bab iv analisa dan pembahasanrepository.ittelkom-pwt.ac.id/5142/1/bab v.pdf · 2019. 1. 9. · 1...
TRANSCRIPT
-
1
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai konfigurasi yang diimplementasikan dan analisa
QoS (Quality of Service) dari hasil capture packet yang didapatkan pada
impelemtasi jaringan. Parameter QoS yang dianalisa meliputi delay, jitter, packet
loss dan throughput. Untuk mendapatkan dan menganalisa QoS digunakan
Wireshark yang untuk mencapture packet file download (Tabel 3.2) secara real
time dan memfilter packet-packet yang berkaitan dengan file download tersebut.
Implementasi tugas akhir ini menggunakan empat link internet dengan
masing-masing bandwidth download up to 100 Mbp dan upload up to 25 Mbps,
dengan total bandwidth download 400 Mbps dan upload 100 Mbps. Implentasikan
failover ataupun load balancing supaya penggunaan bandwidth pada setiap link
lebih optimal dan tidak menyebabkan link yang lain tidak digunakan.
4.1 ANALISA KONFIGURASI
Konfigurasi yang diimplementasi secara menyeluruh meliputi Interface, IP
Address, Route/Gateway, DNS, NAT dan Mangle pada metode load balancing
(NTH dan PCC). Pada konfigurasi interface, IP Address, DNS dan NAT tidak
terlalu berpengaruh karena hanya menggunakan konfigurasi pada umumnya.
Analisa konfigurasi meliputi: konfigurasi failover yang diubah pada route dan
penambahan recursive gateway, ECMP meliputi route dengan round robin
gateway, NTH meliputi firewall mangle (mark-packet ) dan route menggunakan
routing-mark, PCC meliputi mangle (mark-connection = dst-address) route
menggunakan routing-mark.
Gambar 4.1 IP Address
Gambar 4.1 IP Address merupakan IP adddress untuk client dan IP address
empat link yang didapatkan secara DHCP. Dengan empat IP address maka tersedia
-
empat IP address/interface sebagai gateway. Konfigurasi table route (gateway)
sebelum menggunakan metode failover dan load balancing, implementasi
menggunakan empat link internet, maka table route juga memiliki empat route yang
didapatkan dari masing-masing link. Berikut parameter route/gateway:
/ip route
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out3(link3)"
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out4(link4)"
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out1(link1)"
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out2(link2)"
Pengujian implementasi atau hasil dari parameter konfigurasi dilakukan
dengan melakukan trace (tracert pada Windows OS) dan speedtest. Trace
merupakan teknik untuk mengetahui koneksi atau packet melalui link berapa untuk
sampai ketujuan (destination). Speedtest guna untuk menguji kemampuan
penggunaan bandwidth pada setiap metode.
4.1.1 Failover
Failover merupakan metode untuk membackup link internet ketika salah satu
link down/mengalami masalah maka akan dibackup dengan link yang lain (link yang
aktif). Untuk mengimplementasikan failover, pada table route diubah distance
sesuai dengan prioritas pada link. Prioritas link yaitu link mana yang akan menjadi
primary link dan backup link. Primary link merupakan table route yang dengan
distance terendah dan yang lain sebagai backup link. Parameter route failover:
/ip route
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out1(link1)"
add check-gateway=ping distance=2 gateway="pppoe-out2(link2)"
add check-gateway=ping distance=3 gateway="pppoe-out3(link3)"
add check-gateway=ping distance=4 gateway="pppoe-out4(link4)"
Parameter diatas merupakan route failover dengan distance yang berbeda-
beda, sehingga link distance=1 menjadi primary link dan yang lain sebagai backup,
ketika link 1 down maka akan dibackup dengan link 2 (distance 2) dan seterusnya.
