bab iv analisa dan pembahasanrepository.ittelkom-pwt.ac.id/5142/1/bab v.pdf · 2019. 1. 9. · 1...

19
1 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai konfigurasi yang diimplementasikan dan analisa QoS (Quality of Service) dari hasil capture packet yang didapatkan pada impelemtasi jaringan. Parameter QoS yang dianalisa meliputi delay, jitter, packet loss dan throughput. Untuk mendapatkan dan menganalisa QoS digunakan Wireshark yang untuk mencapture packet file download (Tabel 3.2) secara real time dan memfilter packet-packet yang berkaitan dengan file download tersebut. Implementasi tugas akhir ini menggunakan empat link internet dengan masing-masing bandwidth download up to 100 Mbp dan upload up to 25 Mbps, dengan total bandwidth download 400 Mbps dan upload 100 Mbps. Implentasikan failover ataupun load balancing supaya penggunaan bandwidth pada setiap link lebih optimal dan tidak menyebabkan link yang lain tidak digunakan. 4.1 ANALISA KONFIGURASI Konfigurasi yang diimplementasi secara menyeluruh meliputi Interface, IP Address, Route/Gateway, DNS, NAT dan Mangle pada metode load balancing (NTH dan PCC). Pada konfigurasi interface, IP Address, DNS dan NAT tidak terlalu berpengaruh karena hanya menggunakan konfigurasi pada umumnya. Analisa konfigurasi meliputi: konfigurasi failover yang diubah pada route dan penambahan recursive gateway, ECMP meliputi route dengan round robin gateway, NTH meliputi firewall mangle (mark-packet ) dan route menggunakan routing-mark, PCC meliputi mangle (mark-connection = dst-address) route menggunakan routing-mark. Gambar 4.1 IP Address Gambar 4.1 IP Address merupakan IP adddress untuk client dan IP address empat link yang didapatkan secara DHCP. Dengan empat IP address maka tersedia

Upload: others

Post on 20-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB IV

    ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Bab ini membahas mengenai konfigurasi yang diimplementasikan dan analisa

    QoS (Quality of Service) dari hasil capture packet yang didapatkan pada

    impelemtasi jaringan. Parameter QoS yang dianalisa meliputi delay, jitter, packet

    loss dan throughput. Untuk mendapatkan dan menganalisa QoS digunakan

    Wireshark yang untuk mencapture packet file download (Tabel 3.2) secara real

    time dan memfilter packet-packet yang berkaitan dengan file download tersebut.

    Implementasi tugas akhir ini menggunakan empat link internet dengan

    masing-masing bandwidth download up to 100 Mbp dan upload up to 25 Mbps,

    dengan total bandwidth download 400 Mbps dan upload 100 Mbps. Implentasikan

    failover ataupun load balancing supaya penggunaan bandwidth pada setiap link

    lebih optimal dan tidak menyebabkan link yang lain tidak digunakan.

    4.1 ANALISA KONFIGURASI

    Konfigurasi yang diimplementasi secara menyeluruh meliputi Interface, IP

    Address, Route/Gateway, DNS, NAT dan Mangle pada metode load balancing

    (NTH dan PCC). Pada konfigurasi interface, IP Address, DNS dan NAT tidak

    terlalu berpengaruh karena hanya menggunakan konfigurasi pada umumnya.

    Analisa konfigurasi meliputi: konfigurasi failover yang diubah pada route dan

    penambahan recursive gateway, ECMP meliputi route dengan round robin

    gateway, NTH meliputi firewall mangle (mark-packet ) dan route menggunakan

    routing-mark, PCC meliputi mangle (mark-connection = dst-address) route

    menggunakan routing-mark.

