budaya barat pada rubrik fashion (analisis...

93
BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK FASHION DI MAJALAH HIJABELLA) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: IZZATUNNISA NIM: 1110051000116 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014

Upload: hoanganh

Post on 09-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION

(ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK FASHION DI

MAJALAH HIJABELLA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

IZZATUNNISA

NIM: 1110051000116

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/ 2014

Page 2: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 3: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 4: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 5: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 6: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

iv

ABSTRAK

Nama: Izzatunnisa

NIM: 1110051000116

Budaya Barat Pada Rubrik Fashion

(Analisis Semiotika Pada Rubrik Fashion di Majalah Hijabella) Globalisasi membawa kebudayaan ke dalam kehidupan, termasuk gaya

hidup yang membuat masyarakat Indonesia mengadaptasi segala bentuk

pengenalan kebudayaan Barat melalui segi musik, bahasa, fashion dan lainnya.

Pengenalan kebudayaan barat tersebut disampaikan melalui berbagai macam

media yang berhubungan langsung dengan khalayak, salah satunya adalah

majalah. Seiring banyaknya media yang ada, majalah merupakan media cetak

yang dikagumi para pembaca untuk mendapatkan informasi dalam negeri maupun

luar negeri. Majalah Hijabella menyajikan banyak rubric-rubrik yang unik dapat

dijadikan inspirasi bagi kaum muda khususnya. Rubrik fashion adalah salah satu

rubrik yang menyajikan dan adanya pengaruh yang datang dari busana-busana

kebudayaan luar negeri yang dapat dijadikan salah satu inspirasi dalam berbusana

baru dengan berbagai model yang trend.

Perumusan masalah penelitian yaitu: Bagaimanakah pengenalan budaya

Barat pada rubrik fashion di majalah hijabella? Apa makna denotasi dan konotasi

busana pada rubrik fashion dengan pendekatan analisis semiotika Roland

Barthers?

Teori yang digunakan adalah analisis semiotika model Roland Barthers

yang menganalisis makna dari tanda-tanda tahap konotasi dan denotasi. Tahap

pertama, yang menggambarkan makna sesungguhnya tanpa ada penafsiran

terlebih dahulu dan tahap kedua menggambarkan makna yang tidak sesungguhnya

dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal yang terdapat dalam foto pertama

sampai keenam di dalam rubrik fashion majalah hijabella. Dan analisis mitos baru

pada gambar tersebut, dimana suatu ideologi berwujud dan memainkan peranan

penting dalam kesatuan-kesatuan budaya. Subjek dalam penelotian ini adalah tim

redaksi majalah hijabella dan objek dalam penelitian ini adalah rubric fashion di

majalah hijabella.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini

membutuhkan observasi di lapangan secara langsung, dan wawancara kepada para

narasumber selaku tim creative and marketing director yang berkaitan dengan

penelitian ini. Adapun metode yang digunakan adalah metode deksriptif dengan

membuat deksripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta, sifat atau

karakteristik pada bidang tertentu.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwasannya rubrik

fashion yang ditampilkan pada majalah hijabella berperan sebagai alat perluasan

budaya Barat tidak hanya di Indonesia melainkan ke seluruh dunia khususnya

kaum muda memberikan pengaruh terhadap kemajuan budaya fashion dan dalam

rubrik ini busana-busana yang ditampilkan berasal dari kebudayaan Barat yang

pada akhirnya menjadi budaya fashion yang baru dan berbeda sehingga menjadi

trend tersendiri dikalangan pembaca dan kalangan muslimah berhijab.

Keyword: Imprealisme, Semiotika, Majalah Hijabella

Page 7: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, kemudahan,

dan kelancaran dalam proses pengerjaan karya sederhana ini hingga selesai.

Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW,

kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kita umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Budaya Barat Pada Rubrik Fashion (Studi Analisis

Semiotika Pada Rubrik Fashion di Majalah Hijabella).” ini disusun guna

memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi

Islam (S.Kom.I) di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Semoga karya ini menjadi salah satu bentuk pembelajaran.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah

memberi dukungan, baik berupa moril mau pun materil. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulusnya

kepada:.

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,

M.A, Dr. Suprapto, M.Ed, Ph.D. selaku Wadek I bidang akademik, Drs.

Jumroni, M.Si, selaku Wadek II bidang administrasi umum, dan Dr.

Sunandar, MA selaku Wakil Dekan III.

2. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

3. Fita Fathurokhmah, M.Si selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

Page 8: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

vi

4. Drs. Wahidin Saputra, M.Ag selaku Dosen Pembimbing telah sabar dan

banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis

selama proses penyusunan skripsi. Semoga Allah SWT selalu memberikan

keberkahan kepada Beliau.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama

menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga

peneliti dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama

perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku

literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Redaksi Majalah Hijabella yang dengan berbaik hati telah mengizinkan

untuk melakukan penelitian terkait skripsi. Terutama kepada Kakak

Natasya Gunoto selaku Creative and Marketing Director, Kakak Qonita

Al-Jundiah selaku Fashion Stylish majalah hijabella, dan juga Kakak Ana

selaku humas majalah hijabella yang bersedia meluangkan waktu kepada

peneliti untuk diwawancara berkaitan dengan skripsi peneliti.

9. Hadiah spesial dan berharga untuk ayahanda tercinta H. Moch Djailani.

HD, Ibunda Hj. Nurhasanah yang dengan cinta kasih sayangnya selalu

mendukung dan memberi doa hingga linangan air mata, serta sebagai

Page 9: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

vii

tempat berbagi suka mau pun duka selama perkuliahan. Dukungan secara

moril mau pun materil dalam pengerjaan skripsi ini yang begitu besar dan

tak pernah putus juga menjadi semangat terkuat bagi peneliti agar terus

berjuang dalam mewujudkan cita-cita.

10. Kakak dan adik tersayang Ahmad Nashirulhaq, Hanifatunnisa,

Uswatunnisa, dan Zanika Zahiyatunnisa, yang telah memberikan

dukungan selama perkuliahan dan semangat untuk penyelesaian skripsi

ini.

11. Muchlis Khaeruddin tercinta dan tersayang sebagai penyemangat yang

selalu setia meluangkan waktu untuk mendampingi dalam melaksanakan

bimbingan dan penelitian, menemani suka mau pun duka peneliti selama

penyelesaian skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat selama melaksanakan perkuliahan Itha Basitha Firman,

Fitri Silviah, Rika Alisha, Erfa Dwijayanti, Inayatul Fitriyah dan lainnya

yang tidak cukup peniliti tulis satu persatu menjadi tempat berbagi suka

dan duka peneliti. Semoga kesuksesan dapat kita genggam bersama di

masa mendatang.

13. Teman-teman kelas KPI D angkatan 2010 dan teman-teman di jurusan lain

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2010 atas

kekompakannya dalam menghabiskan waktu bersama yang hampir empat

tahun masa perkuliahan.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak

dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, peneliti

Page 10: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

viii

ucapkan terima kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan

adalah hal yang terbaik dan hanya Allah yang dapat membalas segala

kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Amin.

Akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna,

namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan

segenap keluarga besar civitas akademika Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

Jakarta, Agustus 2014

Izzatunnisa

Page 11: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGSAHAN ................................................................................. i

LEMBAR PANITIA UJIAN ............................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 9

E. Metodologi Penelitian ........................................................... 9

F. Teknik Analisis Data ............................................................. 17

G. Tinjauan Pustaka .................................................................. 18

H. Sistematika Penulisan .......................................................... 19

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Analisis Semiotika ................................................................ 21

1. Semiotika Komunikasi .................................................... 24

2. Semiotika Charles Sanders Peirce ................................... 24

3. Semiotika Roland Barthes .............................................. 26

4. Fashion Dalam Semiotika ............................................... 27

B. Budaya Barat ........................................................................ 29

C. Majalah dan Rubrik .............................................................. 33

Page 12: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

x

1. Pengertian Majalah.......................................................... 33

2. Sejarah Majalah ............................................................... 34

3. Karakteristik Majalah ...................................................... 35

4. Klasifikasi Majalah ......................................................... 36

5. Fungsi dan Peranan Majalah ........................................... 38

6. Jenis Majalah ................................................................... 40

7. Pengertian Rubrik............................................................ 42

BAB III PROFIL DAN GAMBARAN

A. Sejarah Singkat Majalah Hijabella ....................................... 43

B. Visi dan Misi Majalah Hijabella .......................................... 45

C. Profil Pembaca dan Pendistribusian Majalah Hijabella ........ 46

D. Struktur Redaksi Majalah Hijabella ..................................... 46

E. Rubrikasi Majalah Hijabella ................................................. 48

F. Sekilas Tentang Rubrik Fashion ........................................... 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data ......................................................................... 51

B. Pembahasan ........................................................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 70

B. Saran ...................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 72

LAMPIRAN

Page 13: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media cetak merupakan salah satu bagian dari media massa yang

memiliki spesifikasi dalam penyajian informasi maupun masyarakat

pembacanya, dimana keadaan tersebut dapat menentukan ciri dan bentuk

media cetak. Selain itu, media cetak memiliki ciri-ciri khusus yakni informasi

yang lengkap, terperinci, dapat dibaca berulang-ulang dan memungkinkan

pembacanya untuk menyimpan informasi secara utuh.

Media cetak terdiri dari berbagai jenis seperti surat kabar, majalah,

tabloid, dan sebagainya, pada dasarnya media cetak memiliki segmen yang

berbeda, seperti surat kabar, biasanya bersegmen kepada pada berita ekonomi,

sosial, budaya, politik. Sedangkan pada majalah biasanya bersegmen khusus

pria, wanita, remaja,anak-anak, dan lainnya. Terbaginya segmen pembaca

tersebut menunjukkan bahwa jenis pembacanya berbeda umur, sosial, kultural,

pekerjaan, dan latar belakang yang berbeda yang dapat mempengaruhi

seseorang dalam mengkonsumsi suatu media.

Kehadiran media cetak dalam negeri yang dikhususkan untuk pembaca

perempuan, diawali pada era 1980-an. Majalah perempuan telah hadir dan

mengalami perkembangan yang sangat pesat, mulai dari segi penampilan

maupun jumlahnya.

Page 14: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

2

Majalah modern muncul sebagai medium massa terutama karena

perannya sebagai penghubung system pemasaran. Seperti halnya koran,

selama bertahun-tahun majalah mampu merangkum aneka selera dan

kepentingan yang luas. Namun tidak seperti media lainnya, sebagai besar

majalah yang ada terfokus pada khalayak homogenya tertentu atau kelompok-

kelompok yang kepentingannya sama. Tidak seperti koran sirkulasi majalah

umumnya berskala nasional dengan berfokus pada selera atau bidang tertentu,

majalah bisa meraih khalayak dari berbagai kelas nasional, tingkat pendapatan

atau pendidikan di seluruh penjuru Negara.1

Majalah merupakan media yang paling simple organisasinya, relative

mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak.Majalah

juga dapat ditebitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka dapat

dengan leluasa dan luwes menentukan bentuk, jenis dan sasaran

khalayaknya.Majalah mempunyai karakteristik tersendiri dibanding dengan

media cetak lainnya.

Majalah yang merupakan salah satu media cetak di Indonesia sangat

berkembang, memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan perilaku

masyarakat, karena dalam media cetak terdiri atas rubrik-rubrik yang biasa

dijadikan sebagai inspirasi, tak terkecuali bagi media cetak nasional.

Munculnya globalisasi dominasi barat dapat dirasakan dalam berbagai

hal dan cara yang jauh lebih kuat dari sebelumnya, dalam bidang budaya

khususnya. Budaya antara lain seperti nilai dan gaya hidup yang baru kini

1Wiliam L Rivers-Jay W. Jensen Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat

Modern(Jakarta: Prenada Media Group), h. 192

Page 15: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

3

dengan mudah masuk lewat berbagai cara. Media sangat berperan dalam

masuknya perubahan global ini. Baik pada media cetak maupun elektronik

dalam penyampaian informasi mengadopsi budaya global.

Membicarakan globalisasi sebenarnya berhadapan dengan menipisnya

batas-batas sistem komunikasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Melalui globalisasi ini, dominasi barat dapat dirasakan dalam berbagai hal dan

cara yang jauh lebih kuat dari sebelumnya, dalam bidang budaya khususnya.

Budaya antara lain seperti nilai dan gaya hidup yang baru kini dengan mudah

masuk lewat berbagai cara. Media sangat berperan dalam masuknya

perubahan global ini. Baik pada media cetak maupun elektronik dalam

penyampaian informasi mengadopsi budaya global.

Pada tahun 1990-an, penampilan artistikvisual majalah perempuan di

dalam negeri tidak kalah menarik dengan majalah perempuan di negara-negara

Barat. Kini, majalah di Indonesia sudah semakin berkembang dengan berbagai

segmentasinya masing-masing. Majalah merupakan sebuah penerbitan berkala

yang terbit secara teratur dan sifat isinya tidak menampilkan pemberitaan/ sari

berita, melainkan berupa artikel atau bersifat pembahasan yang menyeluruh

dan mendalam. Pada umumnya seorang individu membaca suatu majalah

untuk mencari informasi, menghibur diri, dan mencari nilai tambah.

Dian Pelangi adalah salah satu wanita yang memberikan inspirasi

dalam berhijab. Lewat gayanya mengenakan hijab dan berpakaian, banyak

wanita berubah pikiran mengenai busana muslim. Selama ini, mungkin

Page 16: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

4

banyak wanita tidak ingin berjilbab menganggap tidak stylish dan trendy,

bahkan cenderung membuat wajah terlihat tua.

Dulu orang menganggap mengenakan busana muslim terlalu identic

dengan gaya yang kampungan, tapi Dian Pelangi mengubah semua anggapan

orang tersebut, berbusana muslim juga bisa tetap bergaya namun aurat tetap

terjaga.