Failover dengan parameter di atas hanya mengecek koneksi link yang
langsung terkoneksi dengan router atau gateway yang digunakan, tetapi tidak bisa
mengecek koneksi di atas gateway. Untuk mengatasi masalah tersebut maka
-
digunakan failover recursive gateway yaitu cara untuk mengecek koneksi yang
bermasalah di atas gateway. Parameter failover recursive gateway yaitu:
/ip route
add check-gateway=ping distance=1 gateway=8.8.8.8 target-scope=30
add check-gateway=ping distance=1 dst-address=8.8.8.8/32
gateway="pppoe-out1(link1)"
Parameter di atas akan mengecek koneksi bukan lagi ke gateway link1 akan tetapi
langsung cek gateway ke 8.8.8.8, jika terjadi masalah koneksi menuju 8.8.8.8 maka
koneksi akan dipindahkan ke link backup dengan distance terkecil kedua (pppoe-
out1(link1)).
Gambar di bawah merupakan pengujian trace terhadap beberapa website
pada metode failover, menunjukan bahwa setiap koneksi menuju ke website selalu
menggunakan link yang sama. Trace dengan nomer urut dua memperlihatkan IP
address dari link1, sesuai dengan parameter failover yang membuat link1 menjadi
primary link karena memiliki nilai distance paling rendah dan link lain sebagai
backup yang akan berfungsi ketika primary link (link1) down.
Gambar 4.2 Trace google.co.id
Gambar 4.3 Trace telkom.co.id
Gambar 4.4 Trace iix.net.id
Gambar 4.5 Trace kominfo.go.id
-
Gambar 4.6 Speedtest Failover pada metode failover menunjukan pengguna
bandwidth download 94,24 Mbps dan upload 21,59 Mbps, merupakan penggunaan
bandwidth hanya pada link1 sebagai primary link.
Gambar 4.6 Speedtest Failover
4.1.2 Equal Cost Multi Path (ECMP)
Equal Cost Multi Path (ECMP) merupakan metode load balancing yang
menggunakan round robin gateway sehingga menyebabkan penggunaan gateway
secara random (acak) atau bergantian. Untuk implementasi ECMP yang diubah
hanya pada table route. Ketika metode failover dengan empat link menggunakan
empat table route, berbeda dengan ECMP yang ditable route digabungkan menjadi
satu table route. Parameter table route load balancing ECMP, round robin
gateway:
/ip route
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out4(link4),pppoe-
out1(link1),pppoe-out2(link2),pppoe-out3(link3)"
Untuk pengujian metode ini dilakukan pengujian pada komputer client
dengan cara trace (tracert) kebeberapa website dan speedtest. Dari gambar hasil
trace beberapa website menunjukan hasil trace yang berbeda. Pada trace nomer dua
terdapat IP Address yang berbeda-beda yang menunjukan penggunaan link untuk
ke website tersebut menggunakan link yang berbeda antara website yang satu
dengan yang lain, ini membuktikan bahwa metode load balancing berhasil
diimplemtasikan. Sesuai dengan metode algoritma round robin pada table route
ECMP yaitu penggunaan link atau gateway secara acak/random.
-
Gambar 4.7 Trace google.co.id
Gambar 4.8 Trace iix.net.id
Gambar 4.9 Trace kominfo.go.id
Gambar 4.10 Trace telkom.co.id
Gambar 4.11 Speedtest ECMP menunjukan penggunaan bandwidth
download 94,24 Mbps dan upload 21,59 Mbps, dari hasil speedtest ini
membuktikan load balancing metode ECMP tidak bisa menggabungkan
penggunaan bandwidth keseluruhan secara bersamaan, tetapi hanya menggunakan
link secara bergantian. Hasil speedtest ECMP sesuai dengan bandwidth hanya pada
satu link, atau pada tugas akhir ini hanya mampu up to 100 Mbps untuk download
dan 25 Mbps untuk upload.
Gambar 4.11 Speedtest ECMP
-
4.1.3 NTH
NTH merupakan metode load balancing yang menggunakan queue atau
antrian (n-th atau antian ke-n), bisa antrian ke-n berdasarkan packet atau
berdasarkan connecion. Pada implementasi ini menggunakan antrian ke-n
berdasarkan packet (mark-packet). Berdasarkan mark-packet mangle yang
diterpakan pada router, setiap packet yang melalui router akan ditandai sebagai
packet dengan antian ke-n dan dikelompokan sesuai dengan nomer (ke-n)
antriannya.
