bab iv
DESCRIPTION
micropalTRANSCRIPT
BAB IVPREPARASI FOSIL
IV. 1. Pengambilan Contoh Batuan
Pengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya diperhatikan tujuan
yang akan kita capai. Mendapatkan sampel yang baik diperhatikan interval jarak
tertentu terutama untuk menyusun biostrstigrafi.
Berikut merupakan tahap-tahap dalam pengambilan sampel batuan yang
mengandung fosil mikro, yaitu :
1. Sampling
Sampling adalah pengambilan sampel batuan di lapangan untuk
dianalisis kandungan mikrofaunanya. Fosil mikro yang terdapat dalam
batuan mempunyai bahan pembentuk cangkang dan morfologi yang
berbeda, namun hampir seluruh mikrofosil mempunyai satu sifat fisik yang
sama, yaitu ukurannya yang sangat kecil dan kadang sangat mudah hancur,
sehingga perlu perlakuan khusus dalam pengambilannya. Sangat
diperlukan ketelitian serta perhatian dalam pengambilan sampel,
memisahkan dari material lain, lalu menyimpannya di tempat yang aman
dan terlindung dari kerusakan secara kimiawi dan fisika Beberapa
prosedur sampling pada berbagai sekuen sedimentasi dapat dilakukan,
seperti :
a. Spot Sampling, dengan interval tertentu merupakan metode terbaik
untuk penampang yang tebal dengan jenis litologi yang seragam,
seperti pada lapisan batugamping. Pada metode ini dapat
ditambahkan channel sample (sampel paritan) sepanjang kurang
lebih 30 cm pada setiap interval 1,5 meter.
b. Channel sample, dapat dilakukan pada penampangg lintasan yang
pendek 3 – 5 m, pada litologi yang seragam atau pada perselingan
batuan dan dilakukan setiap perubahan unit litologi.
2. Kualitas Sampel
Pengambilan sampel batuan untuk analisis mikropaleontologi harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memilih sampel batuan yang insitu dan bukan berasal dari talus,
karena dikhawatirkan fosilnya sudah tidak insitu.
b. Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan
mengandung fosil, karena batuan yang berbutir kasar tidak dapat
mengawetkan fosil atau kemungkinan fosilnya rusak. Contoh
batuan yang diambil sebaiknya dari batuan lempung(clay),
seroih(shale), napal(marl), tufa napalan(marly tuff), batugamping
bioklastik, batugamping dengan campuran batupasir sangat halus.
c. Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan
fosil.
d. Jika endapan turbidit, diambil padea batuan yang berbutir halus,
yang diperkirahkan merupakan endapan suspensi yang juga
mencerminkan kondisi normalnya.
3. Jenis Sample
Jenis sampel disini ada 2 macam, yaitu :
a. Sampel permukaan, sampel yang diambil langsung dari
pengamatan singkapan di lapangan. Lokasi & posisi stratigrafinya
dapat diplot pada peta.
b. Sampel bawah permukaan, sampel yang diambil dari suatu
pemboran.
Dari cara pengambilannya, sampel bawah permukaan dapat
dipisahkan menjadi :
- Inti bore (core), seluruh bagian lapisan pada kedalaman tertentu
diambil secara utuh.
- Sampel hancuran (ditch-cutting), lapisan pada kedalaman tertentu
dihancurkan dan dipompa keluar, kemudian ditampung.
- Sampel sisi bor (side-well core), diambil dari sisi-sisi dinding bor
dari lapisan pada kedalaman tertentu.
A. III.2. Alat dan Bahan
1. Peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel dilapangan, antara
lain:
a. Palu geologi
b. Kompas geologi
c. Plastik sample
d. Buku catatan lapangan
e. HCL 0,1 N
f. Peta lokasi pengambilan sampel
2. Peralatan yang digunakan untuk menyajikan fosil, antara lain:
a. Wadah sampel
b. Larutan H₂O₂
c. Mesin pengayak
d. Ayakan menurut skala mesh
e. Tempat sample yang sudah di bersihkan
f. Alat pengering / oven
3. Peralatan yang digunakan untuk penyajian fosil diperlukan,antara lain:
a. Cawan
b. Jarum
c. Lem untuk merekatkan fosil
d. Tempat fosil
e. Mikroskop
f. Lampu penerang
III.3. Penyajian fosil
Fosil mikro dalam batuan sering bersama bahan lain yang di rekatkan oleh
semen sehingga harus dipisahkan dulu sebelum melakukan penelitian.
