bab i_pendahuluan minahasa2404

20
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sanitasi di Indonesia mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan sektor lainnya. Keadaan ini menyebabkan Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan dalam kegiatan sehari- hari. Tujuan strategi nasional sanitasi ini adalah untuk memberi arah dan mendukung pemerintah daerah dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program sanitasi di daerah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini menyatakan bahwa urusan kesehatan dan sanitasi menjadi urusan wajib Pemerintah, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Mengejar ketertinggalan pembangunan sanitasi di Indonesia, maka Pemerintah menggagas pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) yang terdiri dari beberapa Kementerian terkait yaitu Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian PU. PPSP dimaksudkan pula sebagai upaya Pemerintah Indonesia dalam memenuhi tujuan- tujuan Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait dengan Butir 7 target ke-10 MDGs, yakni “mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak punya akses berkelanjutan pada air yang diminum dan sanitasi yang layak pada tahun 2015”. Program PPSP diarahkan pada upaya memenuhi tiga sasaran, sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tanggal 20 Januari 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 yakni (1) menghentikan perilaku buang air besar sembarangan (BABS) pada tahun 2014, diperkotaan dan pedesaan; (2) pengurangan timbunan sampah dari sumbernya dan penanganan sampah yang ramah lingkungan; (3) pengurangan genangan di 100 Kabupaten/Kota seluas 22.500 hektar. Untuk mencapai sasaran pembangunan sanitasi, pelaksanaan program PPSP dilaksanakan melalui 6 (enam) tahapan, dengan harapan bahwa tahapan-tahapan tersebut dapat mewujudkan pembangunan sanitasi yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat, yaitu : POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 1

Upload: suryana-gumilar

Post on 19-Feb-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nnn

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPembangunan sanitasi di Indonesia mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan sektor

lainnya. Keadaan ini menyebabkan Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan dalam kegiatan sehari-hari. Tujuan strategi nasional sanitasi ini adalah untuk memberi arah dan mendukung pemerintah daerah dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program sanitasi di daerah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini menyatakan bahwa urusan kesehatan dan sanitasi menjadi urusan wajib Pemerintah, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Mengejar ketertinggalan pembangunan sanitasi di Indonesia, maka Pemerintah menggagas pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) yang terdiri dari beberapa Kementerian terkait yaitu Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian PU. PPSP dimaksudkan pula sebagai upaya Pemerintah Indonesia dalam memenuhi tujuan-tujuan Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait dengan Butir 7 target ke-10 MDGs, yakni “mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak punya akses berkelanjutan pada air yang diminum dan sanitasi yang layak pada tahun 2015”.

Program PPSP diarahkan pada upaya memenuhi tiga sasaran, sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tanggal 20 Januari 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 yakni (1) menghentikan perilaku buang air besar sembarangan (BABS) pada tahun 2014, diperkotaan dan pedesaan; (2) pengurangan timbunan sampah dari sumbernya dan penanganan sampah yang ramah lingkungan; (3) pengurangan genangan di 100 Kabupaten/Kota seluas 22.500 hektar. Untuk mencapai sasaran pembangunan sanitasi, pelaksanaan program PPSP dilaksanakan melalui 6 (enam) tahapan, dengan harapan bahwa tahapan-tahapan tersebut dapat mewujudkan pembangunan sanitasi yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat, yaitu :1. Sosialisasi, Advokasi dan Kampanye2. Penguatan Kelembagaan3. Penyusunan Buku Putih dan Strategi Sanitasi Kota (SSK)4. Penyusunan Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPS)5. Implementasi6. Monitoring dan Evaluasi

Melalui program PPSP pemerintah Kabupaten/Kota didorong untuk menyusun dokumen Buku Putih Sanitasi, SSK, dan MPS. Penyusunan dokumen-dokumen tersebut dilakukan oleh Pokja Sanitasi/AMPL di masing-masing Kabupaten/Kota peserta program PPSP. Pihak pusat memberikan dukungan kepada Pokja Kabupaten/Kota yang melaksanakan penyusunan Buku Putih, SSK dan MPS berupa bantuan pendampingan penyusunannya.