Dian Pelangi adalah desainer muda yang mengukuhkan diri sebagai

perancang busana muslim, namanya semakin dikenal karena rancangannya

yang semakin kreatif. Kiprahnyadi dunia modedimulai dengan menjadi finalis

Lomba Rancang Busana Muslim Majalah Noor. Kini Dian Pelangi menjadi

desainer termuda di APPMI (Assosisi Perancang Pengusaha Mode Indonesia).

Dian Pelangi juga mempunyai keistimewaan, rancangan busanya

sudah menjelajahi ke beberapa wilayah Timur Tengah seperti Dubai, Abu

Dhabi, Kairo, Jordania, Malaysia, Singapura, Perth, Melbourn, dan London.

Untuk itulah saya tertarik untuk meneliti seputar fashion dalam majalah yang

diterbitkanya.

Busana adalah sinonim dari kata “pakaian” yang menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “pakaian” atau “perhiasan”, serta

diartikan pula sebagai pelindung dari cuaca panas dan dingin2. Adapun yang

dimaksud dengan busana ini sendiri, dapat didefinisikan sebagai segala

sesuatu yang kita pakai mulai dari kepala sampai ujung kaki, dalam hal ini

termasuk:

2Departemen pendidikan dan budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai

Pustaka, 1998), h. 862

Page 17: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

5

1. Semua benda yang melekat di badan, seperti baju, celana, sarung, dan kain

panjang.

2. Semua benda yang melengkapi pakaian yang berguna bagi si pemakai,

seperti selendang, topi, sarung tangan, dan ikat pinggang.

3. Semua benda dan gunannya menambah keindahan bagi si pemakai, seperti

hiasan rambut, giwang, kalung, bros, gelang dan cincin yang biasa dikenal

dengan accesoris.3

Sedangkan busana muslimah merupakan pakaian taqwa yang

terkandung di dalam kaidah islam yang berfungsi untuk menutupi aurat,

seperti yang telah tertera dalam surat Al-A‟raf ayat 26:

Artinya: “Hai anak Adam, Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu

pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan

pakaian takwa. Itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian

dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat”

Penjelasan ayat di atas tidak hanya busana yang menutupi badan,akan

tetapi busana yang menutupi aurat.4

Sekarang ini banyak sekali majalah remaja perempuan yang

bermunculan, seperti majalah GADIS, Hijabella, Cosmo Girl, Kawanku,

Gogirl!, B‟girl dan lainnya. Majalah remaja ini saling berlomba menyajikan

informasi-informasi yang menarik dan berbeda pada setiap penerbitan

3 Nina Surtiretna, et. Al., Anggun Berjilbab (Bandung: Mizan Pustaka, 1995), cet. Ke-1 h.

27-28 4 M. Quraisy Shihab, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004). h 42

Page 18: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

6

majalahnya, yang bertujuan menarik perhatian para remaja perempuan untuk

membelinya.

Majalah Hijabella merupakan salah satu media cetak yang ditujukan

kepada remaja di dunia yang mempunyai keunikan yang berbeda dengan

majalah lainnya. Majalah Hijabella ini merupakan majalah yang terbit satu

bulan sekali yang berisikan tentang informasi dan hiburan yang berbeda setiap

bulannya yang memiliki penasehat umum desainer muda Dian Pelangi.

Majalah Hijabella sangat menggambarkan citra remaja perempuan, dimana

rubrik-rubrik pada majalah ini memberikan informasi tentang dunia remaja

perempuan. Terutama pada rubrik fashion. Rubrik fashion ini merupakan

suatu rubrik yang tidak dapat dilepaskan dari wanita dan pada rubrik ini

diharapkan para pembacanya dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang mode agar lebih percaya diri dan tampil lebih modis. Rubrik fashion

ini tidak hanya mencakup pada fashion busana saja, namun munculnya rubrik

fashion di majalah hijabella ini memperlihatkan adanya pengaruh fashion-

fashion icon budaya Barat yang sudah diterima masyarakat Indonesia untuk

kemajuan dalam berbusana. Rubrik ini juga menampilkan cara berbusana para

artis luar negeri yang sedang populer yang telah menjadi patokan berbusana

bagi para remaja.

Berkembangnya dunia fashion di majalah merupakan efek yang

ditimbulkan akibat globalisasi media, karena dengan menggunakan

pendekatan hiburan, negara-negara maju yang mempunyai agenda tertentu

dapat dengan mudah mengubah persepsi masyarakat. Segala sesuatu yang

ditampilkan pada rubrik fashion pada majalah Hijabella tidaklah semuanya

Page 19: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

7

sesuai dengan iklim social dan budaya kita. Ini merupakan salah satu yang

dijadikan ajang penyebaran dan perluasan budaya yang dimana negara maju

mendominasi dan bahkan memaksa nilai-nilai budayanya ke negara

lain.Budaya Barat sendiri mempunyai arti melenyapkan kebudayaan dari suatu

bangsa dan menggantikannya dengan kebudayaan negara kapitalis, hingga

jiwa bangsa yang terpengaruh budaya barat tersebut menjadi sama atau

menjadi satu dengan jiwa kaum kapitalis itu.

Majalah dapat membantu modernisasi dengan memperkenalkan nilai-

nilai baru yang dilakukan dengan cara memberikan berbagai macam informasi

yang dibutuhkan oleh pembacanya. Namun begitu media mempunyai dua sisi

dalam keberadaannya, sisi positif dengan adanya suatu media, maka kita

dengan sangat mudah mengetahui tentang informasi global terbaru, dan kita

dapat menambah wawasan salah satunya juga berasal dari media. Sisi negatif

dari adanya media yakni media memperkenalkan nilai-nilai barat yang dapat

mengorbankan nilai-nilai tradisional sehingga mengakibatkan hilangnya

keaslian budaya lokal. Nilai-nilai yang diperkenalkan itu adalah nilai-nilai

kapitalisme yang dimana prosestersebut dilakukan dengan cara disadari dan

tersistematis.

Atas dasar paparan latar belakang masalah diatas, menumbuhkan minat

penulis untuk meneliti sebuah majalah Hijabella. Maka diambil

judulpenelitian adalah “Budaya Barat Pada Rubrik Fashion (Analisis

Semiotika pada Rubrik Fashion di MajalahHijabella).”

Page 20: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

8

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu,

1. Bagaimanakah pengenalan Budaya Barat Pada Rubrik Fashion di majalah

Hijabella?

2. Apa makna denotasi dan konotasi busana pada rubrik fashion dengan

pendekatan analisis semiotika Roland Barthers?

C. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian hanya terbatas pada rubrik fashion di majalah Hijabella edisi II,

VI,dan VII tahun 2013, sebanyak 3 edisi.

2. Peneliti hanya terbatas pada penampilan busana yang dikenakan model

pada rubrik fashion terhadap orientasi fashion di Indonesia.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana pengenalan budaya Barat dalam rubrik

fashion di majalah Hijabella.

b. Untuk mengetahui makna konotasi dan denotasi busana yang ingin

disampaikan dalam rubrik fashiondi majalah Hijabella menurut

pendekatan Roland Barthers.

Page 21: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

9

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Akademis:

Penelitian ini secara akademis dapat memberikan konstribusi positif

pada bidang ilmu Komunikasi, terutama dalam konteks analisis

semiotika dan dalam pengembangan teori-teori komunikasi khususnya

komunikasi massa. Serta dapat memberikan informasi kepada

Mahasiswi fakultas Dakwah dan Komunikasi mengenai fashion yang

terdapat pada rubrik fashion di majalah Hijabella.

b. Manfaat Praktis:

Penelitian ini secara praktis dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak

yang kompeten pengetahuan berkenaan dengan hasil penelitian ini,

khususnya mahasiswa Universitas Islam Negri Jakarta Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam hal fashion, dan dalam

penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pecinta

fashion style, khususnya para pembaca majalah Hijabella.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma penelitian

Paradigma dapat dikatakan sebagai cara pandang yang digunakan

untuk memahami komplesitas yang ada dalam dunia nyata. Menurut

Patton paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi penganut dan

praktisinya, paradigm menunjukkan pada mereka apa yang penting, abash

dan juga masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan pada

Page 22: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

10

mereka mengenai apa yang harus dilakukan tanpa harus melakukan

pertimbangan eksistensial ataupun epistimologis yang panjang.5

Paradigma konstruktivis menganggap komunikan bersifat aktif.

Komunikan merupakan mahluk hidup yang memiliki akal dan pikiran

dalam menentukan sikap, sehingga apabila seseorang menyampaikan

pesan kepada orang lain, pesan yang diterima oleh orang tersebut akan di

maknai berbeda. Sebagai contoh, seorang guru menyampaikan pesan

kepada muridnya. Guru itu mengatakan " BULAT" maka belum tentu

pesan yang diterima oleh murid itu "BULAT". Kenapa seperti itu? Karena

konstruktivis memandang setiap orang akan berbeda saat memahami atau

memaknai suatu pesan. Manusia memiliki latar belakang yang berbeda

satu dengan lainnya, walaupun dia hidup dalam satu lingkungan yang

sarna. Karena manusia memiliki pengalaman secara psikologis dan

sosiologis yang berbeda. Kedua hal ini yang membuat pemaknaan setiap

orang berbeda-beda.

Pandangan konstruktivis melihat realitas merupakan hasil

bentukan manusia. Realitas adalah bentuk penafsiran manusia. Realitas

ada didalam pikiran manusia, bukan diluar pikiran manusia. Sehingga

disebut realitas subjektif.

Dalam kajian media, konstruktivis tidak melihat media hanya

sebagai alat penyampaian pesan. Tetapi media merupakan alat

mengkonstruksi pesan. Media bukan cermin yang merefleksikan peristiwa

5 Deddy Mulyana. Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2003), h.9

Page 23: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

11

begitu saja. Sehingga apa yang kita lihat dimedia merupakan realitas yang

dibentuk. Dan realitas hasil bentukan itu dibuat sedemikian rupa agar

khalayak menyakini kebenarannya.6

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian kualitatif adalah“penelitian yang

bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya,

bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah

orang yang memiliki sifat openminded. Karenanya, melakukan penelitian

kualitatif dengan baik dan benar bearti telah memiliki jendela untuk

memahami dunia psikologi dan realitas sosial.”7

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat

penemuan. Dalam penelitian kualitatif, adala hinstrumen kunci. Oleh

karena itu, penelitian harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas

jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti

menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan

terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas,

untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami

interaksisosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran

data, dan meneliti sejarah perkembagan.

Untuk itulah, maka seorang peneliti kualitatif hendaknya

memiliki kemampuan brain, skill/ability, bravery atau keberanian, tidak

hedonis dan selalu menjaga networking, dan memiliki rasa ingin tau yang

besar atau open minded.

Penelitian kualitatif adalah “suatu penelitian ilmiah, yang

bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara

6 Dani Verdiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Jakarta: Indeks, 2008),

cet-2 h. 50. 7 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:

Gitanyali, 2004), h.2

Page 24: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

12

alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang

mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.Maka dapat kita

simpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan

tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara

alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang

mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.”8

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitati knalitatif

deskriptif Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengangkat

fakta, keadaan, variabel dan fenomena-fenomena yang penelitian

berlangsung dan menyajikannya apa adanya. Penelitian deskriptif

menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang

terjadi, sikap dan pandangan yang menggejala dimasyarakat, hubungan

antar variabel, perbedaan antar fakta dan lain-lain.

Metode kualitatif bertujuan untuk, “menjelaskan fenomena

dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-

dalamnya.9 Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa

menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari san ipling

lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman

(kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.”

Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas yang terjadi

dilapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil yang

digunakan sebagai bahan penelitian. Penelitian kualitatif juga bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain,

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

8 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),

h.32 9 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktik Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana 2007), h. 58.

Page 25: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

13

bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah.10

sehingga pendekatan

tersebut menjadi pendektan yang paling cocok digunakan dalarn penelitian

ini.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis semiotikaRolland Barthes

membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-

tanda. Pusat perhatian Barthes tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua

tahap. Tahap pertama, yang menggambarkan hubungan anatara signifier

dan signified dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes

menyebutnya sebagai denotasi yang merupakan makna yang paling nyata

dari tanda. Tanda signifikasi kedua disebutnya dengan konotasi, yaitu

menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan

perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya.

Dalam kerangka Barhes, konotasi identik dengan operasi idiologi yang

disebutnya sebagai „mitos‟. Mitos adalah bagaimana kebudayaan yang

menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala

alam. Barthes menggunakan konsep konotasinya untuk mengetahui

makna-makna yang tersembunyi.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Majalah Redaksi Hijabella

yang beralamatkan di Jl. Kemang Utara No. 51A Jakarta Selatan dan

dilaksanakan dari bulan Februari sampai pada bulan Mei 2014.

10

Lexi J. Moloeng, Metodologi Penelitian kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya, 2007), h.6

Page 26: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

14

5. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek dalam penelitian ini adalah Tim redaksi Majalah Hijabella.

b. Objek dalam penelitian ini adalahrubrik fashion „Hijabilized‟ di

majalah Hijabella.

6. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data

yang dilakukan, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan

mengambil langsung terhadap objek atau penggantinya (misal: film,

rekonstruksi, video, dan sejenisnya).11

Ada dua macam observasi:

1) Observasi Partisipan

Observasi partisipan adalah observasi yang memungkinkan periset

atau peneliti mengamati kehidupan individu atau kelompok dalam

situasi riil, di mana terdapat setting yang riil tanpa dikontrol dan

diatur secara sistematis seperti riset eksperimental, misalnya.12

2) Observasi Non Partisipan

Observasi non partisipan adalah observasi yang dalam

pelaksanaanya tidak melibatkan penelitian sebagai partisipasi atau

kelompok yang diteliti.13

11

Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian(Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,

1994), h. 36 12

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi(Jakarta: Kenanga, 2010), h.112 13

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), h. 83

Page 27: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

15

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non

partisipan karena peneliti hanya mengunjungi tempat penelitian,

menelaah apa yang disana serta tidak terlibat langsung dalam

pelaksanaan sebagai penelitian sebagai partisipan yang diteliti.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang

akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah

tertentu yang sesuai dengan data.14

Dalam penelitian ini melakukan

wawancara kepada subjek penelitian, yaitu tim redaksi majalah

Hijabella, untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan

penelitian. Dimana wawancara adalah metode yang digunakan untuk

memperoleh informasi secara langsung, mendalam, tidak berstruktur,

dan individual. Ada dua jenis wawancara, yaitu:

1) Wawancara Terstruktur (Structural Interview)

Wawancara terstruktur adalah suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan menggunkan pedoman wawancara, yang

merupakan bentuk spesifik yang berisi instruksi yang mengarahkan

peneliti dalam melakukan wawancara. Wawancara jelas ini dikenal

juga sebagai wawancara sistematis atau wawancara terpimpin.15

2) Wawancara Mendalam (Depth Interview)

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan

14

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian dan Pendekatan Suatu Praktek(Jakarta:

Bhinneka cipta, 1996), Cet ke-10, h.72 15

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana 2010), Cet Ke-

5, h. 101

Page 28: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

16

agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini

dilakukan dengan berulang-ulang secara intensif.16

Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah jenis

mewawancarai narasumber, yaitu Creative and Marketing Director di

majalah Hijabella.

c. Dokumentasi

Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan,

buku, naskah, teks materi, dokumen ataupun arsip-arsip, yang terkait

dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut, nantinya

penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan mempelajari bahan

tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari informasi

yang terkait dengan permasalahan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuh telah terkumpul, kemudian

diklarifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah ditentukan.

Setelah diklarifikasikan melakukan identifikasi dan klasifikasi setiap foto,

kemudian dilakukan teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis

semiotika model Roland Barthers. Ia mengartikan semiotika sebagai tanda

yang berada disekitar kita dan sangat dekat dengan keseharian kita. Barthes

membagi analisisnya menjadi 2 tingkatan yaitu tingkatan denotasi (pemaknaan

secara langsung) dan tingkatan konotasi (pemaknaan secara tidak

langsung).Secara teknis, penelitian ini menggunakan sistem signifikasi milik

Rolland Barthes,seorang Saussurean yang paling berpengaruh. Barthes juga

16

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktek Riset Komunikasi, h. 102

Page 29: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

17

melihat makna yang lebih dalam tingkatannya, akan tetapi bersifat

konvensional, yakni makna yang berkaitan dengan mitos. Mitos dalam

pemahaman Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai social sebagai

sesuatu yang dianggap alamiah.

G. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul penelitian ini penulis sudah mengadakan

tinjauan pustaka ke perpustaakaan yang terdapat di Fakultas Dakwa maupun

perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. Selain buku-buku yang jadi rujukan

utama, data-data yang diperoleh pada penelitian ini berfokus pada fashion

perempuan di media cetak. Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi

yang penulis lakukan sampai saat ini hanya menemukan, yaitu:

Risqa Fadilah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang berjudul “Analisis Semiotika

Terhadap Rubrik Busana Pada Majalah Paras.”17

Pada skripsi ini terdapat

perbedaan objek penelitiannya. Pada skripsi ini objek penelitiannya adalah

rubric busana pada majalah Paras, yang mencoba membagi tanda atas icon

(ikon), index (indeks), dan symbol (simbol).

Selain itu penulis juga medan menjadikan skirpsi Trigustia Pusporini

mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik yang berjudul “Analisis Semiotika Rubrik

Fashion Style Majalah Kawanku.”18

Pada skripsi ini membahas tentang rubrik

17

Risqa Fadilah, “Analisis Semiotika Terhadap Rubrik Busana Pada Majalah Paras,”

(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h.14 18

Trigustia Pusporini, “Analisis Semiotika Rubrik Fashion Style Majalah Kawanku,”

(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Jakarta, 2009),h.14

Page 30: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

18

fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku yang diambil dari edisi No

36-2008 menyajikan foto style yang bertemakan pakaian model tahun 70-an

dan pergantian musim. Yang mencoba menggali makna konotasi dan denotasi

yang menggunakan teori semiotika Roland Barthes.

Dalam penentuan judul dalam penelitian ini, penulis tidak hanya

mengadakan tinjauan pustaka ke perpustaan yang terdapat di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, akan tetapi penulis juga mendapatkan tinjauan pustaka

dari Universitas lain, yaitu dari Patrecia Yohana H, Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara Medan yang

berjudul “ Analisis Semiotika Pada Rubrik Fashion di Majalah Gogirl).”19

Pada skripsi ini membahas tentang penyebaran imperialisme budaya dimana

negara maju mendominasi, masuk dan bahkan memaksa nilai-nilai budayanya

ke negara lain lewat media massa khususnya pada majalah Gogirl!

H. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN pada bab ini akan dikemukakan latar belakang

masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan

pustaka, dan sistematika Penulisan.

BAB II: KAJIAN TEORITIS bab ini akan dikemukakan beberapa dari segi

teoritis tentang semiotika komunikasi, teori semiotika Charles

Sanders Peirce,teori semiotika Roland Barthers, fashion dalam

semiotika, Budaya Barat, Majalah, dan rubrik.

19

Patrecia Yohana H, “Imprealisme Budaya Pada Rubrik Fashion,”Studi Analisa Semiotika

Imprealisme Budaya Pada Rubrik Fashion di Majalah Gogirl!,”(Skipsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik, Universitas Sumatera Utara, 2009),h.16

Page 31: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

19

BAB III: PROFIL DAN GAMBARAN bab ini akan menguraikan

sejarahsingkat majalah hijabella,visi dan misi majalah hijabella,

profil pembaca dan pendistribusian majalah hijabella, struktur

redaksi majalah hijabella, rubrikasi majalah hijabella, dan sekilas

tentang rubrik fashion.

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN bab ini berisi hasil analisis

rubrik fashion majalah hijabella, diantaranya adalah foto I,

penjelasan, tabel yang terdiri dari analisis makna denotasi, makna

konotasi dan mitos disertai pembahasan.Foto II, penjelasan, tabel

yang terdiri dari analisis makna denotasi, makna konotasi dan

mitos disertai pembahasan. Foto III,penjelasan, tabel yang terdiri

dari analisis makna denotasi, makna konotasi dan mitos disertai

pembahasan. Foto IV, penjelasan, tabel yang terdiri dari analisis

makna denotasi,makna maknakonotasi dan mitos disertai

pembahasan. Foto V, penjelasan, tabel yang terdiri dari analisis

makna denotasi,konotasi dan mitos disertai pembahasan. Foto VI,

penjelasan, tabel yang terdiri dari analisis makna denotasi,konotasi

dan mitos disertai pembahasan.

BAB V: PENUTUP pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan atas

permasalahan yang diteliti dan juga saran peneliti terhadap

permasalahan penelitian.

Page 32: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

20

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Analisis Semiotika

1. Semiotika Komunikasi

Semiotika merupakan istilah yang ditujukan untuk ilmu yang

mengkaji tanda atau studi tentang bagaimana system penandaan berfungsi.

Semiotika berasal dari bahasa yunani “semeion” yang berarti tanda.

Perintis awal semiotika adalah Plato, yang memeriksa asal muasal bahasa

dalam cratylus. Aristoteles juga mencermati kata benda dalam bukunya

Poetics dan On Interpretation. Namun, pada abad dua puluh antusiasme

terhadap semiotika muncul di bawah dua penggagas besar, yaitu Ferdinand

de Saussure, yang merupakan ahli linguistic dari Swiss, dan Charles

Sanders Pierce, seorang filosof Amerika. Kedua orang ini dianggap

sebagai pelopor semiotika modern.

Ada dua pendekatan penting terhadap tanda-tanda yang biasanya

menjadi rujukan para ahli. Pertama, adalah pendekatan yang didasarkan

pada pandangan Ferdinan de Sauusure yang mengatakan bahwa tanda-

tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi (semacam

kata atau representasi visual) dan sebuah konsep di mana citra bunyi

disandarkan.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda. Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial,

memahami dunia sebagai suatu system hubungan yang memiliki unit dasar

Page 33: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

21

dengan “tanda”.1Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam

upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan

bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi,

pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)

memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat

dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate).2

Memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak berkomunikasi,

tetapi juga mengkonstruksi system objek itu hendak berkomunikasi, tetapi

juga mengkonstruksi sistem terstruktur dari tanda.

Terdapat 3 area penting dalam studi ini, yaitu pertama, tanda.

Berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan

makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang

menggunakannya.3Tanda adalah buatan manusia yang hanya bisa

dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya.

Kedua, kode atau dimana lambang itu disusun. Studi ini meliputi

bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan

dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan. Dan yang ketiga

adalah kebudayaan, dimana kode dan lambang itu beroperasi.

Istilah semiologi merupakan istilah lain yang merujuk pada hal

sama dengan semiotika, bagaiman makna dibangkitkan di dalam sebuah

„teks‟ ( iklan, novel, film, program telvisi, dan lain sebagainya). Sassure

1Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta, Mitra Kencana Media

Edisi Kedua,2013), h. 9 2 Drs. Alex Sobur, M. Si. Semiotika Komunikasi (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya,2009),

h.15 3John Fiske,Introduction to communication studies(Routlidge, London 1990), h.40

Page 34: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

22

menggunakan istilah semiologi dan menolak menggunakan semiotika.

Sehingga semiologi lebih dikenal di antara para pewaris tradisi linguistik

Saussurean. Semiologi juga diasosiasikan dengan mazhab

Eropa.Sedangkan semiotika yang diidentikan dengan para teoritikus

Amerika, lebih dikenal dikalangan para penutur bahasa inggris atau

mereka yang mewarisi tradisi Pierce. Pierce menganggap semiotika adalah

suatu cabang dari filsafat. Sementara Saussure beranggapan bahwa

semiologi adalah bagian dari disiplin psikologi sosial.

Pierce dan Saussure mewakili kelanjutan pemikiran masa lampau,

mereka menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang menjadi rujukan

paling matang bagi semiotika pada abad ke-20. mereka melahirkan banyak

pengikut baru.

Penelitian ini akan mengikuti konsep semiotika yang berakar dari

pemikiran Saussure. Sehingga tidak dipaparkan konsep semiotika menurut

Pierce.

Secara teknis, penelitian ini menggunakan sistem signifikasi milik

Rolland Barthes, seorang Saussurean yang paling berpengaruh.

Saussure mendefenisikan tanda sebagai identitas dua sisi (dyad),

penanda (signifier), dan petanda (signified).Penanda adalah aspek material

dari sebuah tanda, entah berupa suara, huruf, bentuk, gambar, gerak, dan

bunyi pada saat orang berbicara. Sedangkan petanda merupakan aspek

mental atau konseptual.

Rolland Barthes adalah seorang Saussurean yang dikenal sebagai

Profesor Modis. Image tersebut melekat pada Barthes karena sebagian

Page 35: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

23

besar kajiannya mengangkat tema-tema budaya pop yang dekat dengan

keseharian kita.

Barthes dalam analisis mitosnya, pada tataran signifikasi membagi

menjadi dua tingkatan signifikasi. Tingkatan pertama adalah denotasi,

yang merupakan hubungan antara penanda dan petanda. Denotasi

menjelaskan relasi tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

makna eksplisit, langsung, dan pasti. Makna denotasi juga merupakan

pemaknaan yang sesungguhnya dan pasti.

Tingkatan yang kedua adalah makna konotasi, yaitu menjelaskan

hubungan antara penanda dan petanda yang didalamnya ada makna

implisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Barthes juga melihat mekna yang

lebih dalam tingkatannya, akan tetapi bersifat konvensional, yakni makna

yang berkaitan dengan mitos. Mitos dalam pemahaman Barthes adalah

pengkodean makna dan nilai-nilai social sebagai sesuatu yang dianggap

alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu

dominasi. Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideology berwujud.

Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peran penting

dalam kesatuan-kesatuan budaya.

2. Semiotika Charles Sanders Peirce

Peirce mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh

kepertamaan, objeknya adalah keduaan, dan penafsiranya unsur perantara

adalah contoh keketigaan. Peirce memang berusaha untuk menemukan

struktur terner di mana pun mereka bisa terjadi. Keketigaan yang ada

Page 36: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

24

dalam konteks pembentukan tanda juga membangkitkan semiotika yang

tak terbatas, selama satu penafsir (gagasan) yang membaca tanda sebagai

tanda bagi yang lain (yaitu sebagai wakil dari suatu makna atau penanda)

bisa ditangkap oleh penafsir lainnya. Penafsir uni adalah unsur yang harus

ada untuk mengaitkan tanda dengan objrknys (induksi, deduksi, dan

penangkapan membentuk tiga jenis penafsir yang penting). Agar bisa ada

sebagai suatu tanda, maka tanda tersebut harus ditafsirkan (dan berarti

harus memiliki penafsir).

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon),

index (indeks), dan symbol (simbol). Icon adalah tanda yang hubungan

antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk ilmiah. Atau

dengan kata lain, iconadalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan

yang bersifat kemiripamn; misalnya, potret dan peta. Indeks adalah tanda

yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda

yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung

mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai

tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatummelalui

konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda yang biasa disebut simbol. Jadi,

simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan antaranya bersifat

arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)

maysrakat.4

4 DRs. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.43.

Page 37: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

25

3. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthers dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis

yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean, ini

juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama.

Salah satu area yang penting yang dirambah Barthes dalam

studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi,

walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca

agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang

sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di

atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.

Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki

makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif

yang melandasi keberadaanya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes

yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang

berhyenti pada penandaan dalam tataran denotatif.

Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam

pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh

Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai

makna harfiah, makna yang “sesungguhnya,” bahkan kadang kala juga

diracuhkan dengan referensi atau acuan. Proses signifikansi yang secara

tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada

penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap.

Akan tetapi, di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya,

denotasi merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sementara

konotasi merupakan tingkat kedua.

Page 38: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

26

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi,

yang disebutnya „mitos‟, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan

memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam

suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi

penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos

dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau,

dengan kata lain, mitos adalah suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di

dalam mitos pula sebuah petandadapat dimiliki beberapa penanda.

4. Fashion dalam Semiotika

Fashion atau mode, ditafsirkan sebagai suatu bahasa yang ditandai

sistem-sistem relasi-relasi dan oposisi-oposisi (contohnya antara pelbagai

warna, bahan tertentu, pengertian krah tertutup atau terbuka, dan lain-

lain).5

Fashion adalah sebuah sistem yang menciptakan makna dengan

melakukan diferensiasi terhadap garmen, yang memberikan berbagai

rincian dengan signifikasi, dan menentukan hubungan antara aspek-aspek

tertentu dari pakaian dengan berbagai aktivitas duniawi.

Menurut Barthes, maknalah yang menjual. “Fashion mematuhi

hukum mitos dalam upayanya untuk menyuguhkan konvensi-konvensinya

sebagai fakta-fakta yang alami. Rolland Barthes membagi fenomena

busana ke dalam tiga sistem yang berlainan. Pertama, busana yang ditulis

(clothes as written about) yang merupakan pengdeskripsian busana dalam

suatu majalah. Kedua, busana yang difoto (clothes as photographed) yang

merupakan busana yang dipaparkan dalam suatu majalah dalam bentuk

foto. Ketiga, busana yang dikenakan (clothes asworn) yakni busana yang

sesungguhnya atau yang dikenakan seseorang.”6

5 Dr. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosadakarya 2003), h.72

6 Kris Budiman, Semiotika Visual (Yogyakarta: Buku Baik,2004),h.40

Page 39: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

27

Saussure berpendapat, perbedaan dalam bahasa dalam pemaknaan

hanya dimungkinkan melalui dua aksis bahasa yang disebut aksis

paradigma dan aksis sintagma. Paradigma adalah satu perangkat tanda

(kamus, perbendaharaan kata) yang melaluinya pilihan-pilihan dibuat dan

hnya satu unit dari pilihan tersebut dapat dipilih. Sedangkan sintagma,

adalah kombinasi tanda dengan tanda lainnya dari perangkat yang ada

berdasarkan aturan tertentu, sehingga menghasilkan ungkapan bermakna.

Berdasarkan aksis bahasa yang dikembangkan Saussure tersebut,

Barthes mengembangkan sebuah model relasi antara apa yang disebutnya

dengan sistem, yaitu perbendaharaan kata (kata, visual, gambar, banda)

dan sintagma, yaitu cara penkombinasian tanda berdasarkan aturan main

tertentu.

Dalam bidang fashion, telah dikenal fashion coordinate dan padu-

padan busana (mix and match). Sebagai salah satu tahap di dalam kerja

desain, fashioncoordinate pada dasarnya merupakan sebuah cara berpikir

menurut sebuah langue (bahasa dalam bentuk tanda) yang implisit,

khususnya tentang relasi-relasi yang di dalam terminologi. Saussurean,

yang berporos pada hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Sebagai

contoh, suatu setelan dua bagian (two-piece dress) yang dapat dilihat

sebagai suatu rangkaian sintagmatik yang terdiri dari satu atasan berupa

kemeja (shirt) dan bawahan berupa rok (skirt). Pada bagian atas menjalin

relasi paradigmatik dengan atasan-atasan yang lain, entah itu berupa jaket,

vest, blazer, dan lainnya, sementara itu pada bagian bawahnya dapat

berupa rok, yang akan berelasi dengan bawahan lainnya, seperti jeans,

celana pendek (short pants).

Page 40: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

28

Berdasarkan pertimbangan terhadap kedua poros relasi inilah

sebenarnya kesesuaian kombinasi atau padu-padan busana diwujudkan.

Betsy Cullum Swan dan P.K. Manning membagi fashion ke dalam tiga

kategori, yaitu high fashion, mass fashion, dan vulgar fashion. Yang

termasuk dalam high fashion adalah pakaian yang didesain secara khusus

oleh orang-orang khusus dan dijual di outlet-outlet khusus juga. Dalam

kecenderungan dunia fashion sekarang , high fashion tidak bias dilepaskan

dari keberadaan desainer professional. Mass fashion lebih merupakan

system mencipta, mendistribusikan, dan menjual salinan dari pakaian

karya para desainer. Sedangkan vulgar fashion, merupakan pakaian yang

diciptakan melalui produksi missal dari salinan massfashion, selang

beberapa waktu setelah sebuah produk mass fashion beredar di pasaran.

B. Budaya Barat

Kita sedang hidup dalam tatanan dunia baru, dimana sejarah telah

berakhir, setelah datangnya dominasi politik, ekonomi, dan kekuatan budaya.

Tantangan dunia baru yang sedang kita jalani adalah tatanan dunia baru

setelah runtuhnya Soviet, dimana gaya hidup dan simbol peradaban berkiblat

pada barat.

Ada tiga hal yang dapat dibedakan untuk melihat tatanan dunia baru

saat ini. Pertama, munculnya globalisasi (ditandai dengan kemenangan

kapitalisme dan pasar bebas). Kedua, revolusi informasi (ditandai dengan

lahirnya revolusi TV, internet dan ponsel). Ketiga, adanya imperialisme

media.

Page 41: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

29

Imperialisme media ini merupakan bentuk baru penjajahan melalui

media. Imperialisme baru dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan politik kini

tengah mengincar jiwa kita. Nilai-nilai hidup, sesuatu yang kita makan,

pakaian yang kita pakai, buku yang kita baca, dan tontonan yang kita lihat

adalah bukti hadirnya imperialisme.

Imperialismeberarti hegemoni politik, ekonomi, budaya yang

dijalankan suatu bangsa atas bangsa lain. Kata ini biasanya mengacu pada

imperialism budaya atau imperialisme media. Yang mencerminkan

keprihatinan mengenai bagaimana perangkat keras dan perangkat lunak

komunikasi digunakan oleh negara-negara adikuasa untuk memaksakan nilai

dan agenda politik, ekonomi, budaya mereka pada bangsa dan budaya-budaya

yang kalah kuat. Imperialismemedia merupakan salah satu istilah yang

berhubungan dengan imperialisme budaya. Media memainkan peranan

penting dalam menghasilkan kebudayaan dan mempunyai peranan yang besar

sekali dalam proses imperialisme budaya.

Teori imperialisme budaya ini pertama kali dikemukakan oleh ekonom

politik dari Amerika, Herbeth Schiller pada tahun 1969. Gagasan yang

mendasari teori ini adalah peranan media dalam pembangunan nasional.

Media dapat membantu modernisasi dengan memperkenalkan nilai-nilai barat

yang dilakukan dengan cara mengorbankan nilai-nilai tradisional sehingga

mengakibatkan hilangnya keaslian budaya lokal. Nilai-nilai yang

diperkenalkan itu adalah nilai-nilai kapitalisme dan karenanya proses

imperialistis dilakukan secara sengaja, atau disadari dan sistematis, yang

Page 42: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

30

menempatkan negara yang sedang berkembang dan lebih kecil di bawah

kepentingan kapitalis yang lebih dominan khusunya Amerika Serikat7.

Beberapa gejala yang menandakan keadaan suatu negara telah terkena

imperialisme budaya:

1. Pengalaman negara-negara maju dalam bidang ilmu dan teknologi

tentang media massa selama puluhan tahun telah menyebabkan

anggapan bahwa hanya ada satu macam arus informasi yang sudah

dianggap normal dan yang hanya satu-satunya membawa pesan yang

tidak pernah berubah yang diproduksi oleh segelintir namun diterima

oleh semua khalayak, yang dimaksud dengan munculnya upaya-upaya

seperti memperbanyak jumlah Koran, pesawat penerima, televise,

radio, bioskop terutama pada negaranegara berkembang tanpa

menyadarinya.

2. Adanya arus satu arah dalam komunikasi pada dasarnya adalah

pencerminan struktur ekonomi dan politik dunia yang cenderung untuk

memelihara dan memperkuat ketergantungan negara miskin kepada

Negara kaya.

3. Hegemoni dan dominasi tersebut terbukti pada ketidakpedulian media

negara maju terutama Barat terhadap keluhan dan keinginan Negara

berkembang. Dasarnya adalah kekeuatan teknologi, kultural, industri,

7 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa(Jakarta: Erlangga Suatu Pengantar, 1994),h.99

Page 43: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

31

dan keuangan, yang mengakibatkan hampir semua negara berkembang

jatuh menjadi konsumen informasi.8

Imperialismebudaya merupakan sebuah konsep kritis yang menyatakan

bahwa difusi artifak, citra dan gaya budaya modern ke seluruh dunia yang

merupakan bentuk penindasan atau imperialisme budaya kontemporer. Proses

ini mendukung kepentingan ekonomi, politik, dan budaya dari negara

adikuasa. Asumsi lain dari teori ini melakukan pendekatan ke pembangunan

dan penyaluran produksi media. Melalui produksi media, hanya negara-negara

pusat yang mempunyai motif tersembunyi yang dengan sengaja ingin

mendominasi media di negara-negara terbelakang. Yang mendasari ini adalah

munculnya kepercayaan yang menganggap bahwa negara terbelakang tidak

akan pernah mampu memproduksi media sendiri. Ogan menyebutkan bahwa

konsumen media di negara Dunia Ketiga akan terpengaruh pada nilai-nilai

yang melekat pada isi media. Nilai-nilai yang berasal dari system kapitalis

yang berkuasa. Sedangkan Tomlinson menganggap bahwa imperialisme

budaya merupakan keberhasilan barat dalam melakukan dominasi budaya atas

timur, dengan menciptakan “kesadaran palsu” melalui budaya massa, benda-

benda konsumen, dan sebagainya.

Sebagian besar berasal dari perspektif kritis, imperialisme budaya tidak

mempunyai istilah yang tepat untuk menggambarkan dan menjelaskan

fenomena yang bersangkutan. Banyak dari istilah utama dibahas sebagai

konsep yang sederhana.

8 Drs. M.A Amir Purba, Pengantar Ilmu Komunikasi (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2006),

h.88-89

Page 44: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

32

Berdasarkan garis besar dari dalil Schiller, ada beberapa konsep pokok

dari imperialisme budaya, yaitu:

1. Sistem dunia modern

Merupakan konsep sederhana yang menunjukkan kapitalisme.

2. Masyarakat

Konsep sederhana yang menunjukkan beberapa negara atau

masyarakat dalam batas geografi tertentu yang akan dikembangkan.

3. Sistem pusat yang mendominasi

Menunjukkan negara-negara maju atau dalam diskursus arus informasi

internasional disebut sebagai negara pusat atau kekuatan barat.

4. Struktur dan nilai

Menunjukkan kebudayaan atau organisasi dari negara yang berkuasa

ke Negara yang sedang berkembang. Setelah meninjau seluruh

penafsiran yang berbeda dari imperialism budaya. Maka jelas terlihat

bahwa intisari dari imperialisme budaya adalah dominasi oleh suatu

negara kepada negara lainnya. Hubungannya bias langsung atau tidak

langsung berdasarkan pengawasan ekonomi politik. Pertukaran

informasi antara bangsa-bangsa merupakan manifestasi dari

imperialisme budaya.

C. Majalah dan Rubrik

1. Pengertian Majalah

Majalah adalah sebuah penerbitan berkala yang terbit secara teratur

dan sifat isinya tidak menampilkan pemberitaan atau sari berita, melainkan

berupa artikel, atau bersifat pembahasan yang menyeluruh dan mendalam.

Page 45: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

33

Majalah adalah penerbitan berskala yang berisi bermacam-macam

artikel dalam subjek yang bervariasi. Majalah biasanya diterbitkan

mingguan, dwimingguan, atau bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel

mengenai topic popular yang ditunjukkan kepada masyarakat umum dan

ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang.9

2. Sejarah Majalah

Edisi pertama majalah yang diluncurkan di Amerika pada

pertengahan1930-an yang memperoleh kesuksesan besar. Majalah telah

membuat segmentasipasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam

dunia media massa cetak diAmerika. Keberadaan majalah sebagai media

massa terjadi tidak lama setelahsurat kabar. Sebagaimana surat kabar,

majalah diawali dari Negara-negara Eropa dan Amerika.

Majalah di Inggris adalah review yangditerbitkan oleh Daniel

Depoe pada tahun 1704. bentuknya adalah antara majalahdan surat kabar,

hanya saja halamannya kecil, serta terbit tiga kali seminggu.

Tahun 1790, Richard Steele membuat majalah The Tatler,

kemudianbersama-sama dengan Joseph Addison ia menerbitkan The

Spectator.

Majalahtersebut berisi masalah politik, berita-berita intenasional,

tulisan-tulisan yangmengandung unsur moral, berita-berita hiburan, dan

gossip. Sedangkan diAmerika, pada pertengahan abad 20 tidak ada

majalah yang sesukses Reader‟sDigest yang diterbitkan oleh suami istri

Dewitt Wallace dan Lila, pada tahun 1922ketika mereka masih berumur 20

9http://id. Wikipedia.org/wiki/majalah diakses pada 26 April 2014

Page 46: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

34

tahun. Pada tahun 1973 reader‟s digest dapatmencapai pelanggan

sebanyak 18 juta untuk pembaca di Amerika saja danpembaca lainnya di

dunia.Majalah lainnya yang sukses adalah playboy, yang diterbitkan

HughHefner pada tahun 1953. playboy merupakan majalah khusus pria

yang pada tahun1970-an sirkulasinya mencapai enam juta eksemplar.

