bab iv

Upload: wahyu-faisal-putra

Post on 14-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 57

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. DATA UMUM

    Karakteristik tempat pengambilan data

    Ruang bedah (Flamboyan) RSUD Gambiran Kediri terdiri atas

    empat kamar perawatan. Dari kelas 1 sebanyak lima kamar perawatan

    mulai dari 1A-1E. Kelas 2 sebanyak tuju kamar perawatan dari 2A-2E.

    Kelas 3 sebanyak tiga kamar perawatan dari 3A-3C. Dan satu kamar ROI

    (Room Observation Intensive). Ruang perawatan berada ditengah-tengah

    kamar perawatan.

    Karakteristik Klien

    a. Identitas klien

    Nama Tn. S usia 47 tahun, pekerjaan buruh bangunan, alamat

    rumah Bandar lor gang 4 Rt 16 / Rw 03 Kediri. Dirawat di rumah sakit

    sejak tanggal 07 juni 2012 (satu hari perawatan) tanggal pengkajian 08

    Juni 2012. No Register 250964

    b. Riwayat Keperawatan

    Riwayat penyakit sekarang

    Pada tanggal 7 juni 2012 sekitar jam 03.00 wib klien

    mengalami kecelakaan lalu lintas menabrak pohon di daerah

    Nganjuk. Berdasarkan keterangan adik korban yang saat itu di

    bonceng, klien mengendarai sepeda motor dengan kecepatan kurang

    lebih 80 km/jam dan diduga saat itu mengantuk. Saat kejadian klien

  • 58

    tidak sadar, tidak ada liquor dari telinga dan hidung. Klien juga tidak

    muntah. Kemudian klien langsung dibawa ke RS. Bayangkara

    Nganjuk, dengan kesadaran menurun, terdapat luka lecet di bibir

    bagian atas dan bawah. Dan juga bawah bibir 2x2 cm, 3x2 cm,

    hematoma kepala tidak ada, pasien gelisah, GCS 113, tekanan darah

    130/70 mmhg, nadi 80x/menit, suhu 370C RR 24x/menit. Kemudian

    dirujuk di RSUD Gambiran Kediri, tiba di UGD pada jam 12.00

    dilakukan CT Scan kepala dan pemeriksaan GDA. Setelah itu klien

    dibawa ke ruang flamboyan.

    Riwayat penyakit dahulu

    Keluarga klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat

    penyakit keturunan maupun menular seperti diabetes melitus dan

    hipertensi. Klien juga tidak mempunyai riwayat cedera kepala

    sebelumnya maupun riwayat mengkonsumsi alkohol. Klien baru kali

    ini dirawat di rumah sakit.

    Riwayat kesehatan keluarga

    Keluarga Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada

    yang menderita penyakit keturunan maupun penyakit menular seperti

    diabetes melitus dan hipertensi.

  • 59

    Genogram

    Gambar 4.1 Genogram

    Keterangan:

    : Laki-laki : Klien

    : Perempuan : Tinggal satu rumah

    : Meninggal : Garis keturunan

    Data Psiko Sosial Spiritual

    Psiko : Keluarga klien berharap ingin cepat sembuh kembali

    seperti biasanya.

    Sosial : Saat pengkajian klien mengalami penurunan kesadaran

    sehingga klien belum mampu diajak berkomunikasi.

    Spiritual : Klien beragama islam, tapi tidak melakukan ibadah

    sholat karena sakitnya.

    Pola aktivitas sehari-hari

    a) Nutrisi

    Makan

    Di rumah : Keluarga klien mengatakan makan 3 x / hari,

    waktu teratur, tiap porsi habis, komposisi nasi,

    sayur, lauk dan buah jarang.

  • 60

    Di rumah sakit : Klien belum makan

    Minum

    Di rumah : Keluarga klien mengatakan sehari minum air

    putih 6-7 gelas sehari, kadang minum kopi.

    Di rumah sakit : Klien belum minum.

    b) Kebutuhan tidur dan istirahat

    Di rumah

    Keluarga klien mengatakan siang hari klien tidak tidur

    dikarenakan kerja, malam hari tidur kurang lebih 7 jam.

    Di rumah sakit

    Saat pengkajian, kesadaran klien somnolen.

    c) Eliminasi

    BAK (Buang Air Kecil)

    Di rumah : Keluarga klien mengatakan BAK 5-6 kali /

    hari, warna kuning jernih, bau khas, tidak ada

    kesulitan saat BAK.

    Di rumah sakit : Klien terpasang selang kateter, saat pengkajian

    urin tampung sejumlah 400cc, warna kuning

    jernih, bau khas urine.

    BAB (Buang Air Besar)

    Di rumah : Keluarga klien mengatakan BAB 1-2 hari 1x

    setiap pagi, warna kuning, lunak. Tidak ada

    kesulitan saat BAB.

  • 61

    Di rumah sakit : Keluarga klien mengatakan klien belum

    BAB.

    d) Kebersihan diri dan seksual

    Di rumah

    Keluarga klien mengatakan mandi sehari 2x, gosok gigi sehari 2x,

    keramas 2x seminggu.

    Di rumah sakit

    Klien hanya diseka oleh istrinya 1x sehari.

    Keadaan / penampilan umun

    Klien lemah, tidak rapi, terpasang infus D5 NS pada

    tangan kiri, terpasang restrain tali pada kedua tangan, klien sering

    tidur karena penurunan kesadaran, klien terpasang selang kateter,

    terdapat luka lecet pada bibir bagian atas dan di dagu/rahang bawah

    yang tertutup kasa, serta terdapat luka jahitan pada bibir bagian

    bawah.

    Tanda-tanda vital

    Tekanan darah : 110/70 mmHg

    Suhu tubuh : 36,5 0C

    Nadi : 84 x/menit

    Pernafasan : 16 x/menit

    TB / BB : 174 cm/72 kg

    Pemeriksaan Fisik

    a) Kepala dan leher

    Kepala : Simetris, rambut hitam, tidak ada hematoma, tidak

    ada perdarahan, nyeri tekan.

    Wajah : Bentuk bulat, berminyak, ada luka lecet yang

    terbalut kasa dengan keadaan terdapat povidon iodin

    di dagu/rahang bawah

    Mata : Kedua mata simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak

    ada luka terbuka.

  • 62

    Hidung : Tidak ada benjolan, tidak ada liquor dari hidung.

    Telinga : Kedua telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada

    liquor dari telinga, tidak ada nyeri tekan.

    Mulut : Bibir kering, kotor, terdapat luka lecet di bibir

    bagian atas, dan luka jahitan pada bibir bagian

    bawah sebanyak 2 jahitan dengan keadaan masih

    basah.

    Leher : Tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar

    tiroid.

    b) Pemeriksaan Integumen/kulit dan kuku

    Terdapat luka lecet pada dagu/rahang bawah 2x2 cm, 2x3 cm dan

    hanya sedikit dibawah leher.

    CRT kembali < 2 detik. Kuku panjang dan kotor.

    c) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak

    Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka, tidak ada benjolan.

    d) Thorak

    Inspeksi : Bentuk dada normal chest, simetris kanan dan

    kiri, tidak terdapat retraksi otot dada, tidak ada

    luka.

