bab iv

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini sebanyak 40 orang pasien yang dilakukan

tindakan pemasangan kateter dan di rawat inap.

4.1.1.1 Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada Tabel di bawah ini terlihat distribusi subjek penelitian berdasarkan

jenis kelamin.

Tabel 4.1 Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki – lakiPerempuan

2218

55 45

Jumlah 40 100

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa dari 40 orang subjek penelitian

terdiri dari 22 orang Laki-laki dan 18 orang perempuan.

37

364.1.1.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Hari Pemasangan

Kateter


lama hari pemasangan kateter.

Tabel 4.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Hari Pemasangan Kateter.

Lama Pemasangan Kateter (hr) Jumlah %

≥ 5 Hari≤ 5 Hari

535

12,587,5

Jumlah 40 100

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa dari 40 orang pasien yang

dilakukan pemasangan kateter terdiri dari 5 orang dengan lama pemasangan

kateter lebih dari 5 hari dan selebihnya kurang dari 5 hari.

4.1.1.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian ISK


kejadian ISK.

Tabel 4.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian ISK

Kejadian ISK Jumlah %Mengalami ISK 23 57,5Tidak ISK 17 42,5

Jumlah 40 100

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 40 subjek yang dilakukan

pemasangan kateter terlihat bahwa yang mengalami ISK 23 orang (57,5%) dan

yang tidak mengalami ISK 17 orang (42,5%).

38

4.2 Hasil Kultur dan Uji Sensitivitas

4.2.1 Distribusi Frekuensi/Pola Kuman Yang Tumbuh

Pada Tabel di bawah ini terlihat distribusi pola kuman yang tumbuh dari

hasil pemeriksaan kultur.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi/Pola Kuman Yang Tumbuh

No Pola Kuman Yang Tumbuh Jumlah %

1 Escherichia coli 19 47,5

2 Klebsiella sp 10 25

3 Proteus sp 4 10

4 Alkaligenes sp 4 105 Staphylococcus sp 2 5,0

6 Streptococcus sp 1 2,5

Jumlah 40 100%

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 40 subjek berdasarkan Distribusi

Frekuensi Pola Kuman Yang Tumbuh didapatkan pertumbuhan Escherichia coli

sebanyak 19 kasus (47,5%), pada bakteri Klebsiella sp sebanyak 10 kasus (25%),

pada bakteri Proteus sp sebanyak 4 kasus (10%), pada bakteri Alkaligenes sp

sebanyak 4 kasus (10%), pada bakteri Staphylococcus sp sebanyak 2 kasus

(5,0%), pada bakteri Streptococcus sp sebanyak 1 kasus (2,5%).

39

4.2.2 Distribusi Pola Kuman Pada Subjek Yang Mengalami ISK

Pada Tabel di bawah ini terlihat distribusi pola kuman pada subjek

penelitian yang mengalami ISK.

4.5 Distribusi Pola Kuman Yang Mengalami ISK

No Pola Kuman Yang Mengalami ISK Jumlah %1 Escherichia coli 10 432 Klebsiella sp 7 303 Proteus sp 1 44 Alkaligenes sp 3 135 Staphylococcus sp 1 46 Streptococcus sp 1 4

Jumlah 23 100

Dari Tabel diatas dapat terlihat bahwa kuman terbanyak penyebab ISK pada

subjek penelitian adalah Escherichia coli 10 (43%), dan Klebsiella pneumonia 7

(30%).

40

4.2.3.1. Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Escherichia coli

a. Golongan Sefalosporin

Pada Tabel 4.6 di bawah ini terlihat Hasil Uji Sensitivitas terhadap

antibiotik golongan Sefalosporin pada Escherichia coli.

Tabel 4.6 Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Escherichia coli

Antibiotik Hasil SensitivitasR % S %

Cefixime 10 100 - -Ceftazidine 10 100 - -Ceftriaxme 9 90 1 10Cefotaxime 9 90 1 10Cefoferazon 9 90 1 10

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa jenis antibiotik golongan

Sefalosporin yang sensitive terhadap bakteri Escherichia coli adalah Ceftriaxme,

Cefotaxime, dan Cefoferazon, namun ketiga obat ini juga memiliki nilai resisten

yang cukup tinggi.

b. Golongan Makrolid


antibiotik golongan Makrolid pada Escherichia coli.



Amikasin 6 60 4 40Netilmicin 9 90 1 10

41

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa golongan Makrolid yang

sensitive terhadap bakteri Escherichia coli adalah Amikasin.

c. Golongan Penisilin


antibiotik golongan Penisilin pada Escherichia coli.



