bab iv

24
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Material/ Pengujian Fisik Pengujian untuk lapisan CTB (Cement Treated Base) terdiri dari pengujian berat SSD, pengujian berat jenuh, analisa saringan, analisa gradasi, pengujian abrasi. Pengujian ini mengacu pada beberapa sumber namun menggunakan refrensi utama SNI tentang Perencanaan Lapis Fondasi Agregat Semen (LFAS) yang diterbitkan Badan Litbang Pekerjaan Umum pada tahun 2004. 4.2 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Material Petangis Berikut adalah tabel hasil pengujian material Batu Petangis. Tabel 4.1 Hasil Pengujian Berat Jenis NO Penyerapan 1 Batu 3/4 0.9 2.64 2.62 2.63 2 Batu 3/8 1.35 2.64 2.61 2.7 3 Sirtu 2.04 2.6 2.55 2.69 Jenis Material Berat Jenis SSD Berat Jenis Kering Berat Jenis Semu Berat jenis dari material petangis didapatkan melalui pengujian sesuai SNI. Berat jenis dan penyerapan meterial ( agregat ukuran ¾ , ukuran 3/8 , dan Sirtu) memenuhi 44

Upload: muhammad-erfian

Post on 19-Feb-2016

37 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

baba empata

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Material/ Pengujian Fisik

Pengujian untuk lapisan CTB (Cement Treated Base) terdiri dari pengujian berat SSD,

pengujian berat jenuh, analisa saringan, analisa gradasi, pengujian abrasi. Pengujian ini

mengacu pada beberapa sumber namun menggunakan refrensi utama SNI tentang

Perencanaan Lapis Fondasi Agregat Semen (LFAS) yang diterbitkan Badan Litbang

Pekerjaan Umum pada tahun 2004.

4.2 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Material Petangis

Berikut adalah tabel hasil pengujian material Batu Petangis.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Berat Jenis

NO Penyerapan

1 Batu 3/4 0.9 2.64 2.62 2.63 2.652 Batu 3/8 1.35 2.64 2.61 2.7 2.66

Jenis Material

Berat Jenis SSD

Berat Jenis

Kering

Berat Jenis Semu

Berat Jenis

Efektif

Berat jenis dari material petangis didapatkan melalui pengujian sesuai SNI. Berat jenis

dan penyerapan meterial ( agregat ukuran ¾ , ukuran 3/8 , dan Sirtu) memenuhi

kualifikasi SNI 03-1970-1990, tentang pengujian berat jenis dan penyerapan agregat.

4.3 Hasil Analisa Saringan

Analisa saringan bertujuan untuk mendapatkan kompoisi perbandingan dalam

menyusun bahan campuran untuk pembuatan sampel Cement Treated Base nantinya.

Dalam pembuatan lapis fondasi agregat semen, dibutuhkan minimal ada 2 jenis agregat

yang dicampur, yaitu agregat kasar dan agregat halus.

Spesifikasi bahan bahan yang yang dipersiapkan dalam pengujian analisa saringan ini

adalah :

44

Page 2: BAB IV

1. Agregat kasar (Course Aggregate) merupakan agregat yang tertahan pada

saringan 4,75 mm yang terdiri dari partikel yang keras dan awet. Agregat kasar

juga minimal memiliki 2 bidang pecah untuk kelas A. Dan untuk kelas B

minimal memilika 1 bidang pecah.

2. Agregat sedang (medium aggregate) merupakan agregat yang lolos saringan

no.3/8 dan tertahan saringan no.16.

3. Agregat halus (Fine aggregate) merupakan agregat yang lolos saringan no.8 dan

tertahan pada saringan mo. 200.

Berdasarkan SNI 03-4142-1996, bahwa persyaratan untuk analisa saringan agragat

kasar yang lolos saringan no.200 maksimal 1%.

Untuk analisa agregat halus, berdasarkan SNI 03-4428-1997, agregat yang lolos

saringan no.200 maksimal adalah 8%. Gradasi agregat dinyatakan dalam presentasi

berat yang tertahan diatas masing-masing saringan terhadap berat total agregat.

% Berat Tertahan ¿Berat Tertahan KumulatifJumlah Total Berat Awal x 100%

% Berat Lolos = 100% - % Berat Tertahan

Di bawah ini adalah hasil pengujian dari percobaan analisa saringan yang sebelumnya

sudah dilakukan, menggunakan agregat Ex. Petangis yang berasal dari Kab. Penajam

Paser Utara.