    Palpasi : Pergerakan thorak kanan dan kiri sama, taktil

    fremitus simetris kanan dan kiri, Tidak ada nyeri

    tekan.

    Perkusi : Terdengar suara sonor.

    Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan (Ronkhi,

    wheezing, stridor).

  • 63

    e) Paru

    Auskultasi : Suara nafas vesikuler, irama pernapasan reguler,

    tidak ada suara tambahan (ronkchi, wheezing,

    stridor).

    f) Jantung

    Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.

    Palpasi : Ictus cordis teraba pada mid clavikula ics 4 dan

    5.

    Perkusi : Pekak.

    Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, bunyi lup dup, tidak

    ada suara tambahan (murmur).

    g) Abdomen

    Inspeksi : Bentuk datar, tidak ada luka.

    Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran

    hepar.

    Perkusi : Terdengar suara tympani.

    Auskultasi : Bising usus 10x/menit.

    h) Pemeriksaan genetalia dan sekitarnya

    Tidak terdapat luka dan keadaan selang kateter bersih.

    i) Pemeriksaan musculoskeletal

    Pada ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat luka. Pada tangan

    kiri tedapat infus D5 NS

    Kekuatan otot : Belum bisa diukur karena klien mengalami

    penurunan kesadaran.

  • 64

    j) Pemeriksaan Neurologis

    N. Olfaktorius : Belum bisa dikaji karena mengalami

    penurunan kesadaran

    N. Optikus : Penglihatan pasien tidak fokus.

    N. Okulomotorius : Penurunan gerakan kelopak mata.

    N. Troklearis : Gerakan mata lambat.

    N. Trigeminus : Klien mampu menggerakkan

    rahangnya minimal.

    N. Abdusen : Deviasi mata lateral lambat.

    N. Fasialis : Gerakan otot wajah kaku.

    N. Vestibulokoklearis : Ketika klien dipanggil namanya klien

    dapat berespon dengan membuka mata.

    N. Glosofaringeus : Belum bisa dikaji karena mengalami

    penurunan kesadaran.

    N. Vagus : Belum bisa dikaji karena mengalami

    penurunan kesadaran.

    N. Assesorius : Klien dapat menggerakkan kepalanya

    ke kanan dan ke kiri.

    N. Hipoglosus : Belum bisa dikaji karena mengalami

    penurunan kesadaran.

    k) Pemeriksaan status mental

    Kesadaran Somnolen, GCS 3-3-3

    Pemeriksaan penunjang medis

    Tgl. 07 juni 2012

    WBC (Lekosit) 14.7 ribu/uL (Normal 4.8-10.8 ribu/uL)

    RGB (Eritrosit) 4.72 juta/uL (Normal 4.2-6.1 juta/uL)

  • 65

    HGB (Hemoglobin) 13.4 g/dl (Normal 12-18 g/dl)

    HCT (Hematokrit) 41.4 % (Normal 37-52 %)

    PLT (Trombosit) 210 ribu/uL (Normal 150-450 ribu/uL)

    CT Scan kepala tanpa kontras:

    a) Telah dilakukan pemeriksaan helical CT Scan kepala irisan axial //

    oM line, tanpa kontras.

    b) Tidak tampak perdarahan, infarct, abscess maupun massa

    intrakranial.

    c) Ventricle sistim dan cisterna normal.

    d) Selel dan gyri normal.

    e) Tidak ada klasifikasi abnormal.

    f) Tidak tampak deviasi midline structure.

    g) Tidak ada perselubungan 62 HU membentuk air fluid level pada

    sinus maxilaris dexstra dan sinistra.

    Kesan :

    a) Hemorage pada sinus maxilaris dexstra dan sinistra.

    b) IntraCranial tidak tampak kelainan.

    Tgl. 08 juni 2012

    WBC 17.3 ribu/uL (Normal 4.8-10.8 ribu/uL)

    RBC 4.65 juta/uL (Normal 4.2-6.1 juta/uL)

    HGB 13.2 g/dl (Normal 12-18 g/dl)

    HCT 38.6 % (Normal 37-52 %)

    PLT 207 ribu/uL (Normal 150-450 ribu/uL)

    GDA 74 mg/dl (Normal 80-125 mg/dl)

  • 66

    Penatalaksanaan dan terapi

    Tgl.07 juni 2012 :

    a) Phenytoin 3x50 mg/IV

    b) Ketorolac 3x 30 mg/IV

    c) Ceftriaxon 2x1 gr/IV

    d) Piracetam 3x3 gr/IV

    e) O2 nasal 3 lpm (liter per menit)

    f) Cairan infus D5 NS 20 tpm (tetes per menit)

    g) Manitol 1x200 cc

    Tgl.08 juni 2012 :

    a) Phenytoin 3x50 mg/IV

    b) Ketorolac 3x30 mg/IV

    c) Ceftriaxon 2x1 gr/IV

    d) O2 nasal 3 lpm

    e) Cairan infus D5 NS 20 tpm

    f) Manitol 4x100 cc

    Tgl.09 juni 2012 :

    a) Phenytoin 3x50 mg/IV

    b) Ketorolac 3x30 mg/IV

    c) Ceftriaxon 2x1 gr/IV

    d) O2 nasal 3 lpm

    e) Cairan infus D5 NS 20 tpm

    f) Manitol 4x100 cc

  • 67

    Tgl.10 juni 2012 :

    a) Phenytoin 3x50 mg/IV

    b) Ketorolac 3x30 mg/IV

    c) O2 nasal 3 lpm

    d) Cairan infus D5 NS 20 tpm

    e) Manitol 4x100 cc

    Tgl.11 juni 2012

    a) Ampicillin 1gr/IV

    b) Infus RL 20 tpm

    Harapan pasien dan keluarga sehubungan dengan masalah

    Keluarga mengharapkan agar klien cepat sembuh dan sadar

    kembali dan bisa segera dipulangkan agar bisa berkumpul lagi

    dengan keluarganya dan kembali bekerja seperti biasanya.

    Discharge Planning

    a) Keluarga/klien melakukan atau bisa melakukan perawatan

    dirumah (AKS, obat-abatan).

    b) Keluarga/klien mengerti tanda-tanda bila terjadi PTIK berulang

    seperti pusing yang meningkat, muntah, kejang. Bila terjadi

    kondisi seperti ini klien harus segera dibawa kembali ke RS.

    c) Tidak ada hemoragi, hematoma pada kepala.

    d) Keluarga/klien memahami hal-hal yang menyebabkan PTIK

    antara lain: Mengejan, batuk, dan menunduk terlalu lama.

    e) Menganjurkan klien untuk kontrol sesuai jadwal yang diberikan/

    jika obat habis.