Amoxilin Clavulanic Acid

7 70 3 30

Ampicilin 10 100 - -Tetracyclin 8 80 2 20

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa golongan Penisilin yang

sensitive terhadap bakteri Escherichia coli adalah Amoxcilin.

d. Golongan Lain-lain


antibiotik golongan Lain-lain pada Escherichia coli.



Eritromycin 10 100 - -Sulfametkazol 7 70 3 30Kloramfenikol 6 60 4 40Ciprofloxacine 10 100 - -Oflofloxacine 9 90 1 10Norfloxacin 9 90 1 10

42

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa antibiotik golongan Lain-lain

yang sensitive terhadap bakteri Escherichia coli adalah Kloramfenikol.

4.2.3.2. Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Klebsiella sp



antibiotik golongan Sefalosporin pada Klebsiella sp.

Tabel 4.10 Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Klebsiella sp


Cefixime 7 100 - -Ceftazidine 7 100 - -Ceftriaxme 5 71 2 29Cefotaxime 5 71 2 29Cefoferazon 6 86 1 14

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa tidak semua jenis antibiotik

golongan Sefalosporin sensitive terhadap bakteri Escherichia coli. Diantaranya

Ceftriaxme dan Cefotaxime merupakan yang sensitive.



antibiotik golongan Makrolid pada Klebsiella sp.



Amikasin 6 86 1 14Netilmicin 5 71 2 29

43

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa antibiotik golongan Makrolid

yang sensitive terhadap bakteri Klebsiella sp adalah Netilmicin.



antibiotik golongan Penisilin pada Klebsiella sp.




7 100 - -


Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa antibiotik golongan Penisilin

yang sensitive terhadap bakteri Klebsiella sp adalah Tetracyclin.



antibiotik golongan Lain-lain pada Klebsiella sp.



Eritromycin 7 100 - -Sulfametkazol 7 100 - -Kloramfenikol 3 43 4 57Ciprofloxacine 7 100 - -Oflofloxacine 7 100 - -Norfloxacin 7 100 - -

44

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa antibiotik golongan Lain-lain yang

sensitive terhadap bakteri Klebsiella sp adalah Kloramfenikol.

4.2.3.3. Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Proteus sp



antibiotik golongan Sefalosporin pada Proteus sp.

Tabel 4.14 Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Proteus sp


Cefixime 1 100 - -Ceftazidine 1 100 - -Ceftriaxme 1 100 - -Cefotaxime - - 1 100Cefoferazon 1 100 - -


yang sensitive terhadap bakteri Proteus sp adalah Cefotaxime.



antibiotik golongan Makrolid pada Proteus sp.



Amikasin 1 100 - -Netilmicin - - 1 100

45


yang sensitive terhadap bakteri Proteus sp adalah Netilmicin.



antibiotik golongan Penisilin pada Proteus sp.




1 100 - -

Ampicilin 1 100 - -Tetracyclin 1 100 - -

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa semua jenis antibiotik golongan

Penisilin tidak sensitive terhadap bakteri Proteus sp.



antibiotik golongan Lain-lain pada Proteus sp.



Eritromycin 1 100 - -Sulfametkazol 1 100 - -Kloramfenikol - - 1 100Ciprofloxacine 1 100 - -Oflofloxacine 1 100 - -Norfloxacin 1 100 - -

46


yang sensitive terhadap bakteri Proteus sp adalah Kloramfenikol.

4.2.3.4. Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Alkaligenes sp



antibiotik golongan Sefalosporin pada Alkaligenes sp.

Tabel 4.18 Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Alkaligenes sp


Cefixime 3 100 - -Ceftazidine 3 100 - -Ceftriaxme 3 100 - -Cefotaxime 3 100 - -Cefoferazon 2 75 1 25

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa antibiotik golongan Sefalosporin

yang sensitive terhadap bakteri Alkaligenes sp adalah Cefoferazon.

b. Makrolid


antibiotik golongan Makrolid pada Alkaligenes sp.



Amikasin 1 25 2 75Netilmicin 3 100 - -

47


yang sensitive terhadap bakteri Alkaligenes sp adalah Amikasin.



antibiotik golongan Penisilin pada Alkaligenes sp.




2 75 1 25



yang sensitive terhadap bakteri Alkaligenes sp adalah Amoxcilin dan Tetracyclin.



antibiotik golongan Lain-lain pada Alkaligenes sp.



