bab 6 analisa

Upload: boyke-p-sirait

Post on 13-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

I

Rencana Rinci Penanganan Lingkungan Perumahan Dan Permukiman Kumuh Berbasis KawasanLokasi Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

6.1. Analisis Eksternal (Eksternal Linkages)

Analisis eksternal/analisis makro pada dasarnya menggambarkan analisis kawasan perencanaan yang terkait dengan sistem yang lebih luas (eksternal linkages) meliputi :

Struktur dan pola ruang/pemanfaatan ruang baik dalam lingkup dalam RTRW Kota Medan maupun RDTR Medan Belawan serta rencana detail terkait. Daerah-daerah interface/berbatasan langsung dengan kawasan perencanaan baik kondisi saat ini maupun rencana dimasa mendatang/akan datang, seperti adanya rencana KEK disebelah timur kawasan.

Dalam kaitan struktur dan pola ruang yang lebih luas yang terkait dengan kawasan perencanaan dapat dikemukan beberapa hal sebagai berikut : Kelurahan Belawan Bahari diarahkan pada peruntukan permukiman Beberapa kegiatan yang terkait dengan sistem kota berlokasi tidak jauh dari kawasan perencanaan seperti : Pelabuhan, Kawasan Industri Medan (KIM), Kawasan Perdagangan Kota Lama Belawan, Gudang-gudang kontainer dan stasiun Kereta Api Belawan. Keseluruhan kegiatan ini diharapkan mempunyai keterkaitan baik interaksi maupun interdepedensi dengan kawasan perencanaan terkait dengan penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di kawasan perencanaan. Dalam arah pengembangan perumahan dan permukiman untuk kelurahan Belawan Bahari yang masuk kedalam Medan Bagian Utara diarahkan sebagai kawasan permukiman berkepadatan tinggi dengan konsep Kasiba dan Lisiba Berdiri Sendiri. Sedangkan bentuk penanganan kawasan diarahkan pada kegiatan pemugaran, redevelopment dan revitalisasi kawasan khususnya untuk perumahan dan permukiman. Terkait dengan sistem jaringan PSU Kota terdapat beberapa infrastruktur yaitu jaringan jalan baik TOL (TOL BELMERA) maupun arteri primer yang menghubungkan Belawan Medan (Jalan Yos Sudarso). Sedangkan sarana transportasi umum yang bersinggungan dengan kawasan terdapat angkutan umum kota berikut sarana terminalnya. Selain jaringan jalan juga terdapat jaringan rel kereta api yang menghubungkan Belawan Medan yang membelah kawasan, berikut sarana stasiunnya di Kota Belawan. Kesemuanya ini menggambarkan bahwa aksesibilitas kawasan perencanaan sangat baik. Fungsi dan peran Kelurahan Belawan Bahari dalam pusat sistem pelayanan, merupakan sub pusat kegiatan lingkungan dari Kota Belawan. Terkait dengan pengembangan permukiman Kota Medan, kawasan perencanaan dapat diarahkan kedalam dalam bentuk bangunan bertingkat banyak/vertikal seperti rumah susun (rusunawa/rusunami) sesuai dengan arahan pengembangan dalam RTRW Kota Medan.

6.2. Analisis Internal (Internal Linkages)6.2.1Analisis Fisik DasarBerdasarkan data sebelumnya di kawasan perencanaan terdapat Sei. Deli yang lokasinya bersinggungan dengan sebagian kawasan perencana. Fungsi Sei Deli bagi penduduk di kawasan perencanaan selain digunakan sebagai pembuangan drainase air buangan rumah penduduk, juga digunakan sebagai sarana transportasi air nelayan setempat dalam melaksanakan aktivitas sehari-harinya. Oleh karenanya pada kawasan perencanaan ini terdapat pula lokasi bongkar muat hasil tangkapan laut berupa ikan dan kerang.

Kajian ini menerapkan analisis deskriptif dalam pengelolaan data dengan memuat analisis non-fisik sarana prasarana dan unsur fisik sarana prasarana. Jenis data dilihat dari format atau isinya dapat dikelompokkan sbb: Data grafis terdiri dari Peta (lokasi, topografi, tata guna tanah, penggunaan sarana prasarana, dan sebagainya), Data tekstual meliputi Tabel Data (format manual atau digital), Data Atribut serta Data Teknis.

Analisis data dilakukan berdasarkan 2 (dua) bentuk analisis yaitu: 1. Analisis deskriptif data non fisik sarana prasarana (sosial ekonomi), analisis ini dilakukan dengan membuat tabulasi data terutama untuk mengolah data-data hasil survey. Teknik statistika yang digunakan dalam analisis data tabulasi ini ditunjukkan dalam tabel distribusi data baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dengan melakukan analisis distribusi frekuensi, mean, median, modus dan simpangan. 2. Analis deskriptif fisik sarana prasarana secara spasial dilakukan dengan menggunakan teknologi piranti lunak meliputi pengolahan data yang dipadukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk analisis data non fisik sarana dan prasarana telah disampaikan terdahulu. Pada analisis ini disampaikan analisis descriptive fisik.

A. Analisis TopografiAnalisis topografi ini merupakan proses dalam pembuatan peta dasar, peta yang digunakan sebagai data dasar untuk melakukan analisis-analisis lainnya. Peta Topografi merupakan peta dasar yang memuat informasi tentang relief, drainage dan semua hal fisik (bangunan, jalan, jembatan, kuburan dsbnya) yang tergambar pada peta sebagai informasi spasial. Analisis dilakukan untuk memahami topografi wilayah penelitian. Manganalisis pola-pola kontur yang membentuk relief, menganalisis pola aliran sungai, menganalisis penyebaran penggunaan sarana prasarana dan infrastruktur dll.

Dalam penerapannya sesuai dengan prinsip efektif, efesien dan ekonomis yang berorientasi kemasa depan, diperlukan suatu cara tersendiri atau suatu metodologi yang khas sesuai dengan kepentingannya. Sehubungan dengan hal ini perlu kiranya dilakukan suatu Konsep Disain (Conceptual Design).