Dokumen Buku Putih, SSK dan MPS merupakan dokumen acuan pembangunan sanitasi di daerah yang berisi gambaran kondisi sanitasi di Kabupaten/Kota serta potret daerah rawan sanitasi di suatu Kabupaten/Kota. Selanjutnya dokumen ini merupakan dokumen perencanaan yang digunakan untuk menjadi acuan pembangunan sanitasi di daerah. Seluruh kegiatan pembangunan sanitasi harus mengacu dan sesuai dengan dokumen perencanaan tersebut. Pemerintah daerah merupakan pelaku utama dalam pembangunan sektor sanitasi karena pemerintah daerah yang paling mengetahui kondisi dan kebutuhan di daerahnya masing-masing dalam hal ini Pokja Kabupaten/Kota.

Sehubungan dengan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas peran Pemerintah Kabupaten Minahasa dalam pembangunan di bidang sanitasi dan agar tergambarnya kondisi sanitasi serta potret daerah rawan sanitasi di Kabupaten Minahasa, maka Pemerintah Kabupaten Minahasa ikut serta dalam program pemerintah melalui program PPSP Tahun 2013. Program ini mempunyai tujuan mensinergikan Kerja Satuan Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan sanitasi dalam suatu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan sanitasi di Kabupaten Minahasa. Untuk maksud tersebut dibentuklah Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Minahasa yang bertugas merumuskan sebuah

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 1

Page 2: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

road map pembangunan sanitasi khususnya sub sektor air limbah rumah tangga, drainase, dan persampahan. Selain itu Pokja ini juga sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksana dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek.

Proses penyusunan dokumen BPS ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Minahasa melalui Pokja Sanitasi dengan melibatkan para pemangku kepentingan pembangunan sanitasi termasuk masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja yang terstruktur maupun sebagai mitra-mitra pendukungnya dengan berdasarkan prinsip-prinsip :

- Berdasarkan data aktual- Berskala Kabupaten/Kota- Disusun sendiri oleh Kabupaten/kota : dari, oleh, dan untuk Kabupaten/Kota- Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down

Dokumen BPS diharapkan akan menjadi dasar penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SKK) di Tahun 2013 dan selanjutnya akan dituangkan dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Minahasa Tahun 2014.

1.2 Landasan GerakPengertian Sanitasi

Sanitasi dapat dipahami sebagai usaha pembuangan tinja, endapan air limbah (sullage) dan limbah padat dengan cara yang memperhatikan kesehatan untuk membuat lingkungan hidup di rumah dan lingkungan menjadi bersih dan sehat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan Sanitasi adalah usaha pengendalian factor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan ata dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia .

Sanitasi dapat diartikan sebagai upaya pembangunan limbah cair dan limbah padat tanpa mencemari lingkungan. Mengacu pada Compendium for Sanitation System and Technology, Sanitasi diartikan sebagai suatu proses multi langkah, dimana berbagai jenis limbah dikelolah dari titik timbunan (sumber limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau proses akhir, proses multi langkah ini disebut sebagai system sanitasi. Pengertian dasar Penanganan Sanitasi dapat didefinisikan sebagai berikut;1. Black water adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.2. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi,

dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.3. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) melalui

sistem:a. Pengelolaan On Site yaitu menggunakan sistem septic-tank dengan peresapan ke tanah dalam

penanganan limbah rumah tangga.b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.

4. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

5. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan. Drainase kota terbagi menjadi;a. Drainase Makro (terdiri dari drainase primer dan sekunder), drainase makro ini bisa berupa

sungai, drainase/saluran primer dan sekunder.b. Drainase mikro (drainase tersier) sistem drainase ini mempunyai layanan kurang dari 4 (empat)

hektar yang berfungsi untuk penyaluran air hujan /limpasan saat musim hujan tiba. 6. Penyediaan air bersih untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM

maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun sumur dalam.7. Survei dan kajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik di tatanan sekolah maupun di tatanan

masyarakat, dan Pemberdayaan Masyarakat, Jender dan Kemiskinan (PMJK). Dalam Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, Sanitasi di Indonesia

didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) sub sektor, yaitu: i) air limbah; ii) persampahan; dan iii) drainase tersier.