Eritromycin 3 100 - -Sulfametkazol 3 100 - -Kloramfenikol 1 25 2 75Ciprofloxacine 3 100 - -Oflofloxacine 3 100 - -Norfloxacin 3 100 - -

48


yang sensitive terhadap bakteri Alkaligenes sp adalah Kloramfenikol.

4.2.3.5. Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Staphylococcus sp



antibiotik golongan Sefalosporin pada Staphylococcus sp.

Tabel 4.22 Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Staphylococcus sp


Cefixime 1 100 - -Ceftazidine 1 100 - -Ceftriaxme 1 100 - -Cefotaxime 1 100 - -Cefoferazon - - 1 100

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa antibiotik golongan Sefalosporin

yang sensitive terhadap bakteri Staphylococcus sp adalah Cefoferazon.



antibiotik golongan Makrolid pada Staphylococcus sp.



Amikasin 1 100 - -Netilmicin 1 100 - -

49

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa tidak ada antibiotik golongan

Makrolid yang sensitive terhadap bakteri Staphylococcus sp.



antibiotik golongan Penisilin pada Staphylococcus sp.




1 100 - -

Ampicilin - - 1 100Tetracyclin 1 100 - -


yang sensitive terhadap bakteri Staphylococcus sp adalah Ampicilin.



antibiotik golongan Lain-lain pada Staphylococcus sp.




50


yang sensitive terhadap bakteri Staphylococcus sp adalah Kloramfenikol.

4.2.3.6. Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Streptococcus sp



antibiotik golongan Sefalosporin pada Streptococcus sp.

Tabel 4.26 Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Streptococcus sp


Cefixime 1 100 - -Ceftazidine 1 100 - -Ceftriaxme 1 100 - -Cefotaxime 1 100 - -Cefoferazon 1 100 - -

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa semua antibiotik golongan

Sefalosporin tidak sensitive terhadap bakteri Streptococcus sp.



antibiotik golongan Makrolid pada Streptococcus sp.



Amikasin 1 100 - -Netilmicin 1 100 - -

51

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa semua antibiotik golongan

Makrolid tidak sensitive terhadap bakteri Streptococcus sp.



antibiotik golongan Penisilin pada Streptococcus sp.




- - 1 100

Ampicilin - - 1 100Tetracyclin 1 100 - -


yang sensitive terhadap bakteri Alkaligenes sp adalah Amoxcilin dan Ampicilin



antibiotik golongan Lain-lain pada Streptococcus sp.




52


yang sensitive terhadap bakteri Streptococcus sp adalah Kloramfenikol.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pola Mikroba Penyebab Infeksi Saluran Kemih Pada pasien Terpasang

Kateter

Dari hasil penelitian diatas, berdasarkan jenis kelamin dari 40 orang

subjek penelitian, Laki-laki lebih sering mengalami ISK dengan 22 orang

sedangkan 18 orang perempuan. Berdasarkan lama hari pemasangan kateter dapat

disimpulkan yang mengalami ISK ≥5 hari sebanyak 5 kasus (12,5%) sedangkan

yang mengalami ISK ≤5 hari sebanyak 35 kasus (87,5%). Berdasarkan kejadian

ISK pada subjek penelititan sebanyak 40 subjek yang dilakukan pemasangan

kateter terlihat bahwa yang mengalami ISK 23 orang (57,5%) dan yang tidak

mengalami ISK 17 orang (42,5).

Dari hasil kultur dapat disimpulkan bahwa bakteri tersering yang

menyebabkan ISK adalah Escherichia coli sebanyak 10 kasus (43%), Klebsiella

sp sebanyak 7 kasus (30%), Alkaligenes sp sebanyak 3 kasus (13%), sedangkan

untuk kasus Proteus sp, Staphylococcus sp, dan Streptococcus sp masing masing

sebanyak 1 kasus (4%). Hal ini berbanding lurus dengan teori yang mengatakan

kejadian ISK yang disebabkan oleh pemasangan kateter adalah Escherichia coli

dengan 80% kasus.

