bab iv

Upload: mamun-zahrudin

Post on 09-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

43

BAB IVTINGKAH LAKU TERPUJIA.Pentingnya Kejujuran (RS: 623) : : . 1. Terjemah Hadis:"Abu Umamah Al-Bakhili ra. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar .Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekerlinya. "(H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)2. Biografi PerawiAbu Umamah Al-Bakhily, nama lengkapnya adalah Abu Umamah Ash-Shady Al-Bakhily, Ibn Ajalan, Ibn Ribah, Ibn Ma'an Ibn Malik, Ibn Ashar, Ibn Sa'id, Ibn Qais Ailan Ibn Mudhar, Ibn Najar, Ibn Mu'adalah Ibn Adnan. la termasuk salah seorang sahabat yang masyhur.Ia meriwayatkan hadis dari Rasulullah, SAW. sebanyak 250 hadis. Diriwayatkan oleh Al-Bukharl sebanyak 5 hadis, dan diriwayatkan oleh Muslim sebanyak tiga hadis. Hadis-hadisnya banyak diriwayatkan pengarang Kitab Sunan yang enam.Dia tinggal di Mesir dan meninggal di sana pada tahun 81 atau 86 H. la termasuk sahabat paling akhir yang meninggal di Syam dan hadis-hadisnya banyak dikenal orang-orang Syam.

3. Penjelasan HadisHadis ini menerangkan tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari Rasullullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus diiringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan Islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:[1]

a.Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benarBerdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan ,maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan. debatnya dengan berbagai cara.Sebenamya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebataninya dilandasi oleh keegoan masin-masing, bukan didasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.Tidak sedikit orang yang memiliki ego sangat tinggi clan tidak mau dikalahkan oleh orang lain ketika berdebat walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu, biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Kalaupun dilayani, yang teriadi- bukan lagi adu mulut melainkan adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya dan dianggap salah satu perbuatan sesat. Rasulullah SAW. Bersabda: . ( )Artinya:"Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah. kecuali kaum mendatangkan perdebatan.(H.R. At-Tirmidzi, dari Abu Umamah)

Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah dalam perdebatan tersebut, melainkan menang di sisi Allah dan mendapat pahala yang besar, sebagaimana Nabi menyatakan bahwa dijaminkan surga baginya.

b.Orang yang tidak berdusta meskipun bergurauBerdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena selain merugikan orang lain, juga merugikan orang lain.Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur walupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun dalam bercanda sebagaimana di sebutkan dalam hadis diatas dijaminkan oleh rasuallah saw. Satu tempat ditengah surga

c.Orang yang baik budi pekertinyaSifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorang disisi Allah saw. Dan juga dalam pandangan manusia adalah akhlak terpuji.Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan surga sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas, juga dianggap sebai orang yang paling baik diantara sesame manusia lain.Analisis Hadis diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek KehidupanDalam hadis diatas, yang diriwayatkan oleh abu dawud dengan sanad yang shahih itu yang telah ditulis dan diterangkan di dalam makalah ini bahwasannya ada tiga perilaku dalam pergaulan dimasyarakat, yaitu meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak berdusta meskipun bergurau, dan baik budi pekertinya.Bahwasannya dalam hadis tersebut dilarang untuk berdebat dengan dilandasi keegoan, berdebat yang benar ialah di dasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.Dalam hadis ini juga menjelaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun bergurau, karena dusta itu perbuatan tercela walupun tujuan bergurau itu mengundang tawa orang. Alasan apapun bergurau dengan dilandasi kebohongan tetap dilarang dalam islam.Dalam hadis ini juga mengajarkan manusia untuk memiliki sifat budi pekerti yang baik. Karena orang yang baik budi pekertinya akan ditingkatkan derajatnya disisi Allah Swt dan juga di janjikan surga serta dianggap sebagai orang yang paling baik diantara sesama manusia yang lain.

B. Kejujuran Membawa Kebajikan (LM: 1675)

: . .

