bab iv
DESCRIPTION
GFGFTRANSCRIPT
-
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pasar Sebagai Upaya Melestarikan Pasar Tradisional Di Kabupaten
Pati
Kabupaten Pati sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah terletak di
antara 4 (empat) Kabupaten, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Jepara dan laut utara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang,
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, serta sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Kudus.
Letak Kabupaten Pati terdapat antara 11036 dan 11050 Bujur Timur dan
antara 651 dan 716 Lintang Selatan. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 32
km dan dari utara ke selatan 27 km.
Secara administratif Kabupaten Pati terbagi menjadi 21 Kecamatan yang
terdiri dari 401 Desa dan 5 Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Pati tercatat
sebesar 150.368 hektar atau sekitar 2,31 persen dari luas Propinsi Jawa Tengah.
Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Winong yang terdiri dari 30 Desa,
sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Gembong yang terdiri dari 11
Desa. Secara lebih terinci, jumlah kecamatan dan desa di Kabupaten Pati adalah
sebagai berikut :
-
33
Tabel. 1.
Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Kabupaten Pati
Tahun 2013.
No Kecamatan Desa/Kelurahan
1 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21
Pati
Margorejo
Gembong
Tlogowungu
Kayen
Sukolilo
Tambakromo
Gabus
Jakenan
Winong
Jaken
Pucakwangi
Juwana
Batangan
Wedarijaksa
Trangkil
Tayu
Margoyoso
Gunungwungkal
Dukuhseti
Cluwak
29
18
11
15
17
16
18
23
23
30
21
20
29
18
18
16
21
22
15
12
13
Jumlah 406
Sumber data: Statistik Disperindag Kab. Pati
Secara geografis, Kabupaten Pati berada di jalur utama pantura Jakarta
Surabaya. Keberadaan Kabupaten Pati di jalur utama pantura ini menjadikan jalan-
jalan utama di Kabupaten Pati ramai lalu lalang kendaraan-kendaraan pribadi
maupun umum, yang tidak jarang pula pengendaranya turun untuk sekedar
-
34
belanja, baik untuk membeli oleh-oleh maupun belanja kebutuhan lainnya.
Kondisi ini membawa dampak pesatnya perkembangan sektor perdagangan di
Kabupaten Pati.
Sarana perdagangan yang ada di Kabupaten Pati pada saat ini meliputi
departement store, swalayan (mini market), pusat perbelanjaan, pasar umum,
pasar hewan, pasar buah, pasar sepeda dan pasar ikan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa Kabupaten Pati memiliki banyak pasar sebagai pusat
perdagangan masyarakat.
Oleh karena banyaknya pasar yang ada di Kabupaten Pati, maka untuk
memudahkan pembinaan dan pengawasannya, Pemerintah Daerah Kabupaten Pati
mengklasifikasikan pasar menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu sebagaimana
disebutkan dalam Surat Keputusan Nomor 511.2/1021/1995 tentang Klasifikasi
Pasar dan Status Pasar Di Kabupaten Pati, yaitu sebagai berikut:
a. Pasar Daerah Pasar-pasar yang sepenuhnya dimiliki dan dikuasai oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Pati.
b. Pasar Pembangunan Pasar yang dimiliki oleh desa yang pengelolaan, pengaturan dan
pemeliharaannya dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pati;
c. Pasar Desa Pasar yang dimiliki oleh desa dan pengelolaan, pengaturan maupun
pemeliharannya dilaksanakan oleh desa itu sendiri.
Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Pati, terdapat sebanyak 15 (lima belas) pasar
pembangunan dan 21 (dua puluh satu) pasar daerah yang tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Pati. Data selengkapnya keberadaan pasar desa dan pasar
pembangunan di Kabupaten Pati disajikan dalam tabel berikut:
-
35
Tabel 1.