53

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitriani tahun 2007 di RSUD

Pandan Arang bahwa pasien yang menggunakan kateter urine pada hari ke-7 akan

mengalami bakteriuria sebanyak 60,42%. Insidens bakteriuria paling banyak

disebabkan oleh kuman Escherichia coli (31,03%), dan Klebsiella pneumonia

(51,72%).37

Selain Fitriani pada tahun 2007 penelitian ini di teliti oleh Roni Asamad

pada tahun 2012 di RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh bahwa tehnik

pemasangan kateter dapat mempengaruhi terjadinya infeksi saluran kemih. 27

pasien (77,1%) dilakukan pemasangan kateter dengan baik dan 1 pasien (2,9%)

yang mengalami infeksi saluran kemih. Selain itu terdapat 3 pasien (8,6%) yang

dilakukan pemasangan kateter kurang baik. Terjadinya infeksi saluran kemih

diatas, disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Menurut hasil penelitian oleh

Putri di RSUD Tugurejo Semarang menyimpulkan bahwa semakin lama

penggunaan kateter semakin besar peluang pasien terinfeksi. Bakteri yang lebih

dominan menyerang pada pasien infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli.

4.3.2 Hasil Uji Sensitivitas

Dari hasil uji sensitivitas yang telah dijelaskan diatas didapatkan hasil

bahwa:

1. Escherichia coli sensitive terhadap Amikasin (Golongan Makrolid),

Kloramfenikol (Golongan Lain-lain) dan sebagian besar resisten terhadap

semua golongan antibiotik.

54

2. Klebsiella sp sensitive terhadap Kloramfenikol (Golongan Lain-lain) dan

sebagian besar resisten terhadap semua golongan antibiotik

3. Proteus sp sensitive terhadap Sefotaxime (Golongan Sefalosporin),

Netilmicin (Golongan Makrolid), Kloramfenikol (Golongan Lain-lain) dan

seluruhnya resisten terhadap semua golongan antibiotik.

4. Alkaligenes sp sensitive terhadap Amikasin (Golongan Makrolid),

Kloramfenikol (Golongan Lain-lain) dan seluruhnya resisten terhadap

semua golongan antibiotik.

5. Staphylococcus sp sensitive terhadap Cefoferazon (Golongan

Sefalosporin), Ampicilin (Golongan Penisilin), Kloramfenikol (Golongan

Lain-lain) dan seluruhnya resisten terhadap semua golongan antibiotik.

6. Streptococcus sp sensitive terhadap Amoxilin Clavulanic Acid, Ampicilin

(Golongan Penisilin), Kloramfenikol (Golongan Lain-lain) dan seluruhnya

resisten terhadap semua golongan antibiotik.

Dari hasil uji sensitivitas dapat disimpulkan bahwa dari semua obat

antibiotik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Amikasin (Golongan

Makrolid) dan Kloramfenikol (Golongan Lain-lain) merupakan obat yang

paling sensitive terhadap bakteri Escherichia coli dengan persentase Amikasin

(40%) dan Kloramfenikol (40%). Selain bakteri Escherichia coli, bakteri

Alkaligenes sp juga sensitive terhadap kedua obat tersebut. Dalam penelitian

ini hampir sebagian besar bakteri sensitive terhadap obat antibiotik

Kloramfenikol, Namun semua bakteri seperti Escherichia coli, Klebsiella sp,

55

Proteus sp, Alkaligenes sp, Staphylococcus sp, Streptococcus sp sudah resisten

terhadap drugs of choice, khusunya Golongan Sefalosporin karena produksi

enzim extended spectrum β-laktamase disingkat ESBL.

Enzim extended spectrum β-laktamase (ESBL) merupakan enzim β-

laktamase yang termutasi, menyebabkan peningkatan aktivitas enzimatik β

laktamase, sehingga enzim ini dapat menghidrolisis Sefalosporin generasi

ketiga.

Penggunaan Ampicilin harus dihindarkan karena terlihat resistensinya

yang sangat tinggi pada Escherichia coli. Terdapat dua mekanisme resistensi

terhadap ampisilin, pertama bakteri dapat menghancurkan cincin beta-laktam,

kedua dengan menghambat ampisilin berikatan dengan reseptor penisilin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tatag Istanto pada tahun

2006 di RS. DR. Kariadi Semarang bahwa Amikasin menunjukan sensitivitas

yang baik. Golongan aminoglikosida ini memiliki sensitivitas sebesar 96,88%

(2004) dan 96,55% (2005). Aminoglikosida memiliki efek samping

ototoksisitas dan nefrotoksitas, sehingga penggunaannya harus dengan

pengawasan yang baik. Hasil penelitian lain yang dilakukan Krisni

Subandiyah pada tahun 2004 di RSU Dr. Saiful Anwar Malang bahwa

Kloramfenikol menunjukan resistensi sebesar (97,8%) terhadap bakteri

Escherichia coli . Hasil tersebut sangat berbeda dengan peneliti dimana obat

antibiotik Kloramfenikol merupakan obat yang sensitive terhadap Escherichia

coli.

bab iv

Documents