Konfigurasai NTH meliputi rule chain input-output, mangle (mark-packet)
dan table route (Mark-routing). Chain input output merupakan konfigurasi yang
berfungsi untuk membuat setiap packet data input (masuk) dan output (keluar)
melalui satu link internet saja, parameter chain input output:
/ip firewall mangle
add action=mark-connection chain=prerouting connection-mark=no-mark
in-interface="pppoe-out1(link1) "new-connection-mark=link1con
passthrough=yes
add action=Mark-routing chain=output connection-mark=link1con new-
routing-mark=via-link1 passthrough=yes
Jadi setiap koneksi yang masuk melalui link1 maka harus keluar juga harus melalui
link1 dan begitu juga dengan link yang lain, parameter diatas hanya tercantum chain
link1 (link lain terlampir). Konfigurasi chain input output bisa dianggap opsional
karena tanpa diterapkan chain ini, metode load balancing tetap bisa berfungsi.
Mangle NTH merupakan konfigurasi load balancing yang diimpelemtasikan
pada metode load balancing NTH dengan per-packet classfier (berdasarkan
packet). Menggunakan per-packet classfier dan parameter every, packet pada NTH
akan membuat router untuk menandai setiap packet dan kelompok sesuai dengan
konfigurasi yang diimplementasikan. Parameter mangle NTH:
/ip firewall mangle
add action=mark-packet chain=prerouting disabled=yes in-
interface="ether6(client-test)" new-packet -mark=packet 1 NTH=4,1
passthrough=yes
-
add action=Mark-routing chain=prerouting disabled=yes in-
interface="ether6(client-test)" new-routing-mark=via-link1 packet -
mark=packet 1 passthrough=yes
Parameter di atas merupakan parameter NTH=4,1, karena implementasi
menggunakan empat link maka diterapkan empat mark packet yaitu: NTH=4,1,
NTH=4,2, NTH=4,3 dan NTH=4,4. Konfigurasi NTH=4,1 (every=4, packet =1)
yaitu setiap 4 packet yang ditandai dan dikelompokan packet nomer 1 akan dikirim
melalui link 1 dan seterusnya. Mark-routing menandai routing atau jalur yang
dilewati setiap packet, packet 1 akan melalui new-Mark-routing=via-link1 atau
packet nomer satu melalui link1.
Pada load balancing juga harus diterapkan routing-mark atau menandai jalur
packet lewat melalui link mana. mark-routing berkaitan dengan route table
sehingga harus dikonfigurasi pada table route juga. Parameter routing:
/ip route
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out1(link1)" routing-
mark=via-link1
Parameter menunjukan setiap packet 1 (via-link1) maka akan melalui link1 begitu
juga dengan link yang lain, sesuai dengan parameter NTH=4,1.
Gambar 4.12 menunjukan jumlah packet yang lewat melalui semua link yang
tersedia, dan dapat dilihat bahwa semua link melewatkan packet dengan jumlah
yang hampir sama, ini menandakan bahwa implementasi load balacing metode
NTH dengan per-packet classfier sudah berfungsi sesuai dengan konfigurasi mark-
packet.
Gambar 4.12 Traffic Packet NTH
Gambar hasil trace pada beberapa website menunjukan penggunaan
link/gateway yang berbeda-beda, ini disebabkan karena setiap packet yang dikirim
akan menggunakan link yang berbeda atau sesuai dengan urutan pada atrian packet.
Gambar 4.13 Trace google.co.id menggunakan link2, Gambar 4.14 Trace
-
telkom.co.id menggunakan link4, Gambar 4.15 Trace ixx.net.id menggunakan
link1, Gambar 4.16 Trace kominfo.go.id menggunakan link3.
Gambar 4.13 Trace google.co.id
Gambar 4.14 Trace telkom.co.id
Gambar 4.15 Trace iix.net.id
Gambar 4.16 Trace kominfo.go.id
Gambar 4.17 Speedtest NTH merupakan hasil speedtest untuk pengujian
metode NTH. Hasil pengujian speedtest menunjukan bandwidth download 374,39
Mbps dan upload 59,81 Mbps, dari hasil speedtest ini dapat disimpulkan bahwa
implementasi NTH (mark-packet) berhasil diimplementasikan, karena hampir
menggunakan seluruh bandwidth pada empat link yaitu download up to 400 Mbps
dan upload up to 100 Mbps.