Kemudian keberadaanmajalah sebagai media massa di Indonesia dimulai

pada massa menjelang awalkemerdekaan. Di Jakarta pada tahun 1945

terbit majalah bulanan dengan namaPantja Raja pimpinan

Djojohadisoeparto dengan prakata dari Ki HadjarDewantoro selaku

Menteri Pendidikan pertama RI. Di ternate pada bulan Oktober1945

Arnold Monoutu dan Dr.Hassan Missouri menerbitkan majalah

mingguanMenara Merdeka yang memuat berita-berita yang disiarkan RRI.

Majalah untuk kaum wanita dengan nama Wanita terbit di Solo

dibawahpimpinan Sutiah Surjohadi. Sedangkan majalah Soera Perkis dan

bulan Sabitditerbitkan oleh Gerakan Pemuda Islam cabang Solo.

3. Karakteristik Majalah

Majalah merupakan media yang paling simple organisasinya,

relatif lebihmudah mengelolanya, serta tidak mebutuhkan modal yang

banyak. Majalah jugadapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat,

dimana mereka dapat denganleluasa dan luwes menentukan bentuk, jenis,

dan sasaran khalayak. Meskipunsama-sama media cetak, majalah tetap

dapat dibedakan dengan surat kabar,karena majalah memiliki karakteristik

tersendiri, yaitu sebagai berikut:

Page 47: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

35

a. Penyajian lebih lama

Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, selebihnya

dwimingguan, bahkan bulanan (sekali sebulan).

b. Nilai aktualitas lebih lama

Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka

nilaiaktualitas majalah bias satu minggu.

c. Gambar/Foto lebih banyak

Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian

beritanyayang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/

foto yanglengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna,

serta kualitaskertas yang terkadang berwarna, dan kualitas kertas yang

digunakan lebihbaik. Foto-foto yang ditampilkan majalah memiliki

daya tarik tersendiri,terutama foto tersebut sifatnya eksklusif.

d. Cover (sampul) sebagai daya tarik

Cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik tersendiri.

Coveradalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia. Cover

majalahbiasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan

warna yangmenarik pula. Menarik tidaknya cover suatu majalah sangat

bergantungpada tipe majalahnya, serta konsistensinya majalah tersebut

dalammenampilkan ciri khasnya.

Page 48: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

36

4. Klasifikasi Majalah

Klasifikasi majalah dibagi dalam lima kategori utamayakni:

a. General consumer magazine (Majalah konsumen umum)

Konsumen majalah ini siapa saja, dapat membeli majalah tersebut di

sudut- sudut outlet, mall, maupun toko buku lokal. Majalah konsumen

umum ini menyajikan informasi tentang produk dan jasa yang

diiklankan pada halaman-halaman tertentu.

b. Business publication (Majalah bisnis)

Majalah bisnis ini memberikan secara khusus informasi bisnis, industri

atau profesi. Media ini pembacanya terbatas pada kaum professional

atau pelaku bisnis.

c. Literacy reviews and academic (Kritik sastra dan majalah ilmiah)

Terdapat ribuan nama dan majalah kritik sastra dan majalah ilmiah,

yang pada umumnya memiliki sirkulasi dibawah sepuluh ribu dan

banyak diterbitkan oleh organisasi-organisasi nonprofit, universitas,

yayasan atau organisasi professional. Majalah ini menerbitkan empat

edisi atau kurang dari itu setiap tahunnya dan kebanyakan tidak

menerima iklan.

d. Newsletter (Majalah berkala)

Media ini dipublikasikan dalam bentuk khusus. 4-8 halaman dengan

perwajahan khusus. Media ini didistribusikan secara gratis atau dijual

secara berlangganan. Belakangan ini penerbitan newsletter telah

menjadi lahan bisnis besar.

Page 49: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

37

e. Public relations magazine (Majalah humas)

Majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan dan dirancang khusus

untuk sirkulasi pada karyawan perusahaan, agen, pelanggan dan

pemegang saham. Jenis publikasi penerbitan ini berbeda sedikit

dengan periklanan, kendati menjadi bagian dari promosi organisasi10

.

5. Fungsi dan Peranan Majalah

Media massa seperti halnya majalah adalah merupakan suatu

sumber yang dapat menyalurkan informasi serta menambah wawasan

pengetahuan masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Salah satu fungsi

majalah ialah sebagai sarana pendidikan (mass education). Majalah yang

memuat tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak

pembaca akan bertambah pengetahuannya. Di samping itu pula, sebagai

bagian dari pers, maka majalah akan memiliki fungsi yang sama dengan

yang dimiliki oleh pers. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:

a. Fungsi menyiarkan (to inform).

b. Fungsi mendidik (to educate).

c. Fungsi menghibur (to entertain).

d. Fungsi mempengaruhi (to influence).

Mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik, maka fungsi utama

media berbeda dengan yang lainnya. Majalah berita berfungsi sebagai

media informasi tentang beebagai peristiwa alam dalam dan luar negeri

dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita isinya relative

10

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. 2004. Komunikasi Massa (Bandung, Suatu

Pengantar, Simbiosa Pratama Media),h.107-108

Page 50: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

38

menyangkut berbagai informasi dan tips masalah kewanitaan, lebih

bersifat menghibur, memberikan informasi dan mendidik.11

Berdasarkan pemuatan tulisan-tulisan dalam majalah yang ditulis

secara lebih luas, dan lebih banyak lagi mengenai sesuatu hal, dan

pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya bisa lebih

mendalam lagi karena dalam menggunakan majalah pembaca tidak dikejar

oleh waktu seperti halnya menggunakan media radio atau televisi sehingga

dalam menyerap tulisan-tulisan yang di muat dalam majalah bisa secara

perlahan dan teliti.

Dalam situasi dan kondisi kehidupan masyarakat modern, peranan

majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan oleh

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari semakin terasa penting. Dalam

hal ini beberapa peranan utama majalah, yaitu:

a. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial dan politik.

b. Menafsirkan persoalan-persoalan dari kejadian-kejadian dan

menjadikannya sebagai pandangan nasioanal.

c. Membantu pengembangan suatu pengertian nasional dan

masyarakat.

d. Memberikan hiburan yang murah kepada jutaan orang.

e. Menjadi penyuluh dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

f. Menjadi pendidik pada warisan-warisan kebudayaan manusia,

melalui tulisan serta perhatian terhadap seni, juga mengenai tokoh-

tokoh masyarakat.

11

Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar(Bandung: Simbiosa Pratama

Media, 2004),h. 112

Page 51: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

39

Agar suatu masalah dapat dirasakan manfaatnya dan bernilai bagi

para pembacanya, maka dalam pelaksanaanya diperlukan keahlian dari

pengelola penerbitan majalah tersebut terutama para penulisnya, sebab isi

dari majalah itu dapat menentukan karakter dan impactnya.

6. Jenis Majalah

Untuk kepentingan pembaca, maka majalah-majalah yang beredar

di masyarakat dapat dikelompokkan sesuai dengan kepentingan dan

kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat sebagai pembaca dapat

memilih jenis majalah yang bagaimana yang mampu memenuhi keinginan

dan kebutuhannya.

Secara universal, M.O Palapah dan Atang Syamsuddin membagi

majalah menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Mass Magazine, adalah majalah yang ditunjukkan untuk semua

golongan, jadi merupakan majalah umum.

b. Class Magazine, adalah majalah yang ditunjukkan untuk golongan

tertentu (high or middle class) isinya mengenai bidang-bidang tertentu.

c. Spesialized magazine, adalah majalah khusus dan ditunjukkan kepada

para pembaca khusus.

Pembagian jenis majalah secara garis besar seperti disebutkan diatas,

dapat dirinci lagi ke dalam jenis-jenis majalah yang lebih spesifik. Djaffar

Assegaff, mengemukakan sebagai berikut:

a. Majalah bergambar (picture magazine), bentuk majalah yang memuat

reportase berdasarkan pada gambar sesuatu peristiwa, atau suatu

karangan khusus yang berisikan foto-foto.

Page 52: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

40

b. Majalah anak-anak (childrens weekly), bentuk majalah yang isinya

khusus mengenai dunia anak-anak.

c. Majalah berita (news magazine), mingguan berkala yang menyajikan

berita-berita dengan suatu gaya tulisan yang khas dilengkapi dengan foto-

foto dan gambar-gambar.

d. Majalah budaya (Culture magazine), penerbitan pers yang

mengkhususkan isinya dengan masalah-masalah kebudayaan dan

diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara berkala.

e. Majalah ilmiah (scientific magazine), majalah berkala khusus berisi

mengenai ilmu pengetahuan dan mengkhususkan isinya mengenai suatu

bidang ilmu, misalnya teknik radio, elektronik, ekonomi, hukum dan

sebagainya.

f. Majalah hiburan (popular magazine), majalah yang membuat karangan-

karangan ringan, cereita pendek, cerita bergambar,dan sebagainya.

g. Majalah keagamaan (religious magazine), bentuk majalah yang isinya

mengenai masalah-masalah agama.

h. Majalah keluarga (home magazine), majalah yang memuat karangan-

karangan untuk seluruh keluarga dari bacaan anak-anak sampai masalah

rumah tangga. (resep,mode,dll)

i. Majalah khas (specialized magazine), bentuk majalah yang isinya khusus

mengenai berbagai macam bidang profesi.

j. Majalah mode (fashion magazine),majalah yang berisi mode dan

dilampiri lembaran yang berisikan pola pakaian.

k. Majalah perusahaan (company magazine), majalah yang diterbitkan

secara teratur oleh perusahaan berisi berita-berita atau informasi

Page 53: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

41

mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksanaan perusahaan, dan

produksi perusahaan.

l. Majalah remaja (juvenile weekly), bentuk majalah yang isinya khusus

membahas masalah remaja.

m. Majalah sari tulisan (magazine digest), bentuk penerbitan dengan format

khusus yang berisi ringkasan dari berbagai penerbitan.

n. Majalah sastra (literary magazine), bentuk majalah khas yang terbit dan

isinya khusus membicarakan masalah kesustraan dan resensi buku-buku

(novel) kontemporer atau kegiatan dalam bidang seni sastra.

o. Majalah wanita (woman magazine), bentuk majalah yang berisikan

khusus mengenai dunia wanita, dari masalah mode, resep, musik,

keluarga, juga dihiasi dengan foto-foto menarik.

7. Pengertian Rubrik

Menurut Harimurti Kridalaksana, rubrik adalah “Pers: kelompok

karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau

tema tertentu.12

Menurut Onong Uchjana Effendy rubric merupakan

istilah Belanda yang berarti ruangan pada surat kabar, majalah, atau

media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan

dalam kehidupan masyarakat, misalnya rubrik wanita, rubrik olah raga,

rubrik pendapat, rubrik pembaca, dan sebagainya.”13

Berdasarkan fungsi media, rubrik dapat digolongkan menjadi 4

jenis, yaitu:

a. Rubrik yang informative yang bertujuan memberikan informasi

apa adanya.

b. Rubrik yang edukatif yang bertujuan mendidik dan mengajarkan

sesuatu.

12 Harimurti Kridalaksana, Leksikan Komunikasi(Jakarta: Pradnya Paramita, 1984), h.89

13 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi Mandar Maju(Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1989),h.316

Page 54: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

42

c. Rubrik yang persuasive yang bertujuan membujuk pembaca untuk

setuju pada pendapat tertentu, bahkan mengajak pembaca

melakukan sesuatu.

d. Rubrik yang menghibur yang bertujuan untuk perasaan pembaca.14

14

http/www.glorianet.org/kolom/kolomedia.html diakses pada 25 April 2014

Page 55: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

43

BAB III

PROFIL DAN GAMBARAN

A. Sejarah Singkat Majalah Hijabella

Majalah Hijabella Adalah salah satu media cetak yang ditujukan

kepada kaum wanita, yang berisikan tentang informasi dan hiburan tentang

fashion yang dibutuhkan oleh para remaja pada umumnya. Majalah Hijabella

berjalan sejak Januari tahun 2013, Munculnya majalah Hijabella dipelopori

oleh keluarga dari Dian Pelangi, yang awalnya menjadi support bagi majalah

ini dan sekarang berganti kepada penasehat umum.

Awalnya majalah Hijebella mempunyabi nama “Viola”. Dengan

adanya perkembangan dan pertimbangan, berganti nama menjadi “Hijabella”

yang mempunyai arti cantik dan lebih memiliki arti kewanitaan yang

mendalam. Penerbitan edisi pertama majalah ini pada bulan Mei-Juni dengan

proses pembuatan hanya dalam satu minggu.34

Majalah ini menyajikan beberapa rubric yang pada setiap edisinya.

Seperti cover story, feature, beauty, beautify, let‟s cook, cerpen, dan fashion.

Majalah yang terbit tiap bulannya ini mempunyai visi yang sangat berbeda

dari majalah remaja lainnya yaitu “The Most Fashion Spread Team Muslimah

Magazine Fun The World”. Visi ini mencerminkan bagaimana ciri majalah

Hijabella sendiri, dimana majalah ini tidak hanya memberikan informasi

fashion untuk pembaca dalam negeri saja, melainkan juga memberikan

34

Wawancara Pribadi dengan Creative and Marketing Director,Tasya Gunoto, Jakarta 28 Mei 2014

Page 56: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

44

informasi dan pengetahuan kepada pembaca di seluruh dunia. Majalah

Hijabella sendiri digawangi oleh keluarga dari Dian Pelangi.

Rubrik-rubrik yang ada di dalam majalah tersebut berisi informasi

informasi yang mempunyai keunikan dan disesuaikan dengan perkembangan

zaman atau isu yang sedang hangat dibicarakan, dan ditulis dengan gaya

bahasa yang menarik dengan berbagai jenis tipe huruf, dan warna-warna yang

berbeda pada setiap halamannya. Misalnya pada rubrik fashion, dalam rubrik

ini akan disajikan gambar gambar fashion inspirasi dalam gaya berpakaian

mereka masing-masing. Gaya berpakaian mereka disesuaikan dengan warna

dan model pakaian yang ada. Di majalah Hijabella tidak hanya memberikan

inspirasi model pakaian dalam negeri saja, Hijabella memberikan inspirasi

kepada para pembaca bahwa pakaian dan fashion luar negeri juga dapat

dijadikan fashion muslimah.