  • 68

    Analisa Data

    Tabel. 4.1 Analisa Data Pada Tn. S dengan Cedera Kepala Sedang

    No KELOMPOK

    DATA KEMUNGKINAN

    PENYEBAB MASALAH

    1 DS: Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien post trauma kecelakaan lalu lintas menabrak pohon. DO: a. Keadaan umum lemah. b. GCS 3-3-3 c. Kesadaran Somnolen d. TTV

    TD:110/70 mmHg Nadi: 80x/mnt Suhu: 36,5 0C RR:16X/mnt)

    e. Tidak muntah f. Tidak kejang g. CT scan kepala tanpa

    kontras Kesan: 1) Hemoragi pada sinus

    maxilaris dexstra dan sinistra

    2) Intracranial tidak tampak kelainan

    Edema serebral sekunder terhadap trauma kepala

    Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

    2 DS: - DO: a. Keadaan umum lemah b. Terdapat luka jahitan pada bibir bagian bawah sebanyak 2 jahitan masih basah c. Terdapat luka lecet pada dagu/rahang bawah 2x2cm, 2x3cm tertutup kasa d. TTV (TD: 110/70 mmhg Nadi: 80x/mnt Suhu: 36,5 RR: 16X/mnt e. Pemeriksaan laboratorium Leukosit : 14.7 ribu/uL Eritrosit : 4.72 juta/uL Hemoglobin : 13.4 g/dl Hematokrit : 41.4 % Trombosit : 210 ribu/uL

    Jaringan trauma dan kulit rusak

    Resti infeksi

  • 69

    3 DS: Keluarga mengatakan menyeka klien 1x sehari DO: a. Keadaan umum

    lemah b. Penampilan tidak

    rapi c. Kesadaran somnolen d. GCS 3-3-3 e. Wajah berminyak f. Mulut kotor g. Kuku kotor

    Penurunan kesadaran akibat trauma kepala

    Sindrom defisit perawatan diri

    Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan

    Tabel. 4.2 Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan Pada Tn. S dengan Cedera Kepala

    Sedang

    NO DIAGNOSA

    KEPERAWATAN TANGGAL MUNCUL

    TANGGAL TERATASI

    TANDA TANGAN

    1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral sekunder terhadap trauma kepala

    08 juni 2012

    11 juni 2012

    2. Resti infeksi b/d jaringan trauma dan kulit rusak

    08 juni 2012 11 juni 2012

    3. Sindrom defisit perawatan diri b/d penurunan kesadaran sekunder terhadap trauma kepala

    08 juni 2012 11 Juni 2012

    Intervensi Asuhan Keperawatan

    Tabel. 4.3 Intervensi Asuhan Keperawatan Pada Tn. S dengan Cedera Kepala Sedang

    No Diagnosa

    keperawatan

    Tujuan Kriteria-Standar

    Intervensi

    Rasional

    1 Ketidakefek-tifan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral sekunder terhadap trauma kepala

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien mampu mempertahankan tingkat kesadaran biasa

    Mandiri 1. Tentukan faktor

    faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan

    Mandiri 1. Menentukan

    pilihan intervensi. Penurunan tanda/gejala neurologis/ kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan

  • 70

    KH : Klien mampu menunjukkan perbaikan kognitif, perbaikan motorik sensori, tanda-tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda PTIK.

    otak dan potensial peningkatan TIK.

    2. Pantau/catat status

    neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar (misalnya skala koma Glascow).

    3. Pantau tekanan

    darah, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan nadi yang semakin berat; observasi terhadap hipertensi pada pasien yang mengalami trauma multipel.

    4. Frekuensi jantung

    catat adanya bradikardia, takikardia, atau bentuk disritmia lainnya.

    awal mungkin menunjukkan bahwa pasien perlu di pindahkan ke perawatan intensif untuk memantau tekanan TIK dan atau pembedahan.

    2. Mengkaji adanya

    kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.

    3.Peningkatan

    tekanan darah sistemik yang diikuti oleh penurunan tekanan darah diastolik (nadi yang membesar) merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK, jika diikuti oleh penurunan tingkat kesadaran. Hipovolemia/hipertensi (yang berhubungan dengann trauma multipel) dapat juga mengakibatkan kerusakan/iskemia serebral.

    4. Perubahan pada

    ritme (paling sering bradikardia) dan disritmia dapat timbul yang mencerminkan depresi/trauma

  • 71

    5. Pantau pernapasan

    meliputi pola dan iramanya. tingkah laku

    6. Kaji perubahan

    pada penglihatan, seperti penglihatan kabur, ganda, lapang pandang menyempit dan kedalaman persepsi.

    7. Pertahankan

    kepala/leher pada posisi tengah atau pada posisi netral, sokong dengan gulungan handuk kecil atau bantal kecil. Hindari pemakaian bantal besar pada kepala.

    8. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.

    pada batang otak pasien yang tidak mempunyai kelainan jantung sebelumnya

    5.Napas yang tidak

    teratur menunjukkan lokasi adanya gangguan serebral/peningkatan TIK dan memerlukan intervensi yang lebih lanjut termasuk kemungkinan napas buatan.

    6. Gangguan

    penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada otak, mempunyai konsekuensi terhadap keamanan dan juga akan mempengaruhi pilihan intervensi.

    7. Kepala yang

    miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena, yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.

    8. Petunjuk

    nonverbal ini mengindikasikan adanya peningkatan TIK atau adanya nyeri ketika pasien tidak dapat

  • 72

    9. Observasi adanya

    aktivitas kejang dan lindungi pasien dari cedera.

    10. Cegah kepala

    hiperfleksi/hiperekstensi.

    11. Berikan HE pada

    klien/keluarga Kolaborasi 12. Tinggikan kepala

    pasien 15-45 derajat sesuai indikasi/yang dapat ditoleransi.

    13. Pemberian O2

    sesuai indikas.

    mengungkapkan keluhannya secara verbal. Nyeri yang tidak hilang dapat menjadi pemacu munculnya TIK saat berikutnya.

    9. Kejang dapat

    terjadi sebagai akibat dari iritasi serebral, hipoksia, atau peningkatan TIK dan kejang dapat meningkatkan TIK lebih lanjut yang meningkatkan kerusakan jaringan serebral.

    10.Meningkatkan

    aliran balik vena dari kepala, sehingga mengurangi PTIK.

    11. Menambah

    pengetahuan tentang kondisi klien

    12. Meningkatkan

    aliran balik vena dari kepala, sehingga akan mengurangi kongesti dan edema atau resiko terjadinya peningkatan TIK.

    13. Mengurangi

    hipoksemia dapat meningkatkan vasodilatasi serebral, volume darah dan menaikkan TIK.

  • 73

    14. Berikan cairan intravena sesuai indikasi.

    15. Berikan obat

    osmosis diuretik. 16. Berikan

    analgetik. 17. Berikan

    antikonvulsan

    14. Mengurangi edema serebral, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah dan TIK.

    15. Diuretik mungkin

    digunakan pada fase akut untuk mengalirkan air dari sel otak, mengurangi edema serebral. dan TIK

    16. Diindikasikan

    untuk mengurangi nyeri.

    17. Mengatasi dan

    mencegah terjadinya aktivitas kejang.

    2 Resti infeksi b/d jaringan trauma dan kulit rusak

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu mempertahankan normotermia, bebas tanda tanda infeksi. KH: Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.

    Mandiri 1. Berikan perawatan

    aseptik dan antiseptik, pertahankan teknik cuci tangan yang baik.

    2. Observasi daerah

    kulit yang mengalami kerusakan(seperti luka, garis jahitan)

    3. Pantau suhu tubuh

    secara teratur. Catat adanya

    1. Cara pertama

    untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial.

    2. Deteksi dini

    perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya.

    3. Deteksi dini

    perkembangan infeksi

  • 74

    demam, menggigil, diaforesis dan perubahan fungsi mental(penurunan kesadaran).