Pasar Daerah dan Pasar Pembangunan Di Kabupaten Pati
Tahun 2013
No Jenis Pasar Nama Pasar Lokasi Desa Kecamatan 1 Pasar Daerah Juwana Baru Growong Lor Juwana
Gembong Gembong Gembong
Trangkil Trangkil Trangkil
Winong Winong Winong
Wedarijaksa Wedarijaksa Wedarijaksa
Puri Baru Puri Pati
Rogowongso Pati Kidul Pati
Sleko I Semampir Pati
Sleko II Semampir Pati
Godi Kutoharjo Pati
Dosoman Pati Wetan Pati
Tayu Sambiroto Tayu
Margorejo Margorejo Margorejo
Porda Kebonsawahan Juwana
Puncel Tegalombo Dukuhseti
Bulumanis Sekarjalak Margoyoso
Soponyono Kalidoro Pati
Pujasera Puri Pati
Kayen Baru Kayen Kayen
Winong Baru Winong Winong
Tayu Baru Tayu Tayu 2 Pasar Pembangunan Tambaharjo Tambaharjo Pati
Gabus Gabus Gabus
Pakis Pakis Tayu
Kuniran Kuniran Batangan
Ngablak Ngablak Cluwak
Karaban Karaban Gabus
Pucakwangi Pucakwangi Pucakwangi
Gunungwungkal Gunungwungkal Gunungwungkal
Tambakromo Tambakromo Tambakromo
Ngemplak
Kidul Ngemplak
Kidul Margoyoso
Kayen Kayen Kayen
Ngagel Dukuhseti Dukuhseti
Sumberejo Jaken Jaken
Prawoto Prawoto Sukolilo Sukolilo Sukolilo Sukolilo
Sumber Data: Statistik Disperindag Kab. Pati
-
36
Tabel 2.
Pasar Desa Di Kabupaten Pati
Tahun 2013
No Nama Pasar Lokasi Desa Kecamatan 1 Tambaharjo Tambaharjo Pati 2 Gabus Gabus Gabus 3 Pakis Pakis Tayu 4 Kuniran Kuniran Batangan 5 Ngablak Ngablak Cluwak 6 Karaban Karaban Gabus 7 Pucakwangi Pucakwangi Pucakwangi 8 Gunungwungkal Gunungwungkal Gunungwungkal 9 Tambakromo Tambakromo Tambakromo
10 Ngemplak Kidul Ngemplak Kidul Margoyoso 11 Kayen Kayen Kayen 12 Ngagel Dukuhseti Dukuhseti 13 Sumberejo Jaken Jaken 14 Prawoto Prawoto Sukolilo 15 Sukolilo Sukolilo Sukolilo
Sumber Data: Statistik Disperindag Kab. Pati
Baik pasar pembangunan, pasar daerah, maupun pasar desa, semuanya
termasuk dalam kategori pasar tradisional. Dikatakan demikian karena pasar-pasar
tersebut berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,
modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Hal ini dalah sebagaimana pengertian pasar tradisional yang disebutkan dalam
ketentuan Pasal 1 butir 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2007.
Secara keseluruhan jumlah pasar tradisional di Kabupaten Pati pada saat ini
hdala sebanyak 88 pasar. Namun belakangan ini, keberadaan pasar tradisional di
Kabupaten Pati mulai tersisihkan dengan kehadiran pasar-pasar modern yang
perkembangan jumlahnya dari hari ke hari mengalami peningkatan yang sangat
pesat. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten pati, hingga akhir tahun 2012 terdapat sebanyak 218
-
37
unit.1
Bukan hanya kalah jumlah, keberadaan pasar tradisional juga mulai
ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Kabupaten Pati. Untuk pasar tradisional
skala besar keberadaannya mulai digeser oleh pasar-pasar modern dalam bentuk
mall atau swalayan. Bagi kalangan ibu-ibu rumah tangga, belanja di malam hari
banyak dianggap sebagai waktu yang tepat dan tidak mengganggu aktivitas sehari-
hari. Belanja di malam hari ini tentunya hanya dapat dilakukan di mall atau
swalayan, karena pasar tradisional tutup siang hari atau sore hari saja.2
Lebih lanjut ditambahkan, peran pasar tradisional skala kecil terancam
keberadaannya oleh pedagang-pedagang keliling dan mini market yang ada di
hampir setiap desa atau di sepanjang ruas-ruas jalan besar. Di sisi lain, kehadiran
pedagang-pedagang keliling dan mini market tersebut adalah solusi yang jitu bagi
kalangan menengah ke bawah untuk belanja harian tanpa harus ke pasar, sehingga
menghemat biaya transportasi.3
Semakin terhimpitnya keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Pati
tersebut pada akhirnya menjadikan para pedagang di pasar tradisional mengeluh
sepi dan merugi. Hal tersebut adalah sebagaimana disampaikan oleh Suyono,
Karmuji, Rukan, dan Ari Widyawati, masing-masing adalah Kepala Pasar
Wedarijaksa, Kepala Pasar Gembong, Kepala Pasar Juwana Baru, dan Kepala
Pasar Godi, yaitu bahwa kondisi pasar sekarang sangat berbeda jauh dengan
kondisi 5 (lima) tahunan yang lalu. Dulu kondisi pasar selalu ramai pengunjung,
apalagi kalau tanggal muda atau menjelang hari-hari besar, sebaliknya kondisi
1 Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013.