Tabel 4.2 Hasil Analisa Saringan Batu Ukuran ¾ Ex.Petangis

Berat sebelum dicuci : 5000gr

Berat setelah dicuci : 4993.5 gr

45

saringan

1 1/2 0 0 1001 0 0 100

berat tertahan

(gr)persentase

berat tertahanPersen Lolos

Page 3: BAB IV

Tabel 4.3 Hasil Analisa Batu Ukuran 3/8 Ex.Petangis

Berat sebelum dicuci : 1000gr

Berat setelah dicuci : 993.5 gr

Tabel 4.4 Hasil Analisa pasir batu Ex.Petangis

Berat sebelum dicuci : 1000gr

Berat setelah dicuci : 971 gr

Tabel 4.5 Analisa Saringan untuk JMF

46

saringan berat tertahan (gr)

1 1/2 0 01 0 0

persentase berat tertahan

saringan

1 1/2 0 0 1001 0 0 100

berat tertahan

(gr)persentase

berat tertahanPersen Lolos

Hasil Analisa Saringan Hasil Analisa Proposi Campuran3/4

49.0%1 1/2 100 100 100 49

no. saringan

% lolos batu 3/4

% lolos batu 3/8

% lolos sirtu

Page 4: BAB IV

Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa suatu komposisi campuran agregat yang

baik adalah campuran yang memiliki gradasi menerus. Dimana setiap ukuran batu

maupun sirtu saling menutupi celah yang ada dan diikat oleh suatu material seperti

semen atau aspal. Pada penelitian kali ini semen adalah bahan pengikat campuran

agregat, yang proporsi agregatnya disesuaikan dengan aturan SNI Pedoman Pembuatan

Lapis Fondasi Agregat Semen.

Hasil proporsi agregat yang dilampirkan, didapatkan dengan bantuan Microsoft Excel.

Melalui hasil analisa saringan sebelumnya, didapatkan sifat karakteristik proporsi

agregat per ukuran di lapangan atau yang dihasilkan Stone Crusher. Hal ini penting.

Kenapa? Karena tidak 100% dari 5 kilogram batu ukuran 3/8 yang diambil langsung

dari lapangan adalah batu berukuran 3/8. Pasti ada batu ukuran lain, yang lebih besar,

maupun yang lebih kecil. Dari hal itu, kita mampu merancang mix design yang dapat

diaplikasikan ke pekerjaan di lapangan.

Pada Tabel 4.5 , dapat dilihat hasil analisa untuk Job Mix Formula CTB yang akan

dipakai. Job Mix Formula ini didasarkan SNI, dan tergolong gradasi A untuk lapis

pondasi agregat semen. Dari hasil analisa didapatkan persentase banyaknya agregat

untuk suatu proses pencampuran, yaitu agregat ¾ sebanyak 49%, agregat 3/8 sebanyak

27,5%, dan sirtu sebanyak 23,5%.

4.4 Pengujian Keausan Agregat (Abrasi) dengan Mesin Los Angeles

Pengujian ini dikakukan dengan menggunakan mesin abrasi yang tediri dari baja

tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711mm dan panjang 509 mm. Pengujian

ini dilaksanakan dengan metode B, yaitu dengan menggunakan meterial batuan yang

lolos saringan ¾” sampai yang tertahan di saringan 3/8 “ dan jumlah bola sebanyak 11

buah dengan erat bola baja 440 grm dan diameter masing masing bola adalah 4,68 cm

sebanyak 500 kali putaran.

Pada pengujian ini adapun persyaratan agregat dapat digunakan pada lapis perkerasan

jalan adalah tingkat presentasi keausannya dibawah 40% (SNI 03-2417-1991).

Presentase keausan agregat dapat menunjukan banyaknya agregat yang hancur akibat

dari pemutaran mesing Los Angelesdimana terjadi tumbukan dan gesekan pula antara

butiran agregat dengan bola-bola baja.