    4. Observasi

    warna/kejernihan urine. Catat adanya bau busuk(yang tidak enak).

    Kolaborasi 5. Berikan antibiotik

    sesuai indikasi.

    memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya.

    4. Indikator dari

    perkembangan infeksi ada saluran kemih yang memerlukan tindakan segera.

    5. Terapi profilaktik

    dapat digunakan pada pasien yang mengalami trauma (perlukaan), kebocoran CSS atau setelah dilakukan pembedahan untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi nosokomial.

    3 Sindrom defisit perawatan diri b/d penurunan kesadaran sekunder terhadap trauma kepala

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien menunjukkan perawatan diri/ AKS (Aktifitas kehidupan klien). KH: Klien dapat berpartisipasi secara fisik /verbal dalam kebutuhan merawat diri, (makan, mandi, eliminasi, pakaian, berhias) mengidentifikasi personal/keluarg

    1. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari (dengan menggunakan skala 0-4)

    2. Kaji kembali pola

    kebersihan diri 3. Bantu klien dalam

    membersihkan badan, mulut, kuku

    4. Bantu pasien dan

    libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dalam

    1. Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual

    2. Sebagai data da-

    sar dalam mela-kukan intervensi

    3. Untuk

    mempertahankan rasa nyaman

    4. Membantu

    kebutuhan pasien. dan keluarga mengembalikan semangat pasien

  • 75

    a yang dapat membantu.

    memenuhi kebutuhan aktivitas, makan minum, mengenakan pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan perseorangan.

    5. Lakukan

    pendidikan kesehatan (HE) pentingnya kebersihan diri pada klien/keluarga

    untuk tetap menjaga kebersihan diri.

    5. Meningkatkan

    pengetahuan pada klien dan keluarga dan membuat klien lebih kooperatif

    Implementasi Keperawatan

    Tabel. 4.4 Implementasi Keperawatan Pada Tn. S dengan Cedera Kepala Sedang

    No No

    Diag Tgl Pelaks /

    jam Jenis tindakan TTD

    1 1 08 juni 2012 08.00 wib 08.10 wib 08.30 wib 08.45 wib

    1. Menentukan faktor faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK. Hasil : Saat kejadian klien tidak muntah, dan tidak didapatkan liquor dari hidung maupun telinga. Tidak ada kejang, hasil CT Scan tidak ada hemoragi maupun hematoma

    2. Mengukur GCS dan tingakat kesadaran

    Hasil : GCS 3-3-3, kesadaran somnolen 3. Mengukur tanda-tanda vital

    Hasil : TD:110/70 mmhg, Nadi:84x/mnt, Suhu:36,5 0C, RR:16x/mnt

    4. Mempertahankan kepala/leher pada posisi

    tengah atau pada posisi netral, menghindari pemakaian bantal besar pada kepala.

    5. Mempertahankan kepala tetap tinggi pada posisi 15 derajat

    6. Mencegah kepala hiperfleksi/hiperekstensi

  • 76

    09.00 wib 09.15 wib 11.00 wib 13.00 wib

    7. Memberikan obat analgetika: ketorolac 1x30

    mg, dan antikonvulsan: phenytoin 1x50 mg 8. Mengobservasi pemberian O2 nasal 3 lpm 9. Mengobservasi pemberian infus D5 NS 20

    tpm 10. Memperhatikan adanya gelisah yang

    meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya. Hasil: Klien tidak merintih maupun gelisah yang meningkat.

    11. Mengobservasi adanya aktivitas kejang. Hasil: Klien tidak kejang.

    12. Memberikan manitol 1x100 cc 13. Mengukur tanda-tanda vital TD:110/70

    mmhg, Nadi:80x/mnt, Suhu:36,5 0C, RR:16x/mnt

    2 08 juni 2012 08.30 wib 09.00 wib 10.00 wib 10.30 wib

    1. Mengukur TTV TD:110/70 mmhg,

    Nadi:84x/mnt, Suhu:36,5 0C, RR:16x/mnt. Terutama memantau suhu tubuh secara teratur. Mencatat adanya demam, menggigil.

    2. Memberikan antibiotik ceftriaxon 1x1 gr.

    3. Mengobservasi dan melakukan perawatan daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka lecet bagian atas dan luka garis jahitan pada bibir bagian bawah) dengan tekhnik aseptik dan antiseptik.

    4. Mengobservasi warna/kejernihan urine.

    Mencatat adanya bau busuk (yang tidak enak) Hasil: warna kuning jernih, bau khas urine

    3 08 juni 2012 08.10 wib 08.25 wib 12.00 wib

    1. Mengkaji kemampuan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari (dengan menggunakan skala 0-4). Hasil : Pasien pada skala 4; ketergantungan total, tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

    2. Mengkaji pola kebersihan diri klien.

    Hasil : pasien tadi pagi hanya diseka, muka berminyak, mulut kotor, pasien kurang rapi.

    3. Memberikan pendidikan kesehatan (HE)

  • 77

    pentingnya kebersihan diri bagi klien pada keluarga. Hasil : keluarga mengerti yang dijelaskan.

    2 1 09 juni 2012 08.00 wib 08.10 wib 08.30 wib 08.50 wib 09.00 wib 09.15 wib 13.00 wib

    1. Mengobservasi adanya tanda-tanda peningkatan

    TIK dan mengobservasi pemberian manitol 1x100cc. Hasil : Klien tidak muntah

    2. Mengobservasi GCS dan tingkat kesadaran

    Hasil : GCS 3-3-3, kesadaran: somnolen 3. Mengukur tanda-tanda vital TD:120/90 mmhg,

    Nadi:80x/mnt, Suhu:36,70C, RR:18x/mnt. Dan mengganti manitol 100cc dengan cairan infus D5 NS 20 tpm

    4. Mempertahankan kepala/leher pada posisi

    tengah atau pada posisi netral, menghindari pemakaian bantal besar pada kepala.

    5. Mempertahankan kepala tetap tinggi pada posisi 15 derajat

    6. Mencegah kepala hiperfleksi/hiperekstensi 7. Memberikan obat analgetika; ketorolac 1x30 mg

    dan antikonvulsan; phenytoin 1x50mg 8. Mengobservasi O2 nasal 3 lpm 9. Mengobservasi pemberian infus D5 NS 20

    tpm 10. Memperhatikan adanya gelisah yang

    meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.

    Hasil : Klien tidak merintih maupun gelisah yang meningkat.

    11. Mengobservasi adanya aktivitas kejang. Hasil: Klien tidak kejang.

    12. Mengukur tanda-tanda vital: TD:120/80 mmhg,

    Nadi:76x/mnt, Suhu:36,70C, RR:18x/mnt.

  • 78

    2 09 juni 2012 08.30 wib 09.00 wib 10.30 wib 11.00 wib

    1. Mengukur tanda-tanda vital: TD:120/90 mmhg,

    Nadi:80x/mnt, Suhu:36,70C, RR:18x/mnt. 2. Memberikan antibiotik ceftriaxon 1x1 gr. 3. Mengobservasi dan merawat daerah kulit yang

    mengalami kerusakan (luka lecet bagian atas dan luka garis jahitan pada bibir bagian bawah dan mengganti kassa dengan sufrarul pada luka lecet pada dagu/rahang bawah), dengan tekhnik aseptik dan antiseptik.