Metodologi Konsep Desain yang dianggap sesuai adalah metodologi model informasi atau metodologi berorientasi data fokus utama. Metodologi ini ialah data dimana dunia nyata digambarkan dalam bentuk entitas, atribut data serta hubungan antar data tersebut. Untuk menampilkan data area kajian ini secara lengkap dan bisa diakses dengan mudah dan berstruktur maka dibuatkan suatu desain basis data dalam bentuk layers atau lapisan-lapisan data sehingga berbagai jenis data dalam bentuk peta, tabel data maupun grafik dapat ditampilkan secara bersamaan, dalam format Sistim Informasi Geografis. Berdasarkan hasil survey lapangan setelah dilakukan plotting, identifikasi serta analisis dihasilkan output sebagai berikut :1. Peta Dasar beserta Kontur2. Luas Area3. Potongan Melintang dan Potongan Memanjang

Hasil dari analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut di bawah ini :a. Peta Dasar beserta Kontur untuk lebih jelasnya mengenai peta kontur dapat dilihat pada peta 6.1.b. Luas AreaDari hasil perhitungan terhadap peta dasar tersebut di atas adalah sebagai berikut : Luas Area Kajian Total = 42,16ha = 520,000.00 m2 Luas Area Basah (Rawa-rawa) : Rawa 1 = 44192.68 m2 Rawa 2 = 5768.13 m2 Rawa 3 = 878.83 m2 Kepadatan Bangunan = 30%xluas total = 126,480.00 m2Untuk lebih jelasnya mengenai hasil perhitungan terhadap peta topografi dapat dilihat pada gambar 6.1.

Gambar 6.1 Hasil Perhitungan Peta Topografi

Dari peta topografi di kawasan perencanaan didapat kondisi kawasan dalam bentuk potongan melintang dan memanjang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 6.1Elevasi Potongan Melintang Dari Rel/Batas Lingkungan Sampai Tol/Tanggul(Potongan Per 100 M dengan Pot-1 Dari BM1)

Sumber : Peta Topografi hasil Pengukuran Konsultan, 2010

Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabelisasi potongan melintang dan memanjang tersebut hanya merupakan pendekatan untuk memudahkan pembacaan. Sedangkan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar potongan melintang dan memanjang terlampir Angka yang tercantum adalah angka kontur yang terpotong garis lurus dengan jarak yang berbeda-beda. Untuk potongan memanjang yang terwakili yang dapat dibaca adalah : Potongan 1 (rel dan batas lingkungan) Potongan 2 (tepi bawah rel dan batas lingkungan) Potongan 6 (jalan jalan toll dan tanggul) Potongan 5 (tepi bawah jalan toll dan tanggul).Kesimpulan :Potongan Melintang : Elevasi pada garis batas area Rel Kereta Api adalah lebih tinggi dari garis batas area Jalan Toll, dengan kata lain rata-rata kemiringan tanah menurun dari batas Rel Kerta Api menuju ke garis batas Jalan Toll Jalan Toll dan Rel Kereta Api memilik elevasi di atas area keseluruhan sehingga merupakan tanggul dari Area tersebut.Potongan Memanjang : Dari angka tersebut dapat disimpulkan kemiringan rata-rata kurang dari 1%, dan pada beberapa span ada semacam gundukan. Selanjutnya dapat dikatagorikan tanah datar

B. Analisis HidrologiAnalisis hidrologi pada kajian ini dititik beratkan pada analisis hidrologi terkait dengan banjir yang selalu melanda area kajian. Sebelum menginjak pada analisis kuantitative terlebih dahulu dipaparkan pengertian hidrologi

Peran kajian hidrologi dalam pengendalian daerah terkena banjir, idealnya kajian lebih ditekankan pada tinjauan secara menyeluruh terhadap komponen-komponen daur hidrologi, pengaruh antar komponen serta kaitannya dengan komponen penyusun ekosistemnya. Harapannya diperoleh hasil kajian yang mendalam dan menyangkut berbagai aspek dalam ekosistem. Mengingat pentingnya kajian secara menyeluruh tentang konsep hidrologi maka diperlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar tentang konsep hidrologi itu sendiri.

Hidrologi adalah cabang Geografi Fisis yang berurusan dengan air di bumi, sorotan khusus pada propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan. Khususnya mempelajari kejadian air di daratan, deskripsi pengaruh bumi terhadap air, pengaruh fisik air terhadap daratan, dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan di bumi. (Linsley et al, 1949)

Ruang lingkup hidrologi mencakup :1. Pengukuran, mencatat, dan publikasi data dasar.2. Deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.3. Analisa data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang ada pada hidrologi.4. Aplikasi teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah praktis.

Istilah-istilah Hidrologia. PresipitasiHujan (presipitasi) merupakan masukan utama dari daur hidrologi dalam DAS. Dampak kegiatan pembangunan terhadap proses hidrologi sangat dipengaruhi intensitas, lama berlangsungnya, dan lokasi hujan. Karena itu perencana dan pengelola DAS harus memperhitungkan pola presipitasi dan sebaran geografinya.

b. IntersepsiHujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk daun maupun batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya segera menguap. Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, jenis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia utara sekitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada tajuk daun bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon. Intersepsi akan mengurangi hujan yang menjadi run off.

c. Throughfall, Crown drip, SteamflowHujan yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di lantai hutan melalui sela-sela tajuk, bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera tetes sebagai crown drip. Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.

d. Infiltrasi dan PerkolasiProses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi, sedang perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu.

e. Kelengasan TanahKelengasan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah. Kelengasan tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi, dan perkolasi. Pada saat kelengasan tanah dalam keadaan kondisi tinggi, infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat kelengasan tanah rendah. Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah.

f. Simpanan Permukaan (Surface Storage)Simpanan permukaan ini terjadi pada depresi-depresi pada permukaan tanah, pada perakaran pepohonan atau di belakang pohon-pohon yang tumbang. Simpanan permukaan menghambat atau menunda bagian hujan ini mencapai limpasan permukaan dan memberi kesempatan bagi air untuk melakukan infiltrasi dan evaporasi.

g. Runoff Adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff.

h. Limpasan Permukaan (Surface Runoff)Limpasan permukaan (Surface Runoff) adalah bagian curah hujan setelah dikurangi dengan infiltrasi dan kehilangan air lainnya. Limpasan permukaan ini berasal dari overlandflow yang segera masuk ke dalam alur sungai. Aliran ini merupakan komponen aliran banjir yang utama.

i. Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Runoff)Aliran bawah permukaan merupakan bagian dari presipitasi yang mengalami infiltrasi dalam tanah yang kemudian mengalir di bawah permukaan tanah dan menuju alur sungai sebagai rembesan maupun mata air.

Selanjutnya pada analisis ini hanya dibahas mengenai runnoff karena pembahasan istilah-istilah karena untuk analisis yang lainnya diperlukan kajian khusus hidrologi. Banjir adalah jumlah debit air yang melebihi kapasitas pengaliran tertentu, atau meluapnya aliran air pada palung sungai atau saluran sehingga air melimpah dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran.

Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat disebut sebagai genangan air yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh :1) Perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS)2) Pembuangan sampah3) Erosi dan sedimentasi4) Kawasan kumuh sepanjang jalur drainase5) Perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat6) Curah hujan yang tinggi7) Pengaruh fisiografi/geofisik sungai8) Kapasitas sungai dan drainasi yang tidak memadai9) Pengaruh air pasang10) Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang surut air laut)11) Drainase lahan12) Bendung dan bangunan air13) Kerusakan bangunan pengendali banjir.

6.2.2Analisis Hidrologi Terkait Analisis TopografiAnalisis hidrologi hubungannya dengan banjir tentu terkait dengan keadaan topografi pada area tersebut :1. Tinjauan beberapa penyebab banjir pada area tersebut, yaitu : Disebabkan oleh Rob (genangan akibat pasang surut air laut) Pengaruh pasang surut sungai dimana prilaku pasang surut air sungai pada daerah muara dapat terjadi oleh dua sebab : Pertama terjadinya air pasang sepanjang aliran hulu Kedua terjadinya air laut pasang sehingga mengakibatkan arus balik sehingga terjadi air pasang Drainase lahan yang tidak memadai Elevasi area lebih rendah dari pada elevasi sungai sebagai pembuangan akhir2. Tinjauan terhadap Rob dimana elevasi air pasang rata-rata = + 7.8 Untuk lebih jelasnya mengenai elevasi di kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel 6.2 dan tabel 6.3 berikut :

Tabel 6.2Elevasi Air Pasang Terhadap Elevasi Area

Sumber : Hasil Pengukuran dan Analisa, 2010

Tabel 6.3Selisih Air Pasang Terhadap Elevasi Area

Sumber : Hasil Pengukuran dan Analisa, 2010Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab banjir adalah akibat Rob (genangan akibat pasang surut air laut), yang masuk melalui Saluran (Instalasi Pipa Pertamina) dan Terowongan Tol. Pada area tersebut drainase sangat minim untuk pembuangan akhir terdapat kendala dimana elevasi area permukaan lebih rendah dari pada elevasi sungai sebagai pembuangan akhir. Dilain pihak karena kondisi kawasan perencanaan berupa rawa, hal ini mengindikasikan air tanahnya tinggi sehingga resapan air hujan lama. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya genangan di kawasan perencanaan. Untuk menganalisa dan mendapatkan hasil perencanaan terkait dengan kondisi rob di kawasan perencanaan didasarkan pada data curah hujan bulanan yang terkait dengan kawasan perencanaan. Adapun data curah hujan dapat dilihat pada tabel 6.4 dan analisa terkait dengan curah hujan dapat dilihat pada uraian berikut.

Tabel 6.4Curah Hujan Bulanan Kota Medan dan SekitarnyaTahun 1993 -2008

Sumber : Medan Dalam Angka

Tabel 6.5Analisis Curah Hujan Bulanan

Sumber : Medan Dalam AngkaTabel 6.6Analisis Curah Hujan Bulanan

PERHITUNGAN DEBIT AIR HUJAN UNTUK SALURAN INDUKRumus :Xr= ?X/nSx= (?(X-X)2/n)0.5XT= Xr + Sx/Sn*(YT-Yn)YTYndidapat dari tabel 5, 6, 7SnIntensitas Curah Hujan ( I ) = 90%*XT/(durasi penyebaran)Durasi Penyebaran dianggap =4jam(Van Breen)Waktu Konsentrasi ( Tc )Tc =T1 + T2T1 =(2/3*3.28*Lo*(nd/s0.5)0.167T2 =L/(60*V)Keterangan :Tc =waktu konsentrasi (menit)t1 =waktu inlet (menit)t2 =waktu aliran (menit)Lo =jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)L =panjang salurannd =koefisien hambatan (tabel 8)s =kemiringan daerah pengaliranV =kecepatan air rata-rata di selokan (m/dt)Koefisien ( C ) :C =(C1*A1+C2*A2+C3*A3)/(A1+A2+A3)Debit ( Q) :Q =(1/3.6)*C*I*A

Dari rumusan dan perhitungan mengenai kondisi air hujan di kawasan perencanaan didapat dimensi saluran untuk penanganan kondisi fisik lingkungan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

6.2.3Analisis Penggunaan LahanPenggunaan lahan di kawasan perencanaan ini didominasi oleh perumahan. Penggunaan lahan untuk perumahan sangat dominan terutama pada lingkungan VI, VIII dan X. Hampir seluruh lahan di lingkungan tersebut diisi oleh bangunan rumah. Beberapa bangunan sosial seperti mesjid dan kantor kelurahan terdapat juga di lingkungan ini. Kondisi tersebut berbeda dengan kondisi di lingkungan XI, penggunaan lahan di area ini tidak didominasi hanya oleh perumahan, terdapat juga ruang terbuka berupa kolam dan rawa.

Penggunaan lahan di sepanjang jalan Yos Sudarso sebagian besar digunakan untuk kegiatan perdagangan, banyak terdapat toko, warung makan, bengkel mobil, bengkel las dan sebagainya.

6.2.4Analisis Kondisi dan Penggunaan Bangunan

Berdasarkan hasil kusioner di kawasan perencanaan terkait dengan kondisi bangunan diketahui bahwa kondisi bangunan adalah sedang dengan arti komponen pembangunan rumah yang rusak terdiri dari satu atau 2 unit saja. Dari analisis SPSS yang dilakukan jumlah jumlah dengan kondisi sedang sebanyak 60%, sedangkan jumlah rumah dengan kondisi baik (semua item pembangunan rumah masih kokoh) sebanyak 12%, sedangkan jumlah rumh dengan kondisi rusak atau hampir semua item pembangunan telah rusak/tidak kokoh sebanyak 28%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6.7Analisis Kondisi Bangunan Rumah Di Kawasan Perencanaan FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidBaik612.012.012.0

Sedang3060.060.072.0

Buruk1428.028.0100.0

Total50100.0100.0

Sumber : Hasil Analisa, 2010

Jika dilihat komponen rumah banyak rumah yang ada di kawasan perencanaan tidak dalam kondisi sehat. Hal ini terlihat dari lantai rumah dan ventilasi rumah serta pembagian ruang di dalam rumah. Dari analisa yang digunakan dengan metode SPSS maka diperoleh hasil 50% berlantai kayu dengan jumlah rumah tidak memiliki ventilasi. Hal ini menunjukan bahwa rumah di kawasan perencanaan tidak memunuhi standar kriteria rumah sehat dan layak huni, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.8.Tabel 6.8Analisis Kondisi Lantai Rumah Di Kawasan Perencanaan FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidUbin2040.040.040.0