Gambar 4.17 Speedtest NTH
-
4.1.4 PCC
Per Connection Classfier (PCC) merupakan metode load balancing
berdasakan per-connection load balancing dan per-address pair load balancing.
Pada implementasi pada tugas akhir ini menggunakan per-connection load
balacing, atau koneksi dikelompokkan menggunakan IP Address (source-
destination) dan Port (source-destination) untuk melakukan load balancing. Load
balancing PCC selain dikelompokkan berdasarkan koneksi, juga menggunakan
denominator dan remainder sebagai pengingat atau penentu koneksi-koneksi yang
terjadi harus melewati link berapa, untuk penentuannya router menggunakan hasil
algoritma hashing dari denominator dan remainder.
Konfigurasi pada load balancing PCC meliputi chain input-output, mangle
(mark-connection) dan table route (mark-routing). Chain input output pada load
balancing PCC sesuai atau sama dengan load balancing NTH dan juga bersifat
opsional karena load balancing tetap bisa berfungsi meskipun tanpa chain ini.
Mangle PCC berbeda dengan NTH yang menggunakan mark-packet, di PCC
menggunakan mark-connection, konfigurasi PCC dengan empat link internet maka
PCC memiliki empat konfigurasi yaitu: PCC 4/0, 4/1, 4/2 dan 4/3, dimana maksud
dari konfigurasi PCC 4/0 yaitu denominator 4 dan remainder 0, denominator disini
bisa diartikan jumlah link dan remainder prioritas penggunaan link. PCC 4/0 dimana
setiap 4 link koneksi pertama diprioritas menggunakan link1, sesuai dengan
konfigurasi parameter mangle berikut:
/ip firewall mangle
add action=mark-connection chain=prerouting in-interface="ether6(client-
test)" new-connection-mark=link1con passthrough=yes per-connection-
classifier=both-addresses-and-ports:4/0
add action=Mark-routing chain=prerouting connection-mark=link1con in-
interface="ether6(client-test)" new-routing-mark=via-link1
passthrough=yes
Parameter konfigurasi routing-mark yang digunakan PCC, dimana konkesi
pertama (via-link1) akan melewati link satu (pppoe-out1(link1)), berikut parameter
lengkap untuk empat link yang diimplementasaikan:
/ip route
-
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out1(link1)" routing-
mark=via-link1
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out2(link2)" routing-
mark=via-link2
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out3(link3)" routing-
mark=via-link3
add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out4(link4)" routing-
mark=via-link4
Pengujian trace ke beberapa website menunjukan setiap koneksi
menggunakan link yang berbeda (trace nomer 2), ini membuktikan setiap link bisa
digunakan secara bersamaan dalam waktu yang sama sesuai dengan prinsip load
balancing PCC setiap link bisa digunakan secara bersamaan tanpa ada primari atau
backup link.
Gambar 4.18 Trace google.co.id
Gambar 4.19 Trace kominfo.go.id
Gambar 4.20 Trace telkom.co.id
Gambar 4.21 Trace ixx.net.id
Gambar 4.22 pengujian speedtest load balancing PCC menunjukkan
pengguna bandwitdh download 320,27 Mbps dan upload 63,83 Mbps, atau hampir
up to keseluruhan bandwidth yang tersedia yaitu download up to 400 Mbps dan
upload up to 100 Mbps. Pengelompokan koneksi pada implementasi ini
-
menggunakan both-addresses-and-ports, sehingga semua koneksi bisa
menggunakan semua link yang tersedia. Hasil speedtest membuktikan bahwa load
balancing sudah berfungsi pada router.