2 Kartono, Wawancara Pribadi, Kepala Pasar Puri Kab. Pati, Januari 2013.
3 Kartono, Wawancara Pribadi, Kepala Pasar Puri Kab. Pati, Januari 2013.
-
38
sekarang sangat jauh berbeda. Kondisi pasar pada saat ini sangat sepi sekali,
pengunjung yang datang ke pasar mayoritas hanyalah pedagang-pedagang dari
pasar lain yang membeli dagangan untuk dijual kembali. Sangat jarang sekali
terdapat pengunjung konsumen murni yang datang ke pasar.4
Pendapat tersebut di atas dibenarkan oleh para pedagang di masing-masing
pasar tersebut, dimana dari hasil kuesioner selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.
Hasil Kuesioner Terhadap Pedagang di Pasar Tradisional
Di Kabupaten Pati
No. Pernyataan Jawaban
YA TDK RAGU2
1 Sudah berjualan di pasar selama
a. Kurang dari 5 th 9 16 -
b. Lebih dari 5 th 16 9 -
2 Merasakan perbedaan kondisi 25 - -
pasar
3 Lebih ramai sekarang dibanding - 23 2
dulu
4 Lebih ramai dulu dibanding 23 - 2
sekarang
5 Pasar modern sebagai penyebab 24 - 1
sepinya pasar tradisional
6 Merasa diperhatikan oleh Pemda 2 22 1
7 Mendapat pembinaan dari Pemda - 24 1
8 Masih tetap ingin berdagang di 23 1 1
pasar
9 Mengharap perhatian Pemda 24 - 1
10 Izin pasar modern perlu dibatasi 24 - 1
Dari hasil kuesioner yang dilakukan terhadap 25 (dua puluh lima) pedagang
di pasar tradisional tersebut di atas, dapat ditarik pengertian bahwa semua
responden menyatakan adanya perubahan kondisi pasar, dimana sebanyak 23 (dua
puluh tiga) responden menyatakan lebih sepi sekarang, sedangkan sisanya
4 Suyono, Karmuji, Rukan, dan Ari Widyawati, Wawancara Pribadi, Masing-masing Kepala Pasar
Wedarijaksa, Kepala Pasar Gembong, Kepala Pasar Juwana Baru, dan Kepala Pasar Godi, Januari 2013.
-
39
sebanyak 2 (dua) responden menyatakan ragu-ragu. Selanjutnya sebanyak 24 (dua
puluh empat) responden menyatakan bahwa sepinya pasar pada saat ini adalah
disebabkan keberadaan pasar modern.
Semakin tersingkirnya keberadaan pasar tradisional dibandingkan pasar
modern di atas apabila dibiarkan berlanjut tentu akan menjadikan tutupnya pasar
tradisional karena kehilangan fungsinya. Hilangnya pasar tradisional yang
berpuluh tahun menjadi penghubung perekonomian perdesaan dengan perkotaan,
tentunya akan berimbas pada hilangnya lapangan pekerjaan sekian banyak orang
yang menggantungkan nafkahnya di pasar-pasar tradisional.
Mengantisipasi hal-hal tersebut di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten Pati
telah menerbitkan peraturan daerah yang secara khusus mengatur keberadaan
pasar tradisional, yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pasar. Adapun sebagai pelaksana dari Peraturan Daerah Kabupaten Pati
Nomor 6 Tahun 2008 tersebut adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Pati atau yang dalam hal ini adalah Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati.
Disebutkan dalam ketentuan Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Pati
Nomor 6 Tahun 2008, bahwa lokasi pendirian pasar dan toko modern wajib
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Detail
Tata`Ruang Kabupaten termasuk Peraturan Zonasinya.