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 2

Page 3: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

Air limbah rumah tangga adalah air sisa proses dari kegiatan rumah tangga. Berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah tangga, maka limbah yang muncul dari rumah tangga dikelompokkan dalam dua bagian. Bagian pertama adalah limbah yang berasal dari metabolisme tubuh manusia (excreta) berupa air kencing (urine) dan tinja. Sedangkan kelompok kedua adalah air limbah yang berasal selain dari metabolisme tubuh manusia, antara lain berasal dari sisa pencucian pakaian, dapur, dan sisa air mandi. Sektor lain yang terkait dengan sanitasi adalah sektor sampah. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (Undang-Undang No. 18/2008). Sektor terakhir yang berhubungan dengan sanitasi adalah sektor drainase lingkungan. Drainase lingkungan adalah suatu sistem penanganan atau pengaliran air hujan.

Wilayah Kajian Buku Putih SanitasiPenyusunan Buku Putih Sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial, dilihat dari wilayah

Kabupaten Minahasa dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan demografis maupun sub sektor yang akan dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pokja Sanitasi Kabupaten Minahasa berdasarkan hasil kesepakatan telah menyepakati bahwa wilayah kajian Buku Putih Sanitasi meliputi 9 (Sembilan) Kecamatan yang terdiri dari 45 Desa dan 33 Kelurahan.

Diharapkan dengan dilakukannya kajian pada wilayah yang disepakati tersebut akan dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai kondisi sanitasi dan potret daerah rawan sanitas pada wilayah tersebut yaitu wilayah ibukota Kabupaten yang meliputi 4 (empat) Kecamatan sebagai berikut :

Kecamatan Tondano Selatan Kecamatan Tondano Barat Kecamatan Tondano Timur Kecamatan Tondano Utara

dan kawasan perkotaan prioritas lainnya pada 5 (lima) Kecamatan sebagai berikut : Kecamatan Pineleng Kecamatan Mandolang Kecamatan Tombulu Kecamatan Tombariri Kecamatan Tombariri Timur

Visi dan Misi Kabupaten Minahasa Dengan memperhatikan potensi dan kondisi daerah, maka untuk waktu lima tahun (2008-2013)

Kabupaten Minahasa seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) diharapkan akan terwujud beberapa kondisi sebagaimana yang terangkum dalam visi daerah, yaitu:

‘Minahasa yang mandiri, demokratis, berdaya saing, berkelanjutan, dan sejahtera’Dalam hal ini masing-masing kata yang terkandung dalam visi dapat diperjelas seperti berikut ini :

Mandiri: mewujudkan kehidupan masyarakat yang maju dan mampu mandiri di segala bidang dengan budaya “Si Tou Timou Tumou Tou”.Demokratis: meningkatkan penerapan prinsip-prinsip HAM, demokrasi, supremasi, dan kepastian hukum.Berdaya saing: mewujudkan Minahasa dengan budaya mapalus yang mampu berkompetisi di segala bidang.Berkelanjutan: meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya untuk generasi sekarang dan mendatang.Sejahtera: meningkatkan kehidupan masyarakat yang aman, nyaman, dan makmur serta bebas dari segala gangguan.

Selanjutnya untuk bisa membawa Minahasa menjadi mandiri, demokratis, berdaya saing, berkelanjutan, dan sejahtera ada beberapa misi yang perlu diemban oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan seluruh lapisan masyarakat, yaitua. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang maju dan mampu mandiri di segala bidang dengan budaya

Si Tou Timou Tumou Tou.b. Meningkatkan penerapan prinsip-prinsip HAM, demokrasi, supremasi, dan kepastian hukum.c. Mewujudkan Minahasa dengan Budaya Mapalus yang mampu berkompetisi di segala bidang.

