhnya. Tetapi si murid memang harus mengikuti aturan yang diberikan oleh syeikhnya. Di hadapan syeikhnya sang murid layaknya seorang bayi. Jaminan dan dijanjikan itu beda. Kalau dijamin pasti, kalau dijanjikan sangat tentative, bergantung murid tharekat itu sendiri.”

Page 13: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

Edisi ini menitikberatkan tentang akhlak (perilaku) yang harus

diperhatikan oleh seseorang manakala ia mengalami

kebimbangan dalam melakukan ritual sufi.

• Edisi 279

Meski pada edisi 277 telah disinggung tentang sikap ketika

dalam situasi ragu atau bimbang, nasehat (nilai) tentang akhlak

atau perilaku dalam menghadapi keraguan tersebut disinggung

kembali dalam edisi ini dengan konteks yang sedikit berbeda.

Edisi 279 ini lebih memfokuskan tentang sikap ketika

menemukan perbedaan pendapat dalam memberikan “status”

hadits yang terdapat pada Ihya Ulumuddin (salah satu karya

Imam al-Ghazali). Permasalahan tersebut diulas oleh Ustadz

Luqman Hakiem dengan ulasan sebagai berikut :

Yang penting kalau kita membaca kitab-kitab tasawuf, toh tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan asunnah, justru kitab-kitab itu menjelaskan kedalaman Al-Qur'an dan asunnah. Bagi mereka yang memahami qur’an dan sunnah dari segi nash atau teksnya saja, pasti akan sulit menerima karena memang tidak bisa memahami. Untuk memahami kedalamannya butuh kemampuan nahwu sorof, balaghah, nushus, adab (sastra) dan seluruh maqosidul udzma (tujuan agung dibalik ayat dan sunnah) itu. Saat ini banyak kalangan khususnya generasi muda Islam yang hanya berbekal semangat Islam, lalu mengklaim bahwa mereka telah mampu menerjemahkan dan menafsirkan Al-Qur'an dan as-sunnah terutama jika menunjuk pada karya-karya orang-orang pemikir Islam arab mutakhir yang condong pada radikalisme dan semangat tekstualisme jika mereka sudah berangkat dengan apreori maka akan memproduksi pandangan yang serba apreori pula. Anda tidak perlu kawatir, sebab para imam Mujathidin, Maliki, Hanafi, Safi’i, Hambali, Sufyan atz-Tzaury, dan seluruh ulama salaf yang wara. Shahih, pun mereka menerima tarekat sufi dan

Page 14: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

mengamalkannya. Ada sebagian fuqoha yang menolak seperti ibnyu Taymiyah. Tapi anehnya murid Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyim al-Jauziyah justru menjadi pemuka kalangan sufi. Para ulama dulu, khususnya fuqoha bahkan mufasir saja masih ada yang kurang paham terhadap tasawuf ulama salaf, apalagi kawan-kawan anda yang menerima informasi keislaman dari larutan dan sejumlah pikiran keruh muthahir. Mengenai hadits-hadits dhaif ataupun maudlu yang dituduhkan kepada imam ghazali, memang, menurut standar ilmu hadits sejumlah riwayat hadits tersebut dhaif (lemah). Tetapi ahli hadits dan ulama juga sepakat, walaupun ada hadits dhaif, kalau isinya merupakan anjuran kebajikan sudah seharusnya dipakai. Dan seluruh hadits yang dikutip oleh imam ghazali, semuanya merupakan anjuran kebajikan. Dan larangan terhadap kejahatan dan kemungkaran. Walaupun ada hadits menilai dhoif toh tidak satu pun hadits itu yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan sunnah nabi. Kenapa? Kalau kita teliti kembali, para muhadisin pun, menggunakan metode penelitian ilmu hadits, yang kemudian muncul ketegorisasi seperti shahih, hasan, dhaif, mutawatir, ahad, al-Jarhu wat ta’dil dan sebagainya adalah metode ijtihadiyah. Artinya, kebenarannyapun juga relatif, sebagaimana produk ijtihad para ulam mujtahidin. Jadi hanya sebagai standar belaka untuk menentukan metode tersebut gara tidak terjadi konflik, polemik dan mendapatkan standar yang mendekati kebenaran. Itu juga berarti, bisa saja terjadi, hadits yang di nilai hasan malah shosih atau sebaliknya, yang dhoif bisa saja juga shahih. Jadi anda tidak perlu lagi meragukan thariqat anda.

Dalam ulasan di atas dijelaskan bahwa sikap atau perilaku yang

harus diambil ketika berada dalam keraguan adalah tidak

langsung menganggap salah dan menyalahkan, namun lebih

memandang bahwa perbedaan pandangan sebagai bagian

(dampak) dari perbedaan manusia dengan segala

keterbatasannya sehingga tidak berpengaruh negatif terhadap

keimanan manusia.

Page 15: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

• Edisi 281

Dengan permasalahan yang hampir sama dengan di atas namun

berbeda esensi, pada edisi 281 Ustadz Luqman Hakiem

menjelaskan kepada penanya tentang bagaimana sikap dalam

menghadapi “tuduhan” bahwa tasawuf adalah hasil

“perkawinan” antara Islam dengan unsur lain, termasuk filsafat

Yunani dengan jawaban sebagai berikut,

Tentu tudingan bahwa sumber Tasawuf adalah sinkretisme ajaran agama-agama dan filsafat Yunani adalah kekeliruan besar. Bahwa dalam dunia tasawuf ada hikmah-hikmah agung dan mengandung filsafat kehidupan yang luhur, sesungguhnya tidak bisa dihubungkan-hubungkan dengan tradisi filsafat tersebut secara menyeluruh. Seperti tradisi musyawarah yang sudah ada di zaman Jahiliyah. Maka ketika tradisi Syura itu di absahkan oleh Islam, sama sekali tidak bisa dituduh bahwa tradisi Musyawarah dalam Islam itu bersumber dari zaman Jahiliyah. Kalau Nabi Muhammad SAW melakukan tradisi khalwat, tahannuf, atau tahannut di Gua Hira, sementara kaum Jahiliyah juga melakukan hal yang sama di tempat terpisah dalam rangka menyucikan dirinya, apakah metode yang ditempuh Rasulullah dalam Gua Hira itu ditentang oleh umat Islam bahkan oleh Rasul sendiri? Apalagi untuk menggali akidah Islam yang hakiki, tidak bisa melalui pendekatan yang bersifat letere, tekstual, dan formal. Sementara istilah akidah itu sendiri di zaman Rasulullah belum muncul sebagai elemen ushuliyah sebagaimana yang kita fahami saat ini. Justru muncul pembagian akademis, dalam ilmu-ilmu Islam, ketika pengetahuan dan pengajaran Islam mulai disusun secara sistematis oleh generasi Mujtahidin, Muhaddltsin, Mufassirin, dan Mutakallimin. Banyak umat Islam terjebak oleh. jargon “Kembali pada sumber Alquran dan As-Sunnah", dengan cara-cara yang dangkal dan bahkan malah menyesatkan. Misalnya dengan menegaskan segala hal yang tidak tertera secara eksplisit dalam kedua sumber tersebut dianggap menyesatkan. Kemudian mereka bersikeras mengikuti jejak Nabi secara ketat dengan formalitasnya belaka, sedangkan aspek kedalaman jiwa (ruh)-