Rubrik lainnya yang tidak kalah menariknya adalah rubrik feature.

Majalah yang telah mempunyai ribuan pelanggan ini mempunyai berbagai

informasi yang memang dibutuhkan, seperti tips untuk menggunakan make

up, world inspiration dan lain sebagainya.

Majalah Hijabella juga menyediakan beberapa halaman khusus yang

meliput perempuan yang berdandan trendi dan tidak menggunakan hijab, Di

halaman tersebut akan dikupas tuntas cara mekresikan dan memadukan

pakaian, sepatu, beserta aksesoris yang mereka kenakan dengan hijab dan

fashion muslim. Tidak hanya itu saja, majalah ini juga menampilkan fashion

Page 57: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

45

yang syar‟i but stylish. Fashion yang luas dan universal itu masih bisa

manjaga syari‟at islam walaupun menggunakan hijab stylish.

Majalah Hijabella telah menghadirkan pesan positif dalam setiap

bahasannya. Meskipun target segmentasi pembacanya remaja putri, namun

banyak juga orang dewasa yang masih membaca majalah ini. Hal ini

menunjukkan bahwa Hijabella Sangat diterima di masyarakat dan mempunyai

kualitas yang bagus.

Majalah Hijabella menggambarkan kehidupan remaja perempuan

sesuai dengan fenomena yang terjadi. Bersama media yang ada masyarakat

global mulai mencerna kehidupan remaja yang ada di masyarakat.

Majalah Hijabella dinilai sebagai gejala kehidupan yang dibentuk

untuk mempublikasikan ide, inspirasi yang sekaligus sebagai mode atau trend

dan akhirnya menjadi bahan yang diterima masyarakat melalui media.

Hijabella per edisinya sekitar 140 halaman. Hijabella terbit setiap satu

bulan atau dua bulan sekali di 20 kota besar di Indonesia seperti Jakarta,

Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Lombok, dan beberapa kota

di pulau Sumatera dan Indonesia Timur.

B. Visi dan Misi Majalah Hijabella

Visi majalah Hijabella adalah: Ingin menjadi majalah muslim “The

Most Fashion Spread Team Muslimah Magazine Fun The World”.

Misi majalah Hijabella adalah: Memberikan fashion spread

bertemakan muslim dan teenager, memberikan rubrik-rubrik yang syariat akan

Page 58: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

46

islami apa yang dibaca dan mudah dimengerti, memberikan visualisasi gambar

yang berwarna-warni sehingga menarik, dan menjadikan artis-artis ibu kota

yang tidak berhijab menjadi cover majalah.35

C. Profil Pembaca dan Pendistribusian Majalah Hijabella

Kehadiran majalah Hijabella pada tahun pertama, sejatinya untuk

referensi bacaan kaum perempuan dengan presentase tingkat pendidikan SMP

10%, tingkat pendidikan SMA 30%, tingkat mahasiswa 40%, ibu rumah

tangga 10%, wirausaha atau pedagang 5%, dan profesi lainnya 5%.

Wilayah pndistribusian majalah Hijabella di Indonesia tersebar di Jawa

sekitar 60%, di Sumatera 16%, di Kalimantan sekitar 11%, di Sulawesi sekitar

8% dan wilayah lainnya hanya 5%.

D. Struktur Redaksi Majalah Hijabella

President Director : Tito Haris Prasetyo

Finance Director : Aftah Ismail

Production Director : Dion Muharom

Creative and Marketing Director : Tasya Pewe Gunoto

Editorial Board : Dian Pelangi

Editor At Large : Diana Caroline

Managing Editor : Dicky Irawan Kartawinata

Secretary : Wahidah Nur Oktavia

35

Wawancara Pribasi dengan Tasya Gunoto, Jakarta, 24 Mei 2014.

Page 59: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

47

Art Departement (Designer) : Roy Pradipta

Ilustrasi : Luluq Baraqbah

: Kun Anggaresti B.

Fashion Stylist : Qonita Al-Jundiah

: Shella Alaztha

Beauty Editor : Tiara Hanurina

Beauty Writer : Inez Irawady

Intership : Adhya Rizkia

: Fadila Nuraini

Reporter : Lina Zahirah

Intership : Isti Februari Afifah

Photograper Contributor : Zaky Akbar

: Ely Ricardo

: Ryandi Lubis

Constributor : Afra Nurina

: Icha Hadistya

: Shinta

: Ahhadini Maretty

: Sendy Monarchi

Promotion & Communication : Deashi Dmayanti

: Destriana Rusda

Distributor : Subur

HRD : Ayu Paramitha

Page 60: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

48

E. Rubrikasi Majalah Hijabella

Bagian yang terpenting dari majalah adalah rubric-rubrik yang dapat

dijadikan sebagai inspirasi bagi si pembaca. Rubrik merupakan ruangan yang

terdapat daalam surat kabar yang memuat isi dan berita, ruangan khusus yang

dapat dimuat dengan periode yang tetap dengan hari-hari tertentu atau

beberapa minggu sekali, yang membuat masalah masing-masing sesuai yang

ditulis rubric tersebut. Majalah Hijabella mempunyai enam topik bahasan inti,

dari keenam topik bahasan inti inilah lahir rubric-rubrik yang membahas

masalah-masalah sesuai dengan rubric-rubrik yang ada. Berikut keenam

bahasan ini pada majalah Hijabella yaitu: cover story, feature, beauty,

beautify, let‟s cook, cerpen, dan fashion. Dalam keenam topic bahasan inti

yaitu:

1. Cover Story

2. Feature : My World, Hijab Inspiration, World Inspiration, Review Bella,

Arabella, We Love Indo, Spotted, and Make Over.

3. Beauty : Hijab Do, Beauty Case, Beauty Spotlight.

4. Beautify

5. Let‟s Cook

6. Cerpen

7. Fashion : My world, Fashion Notes, Street Style, Hijabilized, Syar‟I But

Stylish, Strangely In love, Mix Match.

Page 61: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

49

F. Sekilas Tentang Rubrik Fashion

Tujuan dari lahirnya majalah Hijabella adalah ingin menyajikan

sebuah penampilan perempuan yang Islami, cantik, modis, dan fashion.

Majalah Hijabella tidak hanya menyajikan tawaran-tawaran fashion yang

muslimah, cantik dan modis melalui fashion dalam negeri melainkan dengan

fashion luar negeri. Dan majalah Hijabella memberikan inspirasi tidak hanya

perempuan dalam negeri saja, akan tetapi Hijabella dapat memberikan

inspirasi perempuan seluruh dunia. Dan agar para pembaca majalah Hijabella

tentunya memperbaiki penampilan, seperti yang pada awalnya tidak berhijab

kemudian berhijab dan tetap tampil percaya diri dan nyaman dengan fashion

yang dipakainya. Karena pada tahun 1980an fashion muslim masih terkesan

kampungan atau tidak fleksibel dan terkesan tidak cantik, dan modis, maka

dari itu dari sini kami memberikan inspirasi untuk menawarkan bahwa

ternyata fashion muslim itu dapat mempercantik perempuan, fleksibel, dan

juga modis.

Pada tahun 1980-1990 referensi fashion masih sangat sedikit,

kemudian pada tahun 2003 banyak lahir media muslimah, perkembangan

busana muslimah pun langsung berkembang secara drastic, pada tahun

sebelumnya busana muslimah sangat classic dan baku dengan warna-warna

tertentu, kemudian menjadi bermacam-macam bentuk dan rupa. Dapat

disimpulkan bahwa media muslimah seperti majalah berperan penting dalam

mengembangkan gaya fashion muslimah dan membangun citra fashion

muslim dan dapat dipakai oleh kelas apa saja, menengah, atas maupun bawah

tentunya dengan referensi dan gaya yang berbeda.

Page 62: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

50

Dalam rubric fashion terdapat enam rubric cabang lainnya, yang masih

berhubungan dengan rubric fashion yaitu:

My World, Fashion Notes, Street Style, Hijabilized, Syar‟I But Stylish,

Strangely In love, Mix Match.

1. Rubrik My World : Membahas profil sang narasumber, lifestyle yang

dimiliki serta cuplikan whats inside her bag.

2. Rubrik Fashion Notes : Berisikan tentag fashion quotes yang

menginspirsikan para wanita.

3. Street Style : Membedah padu padan salah satu pembaca majalah

Hijabella.

4. Hijabilized : Memperlihatkan model luar negeri yang tidak

menggunakan hijab dan fashion yang tertutup serta memberikan ide

gambaran kepada muslimah cara menggunakan fashion dan hijab

dengan fashion yang sama. Dengan hal ini para muslimah tidak perlu

takut dalam menggunakan fashion luar negeri. Dan rubric ini hanya

terdapat pada majalah Hijabella.

5. Syar‟i But Stylish : menampilkan fashion yang syar‟i akan tetapi masih

tetap bergaya dan stylish. Fashion yang luas dan universal itu masih

bisa manjaga syari‟at islam walaupun menggunakan hijab stylish.

6. Strangely in Love : Membahas tentang materi fashion items yang unik

dan berbeda.

7. Mix Match : Rubrik yang unik, Banyaknya para pembaca Hijabella

yang bingung dan sulit mengkreasikan gaya mereka lewat fashion,

Page 63: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

51

Hijabella menjadikan rubric ini untuk pedoman mengkreasikan dan

memadukan pakaian-pakaian yang mereka inginkan dengan tetap

menjaga muslimah fashion yang modis dan stylish.

Rubrik fashion inspirasi dalam gaya berpakaian mereka masing-

masing. Gaya berpakaian mereka disesuaikan dengan warna dan model

pakaian yang ada. Uniknya majalah Hijabella tidak hanya memberikan

inspirasi model pakaian dalam negeri saja, pada dasarnya majalah hijabella

adalah majalah fashion ingin mencari ide-ide menarik dan tidak biasa, jadi

Hijabella bisa memberikan inspirasi kepada para pembaca bahwanya pakaian

dan fashion luar negeri juga dapat dijadikan fashion muslimah.

Sejak terbitnya majalah Hijabella redaktur bersama jajaran lainnya,

menempatkan rubric fashion menjadi rubric favorit karena dijadikan inspirasi

bagi perempuan muslimah yang ingin memakai fashion dan brand luar negeri

untuk fashion dan hijab sehari-hari yang tetap modis dan stylish. Rubrik

fashion merupakan rubric yang banyak diliat pembaca karena Hijabella ingin

menjadi trendsetter bagi wanita di seluruh dunia khusunya dalam dunia

fashion.

Page 64: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

52

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan uraian data hasil penelitian yang dilakukan mengenai

pengenalan budaya Barat pada rubrik fashiondi majalah Hijabella. Dari hasil

pengumpulan data yang dilakukan selama bulan Februari – Juli 2014, maka

terdapat sebanyak 6 edisi yang diteliti. Data-data yang telah dikumpulkan

dianalisis menggunakan pendekatan semiotika menurut Roland Barthes.

A. Analisis Data

Rubrik Fashion Edisi II 2013

Sweatshirt merupakan salah satu instrument pakaianAmerika klasik,

Di negara inilah sweatshirt pertama kali diciptakan. Awalnya, sweatshirt

dikenakan hanya oleh para atlet untuk latihan pada tahun 1920-an. Sweatshirt

pertama kali diciptakan dengan bahan wol, lalu bahan ini kemudian diganti

Page 65: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

53

menjadi katun yang pada masa itu hanya dikenakan sebagai bahan pakaian

dalam.

Sweatshirt memiliki lengan panjang mempunyai Ketebalan kurang dari

sweater, yang dahulunya terbuat dari wol dan sekarang dipadukan dengan

katun.

Sweatshirt, di Indonesia, kerap disebut dengan „switer‟ saja. Namun,

pemahaman ini sebaiknya dibedakan, karena switer memiliki beberapa bentuk

dengan fungsi yang berbeda. Kita sering menyebut switer sebagai luaran yang

digunakan untuk menangkal hawa dingin, berfungsi seperti jaket tetapi tanpa

detail kancing. Untuk sweatshirt, fungsinya adalah sebagai perlengkapan

olahraga.Saat ini, ketebalan bahan sweatshirt tidak setebal switer yang biasa

dikenakan di cuaca dingin maka dari itu para pecinta fashion dapat

menggunakan sweatshirt ini untuk pakaian santai dan nyaman.

Tidak sedikit wanita berhijab menggunakan sweatshirt dalam

berbusana, telah banyak kita temui sweatshirt ini bisa dipakai ketika musim

dingin atau ketika bepergian santai karna mempunyai bahan yang cukup tebal,

dan para wanita berhijab bisa memadukan sweatshirt ini dengan menggunakan

turban sehingga model atau gambar dibagian sweatshirt tidak tertutupi.

Pada gambar ini memiliki beberapa makna, yaitu:

Makna

1. Denotasi

2. Konotasi

Pakaian terlihat seperti kaos akan tetapi

memiliki bahan wol, atau rajut sehingga telihat

lebih tebal.

Sweatshirt terlihat santai, elegant, dan nyaman.

Page 66: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

54

3. Mitos Dengan demikian adanya pemitosan baru

dengan munculnyaSweatshirt memiliki mitos

digunakan ketika musim dingin saja, faktanya

sweatshirt banyak digunakan masyarakat

Indonesia tidak hanya di musim dingin

melainkan untuk kebutuhan fashion style

lainya.

Busana seperti sweatshirt merupakan busana yang berasal dari budaya

barat.Pada dunia fashion Indonesia, busana tersebutdiadaptasi sebagai salah

satu fashion icon danmenjadi trend di kalangan para remaja padaumumnya.