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 3

Page 4: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

d. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya untuk generasi sekarang dan mendatang.e. Meningkatkan kehidupan masyarakat yang aman, nyaman, dan makmur serta bebas dari segala

gangguan.Namun itu semua tidak akan bisa terlaksana tanpa adanya faktor-faktor pendukung, baik berupa

faktor-faktor alam maupun kondisi-kondisi yang tercipta dari hasil pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan. Faktor-faktor pendukung inilah yang kemudian berfungsi sebagai pilar-pilar pembangunan untuk menopang kebijakan-kebijakan, program-program, serta kegiatan-kegiatan yang disusun berdasarkan perencanaan yang sistematis, bersinergi dan terarah.

Tujuan dan Sasaran PembangunanBerdasarkan visi dan misi yang telah disebutkan sebelumnya, maka untuk lima tahun ke depan

tujuan pembangunan daerah adalah: “Menjadikan Minahasa sebagai kabupaten yang maju dan mandiri di Sulawesi Utara khususnya dan kawasan timur umumnya dengan melibatkan masyarakat dan pelaku usaha bersama-sama dengan pemerintah daerah di dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah serta pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan menuju masyarakat yang sejahtera”.

Bertolak dari tujuan pembangunan maka ditetapkan sasaran pembangunan di Kabupaten Minahasa sebagai berikut:

a.Meningkatnya ekonomi lokal dan regional berbasis kerakyatan menuju pada kemandirian ekonomi masyarakat.

b.Meningkatnya peran pelaku bisnis dalam kegiatan ekonomi lokal regional dan global.c.Terwujudnya clean government dan good governance yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.d.Terwujudnya kondisi aman, damai, nyaman, tertib, dan disiplin.e.Terciptanya suasana kondusif dalam mempraktekkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari.f. Terwujudnya prinsip-prinsip demokrasi, supremasi, dan kepastian hukum, dan hak azasi manusia.g.Terjaminnya keadilan gender bagi peningkatan peran perempuan dalam berbagai bidang

pembangunan yang tercermin dalam berbagai peraturan, program pembangunan, dan kebijakan publik.

h.Menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan anak.

i. Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat dengan menyelenggarakan otonomi daerah dan kepemerintahan daerah yang baik.

j. Meningkatnya pelayanan birokrasi kepada masyarakat yang tercermin dari berkurangnya praktek korupsi di birokrasi, terciptanya sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih, akuntabel, transparan, efisien, dan berwibawa.

k.Dihapusnya aturan, peraturan, dan praktek yang bersifat diskriminatif terhadap warga negara, kelompok atau golongan masyarakat, serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik.

l. Terwujudnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, serta menjamin kebebasan pers yang bertanggung jawab.

m. Meningkatnya pemerataan, kualitas, dan relevansi pendidikan.n.Meningkatnya angka partisipasi pendidikan pada semua jenis dan jenjang sekolah.o.Mengembangkan kompetensi inti daerah.p.Berkurangnya jumlah pengangguran.q.Berkurangnya jumlah penduduk miskin.r. Berkurangnya masalah-masalah sosial (kriminalitas, pencurian, narkoba, Penyakit Menular

Seksual [PMS], AIDS) di masyarakat.s.Meningkatnya pendapatan masyarakat.t. Meningkatnya produktivitas.u.Meningkatnya nilai tukar petani dan nelayan.v.Meningkatnya jumlah komoditas dan ekspor.

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 4

Page 5: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

w. Meningkatnya jumlah investasi langsung domestik dan internasional.x.Terwujudnya beberapa kawasan industri tersebar di wilayah Sulut.y.Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan manca negara dan domestik.z.Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan.dd. Meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.ee. Memberdayakan lembaga penelitian dan pengembangan dengan melibatkan perguruan tinggi,

swasta, dan pemerintah.cc. Berkurangnya wilayah-wilayah terisolasi.dd. Berkurangnya kesenjangan pembangunan antardaerah.hh. Meningkatnya jumlah dan kualitas infrastruktur.ff.Meningkatnya harapan hidup penduduk.