1.Terjemahan Hadistad riwayat Abdullah ibn Masud raiyaLlhu anhu tentang Nabi allaLlhu alaihi wasallam, beliau bersabda: Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur, ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta, ia akan dicatat sebagai seorang pendusta. (a al-Bukhriy ad no. 5629)[2]2.Biografi PerawiDia adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Masud salah seorang Assabiqun Al-awalaun (golongan yang pertama-tama masuk Islam), termasuk kalangan sahabat utama dan ahli fiqih, hafal dari Rasulullah saw 70 surat. Meninggal di Madinah tahun 32 H dalam usia 60 tahun

3.Penjelasan HadisDalam hadits ini mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.Hadits diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.Sebagaimana diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak diakhirat. Ia akan dimasukan kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orany yang sangat jujur dan benar. bahkan dalam Al-quran dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa. Sebagaimana firman Allah .Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran itu), mereka itulah orang-orang yang taqwa ( QS Az-zumar:33 )Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yng jujur dan dipastikan tidak akan berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah swt, manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta mengikuti segala sunah Rasulallah saw, karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat.[3]Dengan kata lain orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah swt. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang baduy yng meminta nasihat kepada Rasulullah saw. Beliau saw. Hanya berkata jangan bohong. Perkataan rasulullah saw. Terus mengiang-ngiang ditelinga sang baduy sehingga setiap kali dia akan melakukan suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakannya dan dia harus jujur. Dia pun tidak jadi melakukan perbuatan terlarang tersebut.Analisi Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek KehidupanPada perinsipnya hadis diatas memberikan makna bahwa:[4]Setiap perbuatan akan mendapatkan imbalan sesuai dengan perbuatannya,Siddiq sebagai cerminan kebaikan,Dusta merupakan gambaran setiap yang jahat.Jika seorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta, perbuatnnya itu selain merugikan dirinya juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang yang mempercayainya. Padahal kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur.Oleh karena itu kejujuran menuntun pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya masuk surga, dan ia dicatat sebagai orang yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan menuntun pelakunya kepada perbuatan curang dan menuntunnya masuk neraka, dan ia dicatat sebagai pendusta.Sifat jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena kejujuran seseorang itu sangat di perluakan oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur berarti ia telah bertaqwa kepada Allah, Karena ia selalu mengungkapkan kebenaran. Orang yang sudah benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa takut setiap mengucapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan malaikat rokib atid akan mencatat amal baik dan buruknya

C. Orang Yang Jujur Dapat Pertolongan Allah (AN: 19) : . 1.Terjemahan HadistDari Ab Hurairah raiyaLlhu anhu dari Nabi allaLlhu alaihi wasallam bersabda: Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu. (a al-Bukhriy ad no. 2212)2.Penjelasan HadistDalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. hal itu dibolehkan dalam islam dan Allah swt. Akan menolong mereka kedalam kebaikan beniat untuk menggunakannya sebagai penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang dipinjamnya untuk berfoya-foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak memiliki uang untuk menggantinya, hal itu merugikan pemilik modal karna akan menghentikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.[5]AnalisisHadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek KehidupanDalam hadis di atas mengajarkan kita untuk berkata jujur karena orang yang jujur akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Hadis ini juga mengajarkan kita bagaimana cara pinjam meminjam (menggunakan harta orang lain) dengan baik, karena harta yang dipinjam itu merupakan suatu amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya.

Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:1. Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.2. Diantara petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.3. Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.4. Seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Taala dan di sisi manusia.5. Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.6.Menjawab secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan kewajiban.7. Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.8. Wajib menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.9. Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.[6]

[1]Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114

[2]Syafei,al-hadisaqidah,akhlaq, social dan hokum (Bandung:pustaka setia,2000,) Hal. 84[3]Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114[4]Racmat syafeI, Prof. Dr. H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia[5]Ny. Fauziyah Mz. Ba , dkk,_1993,Shahih Bukhari, Surabaya : Bintang Timur[6]http://kangwafiq.wordpress.com/2010/07/26/contoh-makalah-kejujuran/