Kayu2550.050.090.0

Tanah510.010.0100.0

Total50100.0100.0

Sumber : Hasil Analisa, 2010

6.2.5.Analisis Status LahanBerdasarkan status kepemilikan lahan yang terdiri dari tiga kepemilikan:a. Tanah milik/girigb. Tanah Garap (Milik Sultan Deli atau Eks. Sultan Deli) c. Tanah Negara (PT. KAI, PT. Pertamina, PT. Jasa Marga (TOL BELMERA), PT. PGN)

Sebagian besar status lahan di Kelurahan Medan Belawan merupakan lahan garapan yang dikuasai oleh warga setempat, lahan milik PT.Pertamina terletak disepanjang Kanal yang melintasi kawasan dengan jarak sempadan sungai 5 m, Lahan milik PT KAI dengan sempadan 18 m juga melalui kawasan perencanaan. Selain itu kawasan juga berbatasan dengan jalan Tol belmera dengan daerah milik jalan 10 m. Pada kegiatan ini kawasan perencanaan sudah mendapat persetujuan dari pemerintah setempat. Kegiatan penyusunan lokasi Rencana Rinci Penanganan Lingkungan Perumahan Dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan (PLP2K-BK) Kota Medan didasarkan pada : Surat Walikota Medan No. 650/15077 tentang usulan Pemerintah Kota Medan untuk lokasi penanganan lingkungan perumahan dan permukiman berbasis kawasan tahun 2010, yang terdiri dari Kelurahan Belawan Bahari, Kelurahan Belawan II, Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Bantan, Kelurahan Anggrung. Surat Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara No. 660.1/1208-TARUKIM Prov. SU/2009 tentang usulan pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk lokasi penanganan perumahan dan permukiman kumuh berbasis kawasan tahun 2010, lokasi yang dimaksud adalah Kelurahan Belawan Bahari, Kelurahan Belawan II,dan Kelurahan Kota Bangun.

Berdasarkan hal tersebut diatas ditambah dengan adanya jaminan dari pihak kelurahan bahwa dari status lahan dari sebagian besar kawasan tidak bermasalah. Pada beberapa lokasi yang merupakan lahan milik negara dikembalikan ke fungsi asalnya.

6.2.6Analisis KependudukanJumlah penduduk yang relatif besar seharusnya merupakan potensi yang besar pula bagi kawasan perencanaan. Saat ini Kelurahan Belawan Bahari terdiri dari 13 lingkungan yang terdiri dari 2.757 KK (Kepala Keluarga), dengan jumalh penduduk terdata pada tahun 2010 sebanyak 13.007 jiwa. Peningkatan penduduk berkisar 2.9% pertahun (berdasarkan hasil perhitungan terhadap perkembangan jumlah penduduk).

A. Jumlah, Perkembangan dan Kepadatan PendudukDari data perkembangan penduduk selama kurun waktu dari tahun 2003 2010 penduduk yang ada terus meningkat, meskipun pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah penduduk tapi hal tersebut tidak begitu berarti. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 6.9. dan gambar 6.2 berikut :

Tabel 6.9Perkembangan Jumlah PendudukTahun 2003 - 2010

Gambar 6.2Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2003 - 2010

Dilihat dari kepadatan penduduk yang ada dikawasan perencanaan diketahui bahwa kepadatan cukup dikawasan perencanaan sebesar 233,32 jiwa/Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel 6.10 dan Peta 6.2.Tabel 6.10Jumlah dan Kepadatan Penduduk

B. Analisis Proyeksi PendudukRencana Rinci Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan merupakan rencana pembangunan jangka menengah dengan rentang waktu lima tahun periode 2010 2015, sehingga dapat ditentukan proyeksi kebutuhan terhadap semua sektor pendukung, seperti proyeksi kebutuhan srana dan prasarana, fasilitas umum, sosial dan lainnya.

Persentase laju pertumbuhan penduduk adalah perkiraan laju pertambahan penduduk yang terjadi setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh adanya kelahiran, kematian dan migrasi. Untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi penduduk dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6.11.Proyeksi Jumlah Penduduk Kelurahan Belawan Bahari Tahun 2010 2015

Dari tabel diatas untuk lebih jelasnya terkait dengan kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 6.12.Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perencanaan Tahun 2010 2015

Dari tabel diats diketahui bahwa jumlah penduduk di tahun akhir perencanaan yaitu poada tahun 2015 sebanyak 10.435 jiwa.

6.3. Peta Kepadatan Penduduk

6.2.7Analisis PerumahanAnalisis Back log terkait dengan jumlah kebutuhan rumah, hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah kebutuhan akan rumah juga akan meningkat. Saat ini di kawasan perencanaan jumlah rumah yang ada sebanyak 1.054 unit rumah yang terdiri dari rumah tembok, rumah tembok dan kayu serta rumah kayu. Untuk lebih jelasnya mengenai back log di kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.13.Analisis Back Log di Kawasan Perencanaan

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah rumah saat ini tidak dapat menampung jumlah penduduk yang ada di kawasan perencanaan, hal ini terlihat dari jumlah rumah yang ada tahun 2010 sebanyak 1054 unit sedangkan jumlah rumah seharusnya sesuai dengan jumlah penduduk adalah sebanyak 1.453 unit. Jika dilihat hingga tahun akhir perencanaan jumlah kebutuhan rumah didasarkan atas proyeksi jumlah penduduk jumlah kebutuhan rumah di kawasan perencanaan adalah sebanyak 1.678 unit. Selain melihat kebutuhan rumah, terkait dengan perumahan adalah kebutuhan lahan.

Dari hasil pengukuran dilapangan lahan efektif pengembangan permukiman seluas 31.08 Ha. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan kebutuhan lahan untuk perumahan sampai dengan tahun akhir perencanaan adalah 34.38 Ha, oleh karena rencana pengembangan perumahan diarahkan untuk pembangunan secara vertikal (rumah susun) mengingat lahan pengembangan di kawasan perencanaan sudah tidak memenuhi lagi. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan lahan perumahan dapat dilihat pada tabel 6.14.

Tabel 6.14.Analisis Kebutuhan Lahan Permukiman di Kawasan Perencanaan

6.2.8Analisis Sarana6.2.8.1Sarana PendidikanAdapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini meliputi :a. Taman kanak-kanak (TK), merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar pada tingktan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan bermain, yitu 75% selebihnya bersifat pengenalan. b. Sekolah Dasar (SD), merupakan bentuk satuan pendidikan dsar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun.c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), yang merupakan satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun setelah Sekolah Dasar (SD).d. Sekolah Menengah Umu (SMU), merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang tinggi. e. Sarana pembelajaran lain, dapt berupa taman bacaan ataupun perpustakaan umum lingkungan yang dibutuhkan di lingkungan perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi, menambah keterampilan serta srana penunjang pendidikan.