Page 16: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

nya hilang sama sekali, sehingga Islam tampak kaku, keras, dan radikal. Padahal dalam amaliyah Islam Rasulullah SAW membagi tiga: Islam, Iman, dan Ihsan. Islam yang kelak berhubungan dengan ibadah syari'ah, penataan aturan-aturan fikih, dalam rangka menata kehidupan lahiriyah. Lalu di sana muncul para fuqoha yang menyimpulkan produk hukum Islam melalui Ijtihad. Bahkan untuk membuka pintu Ijtihad ini pun para Ulama sangat ketat aturannya, agar tidak semua orang menafsirkan Alquran dan As-Sunnah dengan klaim-klaim yang gampangan. Kita bisa bayangkan jika para Mujtahid tidak membuat aturan ketat mengenai syarat ijtihad, pasti konflik-konflik sosial akibat perbedaan ijtihad begitu luar biasa dan malah menghancurkan umat Islam itu sendiri. Sedangkan Iman, kelak berpengaruh dalam akademia teologi yang popular dengan ilmu Tauhid Di kalangan ahli Tauhid sendiri soal-soal yang sifat dan Asma Allah banyak pandangan yang berbeda. tetapi perbedaan itu sebatas masalah-masalah yang berkembang yang berinduk pada ushuliyahnya. Misalnya Allah Maha Esa. Dalam Al-Qur’an Allah menggunakan kata Yang Satu, dengan kata yang berbeda-beda. Misalnya Ahad, Wahdat, Wahdaniyah, Wahid, yang memiliki hubungan yang berbeda-beda. Bahwa Allah Maha Esa itu tidak satu pun yang berbeda pandangan. Namun mengenai interaksi Ahad, Wahdah, Wahid, dengan praktek Tauhid maupun filosufi Ketauhidan akan muncul banyak ragam. Rupanya kaum formalis yang menolak tasawuf dengan serampangan saja menggenalisir fakta keragaman kata dalam Al-Qur’an maupun Sunnah, lalu mengklaim apa yang dipandangnya itu sebagai kebenaran mutlak yang tak terbantah sama sekali. Ihsan, sebagai praktik dan manifestasi Islam dan Iman dalam kualitas hubungan hamba dengan Allah, sama sekali tidak pernah dibedah secara tuntas oleh mereka yang anti terhadap dunia sufi. Sebab, hanya akademi Sufisme saja yang menguraikan secara gamblang apa dan bagaimana Ihsan Itu diterapkan dalam ‘Ubudiyah sehari-hari. Karena tanpa pelaksanaan Ihsan, seorang hamba yang melakukan ibadah salat hanyalah melaksanakan kewajiban formalnya salat, sesuai dengan syarat dan rukunnya. Sedangkan kualitas khusyu' dalam salat, elemen-elemen kekhusyuan, maupun nuansa khusyu di depan Allah tidak dikaji tuntas, kecuali dengan mengetangahkan teknik-teknik khusyu' yang kering. Apakah jika dunia sufi membahas masalah. khusyu' dalam salat maupun di luar salat menjadi bid'ah dan bertentangan dengan Quran dan Sunnah? Alangkah bodohnya kita, jika menuduh

Page 17: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

kajian dunia Sufi sebagai bentuk yang menyimpang dari kedua sumber utama Islam itu. Justru dunia sufi mendorong seseorang untuk meraih khusyu' yang hakiki, bukan khusyu' yang dikhusyu'-khusyu'kan, sementara ia lelah gagal meraih salat Khusyu'. Seluruh ajaran sufi, walaupun sebagian kecil yang minor kita jumpai telah menyimpang dari ajaran sufi yang benar sesungguhnya tetap bersumber dari Alquran dan Sunnah. Para sufi sendiri sepakat demikian, dan sebaliknya yang jauh dari Alquran dan Sunnah malah dianggap bathil. Hanya saja criteria mengenai sesuatu yang menyimpang dan tidak dari Alquran dan Sunnah, maka dunia sufi lebih dalam, lagi dan sulit difahami mereka yang hanya memandang Alquran dan Sunnah secara formal belaka. Sementara itu tudingan terhadap Ibnu Araby, al-Bisthamy, Junaid al-Baghdady, Al-Hallaj, Syekh Abdul Qadir al-Jilany, maupun sufi-sufi besar lainnya, semata karena cara memandang Alquran dan Sunnah secara berbeda. Perbedaannya ibarat kita memandang cermin. Ada cermin itu, buram, ada yang retak dan pecah, ada pula yang bercermin dari samping dan dari balik cermin, tentu semua itu akan gagal memantulkan, gambar yang objektif. Dunia Sufi dengan segala ragam metodenya mengajak kita memandang cermin dari arah yang benar dan dengan objek; yang utuh. Bahkan berusaha agar cermin tetap bening, bersih dan cemerlang.

Bahasan akhlak yang ditekankan di edisi ini masih tidak jauh

berbeda dengan edisi sebelumnya. Untuk mengambil sikap

(akhlak) terkait perbedaan pemahaman al-Qur’an dan as-

Sunnah lagi-lagi didasarkan pada perbedaan faktor

“kemampuan” manusia (baca : sufi) dalam memahami sesuatu

hal termasuk al-Qur’an dan as-Sunnah. Oleh karenanya

janganlah seorang muslim mengklaim sebagai pihak yang

paling benar, sebab asumsi semacam itu hanya akan menambah

perpecahan dan pengingkaran bahwa tidak ada kebenaran yang

Page 18: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

absolut di dunia ini melainkan kebenaran Allah di mana yang

mengetahui hanyalah Dia semata.