Gambar 4.22 Speedtest PCC
4.2 HASIL UJI QOS
Sesuai dengan perencanaan implementasi jaringan maka dilakukan pengujian
pada QoS (Quality of Service), parameter QoS yang digunakan yaitu delay, jitter,
packet loss dan throughput. Untuk mendapatkan nilai-nilai parameter tersebut
dilakukan dengan cara mendowload file sesuai dengan Tabel 3.2. Karena pada
implementasi ini menggunakan empat metode yang berbeda yaitu failover, ECMP,
NTH dan PCC, maka dilakukan download semua file yang tertera pada tabel
tersebut di setiap metode. Selama proses download berlangsung dilakukan capture
packet menggunakan wireshark, capture dilakukan di masing-masing file mulai
dari proses awal hingga file complete didownload. Dari proses download
didapatkan 40 data hasil capture wireshark (.pcapng) yang untuk selanjutnya
dianalisa dan mendapat nilai dari parameter QoS.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari QoS yaitu: Link Congestion.
Performa perangkat (Router/Switch/Komputer). Software (issue/bugs) dan
Hardware/Cabling.
4.2.1 Delay
Delay juga termasuk dalam QoS untuk menentukan kualitas pengiriman
packet data dalam satuan waktu. Merujuk pada Tabel 2.4 Standarisasi Delay pada
TIPHON dikategorikan menjadi empat bagian. Dimana delay yang sangat bagus
memiliki nilai 450 ms. Pada
-
implementasi ini dilakukan pengujian delay pada empat metode dengan
mendownload 10 file di setiap metode dan dilakukan capturing packet selama
proses tersebut. Hasil capture wireshark akan membandingkan delay berdasarkan
metode dan ukuran file. Adapun hasil yang didapatkan setelah dilakukan olah data
wireshark, didapatkan nilai parameter delay pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 delay merupakan hasil dari pengolah data capture wireshark,
terdapat parameter delay berdasarkan ukuran file download dan empat metode yang
diimplementasikan. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat semua parameter delay memiliki
nilai
-
tertentu tidak ada packet yang terkirim/ diterima, yang mengakibatkan terjadinya
delay yang panjang antara packet satu dengan yang lain.
Metode PCC pada grafik rata-rata delay mengalami penurunan yang
signifikan pada ukuran file 150 MB, 200 MB, 250 MB dan 300 MB. Hal ini
disebabkan karena tidak stabil koneksi pada rentang ukuran file tersebut sehingga
membutuhkan waktu lebih lama untuk download file tersebut. Metode NTH pada
grafik rata-rata delay terlihat tidak terjadi perubahan yang signifikan pada grafik
karena pada metode NTH diimplementasikan teknik mark-packet. NTH membuat
antrian packet untuk semua link yang tersedia, sehingga transmisi packet pengirim
ke penerima lebih stabil karena menggunakan semua link dan mengurangi delay
setiap packet.
Gambar 4.23 Grafik Rata-rata Delay
Dari semua metode yang digunakan dapat disimpulkan pada beberapa ukuran
file download terjadi penurunan koneksi pada metode Failover, ECMP dan PCC
dan untuk delay dengan index paling bagus yaitu ECMP. Ukuran file lebih kecil
tidak menentukan delay lebih bagus, dapat dilihat pada grafik rata-rata delay file
dengan ukuran lebih besar memiliki delay yang stabil, berarti pada implementasi
ini delay lebih dipengaruhi konektivitas client server dan metode yang digunakan.
4.2.2 Jitter
Jitter adalah variasi dari delay, variasi delay merupakan variasi kedatangan
packet satu dengan packet lain. Tabel 4.2 merupakan hasil dari pengolahan hasil
capture wireshark untuk parameter jitter. Merujuk pada tabel 2.5 standarisasi jitter
-
TIPHON, menyatakan kategori sangant bagus adalah jitter dengan nilai parameter
0. Semua metode memiliki jitter kategori sangat bagus kecuali satu yaitu metode
PCC pada ukuran file 250 MB yang dikategorikan bagus.