Untuk mengetahui kebutuhan sarana pendidikan yang ada di kawasan perencanaan dapat digunakan standar SNI 03-1733-1989 mengenai tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6.15.Kebutuhan Sarana Pendidikan

Tabel 6.16.Proyeksi Penduduk Berdasarkan Usia Sekolah

Tabel 6.17.Proyeksi Sarana Pendidikan

Dari analisa yang dilakukan terhadap kebutuhan fasilitas pendidikan yang ada di kawasan perencnaan semua fasilitas pendidikan umum telah tersedia, yang perlu disediakan adalah taman bacaan. Hal ini sangat menunjang dalam peningkatan sosial masyarakat di kawasan perencanaan dan menumbuhkan minat baca di kawasan perencanaan serta dapat mengurangi tingkat buta huruf yang ada di kawasan perencanaan.

6.2.8.2Sarana Kesehatan Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehtan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strateis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.Tabel 6.18.Standar Sarana Kesehatan

Untuk mencapai kondisi ideal pemenuhan akan sarana kesehatan di pada thn 2014, maka kebutuhan dihitung berdasarkan proyeksi penduduk. Dari hasil proyeksi diketahui di kawasan perencanaan yang dibutuhkan adalah balai pengobatan warga. Tabel 6.19Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan

6.2.8.3Sarana PeribadatanSarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan.

Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan yang ada di kawasan perencanaan ke ruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini terkait dengan bentukan group atau bangunan/blok yang nantinya lahir sesuai konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kbutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas peribadatan dapat dihat pada tabel 6.20 dan proyeksi kebutuhan pada tabel 6.21. Tabel 6.20.Standar Sarana Peribadatan

Tabel 6.21.Pyoyeksi Sarana Peribadatan

6.2.8.3. Analisis Kebutuhan Ruang TerbukaRuang terbuka hijau merupakan kompenen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman, atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Pean dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri No. 4 Tahun 1988, yang menyatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau yang populasinya disominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam memanfaatkan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.

Penggolongan sarana Ruang Terbuka Hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk. Keseluruhan jenis Ruang Terbuka Hijau tersebut di antaranya : a. Setiap unit RT kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal satu untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada kota, baik udara segar maupun cahaya matahari, sekaligus tempat bermain anak-anak.b. Setiap unit RW kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-kurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250penduduk sebaiknya, yang berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan olahraga kegiatan olahraga. c. Setiap unit kelurahan kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman dan lapanganolahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area terbuka, seperti pertandingan olah raga, upacara serta kegiatan lainnya. d. Setiap untuk kecamatan kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurang-kurangnya satu lapangan hijau terbuka yang berfungsi sebagai tempai pertandingan olah raga (tenis lapangan, bola basket, dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan tempat yang luas dan terbuka. e. Setiap unit kecamatan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurang-kurangnya satu ruang terbuka yang berfungsi sebagai kuburan/pemakaman umum.f. Selain tanaman dan lapangan olahraga terbuka, harus disediakan jalur-jalur hijau sebagai cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai filter dari populasi yang dihasilkan oleh industri dengan lokasi menyebar.g. Diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta api dan jalur pengaman bagi penempatan utiltas kota dengan lokasi menyebar. h. Pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai sebagai ruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk) dan olahraga.

Kebutuhan luas lahan ruang terbuka hijau berdasarkan kapasitas pelayanan sesuai jumlah penduduk dengan standar 1m2/penduduk. Kebutuhan lahan tersebut adalah : a. Taman untuk unit Rukun Tetangga (RT) 250 penduduk, sekurang-kurangnya diperlukan 250 m2 atau dengan standar 1 m2/penduduk.b. Taman Untuk Rukun Warga 9RW) 2.500 penduduk, dibutuhkan 1.250 m2 atau dengan standar 0.5 m2/penduduk yang lokasinya dapat disatukan engan kegiatan RW lainnya, seperti balai pertemuan, pos hansip dan sebagainya.c. Taman dan lapangan olahraga untuk unit kelurahan 30.000 penduduk, diperlukan lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0.3m2/penduduk.d. Taman dan lapamham olahraga ntuk unit kvecamatan 120.000 penduduk, diperlukan lahan seluas 24.000 m2(2.4 Ha) atau dengan standar 0.2 m2/penduduk.e. Dibutukan jalur hijau seluas 15 m2/penduduk untuk yang lokasinya menyebar.f. Besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian setempat dan/atau sistem penyempurnaan.

Di kawasan perencanaan, ruang terbuka yang ada terdiri dari lahan kosong milik warga yang belum dibangun, bantaran rel dan ruang terbuka yang merupakan daerah milik jalan Tol belmera. Dikawasan perencanaan juga terdapat ruang terbuka berupa kolam-kolam retensi dan kanal milik PT.Pertamina. Ruang terbuka yang berfungsi sebagai sarana bagi kegiatan publik dan olahraga belum tersedia di kawasan perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan sarana ruang terbuka pada kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6.22Proyeksi Sarana Ruang Terbuka Hijau

6.2.8.4. Analisis Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan RekreasiSarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk mewadahi berbagai kegiatan kebutaan dan/atau rekreasi, seperti balai warga, gedung pertemuan, gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dam lain-lain. Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan umum sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat terintegrasi menurut kepentingannya pada waktu yang berbeda-beda.

Penetapan jenis/macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu daerah sangat tergantung pada kondisi setempat area tersebut, yaitu menyangkut faktor-faktor :a. Tata kehidupan penduduknyab. Struktur sosial penduduknya.

Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan sarana kebudayaan da rekreasi dapat dilihat pada tabel 6.23.Tabel 6.23Proyeksi Sarana Kebudayaan

6.2.9Analisis PrasaranaA. Sistem DrainaseLingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peratuan/perundang-undangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan.

Sistem drainage yang ada di kawasan perencanaan merupakan pola grid, karena berada di sisi jalan-jalan lingkungan yang juga berpola grid. Kawasan perencanaan seperti mangkok, berpotensi tergenang akibat air hujan, oleh karena itu perlu dibuat pond di elevasi yang paling rendah yaitu di lingkungan VIII. Semua kawasan dihubungkan dengan saluran terbuka menuju ke pond, kemudian dari pond disalurkan ke bak-bak tampungan didekat sungai deli untuk kemudian dipompa ke sungai. Pompa ini harus dikelola oleh warga untuk perawatannya karena tergenang atau tidak nya kawasan ini akan sangat bergantung pada operasional pompa ini.