Melihat bahwa busana tersebut diterimadengan baik oleh masyarakat kita,

maka dapatdisimpulkan bahwa adanya fashion icon tersebut masyarakat

Indonesia telah memakai fashion icon budaya Barat.

Rubrik Fashion Edisi VI 2013

Page 67: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

55

Rok pendek/mini pertama kali dikenalkan pada tahun 1955oleh fashion

desainer Inggris, Marry Quant bersama suaminya, Alexander Plunkett Grene

membuka toko khusus pakaian bernama Bazaar.

Rok mini berbentuk seperti rok panjang yang memiliki panjang kurang

lebih selutut, Kehadiran rok mini sebenarnya adalah modifikasi fashion murni

dari rok biasa, yang pada tahun 1958 makin memendek agar lebih leluasa

dalam berjalan.

Untuk sebagian besar rok mini telah diterima di dunia Barat, namun

tidak semua negara dan budaya menerima rok mini. Di banyak negara Afrika,

rok mini dilihat tidak hanya sebagai pengaruh yang merusak dari Barat tetapi

juga dari dunia modern. Akan tetapi kehadiran Rok mini di Indonesia

kemudian diadaptasi oleh para desainer dari luar negeri, dan diperkenalkan

kepada khalayak melalui para model maupun artis luar negeri. Mengikuti

perkembangan dunia mode, Indonesia pun ikut serta dalam mengadaptasi rok

mini tersebut untuk menjadi trend tersendiri, bagi kemajuan fashion danpara

berhijabdi Indonesia.

Rok mini tidak hanya dipakai para fashion yang tidak berhijab, akan

tetapi rok mini bisa dipakai oleh wanita berhijab dengan memadukan rok mini

dengan celana seperti jeans, legging,dll.

Pada gambar ini memiliki beberapa makna, yaitu:

a. Makna

1. Denotasi

2. Konotasi

Rok selutut yang dipakai para wanita yang

mempunyai model menempel pada kaki

Rok mini memiliki makna terlihat lebih feminim.

Page 68: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

56

3. Mitos

Dengan demikian adanya pemitosan baru dengan

munculnyarok mini, perempuan yang memiliki kaki

kecil dan mungil sepertinya mitos untuk memakai baju

yang fashionable Sudah menjadi absolute. Faktanya

memakai rok miniyang terlalu pendek sangat tidak

cocok bagi yangmemiliki tubuh seperti itu. Dan

munculnya rok mini merupakan simbol gerakan

kebebasan perempuan dan menjadikan adanya paham

feminisme.

Rok mini merupakan busana yang dimiliki oleh kebudayaan luar, akan

tetapi negara kitanegara Indonesia sudah banyak yang mengadaptasikan

fashion icon ini khususnyadikalangan remaja, oleh karena itu negara kita

sudah diperkenalkan dengan kebudayaan Barat yang datang melalui media

khususnya majalah.

Rubrik Fashion Edisi VI 2013

Page 69: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

57

Celana model ini terinspirasi dari film-film asal Timur Tengah. Pada

tahun 80-an model celana ini dikenal dengan nama celana baggy, yaitu celana

yang berpotongan longgar di pinggul atau paha dan menyempit pada bagian

bawah mata kaki.

Celana harem berbentuk celana yang yang berpotongan longgar di

bagian pinggul dan menyempit pada bagian mata kaki. Pada awalnya celana

harem digunakan pada masyarakat daerah Timur Tengah sebagai celana

untuk menutupi kaki mereka sebelum mengenakan jubah panjang. Dengan

berkembangnya dunia fashion, para desainer merasa tertarik merubah bentuk

celana harem ini menjadi lebih menarik dan bervariasi. Dulunya celana

harem hanya dikenal dengan bentuk panjang saja, namun sekarang, celana

harem didesain dengan bentuk pendek dengan ditambah berbagai aksesoris.

Celana harem awalnya hanya dikenal masyarakat daerah Timur Tengah

saja, namun melihat adanya potensi akan keunikan celana tersebut sebagai

fashion icon, celana harem kemudian diadaptasi oleh para desainer dari luar

negeri, dan diperkenalkan kepada khalayak melalui para model maupun artis

luar negeri. Mengikuti perkembangan dunia mode, Indonesia pun ikut serta

dalam mengadaptasi celana tersebut untuk menjadi trend tersendiri, bagi

kemajuan fashion di Indonesia.

Celana harem banyak dipakai oleh para wanita berhijab, dengan

keunikan model dan tidak ketat sangat digemari para wanita untuk

menggunakan blazer yang terlihat santai dan unik.

Page 70: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

58

Pada gambar ini memiliki beberapa makna, yaitu:

Makna

1. Denotasi

2. Konotasi

3. Mitos

Celana yang dipakai para wanita yang mempunyai

model unik dan tidak ketat

Celana harem mempunyai makna santai,

menampilkan kesan unik dalam berpakaian.

Dengan demikian adanya pemitosan baru dengan

munculnyacelana baggylekukan tubuh dapat

disembunyikan dengan celana berpotongan baggy

ini, faktanya tubuh terlihat lebih besar saat

memakai celana berpotongan baggy. Justru pakaian

dengan fit (pas badan) membuat tubuh seseorang

terlihat ramping.

Busana seperti celana harem merupakan busana yang berasal dari budaya

barat.Pada dunia fashion Indonesia, busana tersebutdiadaptasi sebagai salah satu

fashion icon danmenjadi trend di kalangan para remaja padaumumnya. Melihat

bahwa busana tersebut diterimadengan baik oleh masyarakat kita, maka

dapatdisimpulkan bahwa masyarakat kita sudah memiliki perubahan budaya

negara asli menjadi budaya Barat dengan memperkenalkan busana tersebut.

Page 71: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

59

Rubrik Fashion Edisi VI 2013

Blazer lahir di era Edwardian di Eropa dan merebak di

era swinging tahun 60-an. Pada tahun 80-an hingga sekarang blazer banyak

dikenakan oleh pria-pria Italia, dan berkembang dengan beragam gaya dan

gaya yang inspiratif.

Model blazer yang pertama dikenal dengan bentuk berlengan panjang

dan menggunakan kancing hingga menutupi seluruh tubuh dan terbuat dari

bahan kulit. Blazer mempunyai perbedaan tipis dengan Jas.

Blazer pertama kali dikenal di kalangan bangsawan Eropa, blazer

memiliki perbedaan yang tipis dengan Jas. Jas biasanya dipakai untuk

kekantor/kerja, kain dan rajutan lebih rapi dari blazer. Sedangkan Blazer

rajutan/jahitan dan kainnya lebih beragam sehingga cocok untuk dipakai

suasana santai dan jalan-jalan para kaum muda. Diadaptasi dari pakaian

formil, para desainer, mengubah blazer menjadi busana yang dapat dikenakan

pada saat santai. Indonesia saat ini juga mengadaptasi busana tersebut dimana

dapat dikenakan pada saat santai maupun pada saat formil.

Page 72: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

60

Blazer memiliki makna formal, santai, dan elegant. Para penggemar

fashion dapat memadukan blazer ini untuk kerja,jalan santai, dan bepergian.

Tidak hanya wanita yang tidak berhijab, yang berhijab pun bisa memadukkan

gaya style mereka menggunakan blazer ini untuk luaran kaos, atau dalaman

lainnya.

Pada gambar ini memiliki beberapa makna, yaitu:

Makna

1. Denotasi

2. Konotasi

3. Mitos

Pakaian yang berlengan panjang yang dipakai

sebagai outwear yang memberikan nuansa yang

rapi dalam berbusana.

Salah satu makna dari blazer memiliki makna

formal, santai dan elegant.

Dengan demikian adanya pemitosan baru dengan

munculnyablazeryangdilihat memiliki makna

formal, blazer banyak digunakan untuk ke kantor

saja akan tetapi faktanya blazer dapat untuk aouter

berbagai macam busana yang memiliki tangan

pendek sehingga terlihat lebih elegant.Dan

munculnya blazer akibat dari adanya paham

moderisme.

Blazer merupakan salah satu busana yang berasal dari kebudayaan

luar. Indonesia menerima blazer sebagai busana untuk kemajuan dunia

fashion. Dengan adanya blazer di Indonesia, masyarakat menerima busana ini

untuk kemajuan dan fashion yang berbeda dari sebelumnya yang bisa

digunakan kebutuhan sehari-hari. Maka pengenalan kebudayaan Barat

Page 73: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

61

tersebut tidaklah memberatkan dan merugikan masyarakat Indonesia

melainkan membuat masyarakat Indonesia mengenal fashion icon terbaru.

Rubrik Fashion Edisi VII 2013

Pakaian dari bahan rajut atau dikenal dengan istilah knitwear tidak

pernah terasa basi. Sempat identik dengan baju nenek-nenek dan bayi,

belakangan knitwear mulai popular lagi setelah Prada, Dorce, dan Gabbana

memesukkan koleksi Knit Top yang sangat keren di atas runway Winter-Fall

2010.

Pada dasarnya knitwear terbuat dari bahan wol, benang katun,

polyester, dan serat sutera, yang dipintal menjadi benang. Pilihan ini

membuat hasilnya menjadi sangat ringan dan tebal agar pemakainya merasa

hangat. Dengan berkembangnya dunia fashion, knitwear juga dijadikan salah

satu busana fashion yang di buat dengan bentuk lebih trendi lagi, namun

kegunaanya tidak untuk menghangatkan lagi, melainkan untuk kegunaan

fashion.

Page 74: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

62

Sejak pemakaian knitwear dapat ditelusuri tahun 700 SM, konon

menurut sejarah busana, bahan rajutan pertama dipakai oleh orang Arab untuk

kaos kaki. Dari kebiasaan orang Arab itulah, inspirasi membuat pakaian dari

bahan rajutan menjadi trend dan tidak pernah mati untuk bahan pakaian yang

trendi. Lambat laun karena ada kolonisasi Eropa di berbagai wilayah dunia,

keterampilan ini menyebar hingga ke Amerika, Afrika, dan Asia. Merajut dan

merenda disebarluaskan di Indonesia oleh bangsa Belanda, sehingga lebih

sering dikenal dengan istilah hakken (merenda) dan breien (merajut). Saat ini

kegiatan merajut, yang tadinya pekerjaan kaum pria, kini banyak diminati

kaum wanita.

Tidak sedikit wanita berhijab menggunakan knitwear dalam

berbusana, telah banyak kita temui knitwear ini bisa dipakai ketika musim

dingin karena mempunyai bahan yang cukup tebal, dan para wanita berhijab

bisa memadukan knitwear ini dengan menggunakan manset atau daleman

baju sehingga tidak terlihat bagian tubuhnya.

Pada gambar ini memiliki beberapa makna, yaitu:

Makna

1. Denotasi

2. Konotasi

3. Mitos

Pakaian yang berlengan pendek dipakai sebagai

outwear yang memberikan nuansa santai.

Knitwear lebih terlihat Santai dan casual.

Dengan demikian adanya pemitosan baru dengan

munculnya knitwearbanyak dipakai ketika musim

dingin karena mempunyai bahan yang cukup tebal,

akan tetapi faktanya banyak yang menggunakan

knitwear ini untuk keperluan fashion sehari-hari.

Page 75: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

63

Masyarakat Indonesia telah mengenal kebudayaanBarat yang dibawa

oleh busana knitwear . Knitwear di Indonesia pada dasarnya kurangsesuai

dikarenakan busana tersebut memiliki bahan yang tebal dan berfungsisebagai

pelindung saat udara dingin, sedangkandi Indonesia memiliki suhu udara

tropis sehinggaknitwear hanya dijadikan sebagai kebutuhan fashion saja.

Rubrik Fashion Edisi VII 2013

Pakaian yang identik dikenal dengan sebutan kelelawar menjadi

inspirasi bagi pecinta fashion pada tahun 1930an dan 1980an.

Modelbatwing dikenal dengan lengan baju yang didesain dari kain

segitiga yang berukuran besar yang menyatu dari bahu sampai pergelangan

tangan ke pinggang, karena bentuknya yang menyerupai sayap kelelawar ini

disebut batwing.

Pada awalnya lengan baju model batwing ini cenderung sangat besar,

namun model batwing yang sekarang jauh lebih kecil dan beragam dari

Page 76: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

64

sebelumnya, sehingga model batwing ini juga dapat kita temui sebagai model

sweater, cardigan, jacket atau jumpsuit.

Batwing ini sangat mudah memadukan dengan fashion lainya. Jika

dilihat, modelnya yang lebar hanya cocok dipadukan dengan bawahan yang

modelnya kecil, akan tetapi para wanita berhijab bisa memakai batwing ini

bisa dipadukan dengan pencil skirt atau pants. Dan lebih menarik juga bila

dipadukan dengan wide skirt, gaun, atau kulot.

Pada gambar ini memiliki beberapa makna, yaitu:

Makna

1. Denotasi

2. Konotasi

3. Mitos

Busana wanita dengan model kelelawar dipakai

untuk luaran

Jika kita menggunakan batwing akan terlihat

lebih modern dan trendi.

Dengan demikian adanya pemitosan baru dengan

munculnyabatwing memiliki model kelelawar

sehingga terlihat lebih besar di bagian badan,

akan tetapi faktanya batwing terlihat modis dan

lebih sopan tanpa perlu memperlihatkan lekuk

tubuh.

Fashion di Indonesia telah dipadukan dengan budaya barat dengan

mengadaptasi busana batwing. Seperti yang kitaketahui buasana seperti

batwing tidak sesuaidengan kebudayaan kita, dimana kebudayaan kitadikenal

dengan kebudayaan sopan, dan simple. Akan tetapi Indonesia pandai dalam

memadukkan fashion budaya barat sehingga dapat digunakan oleh wanita

berhijab.

Page 77: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

65

Rangkuman Foto dalam Rubrik Fashion

No Fashion

Icon

Makna

Denotasi

Makna

Konotasi

Mitos

1 Sweatshirt Pakaian terlihat

seperti kaos

akan tetapi

memiliki bahan

wol, atau rajut

sehingga telihat

lebih tebal.