    Gambar 4.1 IP Address

    Gambar 4.1 IP Address merupakan IP adddress untuk client dan IP address

    empat link yang didapatkan secara DHCP. Dengan empat IP address maka tersedia

  • empat IP address/interface sebagai gateway. Konfigurasi table route (gateway)

    sebelum menggunakan metode failover dan load balancing, implementasi

    menggunakan empat link internet, maka table route juga memiliki empat route yang

    didapatkan dari masing-masing link. Berikut parameter route/gateway:

    /ip route

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out3(link3)"

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out4(link4)"

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out1(link1)"

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out2(link2)"

    Pengujian implementasi atau hasil dari parameter konfigurasi dilakukan

    dengan melakukan trace (tracert pada Windows OS) dan speedtest. Trace

    merupakan teknik untuk mengetahui koneksi atau packet melalui link berapa untuk

    sampai ketujuan (destination). Speedtest guna untuk menguji kemampuan

    penggunaan bandwidth pada setiap metode.

    4.1.1 Failover

    Failover merupakan metode untuk membackup link internet ketika salah satu

    link down/mengalami masalah maka akan dibackup dengan link yang lain (link yang

    aktif). Untuk mengimplementasikan failover, pada table route diubah distance

    sesuai dengan prioritas pada link. Prioritas link yaitu link mana yang akan menjadi

    primary link dan backup link. Primary link merupakan table route yang dengan

    distance terendah dan yang lain sebagai backup link. Parameter route failover:

    /ip route

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out1(link1)"

    add check-gateway=ping distance=2 gateway="pppoe-out2(link2)"

    add check-gateway=ping distance=3 gateway="pppoe-out3(link3)"

    add check-gateway=ping distance=4 gateway="pppoe-out4(link4)"

    Parameter diatas merupakan route failover dengan distance yang berbeda-

    beda, sehingga link distance=1 menjadi primary link dan yang lain sebagai backup,

    ketika link 1 down maka akan dibackup dengan link 2 (distance 2) dan seterusnya.

    Failover dengan parameter di atas hanya mengecek koneksi link yang

    langsung terkoneksi dengan router atau gateway yang digunakan, tetapi tidak bisa

    mengecek koneksi di atas gateway. Untuk mengatasi masalah tersebut maka

  • digunakan failover recursive gateway yaitu cara untuk mengecek koneksi yang

    bermasalah di atas gateway. Parameter failover recursive gateway yaitu:

    /ip route

    add check-gateway=ping distance=1 gateway=8.8.8.8 target-scope=30

    add check-gateway=ping distance=1 dst-address=8.8.8.8/32

    gateway="pppoe-out1(link1)"

    Parameter di atas akan mengecek koneksi bukan lagi ke gateway link1 akan tetapi

    langsung cek gateway ke 8.8.8.8, jika terjadi masalah koneksi menuju 8.8.8.8 maka

    koneksi akan dipindahkan ke link backup dengan distance terkecil kedua (pppoe-

    out1(link1)).

    Gambar di bawah merupakan pengujian trace terhadap beberapa website

    pada metode failover, menunjukan bahwa setiap koneksi menuju ke website selalu

    menggunakan link yang sama. Trace dengan nomer urut dua memperlihatkan IP

    address dari link1, sesuai dengan parameter failover yang membuat link1 menjadi

    primary link karena memiliki nilai distance paling rendah dan link lain sebagai

    backup yang akan berfungsi ketika primary link (link1) down.

    Gambar 4.2 Trace google.co.id

    Gambar 4.3 Trace telkom.co.id

    Gambar 4.4 Trace iix.net.id

    Gambar 4.5 Trace kominfo.go.id

  • Gambar 4.6 Speedtest Failover pada metode failover menunjukan pengguna

    bandwidth download 94,24 Mbps dan upload 21,59 Mbps, merupakan penggunaan

    bandwidth hanya pada link1 sebagai primary link.