B. Sistem Pengadaan Air Bersih Mengutip Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indinesia No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Air bersih disini kita kategorikan hanya yang layak dikonsumsi, bukan layak untuk digunakan sebagai penunjang aktifitas seperti untuk MCK. Karena standar air yang dipergunakan untuk konsumsi jelas lebih tinggi daripada untuk keperluan selain konsumsi.

Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas air tersbut baik secara fisik, kimia dan juga mikrobiologi.1. Syarat Fisik, antara lain:a. Air harus bersih dan tidak keruh;b. Tidak berwarna apapun;c. Tidak berasa apapun;d. Tidak berbau apapun;e. Suhu antara 10-25 0C (sejuk);danf. Tidak meninggalkan endapan.2. Syarat Kimiawi, antara lain:a. Tidak mengandung bahan kimia yang mengandung racun;b. Tidak mengandung zat-zat kimia yang berlebihan;c. Cukup Yodium; dand. PH air antara 6,5-9,23. Syarat Mikrobiologi adalah tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera dan bakteri patogen penyebab penyakit.Seperti kita ketahui standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan standar tersebut, maka yang terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya investasi dalam pengadaan air bersuh tersebut, baik instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air , maka akan semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Dalam penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak, mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.173/Menkes/PER/VII/1997, penyediaan air harus memenuhi kualitas dan kuantitas yaitu:a. aman dan higienis;b. Baik dan layak diminum;c. tersedia dalam jumlah yang cukup; dand. Harganya relatif murah dan terjangkau e. Harganya relatif murah, maka air konsumsi yang kita gunakan akan aman bagi kesehatan kita;(Sumber;peraturan Pemerintah Rebuplik Indonseia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum)

Secara umum, setiap rumah harus dapat terlayani air bersih yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air bersih sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan.Beberapa ketentuan yang terkait adalah:a. SNI 03-2399-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.b. SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidrant untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada bangunan Rumah dan Gedung.

Secara umum, kawasan perencanaan tidak memiliki sistim air bersih yang terencana. Sebagaimana kita ketahui, air bersih di kawasan ini hanya mengandalkan sumur artesis yang hanya dimiliki beberapa rumah kemudian didistribusi-kan secara perorangan kerumah-rumah warga menggunakan selang air. Sedangkan kebutuhan air bersih berdasarkan standar untuk permukiman sesuai dengan SNI dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6.24Kebutuhan Prasana Air Bersih dan Kran Umum

Ada dua alternatif sistim air bersih :1. Sistem air bersih dengan pompa komunal. Ditempatkan beberapa pompa di di lokasi tertentu, dilengkapi dengan menara air (water torren) dan kemudian di distribusi kerumah warga dengan jaringan pipa terbuka. Rumah pompa tersebut dikelola oleh warga setempat seperti perawatan pompa dan jaringan pipanya. Keuntungan sistem ini adalah jika terdapat gangguan, cabang lain dari jaringan ini tidak terganggu. Kerugian tekanan air dapat berbeda antara satu cabang dengan cabang lainnya dalam satu jaringan yang sama.

2. Sistem air bersih tertutupRumah pompa untuk men-supply area tertentu dengan jaringan pipa tertutup. Keuntungan sistem ini adalah tekanan air relatif sama di semua lokasi, kerugian jika terdapat gangguan maka seluruh sistem harus dihentikan terlebih dahulu sehingga mengganggu pengadaan air bersih secara keseluruhan.

C. Sistem PersampahanLingkungan perumahan harus dilayani sistem persampahan yang mengacu pada:a) SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional pengolahan sampah Perkotaanb) SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengolahan Sampah di Permukiman;c) SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah.Kawasan perencaan didominasi oleh perumahan, maka sampah yang dihasilkan dari kawasan ini didominasi oleh sampah domestik. Di kawasan ini pun terdapat kegiatan pengeringan ikan dan kerang, meskipun demikian sampah yang dihasilkan lebih banyak berupa limbah cair hasil pencucuian ikan dan kerang tersebut. Adapun kebutuhan prasarana persampahan yang ada di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut : Tabel 6.25Kebutuhan Prasana Persampahan

Tabel 6.26Proyeksi Kebutuhan Alat Sampah Tahun 2015

D. Sistem Air LimbahLingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai dengan ketentan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satunya sdslsh SNI -03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satunya adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta Pedoman tentang Pengelolaan Air Limbah Secara Komunal pada Lingkungan Perumahan yang Berlaku.

Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:a) Septik tank;b) Bidang resapan;danc) Jaringan pemipaan air limbah.

Secara umum, limbah cair yang ada di Kawasan ini didominasi oleh limbah kamar mandi dan cucian yang cenderung mengandung deterjen dan sabun. Ada juga limbah cair hasil cucian ikan atau kerang yang cenderung kotor, difilter terlebih dahulu untuk kemudian dibuang melalui saluran terbuka disatukan dengan saluran air hujan.

6.2.10Analisis EkonomiBerdasarkan data yang ada pada bab sebelumnya, kawasan perencanaan merupakan kawasan yang dengan dominasi mata pencaharian penduduknya adalah nelayan. Selain itu di kawasan perencanaan banyak terdapat industri rumah tangga berupa pengolahan ikan asin dan kerang. Permasalahan yang terjadi adalah tidak adanya kepastian sistem pemasaran terhadap usaha industri rumah tangga, karena harga hasil produksi sudah ditekan oleh inang-inang atau toke-toke yang datang dari Medan. Adapun analisa ekonomi dengan melihat peluang usaha yang dihasilkan oleh setiap kegiatan ekonomi yang ada dan penyerapan tenaga kerjanya. Untuk kegiatan yang ada di kawasan perencanaan ikan asin dan kerang dapat menyerap 4 6 orang tenaga kerja untuk setiap 1 unit usaha home industri. Untuk lebih jelasnya peluang usaha mulai dari modal hingga produksi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6.27Peluang Usaha Kegiatan Ikan Asin dan Kerang Rebus