• Edisi 283

Selain permasalahan yang terkait dengan dunia tasawuf dan

dasar ideologi dan perbedaan pandang para sufi, masalah

akhlak terkait hubungan antar manusia juga menjadi

pembahasan dalam Rubrik Sufi. Pada edisi 283 yang

membahas tentang bagaimanakah sikap anak yang sedang

bermasalah dengan orang tuanya dijelaskan sebagai berikut

Karena itu jika Anda mengalami miskomunikasi dengan ortu sebaiknya Anda memulai lebih dahulu. Sapalah ortumu dengan bahasa yang lemah lembut, buang rasa gengsi dan perasaan harga diri. Sebab gengsi Anda bisa menumbuhkan rasa sombong yang membuat hati Anda semakin keras dan antagonis terhadap ortu. Itu bisa membahayakan ketenteraman batin Anda sendiri. Datanglah ke ortumu dan sebelumnya Anda ambil air wudlu dulu, bacakan surat al-fatihah, al-ikhlas, al-falaq dan bin-nas, dikirimkan kepada keduanya lalu berdo’a “robbighfirli waliwaalidayya warhamhuma kamaa robbayani shoghiro”. Hayati dulu do’a itu baru menghadap ortu, bicara dengan hati yang lapang, penuh kasih sayang, rasa hormat, pasti ortu akan berbeda merespon Anda. Ortu, apapun keterbatasan pikiran dan pAndangan tetap tidak menginginkan Anda sengsara, sebagaimana Anda juga tidak ingin ortu sengsara di dunia hingga akhirat bukan?

Dalam jawaban di atas sangat jelas dijabarkan bagaimanakah

sikap seorang anak terhadap orang tua ketika sedang ada

masalah diantara mereka. Dalam penjelasan itu pihak anak

haruslah lebih bisa mengalahkan ego diri mereka dan dengan

penuh hormat merespon perbedaan pandang yang terjadi antara

Page 19: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

dia dengan orang tuanya. Bahkan Ustadz Luqman Hakiem juga

menekankan bahwa perbedaan pandang tidak harus menjadi

penghalang bhakti anak kepada orang tua sehingga dalam

menghadapi orang tua yang berbeda pendapat, seorang anak

juga disarankan untuk mendo’akan orang tua terlebih dahulu.

• Edisi 285 dan 302

Edisi ini menerangkan tentang bagaimanakah akhlak yang

harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang yang ingin

bertasawuf yang secara jelas dan gamblang dibeberkan dalam

jawaban di bawah ini

Edisi 285

“Ajaran mengenai ilmu hikmah untuk hajat dan kepentingan tertentu dibolehkan dengan syarat: jika Anda seorang pengamal tarekat harus mendapat ijazah dari mursyid, dan kedua niatnya tetap Lillahi Ta’ala, bukan untuk kepentingan nafsu dunia. sebab jika Anda terlalu terfokus pada kepentingan hawa nafsu di balik wirid dan ilmu Anda, demi kesaktian, demi penglihat, nanti anda malah kehilangan Allah, sebab tujuan Anda bukan Allah tapi dunia. Nah, Tasawuf mencegah itu semua. Walaupun wiridan Asmaul husna, tapi kalau tidak didasari tasawuf nanti khadamnya bisa jin. Nah, bahaya bukan? Walaupun jin ilam? Saya sarankan anda tetap menjaga detak dan jantung Anda dengan bunyi Allah.”

Edisi 302

“Seorang sufi adalah seorang yang menempuh jalan ruhani dalam Islam, selain syarat, thariqat dan hakikatnya berjalan beriringan satu sama lainnya. Syariat bukan metode menuju kepada hakikat, tetapi syariat adalah perintah ibadah, thariqat perintah ubudiyah, dan hakikat adalah perintah ‘adudah.

Page 20: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

Syariat itu hendaknya Anda menyembah Allah, thariqat hendaknya Anda menuju kepada Allah, dan hekikat hendaknya anda melihat Allah.”

• Edisi 291

Kedudukan guru (mursyid) dalam tasawuf memiliki tingkatan

yang sama bahkan melebihi “status” guru dalam hal lain. Pada

edisi yang membahas tentang kemungkinan untuk berpindah

mursyid manakala pelaku tasawuf berpindah tempat yang

sangat jauh dari sang mursyid, ustadz Luqman menjelaskan,

Sebenarnya pertanyaan yang sama pernah dipaparkan pada edisi-edisi yang lalu, Tapi baiklah akan saya jawab. Mengenai Mursyid, Anda bisa bertanya ulama di sana. Sebenarnya Anda tidak perlu itu semua. Jangan pindah-pindah Mursyid, itu tidak boleh dalam dunia tarekat. Amalkan saja apa yang sudah digariskan dalam Tarekat Qadariyah wan-Naqsyabandiyah, sesuai dengan petunjuk Mursyid. Anda tidak harus bertemu dengan Mursyid Anda. Jika memang Mursyid Anda itu Kamil, maka beliau pasti tahu gerak-gerik Anda, bahkan beliau pun bisa mendidik dari jarak jauh sekali pun. Yang penting Anda tetap belajar dengan tekun, sementara Anda tetap berzikir dalam hati, walaupun Anda sedang bekerja. Anda bisa menambah pengetahuan ruhani melalui bacaan buku-buku Tasawuf, seperti Ihya Ulumuddin, Risalatul Qusyairiyah, yang sudah ada terjemahan Indonesianya. Anda bisa minta dikirim dari Indonesia lewat keluarga Anda. Sementara Anda harus tetap melaksanakan tarekat itu. Kecuali jika Anda mengalami hal-hal yang aneh-aneh atau alamat-alamat spiritual, jangan ditafsiri sendiri. Tolong hubungi Mursyid Anda, jika tidak bisa, konsultasi dengan saya. 0ke?

Penjelasan di atas menegaskan bahwa kelebihan dari guru

tasawuf dengan guru “yang lain” adalah terletak dalam

kemampuan melakukan kontak batin dengan muridnya yang

tentunya tidak akan mengurangi perhatian guru kepada murid

Page 21: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

meskipun berbeda tempat dan waktu. Di samping itu, tidak

meninggalkan (baca: pindah) mursyid adalah salah satu tanda

bhakti murid kepada sosok yang telah membimbingnya dengan

ikhlas menuju jalan kebenaran.