    4. Mengobservasi warna/kejernihan urine.

    Mencatat adanya bau busuk (yang tidak enak). Hasil: warna kuning jernih, bau khas urine.

    3 09 juni 2012 08.10 wib 08.25 wib 12.30 wib

    1. Mengkaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 0-4). Pasien pada skala 4; ketergantungan total, tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

    2. Mengkaji pola kebersihan diri klien.

    Hasil: pasien sudah diseka, mulut kotor. 3. Membantu klien dalam membersihkan badan,

    mulut dan melibatkan keluarga dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

    3 1 10 juni 2012 08.00 wib 08.10 wib 08.30 wib 08.45 wib

    1. Mengobservasi adanya peningkatan TIK

    Hasil: Klien tidak pusing, mual, muntah. 2. Mengobservasi GCS dan tingkat kesadaran

    Hasil: GCS 4-4-5, kesadaran somnolen 3. Mengukur tanda-tanda vital TD:120/70 mmhg,

    Nadi:78x/mnt, Suhu:36,7 0C, RR:18x/mnt. 4. Mempertahankan kepala/leher pada posisi

    tengah atau pada posisi netral, menghindari pemakaian bantal besar pada kepala.

    5. Mempertahankan kepala tetap tinggi pada posisi 15 derajat.

    6. Mencegah kepala hiperfleksi/hiperekstensi.

  • 79

    09.00 wib 09.15 wib 11.30 wib 13.00 wib

    7. Memberikan obat analgetika; ketorolac 1x30 mg dan obat antikonvulsan: Phenytoin 1x50 mg.

    8. Mengobservasi pemberian O2 nasal 3 lpm.

    9. Mengobservasi pemberian infus D5 NS 20 tpm.

    10. Memperhatikan adanya gelisah yang

    meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya. Hasil: Klien tidak merintih maupun gelisah

    yang meningkat. 11. Mengobservasi adanya aktivitas kejang.

    Hasil: Klien tidak kejang. 12. Memberikan manitol 1x100cc. 13. Mengukur tanda-tanda vital TD:120/70 mmhg,

    Nadi:72x/mnt, Suhu:36,5 0C, RR:18x/mnt.

    2 10 juni 2012 08.30 wib 09.00 wib 09.30 wib 11.00 wib

    1. Mengukur tanda-tanda vital TD:120/70 mmhg,

    Nadi:78x/mnt, Suhu:36,7 0C, RR:18x/mnt. 2. Memberikan antibiotik ceftriaxon 1x1 gr 3. Mengobservasi dan merawat daerah kulit yang

    mengalami kerusakan dengan tekhnik aseptik dan antiseptik. Sufratul pada dagu/rahang bawah dilepas

    4.Mengobservasi warna/kejernihan urine. Mencatat

    adanya bau busuk (yang tidak enak). Hasil: warna kuning jernih, bau khas urine.

    3 10 juni 2012 08.10 wib 08.25 wib 10.00 wib

    1. Mengkaji kemampuan untuk melakukan

    kebutuhan sehari-hari (dengan menggunakan skala (0-4). Pasien pada skala 3; Membutuhkan pertolongan dari orang lain dan peralatan.

    2. Mengkaji pola kebersihan diri klien.

    Hasil: pasien tampak rapi. 3. Melibatkan keluarga dalam perawatan

    pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari -hari; makan minum, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan perseorangan.

  • 80

    4 1 11 juni 2012 08.00 wib 08.10 wib 08.30 wib 09.10 wib Jam 13.00

    1. Mengobservasi adanya peningkatan TIK

    Hasil: Klien tidak pusing, mual, muntah. 2. Mengobservasi GCS dan tingkat kesadaran

    Hasil : GCS 4-5-6, kesadaran compos mentis

    3. Mengukur tanda-tanda vital TD:120/70 mmhg,

    Nadi:72x/mnt, Suhu:36,5 0C, RR:18x/mnt. 4. Mengobservasi infus Ringer laktat 20 tpm 5. Memperhatikan adanya gelisah yang meningkat,

    peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya. Hasil : Klien tidak merintih maupun gelisah

    yang meningkat. 6. Mengobservasi adanya aktivitas kejang.

    Hasil : Klien tidak kejang. 7. Mengkaji perubahan penglihatan.

    Hasil : Klien mengatakan masih jelas melihat (tidak kabur)

    8. Menberikan HE pada klien dan keluarga tentang

    tanda-tanda PTIK berulang, seperti pusing yang meningkat, muntah, kejang.

    9. Mengukur tanda-tanda vital TD:120/80 mmhg, Nadi:74x/mnt, Suhu:370C, RR:20x/mnt.

    2 11 juni 2012 08.30 wib 08.45 wib 09.10 wib 12.30 wib 12.40 wib

    1. Mengukur tanda-tanda vital TD:120/70 mmhg,

    Nadi:72x/mnt, Suhu:36,5 0C, RR:18x/mnt. 2. Mengobservasi daerah luka. 3. Melakukan skin test (injeksi intracutan

    antibiotik ampicilin). 4. Memberikan obat antibiotik ampicilin 1x1 gr. 5. Melepas infus ringer laktat. 6. Melepas selang kateter dan Mengobservasi

    warna/kejernihan urine. Mencatat adanya bau busuk (yang tidak enak). Hasil : warna kuning jernih, bau khas urine.

    3 11 juni 2012 08.10 wib

    1. Mengkaji kemampuan untuk melakukan

    kebutuhan sehari-hari (dengan menggunakan

  • 81

    08.25 wib 10.00 wib

    skala (0-4). Pasien pada skala 0; mandiri. 2. Mengkaji pola kebersihan diri klien

    Hasil : klien sudah diseka, tampak rapi, segar

    3. Melibatkan keluarga dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari -hari; makan minum, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan perseorangan.

    7. Evaluasi Keperawatan

    Tabel. 4.5 Evaluasi Keperawatan Pada Tn. S dengan Cedera Kepala Sedang

    No No

    Diag Tanggal / jam Catatan Perkembangan

    1 1 08 juni 2012 13.00 wib

    S: - O: 1.Keadaan umum lemah. 2. GCS 3-3-3. 3. Kesadaran Somnolen. 4. TTV TD:110/70mmhg, Nadi:80x/mnt,

    Suhu:36,5 0C, RR:16x/mnt. 5. Tidak muntah. 6. Tidak kejang. 7. Tidak ada perubahan tingkah laku (merintih, gelisah

    yang meningkat). A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan (no 1, 2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,15,16,17)

    2 08 juni 2012 13.00 wib

    S: - O: 1. Keadaan umum Lemah. 2. Terdapat luka jahitan pada bibir bagian bawah sebanyak

    2 jahitan dan luka lecet pada bibir bagian atas masih basah.