Tujuan Penataan RuangSeiring dengan visi Kabupaten Minahasa dalam RPJPD Tahun 2008-2028 yaitu “Minahasa yang

Mandiri dan Sejahtera”. serta mempertimbangkan misi yang diemban oleh pemerintah daerah Kabupaten Minahasa, rencana tata ruang wilayah Kabupaten Minahasa disusun dengan pertimbangan untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Minahasa dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempertahankan keamanan. Selain itu juga, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa juga disusun dengan pertimbangan untuk mewujudkan keterpaduan antar sektor, daerah, dan masyarakat sehingga Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Dengan pertimbangan seperti diatas, maka Revisi RTRW Kabupaten Minahasa ini disusun berdasarkan:

1. Pemanfaatan ruang guna semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang serta lestari dan berkelanjutan.

2. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.Dengan melihat visi Kabupaten Minahasa dan dasar pertimbangan penyusunan RTRW Kabupaten Minahasa, maka tujuan pengembangan tata ruang wilayah di Kabupaten Minahasa, adalah:“Mewujudkan Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa yang Produktif dan Berkualitas Menuju Kabupaten Mandiri dan Sejahtera Berbasis Pertanian dan Pariwisata yang didukung oleh

Sistem Permukiman dan Pengelolaan Sumber Daya yang Berdayasaing dan Berkelanjutan”Pernyataan di atas memiliki makna :

Produktif adalah proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat,sekaligus meningkatkan daya saing. Selain itu dengan potensi wilayahnya, pemanfaatan lahan harus memiliki produktifitas yang tinggi.

Berkualitas adalah situasi masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman (aman), dapat mengartikulasikan nilai sosial budaya dan fungsinya dalam suasana yang nyaman dan damai, serta wujud tata ruang yang memiliki azas keadilan dan keseimbangan. Kondisi tersebut ditunjang oleh pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Minahasa yang kompak, berhirarki, terpadu dan seimbang.

Mandiri artinyamewujudkan kehidupan masyarakat yang maju dan mampu mandiri di segala bidang dengan budaya “Si Tou Timou Tumou Tou”.

Sejahtera artinyameningkatkan kehidupan masyarakat yang aman, nyaman, dan makmur serta bebas dari segala gangguan.

Berkelanjutan adalah kondisi kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, termasuk pula antisipasi untuk mengembangkan orientasi ekonomi yang dapat mengefisienkan pemanfaatan sumberdaya alam. Hal ini dilakukan sesuai prinsip sustainable development bahwa pemanfaatan sumberdaya selain memenuhi kebutuhan sekarang juga dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan generasi mendatang.

Sasaran dari tujuan pemanfaatan ruang Kabupaten Minahasa adalah :1. Terwujudnya ruang wilayah Kabupaten Minahasa yang produktif, berkualitas, berkelanjutan. 2. Terwujudnya keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang

di dalam bumi dalam kerangka Kabupaten Minahasa yang mandiri dan sejahtera.

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 5

Page 6: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

3. Mewujudkan struktur ruang kabupaten yang hirarkis dan seimbang. 4. Mewujudkan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang wilayah kabupaten dalam rangka

perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

5. Berkembangnya Kabupaten Minahasa melalui pemanfaatan potensi dan peluang pengembangan wilayah untuk mewujudkan Minahasa yang mandiri dan sejahtera.

6. Mengurangi kesenjangan perkembangan wilayah (Regional inequalities/imbalance) antara kawasan Kota Tondano dan sekitarnya dengan pusat-pusat permukiman lainnya yang berada di pesisir timur.

7. Meningkatkan perekonomian wilayah melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.

8. Meningkatkan integrasi wilayah antar kecamatan. Terwujudnya keterpaduan penataan ruang wilayah Kabupaten Minahasa dengan wilayah berbatasan.