    Gambar 4.6 Speedtest Failover

    4.1.2 Equal Cost Multi Path (ECMP)

    Equal Cost Multi Path (ECMP) merupakan metode load balancing yang

    menggunakan round robin gateway sehingga menyebabkan penggunaan gateway

    secara random (acak) atau bergantian. Untuk implementasi ECMP yang diubah

    hanya pada table route. Ketika metode failover dengan empat link menggunakan

    empat table route, berbeda dengan ECMP yang ditable route digabungkan menjadi

    satu table route. Parameter table route load balancing ECMP, round robin

    gateway:

    /ip route

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out4(link4),pppoe-

    out1(link1),pppoe-out2(link2),pppoe-out3(link3)"

    Untuk pengujian metode ini dilakukan pengujian pada komputer client

    dengan cara trace (tracert) kebeberapa website dan speedtest. Dari gambar hasil

    trace beberapa website menunjukan hasil trace yang berbeda. Pada trace nomer dua

    terdapat IP Address yang berbeda-beda yang menunjukan penggunaan link untuk

    ke website tersebut menggunakan link yang berbeda antara website yang satu

    dengan yang lain, ini membuktikan bahwa metode load balancing berhasil

    diimplemtasikan. Sesuai dengan metode algoritma round robin pada table route

    ECMP yaitu penggunaan link atau gateway secara acak/random.

  • Gambar 4.7 Trace google.co.id

    Gambar 4.8 Trace iix.net.id

    Gambar 4.9 Trace kominfo.go.id

    Gambar 4.10 Trace telkom.co.id

    Gambar 4.11 Speedtest ECMP menunjukan penggunaan bandwidth

    download 94,24 Mbps dan upload 21,59 Mbps, dari hasil speedtest ini

    membuktikan load balancing metode ECMP tidak bisa menggabungkan

    penggunaan bandwidth keseluruhan secara bersamaan, tetapi hanya menggunakan

    link secara bergantian. Hasil speedtest ECMP sesuai dengan bandwidth hanya pada

    satu link, atau pada tugas akhir ini hanya mampu up to 100 Mbps untuk download

    dan 25 Mbps untuk upload.

    Gambar 4.11 Speedtest ECMP

  • 4.1.3 NTH

    NTH merupakan metode load balancing yang menggunakan queue atau

    antrian (n-th atau antian ke-n), bisa antrian ke-n berdasarkan packet atau

    berdasarkan connecion. Pada implementasi ini menggunakan antrian ke-n

    berdasarkan packet (mark-packet). Berdasarkan mark-packet mangle yang

    diterpakan pada router, setiap packet yang melalui router akan ditandai sebagai

    packet dengan antian ke-n dan dikelompokan sesuai dengan nomer (ke-n)

    antriannya.

    Konfigurasai NTH meliputi rule chain input-output, mangle (mark-packet)

    dan table route (Mark-routing). Chain input output merupakan konfigurasi yang

    berfungsi untuk membuat setiap packet data input (masuk) dan output (keluar)

    melalui satu link internet saja, parameter chain input output:

    /ip firewall mangle

    add action=mark-connection chain=prerouting connection-mark=no-mark

    in-interface="pppoe-out1(link1) "new-connection-mark=link1con

    passthrough=yes

    add action=Mark-routing chain=output connection-mark=link1con new-

    routing-mark=via-link1 passthrough=yes

    Jadi setiap koneksi yang masuk melalui link1 maka harus keluar juga harus melalui

    link1 dan begitu juga dengan link yang lain, parameter diatas hanya tercantum chain

    link1 (link lain terlampir). Konfigurasi chain input output bisa dianggap opsional

    karena tanpa diterapkan chain ini, metode load balancing tetap bisa berfungsi.

    Mangle NTH merupakan konfigurasi load balancing yang diimpelemtasikan

    pada metode load balancing NTH dengan per-packet classfier (berdasarkan

    packet). Menggunakan per-packet classfier dan parameter every, packet pada NTH

    akan membuat router untuk menandai setiap packet dan kelompok sesuai dengan

    konfigurasi yang diimplementasikan. Parameter mangle NTH:

    /ip firewall mangle

    add action=mark-packet chain=prerouting disabled=yes in-

    interface="ether6(client-test)" new-packet -mark=packet 1 NTH=4,1

    passthrough=yes

  • add action=Mark-routing chain=prerouting disabled=yes in-

    interface="ether6(client-test)" new-routing-mark=via-link1 packet -

    mark=packet 1 passthrough=yes

    Parameter di atas merupakan parameter NTH=4,1, karena implementasi

    menggunakan empat link maka diterapkan empat mark packet yaitu: NTH=4,1,

    NTH=4,2, NTH=4,3 dan NTH=4,4. Konfigurasi NTH=4,1 (every=4, packet =1)

    yaitu setiap 4 packet yang ditandai dan dikelompokan packet nomer 1 akan dikirim

    melalui link 1 dan seterusnya. Mark-routing menandai routing atau jalur yang

    dilewati setiap packet, packet 1 akan melalui new-Mark-routing=via-link1 atau

    packet nomer satu melalui link1.

    Pada load balancing juga harus diterapkan routing-mark atau menandai jalur

    packet lewat melalui link mana. mark-routing berkaitan dengan route table

    sehingga harus dikonfigurasi pada table route juga. Parameter routing:

    /ip route

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out1(link1)" routing-

    mark=via-link1

    Parameter menunjukan setiap packet 1 (via-link1) maka akan melalui link1 begitu

    juga dengan link yang lain, sesuai dengan parameter NTH=4,1.

    Gambar 4.12 menunjukan jumlah packet yang lewat melalui semua link yang

    tersedia, dan dapat dilihat bahwa semua link melewatkan packet dengan jumlah

    yang hampir sama, ini menandakan bahwa implementasi load balacing metode

    NTH dengan per-packet classfier sudah berfungsi sesuai dengan konfigurasi mark-

    packet.

    Gambar 4.12 Traffic Packet NTH

    Gambar hasil trace pada beberapa website menunjukan penggunaan

    link/gateway yang berbeda-beda, ini disebabkan karena setiap packet yang dikirim

    akan menggunakan link yang berbeda atau sesuai dengan urutan pada atrian packet.

    Gambar 4.13 Trace google.co.id menggunakan link2, Gambar 4.14 Trace

  • telkom.co.id menggunakan link4, Gambar 4.15 Trace ixx.net.id menggunakan

    link1, Gambar 4.16 Trace kominfo.go.id menggunakan link3.

    Gambar 4.13 Trace google.co.id

    Gambar 4.14 Trace telkom.co.id

    Gambar 4.15 Trace iix.net.id

    Gambar 4.16 Trace kominfo.go.id

    Gambar 4.17 Speedtest NTH merupakan hasil speedtest untuk pengujian

    metode NTH. Hasil pengujian speedtest menunjukan bandwidth download 374,39

    Mbps dan upload 59,81 Mbps, dari hasil speedtest ini dapat disimpulkan bahwa

    implementasi NTH (mark-packet) berhasil diimplementasikan, karena hampir

    menggunakan seluruh bandwidth pada empat link yaitu download up to 400 Mbps

    dan upload up to 100 Mbps.

    Gambar 4.17 Speedtest NTH

  • 4.1.4 PCC

    Per Connection Classfier (PCC) merupakan metode load balancing

    berdasakan per-connection load balancing dan per-address pair load balancing.

    Pada implementasi pada tugas akhir ini menggunakan per-connection load

    balacing, atau koneksi dikelompokkan menggunakan IP Address (source-

    destination) dan Port (source-destination) untuk melakukan load balancing. Load

    balancing PCC selain dikelompokkan berdasarkan koneksi, juga menggunakan

    denominator dan remainder sebagai pengingat atau penentu koneksi-koneksi yang

    terjadi harus melewati link berapa, untuk penentuannya router menggunakan hasil

    algoritma hashing dari denominator dan remainder.

    Konfigurasi pada load balancing PCC meliputi chain input-output, mangle

    (mark-connection) dan table route (mark-routing). Chain input output pada load

    balancing PCC sesuai atau sama dengan load balancing NTH dan juga bersifat

    opsional karena load balancing tetap bisa berfungsi meskipun tanpa chain ini.