47

Page 5: BAB IV

Tabel 4.6Hasil Abrasi agregat Ex. Petangis

Gradasi Pemeriksaan Cara BLolos Saringan Tertahan Saringan Berat Sebelum

3/4 " 1/2" 2500gr1/2" 3/8" 2500gr

Jumlah Berat (A) 5000grBerat Tertahan Saringan No.12 (B) 4370

Keausan : (A-B)/A x 100% 12,6%<40%

Dari hasil pengujian Abrasi, didapatkan nilai abrasi agregat Petangis adalah 12,6 % dari

tabel diatas. Dari nilai abrasi tersebut dapat dilihat bahwa agregat Ex. Petangis memiliki

nilai keausan kurang dari 40%, sehingga agregat tersebut memenuhi persyaratan untuk

menjadi lapis perkerasan jalan.

4.6 Hasil Pengujian Proctor

4.6.1 Hasil Pengujian Proctor pada Kadar Semen 9%

Tabel 4.7 Data Hasil Pengujian Proctor Kadar Semen 9%

48

Percobaan No 1Massa silinder + tanah ,gr) 7159.12Masa silinder, gr 2840Masa tanah padat , A gr 4319.12

Page 6: BAB IV

Dari tabel 4.7, didapatkan bahwa kadar air optimum untuk CTB dengan kadar semen

9% adalah sebesar 6,7% dengan berat volum kering maksimal adalah 2,1 gr/cm3. Hal ini

dapat lebih jelas terlihat pada Gambar 4.1, Grafik hasil Pengujian Proctor 9%.

Dari tabel 4.7, menunjukan angka Zero Air Void , yang berlaku syarat bahwa garis Zero

Air Void tidak boleh dipotong oleh grafik persamaan berat volum kering dengan kadar

air. Perhitungan menunjukan bahwa grafik persamaan berat volum kering dengan kadar

airtidak memotong Zero Air Void Line .

3.500 4.000 4.500 5.000 5.500 6.000 6.500 7.000 7.500 8.0001.900

2.000

2.100

2.200

2.300

2.400

Grafik Proctor pada Kadar Semen 9%

Kadar Air (%)

bera

t Vol

um K

erin

g (g

r/cm

3)

Gambar 4.1 Grafik hasil Pengujian Proctor 9%

49

Page 7: BAB IV

4.6.2 Hasil Pengujian Proctor pada Kadar Semen 11%

Tabel 4.8 Data Hasil Pengujian Proctor Kadar Semen 11%

Dari tabel 4.8, didapatkan bahwa kadar air optimum untuk CTB dengan kadar semen

11% adalah sebesar 6,9% dengan berat volum kering maksimal adalah 2,15 gr/cm3. Hal

ini dapat lebih jelas terlihat pada Gambar 4.2, Grafik hasil Pengujian Proctor 11%.

Dari tabel 4.8, menunjukan angka Zero Air Void , yang berlaku syarat bahwa garis Zero

Air Void tidak boleh dipotong oleh grafik persamaan berat volum kering dengan kadar

air. Perhitungan menunjukan bahwa grafik persamaan berat volum kering dengan kadar

air tidak memotong Zero Air Void Line .

50

Percobaan No 1Massa silinder + tanah ,gr) 7200.65Masa silinder, gr 2840Masa tanah padat , A gr 4360.65

Page 8: BAB IV

3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.52

2.1

2.2

2.3

2.4

Grafik Proctor pada Kadar Semen 11%

Kadar Air (%)

bera

t Vol

um K

erin

g (g

r/cm

3)

Gambar 4.2 Grafik hasil Pengujian Proctor 11%

4.6.3 Hasil Pengujian Protor pada Kadar Semen 13%

Tabel 4.9 Data Hasil Pengujian Proctor Kadar Semen 13%

51

Percobaan No 1Massa silinder + tanah ,gr) 7346.005Masa silinder, gr 2840Masa tanah padat , A gr 4506.005

Page 9: BAB IV

Dari tabel 4.9, didapatkan bahwa kadar air optimum untuk CTB dengan kadar semen

13% adalah sebesar 7,1% dengan berat volum kering maksimal adalah 2,2 gr/cm3. Hal

ini dapat lebih jelas terlihat pada Gambar 4.3, Grafik hasil Pengujian Proctor 13%.

Dari tabel 4.9, menunjukan angka Zero Air Void , yang berlaku syarat bahwa garis Zero

Air Void tidak boleh dipotong oleh grafik persamaan berat volum kering dengan kadar

air. Perhitungan menunjukan bahwa grafik persamaan berat volum kering dengan kadar

air tidak memotong Zero Air Void Line .