1.3 Maksud dan TujuanMaksud penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa dimaksudkan agar Pemerintah

Daerah mempunyai kerangka berpikir dan kerangka tindak secara strategis dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sanitasi secara komprehensif dan berkelanjutan.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa merupakan dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi karena Buku Putih Sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa inilah yang menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Minahasa yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten Minahasa dalam manajemen kegiatan sanitasi. Kelompok kerja (POKJA) telah melakukan analisis situasi dengan mengakses data-data. Dari kegiatan inilah pemetaan sanitasi Kabupaten Mianahasa akan disusun.

Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zona-zona sanitasi di tingkat kabupaten. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Minahasa. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaannya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi di lapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, LSM level kabupaten maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mengubah kebiasaan salah masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatan-kegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang.

Manfaat pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah.

Tujuan penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi ini adalah :1. Melakukan analisis dari kondisi dan potensi yang ada di Kabupaten Minahasa serta melakukan

identifikasi strategi dan langkah pelaksanaan kebijakan dalam sektor sanitasi.2. Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan

Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluruh lintas pelaku (stakeholder) Kabupaten Minahasa.

3. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan.

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 6

Page 7: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

1.4 Metodologi A. Penetapan Lingkup Buku Putih Sanitasi

Tahapan pertama Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa ini adalah untuk memastikan pemahaan tentang pengertian Buku Putih dan memahami tujuan disusunnya Buku Putih Sanitasi. Tahapan ini merupakan proses konsolidasi awal bagi Pokja Sanitasi Kabupaten Minahasa untuk menyepakati beberapa hal sebagai berikut :a. Jenis Informasi dari sumbernyab. Cakupan wilayah pemetaanc. Metoda analisisd. Pembagian tugas dan pelaporane. Jadwal kerja penyusunan Buku Putih

B. Pemetaan Situasi SanitasiPemetaan situasi sanitasi dalam penyusunan buku putih sanitasi dilakukan dengan olah data, baik

berasal dari data yang telah ada (data sekunder) maupun mencari data baru yang lebih up to date dengan melakukan study dan kunjungan lapangan (data primer).a. Pemetaan situasi sanitasi berdasarkan data sekunder

Pemetaan secara cepat dapat dilakukan melalui pengumpulan dan analisis data sekunder yang dihimpun dari berbagai sumber data seperti SKPD, BPS, PDAM, dan dokumen-dokumen lainnya yang ada di Kabupaten Minahasa (laporan penelitian dan dokumen perencanaan), dokumen pemerintah pusat serta publikasi media yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :- Pengumpulan data sekunder- Verifikasi kebenaran data- Konsolidasi dan penyusunan data secara sistematis, untuk selanjutnya pokja akan menyepakati

hasil verifikasi dan penyusunan data tersebut.- Analisis data untuk memetakan situasi sanitasi, baik aspek teknis maupun aspek non teknis.

b. Pemetaan situasi sanitasi berdasarkan data primerPemetaan situasi sanitasi di Kabupaten Minahasa perlu untuk dipertajam oleh Pokja sebagai penyusun Buku Putih Sanitasi ini melalui pemutakhiran data yang dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui beberapa kajian atau studi sebagai berikut :- Study EHRA

Study Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku higinitas pada skala rumah tangga. Karena informasi diperoleh secara langsung (primer) dan masyarakat, maka EHRA akan melengkapi dan mempertajam data sekunder yang telah dimiliki Pokja. Metode yang digunakan dalam survey EHRA adalah dengan metode wawancara dan pengamatan langsung berbasis rumah tangga, dimana respondennya adalah perempuan.

- Study SSAStudy Sanitationn Supply Assessment (SSA) atau studi penyedia layanan sanitasi dimaksudkan untuk mengetahui partisipasi sektor swasta dan masyarakat dalam penyediaan produk dan layanan sanitasi. Hal ini sangat berguna untuk menyusun strategi pelibatan sektor swasta dan masyarakat pada saat penyusunan perencanaan kegiatan. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah wawancara dan kunjungan lapangan.