• Edisi 293 dan 304

Edisi 293 “Ada seorang Ibu sedang membawa putri kecilnya ke mal. Tiba-tiba si putri kecil menangis menjerit-jerit karena keinginannya ditolak oleh ibunya. la ingin dibelikan sepeda motor yang terpampang di pameran mal itu. Si kecil jengkelnya bukan main, karena keinginannya tidak dikabulkan saat itu oleh ibunya. “Sudahlah, Nak. Nanti kalau kamu sudah gedhe pasti saya belikan. Kalau kamu naik sepeda motor sekarang, kamu malah calaka. Motornya hancur kamu entah apa jadinya...." Tapi saking dongkolnya si anak tetap saja ngaak paham, lain dia terus-menerus menangis. Itulah keinginan dan hasrat kita kadang tidak sesuai dengan takdir Allah. Padahal bukannya Allah menolak; keinginan kita, tetapi kapan dan di mana yang pas dengan keselamatan kita. maka Allah lebih Maha tahu. Sebagaimana kasus si kecil tadi Kita pun merasa jengkel dengan Allah, sudah lama berdoa kok nggak dikabulkan juga, apakah kita salah? Karena itu dalam kitab Al-hikam disebutkan, "Janganlah Anda putus asa berharap dan berdoa ketika doa Anda belum dikabulkan. Allah yang Maha tahu dan memilihkan terbaik kapan dan dimana keinginan kita itu diwujudkan." Jangan sampai Anda berhenti berdoa. Sebab doa itu munajat hamba Allah, dan munajat itu terasa begitu indah terdengar Allah. Munajat itu adalah sentra ibadah pula. Apa yang kita lakukan selama ini sebagai bukti kita ini "hamba Allah". Apa yang selama ini kita panjatkan sebagai bukti bahwa kita sedang mempersiapkan diri untuk disemai oleh Rahmat dan Fadlnya Allah. Ada seorang Sufi mengatakan, “Seandainya manusia mengetahui hikmah di balik cobaan dan kegagalan, pasti dia setiap hari akan memohon kepada Allah agar diberi cobaan.” Edisi 304 Pasrah itu dalam dunia tasawuf ada tiga tingkatan. Pertama disebut tawakkal. Tawakkal berarti kepasrahan hamba Allah pada umumnya. Dia pasrah, tapi hatinya masih meronta-ronta

Page 22: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

ingin sukses apa yang dicapainya. Namun ia menyadari bahwa semua itu adalah kehendak Allah, sehingga ia pasrah semuanya kepada-Nya. Kedua, tafwidl. Dalam Al-Qur’an disebutkan, Wa Ufawidlu Amri Ilallah. (Aku pasrahkan total urusanku kepada Allah). Inilah pasrahnya para sufi, para shilihin, dan auliya’, dimana seluruh gerak-gerak hatinya bergantung perintah langsung dari Allah, karena ia menyadari dari Allah, lalu menuju kepada hanya Allah, dan bersama Allah, untuk Allah. Ketiga, disebut dengan Istislam. Yaitu kepasrahan lahir batin, total bongkokan, hanya kepada Allah. Selaian Allah adalah batil untuk dipasrahi. Inilah pasrah yang diteldankan para Nabi dan Rasul. Nah pasrah itu tempatnya dimana? Pasrah itu tempatnya di hati. Bukan dipikiran, bukan di hawa nafsu, bukan di akal, bukan pula di indrawi dan fisik kita. Anda harus berikhtiar, tapi janganlah ikhtiar itu dimasukkan dalam hati. Karena tempat ikhtiar bukan di hati. Tetapi akal, pikiran, dan fisik tadi. Karena itu Anda jangan mengatakan aku berikhtiar dulu, kalau mentok baru pasrah, itu namanya salah kaprah, dan salah faham terhadap paham yang salah.

Penjelasan di atas memperlihatkan dan memaparkan tentang

perilaku atau akhlak dalam berusaha ketika sedang menghadapi

suatu cobaan atau ketika manusia menginginkan sesuatu. Inti

dari penjelasan itu sendiri adalah adanya sikap (akhlak) sabar

dan tunduk sebagai makhluk manakala sedang diberi cobaan

ataupun ketika keinginan yang diucapkan melalui do’a belum

terkabulkan oleh Allah. Selain itu dijelaskan pula agar manusia

tidak salah kaprah memposisikan pasrah diri dengan

memasrahkan secara penuh dirinya (nasibnya) kepada Allah

tanpa berusaha, namun lebih pada tetap melakukan usaha

secara fisik yang diikuti dengan pasrah melalui irama do’a

dalam batinnya. Jadi antara usaha dan memasrahkan hasilnya

Page 23: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

seharusnya selalu beriringan dan bersama. Di dalam penjelasan

di atas juga dipaparkan tentang tingkatan-tingkatan pasrah

manusia.

• Edisi 300

Edisi ini menjelaskan tentang bagaimanakah cara atau akhlak

yang harus ditempuh untuk mendapatkan ilmu laduni. Dalam

penjelasannya, Ustadz Luqman Hakiem menjelaskan bahwa

akhlak yang harus ditempuh untuk mendapatkan ilmu laduni

adalah seperti akhlak yang telah ditempuh oleh para sufi yakni

dengan mengenal Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya

sebagaimana dijelaskan berikut,

Pendekatan Islam terhadap ilmu laduni ini, tentu tidak secara sistematis, dijabarkan oleh Allah dan oleh Rasulullah SAW. Tetapi Allah cukup mengilustrasikan “drama ilmu pengetahuan” dalam kisah Khidir dan Musa ‘alaihimassalam. Ketika Musa merasa paling representatif sebagai pendakwah agama, dan pengungkap kebenaran paling utama, tiba-tiba Allah SWT, mengingatkan adanya seorang hamba Allah yang tak dikenal oleh khalayak, dan memiliki segudang rahasia ilmu pengetahuan yang tidak dicapai oleh Nabiyullah Muss As. Dan kisah dramatis dalam Alqur’an itu sebagai populer, karena dijelaskan oleh Rasulullah SAW, dalam hadits-Nya. Ditambah sejumlah data-data hadist Nabi mengenai Uwais al-Qarany yang memiliki kehebatan-kehebatan luar biasa. Lalu sejumlah kisah pengetahuan yang muncul secara supraintuitaf melalui ketersingkapan rahasia ilahi, yang pernah didapatkan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan sejumlah ulama salaf lainnya. Maka tulisan ini, merupakan sekian dari ribuan pledoi intelektual kaum sufi atas kenyataan, fakta, dan hikmah ilmu laduni tersebut. Bahkan seorang ulama sufi besar di abad 7 hijriah, Syaikh Abu Muhammad Abdullah bin As’adalah al-Yafi’I (697-768 H) dalam kitabnya Kifayatul Mu’taqid wa-Nikayatul Muntaqid, membuat pledoi tebal tentang sejumlah