6.200 6.400 6.600 6.800 7.000 7.200 7.4002.000

2.100

2.200

2.300

Grafik Proctor pada Kadar Semen 13%

Kadar Air (%)

bera

t Vol

um K

erin

g (g

r/cm

3)

Gambar 4.3 Grafik hasil Pengujian Proctor 13%

52

Page 10: BAB IV

4.7 Hasil pengujian California Bearing Ratio

4.7.1 Hasil pengujian CBR pada kadar semen 9%

1. Hasil Pengujian CBR Kadar Semen 9% pada 25 Tumbukan

Tabel 4.10 Hasil Pembacaan Dial Mesin CBR

Tabel 4.11Data pengujian CBR kadar semen 9%pada 25 tumbukan

Pada tabel 4.10, pembacaan Dial mesin CBR, pada menit 2 menunjukan angka

pembacaan sebesar 100, dan kalibrasi alat sebesar 32,46, yang dimana dalam

rumus 0,1 = {Pembacaan pada Menit 2 x Angka Kalibrasi} over {3000} x 100

menghasilkan nilai 108,2%.

53

0.25 70.5 15

Waktu (menit)

Pembacaan Dial

no. Cawan timbang

massa cawan kosong 12.4 12.6massa cawan + tanah basah 111.0 97.4

E9 (gr)

I4 (gr)

Page 11: BAB IV

2. Hasil PengujianCBR Kadar Semen 9% pada 56 Tumbukan

Tabel 4.12 Hasil Pembacaan Dial Mesin CBR

0.25 60.5 16

0.75 311 462 108

Waktu (menit)

Pembacaan Dial

Tabel 4.13 Data Pengujian CBR 9% pada 56 tumbukan

no. Cawan timbang

massa cawan kosong 12.4 12.6massa cawan + tanah basah 100.7 97.4massa cawan + tanah kering 95.8 92.1 A' =M2-M3 (gr) 4.9 5.3 B = M3-M1 (gr) 83.4 79.5Kadar Air W= A'/B x 100% 5.88 6.670kadar air rata-rata % 6.275Berat tanah basah+piringan(gr) 7667.135Berat Tanah Basah (gr) 5126.92Berat Piringan 2540.4Berat Volum Basah 2.25Berat Volum Kering 2.12

A11 (gr)

B16 (gr)

Pada tabel 4.12, pembacaan Dial mesin CBR, pada menit 2 menunjukan angka

pembacaan sebesar 108,dan kalibrasi alat sebesar 32,46, yang dimana dalam

rumus 0,1 = {Pembacaan pada Menit 2 x Angka Kalibrasi} over {3000} x 100

menghasilkan nilai 116,85%. Dan pada gambar 4.4 dapat dilihat hubungan

antara CBR 25 dan 56 tumbukan,dimana sampel 56 tumbukan memiliki berat

volum kering 2,12gr/cm3yang lebih tinggi dari pada 25 tumbukan yaitu

2,087gr/cm3, ini diakibatkan Perbedaan kepadatan yang terjadi akibat perbedaan

jumlah tumbukan. Semakin banyak tumbukan, semakin padat material tersebut.

54

Page 12: BAB IV

15 20 25 30 35 40 45 50 55 602

2.02

2.04

2.06

2.08

2.1

2.12

2.14

2.16

2.18

2.2

Grafik Perbandingan CBR Kadar Semen 9% berdasarkan jumlah tumbukan

JUMLAH TUMBUKAN

Bera

t Vol

um K

erin

g (g

r/cm

3)

Gambar 4.4 Grafik CBR Kadar Semen 9%

4.7.2 Hasil pengujian CBR pada kadar semen 11%

1. Hasil pembacaan Dial mesin CBR kadar semen 11%pada 25 Tumbukan

Tabel 4.14 Hasil Pembacaan Dial

0.25 80.5 16

0.75 281 402 105

Waktu (menit)

Pembacaan Dial

Tabel 4.15Data pengujian CBR kadar semen 11%pada 25 tumbukan

55

Page 13: BAB IV

no. Cawan timbang

massa cawan kosong 12.7 12.7massa cawan + tanah basah 85.3 59.1massa cawan + tanah kering 79.9 55.8 A' =M2-M3 5.4 3.3 B = M3-M1 67.2 43.1Kadar Air W= A'/B x 100% 8.04 7.657kadar air rata-rata % 7.846Berat tanah basah+piringan (gr) 7389.2627Berat Tanah Basah (gr) 5218.0627Berat Piringan (gr) 2171.2Berat Volum Basah 2.29Berat Volum Kering 2.12

B9 (gr)

A3 (gr)

Pada tabel 4.14, pembacaan Dial mesin CBR, pada menit 2 menunjukan angka

pembacaan sebesar 105,dan kalibrasi alat sebesar 32,46, yang dimana dalam

rumus 0,1 = {Pembacaan pada Menit 2 x Angka Kalibrasi} over {3000} x 100

menghasilkan nilai 113,61%.