    Mangle PCC berbeda dengan NTH yang menggunakan mark-packet, di PCC

    menggunakan mark-connection, konfigurasi PCC dengan empat link internet maka

    PCC memiliki empat konfigurasi yaitu: PCC 4/0, 4/1, 4/2 dan 4/3, dimana maksud

    dari konfigurasi PCC 4/0 yaitu denominator 4 dan remainder 0, denominator disini

    bisa diartikan jumlah link dan remainder prioritas penggunaan link. PCC 4/0 dimana

    setiap 4 link koneksi pertama diprioritas menggunakan link1, sesuai dengan

    konfigurasi parameter mangle berikut:

    /ip firewall mangle

    add action=mark-connection chain=prerouting in-interface="ether6(client-

    test)" new-connection-mark=link1con passthrough=yes per-connection-

    classifier=both-addresses-and-ports:4/0

    add action=Mark-routing chain=prerouting connection-mark=link1con in-

    interface="ether6(client-test)" new-routing-mark=via-link1

    passthrough=yes

    Parameter konfigurasi routing-mark yang digunakan PCC, dimana konkesi

    pertama (via-link1) akan melewati link satu (pppoe-out1(link1)), berikut parameter

    lengkap untuk empat link yang diimplementasaikan:

    /ip route

  • add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out1(link1)" routing-

    mark=via-link1

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out2(link2)" routing-

    mark=via-link2

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out3(link3)" routing-

    mark=via-link3

    add check-gateway=ping distance=1 gateway="pppoe-out4(link4)" routing-

    mark=via-link4

    Pengujian trace ke beberapa website menunjukan setiap koneksi

    menggunakan link yang berbeda (trace nomer 2), ini membuktikan setiap link bisa

    digunakan secara bersamaan dalam waktu yang sama sesuai dengan prinsip load

    balancing PCC setiap link bisa digunakan secara bersamaan tanpa ada primari atau

    backup link.

    Gambar 4.18 Trace google.co.id

    Gambar 4.19 Trace kominfo.go.id

    Gambar 4.20 Trace telkom.co.id

    Gambar 4.21 Trace ixx.net.id

    Gambar 4.22 pengujian speedtest load balancing PCC menunjukkan

    pengguna bandwitdh download 320,27 Mbps dan upload 63,83 Mbps, atau hampir

    up to keseluruhan bandwidth yang tersedia yaitu download up to 400 Mbps dan

    upload up to 100 Mbps. Pengelompokan koneksi pada implementasi ini

  • menggunakan both-addresses-and-ports, sehingga semua koneksi bisa

    menggunakan semua link yang tersedia. Hasil speedtest membuktikan bahwa load

    balancing sudah berfungsi pada router.

    Gambar 4.22 Speedtest PCC

    4.2 HASIL UJI QOS

    Sesuai dengan perencanaan implementasi jaringan maka dilakukan pengujian

    pada QoS (Quality of Service), parameter QoS yang digunakan yaitu delay, jitter,

    packet loss dan throughput. Untuk mendapatkan nilai-nilai parameter tersebut

    dilakukan dengan cara mendowload file sesuai dengan Tabel 3.2. Karena pada

    implementasi ini menggunakan empat metode yang berbeda yaitu failover, ECMP,

    NTH dan PCC, maka dilakukan download semua file yang tertera pada tabel

    tersebut di setiap metode. Selama proses download berlangsung dilakukan capture

    packet menggunakan wireshark, capture dilakukan di masing-masing file mulai

    dari proses awal hingga file complete didownload. Dari proses download

    didapatkan 40 data hasil capture wireshark (.pcapng) yang untuk selanjutnya

    dianalisa dan mendapat nilai dari parameter QoS.

    Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari QoS yaitu: Link Congestion.

    Performa perangkat (Router/Switch/Komputer). Software (issue/bugs) dan

    Hardware/Cabling.