Page 24: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

kontroversi kritik yang diajukan oleh para ulama penentang tasawuf termasuk di dalamnya soal ilmu laduni. Ketika menjawab soal kontrofersi ilmu laduni itu, beliau uraikan panjang lebar dengan bahasa sastra yang luhur. Bahkan dari uangkapan sastra sufistiknya saja, sudah terlintas bagaimana prosesi ilmu laduni itu melimpah pada hamba-hamba Allah yang dipilih-Nya ia memulai: Ulama paling utama adalah ulama Billah. Yaitu para ulama yang mendapatkan limpahan ilmu pengetahuan melalui “tersingkapnya” tirai (rahasia ilahi). Mereka menyaksikan keindahan yang luhur, dan mereka mabuk dalam kecintaan ilahi, lalu mereka mengenal Asmaul Husna dan sifat-sifat-Nya yang tinggi secara hakiki. Kemudian mereka meriaskan sifat-sifat-Nya itu dengan estetika ruhani, lantas mereka saksikan keajaiban alam malaikat-Nya dan keanehan-keanehan yang menakjubkan di balik hikmah-nya kebesaran ayat-ayat-Nya Yang Agung. Allah mendekatkan mereka dalam hadirat kemahasucian-Nya dan memajliskan mereka dihamparan kemesraan-nya. Sedangkan qalbu-qalbu mereka menjadi limpahan manifestasi sifat-sifat jamal dan jalal-Nya, bahkan qalbu itu menjadi cermin cahaya-cahaya-Nya, khazanah rahasia-rahasia-Nya, sumber pengetahuan dan hikmah-hikmah. Mereka adalah dian-dian hidayah, terbimbing dalam amaliah yang saleh, dan terjaga dalam ucapan maupun tindakan. Sedangkan situasi ruhaninya dicemerlangkan, qalbunya melalui zikir dihidupkan, dibersihkan pula dari kotoran dan najis jiwanya. Kewalian mereka terpancar dalam tanda-tandanya, mereka pun memasrahkan gerak jiwanya pada kerajaan ilahi dan limpahan anugerah-Nya, bahkan kerinduannya senantiasa tergirahkan memandang wajah-Nya. Mereka telah zuhud di dunia dan di akhirat, menghidupkan agama dan melimpahkan manfaat bagi para penempuh jalan ilahi. Mereka melakukan pembersihan jiwa umatnya, menata negaranya dan menyikap dan menghalau bencana-bencana. Mereka bisa disebut sebagai orator-orator ilahi dari kedalaman hakiki, mereka adalah para Mursid (Guru Ruhani) menuju jalan tharikah sufi. Mereka bicara dengan hikmah-hikmah dari lautan demi lautan suci yang bergolak ombak-ombaknya. Lalu mereka temukan mutiara-mutiara tauhid disana, lalu cahayanya memancar ke seluruh penjuru, menghampar dan memancar setiap zaman. Dari sana kemudian melahirkan para hamba-hamba Allah yang agung, mereka berdakwah melalui ilmu-ilmu laduni yang muncul dari mutiara-mutiara rahasia. Lalu tersingkaplah hijab yang tinggi, mereka naik menuju tanjakan luhur sampai kesumber-sumbr cahaya ilahi. Mereka

Page 25: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

menetap di hamparan kemesraan illahiyah dan tersingkapkan bagi mereka, rahasia azaliyah. Hasrat-hasrat mereka menanjak ke martabat luhur sampai di dataran ilmu-ilmu illahiyah dan nafas-nafas ruhaniyah. Maka, gamblanglah mereka, ilmu hakiki yang terlindungi, terbukalah kemudian rahasia yang terpendam (sirrul maknun). Ruh-ruh mereka menegak minuman cinta di hadapan Al-Quds. Mabuklah mereka ketika memandang kemahaindahan di hamparan kemesraan abadi itu, lalu mereka berputar-putar dalam kebimbangan di lautan makrifat rahasia-rahasia. Mereka menyucikan ilahi di taman terbitnya cahaya. Merekalah para sufi (Ashfiya’), yang dilimpahi cinta-Nya, para peserta majelis ilahi yang muqarrabun. Indah nian ilustrasi tersebut. Gambaran tentang dunia laduni. Bahwa ilmu laduni itu berkelindan dengan tanjakan-tanjakan hakikat ruhani, dan karenanya ilmu laduni itu memang tidak bisa dicri, ditempuh seperti para penempuh akademi.

• Edisi 303 dan 316

Dua edisi ini menjelaskan tentang akhlak untuk menghindari

dari berbuat kesesatan dan kemaksiatan khususnya bagi

generasi muda. Akhlak-akhlak yang dijelaskan tersebut antara

lain adalah perlunya seseorang untuk segera mencari guru

rohani (mursyid) guna membimbingnya ke jalan yang benar.

Apabila dia belum mampu mencapai tingkat tersebut, maka

akhlak yang dianjurkan adalah berpuasa, istighfar dan

memperbanyak berdzikir dengan menyebut nama Allah secara

khusyu’ dalam lisan dan hatinya. Hal ini seperti jawaban yang

diberikan dalam dua edisi tersebut di bawah ini,

Edisi 303

Memang sekadar kita mengenal Islam dengan fanatisme tertentu, tidak menjamin keyakinan dan rasa kehambaan kita