Karena dalam penelitian di butuhkan fosil yang bersih dari pengotor dan
lepas dari ikatan semennya,maka batuan sedimen yang belum begitu kompak
perlu di urai menjadi butir-butir lepas,sedangkan untuk batuan sedimen yang
sudah kompak dimana penguraian butirnya perlu dilakukan secara khusus,
misalnya dengan sayatan tipis kemudian di teliti dengan mikroskop.
Proses Penguraian Batuan antara lain :
1. Proses penguraian secara fisik
Cara ini digunakan terutama untuk batuan sedimen yang belum begitu
kompak dan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
a. Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet sampai menjadi
pecahan-pecahan dengan diameter 3-6 mm
b. Pecahan-pecahan batuan direndam dalam air
c. Kemudian direas-remas dalam air
d. Diaduk dengan mesin aduk atau alat pengaduk yang bersih
e. Dipanaskan selama 5-10 menit
f. Didinginkan
Umumnya batuan sedimen yang belum begitu kompak, apabila mengalami
proses-proses tersebut akan terurai.
2. Proses penguraian secara kimia
Bahan-bahan larutan kimia yang biasa digunakan dalam penguraian
batuan sedimen antara lain : asam asetat, asam nitrat dan hydrogen
piroksida. Penggunaan larutan kimia sangat tergantung dari macam butir
pembentuk batuan dan jenis semen. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan
penguraian batuan tersebut perlu diteliti jenis butirannya, masa dasar dan
semen. Hal ini dikerjakan dengan seksama agar fosil mikro yang
terkandung didalamnya tidak rusak atau ikut larut bersama zat pelarut yang
digunakan.
Contoh : Batulempung dan Lanau : penguraian batuan dilakukan
dengan menggunakan larutan Hydrogen Pyroksida (H2O2).
a. Proses Pengayakan
Dasar proses pengayakan adalah bahwa fosil-fosil dan butiran lain
hasil penguraian terbagi menjadi berbagai kelompok berdasarkan
ukuran butirnya masing-masing yang ditentukan oleh besar lubang.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua butiran mempunyai
bentuk bulat, tetapi ada juga yang panjang yang hanya bisa lolos
dalam kedudukan vertikal. Oleh karena itu, pengayakan harus
digoyang sehingga dengan demikian berarti bahwa yang
dimaksudkan dengan besar butir adalah diameter yang kecil /
terkecil
Pengayakan dapat dilakukan dengan cara basah dan cara kering :
- Cara kering
Keringkan seluruh contoh batuan yang telah terurai
Masukkan kedalam ayakan paling atas dari unit
ayakan yang telah tersusun baik sesuai dengan
keperluan :
Mesin kocok dijalankan selama + 10 menit.
Contoh batuan yang tertinggal di tiap-tiap ayakan
ditimbang dan dimasukkan dalam botol/plastik
contoh batuan
- Cara basah
Cara ini pada prinsipnya sama dengan cara kering, tetapi pada
umumnya menggunakan ayakan yang kecil. Pengayakan
dilakukan dalam air sehingga contoh batuan yang diperoleh masih
harus dikeringkan terlebih dahulu.
3. Proses Pemisahan Fosil
Langkah awal menganalisa, perlu diadakan pemisahan fosil dari
kotoran butiran yang bersamanya. Cara pengambilan fosil-fosil tersebut
dengan jarum dari cawan tempat conoth batuan untuk memudahklan
dalam pengambilan fosilnya perlu disediakan air (jarum dicelupkan
terlebih dahulu sebelum pengambilan fosil)