    4.2.1 Delay

    Delay juga termasuk dalam QoS untuk menentukan kualitas pengiriman

    packet data dalam satuan waktu. Merujuk pada Tabel 2.4 Standarisasi Delay pada

    TIPHON dikategorikan menjadi empat bagian. Dimana delay yang sangat bagus

    memiliki nilai 450 ms. Pada

  • implementasi ini dilakukan pengujian delay pada empat metode dengan

    mendownload 10 file di setiap metode dan dilakukan capturing packet selama

    proses tersebut. Hasil capture wireshark akan membandingkan delay berdasarkan

    metode dan ukuran file. Adapun hasil yang didapatkan setelah dilakukan olah data

    wireshark, didapatkan nilai parameter delay pada tabel 4.1.

    Tabel 4.1 delay merupakan hasil dari pengolah data capture wireshark,

    terdapat parameter delay berdasarkan ukuran file download dan empat metode yang

    diimplementasikan. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat semua parameter delay memiliki

    nilai

  • tertentu tidak ada packet yang terkirim/ diterima, yang mengakibatkan terjadinya

    delay yang panjang antara packet satu dengan yang lain.

    Metode PCC pada grafik rata-rata delay mengalami penurunan yang

    signifikan pada ukuran file 150 MB, 200 MB, 250 MB dan 300 MB. Hal ini

    disebabkan karena tidak stabil koneksi pada rentang ukuran file tersebut sehingga

    membutuhkan waktu lebih lama untuk download file tersebut. Metode NTH pada

    grafik rata-rata delay terlihat tidak terjadi perubahan yang signifikan pada grafik

    karena pada metode NTH diimplementasikan teknik mark-packet. NTH membuat

    antrian packet untuk semua link yang tersedia, sehingga transmisi packet pengirim

    ke penerima lebih stabil karena menggunakan semua link dan mengurangi delay

    setiap packet.

    Gambar 4.23 Grafik Rata-rata Delay

    Dari semua metode yang digunakan dapat disimpulkan pada beberapa ukuran

    file download terjadi penurunan koneksi pada metode Failover, ECMP dan PCC

    dan untuk delay dengan index paling bagus yaitu ECMP. Ukuran file lebih kecil

    tidak menentukan delay lebih bagus, dapat dilihat pada grafik rata-rata delay file

    dengan ukuran lebih besar memiliki delay yang stabil, berarti pada implementasi

    ini delay lebih dipengaruhi konektivitas client server dan metode yang digunakan.

    4.2.2 Jitter

    Jitter adalah variasi dari delay, variasi delay merupakan variasi kedatangan

    packet satu dengan packet lain. Tabel 4.2 merupakan hasil dari pengolahan hasil

    capture wireshark untuk parameter jitter. Merujuk pada tabel 2.5 standarisasi jitter

  • TIPHON, menyatakan kategori sangant bagus adalah jitter dengan nilai parameter

    0. Semua metode memiliki jitter kategori sangat bagus kecuali satu yaitu metode

    PCC pada ukuran file 250 MB yang dikategorikan bagus.

    Tabel 4.2 Jitter

    Size Data

    (MB)

    Metode (ms)

    Failover ECMP NTH PCC

    50 0,297 0,169 0,248 0,359

    100 0,614 0,471 0,149 0,221

    150 0,173 0,201 0,070 0,662

    200 0,165 0,159 0,080 0,874

    250 0,160 0,111 0,059 1,164

    300 0,136 0,348 0,073 0,456

    350 0,138 0,159 0,067 0,123

    400 0,146 0,177 0,085 0,110

    450 0,139 0,169 0,099 0,182

    500 0,165 0,170 0,091 0,155

    Gambar 4.24 Grafik Jitter

    Gambar 4.24 Grafik Jitter merupakan jitter dari hasil capture packet pada

    wireshark. Jitter didapatkan dari variasi delay packet satu dengan yang lain. Jitter

    didapatkan dari rumus variasi delay semua packet ([packet 2-pacekt1]+[packet 3-

    packet 2]+[packet ke(n+1)-packet ke(n+1)]) dibagi jumlah packet , oleh sebab itu

    jitter sangat dipengaruhi bagaimana delay packet satu dengan packet dua. Dalam

    nilai jitter tidak terdapat nilai minus pada variasi delay, sehingga jika terdapat

  • minus nilainya harus dibulatkan, karena itu nilai dari jitter lebih besar daripada

    delay.