Menyikapi ketentuan Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6
Tahun 2008 tersebut di atas, Edi Setiyanto selaku Kabid Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati menyatakan bahwa ketentuan
tersebut hingga kini belum dapat dilaksanakan, karena Rencana Tata Ruang
-
40
Wilayah Kabupaten Pati sebagaimana tertuang pada Peraturan Daerah Kabupaten
Pati Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Tahun 2010 2030 dalam ketentuannya tidak ada satu pun yang mengatur tentang
pasar tradisional. Selanjutnya Peraturan Zonasi sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 hingga
kini juga belum diterbitkan.5
Selanjutnya mengenai pembangunan, pemindahan, penghapusan pasar dan
toko modern di Kabupaten Pati, disebutkan dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan
Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008, yaitu bahwa pembangunan,
pemindahan, dan penghapusan Pasar harus mendapat persetujuan dari Bupati.
Pembangunan, pemindahan, dan penghapusan Toko Modern diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Namun demikian dalam kenyataannya, peraturan bupati sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6
Tahun 2008 tersebut di atas hingga kini juga belum terbit. Kondisi demikian ini
pada akhirnya menjadikan pelaksanaan pengawasan terhadap pendirian pasar
modern menjadi terkendala, sehingga dalam praktiknya menjadikan pembangunan
pasar modern semakin tak terkendali.6
Upaya pelestarian pasar tradisional di Kabupaten Pati juga dilakukan
dengan cara menjaga ketertiban, kebersihan, dan kenyamanan pasar tradisional.
Hal ini dilakukan mengingat selama ini pasar tradisional identik dengan
kesemrawutan, kotor dan becek, serta tingkat keamanan yang rawan. Oleh sebab
itu dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 juga diatur hal-
5 Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013.
6 Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013.
-
41
hal yang menyangkut ketertiban, kebersihan, dan keamanan pasar tradisional.
Disebutkan dalam ketentuan Pasal 8 Peraturan Daerah Kabupaten Pati
Nomor 6 Tahun 2008, yaitu bahwa setiap kios dipasangi papan identitas yang
memuat nomor urut, letak, luas dan jenis dagangan. Setiap los pasar dipasang
papan identitas yang memuat nomor urut, letak, luas, jenis dagangan dan jumlah
pedagang. Namun dalam pelaksanaannya, papan identitas yang terpasang di pasar-
pasar tradisional yang ada di Kabupaten Pati hanyalah sebatas menunjukkan letak
(blok) saja, tanpa ada informasi tentang nomor urut, luas, jenis dagangan dan
jumlah pedagang.
Mengenai hal di atas, Edi Setiyanto selaku selaku Kabid Pengelolaan Pasar
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati menyatakan bahwa
pihaknya telah menginstruksikan kepada masing-masing Kepala Pasar yang ada di
Kabupaten Pati untuk memenuhi ketentuan Pasal 8 Peraturan Daerah Kabupaten
Pati Nomor 6 Tahun 2008, sehingga pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
masing-masing Kepala Pasar tersebut.7
Dari pihak Kepala Pasar di Kabupaten Pati, yang dalam hal ini diwakili
oleh Kartono selaku Kepala Pasar Puri Kabupaten pati, bahwa memang untuk
sementara ini papan informasi yang disediakan masih sebatas informasi tempat
(blok), belum secara keseluruhan sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 8
Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008. Hal tersebut dikarenakan
banyak faktor, misalnya saja belum adanya papan identitas yang menyebutkan
jenis dagangan adalah dikarenakan masih banyak pedagang di pasar yang belum
menempati tempat sebagaimana yang telah ditentukan, atau belum mengelompok
7 Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013.
-
42
sesuai jenis dagangannya.8
Lebih lanjut disampaikan, bahwa walaupun sebenarnya pihak Kantor Pasar
telah menentukan kios dan los sesuai jenis dagangannya, namun pada
kenyataannya masih banyak pedagang yang tidak mengindahkan ketentuan
tersebut. Pada dasarnya, kewenangan untuk mengatur kios dan los sesuai jenis
dagangan di pasar tradisional telah diamantkan oleh ketentuan Pasal 9 Peraturan
Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa
penggunaan kios, los, dan pelataran pasar diatur sesuai dengan jenis dagangan
yang telah ditentukan. Untuk terciptanya ketertiban, kebersihan, kesehatan dan
kerapian serta keindahan pasar, Kepala Pasar berhak menentukan, mengatur dan
melakukan penertiban. Namun upaya penertiban di sini belum pernah dilakukan
mengingat kondisi pasar yang cenderung sepi, sehingga pihaknya sungkan untuk
melakukan penertiban. 9
Selanjutnya untuk menertibkan pendirian kios dan los di pasar-pasar
tradisional di Kabupaten Pati, ketentuan Pasal 10 Peraturan Daerah Kabupaten
Pati Nomor 6 Tahun 2008 mensyaratkan adanya izin dari Bupati. Dalam
pelaksanaannya ketentuan ini telah dilaksanakan, dengan hasil pelayanan
perizinan sebagai berikut:
8 Kartono, Wawancara Pribadi, Kepala Pasar Puri Kab. Pati, Januari 2013.
9 Kartono, Wawancara Pribadi, Kepala Pasar Puri Kab. Pati, Januari 2013.
-
43
Tabel 4.
Pelayanan Perizinan Kios dan Los Pasar Kab. Pati
Tahun 2013
No. Jenis Pasar Jenis Ijin
Kios Los Pelataran
1 Pasar Daerah 98 74 267
2 Pasar Pemb. Daerah 256 112 134
Sumber Data: Statistik Disperindag Kab. Pati 2013
Di bidang ketertiban, keamanan, dan kebersihan, Pasal 18 dan Pasal 20
Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 mewajibkan semua
pedagang yang ada di dalam pasar maupun di luar pasar untuk ikut menjaga
ketertiban, keamanan, dan kebersihan.
Berpijak dari hasil penelitian tersebut di atas, dapat ditarik pengertian
bahwa pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pasar telah dilaksanakan oleh Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati melalui masing-masing Kepala
Kantor Pasar yang ada di Kabupaten Pati. Namun demikian pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pasar tersebut masih belum
dapat optimal berkaitan adanya beberapa kendala yang muncul, khususnya yang
menyangkut upaya melestarikan pasar tradisional di Kabupaten Pati.
Apabila mencermati lebih seksama terhadap hasil penelitian di atas,
khususnya yang berkaitan dengan upaya pelestarian pasar tradisional di Kabupaten
Pati, pada dasarnya Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pasar belum dapat dilaksanakan karena belum ada peraturan perundang-
undangan yang menindaklanjuti Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun
-
44
2008 tentang Pasar tersebut.
Belum adanya ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
diamanatkan dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6
Tahun 2008, yang menyatakan bahwa pembangunan, pemindahan, dan
penghapusan Pasar harus mendapat persetujuan dari Bupati. Pembangunan,
pemindahan, dan penghapusan Toko Modern diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati, menjadikan banyaknya pndirian pasar modern yang tidak terkontrol,
sehingga pada akhirnya akan semakin membuat keberadaan pasar tradisional
tersisih.
Selanjutnya apabila memperhatikan isi Peraturan Daerah Kabupaten Pati
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Tahun 2010 2030 dimana tidak ada satu pun ketentuan yang mengatur tentang
pasar tradisional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan Daerah
Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008, menunjukkan kurangnya keseriusan
Pemerintah Daerah Kabupaten Pati dalam upaya melestarikan pasar tradisional.
Demikian pula terhadap Peraturan Zonasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 yang hingga kini
juga belum diterbitkan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pasar sebagai
upaya melestarikan pasar tradisional di Kabupaten Pati sebagaimana telah
diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Peraturan Daerah Kabupaten
Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pasar telah dilaksanakan dengan baik oleh
Bidang Pengelolaan Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati.
-
45
Namun demikian dari pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6
Tahun 2008 tersebut belum ada kegiatan berarti yang bertujuan untuk
melestarikan keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Pati. Hal tersebut
dikarenakan belum diterbitkannya Peraturan Bupati yang menindaklanjuti
ketentuan tentang penghapusan pasar tradisional dan pendirian toko modern
sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten
Pati Nomor 6 Tahun 2008.
B. Kendala-kendala Yang Muncul Pada Pelaksanaan Peraturan Daerah
Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pasar Sebagai Upaya
Melestarikan Pasar Tradisional di Kabupaten Pati
Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan Peraturan Daerah
Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pasar sebagai upaya melestarikan
pasar tradisional di Kabupaten Pati sebagaimana telah diuraikan pada sub bab
terdahulu, terlihat bahwa kendala yang muncul pada pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pasar sebagai upaya
melestarikan pasar tradisional di Kabupaten Pati adalah belum diterbitkannya
Peraturan Bupati yang menindaklanjuti ketentuan tentang penghapusan pasar
tradisional dan pendirian toko modern sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan
Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008, serta belum
adanya keseriusan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati dalam upaya melestarikan
pasar tradisional.