Kawasan perencanaan merupakan kawasan potensial untuk berkembang mengingat tersedianya tenaga kerja serta lokasi yang strategis terhadap kawasan sekitarnya. Potensi tersebut diantaranya adalah: Sektor Pendorong perkembangan ekonomi lokal:sektor perikanan. Kegiatan usaha terkait:pengeringan ikan asin dan pemrosesan kerang Produk jual saat ini:ikan asin, kerang rebus,kerang beku dan kerang bahan olah makanan 50% dari total penduduk adalah :nelayan ikan dan nelayan kerang Terdapat sebanyak 73 KK(450 org) bergerak di kegiatan home indusrty , ikan asin,kerang dan udang rebus. Pemasaran saat ini:ke pusat Pasar Sambu, Pajak Berayan dan diambil inang dan tauke keluar Kota Medan Kelembagaan ekonomi saat ini:terdapat koperasi terbatas terkait dengan pengadaan alat tangkap perikanan yang disponsori oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lokasi sebaran industri kerang dan ikan asin: -Ikan asin:lingkungan VI, VIII, IX dan III (diluar kawasan perencanaan) -Kerang:lingkungan XI, dan III (diluar kawasan perencanaan) Nilai Ekonomi yang dihasilkan:masih dalam taraf susbistem (mencukupi untuk daerah sendiri)

A. Ikan AsinIkan asin merupakan usaha rumah tangga yang banyak dilakukan di kawasan perencanaan, usaha ini banyak dilakukan oleh ibu-ibu dikawasan perencanaan. Hal ini untuk mendukung ekonomi keluarga, dimana hasil tangkapan suami mereka yang diperoleh dari laut dilanjutkan dengan usaha lain agar memiliki nilai tambah. Untuk kegiatan ini modal yang diperlukan tidak banyak, tapi tidak semua usaha rumah tangga ini memperoleh ikan dari hasil tangkapan suami/anggota keluarga yang melaut. Kadang kala mereka membeli ikan dari pasar terdekat sehingga membutuhkan modal yang besar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di kawasan perencanaan para pengusaha kecil ini kesulitan modal dan harga yang ditawarkan oleh toke ataupun inang-inang yang datang ke kawasan perencanaan rendah, sehingga para pengusaha ini butuh bantuan dana untuk meneruskan usaha mereka sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga. Untuk lebih jelasnya mengenai kegiatan usaha ikan asin di lokasi perencnaan dapat dilihat pada gambar berikut :

Ikan hasil tangkapan

Proses Pembersihan

Toke/Inang-iangPenjualan/Pemasaran

Proses Pengasinan/Penggaraman

Medan dan Sekitarnya

SumateraPenjemuran

Jawa dan Sekitarnya

Gambar 6.4 Bagan Kegiatan Usaha Ikan Asin Di Kawasan Perencanaan

Gambar 6.5 : Pengamatan Kondisi Ekonomi Masyarakat Lokasi Perencanaan ( Proses Ikan Asin)

Selain mengeluhkan modal, kondisi jalan lingkungan yang sering tergenang menyebabkan proses pengasinan ikan berlangsung lama, proses pengangkutan dari tempat pengeringan ke rumah/tempat pengmpulan menjadi cukup lambat karena menunggu air surut terlebih dahulu.

B. Pengolahan Kerang DaraKerang juga termasuk kedalam usaha kegiatan ekonomi di kawasan perencanaan, dari hasil observasi yang dilakukan saat ini kawasan perencanaan mampu untuk memproduksi kerang sebanyak 2 ton sehari, yang menjadi permasalahan adalah belum adanya sistem pemasaran kerang, sehingga para pengusaha kerang ini masih lambat untuk berkembang. Selain itu permasalahan lainnya adalah pembuangan kerang berupa cangkangnya belum ada pembuangan akhirnya, sehingga sampah kerang banyak ditumpuk di jalan-jalan lingkungan yang ada di kawasan perencanaan. Kalau dilihat dari pohon industri kerang, usaha ini memiliki banyak potensi pengembangan hal ini terlihat dari setiap bahan yang kerang dapat dijadikan industri lanjutan. Untuk lebih jelasnya mengenai pohon industri kerang dapat dilihat pada bagan industri berikut :

Gambar 6.6 Bagan Kegiatan Usaha Kerang Di Kawasan Perencanaan

Gambar 6.7 : Pengamatan Kondisi Ekonomi Masyarakat Lokasi Perencanaan ( Proses Pengolahan Kerang)

Gambar 6.8 : Lokasi Pengolahan Kerang

Peta. 6.9. Peta Penyebaran Kegiatan Industri

Selain potensi-potensi yang ada terdapat pula kendala dan permasalahan yang menghambat kemajuan peningkatan ekonomi di kawasan perencanaan. Potensi dan kendala tersebut diantaranya: Tingkat ekonomi dan sosial : rendah Modal : terbatas, bahkan dirasa masih kurang Sarana (yang dibutuhkan) : cold storage, box fiber, koperasi (yang representtatif), jalan akses (sering tergenang), kualitas lingkungan yang rendah. Pemasaran : dominan dikuasai oleh tauke/inang-inang Kelembagaan:kurangnya lembaga ekonomi kawasan (koperasi dan kelompok usaha ekonomi masyarakat) Cara pikir : sulit menerima hal-hal. Cara-cara baru (pemrosesan, packaging, pemasaran dan manajemen kerjasama)

Berdasarkan hasil analisis potensi dan kendala ekonomi yang ada, bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Modal yang dikeluarkan dengan jumlah produksi tidak seimbang, hasil penjualan (produksi) hasilnya terlalu kecil. Harga sudah ditekan oleh inang-inang b. Dapat menyerap tenaga kerja, dimana i unit kegiatan home industri menyerap sebanyak 4 -6 orang. c. Untuk industri kerang masih memerlukan modal tambahan dan ada kegiatan industri lanjutan.