    Gambar 4.24 Grafik Jitter juga dapat dilihat bahwa grafik jitter hampir sama

    dengan grafik delay pada Gambar 4.23, namun terdapat perbedaan pada metode

    PCC dengan ukuran file 200 MB dan 250 MB. Dimana pada Gambar 4.23 Rata-

    rata Delay menunjukan grafik yang lebih tinggi pada file 200 MB dari pada 250

    MB, sedangkan pada jitter terjadi sebaliknya dimana lebih tinggi file 250 MB dari

    pada 200 MB, jika dilihat dari hasil capture packet ini disebabkan karena besarnya

    delay packet satu dengan yang lain sehingga didapatkan variasi delay yang besar

    pada file 250 MB. Untuk metode yang lain, tidak terlihat perbedaan yang signifikan

    pada grafik jitter maupun delay.

    4.2.3 Packet Loss

    Packet Loss merupakan parameter QoS yang menggambarkan suatu packet

    yang hilang selama proses transmisi packet antara pengirim dengan penerima pada

    jaringan. Tabel 4.3 Packet Loss merupakan hasil olah data dari data capture packet

    wireshark untuk parameter packet loss. Merujuk pada Tabel 2.6 Standarisasi Packet

    Loss pada TIPHON untuk parameter packet loss pada implementasi dikategorikan

    bagus, yaitu rentang nilai packet loss antara 3% sampai 14%.

    Tabel 4.3 Packet Loss

    Size Data

    (MB)

    Metode (%)

    Failover ECMP NTH PCC

    50 10,42 4,32 12,04 11,55

    100 10,02 10,34 10,94 9,86

    150 9,04 9,20 9,67 8,93

    200 9,14 9,04 9,83 9,89

    250 9,05 8,65 9,73 9,62

    300 9,09 8,79 9,70 9,68

    350 9,06 8,73 9,67 9,32

    400 8,97 8,66 9,71 9,16

    450 9,11 8,69 9,84 9,24

    500 9,17 8,68 9,98 9,50

    Gambar 4.25 Grafik Packet Loss merupakan nilai dari parameter packet loss

    hasil olah data pada capture packet wireshark. Dilihat pada grafik terdapat

  • perbedaan grafik yang signifikan pada file ukuran 50 MB untuk metode ECMP.

    Hasil dari capture packet file 50 MB terdapat beberapa IP address untuk download

    file ini yang menunjukan perbedaan server download. Untuk metode ECMP

    koneksi client dengan server memilik IP address 74.125.10.43, sedangkan untuk

    metode Failover, NTH dan PCC koneksi client dengan server memiliki IP address

    118.98.111.208. Dengan perbedaan pada IP address tentu ini berpengaruh karena

    terjadinya perbedaan jalur/link koneksi client dengan server.

    Gambar 4.25 Grafik Packet Loss

    Pada grafik juga dapat dilihat packet loss rata-rata paling tinggi terjadi

    dimetode NTH ini sesuai dengan teknik mark-packet, dimana semua packet

    dibuatkan antrian sehingga antara packet sehingga menggunakan semua link,

    namun dengan begitu juga besar kemungkinan terjadi collision pada packet .

    Meskipun begitu packet loss untuk semua metode dapat dikatakan rata-rata stabil

    karena tidak banyak perubahan signifikan pada setiap ukuran file download.