Santai,

elegant,

dan

nyaman.

Sweatshirt memiliki mitos

digunakan ketika musim

dingin saja, faktanya

sweatshirt banyak digunakan

masyarakat Indonesia tidak

hanya di musim dingin

melainkan untuk kebutuhan

fashion style lainya.

2 Rok Mini Rok selutut yang

dipakai para

wanita yang

mempunyai

model

menempel pada

kaki

Feminisme Perempuan yang memiliki

kaki kecil dan mungil

sepertinya mitos untuk

memakai baju yang

fashionable

Sudah menjadi absolute.

Faktanya memakai rok mini

Yang terlalu pendek sangat

tidak cocok bagi yang

Memiliki tubuh seperti itu.

3 Celana

Harem

Celana yang

dipakai para

wanita yang

mempunyai

model unik dan

tidak ketat.

Santai,

menampil

kan kesan

unik

Lekukan tubuh dapat

disembunyikan dengan celana

berpotongan baggy, faktanya

tubuh terlihat lebih besar saat

memakai celana berpotongan

baggy. Justru pakaian dengan

fit (pas badan) membuat

tubuh seseorang terlihat

ramping.

Page 78: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

66

4 Blazer Pakaian yang

berlengan

panjang yang

dipakai sebagai

outwear yang

memberikan

nuansa yang rapi

dalam

berbusana.

Formal,

santai dan

elegant.

Karena memiliki makna

formal, blazer banyak

digunakan untuk ke kantor

saja akan tetapi faktanya

blazer dapat untuk aouter

berbagai macam busana yang

memiliki tangan pendek

sehingga terlihat lebih

elegant.

5 Knitwear Pakaian yang

berlengan

pendek dipakai

sebagai

outwearyang

memberikan

nuansa santai.

Santai dan

casual

Knitwearbanyak dipakai

ketika musim dingin karena

mempunyai bahan yang

cukup tebal, akan tetapi

faktanya banyak yang

menggunakan knitwear ini

untuk keperluan fashion

sehari-hari.

6 Batwing Busana wanita

dengan model

kelelawar

Modern

dan trendi

Batwing memiliki model

kelelawar sehingga terlihat

lebih besar di bagian badan,

akan tetapi faktanya batwing

terlihat modis dan lebih

sopan tanpa perlu

memperlihatkan lekuk tubuh.

B. Pembahasan

Budaya Barat yang banyak diperkenalkan melalui media khususnya

majalah adalah bentuk pengenalan budaya Barat melalui fashion icon.

Masyarakat tanpa sadar meniru apa yang disajikan media massa yang sudah

Page 79: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

67

banyak diisi oleh kebudayaan Barat tersebut. Saat itulah budaya asli

digantikan dengan budaya Barat dan mengisi ruang kebudayaan lokal dengan

kebudayaan Barat.

Budaya Barat ini muncul dikarenakan pada dasarnya manusia tidak

mempunyai kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka berpikir, apa

yang dirasakan dan bagaimana mereka hidup. Umumnya, mereka cenderung

bereaksi atas apa saja yang dilihatnya dari media. Akibatnya, individu-

individu itu lebih senang meniru apa yang disajikan oleh media. Adanya

budaya Barat ini menganggap bahwa budaya yang berbeda (yang tentunya

lebih maju) akan selalu membawa pengaruh peniruan pada orang-orang yang

berbeda budaya dan akan membawa pengaruh perubahan, meskipun sedikit.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap rubrik fashion pada

majalah hijabella maka tampak jelas bahwa fashion merupakan salah satu

bentuk dalam pengenalan kebudayaan Barat ke seluruh dunia. Berkembangnya

dunia fashion juga ikut merubah cara berpikir individu terhadap busana yang

sesuai ataupun tidak sesuai dengan kebudayaan asal mereka. Demikian pula,

dunia fashion dapat merubah pemaknaan dari busana yang diperkenalkan pada

masyarakat luas, contohnya, celana harem, celana harem pada daerah Timur

Tengah dikenal sebagai celana pelapis yang berguna untuk menutupi bagian

kaki sebelum mengenakan jubah panjang, akan tetapi dunia fashion Barat

telah merubah makna celana tersebut menjadi celana trendi dan dapat di pakai

dengan busana apa saja dan tidak lagi berfungsi sesuai dengan kegunaannya.

Page 80: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

68

Selain rubric fashion dalam majalah, pengenalan budaya Barat juga

dengan mudah diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia melalui video

music. Video musik mempunyai peranan yang besar dalam mempromosikan

kebudayaan-kebudayaan di negara Barat. Kebudayaan-kebudayaan yang

diperkenalkan seperti kebudayaan musik hip-hop, pop, dan punk dimana

ketiga musik tersebut mempunyai ciri berbeda seperti, musik hip-hop

mengidentitaskan musiknya dengan rap dan berpakaian kebesaran. Pada

music pop mereka mengidentitaskan musiknya hanya mengikuti arus utama

dan berpenampilan lebih cenderung glamour, sedangkan pada musik punk,

mereka mengidentitaskan dirinya dengan musik keras dan berpenampilan

urakan tanpa peduli dengan fashion.Dan dapatdisimpulkan bahwa musik

merupakan sebuah domain budaya dimana kita dapat dengan mudah

mengetahui bagaimana suatu kebudayaan dijalankan beriringan dengan musik.

Dalam penelitian tentang budaya Barat pada rubrik fashion ini, peneliti

tidak hanya membahas makna dari busana-busana yang ditampilkan menurut

pendapatnya saja. Akan tetapi juga memberikan gambaran kepada wanita

berhijab bagaimana cara mengadaptasikan fashion kebudayaan barat yang

masuk ke Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwasanya setiap fashion dapat

diperpadukkan dan setiap kebudayaan yang diperkenalkan berdasarkan pada

interpretasi masing-masing.

Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa :

1. Rubrik fashion merupakan salah satu cara pengenalan kebudayaan Barat

dalam hal memperkenalkan budaya Barat ke masyarakat Indonesia.

Page 81: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

69

2. Mode berhubungan erat dengan simbol-simbol yang ditampilkan oleh

busana yang dikenakan. Seperti busana batwing, busana mempunyai ciri

khas tersendiri yaitu dengan model kelelawar, busana seperti ini membuat

ripped jeans mempunyai mode tersendiri dikalangan dunia

fashion.Makna-makna yang terdapat dalam suatu simbol cenderung

memiliki arti yang berbeda secara kultural. Seperti dalam kebudayaan

daerah Timur Tengah, celana harem dikenal sebagai celana untuk

melindungi kaki sebelum mengenakan jubah panjang, sedangkan dalam

kebudayaan di Amerika celana harem bermakna celana santai dan kasual.

Page 82: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap rubric

fashion‟Hijabilized di majalah Hijabella maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Rubrik fashion „Hijabilized‟ di majalah Hijabella telah diperkenalkan

dengan kebudayaan Barat. Dengan adanya fashion icon yang masuk ke

dalam Negara Indonesia dan di tampilkan pada media terutama dalam

majalah Hijabella.Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap

rubrik fashion pada majalah hijabella maka tampak jelas bahwa fashion

merupakan salah satu bentuk dalam pengenalan kebudayaan Barat ke

seluruh dunia. Berkembangnya dunia fashion juga ikut merubah cara

berpikir individu terhadap busana yang sesuai ataupun tidak sesuai dengan

kebudayaan asal mereka. Pengenalan budaya Barat memberikan sisi postif

bagi kemajuan fashion di Indonesia, dengan adanya kebudayaan Barat

yang dioerkenalkan ke Indonesia, desainer-desainer muslimah Indonesia

mempunyai daya saing dalam kiprah Internasional, dapat menginspirasi

hal-hal yang baru, berbeda dari sebelumnya sehingga terlihat fashion yang

lebih trendy dan modis dan memberikan masukan kepada perempuan dari

yang tidak berhijab menjadi berhijab, sehingga terlihat nyaman dan

percaya diri dalam menggunakan fashion yang baru. Sedangkan sisi

negatif dari pengenalan budaya Barat yang masuk k Indonesia dapat

Page 83: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

71

menggantikan budaya lama ke budaya baru. Contohnya seperti fenomena

pada remaja-remaja sekarang ini yaitu fenomena jilbob.

2. Penyampaian simbol-simbol ataupun makna-makna yang terdapat dalam

rubrik fashion „Hijabilized‟ merupakan sebuah bentuk penyampaian

budaya dan nilai-nilai yang ada dan diyakini oleh masyarakat. Realitas

yang dipresentasikan melalui simbol-simbol dalam rubrik fashion ini tidak

pernah lepas dari konteks social budaya masyarakatnya. Budaya-budaya

yang diperkenalkan melalui rubruik fashion ini seperti penggunaan busana

rok mini, celana harem, blazer, knitwear dan batwing yang dimana

kebudayaan-kebudayaan yang ditampilkan oleh busana-busana tersebut

dapat dijadikan bahan untuk para wanita berhijab menggunakan busana

kebudayaan luar negeri tersebut.

B. Saran

Saran-saran berikut merupakan hasil dari penelitian yang terkumpul

selama peneliti melakukan penelitian :

1. Ditujukkan kepada para pembaca majalah Hijabella: Kita dapat mengenal

kebudayaan asing untuk memperkaya pengetahuan namun bukan berarti

melupakan kebudayaan asal, kebudayaan kita sendiri, dan tidak melupakan

adat istiadat Negara kita sendiri, dengan begitu tidaklah mudah bangsa kita

terkena imperialisme budaya.

2. Ditujukkan kepada redaksi majalah Hijabella: Sebaiknya trend fashion

pakaian yang ditampilkan pada rubrik fashion „Hijabilized‟ lebih

mengutamakan dengan norma-norma dan budaya yang dianut masyarakat

Indonesia.

Page 84: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

72

DAFTAR PUSTAKA

A. Dari Buku

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. Komunikasi Massa (Suatu Pengantar).

Bandung: Simbiosa Pratama Media, 2004.

Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2003.

Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:RinekaCipta,

2006.

Budiman, Kris.Semiotika Visual, Buku Baik, Yogyakarta, 2004.

Aw, Suranto. Komunikasi Sosial Budaya, 2005

Cangara, Havied. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta:Raja Grafindo Persada,

2004.

Departemen pendidikan dan budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta:Balai Pustaka, 1998.

Drs, Sobur Alex, M.Si. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2009.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.Bandung:PT.

CitraAditya Bakti, 2003.

____________ . Kamus Komunikasi Mandar Maju, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1989.

Fadilah, Risqa, “Analisis Semiotika Terhadap Rubrik Busana Pada Majalah

Paras”Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

Fiske, John.Introduction to communication studies, Routlidge London, 1990.

Karlinah, Sti, Betty Soemirat &Lukiati Komala.Komunikasi

Massa.Jakarta:Universitas Terbuka, 1999.

Kridalaksana, Harimurti, Leksikan Komunikasi, Jakarta: Pradnya Paramita, 1984.

Kriyanto, Rahmat, S.sos Msi. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:

KencanaPrenada Media Group, 2007.

Page 85: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

73

Liliweri, Alo, DR, M.S. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya.

Yogyakarta:PustakaPelajar, 2001.

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga,1994.

Mulyana,Dedy,M.A,Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT

RemajaRosadakarya, 2002.

Nawawi, Hadari.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Universitas Gajah

MadaPress, 1995.

Nurudin. Komunikasi Massa. Yogyakarta: CESPUR, 2004.

Purba, Amir, Drs, M.A, dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka

BangsaPress, 2006.

Purwasito, Andrik. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Universitas

Muhamaddiyah,2003.

Pusporini, Trigustia “Analisis Semiotika Rubrik Fashion Style Majalah

Kawanku.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Rahmat, Djalaluddin. Metode Penelitian Kumulatif. Bandung: Remaja

Rosadakarya, 2004.

Sadiman, Arif. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan.Jakarta:

Erlangga, 1991.

Shihab, M. Quraish, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah, Jakarta:Lentera Hati,

2007.

Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S, 1995.

Sobur, Alex, Drs.Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosadakarya, 2003.

Surtiretna, et. Al., Anggun Berjilbab, Bandung: Mizan Pustaka, 1995.

Wibowo Seto Wahyu Indiwan, Semiotika Komunikasi.Jakarta: Mitra Kencana

Media Edisi Kedua, 2013.

Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo, 2000.

W Rivers-Jay, William dan Jensen Theodore, Peterson, Media Massa dan

MasyarakatJakarta: Modern,Prenada Media Group, 2000.

Page 86: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK

74

Yohana H Patricia, “Imprealisme Budaya Pada Rubrik Fashion (Studi Analisa

Semiotika Imprealisme Budaya Pada Rubrik Fashion di Majalah

Gogirl!).”Skirpsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Sumatera Utara, 2009.

B. Dari Internet

Artikel diakses pada 22 Februari 2014 darihttp://adisurantha-infashion.blogspot.com/ Artikel diakses pada 15 Mei 2014

darihttp://blazerpria.wordpress.com/2012/11/06/blazer-dan-jas/

Artikel diakses pada 17 Mei 2014 darihttp://www.anneahira.com/sejarah-busana.htm

Artikel diakses pada 20 Mei 2014 darihttp://www.blibli.com/sejarah-sweatshirt/mr-

gentleman/1/2402/er

Artikel diakses pada 22 Mei 2014 darihttp/www.glorianet.org/kolom/kolomedia.html

diakses pada 25 April 2014

Artikel diakses pada 30 april 2014 darihttp://id.wikipedia.org/wiki/majalah diakses

pada 26 April 2014

Page 87: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 88: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 89: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 90: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 91: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 92: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK
Page 93: BUDAYA BARAT PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26869/1/... · BUDAYA. BARAT. PADA RUBRIK FASHION (ANALISIS SEMIOTIKA PADA RUBRIK