Page 26: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

kepada Allah terjamin penuh. Kita mesti belajar lebih dalam lagi, terutama mengenai apa hakikat Islam, dan apa yang disebut praktik atas keimanan kita. Karena itu, dunia Sufi menjadi wilayah paling universal untuk mengalami hakikat Islam, dan praktik akan hakikat itu sendiri. Islam mengajarkan syariat dan hukum halal dan haramnya, sementara praktik keimanan diajarkan oleh dunia Sufi, sementara ketika sedang menghayati puncak dari hakikat akan eksplorasi dalam al-ihsan. Yaitu proses tahapan paling tinggi dalam Islam. Untuk itu, Anda tidak perlu mendalami ilmu-ilmu Islam secara akademis maupun detail. Cukuplah Anda dibimbing oleh seorang Mursyid agar bisa membebaskan kegelisahan hati Anda. Tidak ada jaminan bahwa seorang ulama, kiai, ustadz ataupun ahli agama itu langsung masuk surga. Bahkan dalam hadits nabi disebutkan mayoritas masuk surga pertama kali adalah hamba Allah yang fakir dan miskin. Makna fakir dan miskin secara hakikat, adalah mereka yang senantiasa fakir dan miskin kepada Allah, bukan fakir duniawi, yang senantiasa bernafsu menumpuk dunia. Sekaya apa pun manusia kalau ia masih berambisi meraih tumpukan harta berarti ia masih miskin. Dan tentu saja bukan demikian yang maksud miskin oleh Rasulullah SAW Kalau dilihat usia Anda dan kesibukan Anda dengan hiruk pikuk dunia Jakarta saat ini, Anda sudah waktunya memasuki dunia Thariqat Sufi. Anda bisa datang ke kantor redaksi majalah Sufi, untuk menerima bimbingan mana Thariqat yang pas buat Anda dan dari mana memulai. Apalagi Anda merasa kesulitan mencari guru atau Mursyid yang benar-benar diridai oleh Allah SWT, Saya juga sepakat dengan Anda, dan nantinya akan kita petakan, bagaimana dunia Thariqat di Indonesia, dan siapa yang layak memenuhi syarat-syarat Kemursyidan itu Sebab, bagaimanapun memasuki dunia Sufi, tanpa mursyid, akan dibimbing oleh setan. Bahkan banyak orang dibimbing oleh setan, merasa dibimbing oleh Allah. Nah, bahayakan? Untuk sementara ini, sebelum kita berdiskusi secara persuasif, usahakan Anda menyebut nama Allah... Allah... Allah... dalam hati saja, kapan saja, dimana saja, tanpa terhitung jumlahnya dan waktunya. Kalau lupa, ya, ingat, lalu sebut lagi bunyi Allah dalam detak jantung anda. Oke? Semoga Allah melimpahkan hidayah-Nya.

Page 27: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

Edisi 316

Zina besar itu yang tindakan hubungan seksual antar lawan jenis diluar ikatan nikah. Jika seseorang terlanjur melakukan tindakan itu, hendaknya bertobat saja, memohon ampun kepada Allah Ta’ala, dan tidak usah disampaikan ke publik. Mengendalikan diri? Secara mendasar Rasulullah SAW, memerintahkan kepada kita berpuasa. Tapi kalau juga masih keberatan, seseorang harus menyadari, bahwa salah satu tanda Allah sedang menghina dan merendahkan derajat kita adalah si hamba akan menuruti kemauan hawa nafsunya. Begitu seseorang ingin berbuat maksiat segera ingat, jangan-jangan Allah sedang menurunkan kehinaan baginya. Namun penghinaan Allah itu lebih kejam dibanding tindakan dosa itu sendiri, ataupun siksaan. Kalau boleh dikatakan, siksa Allah di dunia ini adalah tindakan-tindakan maksiat kita. Selain itu, rutinkan istighfar, minim 100 kali setiap hari Insya Allah ada kontrol dari “langit”.

• Edisi 308

Akhlak dalam mencari guru rohani juga dijelaskan dalam

Rubrik Sufi dalam edisi 308 yang menyebutkan bahwa

seseorang yang ingin mencari mursyid hendaknya melakukan

pembersihan diri, melakukan istiqomah, sholat-sholat sunnah

di luar sholat wajib, membaca al-Qur’an serta lebih banyak

bertafakur untuk memperoleh petunjuk dari Allah.

Kondisi Anda pasti sangat mengerikan, jika tidak segera mendapatkan jalan yang lurus bisa-bisa Anda semakin jauh dari Anda sendiri, dan jauh dari Allah. Kondisi yang anda Alami ini akibat berbagai benturan antara kemauan nafsu Anda, kata hati Anda, dorongan ruh Anda, pikiran dan akal Anda. Lalu berakhir dengan kerumitan, keresahan dan kekalutan.

Memang banyak anak muda yang mengalami seperti anda. Karena

itu saya anjurkan kepada Anda hendaknya semakin istiqomah

Page 28: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

yahajud, salat sunnah qobliyah dan ba’diyah, membaca al-qur’an

dan tafakur, menghilangkan kerak kesombongan dalam diri Anda.

Bila hal itu bisa Anda lakukan maka Anda akan segera menemukan

yang Anda harapkan.

IV.2. Pengemasan Rubrik Sufi Tabloid Posmo dalam Tinjauan Semiotik

Semiotic merupakan salah satu ilmu yang menitikpusatkan kajian

terhadap pemaknaan terhadap tanda-tanda yang terdapat dalam sebuah

karya sastra serta teks berita. Pada penelitian karya sastra, semiotic

membahas tentang tanda yang ada dalam penanda5 dan petandanya6 yang

terbagi ke dalam tiga kelompok utama yakni ikon, indeks, dan simbol7.

Sedangkan pada dataran teks berita, semiotic juga memfokuskan pada tiga

permasalahan yang meliputi medan wacana,8 penyampai atau pelibat

wacana,9 dan gaya bahasa atau sarana wacana.10

Sebagai bagian dari teks berita, maka dalam melakukan analisa

terhadap Rubrik Sufistik Tabloid Posmo akan digunakan teknik semiotic

5 Penanda adalah bentuk formal yang menandai suatu petanda. Metodologi Penelitian

Sastra, Jabrohim (ed), Hanindita, Yogyakarta, hlm. 68; Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra; Epistemologi, Model, dan Aplikasi, Pustaka Widyatama, Yogyakarta, 2003, hlm. 65.

6 Pertanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda. Jabrohim (ed), Iloc. cit; Suwardi ndraswara, loc. cit.

7 Penjelasan tentang tiga kelompok utama petanda dan penandanya dapat dilihat dalam Jabrohim (ed), loc. cit.

8 Medan wacana (field of discourse) pada teks berita menunjuk pada obyek yang terjadi di lapangan dan dijadikan wacana oleh media massa. Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Smiotik, dan Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm. 148.

9 Penyampai atau pelibat wacana (tenor of discourse) menunjukkan pada orang-orang yang dikutip. Ibid.

10 Sarana wacana (mode of discourse) atau gaya bahasa adalah unsur yang menunjuk pada penggunaan gaya bahasa dalam penyampaian wacana. Ibid.

Page 29: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

teks berita yang pemaparannya meliputi ketiga permasalahan tersebut di

atas yang dapat digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Medan Wacana Penyampai/Pelibat

Wacana Gaya

Bahasa/Sarana Wacana

- Penggambaran

tentang dunia sufi

secara hakekat

dan tata cara

pelaksanaannya

- Tasawuf sebagai

solusi

permasalahan

hidup

- Pembelaan

terhadap para sufi

- Pembelaan

terhadap para

mursyid dan

kelompok tareqat

- Pengelola Rubrik

- Tokoh Sufi

- Nabi

- Tuhan

- Sifatnya satu sisi

Menggunakan

berbagai macam gaya

bahasa (campuran)

IV.2.1. Medan Wacana

Pemaparan yang sangat jelas dan detail terlihat ketika membahas

permasalahan tentang hakekat sufi. Persoalan-persoalan yang

bersinggungan dengan dunia tasawuf seperti pengetahuan tentang

hakekat sufi, tasawuf, tareqatt, serta ciri-ciri yang terdapat di

dalamnya dibahas secara lugas dan berurutan pada edisi 302 yang

mengetengahkan permasalahan ciri-ciri sufi.