- Studi Komunikasi dan Pemetaan MediaStudi komunikasi dan pemetaan media dimaksudkan untuk mengukur potensi dan peluang kegiatan komunikasi kebijakan dan pembangunan terkait sanitasi. Kajian ini sangat berguna untuk memetakan saluran komunikasi yang efektif bagi penyusunan strategi komunikasi di Kabupaten Minahasa, advokasi, mobilisasi sosial, komunikasi program dan perubahan perilaku. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah wawancara dan kunjungan lapangan.

- Studi KeuanganMateri studi keuangan ini meliputi semua pembiayaan dibidang sanitasi yang berasal dari keuangan pemerintah dan non pemerintah (swasta dan masyarakat) dengan menggunakan metode kajian pustaka pada dokumen pembiayaan yang ada. Fokus pemetaan keuangan dalam

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 7

Page 8: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

konteks ini adalah keuangan pemerintah yang disajikan adalam APBD serta dokumen resmi lainnya di pemerintah. Melalui APBD dapat diketahui arah kebijakan daerah dalam periode tertentu, kecenderungan perilaku pemerintah, serta prioritas dan konsistensi pelaksanaan program dari waku ke waktu. Melalui studi keuangan akan dapat diketahui prosentase pembiayaan di sektor sanitasi terhadap seluruh belanja dalam APBD. Hal ini penting untuk melihat seberapa besar kemauan dan kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan investasi di bidang sanitasi.

- Studi KelembagaanPokja sanitasi melakukan analisis terhadap aspek kelembagaan dan peraturan yang berkaitan dengan bidang sanitasi, dengan melakukan diskusi kelompok terarah yang membahas regulasi yang telah ada dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang melekat di masing-masing SKPD. Dalam pembahasan tersebut, Pokja dibagi ke dalam beberapa fungsi, di antaranya fungsi perencanaan, implementasi – fisik maupun non fisik, pengawasan, serta monitoring dan evaluasi. Selain itu perlu dibahas juga keterkaitan kerja antar SKPD dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut.

- Penetapan Area Berisiko SanitasiPenetapan area berisiko sanitasi merupakan salah satu keluaran (rekomendasi) penting dalam Buku Putih. Penetapan area berisiko didasarkan pada hasil survey EHRA, persepsi SKPD dan data sekunder. Peta area berisiko bisa menjadi acuan dasar dalam penentuan lokasi prioritas pembangunan sanitasi. Hasil dari pemetaan secara cepat ini adalah :

Potret umum kondisi sanitasi di Kabupaten Minahasa (termasuk kawasan berisiko sanitasi)

Hal-hal yang masih perlu dilengkapi untuk mempertajam pemetaan situasi sanitasi cepat ini agar penyusunan Buku Putih lebih berkualitas

c. Konsep dan Finalisasi Buku Putih SanitasiUntuk menjadi sebuah dokumen yang menggambarkan profil sanitasi di Kabupaten

Minahasa, perlu disusun sebuah alur pikir yang akan menjadi dasar bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi di Kabupaten Minahasa. Untuk melaksanakan hal tersebut, Pokja Sanitasi Kabupaten Minahasa membentuk tim teknis yang beranggotakan perwakilan dari SKPD atau stakeholder yang nantinya akan menyepakati outline buku putih sanitasi.

Data yang telah terkumpul akan disusun oleh tim teknis menjadi draft buku putih sanitasi melalui serangkaian penguatan dan rapat kerja dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan. Setiap tahap dari penyusunan draft buku putih sanitasi tersebut akan dilakukan pembahasan oleh semua anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Minahasa, Pokja sanitasi akan melakukan konsultasi dengan tim Pengarah dan Pokja Provinsi, agar mendapatkan masukan dan perbaikan sesuai dengan standard yang dipersyaratkan. Draft buku putih sanitasi yang telah dibahas oleh anggota Pokja Sanitasi berdasarkan masukan dari tim pengarah dan Pokja Provinsi, untuk selanjutnya akan dilakukan uji publik untuk mendapatkan masukan dari SKPD maupun pihak-pihak diluar pemerintahan. Hasil dari uji publik tersebut akan dijadikan dasar dalam finalisasi Buku Putih Sanitasi, yang akan dilaksanakan oleh tim teknis Pokja Sanitasi Kabupaten Minahasa.