6.2.11Analisis Sosial MasyarakatAnalisis sosial adalah penilaian yang dilakukan terhadapa kondisi sosial masyarakat yang ada di kawasan perencanaan. Melihat padatnya kawasan perencanaan menyebabkan banyaknya masalah sosial yang timbul di lingkungan masyarakat. Adapun kondisi sosial yang ada di kawasan perencanaan adalah : a. Banyaknya penduduk miskin, hal ini ditandai dengan banyaknya penduduk yang bekerja pada sektor informal dan memiliki penghasilan yang rendah. Berdasarkan wawancara dan penyebaran kuisioner di lapangan di ketahui bahwa hampir 38% penduduk di kawasan perencanaan menerima upah di bawah standar UMR Kota Medan. Dimana saat ini UMR Kota Medan adalah sebesar Rp 965.000,-. b. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat mempengaruhi pendidikan anak-anak di kawasan perencanaan, dari hasil wawancara yang dilakukan hampir 11% penduduk tidak tamat wajib belajar 9 tahun. Anak-anak usia sekolah lebih cenderung membantu orang tuanya untuk mencari nafkah sebagai nelayan. c. Jumlah tindakan kriminal yang ada di kawasan perencanaan dalam setahun terakhir mencapai 3 5 kali, tindakan itu berupa pencurian dan peredaran narkoba. d. Berdasarkan data dari kader posyandu di kawasan perencanaan status kesehatan, khususnya Balita hampir mencapai 51% yang terkena gizi buruk. e. Tergenangnya kawasan menyebabkan kebersihan lingkungan menjadi terganggu. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan yang dilakukan oleh tim PLP2K-BK pusat diketahui bahwa ada beberata wabah penyakit yang timbul dikawasan perencanaan yaitu : Demam Berdarah, diare, dan ISPA. Dari wabah yang timbul tersebut beberapanya disebabkan oleh kondisi air pasang yang sering menggenai kawasan permukiman penduduk, sedangkan ISPA merupakan efek dari dekatnya kawasan perencanaan dari beberapa lokasi industri berat. Untuk itu perlunya penanganan yang lebih detail dari dinas/istansi terkait untuk mengurangi wabah penyakit yang ada di kawasan perencanaan. f. Daerah perencanaan juga merupakan daerah yang rawan bencana, bencana yang pernah terjadi adalah kebakaran dan banjir. Kebakaran terjadi akibat di kawasan perencanaan terdapat pipa pertamina, dimana beberapa pihak/orang yang tidak bertanggung jawab mencuri minyak yang lewat melalui pipa dan lupa memasang penutup pipa sehingga menimbulkan kebakaran. Sedangkan banjir terjadi pada akibat air pasang rob yang sangat tinggi., bencana banjir besar ini biasanya terjadi sekali setahun.

6.3. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kawasan Perencanaan6.3.1 Identifikasi PotensiBerdasarkan analisa yang dilakukan diatas maka beberapa hal telah teridentifikasi sebagai potensi yang ada di kawasan perencanaan, adapun potensi terbut adalah sebagai berikut : a. Kawasan perencanaan mempunyai posisi yang strategisb. Aksesibilitas kawasan perencanaan sangat baikc. Peruntukan disekitar kawasan perencanaan merupakan peruntukan yang sama dengan kawasan perencanaan yaitu sebagai kawasan permukiman. d. Terdapat potensi hidrologi di kawasan perencanaan yaitu Sei Deli yang dapat berfungsi sebagai drainase utama kawasan perencanaan.

6.3.2 Indentifikasi PermasalahanSelain potensi yang dimiliki oleh kawasan perencanaan dari analisa yang telah dilakukan permasalahan yang ada di kawasan perencanaan : 1. Permasalahan Umum Tingkat kekumuhan kawasan Perumahan dan permukiman Kawasan perencanaan pada Kelurahan Belawan Bahari Cukup tinggi dengan penduduk yang tergolong MBR Daerah dipengaruhi oleh pola pasang surut melalui saluran kanal Pipa Pertamina Daerah relatif lebih rendah dari Sungai Sei Deli (terlihat dari Adanya tanggul sepanjang sungai yang berbatasan dengan Kawasan perencanaan) Daerah lebih rendah dari jalan Tol Belmera yang membelah Kawasan perencanaan.

2. Permasalahan Fisik/Lingkungan Kepadatan penduduk tinggi Kepadatan bangunan tinggi Kondisi PSU Buruk (parit/drainas ukurannya kecil, jaringannya minim dengan arah aliran yang tidak jelas, banyak jalan didalam kawasan tergenang pada saat pasang naik) Kondisi Perumahan Kurang Baik Kondisi lingkungan yang rawan banjir Keterbatasan Ruang Terbuka (untuk tempat bermain, taman dan lapangan olahraga)3. Permasalahan Sosial Masyarakat Kerawanan Keamanan Jumlah KK miskin cukup besar Sumber daya manusia (Tingkat Pendidikan) relatif rendah Kondisi kesehatan rendah

4. Permasalahan Ekonomi Penghasilan dibawah UMR Kurangnya tempat penjemuran hasil pengolahan ikan asin Lemahnya pemasaran, dimana sistem pemasaran dikuasai oleh touke Infrastruktur pendukung ekonomi belum memdasai (jalan lingkungan, koperasi, tempat shop window sebagai sentra penjualan kerang dan ikan asin, landmark) Belum adanya lembaga yang mewadahi kegiatan industri seperti koperasi.

6.4. Analisis SWOTKelemahan : Kawasan merupakan daerah kumuh yang kekumuhannya disebabkan oleh area yang tergenang akibat daerah yang relative merupakan area datar bahkan sedikit membentuk mangkok dan dipengaruhi oleh pasang air laut/rob yang masuk melalui kanal pipa pertamina

Kendala/Ancaman : Bila kanal pipa pertamina merupakan satu-satunya dan dominant akibat tergenangnya kawasan maka kendala utama adalah bila PT. Pertamina tidak mengijinkan kanal pipa pertamina tersebut untuk dikeringkan karena alasamn sesuatu dan lain hal. Kekuatan/Potensi Lokasi yang strategis Aksesibilitas yang sangat baik Daerah sekitar merupakan daerah permukiman yang sama peruntukan dengan kawasan perencanaan Jarak dari rumah ke tempat kerja (proses hasil tangkapan nelayan) sangat dekat.

Prospek/Opportinity Konsep rencana penataan RR PLP2K-BK dengan mengatasi daerah tergenang yang ada memberikan dampak positif yang besar bagi masyarakat setempat Kegiatan social ekonomi kawasan menjadi meningkat, krena infrastruktur kawasan dapat dimanfaatkan secara maksimal Kawasan menjadi lebih menarik, nilai jual kawasan meningkat dan kesan kumuh hilang Keterlibatan masyarakat dan stakeholders secara utuh untuk bersama-sama memelihara kawasan meningkat. Dapat diintegrasikannya dengan program pembangunan sarana lapangan kerja terkait dengan system kegiatan kota. Tabel 6.28Analisis SWOT

6.5. Kesimpulan Analisis

Karakteristik kekumuhan pada hampir seluruh lingkungan di kawasan perencanaan, sama Oleh karenanya dalam kaitan penetapan program penanganan 10 Ha untuk lima tahun kedepan serta 3 Ha untuk tahun 2011 melalui CAP dapat diterapkan disemua lokasi dari lingkungan 6 12 di kawasan perencanaan Namun demikian dari semua lingkungan yang terkategori prioritas akan dicari yang paling prioritas melalui : a. Hasil pemetaan kawasan berdasarkan survey primer melalui penyebaran kuisioner oleh konsultanb. Hasil observasi lapangan yang direkam dalam gambar/foto-foto lapanganc. Data sekunder berupa data jumlah dan kepadatan pendudukd. Data kepemilikan lahan.

V1-3Laporan Akhir