Tabel 4.2 Jitter
Size Data
(MB)
Metode (ms)
Failover ECMP NTH PCC
50 0,297 0,169 0,248 0,359
100 0,614 0,471 0,149 0,221
150 0,173 0,201 0,070 0,662
200 0,165 0,159 0,080 0,874
250 0,160 0,111 0,059 1,164
300 0,136 0,348 0,073 0,456
350 0,138 0,159 0,067 0,123
400 0,146 0,177 0,085 0,110
450 0,139 0,169 0,099 0,182
500 0,165 0,170 0,091 0,155
Gambar 4.24 Grafik Jitter
Gambar 4.24 Grafik Jitter merupakan jitter dari hasil capture packet pada
wireshark. Jitter didapatkan dari variasi delay packet satu dengan yang lain. Jitter
didapatkan dari rumus variasi delay semua packet ([packet 2-pacekt1]+[packet 3-
packet 2]+[packet ke(n+1)-packet ke(n+1)]) dibagi jumlah packet , oleh sebab itu
jitter sangat dipengaruhi bagaimana delay packet satu dengan packet dua. Dalam
nilai jitter tidak terdapat nilai minus pada variasi delay, sehingga jika terdapat
-
minus nilainya harus dibulatkan, karena itu nilai dari jitter lebih besar daripada
delay.
Gambar 4.24 Grafik Jitter juga dapat dilihat bahwa grafik jitter hampir sama
dengan grafik delay pada Gambar 4.23, namun terdapat perbedaan pada metode
PCC dengan ukuran file 200 MB dan 250 MB. Dimana pada Gambar 4.23 Rata-
rata Delay menunjukan grafik yang lebih tinggi pada file 200 MB dari pada 250
MB, sedangkan pada jitter terjadi sebaliknya dimana lebih tinggi file 250 MB dari
pada 200 MB, jika dilihat dari hasil capture packet ini disebabkan karena besarnya
delay packet satu dengan yang lain sehingga didapatkan variasi delay yang besar
pada file 250 MB. Untuk metode yang lain, tidak terlihat perbedaan yang signifikan
pada grafik jitter maupun delay.
4.2.3 Packet Loss
Packet Loss merupakan parameter QoS yang menggambarkan suatu packet
yang hilang selama proses transmisi packet antara pengirim dengan penerima pada
jaringan. Tabel 4.3 Packet Loss merupakan hasil olah data dari data capture packet
wireshark untuk parameter packet loss. Merujuk pada Tabel 2.6 Standarisasi Packet
Loss pada TIPHON untuk parameter packet loss pada implementasi dikategorikan
bagus, yaitu rentang nilai packet loss antara 3% sampai 14%.
Tabel 4.3 Packet Loss
Size Data
(MB)
Metode (%)
Failover ECMP NTH PCC
50 10,42 4,32 12,04 11,55
100 10,02 10,34 10,94 9,86
150 9,04 9,20 9,67 8,93
200 9,14 9,04 9,83 9,89
250 9,05 8,65 9,73 9,62
300 9,09 8,79 9,70 9,68
350 9,06 8,73 9,67 9,32
400 8,97 8,66 9,71 9,16
450 9,11 8,69 9,84 9,24
500 9,17 8,68 9,98 9,50
Gambar 4.25 Grafik Packet Loss merupakan nilai dari parameter packet loss
hasil olah data pada capture packet wireshark. Dilihat pada grafik terdapat
-
perbedaan grafik yang signifikan pada file ukuran 50 MB untuk metode ECMP.
Hasil dari capture packet file 50 MB terdapat beberapa IP address untuk download
file ini yang menunjukan perbedaan server download. Untuk metode ECMP
koneksi client dengan server memilik IP address 74.125.10.43, sedangkan untuk
metode Failover, NTH dan PCC koneksi client dengan server memiliki IP address
118.98.111.208. Dengan perbedaan pada IP address tentu ini berpengaruh karena
terjadinya perbedaan jalur/link koneksi client dengan server.
Gambar 4.25 Grafik Packet Loss
Pada grafik juga dapat dilihat packet loss rata-rata paling tinggi terjadi
dimetode NTH ini sesuai dengan teknik mark-packet, dimana semua packet
dibuatkan antrian sehingga antara packet sehingga menggunakan semua link,
namun dengan begitu juga besar kemungkinan terjadi collision pada packet .
Meskipun begitu packet loss untuk semua metode dapat dikatakan rata-rata stabil
karena tidak banyak perubahan signifikan pada setiap ukuran file download.