2. Hasil pembacaan Dial Mesin CBR kadar semen 11% pada 56 Tumbukan

Tabel 4.16 Pembacaan Dial Mesin CBR

Tabel 4.17 Data pengujian CBR kadar semen 11%pada 56 tumbukan

56

0.25 60.5 16

Waktu (menit)

Pembacaan Dial

Page 14: BAB IV

no. Cawan timbang

massa cawan kosong 12.6 12.2massa cawan + tanah basah 89.2 117.6massa cawan + tanah kering 83.9 110.9 A' =M2-M3 5.3 6.7 B = M3-M1 71.3 98.7Kadar Air W= A'/B x 100% 7.40 6.780kadar air rata-rata % 7.090Berat tanah basah+piringan (gr) 7457.6216Berat Tanah Basah (gr) 5286.4216Berat Piringan (gr) 2171.2Berat Volum Basah 2.32Berat Volum Kering 2.17

I13 (gr)

X10 (gr)

Pada tabel 4.16, pembacaan Dial mesin CBR, pada menit 2 menunjukan angka

pembacaan sebesar 109,dan kalibrasi alat sebesar 32,46, yang dimana dalam

rumus 0,1 = {Pembacaan pada Menit 2 x Angka Kalibrasi} over {3000} x 100

menghasilkan nilai 117,93%. Dan pada gambar 4.5 dapat dilihat hubungan

antara CBR 25 dan 56 tumbukan, dimana sampel 56 tumbukan memiliki berat

volum kering 2,17gr/cm3yang lebih tinggi dari pada 25 tumbukan yaitu 2,12

gr/cm3, ini diakibatkan Perbedaan kepadatan yang terjadi akibat perbedaan

jumlah tumbukan. Semakin banyak tumbukan, semakin padat material tersebut.

57

Page 15: BAB IV

15 20 25 30 35 40 45 50 55 602

2.02

2.04

2.06

2.08

2.1

2.12

2.14

2.16

2.18

2.2

Grafik Perbandingan CBR Kadar Semen 11% berdasarkan jumlah tumbukan

JUMLAH TUMBUKAN

Bera

t Vol

um K

erin

g (g

r/cm

3)

Gambar 4.5 Grafik CBR Kadar Semen 11%

4.7.3 Hasil Pengujian CBR Pada Kadar Semen 13%

1. Hasil Pembacaan Hasil Penetrasi Mesin CBR Kadar Semen 13% pada 25

Tumbukan

Tabel 4.18 Pembacaan Dial mesin CBR

0.25 100.5 20

0.75 351 492 110

Waktu (menit)

Pembacaan Dial

58

Page 16: BAB IV

Tabel 4.19Data Pengujian CBR Kadar Semen 13%pada 25 tumbukan

Pada tabel 4.18, pembacaan Dial mesin CBR, pada menit 2 menunjukan angka

pembacaan sebesar 110,dan kalibrasi alat sebesar 32,46, yang dimana dalam

rumus 0,1 = {Pembacaan pada Menit 2 x Angka Kalibrasi} over {3000} x 100

menghasilkan nilai 119,02%.

2. Hasil pembacaan hasil penetrasi mesin CBR kadar semen 13% pada 56

Tumbukan

Tabel 4.20 Pembacaan Dial

0.25 110.5 23

0.75 351 492 111

Waktu (menit)

Pembacaan Dial

59

no. Cawan timbang

massa cawan kosong 13.0 12.7massa cawan + tanah basah 151.5 136.6

D2 (gr)

I4 (gr)