Mengenai hal tersebut di atas, Edi Setiyanto selaku Kabid Pengelolaan
Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati menyatakan bahwa
-
46
memang hingga kini belum ada atau belum diterbitkan Peraturan Bupati yang
menindaklanjuti ketentuan tentang penghapusan pasar tradisional dan pendirian
toko modern sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah
Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008. 10
Lebih lanjut ditambahkan bahwa terbitnya Peraturan Bupati yang
menindaklanjuti ketentuan tentang penghapusan pasar tradisional dan pendirian
toko modern sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah
Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 sangat diharapkan oleh banyak pihak
sebagai upaya melestarikan keberadaan pasar tradisional dari keberadaan toko-
toko modern yang jumlahnya dari hari ke hari semakin berlipat. 11
Dengan belum terbitnya Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud di atas,
pada akhirnya menjadikan upaya pelestarian pasar tradicional di Kabupaten Pati
mandul atau tidak dapat dilaksanakan.12
Lebih lanjut disampaikan bahwa selain kendala tersebut di atas, masih
terdapat kendala lain yang muncul pada pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten
Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pasar sebagai upaya melestarikan pasar
tradisional di Kabupaten Pati, yaitu kurangnya kesadaran para pedagang pasar
untuk ikut menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan, serta rendahnya
kesadaran para pedagang untuk mengikuti aturan yang ditetapkan oleh masing-
masing Kepala Pasar.13
Ditambahkan lebih lanjut bahwa menyikapi adanya persaingan dari toko-
toko modern, seharusnya para pedagang di pasar berupaya membuat nyaman
10
Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013. 11
Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013. 12
Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013. 13
Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013.
-
47
pengunjung yang datang dengan cara ikut menjaga kebersihan, ketertiban, dan
keamanan pasar. Hal ini sebenarnya mutlak dilakukan mengingat kekurangan
pasar tradisional dibandingkan pasar-pasar atau toko-toko modern hanyalah
mengenai tiga hal tersebut. Selama ini opini masyarakat terhadap keberadaan
pasar tradisional lebih banyak dianggap sebagai pasar yang kotor, kumuh, dan
penuh kesemrawutan.14
Hal tersebut di atas juga dibenarkan oleh Kepala Pasar di masing-masing
pasar tradisional di Kabupaten Pati, bahwa hal yang dirasakan oleh meraka sulit
dalam mengarahkan para pedagang adalah dalam bidang kebersihan, ketertiban,
dan keamanan. Padahal hampir setiap hari petugas pasar mengingatkan kepada
para pedagang untuk selalu menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan, namun
selalu diabaikan oleh mereka. Selain itu, para pedagang juga sering tidak
menempati temapt berdagang yang telah ditentukan oleh pihak pasar. Dengan
berbagai dalih mereka akan kembali lagi berdagang di tempat awal. Padahal
tujuan pengelompokan pedagang sesuai jenis dagangannya adalah untuk
memudahkan pembeli dan membuat nyaman pembeli, serta untuk menghindari
kesan kumuh di pasar tradisional.15
Dari hasil penelitian terhadap kendala-kendala yang muncul pada
pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pasar
sebagai upaya melestarikan pasar tradisional di Kabupaten Pati sebagaimana
tersebut di atas, dapat ditarik pengertian bahwa kendala-kendala yang muncul
pada pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang
14
Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013. 15
Suyono, Karmuji, Rukan, dan Ari Widyawati, Wawancara Pribadi, Masing-masing Kepala Pasar
Wedarijaksa, Kepala Pasar Gembong, Kepala Pasar Juwana Baru, dan Kepala Pasar Godi, Januari 2013.
-
48
Pasar sebagai upaya melestarikan pasar tradisional di Kabupaten Pati meliputi 2
(dua) hal, yaitu belum diterbitkan Peraturan Bupati yang menindaklanjuti
ketentuan tentang penghapusan pasar tradisional dan pendirian toko modern
sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten
Pati Nomor 6 Tahun 2008, dan rendahnya kesadaran para pedagang di pasar
tradisional untuk ikut menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan.