    3. Terdapat luka lecet pada dagu/rahang bawah 2x2cm, 2x3cm yang masih tertutup kasa.

    4. Tidak terdapat tanda infeksi. 5. TTV TD:110/70 mmhg, Nadi:80x/mnt,

    Suhu:36,5 0C, RR:16x/mnt. A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan (no 1-5)

  • 82

    3 08 juni 2012 13.00 wib

    S: - O: 1. Keadaan umum lemah. 2. Kesadaran Somnolen. 3. Klien kurang rapi, mulut kotor. 4. Klien diseka keluarganya tadi pagi. 5. Keluarga mengerti penjelasan pentingnya kebersihan

    diri bagi klien. A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan (no 1, 2, 3)

    2 1 09 juni 2012 13.00 wib

    S: - O: 1. Keadaan umum lemah. 2. GCS 3-3-3. 3. Kesadaran Somnolen. 4. TTV TD:120/80mmhg, Nadi:76x/mnt, Suhu:36,7 0C, RR:18x/mnt. 5. Tidak muntah. 6. Tidak kejang. 7. Tidak ada perubahan tingkah laku (merintih, gelisah

    yang meningkat). A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan (no 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,15,16,17)

    2 09 juni 2012 13.00 wib

    S:- O: 1. Keadaan umum lemah. 2. Luka jahitan pada bibir bagian bawah bersih. 3. Luka lecet pada bibir bagian atas bersih. 4. Luka lecet pada dagu/rahang bawah bersih, keadaan

    masih basah tertutup sufratul. 5. Tidak terdapat tanda infeksi. 6. TTV TD:120/80mmHg, Nadi:80x/mnt, Suhu:36,70C,

    RR:18x/mnt. A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan (no 1-5)

    3 09 juni 2012 13.00 wib

    S:- O: 1. Keadaan umum lemah. 2. Kesadaran Somnolen. 3. Klien diseka. 4. Mulut bersih. 5. Klien lebih rapi. A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan (no 1,2,4)

  • 83

    3 1 10 juni 2012 13.00 wib

    S: Pasien mengatakan tidak pusing, mual. O: 1. Keadaan umum Cukup. 2. GCS 4-4-5. 3. Kesadaran Somnolen. 4. Tidak muntah. 5. Tidak kejang. 6. TTV TD:120/70mmHg, Nadi:72x/mnt, Suhu:36,50C, RR:18x/mnt. 7. Tidak ada perubahan tingkah laku (merintih, gelisah yang meningkat). A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan (no 1,2,3,4,5,6,8,9,14)

    2 10 juni 2012 13.00 wib

    S: - O: 1. Keadaan umum cukup. 2. Luka jahitan pada bibir bagian bawah bersih. 3. Luka lecet pada bibir bagian atas bersih dan mulai mengering. 4. Luka lecet pada dagu/rahan bawah sudah dibuka dan mulai mengering. 5. Tidak terdapat tanda infeksi. 6. TTV TD:120/70mmHg, Nadi:72x/mnt, Suhu:36,50C, RR:18x/mnt. A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan (no 1,2,3).

    3 10 juni 2012 13.00 wib

    S: - O: 1. Keadaan umum cukup. 2. GCS 4-4-5. 3. Kesadaran Somnolen. 4. Klien diseka keluarganya. 5. Klien tampak rapi. 6. Klien minum dibantu keluarganya. A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan (no 1,2,4).

    4 1 11 juni 2012 13.10 wib

    S: Klien mengatakan tidak pusing, mual dan penglihatan tidak kabur. O: 1. Keadaan umum baik. 2. GCS 4-5-6. 3. Kesadaran Compos mentis. 4. TTV TD:120/80mmHg, Nadi:74x/mnt, Suhu:370C, RR:20x/mnt. 5. Tidak ada perubahan tingkah laku (merintih, gelisah yang meningkat). 6. Tidak muntah.

  • 84

    7. Tidak kejang. 8. Klien dan Keluarga mengerti tentang tanda-tanda PTIK berulang. A: Masalah teratasi. P: Intervensi dihentikan (pasien pulang).

    2 11 juni 2012 13.10 wib

    S: - O: 1. Keadaan umum baik. 2. Luka jahitan pada bibir bagian bawah dan luka lecet. pada bibir bagian atas luka lecet pada dagu/rahang bawah membaik. 3. Tidak terdapat tanda infeksi. 4. TTV TD:120/80mmHg, Nadi:74x/mnt, Suhu:370C, RR:20x/mnt. A: Masalah teratasi. P: Intervensi dihentikan (pasien pulang).

    3 11 juni 2012 13.10 wib

    S: - O: 1. Keadaan umum baik. 3. Kesadaran compos mentis. 4. GCS 4-5-6. 5. Klien diseka keluarganya. 6. Klien tampak segar dan rapi. 7. Klien dapat makan dan minum sendiri. 8. Klien dapat mengambil makanan dan minuman sendiri. 9. Klien dapat merapikan bajunya sendiri. A: Masalah teratasi. P: Intervensi dihentikan (pasien pulang).

  • 85

    B. PEMBAHASAN

    Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan membahas tentang hasil

    pengamatan asuhan keperawatan pada pasien Tn.S dengan cedera kepala sedang

    di Ruang flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri, tanpa mengesampingkan

    masalah-masalah keperawatan yang muncul berdasarkan tinjauan pustaka dengan

    penerapan proses.

    Pengkajian keperawatan

    Dalam tahap pengkajian atau pengumpulan data mengenai kasus

    Cedera Kepala Sedang, menurut tinjauan pustaka dengan kasus hampir di

    temukan prinsip yang sama dan ada pula yang tidak sama.

    Pada pengkajian aktivitas/istirahat, pada teori dan kasus tidak ada

    kesenjangan karena antara teori dan kasus hampir sama. Data yang

    diperoleh seperti perubahan kesadaran, lemah, kehilangan tonus otot. Yang

    membedakan hanya pada kehilangan tonus otot yang tidak bisa dikaji

    karena memang kondisi pasien yang saat itu mengalami penurunan

    kesadaran.

    Pada pengakajian sirkulasi, pada teori dijabarkan gejala perubahan

    tekanan (hipertensi), perubahan sirkulasi jantung (bradikardia, takikardia

    yang diselingi dengan bradikardia, disritmia). Sedangkan pada

    kenyataannya dari data yang di dapat dari klien ada kesenjangan antara

    teori dan kasus. Dimana dalam kasus Tekanan darah pasien dalam batas

    normal, tidak ditemukan perubahan sirkulasi jantung, karena saat

    pengukuran nadi tidak didapatkan adanya bradikardia, takikardia yang

    diselingi dengan bradikardia maupun disritmia.

  • 86

    Pengkajian integritas ego, pada teori dijabarkan adanya tanda dan

    gejala cemas, mudah tersinggung, delirium, depresi, perubahan tingkah

    laku atau kepribadian. Sedangkan pada kenyataanya dari data yang didapat

    dari klien ada kesenjangan antara teori dan kasus. Dimana dalam kasus

    klien somnolen, tidak terjadi perubahan tingkah laku atau kepribadian

    yang mencolok, kooperatif dengan perawat. Pada pengkajian eliminasi,

    terjadi inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan

    fungsi. Dimana dalam kasus tidak didapatkan inkontinensia kandung

    kemih/usus, bising usus masih baik.

    Makanan atau cairan, pada teori dijabarkan adanya tanda dan gejala

    mual, muntah, gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia), dan

    mengalami perubahan selera makan. Sedangkan pada kenyataanya dari

    data yang didapat dari klien ada kesenjangan antara teori dan kasus.

    Diantaranya dalam kasus klien tidak ada mual, muntah, batuk, air liur

    keluar, tidak mengalami perubahan selera makan karena memang klien

    saat itu mengalami penurunan kesadaran sehingga tidak bisa ditentukan

    derajat perubahan selera makan klien.