4.2.4 Throughput
Throughput merupakan kecepatan faktual pengirimin packet data antara
pengirimin dengan penerima. Throughput berkaitan dengan bandwidth, dimana
bandwidth adalah lebar maksimal jalur koneksi yang mampu dilewati oleh packet
data. Throughput tidak bisa lebih besar dari bandwidth. Merujuk pada Tabel 2.7
Standarisasi Throughput TIPHON menyatakan parameter throughput dengan nilai
diatas >2,1 Mbps adalah kategori terbaik. Tabel 4.4 merupakan hasil capture
-
wirehark yang untuk throughput semua metode yang diimplementasikan. Jika
merujuk pada tabel 2.4 maka semua metode memiliki parameter throughput
kategori terbaik. Pada tabel 4.4 metode dengan throughput terendah, failover nilai
parameter throughput 20,49 Mbps, bahkan lebih baik 10 kali dari kategori terbaik
berdasar TIPHON.
Tabel 4.4 Throughput
Size Data
(MB)
Metode (Mbps)
Failover ECMP NTH PCC
50 46,33 74,51 54,85 38,86
100 20,49 27,94 83,64 59,91
150 74,45 66,57 178,17 22,57
200 81,23 83,48 156,48 10,22
250 83,84 82,69 204,30 12,29
300 96,18 35,66 165,56 29,23
350 94,80 83,22 179,52 104,64
400 89,53 75,70 142,34 112,95
450 95,48 79,05 125,49 72,05
500 80,05 78,02 139,06 84,51
Throughput maksimal untuk metode yang diimplementasikan memiliki nilai
yang berbeda-beda meskipun jumlah link yang digunakan tetap sama. Failover dan
ECMP memiliki nilai throughput up to 100 Mbps, sedangkan NTH memiliki nilai
throughput 400 Mbps dengan antrian packet (mark-packet ) dan PCC memiliki
nilai throughput 400 Mbps dengan both-addresses-and-ports
Gambar 4.26 Grafik Throughput
-
Gambar 4.26 merupakan grafik hasil capture untuk parameter throughput.
Dapat dilihat pada grafik tidak stabilnya nilai throughput di setiap rentang ukuran
file. Metode failover pada grafik menunjukan throughput yang stabil, namun
terdapat penurunan pada ukuran file 100 MB. Dari hasil capture pada file 100 MB
terjadi penurunan throughput karena tidak stabilnya koneksi client dengan server
sehingga menyebabkan lamanya proses download. Metode ECMP pada grafik
terjadi perubahan yang signifikan pada ukuran file 100 MB dan 300 MB, jika dilihat
dari hasil capture pada file 100 MB koneksi client dengan server tidak stabil.
Sedangkan pada file 300 MB koneksi client dengan sever stabil, akan tetapi delay
packet cukup besar sehingga mengakibat throughput menurun. Selain itu pada
metode ECMP terdapat algoritma round robin sehinga mengakibat perpindahan
gateway/link yang digunakan setiap 10 menit.
Metode PCC pada grafik menunjukan throughput yang tidak stabil setiap
rentang file download. Dilihat dari capture setiap packet pada metode PCC tidak
stabilnya koneksi, packet yang dikirim maupun diterima dalam satuan waktu
tidaklah stabil yang dapat dilihat pada Graph I/O wireshark. Tidak stabilnya dapat
diakibatkan karena klasifikasi koneksi berdasarkan both-addresses-and-ports,
dengan menggunakan klasifikasi tersebut PCC akan membuat koneksi berdasarkan
address dan port pada koneksi didalam jaringan. Klasifikasi ini dalam satu koneksi
file download akan dipecah berdasarkan address dan port, sehingga menggunakan
semua link yang tersedia akan tetapi dengan dipecahnya koneksi berakibat delay
yang besar dan lamanya waktu download.
Metode NTH pada grafik menunjukan hasil throughput yang jauh berbeda
dangan metode yang lain yaitu lebih baik dari semua metode. Tingginya throughput
pada NTH terjadi karena penggunaan antrian mark-packet dimana semua link yang
tersedia digunakan untuk transmisi packet, sehingga tidak terjadi penumpukan
packet hanya pada satu link, meskipun tidak stabilnya grafik yang dapat diakibat
koneksi client dengan server.
-
19