Page 17: BAB IV

Tabel 4.21 Data pengujian CBR kadar semen 13%pada 56 tumbukan

Pada tabel 4.20, pembacaan Dial mesin CBR, pada menit 2 menunjukan angka

pembacaan sebesar 111,dan kalibrasi alat sebesar 32,46, yang dimana dalam

rumus 0,1 = {Pembacaan pada Menit 2 x Angka Kalibrasi} over {3000} x 100

menghasilkan nilai 120,1%. Dan pada gambar 4.6 dapat dilihat hubungan antara

CBR 25 dan 56 tumbukan, dimana sampel 56 tumbukan memiliki berat volum

kering 3,12gr/cm3, yang lebih tinggi dari pada 25 tumbukan yaitu 3,05gr/cm3, ini

diakibatkan Perbedaan kepadatan yang terjadi akibat perbedaan jumlah

tumbukan. Semakin banyak tumbukan, semakin padat material tersebut.

60

no. Cawan timbang

massa cawan kosong 12.5 12.7massa cawan + tanah basah 95.8 102.8

I13 (gr)

E8 (gr)

Page 18: BAB IV

15 20 25 30 35 40 45 50 55 602.1

2.122.142.162.18

2.22.222.242.262.28

2.3

Grafik Perbandingan CBR Kadar Semen 13% berdasarkan jumlah tumbukan

JUMLAH TUMBUKAN

Bera

t Vol

um K

erin

g (g

r/cm

3)

Gambar 4.6 Grafik CBR Kadar Semen 13%

4.8 Pengujian Kuat Tekan Bebas

Tabel 4.22 Hasil Percobaan Kuat Tekan Bebas

Dari tabel 4.22 pengujian kuat tekan bebas, didapatkan nilai rata-rata kuat tekan untuk

masing masing kadar semen. Nilai ini dihitung setelah sample yang dibuat diCuring

selama 6 hari, dan di rendam 1 hari untuk mencari kondisi terburuk sample. Hal ini

bertujuan untuk keperluan pelaksanaan di lapangan.Perhitungan kuat tekan bebas

menggunakan rumus ((Pembacaan Dial x Konversi kilo Newton menjadi Kilogram) /

61

9% A 9% 6 1 183.7

Nama Sample

Kadar Semen

(%)

Lama Curing (hari)

Lama Perendaman

(hari)

Luas Penampang

(Cm2)

Page 19: BAB IV

( 9.81 x Luas Penampang). Nilai kuat tekan bebas / Unconfined Compression Test rata-

rata pada kadar 9% sebesar 112,37 Kg/cm2, pada kadar 11% sebesar 118,38 Kg/cm2,

pada kadar 13% sebesar 127,63 Kg/cm2.

4.8.1Perhitungan Kekuatan Tekan Bebas Sampel CTB

1. 9%A = ((Pembacaan Dial x 1000) / ( 9.81 x Luas Penampang)

= ((202,5 x 1000) / (9.81 x 183,7)

= 112,37 kg/cm2

2. 9%B = ((Pembacaan Dial x 1000) / ( 9.81 x Luas Penampang)

= ((200 x 1000) / (9.81 x 183,7)

= 110,98 kg/cm2

3. 9%C = ((Pembacaan Dial x 1000) / ( 9.81 x Luas Penampang)

= ((205 x 1000) / (9.81 x 183,7)

= 113,75 kg/cm2

4. 11%A = ((Pembacaan Dial x 1000) / ( 9.81 x Luas Penampang)

= ((212,5 x 1000) / (9.81 x 183,7)

= 117,92 kg/cm2

5. 11%B = ((Pembacaan Dial x 1000) / ( 9.81 x Luas Penampang)

= ((215 x 1000) / (9.81 x 183,7)

= 119,31 kg/cm2

6. 11%C = ((Pembacaan Dial x 1000) / ( 9.81 x Luas Penampang)

= ((212,5 x 1000) / (9.81 x 183,7)

= 117,92 kg/cm2

7. 13%A = ((Pembacaan Dial x 1000) / ( 9.81 x Luas Penampang)

= ((225 x 1000) / (9.81 x 183,7)

= 124,85 kg/cm2

8. 13%B = ((Pembacaan Dial x 1000) / ( 9.81 x Luas Penampang)

= ((235 x 1000) / (9.81 x 183,7)

= 130,4 kg/cm2

62

Page 20: BAB IV

9. 13%C = ((Pembacaan Dial x 1000) / ( 9.81 x Luas Penampang)

= ((230 x 1000) / (9.81 x 183,7)

= 127,63 kg/cm2

63