    4.2.4 Throughput

    Throughput merupakan kecepatan faktual pengirimin packet data antara

    pengirimin dengan penerima. Throughput berkaitan dengan bandwidth, dimana

    bandwidth adalah lebar maksimal jalur koneksi yang mampu dilewati oleh packet

    data. Throughput tidak bisa lebih besar dari bandwidth. Merujuk pada Tabel 2.7

    Standarisasi Throughput TIPHON menyatakan parameter throughput dengan nilai

    diatas >2,1 Mbps adalah kategori terbaik. Tabel 4.4 merupakan hasil capture

  • wirehark yang untuk throughput semua metode yang diimplementasikan. Jika

    merujuk pada tabel 2.4 maka semua metode memiliki parameter throughput

    kategori terbaik. Pada tabel 4.4 metode dengan throughput terendah, failover nilai

    parameter throughput 20,49 Mbps, bahkan lebih baik 10 kali dari kategori terbaik

    berdasar TIPHON.

    Tabel 4.4 Throughput

    Size Data

    (MB)

    Metode (Mbps)

    Failover ECMP NTH PCC

    50 46,33 74,51 54,85 38,86

    100 20,49 27,94 83,64 59,91

    150 74,45 66,57 178,17 22,57

    200 81,23 83,48 156,48 10,22

    250 83,84 82,69 204,30 12,29

    300 96,18 35,66 165,56 29,23

    350 94,80 83,22 179,52 104,64

    400 89,53 75,70 142,34 112,95

    450 95,48 79,05 125,49 72,05

    500 80,05 78,02 139,06 84,51

    Throughput maksimal untuk metode yang diimplementasikan memiliki nilai

    yang berbeda-beda meskipun jumlah link yang digunakan tetap sama. Failover dan

    ECMP memiliki nilai throughput up to 100 Mbps, sedangkan NTH memiliki nilai

    throughput 400 Mbps dengan antrian packet (mark-packet ) dan PCC memiliki

    nilai throughput 400 Mbps dengan both-addresses-and-ports

    Gambar 4.26 Grafik Throughput

  • Gambar 4.26 merupakan grafik hasil capture untuk parameter throughput.

    Dapat dilihat pada grafik tidak stabilnya nilai throughput di setiap rentang ukuran

    file. Metode failover pada grafik menunjukan throughput yang stabil, namun

    terdapat penurunan pada ukuran file 100 MB. Dari hasil capture pada file 100 MB

    terjadi penurunan throughput karena tidak stabilnya koneksi client dengan server

    sehingga menyebabkan lamanya proses download. Metode ECMP pada grafik

    terjadi perubahan yang signifikan pada ukuran file 100 MB dan 300 MB, jika dilihat

    dari hasil capture pada file 100 MB koneksi client dengan server tidak stabil.

    Sedangkan pada file 300 MB koneksi client dengan sever stabil, akan tetapi delay

    packet cukup besar sehingga mengakibat throughput menurun. Selain itu pada

    metode ECMP terdapat algoritma round robin sehinga mengakibat perpindahan

    gateway/link yang digunakan setiap 10 menit.

    Metode PCC pada grafik menunjukan throughput yang tidak stabil setiap

    rentang file download. Dilihat dari capture setiap packet pada metode PCC tidak

    stabilnya koneksi, packet yang dikirim maupun diterima dalam satuan waktu

    tidaklah stabil yang dapat dilihat pada Graph I/O wireshark. Tidak stabilnya dapat

    diakibatkan karena klasifikasi koneksi berdasarkan both-addresses-and-ports,

    dengan menggunakan klasifikasi tersebut PCC akan membuat koneksi berdasarkan

    address dan port pada koneksi didalam jaringan. Klasifikasi ini dalam satu koneksi

    file download akan dipecah berdasarkan address dan port, sehingga menggunakan

    semua link yang tersedia akan tetapi dengan dipecahnya koneksi berakibat delay

    yang besar dan lamanya waktu download.

    Metode NTH pada grafik menunjukan hasil throughput yang jauh berbeda

    dangan metode yang lain yaitu lebih baik dari semua metode. Tingginya throughput

    pada NTH terjadi karena penggunaan antrian mark-packet dimana semua link yang

    tersedia digunakan untuk transmisi packet, sehingga tidak terjadi penumpukan

    packet hanya pada satu link, meskipun tidak stabilnya grafik yang dapat diakibat

    koneksi client dengan server.

  • 19