Page 30: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

Namun penjelasan mengenai hakekat sufi tidak terhenti pada

penjabaran makna dan ciri saja. Pada edisi 285 juga dijelaskan

tentang siapakah yang memperkenalkan tasawuf pertama kali.

Pemaparan figur Nabi Muhammad sebagai orang yang pertama

kali memperkenalkan dunia tasawuf jelas sekali menjadi “simbol”

bahwasanya tasawuf lahir dan dilahirkan oleh Nabi Muhammad.

Padahal jika dibandingkan pola perilaku para sufi dan rahib kaum

nasrani yang sudah terbiasa meninggalkan urusan dunia dan hanya

mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, bisa jadi bahwa

sebenarnya yang memperkenalkan ritual sufi (hidup bersahaja)

adalah para rahib tersebut.11

Pada kajian tasawuf sebagai solusi bagi permasalahan kehidupan,

pengelola (Ustadz Luqman Hakiem) memaparkan adanya peranan

tasawuf terhadap pemecahan persoalan kehidupan. Keterkaitan dan

peranan tersebut lebih didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam

tasawuf. Hal itu akan lebih terlihat pada solusi-solusi yang

diberikan oleh pengelola, seperti pada edisi 283 di mana pengelola

menganjurkan responden untuk membersihkan dirinya dari sikap

dan sifat sombong terlebih dahulu sebelum menghadap orang

tuanya ketika terjadi permasalahan antara anak dan orang tua. Edisi

293 juga memaparkan hal yang hampir sama. Meski tidak

menjelaskan secara langsung yang terkait dengan ritual tasawuf,

11 Noer Iskandar al-Barsyani, Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 8-10; Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi Dari Zaman ke Zaman Suatu Pengantar Tentang Tasawuf, terj. A. Rofi’ Utsmani, Pustaka, Bandung, 1985, hlm. 23-25.

Page 31: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

penonjolan nasehat seorang sufi pada edisi ini, yang menyatakan

bahwa apabila seseorang mengetahui hikmah di balik ujian dan

cobaan Allah pasti manusia itu akan memohon kepada Allah untuk

diberikan cobaan setiap hari, seolah telah mewakili atau menjadi

representasi sifat sufi. Hanya saja dalam penyajian edisi tersebut

yang sangat disayangkan adalah ketiadaan nama tokoh sufi,

sehingga bisa saja memunculkan permasalahan baru – jika

pembaca lebih teliti dan memiliki keinginan kuat dalam bidang

mengetahui sesuatu ilmu – tentang kebenaran tokoh sufi tersebut.

Apakah benar-benar yang menyampaikan tokoh sufi tersebut, atau

hanya tokoh imajinasi pengelola rubrik untuk meyakinkan

responden.

Sedangkan pembelaan terhadap tokoh sufi, mursyid, atau tareqat

nampak jelas manakala ada responden yang bertanya tentang

ketidakpuasan erhadap sebuah tareqat atau mursyid maupun ketika

responden menanyakan perbedaan pendapat di kalangan ulama

Islam. Pembelaan yang dilakukan oleh pengelola memang tidak

terlihat secara radikal melainkan melalui saran-saran atau alasan-

alasan yang diberikan oleh pengelola. Salah satu contoh adalah

jawaban yang diberikan pada edisi 277 di mana responden

mempertanyakan keadaannya yang tetap tidak berbeda meski telah

mengikuti dan masuk dalam sebuah tareqat. Dalam memberikan

jawaban, pengelola memang sempat mempertanyakan “status”

Page 32: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

guru dari responden namun hal itu kemudian disambung dengan

penjelasan pengelola rubrik kepada responden bahwa seorang guru

tidak harus sama dengan syeikhnya dan murid dianggap sebagai

bayi kecil di hadapan mursyid. Bahkan dalam jawabannya penglola

malah balik mempertanyakan kebulatan niat responden. Penjelasan

ini sebenarnya belum memenuhi jawaban jika dirunut secara detail.

Seharusnya pengelola memberikan gambaran tentang mursyid

yang sempurna (baik) dan kiat-kiat membangun dan membulatkan

tekad sehingga responden memperoleh gambaran tentang mursyid

yang sebenarnya serta mampu membangun motivasi dirinya untuk

menerjunkan dirinya secara penuh ke dunia sufi.

Pembelaan terhadap tokoh sufi juga berlanjut dalam penjelasan

mengenai perbedaan pandang tentang hadits dhoif dalam tareqat.

Dalam pembelaan yang termuat pada edisi 279, pengelola

mengajukan argumen bahwasanya para ulama tetap menganggap

hadits tersebut tidak apa-apa bila digunakan selama itu bermanfaat.

Penjelasan tersebut juga melibatkan penyebutan beberapa nama

tokoh ulama yang mendukung. Kekurangan dalam penjelasan edisi

tersebut hanyalah tidak adanya penjelasan secara gamblang tentang

penolakan Ibnu Taimiyah terhadap pendapat tersebut. Bahkan

penyebutan murid Ibnu Taimiyah yang mendukung dan berbeda

pendapat dengan Ibnu Taimiyah seakan dijadikan “counter attack”

pendapat Ibnu Taimiyah.

Page 33: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

IV.2.2. Pelibat Wacana

Dalam memaparkan penjelasan terkait dengan Rubrik Sufi,

pengelola di samping mengutarakan opini pribadi, juga sering

mengutip sumber-sumber argumen yang terkait dengan

permasalahan tasawuf. Sumber-sumber tersebut antara lain al-

Qur’an sebagai representasi Allah – bahkan terkadang penulis juga

menggunakan nama Allah secara langsung, Rasulullah, para

sahabat, serta tokoh-tokoh sufi. Namun – sebagaimana telah

disinggung pada medan wacana – masih ada sedikit kekurangan di

mana sumber-sumber (manusia) yang dikutip merupakan sumber

satu sisi yakni yang sepakat dengan keberadaan tasawuf.

Sedangkan penonjolan tokoh yang berbeda pendapat mengenai

tasawuf tidak diperlihatkan secara detail. Padahal apabila

diperlihatkan secara detail pendapat tokoh yang berbeda tersebut,

maka akan semakin menambah daya tarik sebuah diskusi

keagamaan.