    Pada pengkajian Neurosensori, pada teori dan kasus tidak ada

    kesenjangan karena antara teori dan kasus hampir sama, pada teori

    dijabarkan adanya tanda dan gejala kehilangan kesadaran sementara,

    vertigo, sinkope, perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status

    mental, deviasi mata lateral, wajah tidak simetris, kejang. Yang

    membedakan antara teori dan kasus pada gangguan neurosensori adalah

    tidak didapatkannya kejang pada kasus klien dan vertigo yang tidak bisa

  • 87

    dikaji pada klien dikarenakan penurunan kesadaran.

    Nyeri/kenyamanan, pada teori dijabarkan adanya sakit kepala

    dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama. Wajah

    menyeringai, gelisah tidak bisa beristirahat dan merintih. Sedangkan pada

    kenyataanya dari data yang didapat dari klien ada kesenjangan antara teori

    dan kasus. Dimana dalam kasus klien mengalami penurunan kesadaran

    dan tidak didapatkanya data seperti diatas.

    Pernapasan, pada teori dijabarkan adanya perubahan pola napas

    (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), napas berbunyi stridor, tersedak.

    Sedangkan pada kenyataanya dari data yang didapat dari klien ada

    kesenjangan antara teori dan kasus. Dimana dalam kasus klien pola napas

    reguler, tidak terdapat suara tambahan seperti ronki, stridor, klien juga

    tidak mengalami tersedak.

    Keamanan, pada teori dijabarkan adanya tanda dan gejala trauma

    baru/trauma kecelakaan, fraktur, gangguan penglihatan, kulit laserasi, kulit

    abrasi, perubahan warna seperti ''raccomn eye'', tanda batle disekitar

    telinga (merupakan tanda adanya trauma), adanya aliran cairan (liquor)

    dari telinga atau hidung, tonus otot hilang, demam. Sedangkan pada

    kenyataanya dari data yang didapat dari klien ada kesenjangan antara teori

    dan kasus. Dimana dalam kasus klien tidak didapatkan fraktur, perubahan

    warna disekitar telinga, adanya liquor yang keluar dari telinga maupun

    hidung, dan tidak adanya demam.

    Pada tahap pengkajian kasus cedera kepala sedang diatas antara

    kasus dan teori prinsipnya adalah sama, hanya saja terdapat sedikit

  • 88

    kesenjangan hal ini dikarenakan berat ringannya cedera yang berbeda, dan

    pada kasus yang dilakukan penanganan secepat mungkin. Serta adanya

    kerja sama tim antar perawat dan observasi secara intensif sehingga

    masalah dapat teratasi secepatnya.

    Diagnosa keperawatan

    Pada teori Doenges (2000) terdapat sembilan diagnosa sedangkan

    pada kasus penulis menggunakan tiga diagnosa, tidak sembilan diagnosa

    sesuai teori Doenges (2000). Dua diantaranya sesuai teori Doenges (2000),

    dan satu didapatkan pada teori Carpenito (2009), hal ini karena

    didapatkannya pada data batasan karakteristik yang dapat dijadikan

    sebagai data penunjang. Sebagian diagnosa pada Doenges (2000) tersebut

    tidak muncul dikarenakan pada saat pengkajian klien, penulis tidak

    menemukan semua data yang mendukung ke sembilan diagnosa tersebut,

    dan sembilan diagnosa pada teori tersebut tidak dispesifikasikan untuk

    kasus cedera kepala sedang akan tetapi mencakup cedera kepala ringan,

    sedang dan berat. Untuk itu hanya data pengkajian diagnosa

    ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, resti infeksi terhadap jaringan

    trauma, dan sindrom defisit perawatan diri.

    Dalam masalah keperawatan pada kasus, penulis menggunakan

    diagnosa utama Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d edema

    serebral sekunder terhadap trauma kepala. Ketidakefektifan perfusi

    jaringan adalah suatu penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan

    kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat kapiler (Wilkinson,

    2007: 522). Batasan karakteristik pada data obyektif serebral adalah

  • 89

    terdapat perubahan status mental, perubahan perilaku, perubahan respons

    motorik, perubahan reaksi pupil, kesulitan menelan, kelemahan

    ekstremitas atau kelumpuhan, ketidaknormalan dalam berbicara

    (Wilkinson, 2007: 523). Hal ini didukung dengan data subyektif klien,

    keluarga mengatakan bahwa klien post trauma kecelakaan lalu lintas

    menabrak pohon. Sedangkan dari data obyektif klien didapatkan data

    kesadaran klien somnolen, GCS 3-3-3, Tanda tanda vital: Tekanan darah

    110/70 mmHg, nadi 80 kali permenit, respirasi rate 16 kali permenit, suhu

    36,50C. Tidak muntah, tidak kejang. CT Scan kepala tanpa kontras Kesan :

    Hemoragi pada sinus maxilaris dexstra dan sinistra, IntraCranial tidak

    tampak kelainan.

    Untuk diagnosa yang kedua penulis menggunakan Resti infeksi

    terhadap jaringan trauma, kulit rusak. Resiko terhadap infeksi adalah

    kondisi ketika individu beresiko terkena agens oportunistik atau agen

    patogenesis (virus, jamur, bakteri, protozoa atau parasit lain) dari berbagai

    sumber dari dalam atau luar tubuh (Carpenito, 2009: 590). Faktor

    resikonya adalah pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (misal

    integritas kulit tidak utuh, jaringan yang mengalami trauma, penurunan

    kerja siliaris, statis cairan tubuh). Pertahanan tubuh sekunder yang tidak

    adekuat (misal penurunan hemoglobin, leukopenia, supresi/penurunan

    respons inflamasi). Prosedur invasif, kerusakan jaringan, trauma

    (Wilkinson, 2007: 522). .

    Hal ini didukung dengan adanya data obyektif klien yang saat

    pengkajian terdapat luka lecet pada bibir bagian atas masih basah, terdapat

  • 90

    luka jahitan pada bibir bagian bawah sebanyak 2 jahitan masih basah,

    terdapat luka lecet pada mandibularis 2x2cm, 2x3cm tertutup kassa, WBC

    17.3 ribu/uL (normal 4.8-10.8 ribu/uL), RBC 4.65 juta/uL (normal 4.2-

    6.1 juta/uL), HGB 13.2 g/dl (normal 12-18 g/dl), HCT 38.6 % (normal,

    37-52 %), PLT 207 ribu/uL (normal 150-450 ribu/uL), GDA 74 mg/dl

    (normal 80-125 mg/dl). Terpasang infus D5 NS pada tangan kiri.

    Penulis mengambil masalah keperawatan ini karena meskipun masih

    resiko tetapi apabila terjadi penyebaran infeksi akan menurunkan

    kekebalan tubuh sehingga bakteri atau kuman akan mudah menyerang

    dengan berkembang biak.

    Dan diagnosa yang ketiga penulis mengambil Sindrom defisit

    perawatan diri b/d penurunan kesadaran sekunder akibat trauma kepala.