Terhadap kendala pertama yang muncul pada pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pasar sebagai upaya
melestarikan pasar tradisional di Kabupaten Pati, yaitu belum diterbitkan
Peraturan Bupati yang menindaklanjuti ketentuan tentang penghapusan pasar
tradisional dan pendirian toko modern sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan
Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008, seharusnya
menjadi perhatian serius dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pati kalau memang
benar-benar ingin melestarikan keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Pati.
Sebagaimana diketahui bahwa peraturan perundang-undangan sebagai
norma merupakan petunjuk apa yang harus diperbuat dan mana yang tidak boleh,
sehingga segala sesuatunya dapat berjalan tertib dan teratur. Kesemuanya itu dapat
dimungkinkan karena peraturan perundang-undangan mempunyai sifat mengatur
tingkah laku manusia serta mempunyai ciri memerintah dan melarang. Dengan
adanya peraturan perundang-undangan yang menindaklanjuti ketentuan tentang
penghapusan pasar tradisional dan pendirian toko modern sebagaimana
diamanatkan dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6
Tahun 2008, tentunya akan menjadikan masyarakat mengerti arti pentingnya
pelestarian pasar tradisional.
-
49
Selanjutnya mengenai rendahnya kesadaran para pedagang untuk ikut
menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan pasar, hal tersebut sebenarnya
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adalah SDM yang juga rendah.
Pendapat tersebut adalah sebagaimana disampaikan oleh Kartono, Kepala Pasar
Puri Kabupaten Pati, yaitu bahwa mayoritas pedagang yang ada di pasar-pasar
tradisional di wilayah kerjanya mayoritas adalah pedagang lama yang usianya
cenderung sudah tua. Mereka pada umumnya memang tidak paham sama sekali
terhadap arti pentingnya pasar tradisional kecuali hanya sebatas tempat
berjualan.16
Dengan pengertian lain, kendala yang berupa rendahnya kesadaran para
pedagang untuk ikut menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan pasar pada
dasarnya dapat diatasi dengan cara maemberikan sosialisasi kepada para pedagang
mengenai arti pentingnya menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan pasar
sekaligus berkaitan dengan pelestarian pasar tradisional.
Berkaitan dengan upaya sosialisasi kepada para pedagang mengenai arti
pentingnya menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan pasar sekaligus
berkaitan dengan pelestarian pasar tradisional, Edi Setiyanto selaku Kabid
Pengelolaan Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati
menyatakan bahwa memang diakui hingga saat ini belum pernah diselenggarakan
kegiatan sosialisasi secara langsung kepada para pedagang karena keterbatasan
anggaran yang ada. Namun sosialisasi secara tidak langsung, yaitu melalui
pengeras suara sudah seriang dilaksanakan.17
Menyikapi upaya sosialisasi tentang arti pentingnya kebersihan, ketertiban,
16
Kartono, Wawancara Pribadi, Kepala Pasar Puri Kab. Pati, Januari 2013. 17
Edi Setiyanto, Wawancara Pribadi, Kabid Pengelolaan Pasar Disperindag Kab. Pati, Januari 2013.
-
50
dan keamanan yang telah dilakukan oleh Kepala Pasar melalui pengeras suara
tersebut di atas, hal tersebut tentunya masih kurang efektif, mengingat pada
umumnya pengumuman yang dilewatkan pengeras suara jarang sekali
diperhatikan atau kalah dengan kebisingan pasar.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kendala-kendala yang
muncul pada pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pasar sebagai upaya melestarikan pasar tradisional di Kabupaten Pati
tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kendala-kendala yang muncul
pada pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pasar sebagai upaya melestarikan pasar tradisional di Kabupaten Pati terdiri dari
kendala internal dan kendala eksternal. Kendala internalnya adalah belum
diterbitkannya Peraturan Bupati yang menindaklanjuti ketentuan tentang
penghapusan pasar tradisional dan pendirian toko modern sebagaimana
diamanatkan dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 6
Tahun 2008, sedangkan kendala ekstrnalnya adalah rendahnya kesadaran para
pedagang pasar tradisional untuk ikut menjaga kebersihan, ketertiban, dan
keamanan serta rendahnya kesadaran untuk mentaati peraturan yang ditetapkan
oleh masing-masing Kepala Pasar.