1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain A. Dasar Hukum

Dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa berlandaskan pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, provinsi maupun daerah. Program Pengembangan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Minahasa didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :

Undang-Undang1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 8

Page 9: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah.

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.10. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan11. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran

Air3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.6. Peraturan Pemerintah Republlik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah7. Peraturan Pemerintah Republlik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang

berkeadilan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014

Keputusan Presiden Republik Indonesia1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan.2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan

Sumber Daya Air.3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air

Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program

Kali Bersih.2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Rumah3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha

dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman

Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.

5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 9

Page 10: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/Per/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1428/Menkes/SK/X/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429/Menkes/SK//2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di lingkungan sekolah.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 660/4919/SJ Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Minahasaa. Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2004 tetang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasab. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan

Wajib dan Pilihan yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerahc. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Daerah;d. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja;

e. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tetang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Minahasa Tahun 2008-2013;

f. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Minahasa Tahun 2008-2028;

Petunjuk Teknis1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan.2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga,

Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.

3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan.4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam

Penyediaan Air Bersih.5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik

Skala Lingkungan.6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air

Sistem Berpindah – pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik.7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase

Perkotaan.8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air

Bersih Komersil Untuk Permukiman.9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Penoperasian Dan

Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK

B. Kaitan dengan Dokumen Perencanaan LainBuku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan

kebutuhan sanitasi Kabupaten Minahasa. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa Tahun 2013 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi kabupaten dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi.

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 10

Page 11: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

Penyusunan Buku Putih Sanitasi ini memperhatikan dan mempertimbangkan dokumen-dokumen perencanaan seperti (Gambar 1.1 ) :

Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan RPJPDPenyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa Tahun 2013 mengacu pada Visi Misi yang terdapat pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Minahasa 2008-2028. Yang mimiliki Visi ” Minahasa yang Mandiri dan Sejahtera”, selanjutnya Buku Putih Sanitasi nantinya akan menjadi acuan untuk penyusunan dokumen-dokumen RPJPD, RPJMD, RKPD.

Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan RPJMDPenyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa Tahun 2013 selain mempertimbangkan RPJPD Kabupaten Minahasa 2008-2013, juga mempertimbangkan dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Minahasa. Visi RPJMD Kabupaten Minahasa ‘Minahasa yang mandiri, demokratis, berdaya saing, berkelanjutan, dan sejahtera’

Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan RTRWRTRW Kabupaten Minahasa merupakan dokumen perencanaan pembangunan wilayah yang menjadi acuan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa 2013. Dokumen ini berkaitan dengan pemanfaatan ruang daerah dalam penetapan lokasi program pembangunan yang dirumuskan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa 2013 harus mengakomodir dimensi spasial dan kewilayahan sehingga dapat mewujudkan sebuah kerangka perencanaan pembangunan daerah yang teriegrasi, komprehensif dan seimbang antara aktivitas pembangunan sektoral, kebutuhan ruang dan pemanfaatan sumberdaya alam yang berbasis ramah lingkungan.

Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan Renstra-SKPD Penyusunan Buku Putih Saniatasi Kabupaten Minahasa Tahun 2013 juga mengacu dan memperhatikan aspek teknis pada Rencana Strategis (Renstra-SKPD ) yang terkait denga sektor sanitasi dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama, yaitu terwujud visi pembangunan lima tahun ke depan. Selanjutnya tertuang dalam Rencana Kerja (Renja-SKPD) setiap tahun yang bermuara pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Minahasa.

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 11

Page 12: Bab I_pendahuluan Minahasa2404

PEDOMAN

ACUAN

RPJPD

RPJMD

RKPD

RENSTRA SKPD

RENJA SKPD

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA

Gambar 1.1. Keterkaitan Buku Putih Sanitasi dengan Dokumen Perencanaan

POKJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2013[Type text] Page 12

RTRW

BUKU PUTIH SANITASI

STRATEGI SANITASI

KABUPATEN/ KOTA (SSK)

ACUA