    Defisit perawatan diri adalah kondisi ketika individu mengalami gangguan

    fungsi motorik atau kognitif yang mengakibatkan menurunnya

    kemampuan dalam melakukan lima aktifitas perawatan diri yang ada

    (Carpenito, 2009: 901). Batasan karakteristik mayor (satu defisit harus ada

    pada setiap aktifitas). Defisit kemampuan untuk makan sendiri: Tidak

    mampu memasukkan makanan ke mulut, tidak mampu memotong

    makanan/membuka kotak makanan. Defisit kemampuan untuk mandi

    sendiri: Tidak mampu/tidak bersedia membasuh tubuh atau bagian tubuh,

    tidak mampu merasakan kebutuhan untuk melakukan langkah-langkah

    higiene, tidak mampu menemukan sumber air. Defisit kemampuan untuk

    berpakaian sendiri: Hambatan kemampuan untuk mengenakan atau

    melepaskan pakaian, tidak mampu mengancingkan pakaian, tidak mampu

  • 91

    merapikan diri dengan memuaskan, tidak mampu memperoleh atau

    mengganti pakaian. Defisit kemampuan untuk melakukan eliminasi

    sendiri: Tidak mampu/tidak bersedia untuk ke toilet, melakukan higiene

    yang benar, tidak mampu berpindah dari dan ke toilet. Defisit perawatan

    diri, instrumen: kesulitan menggunakan sarana transportasi, kesulitan

    mempersiapkan makan, kesulitan dengan pemberian obat (Carpenito,

    2009: 901-902).

    Hal ini didukung dengan adanya data obyektif klien yang saat

    pengkajian Kesadaran Somnolen, GCS 3-3-3, klien hanya diseka keluarga.

    Penulis mengambil masalah keperawatan ini agar lima aktivitas perawatan

    diri klien terpenuhi.

    Diagnosa keperawatan yang tidak muncul penulis mengambil yang

    pertama yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

    keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk

    memenuhi kebutuhan metabolik (Wilkinson, 2007: 319). Diagnosa

    keperawatan tersebut tidak diangkat dengan alasan tidak adanya data yang

    mendukung pada saat pengkajian. Pada kenyataannya lama perawatan

    klien baru 2 hari perawatan sehingga belum bisa terlihat apakah klien

    mengalami malnutrisi. Perawat tidak dapat memprogramkan intervensi

    keperawatan mandiri untuk diagnosis ini. Batasan karakteristik perubahan

    nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah berat badan kurang dari 20%

    atau lebih dari ideal terhadap tinggi badan, kehilangan berat badan dengan

    asupan makanan adekuat, melaporkan asupan makanan tidak adekuat

    kurang dari anjuran kecukupan gizi harian (Wilkinson, 2007: 319).

  • 92

    Yang kedua penulis tidak mengambil diagnosa keperawatan

    ketidakefektifan pola napas, adalah suatu kondisi ketika individu

    mengalami penurunan ventilasi yang adekuat, aktual atau potensial karena

    perubahan pola napas (Carpenito, 2009: 892). Diagnosa keperawatan

    tersebut tidak diangkat dengan alasan tidak adanya data yang mendukung

    yaitu pada kenyataanya pola napas klien normal dengan pernapasan 16

    kali permenit, reguler, tidak terdapat suara bunyi napas tambahan. Batasan

    karakteristik ketidakefektifan pola napas: Mayor yaitu perubahan

    frekuensi dan pola pernapasan, perubahan nadi (frekuensi, irama). Minor

    yaitu: pernapasan disritmik, hiperventilasi, pernapasan yang hati-hati

    (Carpenito, 2009: 892).

    Intervensi keperawatan

    Untuk perencanaan pada masalah ketidakefektifan perfusi jaringan

    serebral, penulis tetap melakukan perencanaan sesuai teori, hanya

    menambahkan pada intervensi keperawatan yaitu mencegah kepala

    hiperfleksi/hiperekstensi, karena dalam hal ini aliran darah balik vena

    menjadi cepat, jika lambat bisa terjadi PTIK. Dan menambahkan

    pemberian HE pada klien/keluarga mengenai tanda-tanda PTIK berulang

    seperti pusing yang meningkat, muntah, kejang.

    Untuk perencanaan Resti infeksi, penulis tetap melakukan

    perencanaan sesuai teori yaitu untuk mencapai penyembuhan luka tepat

    waktu. Untuk perencanaan sindrom defisit perawatan diri antara teori dan

    kasus adalah sama, hal ini dikarenakan keadaan pasien yang mengalami

    penurunan kesadaran sehingga membutuhkan bantuan untuk memenuhi

  • 93

    kebutuhanya dan melakukan kebutuhan merawat dirinya (makan, mandi,

    eliminasi, berpakaian, dan berhias).

    Implementasi keperawatan

    Tahap ketiga proses keperawatan adalah pelaksanaan yang

    mengacu pada intervensi yang telah ditentukan dan pelaksanaannya antara

    teori dan kasus nyata pada prinsipnya adalah sama, hanya saja pada kasus

    yang penulis tulis ini adalah melaksanakan tindakan keperawatan dengan

    melihat situasi dan kondisi pasien serta disesuaikan dengan kondisi

    ruangan. Seperti dalam melakukan perencanaan mengatur posisi klien 15

    derajat, penulis tidak mengalami masalah karena dalam melakukan

    tindakan tersebut penulis di dukung dengan fasilitas tempat tidur yang

    dapat diatur.

    Begitu pula saat pemberian HE penulis tidak mengalami masalah,

    karena kooperatifnya keluarga klien dalam mendengarkan apa yang telah

    disampaikan. Tindakan tersebut sangat di butuhkan bagi klien apabila

    terjadi PTIK berulang seperti pusing yang meningkat, muntah, kejang.

    Yang mana bila terjadi kondisi seperti tersebut maka klien harus segera

    dibawa kembali ke RS.

    Evaluasi keperawatan

    Dalam mengevaluasi keberhasilan tindakan keperawatan dalam

    membantu mengatasi masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.

    Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral tersebut teratasi

    sebagaimana disebutkan kesadaran pasien semakin baik. Terbukti klien

  • 94

    mampu menunjukkan perbaikan kognitif, perbaikan motorik, sensori,

    tanda-tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda PTIK seperti pusing,

    muntah, kejang dari hasil pengamatan selama 4 hari. Hal ini dikarenakan

    adanya perawatan serta pengobatan dengan pemberian O2 dan cairan

    intravena sesuai indikasi, obat osmosis diuretik, analgetika dan

    antikonvulsan.

    Evaluasi diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi tersebut

    teratasi sebagaimana disebutkan klien mencapai penyembuhan luka tepat

    waktu. Terbukti klien mampu mempertahankan bebas dari tanda-tanda

    infeksi seperti suhu tubuh yang stabil, tidak ada pembengkakan maupun

    pes yang keluar dari luka tersebut dari hasil pengamatan selama 4 hari. Hal

    ini dikarenakan adanya perawatan serta didukung pengobatan dengan

    pemberian antibiotik.

    Evaluasi diagnosa keperawatan sindrom defisit perawatan diri

    tersebut teratasi sebagaimana disebutkan klien mampu menunjukkan

    aktifitas perawatan diri/AKS. Terbukti klien mampu berpartisipasi secara

    fisik dan/verbal dalam kebutuhan merawat diri, (makan, mandi, eliminasi,

    berpakaian, dan berhias), dan keluarga dapat membantu dari hasil

    pengamatan selama 4 hari.