IV.2.3. Gaya Bahasa

Paling tidak ada tiga jenis gaya bahasa yang dipergunakan dalam

Rubrik Sufi Tabloid Posmo. Mayoritas bahasa yang digunakan

dalam penjabaran materi Rubrik Sufi menggunakan gaya bahasa

yang diperhalus. Gaya bahasa ini ada yang diperlihatkan secara

langsung dan ada juga yang terselubung. Penggunaan secara

langsung gaya bahasa ini dapat ditemukan pada penggunaan istilah

Page 34: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

“coba anda renungkan terlebih dulu” (edisi 277). Kata atau kalimat

tersebut bisa saja diganti dengan kalimat kalimat yang tidak lebih

halus dari kalimat tadi seperti “renungkanlah oleh anda” atau “anda

harus merenung terlebih dahulu”. Penggunaan kata “coba”

mengandung makna seakan-akan mengajak sekaligus memberi

tawaran kepada responden. Sedangkan dua kalimat berikutnya

lebih bermakna memberikan perintah. Penggunaan gaya bahasa

yang dihaluskan juga terlihat pada penyusunan kalimat yang tidak

langsung pada pokok permasalahan melainkan melalui proses

pendahuluan terlebih dahulu serta ajakan-ajakan yang lebih bersifat

persuasif.

Selain gaya bahasa yang diperhalus, gaya bahasa kedua yang

digunakan Rubrik Sufi adalah gaya bahasa yang membandingkan

dua hal yang bertolak belakang (ironi). Perbandingan itu tampak

pada kalimat “Ada seorang Sufi mengatakan, ‘Seandainya manusia

mengetahui hikmah di balik cobaan dan kegagalan, pasti dia setiap

hari akan memohon kepada Allah agar diberi cobaan.’” Dalam

kalimat ini ada dua hal yang bertentangan yakni cobaan/kegagalan

dengan memohon setelah mengetahui hikmahnya. Dalam

kehidupan, umumnya manusia tidaklah berharap, terlebih lagi

memohon, datangnya sebuah cobaan/kegagalan. Bahkan mereka

seringkali berharap untuk senantiasa jauh dari cobaan. Namun pada

kalimat itu jelas sekali dipaparkan bahwa seorang yang mengetahui

Page 35: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

hikmah dari cobaan malah akan berbuat sebaliknya yakni akan

semakin sering memohon untuk didatangkan cobaan atau

kegagalan lagi.

Sedangkan gaya bahasa ketiga yang digunakan adalah adanya

usaha untuk melebih-lebihkan sesuatu yang seharusnya biasa

(hiperbola). Hal ini dapat terlihat dari perumpamaan seorang murid

di depan gurunya yang diibaratkan seperti seorang bayi (edisi 277).

Kondisi ini sebenarnya terlalu berlebih-lebihan karena asumsi

orang terhadap sosok bayi adalah sosok manusia yang belum

mengerti sesuatu apapun dan tanpa pengetahuan umum apapun.

Jika dibandingkan sosok murid tentunya sangat jauh berbeda.

Memang seorang murid diharuskan tunduk dan taat kepada guru-

gurunya, namun bukan berarti mereka berfungsi dan berkedudukan

seperti seorang bayi sebab mereka masih memiliki kemampuan

berfikir dan wawasan yang tidak dimiliki oleh bayi.

Ditinjau dari perpesktif dakwah dapat dijelaskan bahwasanya

pengemasan rubrik konsultasi sufistik menggunakan dua jenis

ajakan dalam berdakwah, yakni berupa tadzkir (ancaman /

peringatan) dan tabsir (penyampaian kabar gembira).

Ajakan dalam bentuk tadzkir terlihat dari penggunaan beberapa

ungkapan yang didasarkan pada adanya unsure ancaman atau

peringatan seperti pada Edisi 316 yang menjelaskan tentang

masalah zina. Penjelasan yang berhubungan dengan zina pada edisi

Page 36: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

ini menggunakan dakwah jenis tadzkir di mana pengelola

mengingatkan kepada pembaca tentang ancaman siksa dari Allah

yang teramat sangat bagi orang yang melakukan zina. Pengelola

juga mengingatkan bahwa azab atau cobaan yang menimpa diri

manusia berasal dari perbuatan-perbuatan maksiat yang

dilakukannya.

Penjelasan dengan menggunakan teknik dakwah tadzkir juga

terdapat pada edisi 285. Peringatan yang diberikan oleh pengelola

pada edisi ini terkait dengan tendensi yang ada dalam diri manusia

manakala ia melakukan wirid. Pengelola memperingatkan

bahwasanya jika manusia melakukan wirid dilandasi dengan tujuan

untuk memperoleh hal-hal yang bersifat duniawi maka ia akan

kehilangan Allah karena sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang mementingkan kepentingan dunia.

Penjelasan mengenai dakwah dengan teknik tabsir seringkali

digunakan dalam pemaparan Rubrik Konsultasi Sufistik Tabloid

Posmo. Hal itu terlihat dalam penjabaran mengenai kesempatan

seseorang untuk menguasai ilmu laduni sangatlah terbuka.

Penjelasan pada edisi 300 ini tentunya akan sangat berpengaruh

bagi manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah

sebagai sumber dari segala ilmu agar dapat memperoleh ilmu yang

diberikan secara langsung oleh Allah (ilmu laduni).

Page 37: BAB IV ANALISIS MUATAN DAKWAH RUBRIK …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dikarenakan segala muatan dakwah bersumber dari sumber hukum Islam

Penjelasan dengan teknik tabsir juga terdapat pada penjabaran

tentang peluang seseorang untuk mendapatkan karomah dari Allah.

Dengan adanya pemberitaan bahwa Allah memberikan karomah

kepada siapa saja yang dikehendakinya, maka tentu saja orang

akan semakin terbuka hatinya dan akan berdampak pada semakin

dekatnya manusia kepada Allah (edisi 309).

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa medan wacana yang

terdapat dalam Rubrik Sufi identik dengan platform yang melekat pada

nama rubrik. Meski masih mengandalkan sumber-sumber yang berada

dalam kelompok yang sama, secara keseluruhan medan wacana sudah

cukup mewakili dunia sufi dan peranannya terhadap penyelesaian masalah

manusia dalam kehidupannya. Terlebih lagi dengan gaya bahasa yang

diperhalus yang lebih mudah dicerna dan dikemas semakin memudahkan

responden dan pembaca untuk mengambil sari dari Rubrik Sufi.